Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA 2014
PEDOMAN
PELAYANAN GIZI BAGI
ODHA
....................................
_-
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2014
Cetakan I
Cetakan II
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RJ
612.3
Ind
P
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODl-IA .-- JRkartR :
Kementerian Kesehatan R I, 20 I 0
I. Judul
I. NUTRlTlON REQUIREMENTS
2. AIDS - DIET THERAPY
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG] ODHA
KATA PENGANTAR
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah
penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan
peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi
HIV/ Al OS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultatio n on Nutrition and
HIV/ AIDS" di Thailand pada 9-11 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara
SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif
dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi
adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan,
perawatan dan pengobatan HIV/AI OS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/
AIDS pasti mempengaruhi status gizi OOHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan
gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) intervensi gizi
yang adekuat dapat membantu OOHA mengurangi gejala klinis, mengurangi
risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizi.
Oalam rangka menuju pelayanan HIV/ Al OS yang komprehensif, pada
tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan
OepKes dan WHO telah menyusun Pedoman PeIatihan Perawatan dan
Oukungan Gizi bagi OOHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care
giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada OOHA
belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi セohaBN@
Kami mengucapkan terimakasih kepada !intas program, akademis,
profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini.
Semoga ini bermanfaat.
Maret 2014
= "' =
PEDOMANPELAYANAN GI ZI BAGI ODHA
=
IV=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG! ODHA
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
ii
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
8. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB II HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium KJinis HIV
B. Oiagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada OOHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
3
6
7
7
8
BAB ([I PELAYANAN GIZ! BAG! OOHA
A. Tujuan
8. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (0-12 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
BAB IV MONITORING
A. Monitoring kiinis
B. Monitoring laboratorium
C. Monitoring asupan makanan
BAB V PENUTUP
OAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
11
15
30
PEDOMANPELAYANAN G!Z! BAG! ODHA
LAMPIRAN
a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pad a remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
1.
= VI =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BABI
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan H1V/ AI DS
(ODHA) sebanyak 193.000 - 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang
dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKJ Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral kandidiasis.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari
67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan
pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.
B.
TUJUAN
Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA
Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan
3. Terlaksananya monitoring berat badan
4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C.
SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS
yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionisj dietisien
3. Perawat
4. Bidan
D.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum
2. HIV j AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis
HIV, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi
dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (0-2 tahun), remaja
dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA denganmanifestasi
klinis penyakit Jain.
4. Monitoring (monitoring klinis, laboratorium dan asupan makanan).
= 2=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB II
HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu
(AS1). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa
hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa
sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Wa\aupun tampak
sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks
yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian
dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission
(PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular
berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh
menurun.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit,
termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas
hidup ODHA.
A.
STADIUM KLINIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui
cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan AS!.
PEDOMANP ELAYANAN GIZI BAGI O DHA
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1.
2.
Asimtomatik
Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
Penurunan BB 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush)
S. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dU)
U:m atJU skal,) fllngsloTldl .3 .
SO% dalam mJsa
bul,lIl teral hi)'
tl'rh,lring
Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
1. HIV wasting Syndrome *
2.
3.
4.
S.
6.
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cytomegalovirus pada satu organ selain hati, limpa ataB
kelenjar getah bening (contoiT etinitis)
= 4 =
PEDOMANPElAYANAN GIZI BAG! ODHA
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
Mikosis endemik yang menyebar
Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
Septikemia salmonela non-tifoid
Tuberkulosis ekstra paru
Limfoma
Sarkoma Kaposi's
Ensefalopati HIV **
Dan atau skala fungsional 4: > 50% dalam masa 1 bulan tcrakhir
terbaring
* HIV wasting syndrome: berat bad an berkurang
> 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berJangsung selama
berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium k1inis I
1.
2.
Asimtomatik
Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
1.
2.
3.
4.
Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yangjelas
Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG! ODHA
5.
Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial non-TB,
abses)
Stadium klinis III
1.
2.
3.
4.
5.
*
B.
J nfeksi
oportunistik yang termasuk dalam de f inisi AI DS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
Septikemia atau meningitis berulang
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali
berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNOSA
Diagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Dilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untuk HIV
- Limfosit total atau CD4 (jika tersedia)
Rapid Test Diagnosa (jika tersedia)
2.2. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Co-morbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
- Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan kehamilan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
C.
METABOLISME GIZI PADA ODHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak nap as, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perJu diperhatikan faktor pSikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada OOHA
==7 ==
PEDOMANPElAYANAN GIZI BAGl ODHA
Pada OOHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HIV PADA GIZI
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada OOHA
Gizi yang adekuat pada OOHA dapat mencegah kurang glZI,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hidup.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi antara gizi dan ARV yaitu :
l. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek sa mp ing ARV dapat me mpengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek
sampi ng
= 8 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG\ ODHA
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel
yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi jumlah
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kern bali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/ AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa Iebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidu p OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obat-obat ARVada beberapa obat lain yang diberi kan pada OOHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
Tabel 3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini- Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
04T + 3TC + NVP
04T + 3TC + EFV
I
Catatan: Pili han paduan berdasarkan Pedoman Tatalaksana HIV dan ARV dari
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek sam ping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA . 'v 'l\." NiセイvG@
セ@
1fIl..; .... ...
• 10t .". 4IV"U.".,.......... ....
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
NAMA GENERIK
GOLONGAN Zidovudine
NRTI
(AZT, ZOV)
EFEK SAMPING
Anemia, neutropenia, intoleransi
gastro intestinal, sakit kepala, sulit
tidur, miopati, adosis laktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, luka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia,
Lamivudine (3TC)
Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T)
Pancreatitis,neuropati peri fer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddl)
Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TDF)
Insufisiensi fungsi ginjal
- - -1-- - -
GOLONGAN Nevirapine (NVP)
NNRTI
Ruam kulit, sindrom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
-
1-
Efavirenz (EFV)
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
GOLONGAN Lopinavir (LPV)
PI
lntoleransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
_
.
--
-
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan denga n kondisi klinis, efek sam ping, penyakit
penye rta dan status gizi pada OOHA.
= 10 =
PELAYANAN GIZI BAG\ ODHA
BAB III
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
TUJUAN
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Khusus:
1. Tercapainya berat bad an normal
2. Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
B.
ASUHAN GIZI
1. PADA BAYI DAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHIV, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gaga I tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 0-6 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah AS\, karena
itu bayi yang lahir dari seorang ibu denga n HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling menge nai pemilihan
=
11 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut.
Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya. maka
harus diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya
diberikan ASI saja. bukan mixed feeding (ASI dan susu formula
bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan
resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian
ASI ekslusif. Makanan Pendamping AS! (MPASI) diberikan mulai
usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi
melalui AS!. yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi
Menyusu Dini)/early cessation. 2) memanaskan ASl perah pada
suhu tertentu (suhu 66°C) .
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet.
mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.
8agi ibu dengan HlV positif yang memilih untuk tidak
memberikan ASl dapat memberikan susu formula sepanjang
memenuhi kriteria AFASS (acceptable. feasible. affordable.
sustainable. and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi. Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu
dan keluarga punya waktu. pengetahuan. dan ketrampilan yang
memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi. Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga
mampu membeli susu formula. Suistanable (berkelanjutan)
berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam
selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar. serta suplai
dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya.
Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus
disimpan secara benar. higienis. dengan kadar nutrisi yang
cukup. disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih.
serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
12 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
diperoleh dari susu formula komersial rnaupun susu hewani
yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabi,la ibu
mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan
(44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani
yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak
mampu menyediakan susu formula komersial (karena harga
yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga
tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing
dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan
keluarganya:
1.1.1. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau
makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi
pada bayi.
1.1.2. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan
menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum
menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus
sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman
dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang teIah
dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari
pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan
1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 6-24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan
padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat
tanda-tanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
==
13
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI-nya lagi.
maka makanan padat dapat segera diberikan.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan,
tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 612 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan
bayi, sedangkan pada usia 1224 bulan hanya memenuhi
sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas
24 bulan, makanan yang diberikan sarna dengan makanan
keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan
memperhatikan kebersihan.
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus
segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata
laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kern bang optimal dapat tercapai .
1.3. Pada anak (212 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang
gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh
pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang
adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat
memacu tumbuh kern bang anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya
tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan
cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya
faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya
oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan
saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan
melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat
digunakan pipa orol nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila
terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sind rom malabsorpsi
yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral.
Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata
laksana gizi buruk.
Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak:
1.3.1. Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi
persyaratan
= 14 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika
memungkinkan.
1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga
matang .
1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan
menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh
anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
1.3.6. Obati penyakit penyerta.
1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 24 minggu
2. REMAJA (1218 tahun) DAN DEWASA
A. PENGKAJIAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data
klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history I serta
data riwayat personal.
Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya
dibandingkan dengan standar baku/nilai normal. sehingga
dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan
hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang
umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan,lingkar
lengan atas, teballemak, lingkar pinggang, lingkar panggul,
tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan
kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang
dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran
antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi
informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks
Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Zscore
BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi
seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa
hasil pengukuran ini ke dalam rum us penilaian status gizi
tertentu.
1.1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan u ntuk menentukanstatusgizi orangdewasa.
=
15 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan
hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Rumusnya adalah :
IMT (k 1m2) = _
Berat Badan (kg)
g
Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)
Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan
cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang
tersedia. Berikut adalah klasifikasi IMT untuk orang
Indonesia.
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas
ambang
IMT
Kategori
27,0
.
Normal
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat
ringan)
Obes (kelebihan berat badan
tingkat berat)
Sumber: Oepkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
1.2 Laboratorium
Misalnya C04, Viral load, Creactive Protein,
Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin,
Hematokrit, Total kolesterol, HOL, LOL, trigliserida,
Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
= 16 ==
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGt ODHA
1.3. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium
HIV/ AIDS), kehilangan massa Jemak, massa otot,
kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya
pantangan makanan (berkenaan dengan agama
dan etnis), aJergi makanan, intoleransi makanan,
keamanan makanan dan min uman, efek samping
obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan
(masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare,
rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin,
mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial
ekonomi dan kebiasaan merokok .
2. PENENTUAN MASALAH GIZI
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya :
2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat
2.2. Kehilangan berat badan
2.3. Efek samping obatobatan, misalnya ARV
2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI
3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Berdasarkan diagnosis gizi kemudian dilakukan
perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini
dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi,
pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan
klien. Pada penderita dengan HI\!, kebutuhan gizinya
disesuaikan dengan stadium penyakitnya.
=
17 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 6 : Kebutuhan gizi pad a DOHA berdasar stadium
Stadium 1
Kebutuhanenergi mengikuti kebutuhan
normal dengan memperhatikan gizi
seimbang
Stadium 2
Kebutuhan energi meningkat 10% dari
kebutuhan normal
Stadium 3 dan 4 Kebutuhan energi meningkat 20%
30% dari kebutuhan normal
3.1.1. Perhitungan Kebutuhan Energi.
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu
perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan
seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24
jam untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan
perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara
yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal
penting yang perlu dilakukan adalah memonitor
dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah
seimbang.
3.1.1.1 Harris Benedict
Merupakan cara yang sering digunakan untuk
menetapkan kebutuhan energi seseorang.
Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk
lakiIaki dan perempuan.
LakiIaki
= 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) ( 6,8 xU)
Perempuan = 65,5 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 xU)
Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat
stress adalah :
=1,3 x BEE
Stress ringan
= 1,5 x BEE
Stress sedang
= 18 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stress berat
Kanker
= 2,0 x BEE
= 1,6 x BEE
3.1.1.2. Basal Metabolik Rate dan Aktifitas
Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang
digunakan berat badan sebenarnya. Secara
umum BMR wanita adalah 0,9 kkaljkg BB/jam
dan untuk lakiIaki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam.
LakiIaki
= 1 x BB sebenarnya x 24 jam
Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam
Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi
oleh tingkat aktifitas da n SDA. Aktifitas tubuh
umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
Aktifitas sangat ringan
= 20% x BMR
Aktifitas ringan
= 30% x BMR
Aktifitas sedang
= 40% x BMR
Aktifitas berat
= 50% x BMR
SDA atau Specific Dynamic Action dari intake
makanan adalah pengeluaran energi dari efek
makanan yaitu 10% dari total energi makanan.
Kebutuhan energi total
= BM R +T
ingkat aktifitas +SDA
3.1.1.3 Berdasarkan Berat Badan
Perhitungan kebutuhan energi untuk
mengetahui Angka Metabolisme Basal (AMB)
berdasarkan per kg berat badan normal atau
ideal dengan memperhitungkan energi untuk
aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena
adanya penyakit.
I
AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jam
Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan
AMB dengan faktor akivitas dan faktor trauma/ I
=
19 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
stress, Rumus yang digunakan adalah:
Kebutuhan energi
= AMB X faktor aktivitas X faktor traumajstres
catatan : Bila seseorang memiliki berat badan
kurang, maka kebutuhan energinya ditambah
500 kkaJori, sedangkan bila berat badannya
lebih dikurangi 500 kkalori
Tabel 7: Faktor aktivitas fisik
Aktivitas
Jenis Kelamin
Lakilaki
Perempuan
Sangat ringan*)
1,30
1,30
Ringan**)
1,65
1,55
Sedang
1,76
1,70
Berat**)
2,10
2,00
Sumber
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause's
Food, Nutrition & Diet Therapy.
**) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998,
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Widya
Karya Pangan dan Gizi VI.
=
20 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 8 : Faktor aktivitas & faktor trauma/stress
dalam menetapkan kebutuhan energi
No
Aktivitas
Faktor No
Jenis trauma/stress
Faktor
1. Istirahat di
tempat tidur
1.2
1. Tidak ada stress, pasien
dalam keadaan gizi baik
1.3
2. Tidak terikat
di tempat tidur
1.3
2. Stress ringan: peradangan
saluran cerna, kanker,
bedah elektif, trauma
kerangka moderat
1.4
3. Stres sedang: sepsis,
bedah tulang, luka bakar,
trauma kerangka mayor
1.5
4. Stres berat: trauma
multiple, sepsis, dan
bedah Multisistem
1.6
5. Stres sangat berat:
luka kepaJa berat, sindroma
penyakit pernapasan akut,
luka bakar, dan sepsis
1.7
6. Luka bakar sangat berat
2.1
Sumber: A Practical Guide to Nutritional Support in Adult and
Children. Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala
Lumpur, 2000
Contoh kasus 1:
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun,
mempunyai tinggi badan 158 em dan berat badan 45 kg dengan
HIV stadium I.
