BAB II- TEORI EVALUASI PROGRAM REMEDIAL

(1)

A. Landasan Teori

Landasan teori adalah teori-teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2006 : 327). Landasan Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, kontrak, definisi dan preposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. Berikut penulis akan menguraikan beberapa teori yang tertuang didalam penelitian ini.

1. Evaluasi

Sebuah kebijakan tidak bisa dilepas begitu saja setelah diimplementasikan. Kebijakan ini harus diawasi dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut dengan evaluasi kebijakan. Evaluasi, bila diterjemahkan secara tunggal dapat berarti kegiatan yang bertujuan memberikan penilaian terhadap sesuatu yang telah dikerjakan.

Menurut Firman Aji (1990 : 30), evaluasi adalah :

“Serangkaian usaha-usaha yang dilakukan untuk mengukur dan memberikan penilaian secara objektif terhadap pencapaian-pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya, dimana hasil-hasil dan evaluasi tersebut dimaksudkan untuk menjadi umpan balik bagi perencanaan kembali”.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka dalam evaluasi terdapat serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menilai jalannya suatu pelaksanaan kegiatan dan juga sebagai usaha untuk menilai manfaat dari suatu kebijakan.


(2)

Siagian (1989 : 4) mengemukakan :

“Evaluasi adalah fungsi organik administrasi dari manajemen yang terakhir yaitu merupakan proses pengeluaran dan perbandingan daripada hasil-hasil pekerjaan yang senyatanya dicapai dengan hasil yang seharusnya dicapai”.

Selanjutnya, Parayudi Atmosudirjo, seperti yang dikutip oleh Iskandar (1999 : 8), mengemukakan evaluasi adalah pengawasan yang dilakukan dengan mengadakan pengukuran terhadap keseluruhan penyelenggaraan terutama setelah selesai”. Sedangkan Joint Comitte berpendapat bahwa, evaluasi merupakan penelitian yang sistematik atau teratur tentang manfaat atau guna suatu objek (Tayibnapis, 2004 : 4).

Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah usaha untuk mengukur dan memberikan nilai secara objektif terhadap hasil-hasil dari pelaksanaan suatu kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Evaluasi juga dapat digunakan untuk melihat apakah pelaksanaan suatu kegiatan sesuai dengan apa yang direncanakan sebelumnya atau tidak, seandainya tidak tercapai dimanakah letak kelemahan dari kegiatan tersebut sehingga nantinya dapat diperbaiki atau bahkan dihentikan sama sekali.

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses kebijaksanaan Negara. Islamy (1994 : 37) menguraikan terdapat enam proses perumusan kebijaksanaan negara, antara lain :

a. Perumusan masalah kebijaksanaan negara. b. Penyusunan agenda pemerintah.

c. Perumusan usulan kebijaksanaan negara. d. Pengesahan kebijaksanaan negara.

e. Pelaksanaan (implementasi) kebijaksanaan negara. f. Penilaian (evaluasi) kebijaksanaan negara .


(3)

Berdasarkan keenam proses perumusan tersebut, terlihat bahwa proses kebijakan dapat digambarkan sebagai urutan keadaan-keadaan yang berbeda dan berhubungan dengan suatu kebijakan. Dengan kata lain, dalam suatu proses kebijakan adalah keseluruhan dari tindakan-tindakan yang dinamis sehubungan dengan persiapan, penentuan, pelaksanaan (implementasi), penilaian (evaluasi) dan pengendalian (umpan balik) dari suatu kebijakan (Iskandar, 1999 : 37)

Pengertian evaluasi menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.

Sedangkan Siagian (1987 : 78), mengemukakan :

“Evaluasi adalah proses pengukuran dan perbandingan hasil-hasil kegiatan operasional yang nyatanya dicapai dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai menurut target dan standar yang telah ditentukan sebelumnya”. Menurut Sugiyono (2004 : 10), penelitian evaluasi terdiri dari2 (dua) jenis yaitu :

1. Penelitian evaluasi formatif yang menekankan pada proses

Evaluasi ini dilakukan pada saat program sedang berjalan, bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan pengelolaan dalam jangka waktu tertentu, sejauhmana keberhasilan program, melihat penyimpangan, meningkatkan efesiensi, efektifitas dan produktivitas program.

2. Penelitian evaluasi sumatif yang menekankan pada produk

Evaluasi sumatif dilakukan pada saat proyek atau program telah selesai dilaksanakan, dengan tujuan untuk mendapatkan feedback dari suatu aktivitas dalam proses, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan program atau produk. Evaluasi ini menekankan pada efektifitas pencapaian program yang berupa produk tertentu.


(4)

Evaluasi pada dasarnya adalah untuk mengukur bagaimana proses implementasi dari program dan proyek yang berlangsung, sekalipun yang dilihat adalah prosesnya, namun evaluasi ini tidak terlepas dari kerangka berfikir input-output. Sehingga dalam mengevaluasi tetap dilihat yang menjadi input dari proyek dan apa outputnya.

