Studi perilkau beristirahat nyamuk An. maculatus (Theobald) dan An. balabacensis (Baisas) di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

STUD1 PERILAKU BERISTIRAHAT NYAMUK
ANOPHELES MACULATUS (Theobald) DAN
BALABACENSIS (Baisas) DI DESA HARGOTIRTO
KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :
MAHMUD

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

ABSTRAK
MAHMUD. Studi perilaku beristirahat Anopheles maculatus dan
An. balabacensis di Desa Hargotito Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dibimbing oleh SINGGIH HARSOYO SIGIT
sebagai Ketua, F.X. KOESHARTO dan UPIK KESUMAWATI HAD1 sebagai
Anggota.
Perilaku beristirahat nyamuk An. maculatus dan An. balabacensis
penting diketahui untuk dapat menentukan strategi pengendaliannya. Cara yang

dilakukan adalah dengan menangkap nyamuk tersebut saat beristirahat dengan
menggunakan: 1) window-trap untuk mengetahui apakah nyamuk eksofilik atau
endofilik , 2) aspiator dan drop-net untuk mengetahui bagian rumah yang lebih
disukai nyamuk beristirahat, ketinggian hinggap, pemilihan objek di luar rumah,
apakah nyamuk tergolong eksofilik atau endofilik, seberapa besar nyamuk
berkontak dengan dinding.Penangkapan tiga kali sebulan selama enam bulan dari
mulai Maret sampai September 2001.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh informasi sebagai berikut
: An. maculatus dan An. balabacensis di desa Hargotirto gemar beristirahat di luar
rumah dari pada di luar rumah (eksofik). An maculatus hanya ditemukan di
dapur berbeda dengan An. balabacensis didapatkan pada semua ruangan namun
lebih menyukai dapur dan gudang. Hail penangkapan pagi hari di dalam rumah
lebih sedikit bila dibandingkan dengan hail penangkapan pagi hari di kandang.
An. maculatus hinggap pada ketinggian 0-75cm dan 75-150cm namun lebih
menyukai hinggap pada ketinggian 0-75cm sedangkan An. maculafus hinggap
pada ketinggian 0-75cm, 75-150cm dan 150-225cm namun lebih menyukai
hinggap pada ketinggian 0-75cm. Di luar rumah yang dijadikan tempat
beristirahat adalah semak-semak dan tebing parit, keduanya dapat dianggap
sebagai tempat beristirahat yang sebenarnya karena nyamuk yang di dapat terdiri
dari nyamuk dengan perut kosong dan perut mengandung telur. Nyamuk dengan

perut kosong berarti bahwa nyamuk setelah brtelur atau setelah keluar dari
kepompong beristirahat pada semak dan tebing. Sedangkan nyamuk dengan perut
mengandung telur menerangkan bahwa nyamuk sebelum bertelur beristirahat pada
semak dan tebing.

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya rnenyatakan bahwa tesis yang berjudul :
STUD1 PERILAKU BERISTIRAHAT NYAMUK ANOPHELES MACULATUS DAN
BALABACENSIS DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP KABUPAEN
KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Adalah benar rnerupakan hasil karya saya sendiri dan belum pemah dipublikasikan.
Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat
diperiksa kebenarannya.

Bogor, 12 Februari 2002

MAHMUD
NRF' : 99408.


STUDI PERILAKU BERISTIRAHAT NYAMUK
ANOPHELES MACULATUS (Theobald) DAN
BALABACENSIS (Baisas) DI DESA HARGOTIRTO
KECAMATAN KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Oleh :
MAHMUD

Tesis
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomologi Kesehatan

PROGRAM STUDI ENTOMOLOGI KESEHATAN
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002


Judul Tesis
Nama
NRP
Pogram Studi

Studi perilkau beristirahat nyamuk An. maculatus (Theobald)
dan An. balabacensis (Baisas) di Desa Hargotirto Kecamatan
Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.
: Ma hmud.
: 99408.
: Entmologi Kesehatan.
:

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Sinegih H. Skit. MSc
Ketua

Dr. Uoik Kesumawati Hadi. MS

Anggota

a

Dr. F.X. Koesharto, MSc

Anggota
Mengetahui,

Tanggal Lulus : 12 Pebruari 2002

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 8 Desember 1962 sebagai anak
ke lima dari pasangan Mohamad Ali (almarhum) dan Samibah (almarhum).
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar lulus tahun 1975,
Sekolah Menengah Pertarna lulus tahun 1979, Sekolah Menengah Atas lulus
tahun 1982 dan Pendidikan Pembantu Pararnedis lulus tahun 1984 di selesaikan di
Cirebon. Pendidikan Ahii Madya Keperawatan lt~lustahun 1992 di Bandung.
Penulis memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat tahun 1997 dari
Universitas Diponegoro Semarang. Penulis mendapat kesempatan menempuh

Program Magister Sains tahun 1999 di Institut Pertanian Bogor pada Program
Studi Entomologi Kesehatan
Tahun 1985 sampai dengan 1990 penulis bekerja di Puskesmas Kesunean
Kota Cirebon, tahun 1993 sampai dengan tahun 1995 penulis bekeja di Dinas
Kesehatan Kota Cirebon sebagai staf Sub. Seksi Pengamatan Penyakit, tahun
1997 sampai dengan tahun 1999 bekerja di Dinas Kesehatan Kota Cirebon sebagai
Kepala Sub. Seksi Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang (P2B2).
Penulis menikah tahun 1986 dengan Rumiyati dikarunia anak 4 masingmasing bernama Harki Isnuur Akhrnad, Insaan Nuur Akhrnad, Nuzulul Fatihah
dan Warosatul Mujahid.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Saat ini penyakit malaria
masih menjadi masalah utama sehingga masih perlu penanganan khusus, maka
perlu dilakukan penelitian mengenai perilaku beristirahat nyamuk Anopheles dan
aspek-aspek epidemiologi penyakit. Untuk itu penulis melakukan penelitian
mengenai perilaku beristirahat nyamuk Anopheles di Desa Hargotirto sejak bulan
Maret sampai dengan September 2001 dengan judul Studi Perilaku Beristirahat
Nyamuk Anopheles maculatus dan Anopheles balabacensis di Desa Hargotirto
Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta.

Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak

Prof. Dr. Singgih H. Sigit, MSc; Ibu Dr. Upik Kesumawati Hadi, MS dan
Bapak Dr. F.X. Koesharto, MSc selaku pembimbing. Di samping itu
penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Iwan dan Bapak Tukiran
sekeluarga yang telah membantu penulis selama penelitian di desa Hargotirto.
Ungkapan terimakasih yang sedalamdalamnya kepada istri tercinta dan anakanak tersayang yang telah mendorong penulis menyelesaikan pendidikan ini dan
atas doadoa dari orang-orang yang tidak penulis ketahui.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, kritik
dan saran sangat diharapkan. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukan informasi ini.