Kebutuhan AMB: lx 45 x 24 Jam = 1080 k kal
Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1.3
Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9
(dibulatkan 1850 kkal)
= 2]
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Kasus 2:
Seorang lakilaki menderita HIV stadium III dirawat di RS,
berat badan 45 kg tinggi badan 165 em. berat badan idealnya untuk
IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg atau
dibulatkan menjadi 52 kg.
Orang ini mengalami kekurangan berat badan tingkat berat IMT: 45 /
1.652 = 16,5. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan
kebutuhan energinya adalah sebagai berikut :
Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal
AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1.3 x 1,3 = 2.109 kkal
Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal
Total kebutuhan energi = 2609 kkal
(Pemberian energi ini diberikan seeara bertahap dan Iihat kondisi
pasien sampai meneapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk
menaikan berat badannya)
Contoh Kasus 3:
LakiIaki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 em dan berat
badan 50 kg dengan HIV stadium I (ringan). Perhitungan kebutuhan
energinya adalah:
Berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas = 1.2, Faktor stress =
1.4 (stress ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272
kkal. Kebutuhan Total energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal.
= 22 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.2. Perhitungan kebutuhan protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi
adalah 1215% dan tingkat kecukupan yang
dianjurkan berdasarkan BB ideal per hari adalah 0,8
1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,40,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka
dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga
meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg
BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan
1,0-1,5 g protein/kg BB.
3.1.3. Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi
dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi
dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1)
. Kebutuhan Jemak dalam keadaan sakit bergantung
jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah.
Di sam ping itu, pada penyakit tertentu, misalnya
dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan
energi total, kebutuhan lemak rendah 400 mg/dL, pemberian lemak
sangat minimal
3.1.4. Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi
dari karbohidrat adalah 60-75% dari total energi, atau
sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal
dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan
karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan
dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya
penyakitdiabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi
membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan
diare membutuhkan serat rendah «1 0 gjhari).
= 23
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.5. Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin
Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit,
simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit
atau saluran cerna, dan interaksi dengan obatobatan.
Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu,
vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk
suplemen.
3.1.6. Perhitungan kebutuhan cairan
3.1.6.1. Seorang dewasa biasanya membutuhkan
cairan antara 1,5 2 lj hari
3.1.6.2 Berdasarkan kepada berat badan yaitu :
Dewasa muda 35 40 ml / kg BB yang
diinginkan / hari dan manula 25 30 ml / kg
BB yang diinginkan / hari
3.1.6.3. Pada kondisi penyakit tertentu yang
membutuhkan
pembatasan
cairan
maka perhitungan cairan berdasarkan
penghitungan balans cairan yaitu : Balans
cairan =asupan (intake) keluaran (output)
Asupan cairan = jumlah urin + insensible
water loss (500 ml).
B.
PRESKRIPSI DIET
1. Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan
mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zatzat makanan
lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi
Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat
diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Gizi memberikan
arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya
sehingga mendapatka nn kesehatan yang optimal.
2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan
porsi makan serta cara mengolah makanan
3. Penyusuna n menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu
= 24 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu
makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam.
Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman
makan.
C.
KONSELING GIZI
Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia,
data kJinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien,
kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis
gizi. Informasi tersebut kemudian didiskusikan, menuju peru bah an
pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disiapkan
meliputi porsi makan 1 hari, distribusi porsi makan setiap waktu makan,
hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan
oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hid up, penggunaan
daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang boleh dan
yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet
dan alat peraga lainnya. Berikut ini adalah beberapa informasi yang
perJu diberikan pada pasien HIV :
1. Syarat diet untuk stadium 1 dan 2
1.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur. ayam, ikan, kacang kacang dan produk
olahannya.
1.2. Banyak makan sayur dan buah buahan secara teratur
terutama sayuran dan buahbuahan berwarna kaya vitamin
A dan zat besi.
1.3. Bila DDHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu
sangat baik untuk kesehatan .
1.4. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
1.5. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman
(untuk mencegah mual).
1.6. Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik
secara mekanik, termik maupun kimia
1.7. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
1.8. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
1.9. Bila ODHA mendapatobatanti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat iambung kosong,
= 25 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODtIA
saat lambung terisi, atau diberikan bersamasama dengan
makanan.
2. Syarat diet untuk stadium 3 dan 4
2.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk
olahannya
2.2. Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
2.3. Sayur dan buah buahan diberikan sesuai kebutuhan
2.4. Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
2.5. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
2.6. Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat
diganti dengan susu kedelai
2.7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
2.8. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan
penyakit lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis
oral)
2.9. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
2.10. Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk
mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan
baik secara mekanik, termik maupun kimia
2.11. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
2.12. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
2.13. Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen , tapi
pemberian dosis besar (megadosis) harus dihindari karena
dapat menekan kekebalan tubuh
2.14. Bila ODHA mendapatobatanti retroviraL pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwaJ minum obat saat lambung kosong,
saat lambung terisi, atau diberikan bersamasama dengan
makanan.
3. Saran untuk Meningkatkan Energi
3.1. GUlla kan lemak MeT (minyak kelapa), mentega dan kacangkacangan
= 26 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG I ODHA
3.2.
Sediakan makanan kecil tinggi protein: kacangkacangan, es
krim, yogurt
3.3. Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim
sup, sereal panas, ikan goreng tepung
3.4. Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manisj
minuman manis, agar agar disajikan sebagai makanan
penutup
3.5. Makan secara perlahan dan nikmati secara santai
4. Keamanan Makanan
4.1. Bahan makanan dikemas sesual )enisnya secara terpisah
saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak
mengkontaminasi bahan makanan lain.
4.2. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
4.3. Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air
kemasanjmineral
4.4. Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
4.5. Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
4.6. Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pad a label
kemasan makanan
4.7. Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan alat
dapur
4.8. Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena
lebih terjamin keamanannya.
4.9. Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
4.10. Hindari konsumsi bahan makanan me!ltah (misalnya lalapan,
salad, telur dan daging panggang setengah matang) .
4.11. Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
4.12. Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak
mencapai titik didih (100QC)
5. Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
5.1. Tempe dan produknya, selain mengandung protein
vitamin B12 juga mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare.
5.2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaJigus sebagai sumber energi karena mengandung MCT
= 27 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT
merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan
sel.
5.3. Wortel mengandung betakaroten yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan
pembentuk C04. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan
betakaroten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Akibat
perusakan oleh HIV pada selsel maka tubuh menghasilkan
radikal bebas
5.4. Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan
C04
5.5. Sayuran hijau dan kacangkacangan, mengandung vitamin
neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna
untuk pembentukan C04 dan pencegahan anemia
5.6. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut
dalam bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi
sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LOL. Oi samping
itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat
replikasi HIV.
5.7. Konsumsi kacangkacangan sesering mungkin
5.8. Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
5.9. Konsumsi sayuran dan buahbuahan setiap hari, lebih baik
dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air
panas.
5.10. Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya
5.11. Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.