Input, dalam suatu sistem merupakan komponen tahap awal yang menjadi masukan dalam suatu sistem. Komponen input akan memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam proses suatu sistem. Masukan (input) mewakili semua faktor yang ditanamkan dalam suatu organisasi oleh lingkungan ekstern. Masalah ini diolah atau diubah menjadi macam-macam keluaran yang dikembalikan kepada lingkungannya.

Proses, merupakan suatu proses pengerahan semua faktor yang terdapat di dalam masukan atau input sehingga dapat diberdayakan atau dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai suatu proses, di dalamnya terdapat tahapan-tahapan kegiatan yang tersusun secara sistematis dan berkelanjutan. Secara nyata pada proses transformasional semua kegiatan harus dilaksanakan dalam suatu kerangka manajemen yang secara integratif menjadi acuan dan memberikan gambaran yang jelas tentang semua aspek.

Output, merupakan hasil pelaksanaan kebijakan seperti yang telah ditetapkan pada tujuan sebelumnya. Hasil dari pelaksanaan kebijakan tersebut merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh pelaksanaan kebijakan tersebut yang berupa kriteria tertentu. Hasil dari output tersebut akan dilihat dan dibandingkan dengan program yang sudah ditentukan.


(5)

Umpan balik, atau disebut juga dengan feedback adalah komponen system yang berfungsi sebagai reaksi atau respon yang terjadi yang disebabkan oleh pelaksanaan suatu kebijakan, kedudukan umpan balik berfungsi sebagai aspek evaluasi pelaksanaan suatu kebijkan yang bertujuan sebagai langkah perbaikan dan penyempurnaan pelaksanan evaluasi, yang memadai kerangka berfikir input-output.

Dari aspek pelaksanaan, evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan.

Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan.

Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil keputusan. Secara rinci dapat disampaikan sebagai berikut : (Arifin, 2011 : 99)

a. Evaluasi ialah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya, sedalam-dalamnya yang bersangkutan dengan kapabilitas pelaksanaan, guna mengetahui sebab akibat dari dilaksanakannya kegiatan tersebut.

b. Dalam rangka pengembangan, evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk menilai seberapa jauh program yang telah berjalan seperti yang telah direncanakan.

c. Evaluasi sebagai suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pelaksanaan kegiatan dan apakah proses dalam pengembangan ilmu telah berada dijalan yang diharapkan.

d. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat dan merupakan bagian yang integral dari suatu kegiatan/program.

e. Evaluasi merupakan proses yang sistematis mulai dari menentukan tujuan (objektif) sampai menentukan keputusan, dimana prosesnya diawali dengan menentukan sasaran (objek) yang akan dievaluasi,


(6)

menentukan instrumen (alat ukur), cara mengukur, mencatat data, menganalisis, menginterprestasi hasil analisis, mengambil kesimpulan dan menetapkan keputusan.

Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian evaluasi adalah :

1) Merupakan suatu kegiatan yang direncanakan dengan cermat.

2) Kegiatan yang dimaksud merupakan bagian yang integral dari seluruh pelaksanaan, sehingga arah dan tujuan evaluasi harus sejalan dengan tujuan yang diinginkan.

3) Evaluasi harus memiliki dan berdasarkan kriteria keberhasilan yaitu keberhasilan dari : (a) Perencanaan, (b) Program Kerja, dan (c) Tujuan yang ingin dicapai.

4) Evaluasi merupakan suatu tes maka evaluasi dilaksanakan sepanjang kegiatan program berlangsung.

5) Evaluasi bernilai positif, yaitu mendorong dan mengembangkan kemampuan para pelaksana program, kemampuan melaksanakan program serta menyempurnakan program kerja sebelumnya.

6) Evaluasi merupakan alat (the means) bukan tujuan (the end) yang digunakan untuk menilai apakah proses perkembangan telah berjalan semestinya.

7) Evaluasi adalah bagian yang sangat penting dalam suatu sistem untuk mengetahui apakah sistem itu baik/tidak.

Berdasarkan beberapa rumusan diatas dapat didefinisikan bahwa evaluasi merupakan serangkaian kegiatan yang sistematis yang dilakukan dalam rangka


(7)

untuk mengetahui apakah suatu kegiatan telah teerlaksana sesuai dengan tujuan yang telah diteetapkan atau belum.

Pada Evaluasi Program Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Di Sekolah Menegah Pertama Negeri Di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin akan dilihat atau dinilai dengan menggunakan penilaian pada tahap proses atau disebut dengan evaluasi formatif (monitoring), juga pada tahap akhir disebut dengan evaluasi sumatif (output).

2. Kegiatan Pembelajaran

Pendidikan merupakan pondasi negara. Pada umumnya, negara-negara didunia memperhatikan pendidikan negerinya dengan berbagai kebijakan, baik dalam hal membentuk undang-undang, menyediakan prasarana dan sarana, hingga pengaturan sistem pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan di dalam negerinya.

Namun seperti halnya di Indonesia, pendidikan mengalami hambatan yang serius terutama dalam kesediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan belajar mengajar. Karena hal ini membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah serta masyarakat dalam memenuhi kebutuhan akan sarana dukung pendidikan yang kondusif.

