Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di Daerah Kokap Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta
STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
DI DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh
ACEP EFFENDI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
ACEP EFFENDI. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di daerah
Kokap kabupaten Kulonprogo daerah istimewa Yogyakarta. Dibimbing ole11
SlNGGIH H. SIGIT sebagai ketua, F. X. KOESHARTO dan UPIK
KESUMAWATI HAD1 sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas nyamuk Anopheles yang
terdapat di desa Hargotirto kecamatan Kokap kabupaten Kulonprogo.
Penangkapan nyamuk dilakukan dengan tiga cara yaitu : (a) memakai umpan
badan manusia (b) memakai perangkap cahaya (light trap), dan (c) menangkap
nyamuk yang hinggap di dalam rumah dan di kandang ternak sapi.
Di desa Hargotirto terdapat empat spesies nyarnuk Anopheles yaitu,
An. maculatus Theobald, An. balabacensis Baisas, An. vagus Donitz dan
An. annularis Giles. Kelimpahan nisbi dan dominasi spesies masing-masing
An. nzaculatus (45.54 % dan 42.81), An. balabacensis ( 43.89 % dan 41.26),
Aiz. vagus (9.66 % dan 7.92) dan An. annularis (0.90 % dan 0.58). Padat
populasi An. maculatus memuncak antara bulan Juni dan Juli, sedangkan
An. balabacensis dan An annularis pada bulan Agustus, serta An. vagus pada
bulan Juni.
An. maculatus adalah nyamuk yang paling tinggi kepadatamya dan paling
dominan diantara empat spesies nyamuk Anopheles yang terdapat di desa
Hargotirto kecamatan Kokap. Di antara tiga cara penangkapan, tertinggi
didapatkan di kandang sapi dan sekitqnya dengan alat aspirator .
An. maculatus dan An. balabacensis puncak aktivitas menggigitnya
terjadi pada tengah malam antara pukul 22.00 - 24.00, An. vagus pukul23.00,
sedangkan An. annularis tidak diketahui menggigit orang. An. maculatus dan
An vagus
bersifat eksofagik, sedangkan An. balabacensis lebih bersifat
endofagik.
Rata-rata angka pernah bertelur (parity rate) dari empat spesies nyamuk
Anopheles tersebut antara 69.20 % - 91.97 %, yang menunjukkan bahwa
populasi nyamuk banyak yang tua. Peningkatan kasus malaria selama enam bulan
berkorelasi positif dengan peningkatan kepadatan populasi nyamuk.
SURAT
PEFWYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
DI DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
DI DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ACEP EFFENDI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomologi Kesehatan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
D l DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Nama
: ACEP EFFENDI
NRP
: 99406
Program Studi: Entomologi Kesehatan
Menyetujui,
1 Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Sing~ihH. S i ~ i tMSc
,
Ketua
<
*
Dr. Upik Kesumawati Hadi, MS
Anggota
Anggota
Mengetahui,
2 Ketua Program Studi
Entomologi Kesehatan
Tanggal Lulus
: 6 Pebruari
2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Penulis merupakan putera ke 10 dari ayah bernama M. Syuhada (almarhum) dan
ibu Suhaemi. Penulis beristrikan Noor Laily Aidah dan dikaruniai dua orang
anak, putri bernama Desmira Primanty Dienina lahir
30 Desember 1994,
dan putra bernama M. Rifandito Rahmantio lahir 10 Oktober 2001.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar lulus tahun 1979
di Lebak, Sekolah Menengah Pertama lulus tahun 1982 di Lebak. Pada tahun
1985 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas di Bandung, dan melanjutkan ke
Program Diploma satu Sekolah Pembantu Penilik Hygiene Bandung lulus 1986.
Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma tiga Akademi Penilik Kesehatan
Teknologi Sanitasi Punvokerto lulus 1992, pada tahun 1997 memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dari
Universitas Diponegoro
tahun 1999 melanjutkan ke Program Pascasarjana
Semarang, dan
UZB. Tahun 1987 - 1998
bekerja pada Dinas Kesehatan kabupaten Kupang - NTT dan tahun 1998 sampai
sekarang bekerja pada Dinas Kesehatan
Kuparig.
Provinsi Nusa Tenggara Timur di
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Agustus 2001 ialah komunitas
nyamuk, dengan judul Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di daerah Kokap
kabupaten Kulonprogo daerah istimewa Yogyakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Singgih H . Sigit, MSc,
Dr.
I?. X . Koesharto, MSc, dan Dr. Upik Kesumawati Hadi, MS sebagai
komisi pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, Dit. Jen. PPM & PL, Departemen
of Contntunicable Disease
Kesehatan melalui proyek ICDC (hite~is~jcatio~i
Control), yang telah memberi dana,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang strata-2. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Kulonprogo, Kepala
Puskesmas Kokap I1 dan Bapak Iwan serta Bapak Tukiran sekeluarga yang telah
membantu selama pengumpulan data dan menyediakan tempat selama penelitian
di desa Hargotirto. Ungkapan terima kasih juga kepada Isteri tercinta dan anak
tersayang , atas segala do'a dan dorongannya.
Akhirnya penulis berharap semoga informasi dalam tesis ini dapat
bermanfaat bagi program pengendalian malaria, khususnya di kecamatan Kokap.
Bogor,
Pebruari 2002
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
HALAMAN JUDUL
..
....
EALAMAN SAMPUL DALAM .................................................... 1111
ABSTRAK ..............................................................................
11
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................
iv
RlWAYAT HIDUP ..................................................................... v
PRAKATA ............................................................................... vi
..
DAFTAR IS1 ...........................................................................
vii
DAFTAR TABEL .....................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................
xi
DAFTAR LAMPlRAN ............................................................... xiii
PENDAHULUAN ......................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
Penyakit malaria .....................................................................
3
2 Fauna nyamuk di Indonesia .......................................................
5
3 Nyamuk Anopheles sebagai vektor ...............................................
6
Ekologi nyamuk At~opheles......................................................
8
I
4
5 Koleksinyamuk .....................................................................
10
5.1 Penggunaan umpan manusia .................................................. 10
5.2 Penggunaan umpan hewan ................................................... 11
5.3 Penggunaan karbon dioksida ................................................. 11
5.4 Penggunaan cahaya sebagai penarik .........................................
12
BAHAN DAN METODE ............................................................13
..
..
2 Metode penelltlan .................................................................... 16
1 Lokasi penelltian ..................................................................... 13
2.1 Penangkapan dengan perangkap cahaya (light hap)......................... 16
2.2 Penangkapan dengan umpan orang ............................................ 18
2.3 Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam mmah dan
di kandang sapi .................................................................
18
2.4 Identifikasi nyamuk Anopheles ............................................... 21
2.5 Penentuan padat populasi, kelimpahan nisbi. frekuensi tertangkap dan
.
.
d o m ~ n a spesies
s~
................................................................. 21
2.6 Perhitungan indeks curah hujan ..........................
. . . . 22
2.7 Pembedahan kandung telur nyamuk Anopheles betina ................... 22
3 Analisis data .......................................................................
23
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 24
1 Fauna Nyamuk Anopheles ................................................
24
2 Fluktuasi nyamuk Anopheles yang tertangkap ................................ 25
3 Kelimpahan nisbi. frekuensi spesies dan dominasi spesies nyamuk
Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang .......................... 39
4 Kelimpahan nisbi. frekuensi spesies dan dominasi spesies nyamuk
Anopheles yang tertangkap
di dinding dalam rumah dan kandang
sap1...................................................................................
30
5 Kelimpahan nisbi. frekuensi spesies dan dominasi spesies nyamuk
Anopheles yang tertangkap dengan
perangkap
cahaya
(light
trap).................................................................................
6 Kepadatan
populasi nyamuk
32
Anopheles yang tertangkap dengan
berbagai cara penangkapan ....................................................... 34
6.1 Kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan perangkap
cahaya (light trap)............................................................... 38
6.2 Kepadatan populasi nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan
umpan badan atau orang ...................................................
39
6.3 Kepadatan populasi nyamuk Anopheles yang tertangkap hinggap
di dinding dalam rumah dan di kandang sap; ............................
40
7 Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles pada malam hari .................. 41
8 Pengaruh cuaca. curah hujan. hari hujan. suhu udara dan kelembaban
nisbi terhadap populasi nyamuk Anopheles ...................................... 43
9 Pembedahan kandung telur nyamuk Anopheles betina .......................
45
10 Korelasi antara populasi nyamuk Anopheles dengan jumlah kasus malaria 48
PEMBAHASAN UMUM ...........................................................
50
.......................................................................
S A R A N ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ACUAN ...................................................
LAMPIRAN .LAMPIRAN .........................................................
53
KESIMPULAN
54
55
59
DAFTAR
Nomor
Teks
TABEL
Halaman
1
Jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap dari bulan Maret
- Agustus 2001 .................................................................... 25
2
Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap dengan umpan orang di desa Hargotirto kecamatan
Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 ............................... 25
3
Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi di desa
Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 ..... 3 1
4
Kelimpahan nisbi, fiekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap dengan perangkap cahaya (light trup) di desa
Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 ..... 33
5
Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles tertangkap per maiam/bulan
dengan berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap
selama bulan Maret - Agustus 2001 ....................................... 34
6
Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles per spesies yang tertangkap
dengan berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap
selama bulan Maret - Agustus 2001 ...................................... 35
7
Rata-rata nyamuk Anopheles yang tertangkap per orangtjam di dalam
dan di luar rumah pada malam hari di desa Hargotirto kecamatan Kokap
selama bulan Maret - Agustus 2001 ....................................... 41
8
Curah hujan, hari hujan, rata-rata suhu udara dan kelemhaban nisbi di di
desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret-Agustus 2001.. . 44
9
Angka pernah bertelur (parity rate) nyamuk Anopheles betina yang
tertangkap dengan perangkap cahaya (liglzt trap) di desa Hargotirto
selama bulan Maret - Agustus 2001 ............................................ 45
10 Angka pernah bertelur (parity rate) nyamuk Anopheles betina yang
tertangkap dengan umpan orang di desa Hargotirto selama bulan
Maret- Agustus 2001 ............................................................. 46
11
Angka pernah bertelur (parityrate) nyamuk Anopheles betina yang
tertangkap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi di desa
Hargotirto selama bulan Maret - Agustus 2001 ... . ... . . .. ... . . .. . ... . ... 47
12 Jumlah kasus dan jenis parasit malaria di desa Hargotirto kecamatan
Kokap dari bulan Maret - Agustus 2001 ... ...... ......... ... ... ..... . 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Kokap ....................
14
2 Peta daerah penelitian di desa Hargotirto .......................................
15
3 Perangkap cahaya (light trap).....................................................
17
4 Penangkapan nyamuk setiap dua jam dengan light trap ..................... 17
5 Penangkapan nyamuk dengan ulilpan orang .................................... 19
6 Penangkapan yamuk yang hinggap di dinding dalam mmah dengan
menggunakan aspirator ............................................................. 19
7 Penangkapan nyamuk yang hinggap di kandang sapi dan sekitarnya
dengan menggunakan aspirator ................................................... 20
8 Identifikasi nyamuk di bawah mikroskop stereo .............................. 20
9 Fluktuasi Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara penangkapan
di desa Hargotirto kecamatan Kokap selarna bulan Maret -Agustus 200 1. 26
10 Nyamuk
A17
. n~anrlatus........................................................... 27
.......................................................
11 Nyamuk An . balabace~~sis
27
12 Nyamuk An . vagus ............................................................
28
13 Nyamuk An . armularis ...........................................................
28
14 Dominasi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang di
dalam dan luar mmah di desa Hargotirto selama bulan Maret .Agustus
2001 ................................................................................... 30
15 Dominasi spesies Anopheles yang tertangkap di dinding dalam rumah
dan di kandang sapi di desa Hargotirto selama bulan Maret .Agustus
2001 ................................................................................... 32
16 Dominasi spesies Anopheles yang tertangkap dengan perangkap
cahaya (light trap) di desa Hargotirtopada selama bulan Maret-Agustus
2001 .................................................................................. 33
Nomor
Teks
Halaman
17 Rata-rata
banyaknya nyamuk Anopheles tertangkap per bulan
dengan berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto bulan selama
Maret - Agustus 2001 .......................................................................
18 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan
berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto selama bulan MaretAgustus 2001 ....................................................................
19 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan
perangkap cahaya (light trap) di desa Hargotirto selama bulan Maret Agustus 2001.. ..................................................................
35
37
38
20 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles (per ekor/orang/malam) yang
tertangkap dengan umpan orang di desa Hargotirto selama bulan
Maret- Agustus 200 1.........................................................
39
21 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles yang tertangkap di dinding
dalam rumah dan di kandang sapi di desa Hargotirto selama bulan
Maret-Agustus 2001 ............... ... ......................................
40
22 Rata-rata nyamuk Anopheles yang tertangkap setiap dua jam
dengan umpan orang di dalam dan di luar mmah pada malam hari di
desa Hargotirto selama bulan Maret - Agustus 2001.. ....................