6. Bahan Makanan yang Tidak Oianjurkan :
6.1. Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti : ubi
jalar, ko!. sawi , nangka dan durian
6.2. Semua makanan tinggi lemak : santan kental, lemak daging
dan kulit ayam
6.3. Bum bu yang me rangsang : cabe, merica, cuka
6.4. Bahan makanan yang mentah seperti lalapan
6.5. Bua hb ua han yang masih mentah
= 28 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG I ODHA
6.6. Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur
setengah matang.
6.7. Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa
6.8. Minuman bersoda dan mengandung alkohol
D.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Kegiatan ini merupakan langkah dari proses asu han gizi terstandar dan
bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja.lndikator hasil
yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada kebutuhan pasien,
diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit. Sedangkan waktu
pengamatan dari masingmasing indikator sesuai dengan rujukan yang
digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi :
1. Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidak
PELAYANAN GIZI BAGI
ODHA
....................................
_-
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2014
Cetakan I
Cetakan II
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RJ
612.3
Ind
P
Indonesia. Kementerian Kesehatan RI
Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODl-IA .-- JRkartR :
Kementerian Kesehatan R I, 20 I 0
I. Judul
I. NUTRlTlON REQUIREMENTS
2. AIDS - DIET THERAPY
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG] ODHA
KATA PENGANTAR
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah
penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan
peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi
HIV/ Al OS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultatio n on Nutrition and
HIV/ AIDS" di Thailand pada 9-11 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara
SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif
dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi
adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan,
perawatan dan pengobatan HIV/AI OS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/
AIDS pasti mempengaruhi status gizi OOHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan
gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) intervensi gizi
yang adekuat dapat membantu OOHA mengurangi gejala klinis, mengurangi
risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizi.
Oalam rangka menuju pelayanan HIV/ Al OS yang komprehensif, pada
tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan
OepKes dan WHO telah menyusun Pedoman PeIatihan Perawatan dan
Oukungan Gizi bagi OOHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care
giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada OOHA
belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi セohaBN@
Kami mengucapkan terimakasih kepada !intas program, akademis,
profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini.
Semoga ini bermanfaat.
Maret 2014
= "' =
PEDOMANPELAYANAN GI ZI BAGI ODHA
=
IV=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG! ODHA
DAFTAR lSI
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
ii
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
8. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB II HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium KJinis HIV
B. Oiagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada OOHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
3
6
7
7
8
BAB ([I PELAYANAN GIZ! BAG! OOHA
A. Tujuan
8. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (0-12 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
BAB IV MONITORING
A. Monitoring kiinis
B. Monitoring laboratorium
C. Monitoring asupan makanan
BAB V PENUTUP
OAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
11
11
15
30
PEDOMANPELAYANAN G!Z! BAG! ODHA
LAMPIRAN
a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pad a remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
1.
= VI =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BABI
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosio-ekonomi negara-negara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan H1V/ AI DS
(ODHA) sebanyak 193.000 - 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang
dilaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKJ Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan (appetite) dan oral kandidiasis.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari
67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan
pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hidup.
B.
TUJUAN
Umum: Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA
Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan
3. Terlaksananya monitoring berat badan
4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C.
SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS
yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionisj dietisien
3. Perawat
4. Bidan
D.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup dan landasan hukum
2. HIV j AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis
HIV, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi
dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (0-2 tahun), remaja
dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA denganmanifestasi
klinis penyakit Jain.
4. Monitoring (monitoring klinis, laboratorium dan asupan makanan).
= 2=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
BAB II
HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, Air Susu Ibu
(AS1). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa
hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahun-tahun lamanya tanpa merasa
sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Wa\aupun tampak
sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks
yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian
dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission
(PMTCT).
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS amat mudah tertular
berbagai macam penyakit karena sistem kekebalan di dalam tubuh
menurun.
Gizi adalah makanan/ sari makanan yang bermanfaat untuk kesehatan.
Peranan gizi sangat penting dalam menunjang kesembuhan suatu penyakit,
termasuk pada ODHA sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas
hidup ODHA.
A.
STADIUM KLINIS HIV
HIV hidup di semua cairan tubuh, tetapi hanya bisa menular melalui
cairan tubuh tertentu, yaitu darah, cairan sperma, cairan vagina dan AS!.
PEDOMANP ELAYANAN GIZI BAGI O DHA
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1.
2.
Asimtomatik
Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
Penurunan BB 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush)
S. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dU)
U:m atJU skal,) fllngsloTldl .3 .
SO% dalam mJsa
bul,lIl teral hi)'
tl'rh,lring
Stadium 4 Sakit berat (AIDS)
1. HIV wasting Syndrome *
2.
3.
4.
S.
6.
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cytomegalovirus pada satu organ selain hati, limpa ataB
kelenjar getah bening (contoiT etinitis)
= 4 =
PEDOMANPElAYANAN GIZI BAG! ODHA
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
Mikosis endemik yang menyebar
Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
Septikemia salmonela non-tifoid
Tuberkulosis ekstra paru
Limfoma
Sarkoma Kaposi's
Ensefalopati HIV **
Dan atau skala fungsional 4: > 50% dalam masa 1 bulan tcrakhir
terbaring
* HIV wasting syndrome: berat bad an berkurang
> 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup sehari-hari, berJangsung selama
berminggu-minggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium k1inis I
1.
2.
Asimtomatik
Limfadenopati Generalisata
Stadium klinis II
1.
2.
3.
4.
Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yangjelas
Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG! ODHA
5.
Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial non-TB,
abses)
Stadium klinis III
1.
2.
3.
4.
5.
*
B.
J nfeksi
oportunistik yang termasuk dalam de f inisi AI DS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
Septikemia atau meningitis berulang
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali
berturut-turut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNOSA
Diagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Dilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untuk HIV
- Limfosit total atau CD4 (jika tersedia)
Rapid Test Diagnosa (jika tersedia)
2.2. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Co-morbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
- Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan kehamilan
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
C.
METABOLISME GIZI PADA ODHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak nap as, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perJu diperhatikan faktor pSikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada OOHA
==7 ==
PEDOMANPElAYANAN GIZI BAGl ODHA
Pada OOHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
antara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HIV PADA GIZI
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada OOHA
Gizi yang adekuat pada OOHA dapat mencegah kurang glZI,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HIV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hidup.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obat-obat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi antara gizi dan ARV yaitu :
l. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek sa mp ing ARV dapat me mpengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat menimbulkan efek
sampi ng
= 8 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG\ ODHA
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HIV dalam sel
yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi jumlah
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kern bali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HIV/ AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HIV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa Iebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidu p OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obat-obat ARVada beberapa obat lain yang diberi kan pada OOHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
Tabel 3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini- Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
04T + 3TC + NVP
04T + 3TC + EFV
I
Catatan: Pili han paduan berdasarkan Pedoman Tatalaksana HIV dan ARV dari
Direktorat Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2ML) Kementerian Kesehatan RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek sam ping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA . 'v 'l\." NiセイvG@
セ@
1fIl..; .... ...
• 10t .". 4IV"U.".,.......... ....