Bogor, Mei 2002

Mahmud

DAFTAR IS1

Halaman
......................................


PRAKATA .....

DAFTAR TABEL ....................................................................................

I

...
111

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................

v

PENDAHULUAN .....................................................................................

1

TINJAUAN PUSTAKA


. .
. .
Situasi malar~adl Indonesia ..................................................................

3

Penanggulangan malaria ......................................................................

4

Nyamuk Anopheles sebagai vektor .......................................................

11

Prilaku hinggap dan faktor-faktor yang mempengamhinya ...................

12

Situasi malaria dl dunia ........................................................................


METODE PENELITIAN

..

3

Lokasi dan waktu penel~tlan.................................................................

15

Situasi Desa Hargotirto ........................................................................

15

Penangkapan nyamuk ...........................................................................

15

Penangkapan di dalam rumah pagi hail .................................................


17

Penangkapan di dinding dalam rumah malam hari ...............................

19

Penangkapan menggunakan rumh dan kandang percobaan ................... 19
Penangkapan di alam pagi hari ............................................................ 22
Pemeriksaan dan identifikasi nyamuk ............................................... 25
Analisa data .......................................................................................

26

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penangkapan nyamuk di dalam rumah dan kandang pagi hari ...... 27
Hasil penangkapan di dinding dalam rumah malam hari ...................... 32
Hasil penangkapan nyamuk menggunakan rumaMcandang percobaan .. 34
Hasil penangkapan di alam ............................................................... 38
KESIMPULAN SARAN ............................................................................ 44
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

1 Hasil penangkapan An. maculatus betina di dalam rumah

dan kandang pagi hari ................................................................
Hasil pengangkapan An. balabacensis betina di dalam rumah
dan kandang pagi hari ..............................................................

23
24

1. Hasil penangkapan An. maculatus betina di dalam rumah dan

kandang berdasarkan ketimggian pagi hari ................................

26

2. Hasil pengangkapan An. balabacensis betina di dalam rumah
dan kandang berdasarkan ketinggian pagi hari ...........................

28

3. Hasil penangkapan Anmaculatus betina malam hari, pada
dinding di dalam rumah ............................................................

28

4. Hasil penangkapan An. balabacensis betina malam hari, pada

dinding di dalam rumah ...........................................................

29

5. Hasil penangkapan An maculatus betina yang keluar dari
gubuk percobaan, ditangkap dengan perangkap yang dipasang
pada jendela ..............................................................................

30

6. Hasil penangkapan An. balabacensis betina yang keluar dari
gubuk percobaan, ditangkap dengan perangkap yang di
pasang pada jendela gubuk. .......................................................

31

7. Hasil penangkapan An. maculatus betina dari tempat-tempat
..
~stlrahatdi alam ........................................................................

33

8. Hasil
. . penangkapan An. balabacensis betina dari tempat-tempat
lst~rahatdi alam .........................................................................

34

9. Kondisi perut An. maculatus yang ditangkap dari berbagai

..

Macam tempat ~st~rahat
.............................................................

35

10. Kondisi perut An. balabacensis yang ditangkap dari berbagai

.

.

macam tempat ~st~raha
........:................................................

36

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1

Peta desa Hargotirto ......................................................................

2 Aspirator ...........................................................................................

3 Penangkapan menggunakan aspirator di dalam rumah ......................
4

Skema gubuk percobaan ...................................................................

5 Konstruksi perangkap pada jendela (window-trap) ............................
6 Perangkap terpasang pada jendela mmah...........................................

7 Penangkapan menggunakan aspirator di alam ....................................

9 Pemeriksaan dan identifikasi nyamuk ................................................
10 Skema kondisi perut nyamuk.............................................................

1 1 Rata-rata kepadatan An. maculatus di dalam rumah dan kandang ......
12 Rata-rata kepadatan An. balabacensis di dalam rumah dan kandang ..

13 Rata .rata kepadatan An. maculaius berdasarkan ketinggian

tempat hinggap .................................................................................
14 Rata .
rata kepadatan An. balabacensis berdasarkan ketinggian

tempat hinggap..................................................................................

15 Rata-rata kepadatan An. manrlatus berdasarkan kondisi perut ...........
16 Rata-rata kepadatan An. balabacensis berdasarkan kondisi perut .......

17 Rata-rata kepadatan An. maculatus beristirahat di alam ..................
18 Rata-rata kepadatan An. balabacensis beristirahat di dam .................

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Hasil penangkapan nyamuk di dalam rumah dan kandang pagi hari.. ..........50

2 Hasil penangkapan nyamuk malam hari pada dinding dalam rumah.. . . ..... .. 5 1
3 Jumlah nyamuk yang keluar dari gubuk percobaan .......... ........... ..... .... 52

4 Hasil penangkapan nyamuk di alam.. . . .. . .... ... .......... . ..... . ..... . .... . . ..... 53

5 Hasil uji t perbandingan nyamuk mengandung darah dengan mengandung

telur ... ... ...... ... ............ ... ...... ... ... ... ......... ................., ,........... 54
6 Hasil uji t perbandingan nyamuk tertangkap di dalam ~ m a dengan
h

kandang...... ...... ... ............... ............ ...... ...... ...... ...... ............... 54
7 Hasil uji t perbandingan nyamuk tertangkap di dalam rumah dengan alam.. .55
8 Hasil uji Anova pengaruh ketinggian terhadap rata-rata kepadatan nyamuk.. 56
9 Hasil uji Anova pengaruh tempat istirah (Semak,Tebing dan Tanaman

Palawija) terhadap kepadatan nyamuk ........................................... 59