Kegiatan belajar-mengajar merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah pendidikan. Keduanya merupakan sebuah proses interaksi antara peserta didik dengan tenaga pendidiknya. Kegiatan belajar dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran. Pembelajaran proses interaksi peserta


(8)

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1).

Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Manusiawi terlibat dalam sistem pengajaran, terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya.

Dalam proses pembelajaran diperlukan faktor pendukung lain, yaitu faktor lingkungan dan sejumlah faktor yang memang direncanakan untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang dikehendaki, diantaranya kurikulum dan sarana perangkat yang lain.

3. Mutu Pendidikan

Mutu adalah sebuah proses terstruktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan (Arcaro,1999:21). Mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang dan jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau tersirat (Rohiat, 2009:52). Mutu memiliki peranan yang sangat menentukan dalam hubungan antara pemberi layanan dan penerima layanan. Sama halnya dengan dengan mutu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, mutu dalam bidang pendidikan juga penting untuk diperhatikan. Mutu pendidikan berupaya untuk memberikan kemudahan akses, keadilan dan pemerataan.

Selain itu, menurut Sallis mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang sangat berpengaruh terhadap pencapaian mutu pendidikan, diantaranya sarana dan prasarana, SDM, teknologi dan kepemimpinan.


(9)

“Ada banyak sumber mutu pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang , spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumberdaya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif”.

Merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Rohiat sebelumnya, bahwa mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh sejumlah aspek, mulai dari kondisi awal, masukan (input), aktivitas (process), manfaat (outcome), keluaran (output) hingga pada dampak (impact), pendapat Danim (2006 : 53) tentang aspek-aspek yang mempengaruhi mutu pendidikan berikut :

“Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sis. Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumberdaya manusia, seperti kendala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku, kurikulum, sarana prasarana sekolah, dan lain-lain. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang berupa perangkat lunak, seperti peraturan, organisasi, dan deskripsi kerja. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan kebutuhan, seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita. Mutu proses pembelajaran mengandung makna bahwa kemampuan sumberdaya sekolah mentransformasikan multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat nilai tambah tertentu bagi peserta didik. Hasil pendidikan dikatakan bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu”.

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dikutip d alam Solichim Abdul Wahab (2002 : 64) dapat diartikan sebagai penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu, dan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Artinya, pelaksanaan merupakan proses lanjutan setelah perencanaan secara optimal ditetapkan organisasi. Pelaksanaannya yang


(10)

sesuai dengan rencana akan mendapatkan hasil yang baik sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif.

Konsep tersebut diperkuat oleh Terry (Alam Yulianti, 2005 : 13) yang menyatakan bahwa pelaksanaan adalah kegiatan meliputi menentukan, mengelompokan, mencapai tujuan, penugasan orang-orang dengan memperhatikan lingkungan fisik sesuai dengan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan adalah suatu kegiatan untuk merealisasikan rencana-rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga tujuan dapat tercapai.

Proses pelaksanakan kebijakan publik mengandung resiko untuk gagal. Hogwood dan Gunn dalam Wahab telah membagi pengertian kegagalan kebijakan dalam 2 (dua) katagori : 1) Non Implementation atau tidak terimplementasikan dan 2) Unsuccessful Implementation atau implementasi yang tidak berhasil (Wahab,2001:61). Biasanya kebijakan yang memiliki resiko untuk gagal itu disebabkan oleh 3 (tiga) hal, yaitu :

a. Pelaksanaannya jelek (bad execution)

b. Kebijakannya sendiri memang jelek (bad policy)

c. Kebijakan itu memang bernasib jelek (bad

luck), (Wahab, 2001:62)

Sesuatu kebijakan bisa saja tidak dapat dilaksanakan secara efektif sehingga dinilai oleh para pembuat kebijakan sebagai pelaksanaan yang jelek. Dapat juga karena kondisi yang tidak memungkinkan sehingga tidak ada yang dapat disalahkan, jadi memang nasib kebijakan itu jelek. Ada juga kebijakan yang


(11)

memang dari awalnya memang jelas, maksudnya telah dirumuskan secara sembrono, tidak didukung oleh informasi yang memadai, dan harapan-harapan yang tidak realistis.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2005 : 553) yang dimaksud dengan pelaksanaan adalah perbuatan atau melaksanakan, sedangkan pelaksanaan menurut Westra (1981: 231) adaalah seorang petugas melaksanakan pekerjaan-pekerjaan sesuai dengan bidang tugas, wewenang dan tanggungjawab.

Selanjutnya Terry (dalam Soewono, 198 9: 231) mendefinisikan :

“Pelaksanaan adalah kegiatan yang meliputi, menentukan, mengelompokkan dan mengatur berbagai kegiatan tujuan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan, penugasan orang-orang dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan fisik sesuai dengan hubungan kewenangan yang dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut”.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sesuatu kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar apabila memperhatikan faktor lingkungan fisik dengan kejelasan tugas, wewenang dan tanggungjawab yang dilimpahkan terhadap setiap individu untuk melaksanakan kegiatan tersebut.