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
NAMA GENERIK
GOLONGAN Zidovudine
NRTI
(AZT, ZOV)
EFEK SAMPING
Anemia, neutropenia, intoleransi
gastro intestinal, sakit kepala, sulit
tidur, miopati, adosis laktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, luka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia,
Lamivudine (3TC)
Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T)
Pancreatitis,neuropati peri fer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddl)
Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TDF)
Insufisiensi fungsi ginjal
- - -1-- - -
GOLONGAN Nevirapine (NVP)
NNRTI
Ruam kulit, sindrom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
-
1-
Efavirenz (EFV)
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
GOLONGAN Lopinavir (LPV)
PI
lntoleransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
_
.
--
-
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan denga n kondisi klinis, efek sam ping, penyakit
penye rta dan status gizi pada OOHA.
= 10 =
PELAYANAN GIZI BAG\ ODHA
BAB III
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
TUJUAN
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seluruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Khusus:
1. Tercapainya berat bad an normal
2. Teratasinya gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap
produktif, aktif bersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
B.
ASUHAN GIZI
1. PADA BAYI DAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHIV, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gaga I tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 0-6 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 0-6 bulan adalah AS\, karena
itu bayi yang lahir dari seorang ibu denga n HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling menge nai pemilihan
=
11 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masing-masing pilihan tersebut.
Ibu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya. maka
harus diberikan secara eksklusif 0-6 bulan. Artinya hanya
diberikan ASI saja. bukan mixed feeding (ASI dan susu formula
bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan
resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian
ASI ekslusif. Makanan Pendamping AS! (MPASI) diberikan mulai
usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi
melalui AS!. yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi
Menyusu Dini)/early cessation. 2) memanaskan ASl perah pada
suhu tertentu (suhu 66°C) .
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet.
mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.
8agi ibu dengan HlV positif yang memilih untuk tidak
memberikan ASl dapat memberikan susu formula sepanjang
memenuhi kriteria AFASS (acceptable. feasible. affordable.
sustainable. and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi. Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu
dan keluarga punya waktu. pengetahuan. dan ketrampilan yang
memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi. Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga
mampu membeli susu formula. Suistanable (berkelanjutan)
berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam
selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar. serta suplai
dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya.
Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus
disimpan secara benar. higienis. dengan kadar nutrisi yang
cukup. disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih.
serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
12 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
diperoleh dari susu formula komersial rnaupun susu hewani
yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabi,la ibu
mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan
(44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani
yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak
mampu menyediakan susu formula komersial (karena harga
yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga
tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing
dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan
keluarganya:
1.1.1. ASI yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau
makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi
pada bayi.
1.1.2. Ibu dan keluarga harus diberikan KIE (Komunikasi,
Informasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan
menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum
menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus
sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman
dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang teIah
dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari
pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan
1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 6-24 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian ASI atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan
padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat
tanda-tanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
==
13
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Positif memutuskan untuk tidak memberikan ASI-nya lagi.
maka makanan padat dapat segera diberikan.
Susu sebagai komponen dari makanan bayi masih diperlukan,
tetapi semakin lama semakin berkurang porsinya. Pada usia 612 bulan, susu paling banyak memenuhi setengah kebutuhan
bayi, sedangkan pada usia 1224 bulan hanya memenuhi
sepertiga kebutuhan per harinya. Pada usia usia diatas
24 bulan, makanan yang diberikan sarna dengan makanan
keluarga, usahakan untuk menghindari makanan jajanan dan
memperhatikan kebersihan.
Pada anak yang sudah mengalami kurang gizi, intervensi harus
segera dilakukan dan dapat lebih agresif. Pada dasarnya tata
laksana gizi tersebut harus meliputi :
Konseling dan edukasi gizi, untuk mencapai kecukupan gizi agar
tumbuh kern bang optimal dapat tercapai .
1.3. Pada anak (212 tahun)
Sekitar 90% dari anak dengan HIV positif mengalami kurang
gizi. Hal ini akan meningkatkan risiko terjadinya gagal tumbuh
pada anak. Oleh karena itu, diperlukan tatalaksana gizi yang
adekuat agar dapat mencegah terjadinya malnutrisi serta dapat
memacu tumbuh kern bang anak secara optimal.
Pemberian makan pada anak dengan HIV positif pada dasarnya
tidak berbeda dengan anak seusianya. Pemilihan bentuk dan
cara makan dilakukan berdasarkan kemampuan oral dan adanya
faktor lain yang mungkin menghambat, seperti misalnya adanya
oral trush, atau ulserasi pada mulut atau adanya perdarahan
saluran cerna. Diusahakan untuk senantiasa memberi makanan
melalui oral, bila tidak dapat dipenuhi melalui oral dapat
digunakan pipa orol nasogastrik (nutrisi enteral). Apabila
terdapat infeksi kronis saluran cerna serta sind rom malabsorpsi
yang berat dapat dipertimbangkan pemberian nutrisi parenteral.
Pada anak gizi buruk, dilakukan tata laksana sesuai dengan tata
laksana gizi buruk.
Berikut beberapa saran dalam pemberian makanan pada anak:
1.3.1. Anjuran diet berdasarkan bahan lokal yang memenuhi
persyaratan
= 14 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
1.3.2. Selalu mencoba nutrisi oral terlebih dahulu.
1.3.3. Buah dicuci dengan air hangat, kupas kulitnya jika
memungkinkan.
1.3.4. Sayuran dicuci dengan air hangat dan masak hingga
matang .
1.3.5. Meningkatkan densitas kalori, dapat dengan
menambahkan jenis bahan makanan yang disukai oleh
anak, misalnya minyak, margarine atau mentega
1.3.6. Obati penyakit penyerta.
1.3.7. Melakukan pemantauan rutin tiap 24 minggu
2. REMAJA (1218 tahun) DAN DEWASA
A. PENGKAJIAN GIZI
Pengkajian gizi meliputi data antropometri, data biokimia, data
klinis dan fisik, data kebiasaan makan dietary history I serta
data riwayat personal.
Informasi yang diperoleh melalui pengkajian gizi selanjutnya
dibandingkan dengan standar baku/nilai normal. sehingga
dapat dievaluasi dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
1. Pengumpulan dan pengkajian data antropometri
Pengumpulan dan pengkajian data antropometri merupakan
hasil pengukuran fisik pada individu. Pengukuran yang
umum dilakukan adalah tinggi badan, berat badan,lingkar
lengan atas, teballemak, lingkar pinggang, lingkar panggul,
tinggi lutut dan sebagainya. Kecepatan pertumbuhan dan
kecepatan perubahan berat badan juga termasuk data yang
dinilai dalam aspek ini. Dengan mengaitkan dua ukuran
antropometri akan didapat indeks yang dapat memberi
informasi mengenai kondisi status gizi seperti IMT (Indeks
Massa Tubuh) untuk dewasa dan standar deviasi Zscore
BB/PB atau BB/TB untuk anak.
Hasil pengukuran ini dapat menginterpretasikan status gizi
seseorang yaitu dengan membandingkan hasil pengukuran
dengan standar yang ada atau memasukkan beberapa
hasil pengukuran ini ke dalam rum us penilaian status gizi
tertentu.
1.1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Digunakan u ntuk menentukanstatusgizi orangdewasa.
=
15 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan
hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan.
Rumusnya adalah :
IMT (k 1m2) = _
Berat Badan (kg)
g
Tinggi badan (m) X Tinggi Badan (m)
Hasil perhitungannya dapat diinterpretasikan dengan
cara membandingkannya dengan klasifikasi IMT yang
tersedia. Berikut adalah klasifikasi IMT untuk orang
Indonesia.