PENDABULUAN

Di Indonesia malaria meiupakan

satu masalah kesehatan masyarakat

yang menimbnlkan angka kematian bayi, anak umur di bawah lima tahun dan ibu
melahirkan seita menu~llkanproduktiitas tenaga kerja. Penyakit ini tersebar di
seluruh pulan dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda (DEPKES 1999~).
Kabupaten Kulonprogo merupakan daerah endemis penyakit malaria di
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan angka parasit tahunan (annual

parusit incidence, API) sebagai b e f i t : 3,54% tahun 1995, 4%0 tahun 1996,
25,24% tahun 1997, 46%0 tahun 1998 dan 51% tahun 1999. Sedangkan API
Kecamatan Kokap yaitu 40% tahun 1995, 50% tahun 1996, 67% tahun 1997,
55%0 tahun 1998 dan 200%0 tahun 1999. Hampir selnruh desa di Kabupaten
Kulonprogo merupakan desa endemis, satu diantaranya adalah desa Hargotirto
dengan API sebesar 47%0tahun 1995, 89%0tahun 1996, 97%0tahun 1997, 250%
tahun 1998 dan 315%0 tahun 1999. Jumlah kasus malaria pada tahun 1999
sebanyak 3167 orang (DINKES Kulonprogo 2000). Desa Hargothto Kecamatan
Kokap tergolong daerah endemis malaria,

karena sepanjang tahun terdapat

pederita malaria (DEPKES 1999a).
Desa Hargotirto yang merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian
antara

300-600 meter dari permukaan laut yang memiliki beberapa spesies

nyamuk Anopheles, yaihl ;A n maculatus, An. barbirartis, dan An. balabacensis
(Mardhijah 1996). Adapnn Anopheles yaug diiyatakan sebagai vektor penyakit
malaria adalah An. nzaculatus (Snndararaman et al. 1957.) Spesies ini tersebar
luas di berbagai daerah di Indonesia, bahkan di Malaysia An. maculatus juga
berperan sebagai vektor penyakit malaria (Yong et al. 1988).

Berbagai kegiatan penanggulangan penyakit malaria di desa Hargotirto
telah dilakukan dengan penyemprotan rumah, pengobatan masal, dan penggunaan
kelambu celup. Penangkapan nyamukpun telah dilakukan beberapa kali di dalam
usaha mengetahui spesies yang ada di desa tersebut (Dinkes Kulonprogo 2000 ).
Satu ha1 penting dalam pengendalian nyamuk adalah mengetahui
perilaku nyamuk tersebut. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku mendapatkan
makanan atau menggigit dan perilaku beristirahat baik sebelum maupun sesudah
mendapatkan makanan,

serta beristirahat dalam proses mematangkan telur.

Apabila diketahui bahwa Anopheles beristirahat pada daerah tebing sungai dan
pohon salak maka pengendaliannya adalah dengan cam pengasapan dan
sedangkan bila beristirahat pada gulma, maka pengendaliannya adalah dengan
menghilangkan gulma tersebut dengan membabatnya.
Sejauh ini perilalcu beristirahat nyamuk Anopheles di desa Hargotirto
belum diketahui, padahal mengetahui perilaku beristirahat nyamuk sangatlah
penting di dalam upaya menentukan strategi pengendalian. Oleh karena itu
penelitian bertujuan untuk mengetahui : 1) bagian-bagian di dalam rumah
yang dijadikan tempat beristirahat, 2) pada ketinggian berapa nyamuk Anopheles
beristirahat di dalam rumah, 3) berbagai macam habitat beristirahat di luar rumah,
4) seberapa banyak nyamuk yang hinggap di dinding di dalam rumah dan 5)

kesukaan beristirahat nyamuk Anopheles di dalam rumah atau di luar rumah.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit malaria adalah penyakit pada manusia akibat terinfeksi oleh
Plasmoditcm yang terdiri atas empat spesies yaitu P. falciparum, P. v i v a , P. ovale

dan P. malariae. Di antara keempat spesies ini P. falciparum yang paling ganas
dan sering menyebabkan kematian. Malaria merupakan penyakit yang ganas
sehingga memerlukan diagnosa dini dan pengobatan yang cukup.

1 Situasi Malaria di Dunia

Malaria sampai saat ini masih meliputi sebagian besar wilayah di
dunia. Wilayah tersebut meliputi Afrika tropis Asia Tengah, Selatan, dan
Tenggara, Kepulauan di wilayah Pasifik dan Meksico. Sementara itu wilayah
Eropa, daerah di atas Gumn Sahara sedangkan Amerika Selatan bebas
(Wernsdorfer dan Mc Gregor 1988).
Plalaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat bagi lebih
dari 90 negara, mengancam lebih kurang 2400 juta atau 40% penduduk dunia.
Prevalensi untuk seluruh dunia diperkirakan antara 300-500juta penderita klinis
pada setiap tahunnya. Lebih dari 90% kasus terjadi di daerah selatan Gurun
Sahara (Afrika). Kematian akibat penyakit ini diperkirakan lebih dari satu juta
kematian setiap tahun, membunuh satu anak setiap 30 menit atau 3000 anak setiap
hari dengan usia kurang dari Lima tahun. Di Afrika kematian banyak menimpa
anak-anak, khususnya mereka yang berada pada daerah yang susah dijangkau
sarana pelayanan kesehatan. Penyakit ini juga menimpa kelompok resiko tinggi
yaitu wanita hamil, orang yang sedang dalam pejalanan dengan daya tahan tubuh

yang lemah, para pengungsi, penduduk yang berpindah-pindah dan pekeja yang
memasuki daerah endemis malaria (WHO 1998).

2 Situasi Malaria di Indonesia

Pada tahun 1985 di seluruh Indonesia tercatat penderita malaria
berjumlah 200.000 kasus, penularan tejadi terus-menerus sepanjang tahun
tersebut, sedangkan pada tahun 1983 dari 148.000 kasus yang dilaporkan 46%
terinfeksi oleh P. falciparum (WHO 1985). Kanbara d m Panjaitan (1993)
mencatat bahwa di Kabupaten Asahan Sumatera Utara, angka parasit @a*asit
rate) hanya 2%. Di Sulawesi malaria tergolong mesoendemik dengan angka
parasit bervariasi antara 5,9% dan 31,9% (Jung 1979).

Di Timor malaria

tergolong holoendemik dengan angka parasit 92%. Parasitnya dilaporkan terdiri
dari P. falciprum 84%, P. v i m 14% d m P. malariae 2%. Satu kasus disebabkan
oleh P. ovule (Gundelfinger et al. 1975). Di Papua malaria bervariasi dari
holoendemik di beberapa daerah pedalaman yang datar, hiperendemik di daerah
pantai dan mesoendemik di daerah pulau-pulau karang. Pada ketinggian di atas
1600 meter ditemukan nyamuk Anopheles tetapi tidak ada kasus malaria. Parasit
penyebabnya terdiri atas P. viva (54%), P. falciparum (3 1%) dan P. malariae
(15%) (Van der Kaay dan Danvish 1975).

