Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Keadaan Demografi dan Ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.Pada tahun 2010 jumlah penduduk Provinsi Jawa tengah mencapai 32.382.657 jiwa yang menempati luas wilayah sebesar 32.544,12 km 2 . Jumlah penduduk tersebut telah mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009 sebesar 32.864.563 jiwa, hal itu menjadi salah satu bukti bahwa program Keluarga Berencana pemerintah berhasil menurunkan pertumbuhan penduduk. Berikut tingkat kepadatan di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Jawa Tengah Tahun 2008-2010 Tahun Luas Wilayah km 2 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per km 2 2008 32.544,12 32.626.390 1003 2009 32.544,12 32.864.563 1010 2010 32.544,12 32.382.657 995 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2009 mencapai 1010 orangKm 2 dan kepadatan penduduk terendah 995 orangKm 2 pada tahun 2010. Jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan. Berikut adalah kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga 2010. Tabel 4.2 Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja, dan Jumlah Pengangguran di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010 orang Tahun Angktan Kerja KesempatanKerja Pengangguran 2008 16.690.966 15.463.658 1.227.308 2009 17.087.000 15.835.382 1.252.267 2010 16.856.330 15.809.447 1.046.883 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Penduduk dibedakan menjadi dua yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun dan dibedakan sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 16.856.330 orang, jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2009 sebesar 17.087.649 orang. Penurunan jumlah angkatan kerja diikuti oleh penurunan kesempatan kerja dan jumlah pengangguran. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penurunaan jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah sebagai dampak keberhasilan program Keluarga Berencana KB pemerintah. Angkatan kerja yang tinggi tidak menjamin bahawa tenaga kerja yang tersedia memiliki keahlian atau keterampilan. Hanya sebagian dari angkatan kerja yang memiliki pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas SMA, masih banyak penduduk yang memasuki usia kerja tapi hanya memiliki pendidikan yang minim. Pada tahun 2010 penduduk dengan pendidikan terakhir SMA hanya sebesar 3.642.296 orang, sedangkan penduduk yang hanya memiliki pendidikan terakhir Sekolah Dasar SD ada 9.173.558 orang. Berikut merupakan tabel pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh penduduk usia kerja di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi di Jawa Tengah Tahun 2010 orang Tahun Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Total 2008 9.367.374 2.798.160 3.298.124 15.463.658 2009 9.457.640 2.893.843 3.483.899 15.835.382 2010 9.173.558 2.993.593 3.642.296 15.809.447 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Tabel 4.3 dapat diketahui tingkat pendidikan tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah mengalami perbaikan pada tahun 2010.Penduduk yang memiliki pendidikan terakhir SD mengalami penurunan, pendidikan terakhir SMP dan SMA mengalami kenaikan.Saat ini pendidikan masih menjadi hal penting dalam mendapatkan pekerjaan.Masih banyak perusahaan yang mencari tenaga kerja dengan kriteria pendidikan yang tinggi seperti Badan Umum Milik Negara maupun perusahaan swasta.Pendidikan terahkir juga menentukan besarnya upah dari tenaga kerja, semakin tinggi pendidikan terakhir maka semakin tinggi upah yang diterima sebagai balas jasa. Sebagian besar penduduk di Provinsi Jawa Tengah bekerja sebagai petani, hal ini dibuktikan oleh tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.Pada tahun 2010 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebesar 5.616.529 orang dan sektor pertambangan dan galian, listrika, gas dan air bersih hanya menyerap 136.625 tenaga kerja.Berikut tabel penduduk menurut lapangan pekerjaan utama di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga 2010. Tabel 4.4 Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010 Tahun Lapangan pekerjaan utama Pertanian Pertambangan dan galian, Listrik, Gas dan Air Bersih Industri Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuang an jasa total 2008 5 .697.121 155.082 2.703.427 1.006.994 3 .254.982 715.404 167.840 1 .762.808 15.809.447 2009 5 .864.827 147.997 2.656.673 1.028.429 3 .462.071 683.675 154.739 1 .836.971 15.835.382 2010 5 .616.529 136.625 2.815.292 1.046.741 3 .388.450 664.080 179.804 1 .961.926 15.809.447 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja tertinggi adalah sektor pertanian disusul sektor perdagangan, industri, jasa, konstruksi, komunikasi, keuangan dan yang terakhir sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih.Sektor pertanian masih menjadi sektor yang tertinggi karena di Provinsi Jawa Tengah masih banyak lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan serta minimnya pendidikan yang dimiliki oleh penduduk.