Tabel 5 : Penilaian berat IMT menggunakan batas
ambang
IMT
Kategori
27,0
.
Normal
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat
ringan)
Obes (kelebihan berat badan
tingkat berat)
Sumber: Oepkes, Keluarga Sadar Gizi, 2009
1.2 Laboratorium
Misalnya C04, Viral load, Creactive Protein,
Fibronectin, Albumin, Prealbumin, Hemoglobin,
Hematokrit, Total kolesterol, HOL, LOL, trigliserida,
Ureum, Kreatinin, SGOT, SGPT, Gula darah
= 16 ==
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGt ODHA
1.3. Klinis / fisik
Misalnya tanda dan gejala kurang gizi (sesuai stadium
HIV/ AIDS), kehilangan massa Jemak, massa otot,
kekurangan cairan dan zat gizi mikro.
1.4. Riwayat gizi :
Meliputi pola makan, kebiasaan makan, adanya
pantangan makanan (berkenaan dengan agama
dan etnis), aJergi makanan, intoleransi makanan,
keamanan makanan dan min uman, efek samping
obat ARV, masalah yang mempengaruhi nafsu makan
(masalah mengunyah, mual, muntah, konstipasi, diare,
rasa panas di dada), penggunaan suplemen vitamin,
mineral, herbal, konsumsi alkohol dan kafein.
1.5. Riwayat personal
Meliputi riwayat penyakit, riwayat keluarga, sosial
ekonomi dan kebiasaan merokok .
2. PENENTUAN MASALAH GIZI
Merupakan hasil penilaian dari pengkajian gizi, misalnya :
2.1. Asupan makanan/minuman yang tidak adekuat
2.2. Kehilangan berat badan
2.3. Efek samping obatobatan, misalnya ARV
2.4. Kurangnya pengetahuan tentang gizi
Masalah gizi bisa berkembang sesuai dengan klinis ODHA
3. INTERVENSI KEBUTUHAN GIZI
3.1. Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi
Berdasarkan diagnosis gizi kemudian dilakukan
perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi klien. Hal ini
dilakukan dalam rangka menetapkan preskripsi gizi,
pedoman makan, makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan dan merencanakan menu sesuai kebutuhan
klien. Pada penderita dengan HI\!, kebutuhan gizinya
disesuaikan dengan stadium penyakitnya.
=
17 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 6 : Kebutuhan gizi pad a DOHA berdasar stadium
Stadium 1
Kebutuhanenergi mengikuti kebutuhan
normal dengan memperhatikan gizi
seimbang
Stadium 2
Kebutuhan energi meningkat 10% dari
kebutuhan normal
Stadium 3 dan 4 Kebutuhan energi meningkat 20%
30% dari kebutuhan normal
3.1.1. Perhitungan Kebutuhan Energi.
Perhitungan kebutuhan energi adalah suatu
perhitungan jumlah energi yang dibutuhkan
seseorang dalam berbagai aktifitas selama 24
jam untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Ada beberapa cara untuk menetapkan
perkiraan kebutuhan energi seseorang dan cara
yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan
klien berdasarkan penyakit yang diderita. Hal
penting yang perlu dilakukan adalah memonitor
dan mengevaluasi apakah konsumsinya sudah
seimbang.
3.1.1.1 Harris Benedict
Merupakan cara yang sering digunakan untuk
menetapkan kebutuhan energi seseorang.
Rumusnya dibedakan antara kebutuhan untuk
lakiIaki dan perempuan.
LakiIaki
= 66 + ( 13,7 x BB ) + ( 5 x TB ) ( 6,8 xU)
Perempuan = 65,5 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) (4,7 xU)
Faktor koreksi BEE untuk berbagai tingkat
stress adalah :
=1,3 x BEE
Stress ringan
= 1,5 x BEE
Stress sedang
= 18 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Stress berat
Kanker
= 2,0 x BEE
= 1,6 x BEE
3.1.1.2. Basal Metabolik Rate dan Aktifitas
Untuk menghitung perkiraan BMR seseorang
digunakan berat badan sebenarnya. Secara
umum BMR wanita adalah 0,9 kkaljkg BB/jam
dan untuk lakiIaki adalah 1,0 kkal/kg BB/jam.
LakiIaki
= 1 x BB sebenarnya x 24 jam
Perempuan = 0,9 x BB sebenarnya x 24 jam
Selain BMR, kebutuhan energi dipengaruhi
oleh tingkat aktifitas da n SDA. Aktifitas tubuh
umumnya dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
Aktifitas sangat ringan
= 20% x BMR
Aktifitas ringan
= 30% x BMR
Aktifitas sedang
= 40% x BMR
Aktifitas berat
= 50% x BMR
SDA atau Specific Dynamic Action dari intake
makanan adalah pengeluaran energi dari efek
makanan yaitu 10% dari total energi makanan.
Kebutuhan energi total
= BM R +T
ingkat aktifitas +SDA
3.1.1.3 Berdasarkan Berat Badan
Perhitungan kebutuhan energi untuk
mengetahui Angka Metabolisme Basal (AMB)
berdasarkan per kg berat badan normal atau
ideal dengan memperhitungkan energi untuk
aktifitas dan faktor koreksi tingkat stress karena
adanya penyakit.
I
AMB = 1 kkal x BB ideal x 24 jam
Kebutuhan energi didapat dengan mengalikan
AMB dengan faktor akivitas dan faktor trauma/ I
=
19 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
stress, Rumus yang digunakan adalah:
Kebutuhan energi
= AMB X faktor aktivitas X faktor traumajstres
catatan : Bila seseorang memiliki berat badan
kurang, maka kebutuhan energinya ditambah
500 kkaJori, sedangkan bila berat badannya
lebih dikurangi 500 kkalori
Tabel 7: Faktor aktivitas fisik
Aktivitas
Jenis Kelamin
Lakilaki
Perempuan
Sangat ringan*)
1,30
1,30
Ringan**)
1,65
1,55
Sedang
1,76
1,70
Berat**)
2,10
2,00
Sumber
*) Mahan, L.K dan M.T. Arlin, 2000, Krause's
Food, Nutrition & Diet Therapy.
**) Muhilal, Fasli Jalal dan Hardinsyah, 1998,
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan, Widya
Karya Pangan dan Gizi VI.
=
20 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Tabel 8 : Faktor aktivitas & faktor trauma/stress
dalam menetapkan kebutuhan energi
No
Aktivitas
Faktor No
Jenis trauma/stress
Faktor
1. Istirahat di
tempat tidur
1.2
1. Tidak ada stress, pasien
dalam keadaan gizi baik
1.3
2. Tidak terikat
di tempat tidur
1.3
2. Stress ringan: peradangan
saluran cerna, kanker,
bedah elektif, trauma
kerangka moderat
1.4
3. Stres sedang: sepsis,
bedah tulang, luka bakar,
trauma kerangka mayor
1.5
4. Stres berat: trauma
multiple, sepsis, dan
bedah Multisistem
1.6
5. Stres sangat berat:
luka kepaJa berat, sindroma
penyakit pernapasan akut,
luka bakar, dan sepsis
1.7
6. Luka bakar sangat berat
2.1
Sumber: A Practical Guide to Nutritional Support in Adult and
Children. Nutritional Support Service, University Malaya, Kuala
Lumpur, 2000
Contoh kasus 1:
Seorang pasien perempuan berobat jalan, berumur 30 tahun,
mempunyai tinggi badan 158 em dan berat badan 45 kg dengan
HIV stadium I.