42
23 Fluktuasi rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles dan curah hujan di
desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret-Agustus 2001.
43
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Teks
Halaman
Metode statistik dan basil uji statistik dengan program komputer
Statistical Product and Sources Solution (SPSS) ...........................
60
2
Kepadatan nyamuk Anopheles yang menggigit per orang I jam (man
bitting rate , MBR) di dalam dan di luar mmah di desa Hargotirto
kecamatan Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 .................... 64
3
Jumlah nyamuk An. nzaculatus yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret A ~ U S ~2001
U S .....................................................................
65
Jumlah nyamuk An. balabacensis yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan
- . di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret Agustus 2001 ......................................................................
66
umlah nyamuk An. vagus yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret Agustus 2001 ......................................................................
67
Jumlah nyamuk An. annularis yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret Agustus 2001 ......................................................................
68
5
6
7
PENDAHULUAN
Penyakit malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles
mempakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini dapat meningkatkan
angka kematian bayi dan anak umur di bawah lima tahun, serta kematian ibu pada
waktu melahirkan. Selain itu malaria dapat menumnkan produkifitas kerja.
WHO (1995) menyatakan bahwa malaria mempakan masalah global,
dengan
300-500 juta kasus dan satu juta kematian per tahun. Di Indonesia
diperkirakan terdapat enam juta penderita per tahun, dengan jumlah kematian
700 orang
dan 70 juta penduduk hidup
di daerah endemis malaria yang
mempunyai resiko tertular. Di Jawa-Bali, malaria ditemukan pada 3 10 desa, 75
kecamatan dan 39 kabupaten, sedangkan di luar Jawa
- Bali
ditemukan 155
kabupatenlkota yang merupakan daerah endemis malaria (Depkes 1999a).
Usaha pengendalian
terdapat kesesuaian
vektor akan memberikan hasil maksimal bila
antara metode pengendalian
yang diterapkan dengan
bioekologi vektor yang menjadi sasaran. Oleh karena itu bioekologi nyamuk
Anopheles yang menjadi vektor di suatu daerah endemis perlu dipelajari dan
diteliti.
Nyamuk Anopheles dapat menjadi vektor bila memenuhi
beberapa
syarat tertentu antara lain, umur nyamuk cukup panjang, kepadatan populasi
tinggi, sering berkontak dengan manusia, dan mampu menjadi inang parasit.
Kabupaten Kulonprogo
adalah daerah endemis malaria di daerah
istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kabupaten Kulonprogo,
kecamatan Kokap mempakan daerah endemis malaria selama tiga tahun berturut-
tumt dengan jumlah kasus maupun penyebaran yang cendemng meningkat.
Tahun 1997 jumlah kasus malaria di kecamatan Kokap sebanyak 668 dengan
angka parasit tahunan (annualparasite incidence, MI) sebesar 37.54 'loo, tahun
1998 sebanyak 2.670 kasus dengan API sebesar 36.30 ' / w , tahun
sebanyak 4529 kasus dengan API sebesar
dengan bulan
1999
IS 1.19 O/oo, dan terakhir sampai
Juli 2000 jumlah kasus mencapai
4087 orang. Pada bulan
September tahun 1999 di kecamatan Kokap pernah terjadi kejadian luar biasa
(KLB) malaria dengan jumlah kasus
sebanyak 3167 orang dengan angka
serangan (attack rate, AR) sebesar 20.56 % ( Puskesmas Kokap 1999) .
Penelitian tentang komunitas nyamuk Anopheles di permukiman dan
kandang hewan yang
merupakan satuan ekologi, sangat diperlukan karena
bermanfaat guna menyusun strategi pengendalian nyamuk yang dapat berperan
sebagai vektor penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari stmktur komunitas nyamuk
Anopheles di desa Hargotirto, fluktuasi populasi setiap spesies, padat populasi
dan dominasi spesies, dan
angka nyamuk
Anopheles pernah bertelur
(parity rate, PR).
Hasil
penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dasar
tentang bioekologi vektor yang mutlak diperlukan dalam upaya
pengendalian
malaria di desa Hargotirto.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yakni di antara spesies-spesies
Anopheles yang ada di desa Hargotirto, terdapat spesies nyamuk Anopheles
yang dominan serta terdapat hubungan antara kepadatan populasi nyamuk
Anopheles dengan kasus penyakit malaria di desa Hargotirto.
TINJAUAN PUSTAKA
1
Penyakit malaria
Penyakit malaria dewasa ini merupakan penyakit tropik yang terdapat
hampir di seluruh dunia. Penyebarannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
antara lain suhu yang dibutuhkan untuk menyempurnakan siklus sporogoni
Plasnlodi~rnldi dalam tubuh nyamuk .
Penyakit ini tersebar luas antara lain di Afrika, Amerika tengah, Amerika
selatan, Saudi Arabia, Cina, Malaysia dan Indonesia. Pada umumnya penyebaran
penyakit malaria ini tidak terjadi pada daerah yang memiliki ketinggian 2000 m
di atas permukaan laut, namun di Bolivia dan di pegunungan Himalaya penyakit
malaria ini tejadi pada ketinggian 2000 - 2700 m di atas permukaan laut pradhan
el al. 1970 dalam Wernsdorfer dan Mc. Gregor 1988).
Selama abad 20 kasus malaria di dunia menurun drastis seiring dengan
perubahan lingkungan dan peningkatan sosial ekonomi kecuali di daerah tropis
Afrika karena populasi nyamuk Anopheles di daerah tersebut masih tinggi dan
terjadinya resistensi penggunaan obat. Di daerah tropis Afrika malaria merupakan
masalah kesehatan yang sangat serius dibandingkan dengan negara-negara lain.
Setiap tahun malaria merupakan penyebab kematian bayi dan anak-anak di bawah
usia
14 tahun . Di Afrika penyebaran malaria bersifat endemis dan musiman,
ha1 ini akibat dari perubahan musim yang terjadi di hampir seluruh daerah.
Penderita malaria pada umumnya adalah anak-anak dan wanita hamil (Mac
Donald 1956 dalam Wernsdorfer dan Mc. Gregor 1988).
Di Indonesia malaria telah menyebar ke seluruh provinsi, di luar Jawa Bali terjadi di 155 kabupatenlkodya dan di Jawa
- Bali
39 di kabupatedkodya.
Daerah-daerah di luar Jawa - Bali berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan darah,
positif malaria dengan kategori kesakitan rendah (low prevalent area, LPA)
dengan angka parasite rate (PR) < 2 % adalah provinsi Kalimantan Timur,
Jambi,
Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Utara d m Sulawesi Selatan. Yang termasuk kategori kesakitan sedang
(nledizmz prevalent area, MPA) dengan PR 2 % - 5 % adalah provinsi Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan
Aceh.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori kesakitan tinggi (high prevalent area,
HPA) dengan PR > 5 % adalah provinsi Riau, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, Sulawesi Utara d m Irian Jaya I Papua (Depkes 1990).
Program pengendalian vektor terhadap nyamuk dewasa
telah dilakukan
melalui penyemprotan rumah-rumah penduduk dengan insektisida (DDT) sampai
tahun 1990. Setelah tahun 1990 di semua provinsi pulau Jawa - Bali digunakan
insektisida bendiocarb 80 % WP dosis 0.2 gr bahan aktif7m2. Di Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya (Papua) digunakan lambda
sihalotrin 10 % WP dosis 0.025 gr bahan aktif/m2, di Kalimantan dan semua
provinsi di pulau Sulawesi digunakan deltamethrin 5 % WP dosis 0.02 gr bahan
aktif/m2, di Sumatra
dengan etofenproks 20.5 % WP. Permethrin 100 EC
digunakan untuk pencelupan kelambu dipakai di seluruh Indonesia. Sedangkan
terhadap larva Anopheles antara lain , penebaran ikan pemakan jentik seperti
ikan kepala timah (Panchax-panchax), ikan gupy (Poecilia reticulatus) (Depkes
1999~).
2 Fauna nyamuk di Indonesia
Spesies nyamuk di dunia dilaporkan sebanyak 2.960. Di Indonesia
terdapat 457 spesies
yang tercakup dalam 18 genus, terdiri atas 80 spesies
Anopheles, 82 spesies Cula, 125 spesies Aedes dan delapan spesies Mansonia.
Sismya sebagai anggota dari genus yang tidak penting dalam penularan penyakit
(O'Connor dan Sopa 1981).
Sushanti et al. (1993) menyatakan bahwa fauna Anopheles di daerah
pantai bekas hutan bakau kecamatan Padangcermin kabupaten Larnpung Selatan
terdiri atas 16 spesies Anopheles yaitu An sundaicus, An.subpictus, An. vagus,
An. indejinitus, An. nigerrimus, An. peditaeniatus, An. kochi, An. barbirostris, An.
barbumbrosus,
An. annularis, An. separatus, An. iesselatus, An. aconitus, An.
umbrosus, An. leucosphyrus dm An. letqer .
Fauna nyarnuk Anopheles di Jawa Tengah
menurut hasil penelitian
Sundararaman et al. (1957) ada 18 spesies, yaitu An. aconitus, An. barbirostris,
An. hyrcanus var.X (venhuisi), An. kochi, An. maculatus, An. philippinensis,
An. schuffneri, An. malayensis, An. tesselatus, An. annularis, An. bezai,
An. hyrcanus sinensis, An. leucosphyrus, An. minirnus flavirostris, A. ramsayi,
An. subpictzrs, An. sundaicus dun An. vagus.
Fauna nyamuk Anopheles di Jawa Tengah di daerah bukit Menoreh
dengan ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut terdiri atas
An. aconitus (60 %,) An. subpictus malayensis (15 %), An. minimusflavirostris
(15 %), An. hyrcanus ng 15 %, dan An. inaculatus (10 %) (Sundararaman et al.
1957).
Barodji et al. (2000) dalam penelitiannya di wilayah kecamatan Kokap
mendapatkan
delapan
spesies nyamuk Anopheles, yaitu An. aconitus,
An. annularis, An. barbirostris, An. balabace~zsis,An. flavirostris, An. kochi,
An. nzactilalus dan An. vagus.
3 Nyamuk Atzopheles sebagai vektor
Di Indonesia nyamuk Anopheles yang telah dikonfirmasi sebagai vektor
yaitu
19 spesies terdiri atas
An. sutzdaicus, An. aconitus, An. nigerrinzus,
An. nzactilatus, An sinensis, An. unzbrosus, An. letifer, An. barbirostris,
An. balabacensis, An. punctulatus, An. farauti, An. bancrofti,
An. karwari,
An. koliensis, An. subpictus,An. longirostris, An flavirostris, An. nzininzus dan
An. lezicosphyrrs (Depkes 1990).
Jenis-jenis nyamuk yang merupakan vektor utama penyakit malaria di
provinsi daerah istimewa Aceh yaitu An. sundaicus dan An. aconitus, di Sumatera
Utara All. mndaicus, An. nigerrimus dan An. letger, di Sumatera Barat An.
nigerrinzus dan An. nzamlatus. Di Riau An. sundaicus, di Jarnbi An. nigerrinzus
dan An. letifer, di Bengkulu An. nigerrinzus, An. nzaculatus dan An. subpictus, di
Sumatera Selatan An. sundaicus, An. nigerrimus, An. n7aculatusvdanAn. letifer, di
Lampung An. aconitus, An. sundaicus dan An. nzaculatus. Di Jawa Barat An.
sundaicus, An. aconitus, An. nzaculatus, An. balabacensis dan An. subpictus, di
Jawa Tengah dan Yogyakarta An. slcndaicus, An. aconitus, An. maculatus dan
An. censis, di Jawa Timur An. sundaicus dan
An. aconitus. Di pulau Bali yaitu
An. sundaicus, An. aconitus dan An. maculatus, di Nusa Tenggara Barat An.
sundaicus, An. aconitus, An. maculatus dan An. subpictus, di Nusa Tenggara
Timur
An. sundaicus, An. aconitus, An. barbirostris dan
An. subpictus.
Di Sulawesi Tenggara An. sundaicus, A17. barbirostris dan An. subpictus, di
Sulawesi Selatan An. sundaicus, An. nigerrinnrs, An. barbirostris, An. subpicttcs,
An.flmlirostris dan An. mininzus, di Sulawesi Tengah An. sundaicus, An. aconitus,
An. barbirostris dan
An. subpictus, di Sulawesi Utara An. aconitzrs,
Ai7. barbirostris, An. subpictus dan An. nzinin7zcs.
Di Kalimantan Selatan
An. nigerrinzus, An. balabacensis dan An. leucosphyrus, di Kalimantan Tengah
An. aconitus, An. n7aculafus dan
A17. unzbrosus, di Kalimantan Barat
An. nigerrinzus, An. unzbrosus, An. letlfer dan An. balabacensis, di Kalimantan
Timur An. sundaicus dan An. balabacensis. Di Maluku An. pzrrzctulat7rs dan
An. bancrofli dan di Irian Jaya (Papua) yaitu An. farauti, A17. bancrofti,
An.
kn~wari,
An. punctulat7rs,
An.
koliensis dan An.
longirostris
(Depkes 1990).
