Pedoman Pelayanan Gizi Bagi ODHA
c::
Z
セ@
«
I
UJ
V)
UJ.;;t
セNM
ZO
«N
c::
UJ
I-
Z
UJ
セ@
UJ
セ@
c::
Z
セ@
«
I
UJ
V)
UJ.;;t
セNM
ZO
«N
c::
UJ
I-
Z
UJ
セ@
UJ
セ@
[,EDOMAN PELAYANI\N Clli III\C; I ()I )11 i\
KATA PENGANTAR
Cetakan I
Cetakan II
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah
penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan
peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi
HIV/ AIDS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultation on Nutrition and
HIV/ AIDS" di Thailand pada 911 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara
SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif
dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi
adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan,
perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/
AIDS pasti mempengaruhi status gizi ODHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan
gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) Intervensi gizi
yang adekuat dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi
risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizL
Dalam rangka menuju pelayanan HIV/ AIDS yang komprehensif, pada
tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan
DepKes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan
Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care
giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA
belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi ODHA".
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademis,
profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini.
Semoga ini bermanfaat.
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kcmenterian Kesehatan RI
612.3
Ind
p
Maret 2014
Indonesia. Kementerian Kcsehatan RI
Ped oman Pe1ayanan Gizi Bagi ODlIA. Jakarta:
Kementerian Kcschatan RI. 20 10
1. Judu1
It- l -
!. N UT RITION REQUIREMENTS
In Df.'dr..l y Izwardy, MA
2. AIDS DI ET THERA PY
=
I II
=
[,EDOMAN PELAYANI\N Clli III\C; I ()I )11 i\
KATA PENGANTAR
Cetakan I
Cetakan II
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah
penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan
peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi
HIV/ AIDS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultation on Nutrition and
HIV/ AIDS" di Thailand pada 911 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara
SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif
dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi
adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan,
perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/
AIDS pasti mempengaruhi status gizi ODHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan
gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) Intervensi gizi
yang adekuat dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi
risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizL
Dalam rangka menuju pelayanan HIV/ AIDS yang komprehensif, pada
tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan
DepKes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan
Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care
giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA
belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi ODHA".
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademis,
profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini.
Semoga ini bermanfaat.
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kcmenterian Kesehatan RI
612.3
Ind
p
Maret 2014
Indonesia. Kementerian Kcsehatan RI
Ped oman Pe1ayanan Gizi Bagi ODlIA. Jakarta:
Kementerian Kcschatan RI. 20 10
1. Judu1
It- l -
!. N UT RITION REQUIREMENTS
In Df.'dr..l y Izwardy, MA
2. AIDS DI ET THERA PY
=
I II
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
I'ED OMA NPELAYANAN GIZI BAGI Oll ilA
DAFTAR lSI
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang
8. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB" HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV
B. Diagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
BAB JII PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (012 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
=
IV =
3
6
7
7
8
11
11
15
30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis
B. Monitoring iaboratorium
C. Monitoring asupan makanan
37
BAB V PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
=\1.
35
36
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
I'ED OMA NPELAYANAN GIZI BAGI Oll ilA
DAFTAR lSI
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang
8. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB" HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV
B. Diagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
BAB JII PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (012 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
=
IV =
3
6
7
7
8
11
11
15
30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis
B. Monitoring iaboratorium
C. Monitoring asupan makanan
37
BAB V PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
=\1.
35
36
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GI ZI M G I OllilA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
BABI
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/ AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosioekonomi negaranegara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/ AIDS
(ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang
diJaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan ( appetite) dan oral kandidiasis.
= VI
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GI ZI M G I OllilA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
BABI
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/ AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosioekonomi negaranegara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/ AIDS
(ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang
diJaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan ( appetite) dan oral kandidiasis.
= VI
=
PEDOMANI'ELAYANAN GIZI HAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari
67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan
pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hid up.
B.
TUJUAN
Umum : Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA
Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan
3. Terlaksananya monitoring berat badan
4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C.
HIVjAIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pad a darah, cairan sperm a, cairan vagina, Air Susu Ibu
(ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa
hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahuntahun lamanya tanpa merasa
sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak
sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks
yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian
dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission
(PMTCT).
SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS
yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionis/ dietisien
3. Perawat
4. Bidan
D.
BAB II
RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang Iingkup dan landasan hukum
2. HIV / AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis
HIY, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi
dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (02 tahun), remaja
dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA dengan manifestasi
I 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush)
5. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
l... ,.
1 o, '
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
12. Septikemia salmonela nontifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's
16. Ensefalopati HIV **
IJalJ lItdU ,,".,hl
I
[ャQAセioHj@
4: >
AIッイセヲL@
diJ\atn nmsa 1 hulan terakl
" rhll"ill
*
HIV wasting syndrome: berat badan berkurang > 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup seharihari, berlangsung selama
bermingguminggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Il:Un.f!lI'
2.
3.
4.
5.
6.
HIV wasting Syndrome *
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cyto megalovirus pada satu organ selain hati, Iimpa atau
kelenjar getah bening (contolr etinitis)
=4=
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
4. Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
= 5 =
I' EDO M/\NPELAYANAN GI ZI BAGI ODHA
PEDO M ANPELAYANAN G I ZI M G I OIJ II /\
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
1.
I I
Stadium klinis II
1. Penurunan BB < 10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik,
prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut
berulang, kheilitis angularis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti
sinusitis bakterial)
Stadium klinis III
1. Penurunan berat bad an > 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush)
5. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
l... ,.