Seluruh hal yang ada dalam pelaksanaan harus memiliki perencanaan yang diakomodasikan secara baik dan menghasilkan suatu kegiatan yang benar-benar berdasarkan pada perencanaan yang baik pula sehingga rencana tersebut terjamin untuk dilaksanakan. Akomodasi isi rencana dapat menyangkut unsur-unsur pokok yang ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan.

Berdasarkan konsep pelaksanaan yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan merupakan salah satu bagian penting dari manajemen.

5. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antarguru siswa dan komunikasi timbsal balik yang berlangsung dalam situasi


(12)

edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak dapat dipisahkan. Antara dua komponen tersebut harus terjalinj interaksi saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapaisecara optimal.

Menurut Hasibuan (2006 : 43), pola pembelajaran yang efektif adalah : pola pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa, artinya guru tidak harus selalu menjadi pihak yang lebih dominan. Pada pola pembelajaran ini guru tidak boleh hanya berperan sebagai pemberi informasi, tetapi juga bertugas dan bertanggung jawab sebagai pelaksana yang yang harus menciptakan situasi memimpin, merangsang, dan menggerakkan secara aktif. Selain itu, guru harus dapat menimbulkan keberanian siswa baik untuk mengeluarkan idenya maupun hanya sekadar untuk bertanya. Hal itu disebabkan karena mengajar bukannya hanya suatu aktivitas yang sekadar menyampaikan informasi kepada siswa, melainkan suatu proses yang menuntut perubahan peran seorang guru dari informator menjadi pengelola belajar yang bertujuan untuk membelajarkan siswa agar terlibat secara aktif sehingga terjadi perubahan-perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Salah satu tujuan pembelajaran adalah meningkatkan kemampuan berpikir siswa dengan mengembangkan proses berpikir tingkat tinggi siswa. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus menyediakan peluang di dalam kelas yang mempertimbangkan prakarsa dan keterlibatan siswa lebih besar. Salah satu metode untuk merangsang siswa berkomunikasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran adalah dengan pertanyaan.

Menurut pendapat Hasibuan 2006 : 45), adalah:

dalam konteks pembelajaran dan sudut pandang teori belajar, pertanyaan merupakan suatu stimulus yang mendorong anak untuk berpikir dan belajar sehingga ank lebih mudah menguasai materi atau konsep yang diberikan dan kemampuan berpikir siswa akan lebih berkembang. Sejalan dengan itu,


(13)

sudut pandang lain juga mengatakan bahwa pertanyaan merupakan suatu tindakan pedagogik guru dalam rangka mengkonstruksi pengetahuan secara bersama.

6. Hakikat Pembelajaran Perbaikan (remedial teaching)

Pembelajaran perbaikan (remedial teaching) merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.

Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian


(14)

program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.

Dengan diberikannya pembelajaran perbaikan (remedial teaching) bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.

7. Prinsip-Prinsip Perbaikan Pembelajaran (remedial teaching)

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain :

1. Adaptif

Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program perbaikan (remedial) hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.

2. Interaktif

Pembelajaran perbaikan (remedial teaching) hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.


(15)

Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

4. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin

Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.

5. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan

Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.

8. Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran Remedial

Pada Remedial Teaching itu terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar, agar dapat memberikan diagnosa kesulitan belajar dan menganalisa kesulitan-kesulitan itu. Oleh sebab itu guru perlu menyusun perencanaan Remedial Teaching dan dilaksanakan bagi anak yang memerlukan, (Roestiyah, 1989 : 40)

Remedial Teaching (Pengajaran Remedial) yang dilakukan di lingkungan SMP Negeri di Kecamatan Air Sugihan sudah berjalan sebagaimana semestinya.


(16)

Namun, dalam kenyataannya masih perlu belajar untuk lebih mengenal mengenai Remedial Teaching dalam mengetasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran . Yang mana setiap yang mengajar pada bidang studi tertentu akan Menghadapi kesulitan dalam pencapaian nilai yang standar sesuai yang diharapkan oleh tiap guru.

Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada proses pembelajaran yang dilakukan di kelas khususnya pada mata pelajaran Sejarah yang setidaknya sudah menerapkan Remedial Teaching dalam setiap kompetensidasarnya (KD) guna mencapai standar nilai yang ditetapkan oleh guru yang mengajar dan untuk meningkatkan hasil prestasi yang dicapai melalui ujian atau ulangan perbaikan bagi siswa yang masih belum bisa mencapai standar nilai yang diharapkan.

Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment)pembelajaran remedial.

Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dan sebagainya. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.

a. Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.


(17)

b. Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dan sebagainya.

c. Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tunarungu, tunanetra¸tunadaksa, dan sebagainya.

Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:

a. Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan apabila sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar.

b. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan apabila terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan

prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.


(18)

d. Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.

Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran yang terhimpun dalam satu atau beberapa KD.

Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi, dan lain-lain. Penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester.