Barodji et al. (1995) menyatakan bahwa vektor malaria di kecamatan
Kokap kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah An.
ntaculafus, nyamuk lain yang ditemukan dan berpotensi sebagai vektor malaria
adalah An. balabacensis, An. aconitzcs dan An. flavirostris.
Vektor filariasis pada manusia di kawasan Indonesia bagian timur adalah
An. barbirostris, untuk Brugia malayi tipe periodik
nokturnal
di Sulawesi
(Atmosoedjono et al. 1976) dan Brugia tinzori di daerah Timor (Atmosoedjono
et al. 1983). Wuchereria bancrofti di Jayapura ditularkan oleh An. farauti,
An. koliensis, An. punctulatus, An. bancrofti , di daerah pantai pulau Flores oleh
An. subpictus dan An. aconitus (Atmosoedjono
et al. 1983).
Disamping itu beberapa spesies lainnya yaitu An. nigerrimus, An.
peditaeniasis, An. farauti, An. subpictus, An. bancrofti, An. koliensis, An. vagus,
An. letifer dan An. punctulatus juga telah diketahui dapat bertindak sebagai vektor
filariasis di beberapa daerah di Indonesia (Atmosoedjono ef al. 1982).
4
Ekoiogi nyamuk Aizopheles
Distribusi serta jarak terbang, perilaku, ketahanan hidup dan kemampuan
menularkan penyakit dapat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Jarak terbang efektif
mengandung arti jarak yang dapat ditempuh oleh gerombolan atau populasi
nyamuk untuk berpindah tempat (Horsfall 1955).
Habitat nyamuk An. leucosphyrus telah diteliti yaitu pada genangangenangan air di hutan yang rindang dan tertutup. Sedangkan An. balabacensis
ditemukan pada genangan-genangan air jernih dengan dasar lumpur di hutan
-
hutan, menyenangi tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Larva An.
vagus tidak menyukai air kotor dan mengandung garam, tempat perindukannya
pada genangan air tadahan dengan dasar kerikil dan tanah. Nyamuk dewasa An.
vagus sering dijumpai di kandang ternak sapi dan menyukai darah hewan dan
beristirahat di tepian aliran
sungai.
An. ntaculatus menyukai genangan-
genangan air sepanjang aliran sungai, lubang-lubang dan pada sumber mata air
disertai pohon disekitarnya untuk istirahat. Nyamuk dewasa banyak dijumpai di
sekitar rumah dan kandang ternak, menyukai darah manusia dan hewan (Borne Wepster dan Swelengrebel 1953).
Di Sulawesi Van Hell (1952) mendapatkan habitat An. barbiroslris di
daerah pesawahan, An. sundaicus dan An. s2ibpictus di daerah pantai,
An. nigerrimus di daerah rawa-rawa, An. flnvirostris dan An. ludlowae di daerah
sungai-sungai
besar.
Pada
musim
kemarau
An.
An. barbirostris ditemukan di sungai-sungai. Di daerah
barbumbrosus dan
Timor dan Flores
An. subpictus dan An. barbirostris ditemukan masing-masing di daerah pantai
dan persawahan (Lee et al. 1980).
Di Jawa tengah
nyamuk Anopheles
di daerah yang mempunyai
ketinggian 0 - 50 meter dari permukaan laut di habitat sawah ditemukan An.
barbirostris, An. acoriitus, An. mbpictus dan
An. vagus, di habitat tambak
ditemukan An. barbirostris, An. subpictus, An. sundaicus, dan An. vagus. Di
tempurung kelapa An. kuchiiigerisis. Pada daerah ketinggian 51 - 100 meter di
atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. barbirostris, An.
aconitus, An. vagus, dan An. niacztlatus. Pada daerah ketinggian 101 - 200 meter
di atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. nzaculatus, An.
szrbpictus dan An. vagus.Di habitat genangan air, lubang pada batu sungai
ditemukan larva An. maculatzis. Pada daerah ketinggian 2001 - 300 meter di
atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. barbirostris, di
habitat parit di sawah di temukan larva AII. barbirostris. Di habitat genangan air/
lubang batu di sungai di temukan An. v a p s dan An. niacztlatus. Pada daerah
ketinggian 301 - 400 meter di atas permukaan laut
ditemukan larva An. barbirostris dan
pada habitat sawah
An. vagus. Pada daerah ketinggian
401 - 500 meter di atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva
An. barbirostris, An. vagus dan An. aconitus, di habitat rawa ditemukan larva
An. barbirostris, An. vagus dan An. aconitus, di habitat pinggir sungai ditemukan
An. subpictus. Pada ketinggian 501 - 600 meter di atas permukaan laut pada
habitat sawah ditemukan larva An. barbirostris, An. vagus dan An. kochi. Pada
ketinggian 601 - 700 meter di atas permukaan laut
ditemukan larva An. barbirostris. Pada ketinggian 901
pada habitat sawah
-
1000 meter di atas
permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. vagus @oewono 1999).
5 Koleksi nyamuk
Koleksi nyamuk Anopheles dewasa di lapangan
merupakan kegiatan
entomologi yang dapat menjadi bahan evaluasi dalam program pemberantasan
penyakit malaria. Pengambilan contoh nyamuk ini bertujuan untuk mengetahui
kepadatan (density), keragaman, penyebaran,
fluktuasi dan umur. Koleksi
nyamuk juga dapat digunakan untuk memahami epidemiologi suatu penyakit
yang ditularkan oleh nyamuk, dan mempelajari
penyebaran serta fluktuasi
kepadatan nyamuk di suatu daerah yang dapat digunakan dalam program
pengendalian vektor.
5.1 Penggunaan umpan manusia
Angka menggigit pada manusia sering digunakan untuk memprediksi
peluang terjadinya transmisi suatu penyakit. Gordon et al. (1991) menyatakan
bahwa
dari koleksi berbagai
jenis
nyamuk dengan menggunakan umpan
manusia, nyamuk Anopheles paling banyak tertangkap dibanding dengan spesies
nyamuk lainnya.
Penangkapan nyamuk dengan umpan manusia
untuk tujuan
dilakukan
antara lain
menentukan indeks antropofilik, kontak antara nyamuk dengan
manusia, angka infeksi, penilaian efektifitas upaya pengendalian, serta mengikuti
perubahan sementpa populasi serangga (Service 1976).
Untuk tujuan mempelajari perubahan populasi musiman , maka ukuran
daya tarik manusia sebagai umpan hams tidak berubah selama periode penarikan
contoh. Perubahan dapat dihasilkan dari fluktuasi populasi atau adanya hospes
alternatif,
perubahan fisiologi,
ataupun perilaku nyamuk. Service (1976)
berpendapat bahwa pada waktu penangkapan nyamuk dengan umpan manusia,
kolektor mencoba mengumpulkan nyamuk sebanyak mungkin yang dapat
ditangkap. Nyamuk yang ditangkap ini mungkin
lebih besar daripada yang
menggigit manusia di bawah kondisi alami. Sebaliknya
nyamuk
mungkin
terganggu karena adanya kegiatan koleksi, sehingga pergi ke rumah penderita lain
yang tidak digunakan untuk koleksi.
5.2 Penggunaan umpan hewan
Dengan memasang berbagai macam umpan hewan dalam penangkapan
nyamuk, hewan ternak yang disenangi oleh nyamuk Anopheles adalah
babi dan kerbau (Munif, 1984), sedangkan menurut Soedir (1985)
sapi,
adalah
hewan sapi dan domba. Gordon et al. (1991) dalam penelitiannya di Senegal
mendapatkan nyamuk Ailopheles paling dominan menggigit hewan dan manusia
dibanding spesies-spesies nyamuk lainnya.
5.3 Penggunaan karbon dioksida
Untuk menarik nyamuk datang dalam perangkap, gabungan metode
penangkapan dan pelepasan karbon dioksida pada light trap sangat efektif
Dalam waktu dua jam
nyamuk yang tertangkap meningkat antara 400 % -
500 % (Service 1976).
Dengan adanya fenomena tersebut banyak peneliti telah menggunakan
karbon dioksida sebagai umpan untuk menarik nyamuk. Menurut Service (1976)
penggunaan
karbon dioksida yang efektif untuk
menangkap suatu spesies
nyamuk tertentu atau pada suatu lingkungan tertentu
., ,
digunakan untuk spesies
tidak efektif
sewaktu
atau lingkungan yang lain. Oleh karena itu maka
kombinasi karbon dioksida dengan perangkap cahaya akan lebih baik.
5.4 Penggunaan cahaya sebagai penarik
Graham et al. (1989) menyatakan bahwa perangkap cahaya (light trap)
sangat efektif untuk mengetahui
keragaman fauna nyamuk di suatu daerah,
karena nyamuk pada umumnya tertarik dengan cahaya di sekitarnya.
Menurut
Service (1976) sejak diperkenalkan
oleh Headle (1974),
perangkap dengan cahaya model New Jersey telah menjadi salah satu metode
yang dipakai secara luas. Namun sebagian kalangan yang berkaitan dengan
nyamuk Anopheles, menyatakan bahwa kemampuan perangkap cahaya ini sering
mengecewakan. Begitu juga terhadap Culex pipiens qzrinquefasciatus,
jenis
nyamuk yang terdapat di mana-mana. Pemakaian cahaya sebagai penarik pada
perangkap, lebih artifisial daripada pemakaian hospes penarik lainnya. Akibatnya,
pemakaian metode ini dapat menimbulkan kekacauan pada kelakuan normal
serangga. Respon nyamuk terhadap cahaya pada permulaan menunjukkan
fototaksis positif, kemudian pada jarak tertentu tergantung intensitas
cahaya
pada perangkap akan menunjukkan fototaksis negatif. Jarak sumber cahaya yang
dapat mempengaruhi nyamuk tersebut bervariasi tergantung pada kepadatan
nyamuk,
rancangan perangkap, kualitas cahaya serta jenis nyamuk yang
bersangkutan.
BAHAN DAN METODE
1 Lolcasi penelitian
Lokasi penelitian adalah desa Hargotirto kecamatan Kokap, kabupaten
Kulonprogo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah endemis malaria di
kabupaten Kulonprogo terdapat di Kecamatan Kokap .
Desa Hargotirto mempunyai luas wilayah 14.713.370 Ha, berbukit-bukit
dengan ketinggian antara 250 - 1000 meter di atas permukaan laut, sepanjang
Bukit Menoreh. Sebagian dari wilayah bagian selatan merupakan tepian waduk
Sermo. Di sepanjang kali yang membentang selebar kurang lebih 10 meter yang
menuju waduk banyak terdapat kubangan atau genangan air yang merupakan
tempat berkembang biaknya nyamuk. Batas wilayah kecamatan Kokap adalah di
sebelah
selatan kecamatan Pengasih, sebelah
utara
kecamatan Girimulyo,
sebelah timur kecamatan Pengasih dan sebelah barat desa Kalirejo dan desa
Duren Sari
kecamatan Bagelen
kabupaten Punvorejo (Gambar 1). Desa
Hargotirto di sebelah barat berbatasan dengan desa Kalirejo kecamatan Bagelen
kabupaten Punvorejo, di sebelah timur
dan selatan berbatasan dengan desa
Hargowilis dan di sebelah utara dengan kecamatan Girimulyo (Gambar 2)
Desa Hargotirto termasuk daerah malaria dengan kasus tertinggi angka
parasit tahunannya (Annual Parasite Incidence, API) yaitu sebesar 633.86 '/IN
dan pada tahun 1999 tejadi kejadian luar biasa1KLB (Puskesmas Kokap 1999).
Gambar 1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Kokap
.. . . .... .. .....: Batas Proviilsi
++++*+-I+: Batas Kecalnatan
-- . Batas Desa
: Daerah Penelitian
Gambar 2 Peta daerah penelitian di desa Hargotirto
2 Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk dua kegiatan yaitu penangk.
nyamuk
pada malam hari dan
identifikasi di laboratorium lapangan.
Penangkapan nyarnuk dilakukan tiga kali dalam satu bulan dengan selang waktu
10 hari selama enam bulan dari bulan Maret sampai Agustus 2001. Penangkapan
nyamuk dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu (a) dengan perangkap
cahaya (lighl /rap),
(b) umpan orang (hztnmm~bait), dan (c) dengan aspirator
untuk menangkap nyamuk yang beristirahat atau hinggap pada dinding dalam
rumah dan di kandang sapi.
2.1 Penangkapa~ide~igan perangkap calraya
Penangkapan ini menggunakan
perangkap cahaya
(lighf trap) yang
dipasang di kandang ternak sapi di lingkungan permukiman penduduk. Dua
buah perangkap cahaya dipasang bergantian masing - masing selama dua jam dari
pukul 18.00 hingga 06.00 (Gambar 3 dan 4).