1 o, '
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
12. Septikemia salmonela nontifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's
16. Ensefalopati HIV **
IJalJ lItdU ,,".,hl
I
[ャQAセioHj@
4: >
AIッイセヲL@
diJ\atn nmsa 1 hulan terakl
" rhll"ill
*
HIV wasting syndrome: berat badan berkurang > 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup seharihari, berlangsung selama
bermingguminggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Il:Un.f!lI'
2.
3.
4.
5.
6.
HIV wasting Syndrome *
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cyto megalovirus pada satu organ selain hati, Iimpa atau
kelenjar getah bening (contolr etinitis)
=4=
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
4. Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
= 5 =
PFDOMANPELAYANAN GI ZI llAGI ODHA
5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial nonTB,
abses)
PEDOMANI)ELAYANAN
C.
Stadium klinis lU
Infeksi oportunistik yang termasuk dalam def inisi AIDS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
5. Septikemia atau meningitis berulang
1.
2.
3.
4.
*
B.
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali
berturutturut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNDSA
Oiagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Oilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untu k HIV
Limfosit total atau C04 (jika tersedia)
Rapid Test Oiagnosa (jika tersedia)
2.2. Oilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Comorbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan kehamilan
HACI (lllll!\
METABDLISME GIZI PADA DDHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
11-
ei zi
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada DOHA
=6=
=7=
PFDOMANPELAYANAN GI ZI llAGI ODHA
5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial nonTB,
abses)
PEDOMANI)ELAYANAN
C.
Stadium klinis lU
Infeksi oportunistik yang termasuk dalam def inisi AIDS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
5. Septikemia atau meningitis berulang
1.
2.
3.
4.
*
B.
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali
berturutturut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNDSA
Oiagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Oilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untu k HIV
Limfosit total atau C04 (jika tersedia)
Rapid Test Oiagnosa (jika tersedia)
2.2. Oilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Comorbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan kehamilan
HACI (lllll!\
METABDLISME GIZI PADA DDHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
11-
ei zi
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada DOHA
=6=
=7=
I'H)l)MANI'FLAYANAN GI ZI BAG I ODHA
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
an tara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HlV PADA GIZI
I'EDOMAN I' ELAYANA N G I Z I Ml;! O UII /\
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HlV dalam sci
yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi juml;lh
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HlV/ AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HlV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa lebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obatobat ARVada beberapa obat lain yang diberikan pada OOHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
Tabel3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
Sumber: Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
04T + 3TC + NVP
04T + 3TC + EFV
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang glZI,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HlV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hid up.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Catata n: Pilihan pa du a " berd asarka n Pedoma n Tata la ksana lilV dan ARV dari
Di re ktorat Pe nge nda lia n Pe nya kit Me nllla r La ngsllng (P2ML) Kemcnterian Keseha ta n RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obatobat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi an tara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat meni mbulkan efek
samping
=8=
=9 =
I'H)l)MANI'FLAYANAN GI ZI BAG I ODHA
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
an tara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HlV PADA GIZI
I'EDOMAN I' ELAYANA N G I Z I Ml;! O UII /\
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HlV dalam sci
yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi juml;lh
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HlV/ AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HlV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa lebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obatobat ARVada beberapa obat lain yang diberikan pada OOHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
Tabel3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
Sumber: Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
04T + 3TC + NVP
04T + 3TC + EFV
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang glZI,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HlV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hid up.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Catata n: Pilihan pa du a " berd asarka n Pedoma n Tata la ksana lilV dan ARV dari
Di re ktorat Pe nge nda lia n Pe nya kit Me nllla r La ngsllng (P2ML) Kemcnterian Keseha ta n RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obatobat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi an tara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat meni mbulkan efek
samping
=8=
=9 =
PEDOMANP EUWANAN GI Z I 1)/\(;1 lll)f 1/\
1'1- 1)O MA NI'ELAYA NAN G I Z I BAGI ODI-IA
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
GOLONGAN I Zidovudine
NRTI
(AZT, ZDV)
BAB III
EFEK SAMPING
NAMA GENERIK
Anemia, ョ・オエイッーゥ。セ{ウ@
gastro intestinal, sakit kepaJa, sulit
tidur, miopati, adosis Jaktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, Juka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seJuruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T)
Khusus :
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejaJa diare, intoleransi Jaktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap
produktif, aktifbersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddI) 1 Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TOF)
Insufisiensi fungsi ginjaJ
I
GOLONGAN Nevirapine (NVP) Ruam kulit, sind rom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
NNRTI
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
B. ASUHAN GIZI
---r--- - -
Efavirenz (EFV)
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
GOLONGAN I Lopinavir (LPV)
PI
IntoJeransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
,
1. PAOA BAYI OAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHlY, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 06 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 06 bulan adalah ASI, karena
itu bayi yang Jahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit
penyerta dan status gizi pada OOHA.
= 10 =
TUJUAN
. R{;t£J 4arK':'l.
= 11=
PEDOMANP EUWANAN GI Z I 1)/\(;1 lll)f 1/\
1'1- 1)O MA NI'ELAYA NAN G I Z I BAGI ODI-IA
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
GOLONGAN I Zidovudine
NRTI
(AZT, ZDV)
BAB III
EFEK SAMPING
NAMA GENERIK
Anemia, ョ・オエイッーゥ。セ{ウ@
gastro intestinal, sakit kepaJa, sulit
tidur, miopati, adosis Jaktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, Juka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seJuruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T)
Khusus :
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejaJa diare, intoleransi Jaktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap
produktif, aktifbersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddI) 1 Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TOF)
Insufisiensi fungsi ginjaJ
I
GOLONGAN Nevirapine (NVP) Ruam kulit, sind rom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
NNRTI
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
B. ASUHAN GIZI
---r--- - -
Efavirenz (EFV)
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
GOLONGAN I Lopinavir (LPV)
PI
IntoJeransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
,
1. PAOA BAYI OAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHlY, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 06 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 06 bulan adalah ASI, karena
itu bayi yang Jahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit
penyerta dan status gizi pada OOHA.