Dalam tahap implementasi pembelajaran remedial, dapat mengikuti siklus belajar, yaitu: mulai dari invitasi yang menghubungkan dengan kesulitan siswa, melakukan eksplorasi dengan berbagai sumber belajar dan bahan pelajaran –suatu fenomena yang konkrit, merumuskan eksplanasi dan solusi, dan merumuskan tindak lanjut dengan cara menghubungkan konsep yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari siswa. Tahap kritis pada pembelajaran remedial adalah melaksanakan observasi atau penilaian pencapaian dan kemajuan siswa dalam memahami konsep yang sulit tersebut. Di samping mengobservasi penguasaan


(19)

standar kompetensi yang telah ditentukan, juga diobservasi kemampuan mereka cara memperoleh informasi dan membangunnya dan cara memecahkan masalah, serta memupuksendiri rasa percaya diri dalam belajar.

Efektifitas pembelajaran remedial juga bergantung kepada komitmen seluruh tenaga kependidikan, mulai dari guru-guru, kepala sekolah, dan staf pengelola sumber daya yang ada di sekolah serta orang tua siswa. Kerja sama yang harmoni dan pemberdayaan semua sumber daya yang ada secara optimal akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran remedial yang dilakukan. Di samping itu, dokumentasi terhadap upaya penyelenggaraan pembelajaran remedial dan dokumentasi yang rinci terhadap kemajuan siswa sangat membantu penyelenggaraan pembelajaran remedial selanjutnya.

Perbedaan pembelajaran remedial dengan pembelajaran reguler terletak pada pendekatan yang digunakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran remedial direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan individu atau kelompok peserta didik, sedangkan pembelajaran biasa menerapkan pendekatan klasikal, baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanaannya.

Pembelajaran remedial dapat dilaksanakan sebelum atau sesudah kegiatan pembelajaran reguler. Pembelajaran remedial yang dilaksanakan sebelum pembelajaran reguler dilaksanakan untuk membantu peserta didik yang diduga akan mengalami kesulitan (preventif). Pembelajaran remedial yang dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran reguler dilaksanakan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar (kuratif).


(20)

Di bawah ini diberikan contoh Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), sebagai berikut

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP/MTs. : ... Mata Pelajaran : ... Kelas/Semester : ... Standar Kompetensi : ... Kompetensi Dasar : ... Indikator : ...

Alokasi Waktu : ... x 40 menit (… pertemuan) a. tujuan pembelajaran

b. materi pembelajaran c. metode pembelajaran

d. langkah-langkah kegiatan pembelajaran Pertemuan 1

Pertemuan 2 dst

e. sumber belajar f. penilaian

Pelaksanaan pembelajaran pada umum terbagi atas tiga komponen, yakni kegiatan awal atau pendahuluan, kegiatan inti atau pokok dan kegiatan akhir atau penutup. Uraian selengkapnya langkah-langkah dari ketiga komponen tersebut adalah:

1) Kegiatan Awal

Kegiatan yang dilakukan pada awal kegiatan belajar mengajar adalah: a) mengondisikan belajar siswa; dan

b) perkenalan dengan siswa dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada siswa agar dalam pelaksanaan kegiatan berlangsung lebih akrab.


(21)

c) Apersepsi yakni kegiatan penghubung antara pelajaran yang telah disampaikan dengan pelajaran yang akan disampaikan

2) Kegiatan Inti

Dalam kegiatan inti guru akan menerapkan model-model pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sesuai dengan pendekatan yang digunakan.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir merupakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, sebagai akhir pelaksanaan kegiatan belajar pembelajaran adalah memberikan tindak lanjut belajar siswa.

Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan kegiatan membelajarkan siswa agar mereka mampu memahami materi pelajaran, baik yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung sehingga tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar dapat dikuasai oleh siswa.

4) Penilaian Pembelajaran

Penilaian dalam pembelajaran merupakan umpan balik hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen program pembelajaran. Melalui hasil penilaian, guru dapat mengukur keberhasilan penyususnan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran/program pembelajaran. Uraian ini diperkuat oleh penjelasan berikut:


(22)

Penilaian dalam proses belajar mengajar berfungsi sebagai alat untuk mengukur tercapai-tidaknya tujuan pengajaran. Melalui penilaian dapat ditetapkan apakah proses tersebut berhasil atau tidak. Kalau berhasil, guru dapat melanjutkan bahan pengajaran pada minggu atau pertemuan berikutnya, tetapi kalau belum berhasil bahan yang telah diberikan perlu pengulangan atau pemahaman kembali sampai siswa dapat menguasainya.

Selanjutnya, Syamsuddin (2003: 13) menjelaskan, bahwa “siswa dikatakan telah berhasil dalam penilaian jika mencapai taraf penguasaan minimal 75% dari tujuan yang ingin dicapai”. Taraf penguasaan minimal yang dimaksud Syamsuddin sebenarnya sama dengan ketentuan BNSP tentang perlu adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Dalam penilaian yang disajikan pada akhir kegiatan pembelajaran terdapat dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu prosedur penilaian dan alat penilaian. “Prosedur penilaian artinya penetapan bagaimana cara penilaian akan dilakukan. Apakah secara lisan, tertulis, atau tindakan. Sedangkan alat penilaian berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa” (Sudjana, 2005 : 65).