Segera sesudah light trap
ditumnkan spesimen-spesimen yang terkumpul dipindah ke gelas plastik atau
karton (paper czip) menggunakan aspirator, untuk memudahkan pengangkutan
nyamuk-nyamuk ke tempat pemeriksaan dan sekaligus menjaga agar spesimen
tidak rusak. Kemudian nyamuk dimatikan dengan kloroform lalu diidentifikasi.
Garnbar 4 Penangkapan nya~nuksetiap dua jatn densail perangliap cahaya
(light t r y ) di kandang sapi.
2.2 Penangkapan dengan umpan orang
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui
aktivitas menggigit dan
kepadatan nyamuk di dalam maupun di luar rumah. Sebanyak tiga buah rumah
dipilih secara acak; pada masing-masing rumah
ditempatkan
dua orang
penangkap nyamuk, satu orang di dalam rumah dan satu orang lainnya di halaman
berjarak antara 1 - 3 meter dari bangunan rumah.
Petugas penangkap nyamuk tersebut setiap dua jam bergantian tempat
penangkapan, yang di dalam pindah ke luar dan yang di luar pindah ke dalam.
Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam dimulai pukul 18.00 hingga
pukul 06.00 dengan aktivitas penangkapan selama 80 menit setiap dua jam.
Petugas penangkapan duduk di tempat yang tidak banyak tergangy oleh orang
lain dan tidak rnerokok, dengan membuka atau menggulung celana panjang
sampai di atas lutut, nyamuk yang hinggap pada kedua kaki di tangkap dengan
aspirator (Gambar 5). Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas
karton atau plastik (paper cup) dan dibedakan menurut waktu penangkapannya.
Selama penangkapan juga dicatat suhu dan kelembaban nisbi lingkungan setiap
dua jam.
2.3 Penangkapan
nyamnk yang hinggap d i dinding dalam rumah d a n di
kandang sapi
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui banyaknya nyamuk yang
hinggap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi sebelum atau setelah
menghisap darah (Gambar 6 dan 7).
Gnrnbar 5 Penangkapan nyamuk dengan umpan orang dengan aspirator
Garnbar 6 Penangkapan nyamuk di dinding dalam rumah dengan aspirator
Ga~ilbar7 Penanglcapan nyamuk di kandang sapi dengan aspirator
Gail~bal.8 ldentifikasi nyalnuk di bawah milcroskop stereo
Penangkapan nyamuk di dalam rumah dan di kandang sapi dilakukan pada
malam hari yang merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya. Setelah kolektor
menangkap di dalam rumah selama 80 menit lalu dilanjutkan dengan menangkap
nyamuk pada dinding di dalam rumah dan di kandang sapi dengan aspirator
masing-masing selama 20 menit setiap dua
jam. Setiap kali penangkapan
dilakukan oleh tiga orang petugas penangkap nyamuk. Bagian rumah yang dicari
nyamuknya adalah gudang, ruang keluarga, ruang tamu, dapur dan kamar mandi,
sedangkan di kandang sapi yaitu yang hinggap di kandang dan sekitarnya pada
malam hari mulai pukul 18.00 - 06.00.
-
Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas karton atau plastik
(paper cup) dan dibedakan menurut waktu penangkapannya. Pada waktu
penangkapan juga dicatat kelembaban nisbi dan suhu lingkungan serta jenis bahan
bangunan rumah.
2.4 Identifikasi nyamuk
Identifikasi nyamuk di laboratorium lapangan (Gambar 8) sampai pada
spesies dilakukan dengan menggunakan kunci nyamuk Anopheles betina dewasa
susunan 0' Connor dan Soepanto (1978) dan Depkes (1984).
2.5 Penentuan padat populasi, kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan
dominasi spesies.
Padat populasi tiap spesies nyamuk Anopheles dihitung dalam rata-rata
per perangkap, per orang umpan atau per orang kolektor per malam . Kelimpahan
nisbi, frekuensi tertangkap, dominasi spesies dihitung melalui
umum berikut :
rumus-rumus
Jumlah spesimen spesies nyamuk tertentu
a. Kelimpahan nisbi
=
x 100 %
Jumlah seluruh spesimen nyamuk yang tertangkap
b. Frekuensi tertangkap = Jumlah penangkapan yang berisi spesies tertentu
Jumlah seluruh penangkapan dengan cara sama
c. Angka dominasi
=
Frekwensi tertangkap X kelimpahan nisbi
d. Kepadatan nyamuk per orang pengumpan per jam (Man Hoz~rDensity, MHD):
Kepadatan nyamuk yang menggigit orang per orandjam (Man Bitting Rate,
MBR)
Jumlah Anopheles tertangkap per spesies
MHD
=
=
MBR
Jumlah Jam penangkapan x jumlah pengumpan
Yang hinggap di dinding mmah
=
per ekor/mmah
Yang hinggap di kandang
=
per ekorlkandang
Yang menggigit orang
=
per ekor/orang/jam.
2.6 Perhitungan indeks curah hujan
Indeks curah hujan (ICH) =
Jumlah curah hujan x hari hujan
Jumlah hari pada bulan yang bersangkutan
2.7 Pembedahan kandung telur nyamuk Anopheles betina
Tujuan kegiatan ini adalah untuk
menentukan angka nyamuk pemah
bertelur (purify rate) yaitu dengan mengetahui apakah nyamuk Anopheles betina
yang tertangkap sudah pemah bertelur (parous) atau belum pernah bertelur (nulli
Angka nyamuk pernah bertelur = Jumlah nyamuk pemah bertelur @arous) x 100 %
( p a r i g rate=PR )
Jumlah nyamuk parous dan nulli parous
yang diperiksa ovariumnya
3 Analisis data
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
dan analisis Regresi Linier Sederhana. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan nyata
kemudian dilanjutkan
dengan uji perbandingan nilai tengah yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hubungan antara padat populasi
penderita
nyamuk Anopheles dengan jumlah kasus
malaria serta curah hujan dianalisis dengan Analisis Regresi Linier
Sederhana, dengan program komputer Statistical Product a n d Sources Solzriioi~
(SPSS).
EIASIL D A N PEMBAHASAN
1 Fauna nyamuk Anopheles
Hasil penangkapan nyamuk Anopheles di desa Hargotirto kecamatan Kokap
disajikan pada Tabel 1, Gambar 10 - 13 dan Lampiran 2 - 5. Jenis-jenis nyamuk
Anopheles yang tertangkap di desa Hargotirto adalah An. nzaculatus Theobald,
An. balabacensis Baisas,
An. vagus Donitz dan An. anmtlaris Giles. Tabel 1
menunjukkan bahwa nyamuk An. maculatus dapat tertangkap mulai akhir Maret,
tertangkap hanya di kandang sapi (tiga ekor), dan populasi tertinggi terlihat pada
akhir Juni sebanyak 181 ekor. Satu ekor An. balabacensis tertangkap mulai akhir
Maret dengan umpan orang dan populasi tertinggi terlihat pada akhir Agustus
sebanyak 256 ekor. An. vagus tertangkap pada pertengahan April di kandang sapi
dan dengan perangkap cahaya (light trap) sebanyak 16 ekor, dan populasi tertinggi
terlihat pada pertengahan
Juni
(50 ekor).
Satu ekor An. annzrlaris
tertangkap pada awal April dengan perangkap cahaya (light Pap)
mulai
dan populasi
tertinggi pada akhir Mei (lima ekor) dan diketahui tidak menggigit orang.
Spesies nyamuk Anopheles yang tertangkap di desa Hargotirto adalah 50 %
(empat spesies) dari jumlah (delapan spesies) nyamuk Anopheles yang terdapat di
kecamatan Kokap. Di antara empat spesies yang tertangkap terdapat An. maculatus
yang sudah dikonfirmasildinyatakan sebagai vektor utama malaria di kecamatan
Kokap, dan
An. balabacensis sebagai
vektor sekundernya (Nanzru-2 1999).
Adapun An. balabacensis merupakan vektor utama malaria di Banjamegara, Jawa
tengah (Pranoto 1991).
Tabel 1 Jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto dari Maret - Agustus 2001
Nyamuk Anopheles (ekor/rnalam)
Bulanl
Penangkapan A??.nzaculalus
Maret
1
April
3
Mei
4
5
6
7
8
1
An. balace?lsis
I
AJI.vagt~s
I Ail. artnzrlaris
2
Juni
9
10
11
Juli
12
13
14
Agustus 15
16
17
Jumlah
2 Fluktuasi nyamuk Anoplteles yang tertangkap
Gambar 8 menunjukkan fluktuasi nyamuk Anopheles yang tertangkap di
desa Hargotirto. An. nlaculatus mulai akhir Maret tertangkap dan cenderung
meningkat sampai pertengahan Mei. Pada pertengahan Mei
hujan deras dan
populasi menurun Sampai awal Juni, kemudian naik lagi dan
kepadatan tertinggi
pada pertengahan Juni. Pada akhir Juni hingga pertengahan Agustus kepadatan
menurun lagi karena terjadi hujan, ha1 ini terjadi karena banyak ternpat perindukan
di sepanjang sungai hanyut terbawa arus air. An balabacensis pada akhir Maret
sampai pertengahan Mei fluktuasi naik turun, mulai akhir Mei sampai akhir Agustus
populasi cenderung meningkat dan kepadatan tertinggi terjadi pada akhir Agustus.
An. vagus mulai tertangkap
awal April dan kepadatan tertinggi
terlihat pada
pertengahan Juni, kemudian turun lagi hingga awal Agustus dan naik lagi
pertengahan Agustus. An. annularis
selama ~enangkapanjumlah tertinggi yang
tertangkap hanya tujuh ekor pada akhir Agustus.
1
2
3
Maret
4
April
5
6
7
8
Mei
9
10
11
Juni
12
13
Juli
14
15
16
17
Agustus
Waktu penangkapan
+An.
rnaclclatus
+An.
balabacensis
+An.
annularis
-X-An.
vagus
/
Gambar 9 Fluktuasi
Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara
Kokap pada bulan
penangkapan di desa Hargotirto kecarnatan
Maret - Agustus 2001.
Gambar 10 Nyamuk Auoyheles ninci~1nir1.r
Gambar 11 Nyamuk Anopheles ba/abace~isis
Gambnr 12 Nyamuk Anopheles i1ng11.~
Gambar 13. Nyamuk Anopheles nnnulnris
3 Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Spesies
Anoplteles tertangkap dengan umpan orang
Tabel 2 menunjukkan kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka
dominasi spesies Anopheles yang tertangkap selama enam bulan dengan 17 kali
penangkapan. Dengan umpan orang di dalam mmah tertinggi An. balabacensis
kelimpahan nisbi (56.2 %), frekuensi tertangkap (0,94) dan angka dominasi
(52.83 %) terendah An. vagus kelimpahan nisbi (3.5 %), frekuensi tertangkap (0.24)
dan angka dominasi (0.84 %).Di luar mmah tertinggi An. nlaculalus kelimpahan
nisbi (61.4 %), frekuensi tertangkap (0.82) dan angka dominasi (50.35 %), terendah
An. vagus kelimpahan nisbi (5.43 %), frekuensi tertangkap (0.47) dan angka dominasi
(2.55 %). Sedangkan An. annularis tidak ditemukan menggigit orang baik di dalam
maupun di luar rumah.
Tabel 2 Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap dengan umpan orang di desaHargitirto selama bulan
An. nmculalzis
An. vagus
An. annularis
29
3.5
0.24
0
0.0
0.0
0.84
28
5.43
0.47
2.55
0
0
0
0.0
0
516
829
Total
Keterangan : jum
kn
=
jumlah (ekor)
frek
=
.,
frekuensi tertangkap
=
kelimpahan nisbi (%) dom
=
dominasi
I
An maczllall~s
An. balabacensis
lUl Dalam Rumah
An vagtls
An. annularis
I
Luar Rumah
Gambar 14 Angka dominasi nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan umpan
orang di dalam dan luar rumah di desa Hargotirto selama bulan
Maret - Agustus 2001.
Gambar 14 menunjukkan bahwa Anopheles yang mendominasi menggigit
orang di
dalam rumah adalah
An. balabacensis, sedangkan di luar
rumah
An. n7aculalus.
4
Kelimpahan nisbi, frekuensi dan angka
dominasi nyamuk Anopheles
tertangkap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi
Trbel 3 rnenunjukkan kelimpahan nisbi, frekue
DI DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Oleh
ACEP EFFENDI
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
ACEP EFFENDI. Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di daerah
Kokap kabupaten Kulonprogo daerah istimewa Yogyakarta. Dibimbing ole11
SlNGGIH H. SIGIT sebagai ketua, F. X. KOESHARTO dan UPIK
KESUMAWATI HAD1 sebagai anggota.
Penelitian ini bertujuan mempelajari komunitas nyamuk Anopheles yang
terdapat di desa Hargotirto kecamatan Kokap kabupaten Kulonprogo.
Penangkapan nyamuk dilakukan dengan tiga cara yaitu : (a) memakai umpan
badan manusia (b) memakai perangkap cahaya (light trap), dan (c) menangkap
nyamuk yang hinggap di dalam rumah dan di kandang ternak sapi.