3 Penanggulangan Malaria
3.1 Strategi Global Malaria.

Penanggulangan malaria telah menjadi prioritas oleh Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization,WHO). Aktifitas pengendalian

penyakit ini dikoordinasikan oleh WHO dengan empat strategi pengendalian,
yaitu (1) diagnosa dini dan pengobatan segera kepada penderita, (2) perencanaan
dan pelaksanaan secara selektif dan pencegahan yang berkelanjutan termasuk
pengendalian vektor, (3) deteksi dini untuk mencegah meluasnya epidemi, dan (4)
penelitian sesuai dengan situasi malaria pada tiap-tiap negara terutama tentang
ekoiogi, sosial dan ekonomi yang berpengaruh terhadap penyakit malaria
(WHO 1998)
Komitmen politik dan kemauan nasional serta kemampuan daerah
untuk mendeteksi situasi malaria dan melalcukan tindakan secara selektif dengan
tujuan mengurangi atau mencegah penyakit, telah menghasilkan rencana kegiatan
@fans of action, POA) nasional pada lebih dari 80% negara-negara endemis

malaria. Program Roll Back Malaria tersebar luas sejak 1992 yaitu ketika
"Strategi Global Pengendalian Malaria" diterima oleh masyarakat dunia. Dr Gro
Harlem Brundland, Direktur Jenderal WHO mendeklarasikan untuk menang
melawan malaria. Kemudian ha1 ini dikehendaki bukan saja sebagai komitmen
sektor kesehatan tetapi juga sektor pemerintah lainnya, tmnastik sektor swasta
yang kegiatannya langsung atau tidak langsung berhubungan dengan situasi
malaria, organisasi-organisasi non pemerintah dan masarakat penderita itu sendiri.
Untuk kampanye malaria dana yang besar telah mengalir ke kantor WHO, yaitu
ke empat agen UN-Sysfem(UNDP, WICEF, WHO dan Bank Dunia) selanjutnya
diturunkan untuk kegiatan Roll Back Malaria pada 30 Oktober 1998 (WHO
1998).

3. 2 Obat Malaria

Dalam rangka penanggulangan malaria khususnya penanggulangan
terhadap parasit telah dibuat berbagai macam obat yakni khlorokuin dan proguanil
yang tercatat dianggap paling aman (Wyler 1993),

meflokuin 250 mg,

pirimetamin-sulfadoxin, pirimetamin-dapson, doxisilin, halofantrin dan kuininn
(Bradley 1993).
Selain itu dari Cina yaitu artemisinin, arteflen, artemeter, artesunat dan
pironaridin (Chang et al. 1992).
Sementara itu beberapa obat malaria khlorokuin dan sulfadoxinpirimetanin mengalami kehilangan daya bunuh terhadap Plasmodiumfalcipcaum
dan Plasmodrum v i v a di beberapa negara Asia Tenggara salah satunya adalah
Thailand (Wernsdorfer & Mc. Gregor 1988) dan di Papua New Guinea,
Kepulauan Solomon dan Vanuatu, P. falciparum dan P. v i m resisten terhadap
khlorokuin (Bradley 1995), demikian pula di Indonesia khlorokuin mengalami
kehilangan daya bunuh ierhadap P. v i m (Longworth 1995).

3. 3 Vaksin Malaria

Pada bulan Marer 1988 Dr Emanuel Pataroya seorang ilmuwan dari
Colombia mengatakan bahwa ia telah mendapatkan vaksin malaria. Vaksin telah
dicoba dan ternyata berhasil menurunken kasus malaria klinis 30%. Kemudian
dicoba di Tanzania pada anak-anak juga dilaporkan menurunkan 30%, selanjutnya
dicoba di Gambia terhadap bayi menunjukan hanya m e n ~ ~ r t k a n8%.
Pengembang vaksin ini mendapatkan kritik atas percobaan vaksinnya yang tidak
berhasil dengan baik terhadap bayi karena tidak menimbulkan sistem kekebalan

yang maksimal sedangkan kasus malaria banyak menimpa an&-anak umur 1-5
tahun hingga 10 tahun. Sehiigga vaksin malaria sampai saat ini belum
dipergunakan oleh WHO (Goldman 2001).

3.4 Penggunaan Insektisida

Dikloro-difenil-trikloroetan (DDT) mempakan insektisida sintetik
pertama yang dibuat pada tahun 1874, tetapi baru 65 tahun kemudian yaitu tahun
1939 Miiller menemukan hasiatnya sebagai insektisida (Wernsdorfer dan
Mc Gregor 1988). Indonesia menggunakan DDT untuk pengendalian malaria
sejak tahun 1952. Penyemprotan rumah-rumah dilakukan penduduk dengan
insektisida DDT di Pulau Jawa dan beberapa daerah di luar Jawa secara terbatas
yaitu hanya pada darah-daerah yang berindeks limpa melebiii 50% dari jumlah
penduduknya. Pada tahun 1973 DDT dinyatakan kehilangan daya bunuh tehadap

An. aconitus dan An. balabacensis @epkes 1983). Mengesampingkan sifat
resistensi vektor terhadap DDT, metode ini dapat efektif apabila vektor yang
menjadi sasaran tersebut endofagik dan endofilik (Depkes 1987a). Akan tetapi
bagi vektor-vektor yang bersifat eksofagik dan eksofilik, metode ini kurang
mengenai sasaran karena vektor tidak pemah terkontak dengan insektisida yang
disemprotkan. Untuk mengatasi ha1 ini perlu dilakukan pengamatan terhadap
perilaku vektor yang menjadi sasaran. Apabila vektor masuk ke dalam nunah
hanya untuk mengisap darah kemudii keluar, maka penyemprotan DDT tidak
mengenai sasaran. Untuk menanggulangi golongan vektor yang bersifat eksofagik
clan eksofilik itu, dilakukan suatu usaha pengabutan insektisida di dalam maupun
di luar m a h . Cara ini pemah dicoba di Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo

dengall menggunakan insektisida malation dan fenitrotion untuk nyamuk

A.n aconitus tetapi hasilnya kurang memuaskan (Depkes 1987b).
Tahun 1973 WHO telah merekomendasikan penggunaan insektisida

piretroid sintetik sebagai salah satu insektisida yang dapat digunakan untuk
pengendalian vektor. Insektisida golongan ini diketahui mempunyai dua efek
terhadap serangga yaitu &pat membunuh dengan cepat dan dapat mengganggu
syaraf serangga yang dapat menyebabkan kelurnpuhan (WHO 1985). Berdasarkan
sifat-sifat tersebur piretroid sintetik digunakan sebagai salah satu insektisida
pilihan sebagai bahan pencelup kelambu (WHO 1989). Rawina et al. (1997)
nlenyatakan bal~wakelambu celup lamda sihatrin 25 mg/mz mempunyai efek

deferent yang lebih besar dibandiig kelambu celup permetrin.
Saat ini Indonesia menggunakan insektisida yaitu bendiocarb 80 WP,
lamdasihalotrin 10 WP, deltametrin 5 WP, dan etofenprok 20 WP (DEPKES
1999b).