= 10 =
TUJUAN
. R{;t£J 4arK':'l.
= 11=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masingmasing pilihan tersebut.
!bu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka
harus diberikan secara eksklusif 06 bulan. Artinya hanya
diberikan AS! saja, bukan mixed feeding (AS! dan susu formula
bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan
resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian
AS! ekslusif. Makanan PendampingAS! (MPASI) diberikan mulai
usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi
melalui AS!, yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi
Menyusu Dini)/eariy cessation, 2) memanaskan AS! perah pada
suhu tertentu (suhu 66°C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet,
mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.
Bagi ibu dengan H!V positif yang memilih untuk tidak
memberikan AS! dapat memberikan susu formula sepanjang
memenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, affordable,
sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi, Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu
dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang
memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi, Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga
mampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan)
berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam
selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai
dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya,
Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus
disimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yang
cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih,
serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
= 12 =
PEDOMAN PELAYANAN G IZI l\AC;! ( )) lll;\
diperoleh dari susu formula komersial maupun susu hl'WClIII
yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabila ibu
mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan
(44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani
yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak
mampu menyediakan susu formula komersial (karen a harga
yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga
tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing
dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan
keluarganya:
1.1.1. AS! yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau
makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi
pada bayi.
1.1.2. !bu dan keluarga harus diberikan KlE (Komunikasi,
lnformasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan
menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum
menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus
sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman
dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah
dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari
pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan
1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 624 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian AS! atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan
padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat
tandatanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
=13=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masingmasing pilihan tersebut.
!bu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk�
Z
セ@
«
I
UJ
V)
UJ.;;t
セNM
ZO
«N
c::
UJ
I-
Z
UJ
セ@
UJ
セ@
c::
Z
セ@
«
I
UJ
V)
UJ.;;t
セNM
ZO
«N
c::
UJ
I-
Z
UJ
セ@
UJ
セ@
[,EDOMAN PELAYANI\N Clli III\C; I ()I )11 i\
KATA PENGANTAR
Cetakan I
Cetakan II
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah
penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan
peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi
HIV/ AIDS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultation on Nutrition and
HIV/ AIDS" di Thailand pada 911 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara
SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif
dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi
adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan,
perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/
AIDS pasti mempengaruhi status gizi ODHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan
gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) Intervensi gizi
yang adekuat dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi
risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizL
Dalam rangka menuju pelayanan HIV/ AIDS yang komprehensif, pada
tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan
DepKes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan
Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care
giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA
belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi ODHA".
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademis,
profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini.
Semoga ini bermanfaat.
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kcmenterian Kesehatan RI
612.3
Ind
p
Maret 2014
Indonesia. Kementerian Kcsehatan RI
Ped oman Pe1ayanan Gizi Bagi ODlIA. Jakarta:
Kementerian Kcschatan RI. 20 10
1. Judu1
It- l -
!. N UT RITION REQUIREMENTS
In Df.'dr..l y Izwardy, MA
2. AIDS DI ET THERA PY
=
I II
=
[,EDOMAN PELAYANI\N Clli III\C; I ()I )11 i\
KATA PENGANTAR
Cetakan I
Cetakan II
Saat ini Indonesia menghadapi dua masalah kesehatan, yaitu masalah
penyakit infeksi yang belum dapat diatasi dengan optimal dan kecenderungan
peningkatan penyakit degeneratif. Penyakit infeksi, khususnya prevalensi
HIV/ AIDS masih relative rendah tetapi cenderung meningkat dari tahun ke
tahun.
Berdasarkan rekomendasi " Regional Consultation on Nutrition and
HIV/ AIDS" di Thailand pada 911 Oktober 2007 yang dihadiri oleh 14 negara
SEARO, termasuk Indonesia, penanganan HIV/ AIDS bersifat komprehensif
dan terintegrasi. Gizi memegang peran yang sangat penting karena : 1) Gizi
adalah komponen kesehatan yang penting dan utama dalam pencegahan,
perawatan dan pengobatan HIV/ AIDS secara komprehensif, 2) Infeksi HIV/
AIDS pasti mempengaruhi status gizi ODHA 3) Malnutrisi (kurang gizi dan
gizi lebih) pada HIV berdampak memperburuk penyakit 4) Intervensi gizi
yang adekuat dapat membantu ODHA mengurangi gejala klinis, mengurangi
risiko infeksi serta dapat meningkatkan status gizL
Dalam rangka menuju pelayanan HIV/ AIDS yang komprehensif, pada
tahun 2008, JEN (Jaringan Epidemiologi Nasional) bekerjasama dengan
DepKes dan WHO telah menyusun Pedoman Pelatihan Perawatan dan
Dukungan Gizi bagi ODHA di tingkat masyarakat dan pendamping "care
giver". Namun, tenaga kesehatan sebagai pemberi layanan pada ODHA
belum mempunyai acuan, sehingga perlu disusun "Pedoman Pelayanan Gizi
Bagi ODHA".
Kami mengucapkan terimakasih kepada lintas program, akademis,
profesi serta pihak yang terkait dalam penyusunan buku Pedoman ini.
Semoga ini bermanfaat.