Di desa Hargotirto terdapat empat spesies nyarnuk Anopheles yaitu,
An. maculatus Theobald, An. balabacensis Baisas, An. vagus Donitz dan
An. annularis Giles. Kelimpahan nisbi dan dominasi spesies masing-masing
An. nzaculatus (45.54 % dan 42.81), An. balabacensis ( 43.89 % dan 41.26),
Aiz. vagus (9.66 % dan 7.92) dan An. annularis (0.90 % dan 0.58). Padat
populasi An. maculatus memuncak antara bulan Juni dan Juli, sedangkan
An. balabacensis dan An annularis pada bulan Agustus, serta An. vagus pada
bulan Juni.
An. maculatus adalah nyamuk yang paling tinggi kepadatamya dan paling
dominan diantara empat spesies nyamuk Anopheles yang terdapat di desa
Hargotirto kecamatan Kokap. Di antara tiga cara penangkapan, tertinggi
didapatkan di kandang sapi dan sekitqnya dengan alat aspirator .
An. maculatus dan An. balabacensis puncak aktivitas menggigitnya
terjadi pada tengah malam antara pukul 22.00 - 24.00, An. vagus pukul23.00,
sedangkan An. annularis tidak diketahui menggigit orang. An. maculatus dan
An vagus
bersifat eksofagik, sedangkan An. balabacensis lebih bersifat
endofagik.
Rata-rata angka pernah bertelur (parity rate) dari empat spesies nyamuk
Anopheles tersebut antara 69.20 % - 91.97 %, yang menunjukkan bahwa
populasi nyamuk banyak yang tua. Peningkatan kasus malaria selama enam bulan
berkorelasi positif dengan peningkatan kepadatan populasi nyamuk.
SURAT
PEFWYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
DI DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
DI DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ACEP EFFENDI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Entomologi Kesehatan
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: STUD1 KOMUNITAS NYAMUK ANOPHELES
D l DAERAH KOKAP KABUPATEN KULONPROGO
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Nama
: ACEP EFFENDI
NRP
: 99406
Program Studi: Entomologi Kesehatan
Menyetujui,
1 Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Sing~ihH. S i ~ i tMSc
,
Ketua
<
*
Dr. Upik Kesumawati Hadi, MS
Anggota
Anggota
Mengetahui,
2 Ketua Program Studi
Entomologi Kesehatan
Tanggal Lulus
: 6 Pebruari
2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak Provinsi Banten.
Penulis merupakan putera ke 10 dari ayah bernama M. Syuhada (almarhum) dan
ibu Suhaemi. Penulis beristrikan Noor Laily Aidah dan dikaruniai dua orang
anak, putri bernama Desmira Primanty Dienina lahir
30 Desember 1994,
dan putra bernama M. Rifandito Rahmantio lahir 10 Oktober 2001.
Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar lulus tahun 1979
di Lebak, Sekolah Menengah Pertama lulus tahun 1982 di Lebak. Pada tahun
1985 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas di Bandung, dan melanjutkan ke
Program Diploma satu Sekolah Pembantu Penilik Hygiene Bandung lulus 1986.
Setelah menyelesaikan pendidikan Diploma tiga Akademi Penilik Kesehatan
Teknologi Sanitasi Punvokerto lulus 1992, pada tahun 1997 memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat dari
Universitas Diponegoro
tahun 1999 melanjutkan ke Program Pascasarjana
Semarang, dan
UZB. Tahun 1987 - 1998
bekerja pada Dinas Kesehatan kabupaten Kupang - NTT dan tahun 1998 sampai
sekarang bekerja pada Dinas Kesehatan
Kuparig.
Provinsi Nusa Tenggara Timur di
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Maret sampai Agustus 2001 ialah komunitas
nyamuk, dengan judul Studi Komunitas Nyamuk Anopheles di daerah Kokap
kabupaten Kulonprogo daerah istimewa Yogyakarta.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Singgih H . Sigit, MSc,
Dr.
I?. X . Koesharto, MSc, dan Dr. Upik Kesumawati Hadi, MS sebagai
komisi pembimbing
yang telah memberikan arahan dan bantuan dalam
pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini, Dit. Jen. PPM & PL, Departemen
of Contntunicable Disease
Kesehatan melalui proyek ICDC (hite~is~jcatio~i
Control), yang telah memberi dana,
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang strata-2. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Bapak Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Kulonprogo, Kepala
Puskesmas Kokap I1 dan Bapak Iwan serta Bapak Tukiran sekeluarga yang telah
membantu selama pengumpulan data dan menyediakan tempat selama penelitian
di desa Hargotirto. Ungkapan terima kasih juga kepada Isteri tercinta dan anak
tersayang , atas segala do'a dan dorongannya.
Akhirnya penulis berharap semoga informasi dalam tesis ini dapat
bermanfaat bagi program pengendalian malaria, khususnya di kecamatan Kokap.
Bogor,
Pebruari 2002
Penulis
DAFTAR IS1
Halaman
HALAMAN JUDUL
..
....
EALAMAN SAMPUL DALAM .................................................... 1111
ABSTRAK ..............................................................................
11
LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................
iv
RlWAYAT HIDUP ..................................................................... v
PRAKATA ............................................................................... vi
..
DAFTAR IS1 ...........................................................................
vii
DAFTAR TABEL .....................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................
xi
DAFTAR LAMPlRAN ............................................................... xiii
PENDAHULUAN ......................................................................
1
TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
Penyakit malaria .....................................................................
3
2 Fauna nyamuk di Indonesia .......................................................
5
3 Nyamuk Anopheles sebagai vektor ...............................................
6
Ekologi nyamuk At~opheles......................................................
8
I
4
5 Koleksinyamuk .....................................................................
10
5.1 Penggunaan umpan manusia .................................................. 10
5.2 Penggunaan umpan hewan ................................................... 11
5.3 Penggunaan karbon dioksida ................................................. 11
5.4 Penggunaan cahaya sebagai penarik .........................................
12
BAHAN DAN METODE ............................................................13
..
..
2 Metode penelltlan .................................................................... 16
1 Lokasi penelltian ..................................................................... 13
2.1 Penangkapan dengan perangkap cahaya (light hap)......................... 16
2.2 Penangkapan dengan umpan orang ............................................ 18
2.3 Penangkapan nyamuk yang hinggap di dinding dalam mmah dan
di kandang sapi .................................................................
18
2.4 Identifikasi nyamuk Anopheles ............................................... 21
2.5 Penentuan padat populasi, kelimpahan nisbi. frekuensi tertangkap dan
.
.
d o m ~ n a spesies
s~
................................................................. 21
2.6 Perhitungan indeks curah hujan ..........................
. . . . 22
2.7 Pembedahan kandung telur nyamuk Anopheles betina ................... 22
3 Analisis data .......................................................................
23
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 24
1 Fauna Nyamuk Anopheles ................................................
24
2 Fluktuasi nyamuk Anopheles yang tertangkap ................................ 25
3 Kelimpahan nisbi. frekuensi spesies dan dominasi spesies nyamuk
Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang .......................... 39
4 Kelimpahan nisbi. frekuensi spesies dan dominasi spesies nyamuk
Anopheles yang tertangkap
di dinding dalam rumah dan kandang
sap1...................................................................................
30
5 Kelimpahan nisbi. frekuensi spesies dan dominasi spesies nyamuk
Anopheles yang tertangkap dengan
perangkap
cahaya
(light
trap).................................................................................
6 Kepadatan
populasi nyamuk
32
Anopheles yang tertangkap dengan
berbagai cara penangkapan ....................................................... 34
6.1 Kepadatan nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan perangkap
cahaya (light trap)............................................................... 38
6.2 Kepadatan populasi nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan
umpan badan atau orang ...................................................
39
6.3 Kepadatan populasi nyamuk Anopheles yang tertangkap hinggap
di dinding dalam rumah dan di kandang sap; ............................
40
7 Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles pada malam hari .................. 41
8 Pengaruh cuaca. curah hujan. hari hujan. suhu udara dan kelembaban
nisbi terhadap populasi nyamuk Anopheles ...................................... 43
9 Pembedahan kandung telur nyamuk Anopheles betina .......................
45
10 Korelasi antara populasi nyamuk Anopheles dengan jumlah kasus malaria 48
PEMBAHASAN UMUM ...........................................................
50
.......................................................................
S A R A N ........................................................................
DAFTAR PUSTAKA ACUAN ...................................................
LAMPIRAN .LAMPIRAN .........................................................
53
KESIMPULAN
54
55
59
DAFTAR
Nomor
Teks
TABEL
Halaman
1
Jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap dari bulan Maret
- Agustus 2001 .................................................................... 25
2
Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap dengan umpan orang di desa Hargotirto kecamatan
Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 ............................... 25
3
Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi di desa
Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 ..... 3 1
4
Kelimpahan nisbi, fiekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap dengan perangkap cahaya (light trup) di desa
Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 ..... 33
5
Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles tertangkap per maiam/bulan
dengan berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap
selama bulan Maret - Agustus 2001 ....................................... 34
6
Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles per spesies yang tertangkap
dengan berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap
selama bulan Maret - Agustus 2001 ...................................... 35
7
Rata-rata nyamuk Anopheles yang tertangkap per orangtjam di dalam
dan di luar rumah pada malam hari di desa Hargotirto kecamatan Kokap
selama bulan Maret - Agustus 2001 ....................................... 41
8
Curah hujan, hari hujan, rata-rata suhu udara dan kelemhaban nisbi di di
desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret-Agustus 2001.. . 44
9
Angka pernah bertelur (parity rate) nyamuk Anopheles betina yang
tertangkap dengan perangkap cahaya (liglzt trap) di desa Hargotirto
selama bulan Maret - Agustus 2001 ............................................ 45
10 Angka pernah bertelur (parity rate) nyamuk Anopheles betina yang
tertangkap dengan umpan orang di desa Hargotirto selama bulan
Maret- Agustus 2001 ............................................................. 46
11
Angka pernah bertelur (parityrate) nyamuk Anopheles betina yang
tertangkap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi di desa
Hargotirto selama bulan Maret - Agustus 2001 ... . ... . . .. ... . . .. . ... . ... 47
12 Jumlah kasus dan jenis parasit malaria di desa Hargotirto kecamatan
Kokap dari bulan Maret - Agustus 2001 ... ...... ......... ... ... ..... . 48
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Teks
Halaman
1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Kokap ....................
14
2 Peta daerah penelitian di desa Hargotirto .......................................
15
3 Perangkap cahaya (light trap).....................................................
17
4 Penangkapan nyamuk setiap dua jam dengan light trap ..................... 17
5 Penangkapan nyamuk dengan ulilpan orang .................................... 19
6 Penangkapan yamuk yang hinggap di dinding dalam mmah dengan
menggunakan aspirator ............................................................. 19
7 Penangkapan nyamuk yang hinggap di kandang sapi dan sekitarnya
dengan menggunakan aspirator ................................................... 20
8 Identifikasi nyamuk di bawah mikroskop stereo .............................. 20
9 Fluktuasi Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara penangkapan
di desa Hargotirto kecamatan Kokap selarna bulan Maret -Agustus 200 1. 26
10 Nyamuk
A17
. n~anrlatus........................................................... 27
.......................................................
11 Nyamuk An . balabace~~sis
27
12 Nyamuk An . vagus ............................................................
28
13 Nyamuk An . armularis ...........................................................
28
14 Dominasi spesies Anopheles yang tertangkap dengan umpan orang di
dalam dan luar mmah di desa Hargotirto selama bulan Maret .Agustus
2001 ................................................................................... 30
15 Dominasi spesies Anopheles yang tertangkap di dinding dalam rumah
dan di kandang sapi di desa Hargotirto selama bulan Maret .Agustus
2001 ................................................................................... 32
16 Dominasi spesies Anopheles yang tertangkap dengan perangkap
cahaya (light trap) di desa Hargotirtopada selama bulan Maret-Agustus
2001 .................................................................................. 33
Nomor
Teks
Halaman
17 Rata-rata
banyaknya nyamuk Anopheles tertangkap per bulan
dengan berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto bulan selama
Maret - Agustus 2001 .......................................................................
18 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan
berbagai cara penangkapan di desa Hargotirto selama bulan MaretAgustus 2001 ....................................................................
19 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan
perangkap cahaya (light trap) di desa Hargotirto selama bulan Maret Agustus 2001.. ..................................................................
35
37
38
20 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles (per ekor/orang/malam) yang
tertangkap dengan umpan orang di desa Hargotirto selama bulan
Maret- Agustus 200 1.........................................................
39
21 Rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles yang tertangkap di dinding
dalam rumah dan di kandang sapi di desa Hargotirto selama bulan
Maret-Agustus 2001 ............... ... ......................................
40
22 Rata-rata nyamuk Anopheles yang tertangkap setiap dua jam
dengan umpan orang di dalam dan di luar mmah pada malam hari di
desa Hargotirto selama bulan Maret - Agustus 2001.. ....................
42
23 Fluktuasi rata-rata banyaknya nyamuk Anopheles dan curah hujan di
desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret-Agustus 2001.