4.1.2. Pengangguran

Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan kepadatan penduduk terbesar ketiga setelah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur. Permasalahan yang timbul akibat tingginya jumlah penduduk salah satunya adalah pengangguran. Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut Sukirno, 1994:294. Pengangguran terjadi karena pertumbuhan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang ada. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinyaketidakseimbangan pasar tenaga kerja tersebut adalah ketidakcocokankeinginan atau kebutuhan antara pasar tenaga kerja dengan pengguna tenaga kerja.Selain itu faktor-faktor yang mungkin jadi penyebab tingginya pengangguran adalah inflasi, pertumbuhan ekonomi dan investasi. Tingkat pengangguran di Jawa Tengah tergolong tinggi, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 rata-rata tingkat pengangguran masih mencapai 1.176.149 orang pertahun. Tabel 4.5. menggambarkan tingkat pengangguran pada KabupatenKota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Dari Tabel 4.5. tersebut diketahui bahwa setiap kabupatenkota di Jawa Tengah mengalami tingkat pengangguran yang fluktuatif. Jika dilihat dari rata-rata tingkat penganggurannya, maka Kota Semarang memiliki rata-rata tingkat pengangguran tertinggi sebesar 80.391 orang yang kemudian disusul oleh Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes dengan rata-rata tingkat pengangguran berturut-turut sebesar 79.656 orang dan 72.377 orang. Tingginya tingkat pengangguran di Kota Semarang disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk dan sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Daerah-daerah yang memiliki pengangguran terendah adalah Kota Magelang 8.576 orang, Kota Salatiga 9.278 orang, dan Kota Pekalongan 12.182 orang. Pengangguran yang tinggi sebagian besar terjadi di tingkat kabupaten, hal ini diduga karena adanya pembangunan yang tidak merata antar daerah di Provinsi jawa Tengah. Berikut adalah tabel tingkat pengangguran per kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah: Tabel 4.5 Tingkat Pengangguran di Provinsi Jawa Tengah Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 orang No KabupatenKota 2008 2009 2010 Rata-rata 1 Kabupaten Cilacap 75,495 89,175 74,298 79,656 2 Kabupaten Banyumas 57,620 59,582 58,403 58,535 3 Kabupaten Purbalingga 29,058 19,638 16,653 21,783 4 Kabupaten Banjarnegara 22,464 22,993 14,457 19,971 5 Kabupaten Kebumen 35,304 49,241 46,876 43,807 6 Kabupaten Purworejo 15,364 17,748 11,994 15,035 7 Kabupaten Wonosobo 21,290 14,292 16,066 17,216 8 Kabupaten Magelang 31,602 31,253 19,245 27,367 9 Kabupaten Boyolali 31,656 29,899 20,594 27,383 10 Kabupaten Klaten 44,454 39,271 25,877 36,534 11 Kabupaten Sukoharjo 36,379 37,359 32,000 35,246 12 Kabupaten Wonogiri 31,945 29,159 24,407 28,504 13 Kabupaten Karanganyar 25,700 37,608 30,321 31,210 14 Kabupaten Sragen 26,870 28,624 19,777 25,090 15 Kabupaten Grobogan 43,657 48,610 33,179 41,815 16 Kabupaten Blora 26,166 34,361 25,643 28,723 17 Kabupaten Rembang 17,571 18,058 15,653 17,094 18 Kabupaten Pati 59,012 49,094 38,604 48,903 19 Kabupaten Kudus 27,205 32,306 26,152 28,554 20 Kabupaten Jepara 30,426 24,562 25,648 26,879 21 Kabupaten Demak 35,569 30,022 29,696 31,762 22 