3.5 Penggunaan Bioinsektisida

Bacillus thuringensis memproduksi toksin &lam bentuk kristal yang
sangat beracun, ole11 larutaan alkalis yang terdapat dalam usus serangga terjadi
perubahan pada kristal-ktistal dan apabila diabsorbsi ke dalam darah menebabkan
kenaikan pH darah. Pada penelitian menggunakan Simulium di dapatkan bahwa
serangga akan mati setelah tujuh jam perlakuan dengan Bacillus thuringensis
(Chilcott et al. 1982). Bacillus thuringensis Berliner dapat digunakan untuk
membunuh larva nyamuk Anopheles (bioinsektisida) (Paulus 1995). Aplikasi

B&W

.

thuringensis H-14 bentuk cair terhadap larva An. sundaicus yang

disemprotkan ke atas laguu di Pameungpeuk Jawa Barat dengan dosis 1.09-2.30
kgMa bahan aktii

berbasil menuluukan kepadatau larva stadium tiga dau

stadium empat hingga 80% lebib (Kimowardojo et al. 1984).

Penggunaan Ekstrak tumbuban
Aminah et al. (1985) telah melakukan beberapa studi pendahuluan di
antaranya penggunaan sari bawang merah ( Alliunt cepa), konsentrasi 1% dapat
memacu pertumbuhan pradewasa Aedes aegypti, konsentrasi 5% dau 10%
menghambat pertumbuhan sedangkan konsentrasi 25% mematikan.
Ekstrak biji jarak (Ricintus comn~unis) konsentrasi 1500 ppm
menimbulkan kematian larva Aedes aegypti sehesar 97% setelah 72 jam pasca
perlakuan (Aminah dan Hennawanto 1988). Pengaruh ekstrak bunga sungsang
(Gloriosa superba ), daun sembung (Blumea bakiamijiera) dan buah serta daun
picung (Pangium edule) terhadap larva Aedes aegypti telah diuji coba oleh
Aminah et al. (1991). Didapatkan bahwa LC95 untuk daun sunsang, buah picung,
daun sembung &an daun picung beltumt-tumt ialah 600, 1200, 2250 dan 3250
PPm.

3.6 Pengelolaan pengairan sawah

Pengendalian nyamuk Anopheles juga mencakup pengaturan pengairan
di sawah. Di Jepang telah diakukan pengairan sawah secara berkala dan
p e n g e ~ g a nyang temyata melupakan salah satu pendekatan yang baik untuk
mengendalikan populasi hewan yamuk yang menggunakan sawah sebagai tempat

perindukan. Caranya adalah periode pengairan dilakukan lebih pendek daripada
umur larva dan pupa nyamuk. Periode terpendek larva menjadi dewasa adalah
satu minggu, maka periode pengairan intermitten hams kurang dari satu minggu,
sehingga karena kering larva mati ( Mogi 1988 ).

3. 7 Mengalirkan air sawah dan penggelontoran

Cara lain untuk mengendalikan nyamuk adalah dengan mengalirkan air
sawah sehingga air tidak diam. Untuk nyamuk yang meletakkan telur pada air
yang diam, ketika air dialirkan maka telur-telur akan terbawa bahkan mungkin
larva dan pupa juga terbawa pula. Cara ini telah terbukti dapat menurunkan kasus
Japanese Encephalitis hingga 50% (Mogi 1988).

3.8 Pemanfaatan Ikan

Ikan Gambusia aflnis di Amerika dijadikan sebagai agen pengendalian
hayati untuk nyamuk-nyamuk yang di sawah. Ikan ini effektif untuk
pengendalian nyamuk di sawah oleh karena dapat hidup pada air yang dangkal
dan luas, pemakan daging, mulut didepan dan sangat sering muncul ke
permukaan, umur panjang dan tahan terhadap kadar garam, temperatur tinggi,
kurang menyukai sampah organik mass dan Pal 1984). Demikian pula ikan ini
sangat kuat dan pandai menyesuaikan diri serta mudah membawanya (Coykendail

1980) selain itu beberapa ikan dapat dijadikan pengendali larva An. aconitus yaitu
ikan mujair (Oreochromis mosambicus) (Mattimu 1989), ikan gapi (Poecilia
reticulata Peters) (Arifm 1989) dan ikan kepala timah (Aplocheilus punchax
Hamilton Buchanan) (Winarno 1989).

3.9 Penggunaan cacing Romanomermis culicivorax

Cacing nematoda Romanomermis culicivorax dapat pula di jadikan
agen pengendalian hayati karena cacing ini masuk ke dalam tubuh larva nyamuk
dan tumbuh di dalamnya membesar yang mengakibatkan larva mati. Dapat
digunakan untuk pengendalian larva nyamuk di air sawah (Westerdahl et al. 1982)

4 Nyamuk Anopheles sebagai vektor di Indonesia

Anopheles yang ada di Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY) berjumlah 18 spesies yaitu An. aconitus, An. annularis,

An. bazai, An. barbirostris, An. venhuisi, An hyrcanus sinensis, An. kochi,
An. leucosphyrus, An. maculatus, An. minimus flavirostris, An. philipinensis,
An. ramsay, An. schufieri, An subpictus subpictus, An. subpicfus mahyensis,
An. sundaicus, An. tessellatus, dan An. vagus (Sundamaman et al. 1957).
Di wilayah Jawa dan Bali terdapat lima spesies yaitu An. aconifus,

An. subpictus, An. sundaicus, An. balabacensis dan An, maculatus sebagai vektor
malaria, sedangkan yang diduga sebagai vektor adalah An. barbirostris (Munif
dan Pranoto 1994)
Hasil penangkapan di DIY yaitu di Kecamatan Kokap diperoleh
sejumlah delapan spesies yaitu An. aconiftls, An. annularis, An. barbirostris,

An. balabacensis,An.frafirostris,An.kochi, An maculatus d m An vagus,sedmgkan
yang berperan sebagai vektor utama adalah An. maculatus, sedangkan sebagai
vektor sekunder adalah An. balabacensis d m An. aconitus (Barodji et al. 2000).
Adapun vektor penyakit malaria di Desa Hargotirto adalah An. maculatus.
Nyamuk Anopheles lain yang ditemukan di daerah ini dan berpotensi sebagai
vektor malaria adalah An. balabacensis (Barodji et al. 1995).