43
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Teks
Halaman
Metode statistik dan basil uji statistik dengan program komputer
Statistical Product and Sources Solution (SPSS) ...........................
60
2
Kepadatan nyamuk Anopheles yang menggigit per orang I jam (man
bitting rate , MBR) di dalam dan di luar mmah di desa Hargotirto
kecamatan Kokap selama bulan Maret - Agustus 2001 .................... 64
3
Jumlah nyamuk An. nzaculatus yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret A ~ U S ~2001
U S .....................................................................
65
Jumlah nyamuk An. balabacensis yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan
- . di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret Agustus 2001 ......................................................................
66
umlah nyamuk An. vagus yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret Agustus 2001 ......................................................................
67
Jumlah nyamuk An. annularis yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto kecamatan Kokap selama bulan Maret Agustus 2001 ......................................................................
68
5
6
7
PENDAHULUAN
Penyakit malaria yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles
mempakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini dapat meningkatkan
angka kematian bayi dan anak umur di bawah lima tahun, serta kematian ibu pada
waktu melahirkan. Selain itu malaria dapat menumnkan produkifitas kerja.
WHO (1995) menyatakan bahwa malaria mempakan masalah global,
dengan
300-500 juta kasus dan satu juta kematian per tahun. Di Indonesia
diperkirakan terdapat enam juta penderita per tahun, dengan jumlah kematian
700 orang
dan 70 juta penduduk hidup
di daerah endemis malaria yang
mempunyai resiko tertular. Di Jawa-Bali, malaria ditemukan pada 3 10 desa, 75
kecamatan dan 39 kabupaten, sedangkan di luar Jawa
- Bali
ditemukan 155
kabupatenlkota yang merupakan daerah endemis malaria (Depkes 1999a).
Usaha pengendalian
terdapat kesesuaian
vektor akan memberikan hasil maksimal bila
antara metode pengendalian
yang diterapkan dengan
bioekologi vektor yang menjadi sasaran. Oleh karena itu bioekologi nyamuk
Anopheles yang menjadi vektor di suatu daerah endemis perlu dipelajari dan
diteliti.
Nyamuk Anopheles dapat menjadi vektor bila memenuhi
beberapa
syarat tertentu antara lain, umur nyamuk cukup panjang, kepadatan populasi
tinggi, sering berkontak dengan manusia, dan mampu menjadi inang parasit.
Kabupaten Kulonprogo
adalah daerah endemis malaria di daerah
istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data Dinas Kesehatan kabupaten Kulonprogo,
kecamatan Kokap mempakan daerah endemis malaria selama tiga tahun berturut-
tumt dengan jumlah kasus maupun penyebaran yang cendemng meningkat.
Tahun 1997 jumlah kasus malaria di kecamatan Kokap sebanyak 668 dengan
angka parasit tahunan (annualparasite incidence, MI) sebesar 37.54 'loo, tahun
1998 sebanyak 2.670 kasus dengan API sebesar 36.30 ' / w , tahun
sebanyak 4529 kasus dengan API sebesar
dengan bulan
1999
IS 1.19 O/oo, dan terakhir sampai
Juli 2000 jumlah kasus mencapai
4087 orang. Pada bulan
September tahun 1999 di kecamatan Kokap pernah terjadi kejadian luar biasa
(KLB) malaria dengan jumlah kasus
sebanyak 3167 orang dengan angka
serangan (attack rate, AR) sebesar 20.56 % ( Puskesmas Kokap 1999) .
Penelitian tentang komunitas nyamuk Anopheles di permukiman dan
kandang hewan yang
merupakan satuan ekologi, sangat diperlukan karena
bermanfaat guna menyusun strategi pengendalian nyamuk yang dapat berperan
sebagai vektor penyakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari stmktur komunitas nyamuk
Anopheles di desa Hargotirto, fluktuasi populasi setiap spesies, padat populasi
dan dominasi spesies, dan
angka nyamuk
Anopheles pernah bertelur
(parity rate, PR).
Hasil
penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi dasar
tentang bioekologi vektor yang mutlak diperlukan dalam upaya
pengendalian
malaria di desa Hargotirto.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yakni di antara spesies-spesies
Anopheles yang ada di desa Hargotirto, terdapat spesies nyamuk Anopheles
yang dominan serta terdapat hubungan antara kepadatan populasi nyamuk
Anopheles dengan kasus penyakit malaria di desa Hargotirto.
TINJAUAN PUSTAKA
1
Penyakit malaria
Penyakit malaria dewasa ini merupakan penyakit tropik yang terdapat
hampir di seluruh dunia. Penyebarannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
antara lain suhu yang dibutuhkan untuk menyempurnakan siklus sporogoni
Plasnlodi~rnldi dalam tubuh nyamuk .
Penyakit ini tersebar luas antara lain di Afrika, Amerika tengah, Amerika
selatan, Saudi Arabia, Cina, Malaysia dan Indonesia. Pada umumnya penyebaran
penyakit malaria ini tidak terjadi pada daerah yang memiliki ketinggian 2000 m
di atas permukaan laut, namun di Bolivia dan di pegunungan Himalaya penyakit
malaria ini tejadi pada ketinggian 2000 - 2700 m di atas permukaan laut pradhan
el al. 1970 dalam Wernsdorfer dan Mc. Gregor 1988).
Selama abad 20 kasus malaria di dunia menurun drastis seiring dengan
perubahan lingkungan dan peningkatan sosial ekonomi kecuali di daerah tropis
Afrika karena populasi nyamuk Anopheles di daerah tersebut masih tinggi dan
terjadinya resistensi penggunaan obat. Di daerah tropis Afrika malaria merupakan
masalah kesehatan yang sangat serius dibandingkan dengan negara-negara lain.
Setiap tahun malaria merupakan penyebab kematian bayi dan anak-anak di bawah
usia
14 tahun . Di Afrika penyebaran malaria bersifat endemis dan musiman,
ha1 ini akibat dari perubahan musim yang terjadi di hampir seluruh daerah.
Penderita malaria pada umumnya adalah anak-anak dan wanita hamil (Mac
Donald 1956 dalam Wernsdorfer dan Mc. Gregor 1988).
Di Indonesia malaria telah menyebar ke seluruh provinsi, di luar Jawa Bali terjadi di 155 kabupatenlkodya dan di Jawa
- Bali
39 di kabupatedkodya.
Daerah-daerah di luar Jawa - Bali berdasarkan hasil pemeriksaan sediaan darah,
positif malaria dengan kategori kesakitan rendah (low prevalent area, LPA)
dengan angka parasite rate (PR) < 2 % adalah provinsi Kalimantan Timur,
Jambi,
Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah,
Sulawesi Utara d m Sulawesi Selatan. Yang termasuk kategori kesakitan sedang
(nledizmz prevalent area, MPA) dengan PR 2 % - 5 % adalah provinsi Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Bengkulu dan
Aceh.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori kesakitan tinggi (high prevalent area,
HPA) dengan PR > 5 % adalah provinsi Riau, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara
Timur, Maluku, Sulawesi Utara d m Irian Jaya I Papua (Depkes 1990).
Program pengendalian vektor terhadap nyamuk dewasa
telah dilakukan
melalui penyemprotan rumah-rumah penduduk dengan insektisida (DDT) sampai
tahun 1990. Setelah tahun 1990 di semua provinsi pulau Jawa - Bali digunakan
insektisida bendiocarb 80 % WP dosis 0.2 gr bahan aktif7m2. Di Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Irian Jaya (Papua) digunakan lambda
sihalotrin 10 % WP dosis 0.025 gr bahan aktif/m2, di Kalimantan dan semua
provinsi di pulau Sulawesi digunakan deltamethrin 5 % WP dosis 0.02 gr bahan
aktif/m2, di Sumatra
dengan etofenproks 20.5 % WP. Permethrin 100 EC
digunakan untuk pencelupan kelambu dipakai di seluruh Indonesia. Sedangkan
terhadap larva Anopheles antara lain , penebaran ikan pemakan jentik seperti
ikan kepala timah (Panchax-panchax), ikan gupy (Poecilia reticulatus) (Depkes
1999~).
2 Fauna nyamuk di Indonesia
Spesies nyamuk di dunia dilaporkan sebanyak 2.960. Di Indonesia
terdapat 457 spesies
yang tercakup dalam 18 genus, terdiri atas 80 spesies
Anopheles, 82 spesies Cula, 125 spesies Aedes dan delapan spesies Mansonia.
Sismya sebagai anggota dari genus yang tidak penting dalam penularan penyakit
(O'Connor dan Sopa 1981).
Sushanti et al. (1993) menyatakan bahwa fauna Anopheles di daerah
pantai bekas hutan bakau kecamatan Padangcermin kabupaten Larnpung Selatan
terdiri atas 16 spesies Anopheles yaitu An sundaicus, An.subpictus, An. vagus,
An. indejinitus, An. nigerrimus, An. peditaeniatus, An. kochi, An. barbirostris, An.
barbumbrosus,
An. annularis, An. separatus, An. iesselatus, An. aconitus, An.
umbrosus, An. leucosphyrus dm An. letqer .
Fauna nyarnuk Anopheles di Jawa Tengah
menurut hasil penelitian
Sundararaman et al. (1957) ada 18 spesies, yaitu An. aconitus, An. barbirostris,
An. hyrcanus var.X (venhuisi), An. kochi, An. maculatus, An. philippinensis,
An. schuffneri, An. malayensis, An. tesselatus, An. annularis, An. bezai,
An. hyrcanus sinensis, An. leucosphyrus, An. minirnus flavirostris, A. ramsayi,
An. subpictzrs, An. sundaicus dun An. vagus.
Fauna nyamuk Anopheles di Jawa Tengah di daerah bukit Menoreh
dengan ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut terdiri atas
An. aconitus (60 %,) An. subpictus malayensis (15 %), An. minimusflavirostris
(15 %), An. hyrcanus ng 15 %, dan An. inaculatus (10 %) (Sundararaman et al.
1957).
Barodji et al. (2000) dalam penelitiannya di wilayah kecamatan Kokap
mendapatkan
delapan
spesies nyamuk Anopheles, yaitu An. aconitus,
An. annularis, An. barbirostris, An. balabace~zsis,An. flavirostris, An. kochi,
An. nzactilalus dan An. vagus.
3 Nyamuk Atzopheles sebagai vektor
Di Indonesia nyamuk Anopheles yang telah dikonfirmasi sebagai vektor
yaitu
19 spesies terdiri atas
An. sutzdaicus, An. aconitus, An. nigerrinzus,
An. nzactilatus, An sinensis, An. unzbrosus, An. letifer, An. barbirostris,
An. balabacensis, An. punctulatus, An. farauti, An. bancrofti,
An. karwari,
An. koliensis, An. subpictus,An. longirostris, An flavirostris, An. nzininzus dan
An. lezicosphyrrs (Depkes 1990).
Jenis-jenis nyamuk yang merupakan vektor utama penyakit malaria di
provinsi daerah istimewa Aceh yaitu An. sundaicus dan An. aconitus, di Sumatera
Utara All. mndaicus, An. nigerrimus dan An. letger, di Sumatera Barat An.
nigerrinzus dan An. nzamlatus. Di Riau An. sundaicus, di Jarnbi An. nigerrinzus
dan An. letifer, di Bengkulu An. nigerrinzus, An. nzaculatus dan An. subpictus, di
Sumatera Selatan An. sundaicus, An. nigerrimus, An. n7aculatusvdanAn. letifer, di
Lampung An. aconitus, An. sundaicus dan An. nzaculatus. Di Jawa Barat An.
sundaicus, An. aconitus, An. nzaculatus, An. balabacensis dan An. subpictus, di
Jawa Tengah dan Yogyakarta An. slcndaicus, An. aconitus, An. maculatus dan
An. censis, di Jawa Timur An. sundaicus dan
An. aconitus. Di pulau Bali yaitu
An. sundaicus, An. aconitus dan An. maculatus, di Nusa Tenggara Barat An.
sundaicus, An. aconitus, An. maculatus dan An. subpictus, di Nusa Tenggara
Timur
An. sundaicus, An. aconitus, An. barbirostris dan
An. subpictus.
Di Sulawesi Tenggara An. sundaicus, A17. barbirostris dan An. subpictus, di
Sulawesi Selatan An. sundaicus, An. nigerrinnrs, An. barbirostris, An. subpicttcs,
An.flmlirostris dan An. mininzus, di Sulawesi Tengah An. sundaicus, An. aconitus,
An. barbirostris dan
An. subpictus, di Sulawesi Utara An. aconitzrs,
Ai7. barbirostris, An. subpictus dan An. nzinin7zcs.
Di Kalimantan Selatan
An. nigerrinzus, An. balabacensis dan An. leucosphyrus, di Kalimantan Tengah
An. aconitus, An. n7aculafus dan
A17. unzbrosus, di Kalimantan Barat
An. nigerrinzus, An. unzbrosus, An. letlfer dan An. balabacensis, di Kalimantan
Timur An. sundaicus dan An. balabacensis. Di Maluku An. pzrrzctulat7rs dan
An. bancrofli dan di Irian Jaya (Papua) yaitu An. farauti, A17. bancrofti,
An.
kn~wari,
An. punctulat7rs,
An.
koliensis dan An.
longirostris
(Depkes 1990).