Selanjutnya, dalam penyusunan pertanyaan dijelaskan sebagai berikut.

1) Isi pertanyaan harus betul-betul mengungkapkan makna yang terdapat dalam rumusan tujuan instruksional khusus.

2) Kata-kata operasional yang digunakan sebagai titik-tolak rumusan pertanyaan.

3) Setiap pertanyaan yang diajukan harus mempunyai jawaban yang pasti sehingga dijadikan pegangan dalam menetapkan tercapai-tidaknya tujuan instruksional khusus.

4) Banyaknya pertanyaan sekuranng-kurangnya sama dengan banyaknya tujuan instruksional khusus.


(23)

5) Rumusan pertanyaan harus jelas, tegas, dan dalam bahasa yang sudah dipahami maknanya oleh para siswa sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda diantara siswa (Sudjana, 2005 : 65).

Sejalan dengan uraian di atas, Syamsuddin (2003: 92) menjelaskan, bahwa langkah-langkah dalam menyusun penilaian adalah:

a. menentukan jenis tes yang sesuai dengan TPK, misalnya:

(a) tes tertulis; (b) tes lisan; dan

(c) tes perbuatan.

Jenis tes yang dipilih haruslah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Misalnya, tujuan “Siswa dapat melakukan perintah lisan dengan tepat” tentu tidak dapat diukur dengan tes lisan atau tertulis tetapi harus dengan tes perbuatan. b. menyusun pertanyaan atau item tes sesuai dengan jenis dan bentuk tes yang

dipilih.

Berkenaan dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa penilaian pembelajaran adalah umpan balik hasil kegiatan pembelajaran dalam rangka perbaikan setiap komponen program pembelajaran, disusun dengan memperhatikan prosedur dan alat penilaian berdasarkan langkah-langkah penyusun yang telah ditetapkan.

9. Tinjauan Tentang manajemen

Manajemen adalah suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber-sumber lainya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu (Hasibuan, 2002 : 1).


(24)

Kemudian menurut Handoko (2001 : 4) manajemen adalah penarikan seleksi pengembangan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan-tujuan individu maupun organisasi.

Berdasarkan berbagai pendapat dan penjelasan dari para ahli di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni untuk memahami bagaimana manusia bekerjasama dan mampu untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sehingga tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat dicapai.

Berdasarkan konsep pelaksanaan yang telah dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan merupakan salah satu bagian penting dari manajemen.

a. Konsep Manajemen

Pelaksanaan suatu program harus melalui beberapa tahapan perencanaan yang kesemuanya dititik-beratkan pada tujuan akhir yang efektif dan efisien. Dari tujuan akhir perencanaan tersebut, maka dibutuhkan suatu konsep pengelolaan yang matang untuk mendapatkan hasil yang maksimal sesuai dengan yag diharapkan. Dari sinilah merupakan titik tolak keberhasilan dari pelaksanaan suatu program.

Hasibuan, (2002 : 2); Manajemen adalah :

suatu proses pengaturan atau ketatalaksanaan untuk mencapai suatu tujuan dengan melibatkan orang lain. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanafaatan sumber – sumber lainya secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan tertentu.


(25)

”Proses perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi yang lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah diciptakan”.

Menurut Koonentz and Donnel (1995 : 15) ;

“Konsep manajemen menitikberatkan pada pengelolaan dan pemanfaatan orang dalam mencapai tujuan. Agar tujuan dapat dicapai orang-orang tersebut harus mempunyai tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas (job description)”.

Dari pernyataan dan beberapa pendapat diatas, maka dapat diasumsikan bahwa untuk pelaksanaan suatu kegiatan, dibutuhkan suatu konsep manajemen (pengelolaan) yang tepat sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Karena didalam pengelolaannya perlu pengintegrasian antara kompetensi sumber daya manusia yang memiliki visi dan misi yang sama dengan didukung sarana prasarana yang dimiliki, agar tercapai tujuan akhir yang diharapkan.

b. Fungsi-Fungsi Manajemen

Handoko (2001 : 25) menjelaskan bahwa :

dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat didalamnya. Pada umumnya ada 4 (empat) fungsi manajemen yang banyak dikenal (organizing), fungsi pengarahan (directing), dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf).

Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu mengusai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal. Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen seperti yang dimaksudkan diatas : Handoko (2001 : 25)


(26)

Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan organisasi dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Fungsi perencanaan dalam penentuan program kerja jangka pendek dan jangka panjang serta perencanaan anggaran, sangat berperanan penting dalam suatu fungsi manajemen.

Jika suatu pekerjaan tanpa memiliki perencanaan yang baik, maka akan berakibat fatal dikemudian hari. Dalam perencanaan, dapat juga dibahas tentang materi, narasumber, jadwal kegiatan, dan lain sebagainya. Analisis fungsi perencanaan kegiatan perlu dilakukan. Adapun kegiatan penting yang terangkum dalam perencanaan adalah : Handoko (2001 : 27)

(a) Menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai (b) Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang akan datang (c) Memperkirakan kondisi-konsidi pekerjaan yang dilakukan

(d) Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan

(e) Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agas diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik.