5 Perilaku hinggap dan faktor-faktor yang memempengaruhinya

Menurut Sundararaman ( 1958 ) setelah menggigit, selama menunggu
waktu pematangan telur, nyamuk Anopheles akan berkumpul pada tempat-tempat
dengan kondisi yang optimum nyamuk beristirahat, setelah itu akan bertelur dan
kemudian menggigit lagi. Tempat-tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap
istirahat selama menunggu waktu bertelur, adalah tempat-tempat gelap, lembab,
dan sedikit angin. Oleh karena pada ekosistem kepulauan, nyamuk telah
beradaptasi pada ambang kelembaban yang tinggi, maka tempat-tempat yang
demikian kebanyakan akan ditemukan di luar mmah, dekat permukaan tanah atau
di tanah yang begitu lembab, sehingga bila kita letakkan jari di tanah tersebut
terasa seperti basah atau benda-benda lain yang lembab di atas tanah.
Bates ( 1970 ) mengatakan bahwa Anopheles terdapat pada tempat yang
gelap dan terlindung di dalam mmah juga di kandang. Wharton dalam Horsfall
(1955) menyatakan bahwa An. macuiatus banyak ditemukan pada tebing sungai
yang banyak akar-akar serabut yang bergelantungan membentuk jaring,
sedangkan An. vagus didapatkan dari dinding - dinding tebing sungai. Senxentara

An. aconrtus bertistirahat pada tebing parit, batang-batang padi di sawah, dan
lubang peristirahatan buatan ( pit-frap ), serta bersifat eksofilik (Kirnowardojo,
1979)

Berdasarkan kesenanganya untuk beristirahat nyamuk digolongkan
menjadi 3 golongan : (1) golongan nyamuk yang senang beristirahat di alam
(eksofilik), (2) golongan nyamuk yang senang beristirahat di dalam mmah
(endofilik) dan (3) golongan nyamuk yang mempunyai sifat eksofilik dan
endofilik

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan hiiggap nyamuk adalah
suhu, kelembaban, angin, hujan tersedianya sumber makanan dan kedekatan
dengan tempat perindukan serta faktor-faktor lain yang dapat mengganggu
nyamuk untuk beristirahat. Suhu lingkungan berpengaruh pada kehidupan
nyamuk, nyamuk tidak akan hinggap pada tempat-tempat dengan suhu lebih
tinggi dari 35", karena pada suhu ini proses fisiologis akan lebih lambat. Suhu
yang optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25" - 27" C. Pertumbuhan
nyamuk akan terhenti sama sekali pada suhu kurang dari 10' C atau lebih dari 40"
C. Demikian pula nyamuk tidak akan hinggap pada kelembaban kurang dari 60°C.

Tempat hinggap nyamuk juga di pengaruhi oleh cwah hujan. Bila hujan lebat
maka tempat ~erindukanakan berpindah dengan demikian tempat hiiggap
nyamuk akan berpindah pula (Metselaar dalam Depkes 1987). Angin berpengaruh
pada penerbangan nyamuk, bila kecepatan angin 11-14 meter perdetik atau 25- 31
mil per jam akan menghambat penerbangan dan nyamuk akan hinggap. Sebuah
perangkap nyamuk yang biasanya dapat mengumpulkan 2.436 sampai 6.832
nyamuk pada malam yang tenang dengan kecepatan angii 5,4 mldetik (12 mil
/jam ) sedangkan pada malam dengan kecepatan angin lebih dari 5,4 meter per
detik atau 12 miVjam hanya ditangkap 832 sampai 956 nyamuk (Miura dalam
Depkes 1987).
Pengetahuan tentang perilaku beristirahat nyamuk dapat menentukan
strategi pengendaliannya. Untuk nyamuk yang berprerilaku beristirahat di diidiig
strategi pengendalian yang digunakan adalah indoor residual spruying ( IRS).
Bila diketahui ketinggian nyamuk beristirahat di diiding adalah pada ketinggian
tertentu, maka IRS dilakukan hanya pada ketinggian tersebut saja sehingga

efisien. Nyamuk yang berperilaku beristirahat di luar yaitu pada pohon-pohon
tertentu atau pada tempat-tempat tertentu maka hanya pada pohon dan tempat itu
sajalah yang dilakukan pengabutan, atau bila pohon-pohon tersebut berbentuk
gulma maka agar dilakukan pernbersihan gulma.

METODE PENELITIAN

1 Lokasi dan waktu penelitian.

Penelitian dilaksanakan di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap
Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta dari bulan Maret sampai
dengan Agustus 2001.
2 Situasi Desa Hargotirto

Desa Hargotirto terletak di daerah pegunungan Bukit Menoreh dengan
ketinggian antara 300 sampai 600 meter diatas permukaan laut. Batas-batas Desa
Hargotirto yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Giri Mulyo, sebelah
selatan Desa Kaliejo, sebelah barat Kabupaten Punvorejo dan sebelah timur Desa
Hargowilis ( peta desa Hargotirto dapat dilihat pada Gambar 1 ). Luas desa
meliputi 14.713.370 Ha. Di sebelah timur desa terdapat Waduk Sremo tempat
mengalirnya sungei-sungai dari Desa Hargotirto dan sekitarnya. Waduk ini selain
berfUngsi memenuhi kebutuhan air bagi penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta
juga merupakan tempat wisata yang banyak diknjungi orang dari wilayah DIY dan
sekitarnya. Sungai dan anak-anak sungai banyak dijumpai di desa ini , bila
musim kemarau banyak terdapat tempat perindukan nyamuk. Penduduk banyak
menanam pohon salak, sawah tidak dijumpai kecuali tanaman palawija. Hewan
ternak banyak dipelihara terutama sapi.

3 Penangkapan Nyamuk

Untuk memperoleh nyamuk digunakan bermacam-macam cara yang
telah umum dipakai oleh para peneliti dan ahli WHO di banyak negara.