Kebutuhan AMB: lx 45 x 24 Jam = 1080 k kal
Faktor aktifitas = 1,3. Faktor stress = 1.3
Total kebutuhan Kalori = 1080 kkal x 1,3 x 1,3 = 1823,9
(dibulatkan 1850 kkal)
= 2]
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
Contoh Kasus 2:
Seorang lakilaki menderita HIV stadium III dirawat di RS,
berat badan 45 kg tinggi badan 165 em. berat badan idealnya untuk
IMT Normal (19,0) adalah 1,652 X 19,0 = 51,7 kg atau
dibulatkan menjadi 52 kg.
Orang ini mengalami kekurangan berat badan tingkat berat IMT: 45 /
1.652 = 16,5. Bila IMT yang diinginkan adalah 19,0 maka perhitungan
kebutuhan energinya adalah sebagai berikut :
Kebutuhan AMB = 1 kkal x 52 x 24 jam= 1248 kkal
AMB x aktivitas fisik x stress = 1248 kkal x 1.3 x 1,3 = 2.109 kkal
Tambahan energi untuk menaikkan berat badan = 500 kkal
Total kebutuhan energi = 2609 kkal
(Pemberian energi ini diberikan seeara bertahap dan Iihat kondisi
pasien sampai meneapai kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk
menaikan berat badannya)
Contoh Kasus 3:
LakiIaki berumur 40 tahun dengan tinggi badan 165 em dan berat
badan 50 kg dengan HIV stadium I (ringan). Perhitungan kebutuhan
energinya adalah:
Berat badan ideal adalah 53 kg. Faktor aktivitas = 1.2, Faktor stress =
1.4 (stress ringan). Kebutuhan AMB = 1 kkal X 53 kg X 24 jam = 1272
kkal. Kebutuhan Total energi adalah 1.2 X 1.4 X 1272 = 2136 kkal.
= 22 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.2. Perhitungan kebutuhan protein
Kebutuhan protein berdasarkan proporsi energi
adalah 1215% dan tingkat kecukupan yang
dianjurkan berdasarkan BB ideal per hari adalah 0,8
1,0 g/kg BB. Kebutuhan energi minimal untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen adalah 1,40,5 g/kg BB. Demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka
dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga
meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5-2,0 g/kg
BB. Sebagian besar pasien yang dirawat membutuhkan
1,0-1,5 g protein/kg BB.
3.1.3. Perhitungan Kebutuhan Lemak
Kebutuhan lemak berdasarkan proporsi energi
dari lemak yaitu berkisar 20-25% dari total energi
dengan rasio lemak tidak jenuh : lemak jenuh (2 : 1)
. Kebutuhan Jemak dalam keadaan sakit bergantung
jenis penyakit, yaitu lemak sedang atau lemak rendah.
Di sam ping itu, pada penyakit tertentu, misalnya
dislipidemia, membutuhkan modifikasi jenis lemak.
Kebutuhan Lemak sedang 15-20% dari kebutuhan
energi total, kebutuhan lemak rendah 400 mg/dL, pemberian lemak
sangat minimal
3.1.4. Perhitungan Kebutuhan Karbohidrat
Kebutuhan karbohidrat berdasarkan proporsi energi
dari karbohidrat adalah 60-75% dari total energi, atau
sisa total energi setelah dikurangi energi yang berasal
dari protein dan lemak. Selain jumlah, kebutuhan
karbohidrat dalam keadaan sakit sering dinyatakan
dalam bentuk karbohidrat yang dianjurkan. Misalnya
penyakitdiabetes mellitus, dislipidemia, dan konstipasi
membutuhkan serat tinggi (30-50 g/hari), sedangkan
diare membutuhkan serat rendah «1 0 gjhari).
= 23
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
3.1.5. Perhitungan Kebutuhan Mineral dan Vitamin
Kebutuhan mineral dan vitamin dapat diambil
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan.
Disamping itu, dipertimbangkan sifat penyakit,
simpanan dalam tubuh, kehilangan melalui urin, kulit
atau saluran cerna, dan interaksi dengan obatobatan.
Untuk menjamin kebutuhan, dalam keadaan tertentu,
vitamin dan mineral perlu ditambahkan dalam bentuk
suplemen.
3.1.6. Perhitungan kebutuhan cairan
3.1.6.1. Seorang dewasa biasanya membutuhkan
cairan antara 1,5 2 lj hari
3.1.6.2 Berdasarkan kepada berat badan yaitu :
Dewasa muda 35 40 ml / kg BB yang
diinginkan / hari dan manula 25 30 ml / kg
BB yang diinginkan / hari
3.1.6.3. Pada kondisi penyakit tertentu yang
membutuhkan
pembatasan
cairan
maka perhitungan cairan berdasarkan
penghitungan balans cairan yaitu : Balans
cairan =asupan (intake) keluaran (output)
Asupan cairan = jumlah urin + insensible
water loss (500 ml).
B.
PRESKRIPSI DIET
1. Preskripsi Diet atau disebut dengan batasan pengaturan makanan
mencakup kebutuhan energi dan zat gizi serta zatzat makanan
lainnya merupakan aspek utama dalam asuhan gizi klien. Preskripsi
Diet disusun berdasarkan diagnosis penyakit dan gizi dan dapat
diresepkan oleh dokter atau ahli gizi. Preskripsi Gizi memberikan
arah khusus kepada klien untuk merubah perilaku makannya
sehingga mendapatka nn kesehatan yang optimal.
2. Pedoman makan mencakup cara pemberian makan, bentuk dan
porsi makan serta cara mengolah makanan
3. Penyusuna n menu satu hari meliputi 3 kali makanan utama yaitu
= 24 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
pagi, siang dan malam serta 2 kali snack yaitu diantara waktu
makan pagi dan siang serta diantara waktu makan siang dan malam.
Menu yang dipilih disesuaikan dengan preskripsi Gizi dan pedoman
makan.
C.
KONSELING GIZI
Ahli gizi sebagai konselor menginformasikan status gizi, data biokimia,
data kJinis yang berkaitan dengan masalah kesehatan dan gizi pasien,
kebiasaan makan, asupan energi dan zat gizi klien serta hasil diagnosis
gizi. Informasi tersebut kemudian didiskusikan, menuju peru bah an
pola makan mengikuti perencanaan menu yang sudah disiapkan
meliputi porsi makan 1 hari, distribusi porsi makan setiap waktu makan,
hambatan dan alternatif perubahan pola makan yang dapat dilakukan
oleh klien berkaitan dengan pola aktivitas dan gaya hid up, penggunaan
daftar bahan makanan penukar, contoh menu, makanan yang boleh dan
yang tidak boleh dengan menggunakan alat bantu food model, leaflet
dan alat peraga lainnya. Berikut ini adalah beberapa informasi yang
perJu diberikan pada pasien HIV :
1. Syarat diet untuk stadium 1 dan 2
1.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur. ayam, ikan, kacang kacang dan produk
olahannya.