(f) Membuat kebijaksanaan, prosedur, standard dan metode-metode untuk pelaksanaan kerja

(g) Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi

(h) Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.


(27)

Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia yang dimiliki organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan organisasi. Fungsi pengorganisasian ini perlu dilakukan untuk menentukan pengurus yang akan bertugas melaksanakan kegiatan Kegiatan penting dari fungsi ini adalah :

Sebelum suatu kegiatan dimulai atau dilaksanakan, dan untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan dalam pelaksanaannya, maka setiap unit-unit operasional dan organisasi terlebih dahulu diberikan kejelasan mengenai tugas-tugas yang akan dikerjakan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Menurut Handoko (2001 : 29) bahwa “Pelaksanaan adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan”. Fungsi ini harus melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Dengan demikian pengarahan sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk itu kebijakan Program Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Di Sekolah Menegah Pertama Negeri Di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin, dilihat dari standar yang diinginkan dan motivasi yang diberikan dalam pemberian pelajaran.


(28)

Sebelum suatu kegiatan dimulai atau dilaksanakan, dan untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan dalam pelaksanaannya, maka setiap unit-unit operasional dan organisasi terlebih dahulu diberikan kejelasan mengenai tugas-tugas yang akan dikerjakan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Menurut Handoko (2001 : 31) bahwa “Pelaksanaan adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan”. Fungsi ini harus melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Dengan demikian pengarahan sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2002 : 242) mengemukakan hal sebagai berikut:

”Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standar; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.” “Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai


(29)

pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksaanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar”.

Menurut Schermerthon dalam Ernie dan Saefullah (2005 : 317), mendefinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut.

“Pengawasan ialah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya” (Sondang P. Siagian, 2004 : 258).

Berdasarkan penjelasan dan pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan upaya pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya tipe pengawasan meliputi antara lain: (Abdurahmat, 2003 : 265-266).

6. Pengawasan pendahuluan (feed forward control) dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum sesuatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

7. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent Control) sering disebut pengawasan ”ya-tidak” screning control atau “berhenti-terus”,dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.

8. Pengawasan umpan balik (feedback control) juga dikenal sebagai pastaction controls), mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.


(30)

Berdasarkan uraian dan fungsi manajemen tersebut, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa semua fungsi manajemen tersebut saling berkaitan untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan organisasi. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dapat dilihat dari kesesuaian perencanaan dan hasil yang dicapai.

Semua fungsi tersebut diatas dapat digunakan dalam semua aktivitas organisasi baik di organisasi publik maupun organisasi swasta, seperti yang dilakukan pada kebijakan pemberian pelajaran tambahan. Selain melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah Kabupaten/Kota, juga yang berhubungan dan bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan tersebut.

Sehingga proses manajemen untuk meningkatkan kemampuan kebijakan pemberian pelajaran tambahan sebagai upaya menciptakan kemandirian siswa dan peluang prestasi belajar yang lebih baik dapat berjalan dengan baik.


(1)

”Proses perencanaan, pengorganisasian, Pelaksanaan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi yang lainnya, agar mencapai tujuan organisasi yang telah diciptakan”.

Menurut Koonentz and Donnel (1995 : 15) ;

“Konsep manajemen menitikberatkan pada pengelolaan dan pemanfaatan orang dalam mencapai tujuan. Agar tujuan dapat dicapai orang-orang tersebut harus mempunyai tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas (job description)”.

Dari pernyataan dan beberapa pendapat diatas, maka dapat diasumsikan bahwa untuk pelaksanaan suatu kegiatan, dibutuhkan suatu konsep manajemen (pengelolaan) yang tepat sesuai dengan tujuan akhir yang ingin dicapai. Karena didalam pengelolaannya perlu pengintegrasian antara kompetensi sumber daya manusia yang memiliki visi dan misi yang sama dengan didukung sarana prasarana yang dimiliki, agar tercapai tujuan akhir yang diharapkan.

b. Fungsi-Fungsi Manajemen

Handoko (2001 : 25) menjelaskan bahwa :

dalam Manajemen terdapat fungsi-fungsi manajemen yang terkait erat didalamnya. Pada umumnya ada 4 (empat) fungsi manajemen yang banyak dikenal (organizing), fungsi pengarahan (directing), dan fungsi pengendalian (controlling). Untuk fungsi pengorganisasian terdapat pula fungsi staffing (pembentukan staf).

Para manajer dalam organisasi perusahaan bisnis diharapkan mampu mengusai semua fungsi manajemen yang ada untuk mendapatkan hasil manajemen yang maksimal. Di bawah ini akan dijelaskan arti definisi atau pengertian masing-masing fungsi manajemen seperti yang dimaksudkan diatas : Handoko (2001 : 25)


(2)

Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan organisasi dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut. Fungsi perencanaan dalam penentuan program kerja jangka pendek dan jangka panjang serta perencanaan anggaran, sangat berperanan penting dalam suatu fungsi manajemen.