Gambar 1 Peta Desa Hargotirto dan Peta Jateng-DIY

3.1 Penangkapan nyamuk di dalam rumah dan kandang pagi hari dengan
aspirator.
Untuk ~nengetahuitempat- tempat di dalanl rumah yang digemari nyamuk
untuk beristirahat, diadakan penangkapan oleh orang dengan menggunakan
aspirator.Aspirator yang digunakan adalah tipe yang paling sederhana, terbuat dari
pipa gelas atau plastik dengan garis tengah lubang bagian dalam 8-12 mm dan
panjang 30-45 cm. Pipa ini disambung dengan pipa dari karet atau plastik yang
lentur sepanjang 50 cm. Di antra pipa gelas dengan pipa karet diberi kasa bagian
dalamnya, untuk mencegah agar nyamuk tidak tersedot masuk ke dalam mulut
penangkap (Gambar 2). Pada ujung pipa karet diberi gelas atau plastik kecil
tempat untuk memasukkan ke mulut penangkap ( Gambar 3 ).
Penangkapan dilakukan pada pagi hari selama dua jam, dari pukul 07.00
hingga 09.00, setiap kali di dalam lima rumah dan satu kandang oleh 6 ( enam )
orang penangkap nyamuk. Penangkapan dilakukan delapan belas kali selama
enam bulan

dengan frekuensi 3 ( tiga ) kali sebulan. Bagian-bagian rumah

dibedakan atas : ruang tamu, kamar tidw, dan dapw. Ketinggian tempat hiiggap
di dalam mmah dan kandang digolongkan menjadi 0 - 75 cm, 76 - 150 cm, 151 225 cm dan di atas 225 cm. Nyamuk yang ditangkap dipisah-pisahkan
berdasarkan

kondisi

pemtnya.

Kecuali

menggunakan

aspirator

dalam

penangkapan ini digunakan pula lampu senter, dengan baterai yang lemah agar
nyamuk tidak terkejut dan menghiidat pergi. Nyamuk-nyamuk yang tertangkap
dimasukkan ke dalam tempat-tempat yang telah diberi label, kemudian nyamuk
dibunuh dengan khloroform dan selanjutnuya diperiksa dengan mikroskop stereo.

Sekat dari kawat halus agar
nyamuk tidak tenedot kedalaln
mulut

Pipa gelas untuk menyedot yang
dimasukan ke mulut

Pipa kareb'plastik yang lentur (50cm)

Gambar 2 Alat aspirator untuk menangkap nyamuk

3.2 Pe~iangkapan nyamuk malam hari yang hinggap di dinding dalam

rumah.
Untuk mengetahui kebiasaan nyamuk waktu sedang aktif mencari darah
pada malam hari, terutama yang hinggap pada dinding, dilakukan penangkapan
nyamuk yang hinggap pada dinding dengan menggunakan aspirator. Penangkapan
dilakukan mulai pukul 18.00 hingga pukul 06.00, setiap kali penangkapan
dilakukan di dalam lima rumah, diadakan delapan belas kali ulangan dengan
frekuensi tiga kali sebulan selama enam bulan. Nyamuk yang ditangkap dipisahpisahkan atas kondisi perutnya, pemeriksaan dilakukan langsung sebelum perut
mengalami perubahan.

3.3 Rumah dan kandang percobaan.

Untuk mengetahui perbandingan antara nyamuk yang mempunyai
kebiasaan beristirahat di dalam rumah dengan yang mempunyai kebiasaaan
beristirahat di alam luar digunakan rumah dan kandang percobaan dengan suatu
perangkap yang dipasang di jendela. Sebagai rumah percobaan digunakan lima
rumah penduduk dan satu kandang sapi. Kandang sapi diklasifikasikan sama
dengan rumah oleh karena kandang sapi ditutup sedemikian rupa sehingga
berdinding rapat. RumahIKandang percobaan dibuat sedemikian rupa, sehingga
nyamuk hanya dapat keluar lewat jendela yang dibuat untuk maksud itu. Nyamuk
yang keluar dari rumahkandang percobaan akan tertangkap oleh perangkap.
Untuk jalan nyamuk masuk ke dalam gubuk dibuat suatu celah, yang dapat dilalui
untuk masuk, tetapi tidak dapat dilalui untuk keluar ( Garnbar 4 ). Perangkap
dibuat dari kerangka kawat dan kain kasa,dengan ukuran

panjang 35 cm

( Garnbar 5 dan 6 ). Perangkap dipasang selama 12 jam, mulai senja hingga pagi

hari berikutnya ( Darsie & Ramos, 1969 ). Nyamuk yang tertangkap dipisahpisahkan menurut keadaan perutnya.
Nyamuk dengan perut kosong menandakan bahwa nyamuk tersebut
sebelum menghisap darah sudah meninggalkan rumawkandang untuk mencari
darah ketempat lain. Nyamuk perut penuh darah menerangkan bahwa nyamuk
yang setelah menggigit meninggalkan rurnawkandang untuk mencari tempat
istirahat. Nyamuk dengan perut penuh dengan telur menunjukkan bahwa nyamuk
tersebut selama proses perkembangan telurnya beristirahat di dalam gubuk, atau
nyamuk yang secara kebetulan masuk dalam gubuk dan setelah itu akan keluar
terperangkap oleh perangkap. Data yang di dapat hanya menerangkan
2erbandingan relatif antara nyamuk yang perutnya mengandung telur dengan
nyamuk yang perutnya berisi darah yang keluar dari gubuk selama 12 jam.

Gambar 4 Skema kandang percobaan.
Keterangan :
.................. adalah jalan yang dilalui nyamuk.

P

adalah perangkap untuk menangkap nyamuk yang keluar dari kandang

d

percobaan.

Gambar 5 Konstruksi perangkap pada jendela ( window traps)
Keterangan : A = papan triplek, B = kain kasa, C = kawaf D = lubang
untuk mengambil nyamuk, E = kawat, F = lubang untuk
rnasuknya nyamuk.

Gambar 6 Perangkap terpasang di jendela rumah.

3.4 Penangkapan di alam luar.
Untuk mengetahui berbagai objek di alam luar yang digemari oleh
nyamuk Anopheles untuk berisitirahat, di adakan penangkapan di tebing parit
dan semak-semak oleh orang dengan menggunakan aspirator (Gambar7).
Penangkapan dilakukan pagi hari, sebelum ~nataharicukup tinggi, selama dua jam
di~nulaipukul 07.00 hingga pukul 09.00. Penangkapan dilakukan delapan belas
kali ulangan dengan frekuensi tiga kali sebulan selama enam bulan. Meskipun
penangkapan di luar ini dilakukan pada pagi hari, lampu senter digunakan untuk
memeriksa tempat-tempat yang gelap. Nyamuk-nyamuk yang telah tertangkap
dimasukkan ke dalam tabung yang telah diberi label. Tempat istirahat di luar
rumah di bedakan atas tebing sungai, semak-semak dan tanaman palawija.
Untuk penangkapan pada tananaman palawija dilakukan penangkapan
dengan menggunakan "drop net" yaitu jaring berkerangka (Service 1976). Drop
net yang digunakan terdiri

dari kerangka kayu yang dapat dibongkar dan

dipasang, dengan ukuran : panjang 200 cm, lebar 100 cm dan tinggi 200 cm
(Gambar 8). Kerangka tersebut dalam keadaan siap dipakai dilengkapi dengan
kain kasa yang digantungkan pada kerangka. Drop net tersebut dapat dipindahpindahkan ke tempat yang dikehendaki, Setelah menentukan tempat yang akan
dilakukan penangkapan kemudian drop net ditangkupkan ada tempat tersebut
kemudian seorang penangkap nyamuk masuk ke dalam, lalu semak digoyanggoyang. Karena goyangan ini nyamuk dari semak akan beterbangan dan hinggap
pada kain kasa, yang selanjutnya oleh penangkap dapat ditangkap dengan
aspirator. Nyamuk yang ditangkap dipisah-pisahkan atas kondisi perutnya.