Kabupaten Semarang 37,842 40,267 33,499 37,203 23 Kabupaten Temanggung 18,941 16,514 14,797 16,751 24 Kabupaten Kendal 32,929 29,255 26,395 29,526 25 Kabupaten Batang 31,574 24,733 24,486 26,931 26 Kabupaten Pekalongan 31,380 17,993 16,912 22,095 27 Kabupaten Pemalang 60,483 79,372 66,630 68,828 28 Kabupaten Tegal 64,281 60,152 47,303 57,245 29 Kabupaten Brebes 65,357 79,116 72,659 72,377 30 Kota Magelang 7,639 9,863 8,226 8,576 31 Kota Surakarta 26,574 28,778 22,575 25,976 32 Kota Salatiga 9,816 9,674 8,345 9,278 33 Kota Semarang 85,710 83,963 71,499 80,391 34 Kota Pekalongan 13,818 12,564 10,165 12,182 35 Kota Tegal 16,157 19,168 17,839 17,721 Jawa Tengah 1,227,308 1,254,267 1,046,873 1,176,149 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi

4.1.3. Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga- harga barang dalam periode waktu tertentu Sukirno, 1994: 302. Di Indonesia sendiri inflasi sering terjadi dikarenakan adanya Cost Push Inflation atau Inflasi yang terjadi karena dorongan biaya produksi sebagai akibat kenaikan bahan baku produksi. Tetapi pada waktu-waktu tertentu seperti Natal maupun hari raya Idul Fitri di Indonesia terjadi inflasi yang disebabkan oleh Demand Pull Inflation dikarenakan tingginya permintaan agregat masyarakat. Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Pengangguran dan Inflasi Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010 Tahun Jumlah Pengangguran Tingkat Inflasi 2008 1.227.308 9,55 2009 1.254.267 3,32 2010 1.046.873 6,88 Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah pengangguran di Jawa Tengah sebesar 1.227.308 orang dengan tingkat inflasi sebesar 9,55. Tingginya pengangguran dan inflasi pada tahun 2008 dipicu oleh kebijakan pemerintah pada bulan mei yaitu kenaikan harga BBM. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah pengangguran menjadi sebesar 1.254.267 orang tetapi inflasi mengalami penurunan menjadi sebesar 3,32. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran turun menjadi 1.046.873 orang tetapi inflasi mengalami kenaikan menjadi 6,88. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan negatif antara pengangguran dan inflasi. Inflasi yang tinggi pada tahun 2008 juga terjadi di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah.Kenaikan harga BBM yang diputuskan pemerintah membuat harga-harga kebutuhan pokok menjadi melonjak terutama bahan makanan dan berimbas pada naiknya harga-harga secara umum.Pada tahun 2009 pemerintah mengambil kebijakan penurunan harga BBM untuk menstabilkan perekonomian dan langkah ini berhasil.Tingkat inflasi kabupatenkota mengalami penurunan.Berikut tabel tingkat inflasi di Provinsi Jawa Tengah per kabupatenkota tahun 2008-2010. Tabel 4.7 Tingkat Inflasi di Provinsi Jawa Tengah Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 persen No KabupatenKota 2008 2009 2010 Rata-rata 1 Kabupaten Cilacap 9.97 4.63 5.65 6.75 2 Kabupaten Banyumas 12.06 2.83 6.04 6.98 3 Kabupaten Purbalingga 9.51 3.35 7.82 6.89 4 Kabupaten Banjarnegara 11.09 4.37 7.13 7.53 5 Kabupaten Kebumen 14.21 5.01 8.36 9.19 6 Kabupaten Purworejo 11.28 3.98 7.56 7.61 7 Kabupaten Wonosobo 9.06 3.01 6.06 6.04 8 Kabupaten Magelang 9.53 3.83 8.25 7.20 9 Kabupaten Boyolali 6.51 2.05 7.34 5.30 10 Kabupaten Klaten 10.33 0.30 7.90 6.18 11 