Barodji et al. (1995) menyatakan bahwa vektor malaria di kecamatan
Kokap kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah An.
ntaculafus, nyamuk lain yang ditemukan dan berpotensi sebagai vektor malaria
adalah An. balabacensis, An. aconitzcs dan An. flavirostris.
Vektor filariasis pada manusia di kawasan Indonesia bagian timur adalah
An. barbirostris, untuk Brugia malayi tipe periodik
nokturnal
di Sulawesi
(Atmosoedjono et al. 1976) dan Brugia tinzori di daerah Timor (Atmosoedjono
et al. 1983). Wuchereria bancrofti di Jayapura ditularkan oleh An. farauti,
An. koliensis, An. punctulatus, An. bancrofti , di daerah pantai pulau Flores oleh
An. subpictus dan An. aconitus (Atmosoedjono
et al. 1983).
Disamping itu beberapa spesies lainnya yaitu An. nigerrimus, An.
peditaeniasis, An. farauti, An. subpictus, An. bancrofti, An. koliensis, An. vagus,
An. letifer dan An. punctulatus juga telah diketahui dapat bertindak sebagai vektor
filariasis di beberapa daerah di Indonesia (Atmosoedjono ef al. 1982).
4
Ekoiogi nyamuk Aizopheles
Distribusi serta jarak terbang, perilaku, ketahanan hidup dan kemampuan
menularkan penyakit dapat dipengaruhi oleh faktor cuaca. Jarak terbang efektif
mengandung arti jarak yang dapat ditempuh oleh gerombolan atau populasi
nyamuk untuk berpindah tempat (Horsfall 1955).
Habitat nyamuk An. leucosphyrus telah diteliti yaitu pada genangangenangan air di hutan yang rindang dan tertutup. Sedangkan An. balabacensis
ditemukan pada genangan-genangan air jernih dengan dasar lumpur di hutan
-
hutan, menyenangi tempat terbuka dan terkena sinar matahari langsung. Larva An.
vagus tidak menyukai air kotor dan mengandung garam, tempat perindukannya
pada genangan air tadahan dengan dasar kerikil dan tanah. Nyamuk dewasa An.
vagus sering dijumpai di kandang ternak sapi dan menyukai darah hewan dan
beristirahat di tepian aliran
sungai.
An. ntaculatus menyukai genangan-
genangan air sepanjang aliran sungai, lubang-lubang dan pada sumber mata air
disertai pohon disekitarnya untuk istirahat. Nyamuk dewasa banyak dijumpai di
sekitar rumah dan kandang ternak, menyukai darah manusia dan hewan (Borne Wepster dan Swelengrebel 1953).
Di Sulawesi Van Hell (1952) mendapatkan habitat An. barbiroslris di
daerah pesawahan, An. sundaicus dan An. s2ibpictus di daerah pantai,
An. nigerrimus di daerah rawa-rawa, An. flnvirostris dan An. ludlowae di daerah
sungai-sungai
besar.
Pada
musim
kemarau
An.
An. barbirostris ditemukan di sungai-sungai. Di daerah
barbumbrosus dan
Timor dan Flores
An. subpictus dan An. barbirostris ditemukan masing-masing di daerah pantai
dan persawahan (Lee et al. 1980).
Di Jawa tengah
nyamuk Anopheles
di daerah yang mempunyai
ketinggian 0 - 50 meter dari permukaan laut di habitat sawah ditemukan An.
barbirostris, An. acoriitus, An. mbpictus dan
An. vagus, di habitat tambak
ditemukan An. barbirostris, An. subpictus, An. sundaicus, dan An. vagus. Di
tempurung kelapa An. kuchiiigerisis. Pada daerah ketinggian 51 - 100 meter di
atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. barbirostris, An.
aconitus, An. vagus, dan An. niacztlatus. Pada daerah ketinggian 101 - 200 meter
di atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. nzaculatus, An.
szrbpictus dan An. vagus.Di habitat genangan air, lubang pada batu sungai
ditemukan larva An. maculatzis. Pada daerah ketinggian 2001 - 300 meter di
atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. barbirostris, di
habitat parit di sawah di temukan larva AII. barbirostris. Di habitat genangan air/
lubang batu di sungai di temukan An. v a p s dan An. niacztlatus. Pada daerah
ketinggian 301 - 400 meter di atas permukaan laut
ditemukan larva An. barbirostris dan
pada habitat sawah
An. vagus. Pada daerah ketinggian
401 - 500 meter di atas permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva
An. barbirostris, An. vagus dan An. aconitus, di habitat rawa ditemukan larva
An. barbirostris, An. vagus dan An. aconitus, di habitat pinggir sungai ditemukan
An. subpictus. Pada ketinggian 501 - 600 meter di atas permukaan laut pada
habitat sawah ditemukan larva An. barbirostris, An. vagus dan An. kochi. Pada
ketinggian 601 - 700 meter di atas permukaan laut
ditemukan larva An. barbirostris. Pada ketinggian 901
pada habitat sawah
-
1000 meter di atas
permukaan laut pada habitat sawah ditemukan larva An. vagus @oewono 1999).
5 Koleksi nyamuk
Koleksi nyamuk Anopheles dewasa di lapangan
merupakan kegiatan
entomologi yang dapat menjadi bahan evaluasi dalam program pemberantasan
penyakit malaria. Pengambilan contoh nyamuk ini bertujuan untuk mengetahui
kepadatan (density), keragaman, penyebaran,
fluktuasi dan umur. Koleksi
nyamuk juga dapat digunakan untuk memahami epidemiologi suatu penyakit
yang ditularkan oleh nyamuk, dan mempelajari
penyebaran serta fluktuasi
kepadatan nyamuk di suatu daerah yang dapat digunakan dalam program
pengendalian vektor.
5.1 Penggunaan umpan manusia
Angka menggigit pada manusia sering digunakan untuk memprediksi
peluang terjadinya transmisi suatu penyakit. Gordon et al. (1991) menyatakan
bahwa
dari koleksi berbagai
jenis
nyamuk dengan menggunakan umpan
manusia, nyamuk Anopheles paling banyak tertangkap dibanding dengan spesies
nyamuk lainnya.
Penangkapan nyamuk dengan umpan manusia
untuk tujuan
dilakukan
antara lain
menentukan indeks antropofilik, kontak antara nyamuk dengan
manusia, angka infeksi, penilaian efektifitas upaya pengendalian, serta mengikuti
perubahan sementpa populasi serangga (Service 1976).
Untuk tujuan mempelajari perubahan populasi musiman , maka ukuran
daya tarik manusia sebagai umpan hams tidak berubah selama periode penarikan
contoh. Perubahan dapat dihasilkan dari fluktuasi populasi atau adanya hospes
alternatif,
perubahan fisiologi,
ataupun perilaku nyamuk. Service (1976)
berpendapat bahwa pada waktu penangkapan nyamuk dengan umpan manusia,
kolektor mencoba mengumpulkan nyamuk sebanyak mungkin yang dapat
ditangkap. Nyamuk yang ditangkap ini mungkin
lebih besar daripada yang
menggigit manusia di bawah kondisi alami. Sebaliknya
nyamuk
mungkin
terganggu karena adanya kegiatan koleksi, sehingga pergi ke rumah penderita lain
yang tidak digunakan untuk koleksi.
5.2 Penggunaan umpan hewan
Dengan memasang berbagai macam umpan hewan dalam penangkapan
nyamuk, hewan ternak yang disenangi oleh nyamuk Anopheles adalah
babi dan kerbau (Munif, 1984), sedangkan menurut Soedir (1985)
sapi,
adalah
hewan sapi dan domba. Gordon et al. (1991) dalam penelitiannya di Senegal
mendapatkan nyamuk Ailopheles paling dominan menggigit hewan dan manusia
dibanding spesies-spesies nyamuk lainnya.
5.3 Penggunaan karbon dioksida
Untuk menarik nyamuk datang dalam perangkap, gabungan metode
penangkapan dan pelepasan karbon dioksida pada light trap sangat efektif
Dalam waktu dua jam
nyamuk yang tertangkap meningkat antara 400 % -
500 % (Service 1976).
Dengan adanya fenomena tersebut banyak peneliti telah menggunakan
karbon dioksida sebagai umpan untuk menarik nyamuk. Menurut Service (1976)
penggunaan
karbon dioksida yang efektif untuk
menangkap suatu spesies
nyamuk tertentu atau pada suatu lingkungan tertentu
., ,
digunakan untuk spesies
tidak efektif
sewaktu
atau lingkungan yang lain. Oleh karena itu maka
kombinasi karbon dioksida dengan perangkap cahaya akan lebih baik.
5.4 Penggunaan cahaya sebagai penarik
Graham et al. (1989) menyatakan bahwa perangkap cahaya (light trap)
sangat efektif untuk mengetahui
keragaman fauna nyamuk di suatu daerah,
karena nyamuk pada umumnya tertarik dengan cahaya di sekitarnya.
Menurut
Service (1976) sejak diperkenalkan
oleh Headle (1974),
perangkap dengan cahaya model New Jersey telah menjadi salah satu metode
yang dipakai secara luas. Namun sebagian kalangan yang berkaitan dengan
nyamuk Anopheles, menyatakan bahwa kemampuan perangkap cahaya ini sering
mengecewakan. Begitu juga terhadap Culex pipiens qzrinquefasciatus,
jenis
nyamuk yang terdapat di mana-mana. Pemakaian cahaya sebagai penarik pada
perangkap, lebih artifisial daripada pemakaian hospes penarik lainnya. Akibatnya,
pemakaian metode ini dapat menimbulkan kekacauan pada kelakuan normal
serangga. Respon nyamuk terhadap cahaya pada permulaan menunjukkan
fototaksis positif, kemudian pada jarak tertentu tergantung intensitas
cahaya
pada perangkap akan menunjukkan fototaksis negatif. Jarak sumber cahaya yang
dapat mempengaruhi nyamuk tersebut bervariasi tergantung pada kepadatan
nyamuk,
rancangan perangkap, kualitas cahaya serta jenis nyamuk yang
bersangkutan.
BAHAN DAN METODE
1 Lolcasi penelitian
Lokasi penelitian adalah desa Hargotirto kecamatan Kokap, kabupaten
Kulonprogo Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah endemis malaria di
kabupaten Kulonprogo terdapat di Kecamatan Kokap .
Desa Hargotirto mempunyai luas wilayah 14.713.370 Ha, berbukit-bukit
dengan ketinggian antara 250 - 1000 meter di atas permukaan laut, sepanjang
Bukit Menoreh. Sebagian dari wilayah bagian selatan merupakan tepian waduk
Sermo. Di sepanjang kali yang membentang selebar kurang lebih 10 meter yang
menuju waduk banyak terdapat kubangan atau genangan air yang merupakan
tempat berkembang biaknya nyamuk. Batas wilayah kecamatan Kokap adalah di
sebelah
selatan kecamatan Pengasih, sebelah
utara
kecamatan Girimulyo,
sebelah timur kecamatan Pengasih dan sebelah barat desa Kalirejo dan desa
Duren Sari
kecamatan Bagelen
kabupaten Punvorejo (Gambar 1). Desa
Hargotirto di sebelah barat berbatasan dengan desa Kalirejo kecamatan Bagelen
kabupaten Punvorejo, di sebelah timur
dan selatan berbatasan dengan desa
Hargowilis dan di sebelah utara dengan kecamatan Girimulyo (Gambar 2)
Desa Hargotirto termasuk daerah malaria dengan kasus tertinggi angka
parasit tahunannya (Annual Parasite Incidence, API) yaitu sebesar 633.86 '/IN
dan pada tahun 1999 tejadi kejadian luar biasa1KLB (Puskesmas Kokap 1999).
Gambar 1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta dan kecamatan Kokap
.. . . .... .. .....: Batas Proviilsi
++++*+-I+: Batas Kecalnatan
-- . Batas Desa
: Daerah Penelitian
Gambar 2 Peta daerah penelitian di desa Hargotirto
2 Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk dua kegiatan yaitu penangk.
nyamuk
pada malam hari dan
identifikasi di laboratorium lapangan.
Penangkapan nyarnuk dilakukan tiga kali dalam satu bulan dengan selang waktu
10 hari selama enam bulan dari bulan Maret sampai Agustus 2001. Penangkapan
nyamuk dilakukan dengan menggunakan tiga cara yaitu (a) dengan perangkap
cahaya (lighl /rap),
(b) umpan orang (hztnmm~bait), dan (c) dengan aspirator
untuk menangkap nyamuk yang beristirahat atau hinggap pada dinding dalam
rumah dan di kandang sapi.
2.1 Penangkapa~ide~igan perangkap calraya
Penangkapan ini menggunakan
perangkap cahaya
(lighf trap) yang
dipasang di kandang ternak sapi di lingkungan permukiman penduduk. Dua
buah perangkap cahaya dipasang bergantian masing - masing selama dua jam dari
pukul 18.00 hingga 06.00 (Gambar 3 dan 4).