: Tahun 2010
: Tahun 2014
Katalog Dalam Terbitan Kcmenterian Kesehatan RI
612.3
Ind
p
Maret 2014
Indonesia. Kementerian Kcsehatan RI
Ped oman Pe1ayanan Gizi Bagi ODlIA. Jakarta:
Kementerian Kcschatan RI. 20 10
1. Judu1
It- l -
!. N UT RITION REQUIREMENTS
In Df.'dr..l y Izwardy, MA
2. AIDS DI ET THERA PY
=
I II
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
I'ED OMA NPELAYANAN GIZI BAGI Oll ilA
DAFTAR lSI
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang
8. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB" HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV
B. Diagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
BAB JII PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (012 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
=
IV =
3
6
7
7
8
11
11
15
30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis
B. Monitoring iaboratorium
C. Monitoring asupan makanan
37
BAB V PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
=\1.
35
36
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
I'ED OMA NPELAYANAN GIZI BAGI Oll ilA
DAFTAR lSI
ii
KATA PENGANTAR
DAFTAR lSI
v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Beiakang
8. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
1
2
2
2
BAB" HIV/ AIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
A. Stadium Klinis HIV
B. Diagnosa
C. Metabolisme Gizi Pada ODHA
D. Hubungan Antara Gizi dan HIV
E. Gizi dengan ARV
BAB JII PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A. Tujuan
B. Asuhan Gizi
1. Pada bayi dan anak (012 tahun)
2. Remaja dan dewasa
3. Ibu hamil dan menyusui
=
IV =
3
6
7
7
8
11
11
15
30
BAB IV MONITORING
A. Monitoring klinis
B. Monitoring iaboratorium
C. Monitoring asupan makanan
37
BAB V PENUTUP
39
DAFTAR PUSTAKA
41
LAMPIRAN
43
=\1.
35
36
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GI ZI M G I OllilA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
BABI
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/ AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosioekonomi negaranegara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/ AIDS
(ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang
diJaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan ( appetite) dan oral kandidiasis.
= VI
=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GI ZI M G I OllilA
LAMPIRAN
1. a. Form Monitoring berat badan pada bayi dan anak
b. Form monitoring berat badan pada remaja dan dewasa
2. Form catatan pola makan
3. Form Recall 24 jam
4. Form monitoring Status Gizi Anak
5. Tabel Angka Kecukupan Gizi 2004
6. Form daftar bahan makanan penukar
7. Contoh Makanan Formula Cair Oral
8. Form monitoring asupan makanan
9. Contoh menu
10. Contoh menu makanan lumat
BABI
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Virus ini merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang mengakibatkan
turunnya atau hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terserang
berbagai penyakit infeksi.
Penyakit HIV/ AIDS merupakan masalah besar bagi kesehatan dan
sangat berpengaruh pada pertumbuhan sosioekonomi negaranegara di
seluruh dunia, termasuk Indonesia. Berdasarkan estimasi Depkes 2006,
diperkirakan di Indonesia jumlah orang yang hidup dengan HIV/ AIDS
(ODHA) sebanyak 193.000 247.000 orang. Dari laporan Surveilans AIDS
Depkes RI hingga September 2009 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak
18.442 orang dan kumulatif HIV hingga Juni 2009 mencapai 28.260 orang.
Hampir semua propinsi di Indonesia melaporkan peningkatan kasus HIV/
AIDS, dengan 10 propinsi terbanyak adalah DKI Jakarta, Jawa Barat, Papua,
Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi
selatan dan Kepulauan Riau. Jumlah dan prevalensi kasus HIV/ AIDS yang
diJaporkan masih relatif rendah, akan tetapi cenderung meningkat dari
tahun ke tahun.
Pada penelitian multicenter di 3 propinsi : DKI Jakarta, Jawa Timur dan
Sulawesi Selatan pada tahun 2007 ditemukan dari 752 responden ODHA ,
sebanyak 1 % berada pada stadium 4 dengan status gizi buruk (BMI 16,92).
Oktober 2006 Houtzager L, Matulessy P.F, dkk pada studi KIE gizi di 3 propinsi
tersebut, didapatkan bahwa petugas kesehatan menemukan sekitar 80%
ODHA mempunyai masalah gizi antara lain kehilangan BB (wasting), diare,
mual dan muntah, tidak nafsu makan ( appetite) dan oral kandidiasis.
= VI
=
PEDOMANI'ELAYANAN GIZI HAGI ODHA
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGI ODHA
ODHA dengan berbagai penyakit penyulit dan penyerta serta penyakit
oportunistik yang menyertai membutuhkan penatalaksanaan gizi yang
adekuat. Tenaga kesehatan seperti dokter dan paramedis hanya 10 % dari
67 responden pada penelitian tersebut yang mempunyai pengetahuan dan
ketrampilan yang cukup dalam menangani masalah gizi pada ODHA. Dengan
pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
dalam memberikan pelayanan gizi bagi ODHA yang pada akhirnya akan
meningkatkan kualitas hid up.
B.
TUJUAN
Umum : Meningkatkan kualitas pelayanan gizi bagi ODHA
Khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan gizi bagi ODHA
2. Terlaksananya monitoring asupan makanan
3. Terlaksananya monitoring berat badan
4. Terlaksananya konseling gizi bagi ODHA
C.
HIVjAIDS, GIZI DAN FAKTOR YANG
MEMPENGARUHINYA
HIV adalah virus penyebab AIDS. Virus ini ditemukan dalam cairan
tubuh terutama pad a darah, cairan sperm a, cairan vagina, Air Susu Ibu
(ASI). Virus ini menyerang sistem kekebalan dan mengakibatkan turunnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi. Seseorang bisa
hidup dengan HIV dalam tubuhnya bertahuntahun lamanya tanpa merasa
sakit atau mengalami gangguan kesehatan yang serius. Walaupun tampak
sehat, ODHA dapat menularkan HIV pada orang lain melalui hubungan seks
yang tidak aman, tranfusi darah, pemakaian jarum suntik secara bergantian
dan penularan dari ibu ke anak/ Prevention Mother To Child Tranmission
(PMTCT).