1.2. Banyak makan sayur dan buah buahan secara teratur
terutama sayuran dan buahbuahan berwarna kaya vitamin
A dan zat besi.
1.3. Bila DDHA sudah terbiasa minum susu, teruskan, karena susu
sangat baik untuk kesehatan .
1.4. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
1.5. Menghindari makanan yang merangsang alat penciuman
(untuk mencegah mual).
1.6. Menghindari makanan yang merangsang pencernaan baik
secara mekanik, termik maupun kimia
1.7. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
1.8. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
1.9. Bila ODHA mendapatobatanti retroviral, pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwal minum obat saat iambung kosong,
= 25 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODtIA
saat lambung terisi, atau diberikan bersamasama dengan
makanan.
2. Syarat diet untuk stadium 3 dan 4
2.1. Mengkonsumsi protein dari sumber hewani dan nabati
seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang kacang dan produk
olahannya
2.2. Makanan diberikan dalam porsi kecil tetapi sering
2.3. Sayur dan buah buahan diberikan sesuai kebutuhan
2.4. Rendah serat, makanan lunak / cair, jika ada gangguan saluran
pencernaan
2.5. Rendah laktosa dan rendah lemak jika ada diare
2.6. Dianjurkan minum susu yang rendah lemak dan sudah
dipasteurisasi; jika tidak dapat menerima susu sapi, dapat
diganti dengan susu kedelai
2.7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kondisi pasien untuk
memenuhi kebutuhan gizinya
2.8. Sesuaikan syarat diet dengan infeksi oportunistik dan
penyakit lain yang menyertai (TB, diare, sarkoma, kandidiasis
oral)
2.9. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang
beragi (tape, brem)
2.10. Menghindari aroma makanan yang merangsang (untuk
mencegah mual) dan makanan yang merangsang pencernaan
baik secara mekanik, termik maupun kimia
2.11. Menghindari rokok, kafein dan alkohol
2.12. Makanan bebas dari pestisida dan zat zat kimia
2.13. Dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen , tapi
pemberian dosis besar (megadosis) harus dihindari karena
dapat menekan kekebalan tubuh
2.14. Bila ODHA mendapatobatanti retroviraL pemberian makanan
disesuaikan dengan jadwaJ minum obat saat lambung kosong,
saat lambung terisi, atau diberikan bersamasama dengan
makanan.
3. Saran untuk Meningkatkan Energi
3.1. GUlla kan lemak MeT (minyak kelapa), mentega dan kacangkacangan
= 26 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG I ODHA
3.2.
Sediakan makanan kecil tinggi protein: kacangkacangan, es
krim, yogurt
3.3. Makanan utama dalam bentuk padat dan tinggi kalori : krim
sup, sereal panas, ikan goreng tepung
3.4. Makanan dan minuman seperti : salad, buah, teh manisj
minuman manis, agar agar disajikan sebagai makanan
penutup
3.5. Makan secara perlahan dan nikmati secara santai
4. Keamanan Makanan
4.1. Bahan makanan dikemas sesual )enisnya secara terpisah
saat disimpan, terutama daging, ayam dan ikan agar tidak
mengkontaminasi bahan makanan lain.
4.2. Selalu cuci tangan sebelum dan setelah makan
4.3. Selalu minum air yang sudah dididihkan, termasuk air
kemasanjmineral
4.4. Cuci bahan makanan dengan air bersih dan mengalir
4.5. Sebaiknya buah dikupas dan langsung dikonsumsi
4.6. Perhatikan nilai gizi dan tanggal kadaluarsa pad a label
kemasan makanan
4.7. Memakai air panas dan sabun untuk membersihkan alat
dapur
4.8. Lebih baik konsumsi makanan yang disiapkan sendiri karena
lebih terjamin keamanannya.
4.9. Hindari produk susu segar yang tidak dipasteurisasi
4.10. Hindari konsumsi bahan makanan me!ltah (misalnya lalapan,
salad, telur dan daging panggang setengah matang) .
4.11. Hindari makanan yang sudah berjamur atau basi
4.12. Hindari penggunaan air panas dari dispenser karena tidak
mencapai titik didih (100QC)
5. Bahan Makanan Yang Dianjurkan :
5.1. Tempe dan produknya, selain mengandung protein
vitamin B12 juga mengandung bakterisida yang dapat
mengobati dan mencegah diare.
5.2. Kelapa dan produknya dapat memenuhi kebutuhan lemak
sekaJigus sebagai sumber energi karena mengandung MCT
= 27 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
yang mudah diserap dan tidak menyebabkan diare. MCT
merupakan energi yang dapat digunakan untuk pembentukan
sel.
5.3. Wortel mengandung betakaroten yang tinggi sehingga
dapat meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan
pembentuk C04. Vitamin E bersama dengan vitamin C dan
betakaroten berfungsi sebagai antiradikal bebas. Akibat
perusakan oleh HIV pada selsel maka tubuh menghasilkan
radikal bebas
5.4. Brokoli, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi dan
mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan
C04
5.5. Sayuran hijau dan kacangkacangan, mengandung vitamin
neurotropik B1, B6, B12 dan zat gizi mikro yang berguna
untuk pembentukan C04 dan pencegahan anemia
5.6. Buah alpukat mengandung lemak yang tinggi, dapat
dikonsumsi sebagai makanan tambahan. Lemak tersebut
dalam bentuk mono unsaturated fatty acid (MUFA), berfungsi
sebagai antioksidan dan dapat menurunkan LOL. Oi samping
itu juga mengandung glutathion tinggi untuk menghambat
replikasi HIV.
5.7. Konsumsi kacangkacangan sesering mungkin
5.8. Konsumsi daging dan produk susu setiap hari
5.9. Konsumsi sayuran dan buahbuahan setiap hari, lebih baik
dalam bentuk jus, yang sebelumnya sudah disiram dengan air
panas.
5.10. Konsumsi gula, minyak dan garam gunakan seperlunya
5.11. Bahan makanan sebaiknya dalam bentuk matang.
6. Bahan Makanan yang Tidak Oianjurkan :
6.1. Semua bahan makanan yang menimbulkan gas seperti : ubi
jalar, ko!. sawi , nangka dan durian
6.2. Semua makanan tinggi lemak : santan kental, lemak daging
dan kulit ayam
6.3. Bum bu yang me rangsang : cabe, merica, cuka
6.4. Bahan makanan yang mentah seperti lalapan
6.5. Bua hb ua han yang masih mentah
= 28 =
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAG I ODHA
6.6. Makanan yang tidak atau kurang masak seperti sate, telur
setengah matang.
6.7. Makanan yang diawetkan dan penyedap rasa
6.8. Minuman bersoda dan mengandung alkohol
D.
Monitoring dan Evaluasi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui
respon pasien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilannya.
Kegiatan ini merupakan langkah dari proses asu han gizi terstandar dan
bukan sekedar kegiatan mengamati apa yang terjadi saja.lndikator hasil
yang diamati dan dievaluasi harus mengacu pada kebutuhan pasien,
diagnosis gizi, tujuan intervensi dan kondisi penyakit. Sedangkan waktu
pengamatan dari masingmasing indikator sesuai dengan rujukan yang
digunakan. Monitoring dan evaluasi pasien HIV meliputi :
1. Asupan makanan untuk mengetahui adekuat atau tidak