Kabupaten Sukoharjo 11.39 2.59 6.67 6.88 12 Kabupaten Wonogiri 11.54 2.89 6.66 7.03 13 Kabupaten Karanganyar 10.83 2.96 7.26 7.02 14 Kabupaten Sragen 10.82 2.82 6.77 6.80 15 Kabupaten Grobogan 13.59 4.26 7.45 8.43 16 Kabupaten Blora 12.79 2.91 7.17 7.62 17 Kabupaten Rembang 10.04 3.09 6.61 6.58 18 Kabupaten Pati 13.01 3.05 6.36 7.47 19 Kabupaten Kudus 11.99 3.00 7.65 7.55 20 Kabupaten Jepara 12.76 2.83 6.24 7.28 21 Kabupaten Demak 12.64 3.10 6.87 7.54 22 Kabupaten Semarang 11.03 3.18 7.07 7.09 23 Kabupaten Temanggung 12.36 4.16 7.35 7.96 24 Kabupaten Kendal 12.74 1.23 5.89 6.62 25 Kabupaten Batang 10.44 -0.04 6.62 5.67 26 Kabupaten Pekalongan 10.61 3.39 6.54 6.85 27 Kabupaten Pemalang 7.81 4.10 7.38 6.43 28 Kabupaten Tegal 9.57 4.50 6.44 6.84 29 Kabupaten Brebes 11.81 4.25 6.04 7.37 30 Kota Magelang 9.53 3.48 6.80 6.60 31 Kota Surakarta 6.96 2.63 6.65 5.41 32 Kota Salatiga 10.20 3.28 6.65 6.71 33 Kota Semarang 10.34 3.19 7.11 6.88 34 Kota Pekalongan 10.03 3.39 6.77 6.73 35 Kota Tegal 8.52 5.83 6.73 7.03 Sumber: Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Jawa Tengah, berbagai edisi Tabel 4.7. menunjukkan bahwa dari 35 kabupatenkota, Kabupaten Kebumen yang memiliki rata-rata inflasi tertinggi sebesar 9,19, kemudian ada Kabupaten Grobogan sebesar 8,43, dan Kabupaten Temanggung merupakan tertinggi ketiga dengan rata-rata sebesar 7,96. Kabupatenkota yang memiliki inflasi terendah adalah Kabupaten Boyolali 5,30, Surakarta 5,41, Batang 5,67.

4.1.4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan kenaikan output dalam jangka panjang yang diukur dengan memperhatikan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto PDRB dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan 2000. Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk suatu daerah, semakin tinggi pertumbuhan ekonominya maka sektor-sektor riil di dalam daerah tersebut juga mengalami peningkatan. Petumbuhan ekonomi yang baik adalah pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah kemiskinan. Tabel 4.8. dapat diketahui kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah Kabupaten Sragen 5,92yang di sumbang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua dan ketiga adalah Kota Surakarta 5,84, dan Kabupaten Purbalingga 5,62. Untuk daerah yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah Kabupaten Klaten sebesar 3,30 disusul oleh Kabupaten Temanggung sebesar 3,98, kemudian Kabupaten Wonosobo sebesar 4. Berikut adalah tabel tingkat pertumbuhan ekonomi tiap kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah: Tabel 4.8 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 persen No KabupatenKota 2008 2009 2010 Rata-rata 1 Kabupaten Cilacap 6,07 1,53 4,43 4.01 2 Kabupaten Banyumas 5,38 5,49 5,77 5.55 3 Kabupaten Purbalingga 5,30 5,89 5,67 5.62 4 Kabupaten Banjarnegara 4,98 5,11 4,89 4.99 5 Kabupaten Kebumen 5,80 3,94 4,15 4.63 6 Kabupaten Purworejo 5,62 4,96 5,01 5.20 7 Kabupaten Wonosobo 3,69 4,02 4,29 4.00 8 Kabupaten Magelang 4,99 4,72 4,51 4.74 9 Kabupaten Boyolali 4,04 5,16 3,60 4.27 10 Kabupaten Klaten 3,93 4,24 1,73 3.30 11 Kabupaten Sukoharjo 4,84 4,76 4,65 4.75 12 Kabupaten Wonogiri 4,27 4,73 3,14 4.05 13 Kabupaten Karanganyar 5,30 5,54 5,42 5.42 14 Kabupaten Sragen 5,69 6,01 6,06 5.92 15 Kabupaten Grobogan 5,33 