SASARAN
Sasaran pengguna buku adalah tenaga kesehatan di Puskesmas dan RS
yang terdiri dari:
1. Dokter
2. Nutrisionis/ dietisien
3. Perawat
4. Bidan
D.
BAB II
RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup yang akan dibahas dalam buku ini adalah :
1. Latar belakang, tujuan, sasaran, ruang Iingkup dan landasan hukum
2. HIV / AIDS, Gizi dan faktor yang mempengaruhinya (stadium klinis
HIY, diagnosa, metabolisme gizi pada ODHA, Hubungan antara Gizi
dan HIV, Gizi dan ARV)
3. Tatalaksana gizi bagi ODHA untuk bayi dan anak (02 tahun), remaja
dan dewasa, ibu hamil dan menyusui serta ODHA dengan manifestasi
I 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush)
5. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
l... ,.
1 o, '
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
12. Septikemia salmonela nontifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's
16. Ensefalopati HIV **
IJalJ lItdU ,,".,hl
I
[ャQAセioHj@
4: >
AIッイセヲL@
diJ\atn nmsa 1 hulan terakl
" rhll"ill
*
HIV wasting syndrome: berat badan berkurang > 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup seharihari, berlangsung selama
bermingguminggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Il:Un.f!lI'
2.
3.
4.
5.
6.
HIV wasting Syndrome *
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cyto megalovirus pada satu organ selain hati, Iimpa atau
kelenjar getah bening (contolr etinitis)
=4=
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
4. Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
= 5 =
I' EDO M/\NPELAYANAN GI ZI BAGI ODHA
PEDO M ANPELAYANAN G I ZI M G I OIJ II /\
Tabel1 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada dewasa
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
1.
I I
Stadium klinis II
1. Penurunan BB < 10%
2. Manifestasi mukokutaneus ringan (dermatitis seboroik,
prurigo,infeksi jamur kuku, ulserasi oral berulang, ulkus mulut
berulang, kheilitis angularis)
3. Herpes zoster dalam 5 tahun terakhir
4. Infeksi Saluran Nafas bagian Atas (ISPA) yang berulang (seperti
sinusitis bakterial)
Stadium klinis III
1. Penurunan berat bad an > 10%
2. Diare kronik tanpa penyebab yang jelas, > 1 bulan
3. Demam berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas (datang pergi
atau menetap), > 1 bulan
4. Kandidiasis oral (thrush)
5. Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
6. TB Paru
7. Infeksi bakterial yang berat (seperti pneumonia, piomiositis, dll)
l... ,.
1 o, '
7. Infeksi virus Herpes Simpleks di mukokutaneus (> 1 bulan)
atau organ dalam
8. Progressive Multifocal Leucoencephalopathy (PML)
9. Mikosis endemik yang menyebar
10. Kandidiasis esofagus, trakea dan bronki
11. Mikobakteriosis atipik, menyebar atau di paru
12. Septikemia salmonela nontifoid
13. Tuberkulosis ekstra paru
14. Limfoma
15. Sarkoma Kaposi's
16. Ensefalopati HIV **
IJalJ lItdU ,,".,hl
I
[ャQAセioHj@
4: >
AIッイセヲL@
diJ\atn nmsa 1 hulan terakl
" rhll"ill
*
HIV wasting syndrome: berat badan berkurang > 10% dari BB
semula, disertai salah satu dari diare kronik tanpa penyebab
yang jelas (> 1 bulan) atau kelemahan kronik dan demam
berkepanjangan tanpa penyebab yang jelas .
** Ensefalopati HIV : adanya gangguan dan atau disfungsi motorik
yang mengganggu aktivitas hidup seharihari, berlangsung selama
bermingguminggu atau bulan tanpa ada penyakit penyerta lain
selain infeksi HIV yang dapat menjelaskan mengapa demikian.
Tabel 2 : Stadium klinis HIV/ AIDS pada anak
Stadium klinis I
1. Asimtomatik
2. Limfadenopati Generalisata
Il:Un.f!lI'
2.
3.
4.
5.
6.
HIV wasting Syndrome *
Pneumocytic carinii pneumonia
Toksoplasmosis otak
Diare karena kriptosporidiosis > 1 bulan
Kriptokokosis ekstra paru
Penyakit Cyto megalovirus pada satu organ selain hati, Iimpa atau
kelenjar getah bening (contolr etinitis)
=4=
Stadium klinis II
1. Diare kronik > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
2. Kandidiasis persisten atau berulang di luar masa neonatal
3. Berat badan berkurang atau gagal tumbuh tanpa etiologi
yang jelas
4. Demam persisten > 30 hari tanpa etiologi yang jelas
= 5 =
PFDOMANPELAYANAN GI ZI llAGI ODHA
5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial nonTB,
abses)
PEDOMANI)ELAYANAN
C.
Stadium klinis lU
Infeksi oportunistik yang termasuk dalam def inisi AIDS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
5. Septikemia atau meningitis berulang
1.
2.
3.
4.
*
B.
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali
berturutturut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNDSA
Oiagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Oilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untu k HIV
Limfosit total atau C04 (jika tersedia)
Rapid Test Oiagnosa (jika tersedia)
2.2. Oilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Comorbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan kehamilan
HACI (lllll!\
METABDLISME GIZI PADA DDHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
11-
ei zi
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada DOHA
=6=
=7=
PFDOMANPELAYANAN GI ZI llAGI ODHA
5. Infeksi bakterial berulang yang berat selain septikemia atau
meningitis ( contoh : osteomielitis, pnemonia bakterial nonTB,
abses)
PEDOMANI)ELAYANAN
C.