Segera sesudah light trap
ditumnkan spesimen-spesimen yang terkumpul dipindah ke gelas plastik atau
karton (paper czip) menggunakan aspirator, untuk memudahkan pengangkutan
nyamuk-nyamuk ke tempat pemeriksaan dan sekaligus menjaga agar spesimen
tidak rusak. Kemudian nyamuk dimatikan dengan kloroform lalu diidentifikasi.
Garnbar 4 Penangkapan nya~nuksetiap dua jatn densail perangliap cahaya
(light t r y ) di kandang sapi.
2.2 Penangkapan dengan umpan orang
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui
aktivitas menggigit dan
kepadatan nyamuk di dalam maupun di luar rumah. Sebanyak tiga buah rumah
dipilih secara acak; pada masing-masing rumah
ditempatkan
dua orang
penangkap nyamuk, satu orang di dalam rumah dan satu orang lainnya di halaman
berjarak antara 1 - 3 meter dari bangunan rumah.
Petugas penangkap nyamuk tersebut setiap dua jam bergantian tempat
penangkapan, yang di dalam pindah ke luar dan yang di luar pindah ke dalam.
Penangkapan nyamuk dilakukan sepanjang malam dimulai pukul 18.00 hingga
pukul 06.00 dengan aktivitas penangkapan selama 80 menit setiap dua jam.
Petugas penangkapan duduk di tempat yang tidak banyak tergangy oleh orang
lain dan tidak rnerokok, dengan membuka atau menggulung celana panjang
sampai di atas lutut, nyamuk yang hinggap pada kedua kaki di tangkap dengan
aspirator (Gambar 5). Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas
karton atau plastik (paper cup) dan dibedakan menurut waktu penangkapannya.
Selama penangkapan juga dicatat suhu dan kelembaban nisbi lingkungan setiap
dua jam.
2.3 Penangkapan
nyamnk yang hinggap d i dinding dalam rumah d a n di
kandang sapi
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui banyaknya nyamuk yang
hinggap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi sebelum atau setelah
menghisap darah (Gambar 6 dan 7).
Gnrnbar 5 Penangkapan nyamuk dengan umpan orang dengan aspirator
Garnbar 6 Penangkapan nyamuk di dinding dalam rumah dengan aspirator
Ga~ilbar7 Penanglcapan nyamuk di kandang sapi dengan aspirator
Gail~bal.8 ldentifikasi nyalnuk di bawah milcroskop stereo
Penangkapan nyamuk di dalam rumah dan di kandang sapi dilakukan pada
malam hari yang merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya. Setelah kolektor
menangkap di dalam rumah selama 80 menit lalu dilanjutkan dengan menangkap
nyamuk pada dinding di dalam rumah dan di kandang sapi dengan aspirator
masing-masing selama 20 menit setiap dua
jam. Setiap kali penangkapan
dilakukan oleh tiga orang petugas penangkap nyamuk. Bagian rumah yang dicari
nyamuknya adalah gudang, ruang keluarga, ruang tamu, dapur dan kamar mandi,
sedangkan di kandang sapi yaitu yang hinggap di kandang dan sekitarnya pada
malam hari mulai pukul 18.00 - 06.00.
-
Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke dalam gelas karton atau plastik
(paper cup) dan dibedakan menurut waktu penangkapannya. Pada waktu
penangkapan juga dicatat kelembaban nisbi dan suhu lingkungan serta jenis bahan
bangunan rumah.
2.4 Identifikasi nyamuk
Identifikasi nyamuk di laboratorium lapangan (Gambar 8) sampai pada
spesies dilakukan dengan menggunakan kunci nyamuk Anopheles betina dewasa
susunan 0' Connor dan Soepanto (1978) dan Depkes (1984).
2.5 Penentuan padat populasi, kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan
dominasi spesies.
Padat populasi tiap spesies nyamuk Anopheles dihitung dalam rata-rata
per perangkap, per orang umpan atau per orang kolektor per malam . Kelimpahan
nisbi, frekuensi tertangkap, dominasi spesies dihitung melalui
umum berikut :
rumus-rumus
Jumlah spesimen spesies nyamuk tertentu
a. Kelimpahan nisbi
=
x 100 %
Jumlah seluruh spesimen nyamuk yang tertangkap
b. Frekuensi tertangkap = Jumlah penangkapan yang berisi spesies tertentu
Jumlah seluruh penangkapan dengan cara sama
c. Angka dominasi
=
Frekwensi tertangkap X kelimpahan nisbi
d. Kepadatan nyamuk per orang pengumpan per jam (Man Hoz~rDensity, MHD):
Kepadatan nyamuk yang menggigit orang per orandjam (Man Bitting Rate,
MBR)
Jumlah Anopheles tertangkap per spesies
MHD
=
=
MBR
Jumlah Jam penangkapan x jumlah pengumpan
Yang hinggap di dinding mmah
=
per ekor/mmah
Yang hinggap di kandang
=
per ekorlkandang
Yang menggigit orang
=
per ekor/orang/jam.
2.6 Perhitungan indeks curah hujan
Indeks curah hujan (ICH) =
Jumlah curah hujan x hari hujan
Jumlah hari pada bulan yang bersangkutan
2.7 Pembedahan kandung telur nyamuk Anopheles betina
Tujuan kegiatan ini adalah untuk
menentukan angka nyamuk pemah
bertelur (purify rate) yaitu dengan mengetahui apakah nyamuk Anopheles betina
yang tertangkap sudah pemah bertelur (parous) atau belum pernah bertelur (nulli
Angka nyamuk pernah bertelur = Jumlah nyamuk pemah bertelur @arous) x 100 %
( p a r i g rate=PR )
Jumlah nyamuk parous dan nulli parous
yang diperiksa ovariumnya
3 Analisis data
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Kelompok Lengkap Teracak
dan analisis Regresi Linier Sederhana. Data yang diperoleh dianalisis dengan
analisis sidik ragam. Apabila terdapat perbedaan nyata
kemudian dilanjutkan
dengan uji perbandingan nilai tengah yaitu uji Beda Nyata Terkecil (BNT).
Hubungan antara padat populasi
penderita
nyamuk Anopheles dengan jumlah kasus
malaria serta curah hujan dianalisis dengan Analisis Regresi Linier
Sederhana, dengan program komputer Statistical Product a n d Sources Solzriioi~
(SPSS).
EIASIL D A N PEMBAHASAN
1 Fauna nyamuk Anopheles
Hasil penangkapan nyamuk Anopheles di desa Hargotirto kecamatan Kokap
disajikan pada Tabel 1, Gambar 10 - 13 dan Lampiran 2 - 5. Jenis-jenis nyamuk
Anopheles yang tertangkap di desa Hargotirto adalah An. nzaculatus Theobald,
An. balabacensis Baisas,
An. vagus Donitz dan An. anmtlaris Giles. Tabel 1
menunjukkan bahwa nyamuk An. maculatus dapat tertangkap mulai akhir Maret,
tertangkap hanya di kandang sapi (tiga ekor), dan populasi tertinggi terlihat pada
akhir Juni sebanyak 181 ekor. Satu ekor An. balabacensis tertangkap mulai akhir
Maret dengan umpan orang dan populasi tertinggi terlihat pada akhir Agustus
sebanyak 256 ekor. An. vagus tertangkap pada pertengahan April di kandang sapi
dan dengan perangkap cahaya (light trap) sebanyak 16 ekor, dan populasi tertinggi
terlihat pada pertengahan
Juni
(50 ekor).
Satu ekor An. annzrlaris
tertangkap pada awal April dengan perangkap cahaya (light Pap)
mulai
dan populasi
tertinggi pada akhir Mei (lima ekor) dan diketahui tidak menggigit orang.
Spesies nyamuk Anopheles yang tertangkap di desa Hargotirto adalah 50 %
(empat spesies) dari jumlah (delapan spesies) nyamuk Anopheles yang terdapat di
kecamatan Kokap. Di antara empat spesies yang tertangkap terdapat An. maculatus
yang sudah dikonfirmasildinyatakan sebagai vektor utama malaria di kecamatan
Kokap, dan
An. balabacensis sebagai
vektor sekundernya (Nanzru-2 1999).
Adapun An. balabacensis merupakan vektor utama malaria di Banjamegara, Jawa
tengah (Pranoto 1991).
Tabel 1 Jumlah nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara
penangkapan di desa Hargotirto dari Maret - Agustus 2001
Nyamuk Anopheles (ekor/rnalam)
Bulanl
Penangkapan A??.nzaculalus
Maret
1
April
3
Mei
4
5
6
7
8
1
An. balace?lsis
I
AJI.vagt~s
I Ail. artnzrlaris
2
Juni
9
10
11
Juli
12
13
14
Agustus 15
16
17
Jumlah
2 Fluktuasi nyamuk Anoplteles yang tertangkap
Gambar 8 menunjukkan fluktuasi nyamuk Anopheles yang tertangkap di
desa Hargotirto. An. nlaculatus mulai akhir Maret tertangkap dan cenderung
meningkat sampai pertengahan Mei. Pada pertengahan Mei
hujan deras dan
populasi menurun Sampai awal Juni, kemudian naik lagi dan
kepadatan tertinggi
pada pertengahan Juni. Pada akhir Juni hingga pertengahan Agustus kepadatan
menurun lagi karena terjadi hujan, ha1 ini terjadi karena banyak ternpat perindukan
di sepanjang sungai hanyut terbawa arus air. An balabacensis pada akhir Maret
sampai pertengahan Mei fluktuasi naik turun, mulai akhir Mei sampai akhir Agustus
populasi cenderung meningkat dan kepadatan tertinggi terjadi pada akhir Agustus.
An. vagus mulai tertangkap
awal April dan kepadatan tertinggi
terlihat pada
pertengahan Juni, kemudian turun lagi hingga awal Agustus dan naik lagi
pertengahan Agustus. An. annularis
selama ~enangkapanjumlah tertinggi yang
tertangkap hanya tujuh ekor pada akhir Agustus.
1
2
3
Maret
4
April
5
6
7
8
Mei
9
10
11
Juni
12
13
Juli
14
15
16
17
Agustus
Waktu penangkapan
+An.
rnaclclatus
+An.
balabacensis
+An.
annularis
-X-An.
vagus
/
Gambar 9 Fluktuasi
Anopheles yang tertangkap dengan berbagai cara
Kokap pada bulan
penangkapan di desa Hargotirto kecarnatan
Maret - Agustus 2001.
Gambar 10 Nyamuk Auoyheles ninci~1nir1.r
Gambar 11 Nyamuk Anopheles ba/abace~isis
Gambnr 12 Nyamuk Anopheles i1ng11.~
Gambar 13. Nyamuk Anopheles nnnulnris
3 Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Spesies
Anoplteles tertangkap dengan umpan orang
Tabel 2 menunjukkan kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka
dominasi spesies Anopheles yang tertangkap selama enam bulan dengan 17 kali
penangkapan. Dengan umpan orang di dalam mmah tertinggi An. balabacensis
kelimpahan nisbi (56.2 %), frekuensi tertangkap (0,94) dan angka dominasi
(52.83 %) terendah An. vagus kelimpahan nisbi (3.5 %), frekuensi tertangkap (0.24)
dan angka dominasi (0.84 %).Di luar mmah tertinggi An. nlaculalus kelimpahan
nisbi (61.4 %), frekuensi tertangkap (0.82) dan angka dominasi (50.35 %), terendah
An. vagus kelimpahan nisbi (5.43 %), frekuensi tertangkap (0.47) dan angka dominasi
(2.55 %). Sedangkan An. annularis tidak ditemukan menggigit orang baik di dalam
maupun di luar rumah.
Tabel 2 Kelimpahan nisbi, frekuensi tertangkap dan angka dominasi Anopheles
yang tertangkap dengan umpan orang di desaHargitirto selama bulan
An. nmculalzis
An. vagus
An. annularis
29
3.5
0.24
0
0.0
0.0
0.84
28
5.43
0.47
2.55
0
0
0
0.0
0
516
829
Total
Keterangan : jum
kn
=
jumlah (ekor)
frek
=
.,
frekuensi tertangkap
=
kelimpahan nisbi (%) dom
=
dominasi
I
An maczllall~s
An. balabacensis
lUl Dalam Rumah
An vagtls
An. annularis
I
Luar Rumah
Gambar 14 Angka dominasi nyamuk Anopheles yang tertangkap dengan umpan
orang di dalam dan luar rumah di desa Hargotirto selama bulan
Maret - Agustus 2001.
Gambar 14 menunjukkan bahwa Anopheles yang mendominasi menggigit
orang di
dalam rumah adalah
An. balabacensis, sedangkan di luar
rumah
An. n7aculalus.
4
Kelimpahan nisbi, frekuensi dan angka
dominasi nyamuk Anopheles
tertangkap di dinding dalam rumah dan di kandang sapi
Trbel 3 rnenunjukkan kelimpahan nisbi, frekue