Garnbar 7 Penangkapan menggunakan aspirator di alam luar.

Gambar 8 Drop-net.
Keterangan :
A. Drop-net yang siap untuk dijatuhkan.
B. Drop-net siap ditempat dengan penangkap nyamuk di dalamnya.

2.5 Pemeriksaan nyamuk

Nyamuk yang ditangkap diperiksa dibawah mikroskop stereo kemudian
diidentifikasi menggunakan kunci 0,Connor dan Soepanto (1988) (Gambar 9).
Selanjutnya spesimen di pisah-pisahkan berdasarkan kondisi perut antara perut
kosong, penuh darah dan p e n t penuh telur ( Gambar 10).

Gambar 9 Pemeriksaan dan Identifikasi nyamuk

Gambar 10 Skema kondisi perut nyamuk
Keterangan :

A. Perut kosong, B. Perut penuh darah dan C.Perut
berisi telur.

3.6 Analisis data.
Untuk ~nengetahui perbedaan kepadatan pada tiap-tiap tempat
penangkapan dialkukan uji t, selanjutnya untuk mengetahui pengaruh rnana yang
rne~nberikankontribusi perbedaan dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT), ( Steel
dan Torriel995 ).

HASIL PEMBAHASAN

1 Penangkapan Nyamuk di Dalam Rumah dan Kandang pagi hari.

Rata-rata nyamuk yang tertangkap di dalam rumah dan kandang
ditunjukkan pada Tabel 1-2 dan Gambar 11-12.

AIL rnacrrlatus tertangkap rata-rata 0.05 ekor ( 8,33%) per rumah per hari
sedangkan rata-rata per kandang per hari An. rnactrlatrrs 0.55 ekor (91,77%).

An. maczrlaltrs lebih menyukai beristirahat di kandang dari pada di rumah
(P

<

5%),

sedangkan hasil penelitian Kirnowardojo (1979)

yang menyukai

beristirahat di kandang adalah An. aconitus.
Tabel 1 Rata-rata nyamuk An. manrlatus yang tertangkap di dalam rumah
dan kandang pada pagi hari di desa Hargotirto kecamatan Kokap
tahun 2001.
Rata-rata nyamukhmah/hari
Dapur Gudang Total
Kamar Ruang
tamu
tidur

Bulan

0,oo
0,oo
0,OO
0,OO
0,OO
0.00

April
Juni
Juli
Agustus
I

1

1
I

1

0,oo
0,oo
0,OO
0,OO
0,OO
0,OO

0,oo
0,oo
0,OO
0,OO
0,OO
0,OO

0,oo
0,oo
0,OO
0,07
0,07
0,14
I

1

I

I

0,OO "
0,OO "
0,05
0,OO a
Huruf superskrip yang berbeda menunjukan beda nyata (PS5%)

Rata-rata

Rata-rata
NyamuW
kandang Ihari

0,oo
0,oo
0,OO
0,07
0,07
0,14
I

1

0,oo
0,oo
0,33
0,66
1,33
1,oo
1

0,05

'1

0,55

An. maculatus hanya di temukan di dapur tidak ditemukan di kamar tidur,
ruang tamu maupun gudang. Hal ini mungkin kamar tidur, ruang tamu dan gudang
dianggap tidak aman

Rumah

Kandang
Tempat

Gambar 11 Rata-rata kepadatan nyamuk An. maculatus di dalam rumah
dan di kandang.

An.balabacensis rata-rata tetangkap 0.09 ekor (4,83%) per ~ m a hper
hari sedangkan yang tertangkap di kandang rata-rata 1,77 ekor (95,17%).

An. balabacensis ternyata juga lebii menyukai beristirahat di kandang dari pada

Tabel 2 Rata-rata nyamuk An. balabacensis yang tertangkap di dalam
rumah clan kandang pada pagi hari di desa Hargotirto
kecamatan Kokap tahun 2001.

I

Bulan
Maret
April
Juli
Agustus

Rata-rata nyamuk/mmah/hari
Kamar tidur Ruang Dapur Gudang
tamu
0,OO
0,OO
0,OO
0,OO
0,00
0,00
0,07
0,OO
0,00
0,OO
0,07
0,OO
0,OO
0,OO
0,00
0,OO
0,21
0,OO
0,OO
0,OO
0,07
0,13
0,OO
0,Oo

Total

0,OO
0,07
0,07
0,OO
0,21

0,21

Angka dengan huruf superskrip berbeda menyatakan berbeda nyata (P

Dokumen yang terkait

Karakteristik Habitat Larva Anopheles maculatus & Anopheles balabacencis Di daerah Endemik Malaria Kecamatan Kokap Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

0 7 12

Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta

1 10 158

Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

2 22 176

Studi Karakteristik Habitat Larva Nyamuk Anopheles maculatus Theobald dan Anopheles balabacensis Baisas serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Populasi Larva di Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DIY

0 9 172

Studi Karakteristik Habitat Larva Nyamuk Anopheles maculatus Theobald dan Anopheles balabacensis Baisas serta Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Populasi Larva di Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, DI

0 6 81

Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

0 3 83

Studi Perilaku Menggigit Nyamuk Anopheles di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta

0 3 74

Studi perilkau beristirahat nyamuk An. maculatus (Theobald) dan An. balabacensis (Baisas) di Desa Hargotirto Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta

0 5 70

Studi Potensi Sumberdaya Andesit Menggunakan Metode Geolistrik Di Daerah Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

1 6 7

DAFTAR ISI - PENGENDALIAN EROSI DAN SEDIMENTASI DI SUB-SUB DAS NGRANCAH, DI DESA HARGOTIRTO KECAMATAN KOKAP, KABUPATEN KULONPROGO, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - Eprints UPN "Veteran" Yogyakarta

0 0 9