Stadium klinis lU
Infeksi oportunistik yang termasuk dalam def inisi AIDS
Gagal tumbuh yang berat (wasting) tanpa etiologi yang jelas *
Ensefalopati yang progresif
Keganasan
5. Septikemia atau meningitis berulang
1.
2.
3.
4.
*
B.
Berat badan berkurang secara persisiten > 10% dari BB semula
atau di bawah persentil 5 grafikBB/TB pada pengukuran 2 kali
berturutturut dengan selang waktu lebih dari 1 bulan tanpa
adanya etiologi atau penyakit penyerta lain yang jelas .
DIAGNDSA
Oiagnosa HIV/ AIDS dapat ditegakkan dengan melihat manifestasi
klinis dan pemeriksaan laboratorium.
1. Manifestasi klinis
Sesuai dengan stadium klinis HIV/ AIDS diatas (4 stadium).
2. Pemeriksaan laboratorium
2.1 Oilakukan untuk menegakkan diagnosa HIV/ AIDS.
Pemeriksaan serologi untu k HIV
Limfosit total atau C04 (jika tersedia)
Rapid Test Oiagnosa (jika tersedia)
2.2. Oilakukan untuk menegakkan diagnosa infeksi oportunistik dan
Comorbidity:
Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan urin rutin dan mikroskopik
Pemeriksaan feses lengkap
Kimia darah: kreatinin serum, ureum darah, glukosa darah,
SGOT/SGPT, bilirubin serum, lipid serum & amilase serum.
Serologi virus hepatitis (HCV) dan virus hepatitis B (HBV)
Pemeriksaaan sputum BTA
Pemeriksaan foto thorax
Pemeriksaan kehamilan
HACI (lllll!\
METABDLISME GIZI PADA DDHA
Pada OOHA sering terjadi anoreksia, depresi, rasa lelah, mual, muntah,
sesak napas, diare serta infeksi. Hal ini menyebabkan asupan gizi
tidak adekuat dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energi yang
meningkat, apalagi disertai infeksi akut.
Kurang gizi dapat menurunkan kapasitas fungsional, memberikan
kontribusi tidak berfungsinya kekebalan dan meningkatkan morbiditas
dan mortalitas. Salah satu faktor yang berperan dalam penurunan
sistim imun, adalah defisiensi zat gizi baik mikro maupun makro.
Memburuknya status gizi bersifat multifaktor, terutama disebabkan
oleh kurangnya asupan makanan, gangguan absorbsi dan metabolisme
zat gizi, infeksi oportunistik, serta kurangnya aktivitas fisik
11-
ei zi
D.
HUBUNGAN ANTARA GIZI DAN HIV
Sejak seseorang terinfeksi HIV, terjadi gangguan sistim kekebalan tubuh
sampai ke tingkat yang lebih parah hingga terjadi pula penurunan
status gizi. Menurunnya status gizi disebabkan oleh kurangnya asupan
makanan karena berbagai hal, misalnya adanya penyakit infeksi,
sehingga menyebabkan kebutuhan zat gizi meningkat. Selain itu
perlu diperhatikan faktor psikososial serta keamanan makanan dan
minuman.
Gambar 1
GIZI DAN IMUNITAS PADA HIV
Sumber: Modul Asuhan dan Oukungan Gizi Pada DOHA
=6=
=7=
I'H)l)MANI'FLAYANAN GI ZI BAG I ODHA
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
an tara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HlV PADA GIZI
I'EDOMAN I' ELAYANA N G I Z I Ml;! O UII /\
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HlV dalam sci
yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi juml;lh
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HlV/ AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HlV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa lebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obatobat ARVada beberapa obat lain yang diberikan pada OOHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
Tabel3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
Sumber: Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
04T + 3TC + NVP
04T + 3TC + EFV
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang glZI,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HlV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hid up.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Catata n: Pilihan pa du a " berd asarka n Pedoma n Tata la ksana lilV dan ARV dari
Di re ktorat Pe nge nda lia n Pe nya kit Me nllla r La ngsllng (P2ML) Kemcnterian Keseha ta n RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obatobat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi an tara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat meni mbulkan efek
samping
=8=
=9 =
I'H)l)MANI'FLAYANAN GI ZI BAG I ODHA
Pada ODHA terjadi peningkatan kebutuhan zat gizi yang disebabkan
an tara lain karena stres metabolisme, demam, muntah, diare, malabsorbsi,
infeksi oportunistik. Selain itu terjadi perubahan komposisi tubuh, yaitu
berkurangnya masa bebas lemak terutama otot.
Gambar2.
EFEK HlV PADA GIZI
I'EDOMAN I' ELAYANA N G I Z I Ml;! O UII /\
ARV bekerja dengan menghambat proses replikasi HlV dalam sci
yang mempunyai reseptor C04, dengan demikian mengurangi juml;lh
virus yang tersedia untuk menginfeksi sel C04 baru. Akibatnya sistem
kekebalan tubuh dilindungi dari kerusakan dan mulai pulih kembali,
yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah sel C04.
Manfaat ARV dalam pengobatan HlV/ AIDS adalah menghambat
perjalanan penyakit HlV, meningkatkan jumlah sel C04, mengurangi
jumlah virus dalam darah dan membuat OOHA merasa lebih baik yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup OOHA.
Tidak semua OOHA membutuhkan ARV. Bila OOHA membutuhkan ARV,
sebaiknya mulai diberikan ARV sebelum masuk ke fase AIDS. Selain
obatobat ARVada beberapa obat lain yang diberikan pada OOHA sesuai
dengan kondisi klinisnya.