Jika suatu pekerjaan tanpa memiliki perencanaan yang baik, maka akan berakibat fatal dikemudian hari. Dalam perencanaan, dapat juga dibahas tentang materi, narasumber, jadwal kegiatan, dan lain sebagainya. Analisis fungsi perencanaan kegiatan perlu dilakukan. Adapun kegiatan penting yang terangkum dalam perencanaan adalah : Handoko (2001 : 27)

(a) Menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang dicapai (b) Meramalkan peristiwa atau keadaan pada waktu yang akan datang (c) Memperkirakan kondisi-konsidi pekerjaan yang dilakukan

(d) Memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan

(e) Membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan kreativitas agas diperoleh sesuatu yang baru dan lebih baik.

(f) Membuat kebijaksanaan, prosedur, standard dan metode-metode untuk pelaksanaan kerja

(g) Memikirkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi

(h) Mengubah rencana sesuai dengan petunjuk hasil pengawasan.


(3)

Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia yang dimiliki organisasi untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan organisasi. Fungsi pengorganisasian ini perlu dilakukan untuk menentukan pengurus yang akan bertugas melaksanakan kegiatan Kegiatan penting dari fungsi ini adalah :

Sebelum suatu kegiatan dimulai atau dilaksanakan, dan untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan dalam pelaksanaannya, maka setiap unit-unit operasional dan organisasi terlebih dahulu diberikan kejelasan mengenai tugas-tugas yang akan dikerjakan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Menurut Handoko (2001 : 29) bahwa “Pelaksanaan adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan”. Fungsi ini harus melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Dengan demikian pengarahan sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk itu kebijakan Program Remedial Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Di Sekolah Menegah Pertama Negeri Di Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin, dilihat dari standar yang diinginkan dan motivasi yang diberikan dalam pemberian pelajaran.


(4)

Sebelum suatu kegiatan dimulai atau dilaksanakan, dan untuk menghindari terjadinya suatu kesalahan dalam pelaksanaannya, maka setiap unit-unit operasional dan organisasi terlebih dahulu diberikan kejelasan mengenai tugas-tugas yang akan dikerjakan, sehingga dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Menurut Handoko (2001 : 31) bahwa “Pelaksanaan adalah untuk membuat atau mendapatkan para karyawan melakukan apa yang diinginkan, dan harus mereka lakukan”. Fungsi ini harus melibatkan kualitas, gaya dan kekuasaan pemimpin serta kegiatan-kegiatan kepemimpinan seperti komunikasi, motivasi dan disiplin. Dengan demikian pengarahan sangat penting agar tidak terjadi penyimpangan dalam menjalankan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. 4) Pengawasan (Controlling)

Pengawasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah kemungkinan terjadi penyimpangan-penyimpangan dengan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sebelumnya.

Menurut G.R Terry dalam Hasibuan (2002 : 242) mengemukakan hal sebagai berikut:

”Controlling can be defined as the process of determining what is to be accomplished, that is the standar; what is being accomplished, that is the performance, evaluating the performance and if necessary applying corrective measure so that performance takes place according to plans, that is, in conformity with the standard.” “Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai


(5)

pelaksanaan dan melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksaanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar”.

Menurut Schermerthon dalam Ernie dan Saefullah (2005 : 317), mendefinisikan pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut.

“Pengawasan ialah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan operasional guna menjamin bahwa berbagai kegiatan tersebut sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya” (Sondang P. Siagian, 2004 : 258).

Berdasarkan penjelasan dan pendapat dari para ahli tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan upaya pengamatan yang dilakukan terhadap kegiatan operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut dapat terlaksana sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Selanjutnya tipe pengawasan meliputi antara lain: (Abdurahmat, 2003 : 265-266).

6. Pengawasan pendahuluan (feed forward control) dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum sesuatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

7. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent Control) sering disebut pengawasan ”ya-tidak” screning control atau “berhenti-terus”,dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung.

8. Pengawasan umpan balik (feedback control) juga dikenal sebagai pastaction controls), mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.


(6)

Berdasarkan uraian dan fungsi manajemen tersebut, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa semua fungsi manajemen tersebut saling berkaitan untuk mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan organisasi. Keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dapat dilihat dari kesesuaian perencanaan dan hasil yang dicapai.

Semua fungsi tersebut diatas dapat digunakan dalam semua aktivitas organisasi baik di organisasi publik maupun organisasi swasta, seperti yang dilakukan pada kebijakan pemberian pelajaran tambahan. Selain melibatkan masyarakat, pemerintah daerah, pemerintah Kabupaten/Kota, juga yang berhubungan dan bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan tersebut.

Sehingga proses manajemen untuk meningkatkan kemampuan kebijakan pemberian pelajaran tambahan sebagai upaya menciptakan kemandirian siswa dan peluang prestasi belajar yang lebih baik dapat berjalan dengan baik.