Tabel3 : Pilihan Paduan ARV untuk Lini Pertama
Anjuran
Pilihan utama
Pilihan alternatif
Sumber: Modul Asuhan dan Dukungan Gizi Pada ODHA
Paduan ARV
AZT + 3TC + NVP
AZT + 3TC + EFV
04T + 3TC + NVP
04T + 3TC + EFV
Gizi yang adekuat pada ODHA dapat mencegah kurang glZI,
meningkatkan daya tahan terhadap infeksi oportunistik, menghambat
berkembangnya HlV, memperbaiki efektivitas pengobatan dan
memperbaiki kualitas hid up.
E.
GIZI DENGAN ANTI RETRO VIRAL (ARV)
Catata n: Pilihan pa du a " berd asarka n Pedoma n Tata la ksana lilV dan ARV dari
Di re ktorat Pe nge nda lia n Pe nya kit Me nllla r La ngsllng (P2ML) Kemcnterian Keseha ta n RI.
Efek samping dalam pemakaian ARV harus diperhatikan, karena
dapat mengganggu kepatuhan minum obat, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pengobatan. Beberapa efek samping bahkan tidak dapat
ditolerir sehingga membutuhkan penghentian obat.
Asuhan gizi bagi OOHA sangat penting, bila mereka juga mengonsumsi
obatobat ARV. Makanan yang dikonsumsi mempengaruhi penyerapan
ARV dan obat infeksi oportunistik. Sebaliknya penggunaan ARV dan
obat infeksi oportunistik dapat menyebabkan gangguan gizi . Terdapat
interaksi an tara gizi dan ARV yaitu :
1. Makanan dapat mempengaruhi efektivitas ARV
2. ARV dapat mempengaruhi penyerapan zat gizi
3. Efek samping ARV dapat mempengaruhi konsumsi makanan
4. Kombinasi ARV dan makanan tertentu dapat meni mbulkan efek
samping
=8=
=9 =
PEDOMANP EUWANAN GI Z I 1)/\(;1 lll)f 1/\
1'1- 1)O MA NI'ELAYA NAN G I Z I BAGI ODI-IA
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
GOLONGAN I Zidovudine
NRTI
(AZT, ZDV)
BAB III
EFEK SAMPING
NAMA GENERIK
Anemia, ョ・オエイッーゥ。セ{ウ@
gastro intestinal, sakit kepaJa, sulit
tidur, miopati, adosis Jaktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, Juka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seJuruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T)
Khusus :
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejaJa diare, intoleransi Jaktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap
produktif, aktifbersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddI) 1 Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TOF)
Insufisiensi fungsi ginjaJ
I
GOLONGAN Nevirapine (NVP) Ruam kulit, sind rom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
NNRTI
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
B. ASUHAN GIZI
---r--- - -
Efavirenz (EFV)
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
GOLONGAN I Lopinavir (LPV)
PI
IntoJeransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
,
1. PAOA BAYI OAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHlY, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 06 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 06 bulan adalah ASI, karena
itu bayi yang Jahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit
penyerta dan status gizi pada OOHA.
= 10 =
TUJUAN
. R{;t£J 4arK':'l.
= 11=
PEDOMANP EUWANAN GI Z I 1)/\(;1 lll)f 1/\
1'1- 1)O MA NI'ELAYA NAN G I Z I BAGI ODI-IA
Tabel 4 : efek samping beberapa ARV
GOLONGAN I Zidovudine
NRTI
(AZT, ZDV)
BAB III
EFEK SAMPING
NAMA GENERIK
Anemia, ョ・オエイッーゥ。セ{ウ@
gastro intestinal, sakit kepaJa, sulit
tidur, miopati, adosis Jaktat dengan
statosis hepatitis (jarang), gangguan
pengecapan, Juka di mulut, edema
di lidah dan bibir, mual, muntah,
anoreksia, diare, konstipasi, dispepsia.
PELAYANAN GIZI BAGI ODHA
A.
Umum:
Memberikan intervensi gizi secara tepat dengan mempertimbangkan
seJuruh aspek dukungan gizi OOHA pada semua stadium HIV.
Lamivudine (3TC) Sedikit toksik, asidosis laktat dengan
steatosis hepatitis (jarang)
Stavudine (d4T)
Khusus :
1. Tercapainya berat badan normal
2. Teratasinya gejaJa diare, intoleransi Jaktosa, mual dan muntah
3. Terlaksananya pemberian konseling kepada pasien untuk memilih
makanan sesuai dengan selera dan kebutuhan gizi
4. Terhambatnya progresivitas HIV menjadi AIDS
5. Tercapainya kualitas hidup yang optimal pada OOHA untuk tetap
produktif, aktifbersosialisasi dengan keluarga dan masyarakat
Pancreatitis,neuropati perifer,asidosis
laktat dengan hepatitis (jarang),
lipoatrofi, mual.
Oidanosine (ddI) 1 Diare, mual, muntah, pankreatitis.
Tenofovir (TOF)
Insufisiensi fungsi ginjaJ
I
GOLONGAN Nevirapine (NVP) Ruam kulit, sind rom steven Johnson,
peningkatan serum aminotranferase,
NNRTI
hepatitis, keracunan hati, mual,
muntah.
B. ASUHAN GIZI
---r--- - -
Efavirenz (EFV)
Gejala SSP: pusing, mengantuk, sukar
tidur, bingung, halusinasi, agitasi
peningkatan kadar transaminase, ruam
kulit
GOLONGAN I Lopinavir (LPV)
PI
IntoJeransi
gastrointestinal,mual,
muntah,
peningkatan
enzim
transaminase,
hiperglikemia,
pemindahan lemak dan abnormalitas
lipid
,
1. PAOA BAYI OAN ANAK
Bayi yang lahir dari ibu positifHlY, umumnya mempunyai berat lahir
rendah. Bayi yang terbukti HIV positif biasanya akan mengalami
kenaikan berat badan dan panjang badan yang tidak adekuat. Hal
ini mencerminkan adanya suatu proses kronik yang dapat berakibat
terjadinya gagal tumbuh. Keadaan ini disebabkan karena interaksi
infeksi HIV dan adanya penyakit penyerta (misalnya TB) serta
asupan makro dan mikronutrien yang tidak adekuat.
Pada bahasan ini asuhan gizi dibedakan pada :
1.1. Bayi 06 bulan
Makanan terbaik untuk anak usia 06 bulan adalah ASI, karena
itu bayi yang Jahir dari seorang ibu dengan HIV positif, harus
diberikan pendampingan dan konseling mengenai pemilihan
Oengan banyaknya efek samping penggunaan ARV, maka penentuan
diet harus disesuaikan dengan kondisi klinis, efek samping, penyakit
penyerta dan status gizi pada OOHA.
= 10 =
TUJUAN
. R{;t£J 4arK':'l.
= 11=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masingmasing pilihan tersebut.
!bu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk tetap menyusui bayinya, maka
harus diberikan secara eksklusif 06 bulan. Artinya hanya
diberikan AS! saja, bukan mixed feeding (AS! dan susu formula
bergantian). Pemberian mixed feeding ini terbukti memberikan
resiko lebih tinggi terhadap kejadian infeksi daripada pemberian
AS! ekslusif. Makanan PendampingAS! (MPASI) diberikan mulai
usia yang dapat digunakan untuk memperkecil resiko transmisi
melalui AS!, yaitu : 1) memberikan ASI ekslusif dengan (Inisiasi
Menyusu Dini)/eariy cessation, 2) memanaskan AS! perah pada
suhu tertentu (suhu 66°C).
Adanya masalah pada payudara ibu seperti puting yang lecet,
mastitis atau abses akan meningkatkan resiko transmisi HIV.
Bagi ibu dengan H!V positif yang memilih untuk tidak
memberikan AS! dapat memberikan susu formula sepanjang
memenuhi kriteria AFASS (acceptable, feasible, affordable,
sustainable, and safe). Acceptable (mudah diterima) berarti
tidak ada hambatan sosial budaya bagi ibu untuk memberikan
susu formula untuk bayi, Feasible (mudah dilakukan) berarti ibu
dan keluarga punya waktu, pengetahuan, dan ketrampilan yang
memadai untuk menyiapkan dan memberikan susu formula
kepada bayi, Affordable (terjangkau) berarti ibu dan keluarga
mampu membeli susu formula, Suistanable (berkelanjutan)
berarti susu formula harus diberikan setiap hari dan malam
selama usia bayi dan diberikan dalam bentuk segar, serta suplai
dan distribusi susu formula tersebut dijamin keberadaannya,
Safe (aman penggunaannya) berarti susu formula harus
disimpan secara benar, higienis, dengan kadar nutrisi yang
cukup, disuapkan dengan tangan dan peralatan yang bersih,
serta tidak berdampak peningkatan penggunaan susu formula
untuk masyarakat luas pada umumnya.
Susu yang dapat dijadikan makanan pengganti AS! bisa
= 12 =
PEDOMAN PELAYANAN G IZI l\AC;! ( )) lll;\
diperoleh dari susu formula komersial maupun susu hl'WClIII
yang dimodifikasi. Susu formula komersial diberikan apabila ibu
mampu menyediakannya minimal untuk jangka waktu 6 bulan
(44 kaleng @ 450 gram susu formula). Penting diperhatikan
kebersihan peralatan, air yang digunakan dan jumlah takaran
susu untuk mengurangi risiko terjadinya diare. Susu hewani
yang dimodifikasi dapat dijadikan pilihan bagi ibu yang tidak
mampu menyediakan susu formula komersial (karen a harga
yang mahal serta tidak tersedia di daerahnya). Bila keluarga
tersebut mempunyai hewan peliharaan seperti sapi, kambing
dapat digunakan sebagai pengganti AS!.
Beberapa hal penting yang harus di sampaikan kepada ibu dan
keluarganya:
1.1.1. AS! yang tidak eksklusif (ASI bersama dengan susu atau
makanan lain) meningkatkan risiko terjadinya infeksi
pada bayi.
1.1.2. !bu dan keluarga harus diberikan KlE (Komunikasi,
lnformasi dan Edukasi mengenai cara mengolah dan
menyajikan susu dan makanan
1.1.3. Membersihkan tangan dengan air dan sabun sebelum
menyiapkan makanan
1.1.4. Membersihkan peralatan makan dengan cara merebus
sampai mendidih sebelum menggunakannya
1.1.5. Selalu menggunakan air matang yang bersih dan aman
dalam mempersiapkan makanan
1.1.6. Hindari menyimpan susu atau makanan yang telah
dimasak.
1.1.7. Jika akan disimpan, dapat dimasukkan dalam lemari
pendingin dan dipanaskan kembali jika akan disajikan
1.1.8. Simpan makanan dan minuman dalam tempat yang
tertutup
1.2. Anak 624 bulan
Setelah bayi berusia 6 bulan, pemberian AS! atau susu saja tidak
dapat memenuhi kebutuhan bayi, oleh karena itu makanan
padat harus segera diberikan. Jika bayi berusia 4 bulan terdapat
tandatanda gagal tumbuh dengan ODHA atau ibu dengan HIV
=13=
PEDOMANPELAYANAN GIZI BAGl ODHA
cara pemberian makanan untuk bayinya dan dijelaskan
mengenai risiko dan manfaat masingmasing pilihan tersebut.
!bu juga harus diberikan petunjuk khusus dan pendampingan
hingga anak berusia 2 tahun agar dapat tercapai asupan
nutrisi yang adekuat sehingga tercapai tumbuh kembang yang
optimal.
Apabila ibu memutuskan untuk