5,03 5,05 5.14 16 Kabupaten Blora 5,80 4,97 5,04 5.27 17 Kabupaten Rembang 4,67 4,46 4,45 4.53 18 Kabupaten Pati 4,94 4,69 5,11 4.91 19 Kabupaten Kudus 3,92 3,95 4,16 4.01 20 Kabupaten Jepara 4,49 5,02 4,52 4.68 21 Kabupaten Demak 4,11 4,08 4,12 4.10 22 Kabupaten Semarang 4,26 4,37 4,90 4.51 23 Kabupaten Temanggung 3,54 4,09 4,31 3.98 24 Kabupaten Kendal 4,26 5,55 5,95 5.25 25 Kabupaten Batang 3,67 3,72 4,97 4.12 26 Kabupaten Pekalongan 4,78 4,30 4,27 4.45 27 Kabupaten Pemalang 4,99 4,78 4,94 4.90 28 Kabupaten Tegal 5,32 5,29 4,83 5.15 29 Kabupaten Brebes 4,81 4,99 4,94 4.91 30 Kota Magelang 5,05 5,11 6,12 5.43 31 Kota Surakarta 5,69 5,90 5,94 5.84 32 Kota Salatiga 4,98 4,48 5,01 4.82 33 Kota Semarang 5,59 5,34 5,87 5.60 34 Kota Pekalongan 3,73 4,78 5,51 4.67 35 Kota Tegal 5,15 5,02 4,61 4.93 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi

4.1.5. Investasi

Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh investor dalam negeri maupun luar negeri.Investasi memiliki peranan penting dalam menggerakkan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi suatu investasi diharapkan output yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Output yang tinggi nantinya akan menciptakan lapangan perkerjaan baru. Dari Tabel 4.9. kabupatenkota yang memiliki nilai rata-rata investasi tertinggi adalah Kota Semarang dengan rata-rata investasi pertahunnya sebesar Rp.2.399.106.000.000,00 dan tertinggi kedua adalah Kabupaten Rembang dengan rata-rata investasi pertahun sebesar Rp.1.312.444.000.000,00, dilanjutkan tertinggi ketiga adalah Kabupaten Semarang dengan rata-rata investasi Rp.963.868.3000.000,00 pertahunnya. Persamaan ketiga kabupatenkota tersebut yaitu memiliki sektor potensial di bidang industri dan perdagangan. Daerah yang memiliki rata-rata investasi terendah adalah Kabupaten Blora sebesar Rp.41.652.000.000,00. Berikut ini adalah tabel nilai realisasi investasi kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah. Tabel 4.9 Nilai Realisasi Investasi di Provinsi Jawa Tengah Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 jutaan rupiah No. KabupatenKota 2008 2009 2010 Rata-rata 1 Kabupaten Cilacap 79.866 126.213 195.958 134.012,33 2 Kabupaten Banyumas 222.285 376.318 463.309 353.970,67 3 Kabupaten Purbalingga 55.189 82.139 79.253 72.193,67 4 Kabupaten Banjarnegara 105.708 108.152 149.796 121.218,67 5 Kabupaten Kebumen 44.806 73.840 93.207 70.617,67 6 Kabupaten Purworejo 38.452 36.581 67.766 47.599,67 7 Kabupaten Wonosobo 34.784 67.363 74.137 58.761,33 8 Kabupaten Magelang 339.566 326.136 186.353 284.018,33 9 Kabupaten Boyolali 32.636 73.270 144.168 83.358,00 10 Kabupaten Klaten 108.183 139.279 178.764 142.075,33 11 Kabupaten Sukoharjo 498.791 495.314 323.395 439.166,67 12 Kabupaten Wonogiri 160.540 188.932 215.117 188.196,33 13 Kabupaten Karanganyar 681.288 738.928 710.328 710.181,33 14 Kabupaten Sragen 930.038 578.192 533.438 680.556,00 15 Kabupaten Grobogan 107.812 91.623 117.695 105.710,00 16 Kabupaten Blora 25.602 32.076 67.578 41.752,00 17 Kabupaten Rembang 884.784 1.697.232 1.355.315 1.312.443,67 18 Kabupaten Pati 131.543 379.537 240.819 250.633,00 19 Kabupaten Kudus 340.050 524.139 547.188 470.459,00 20 Kabupaten Jepara 75.638 116.145 134.760 108.847,67 21 Kabupaten Demak 134.824 81.322 160.718 125.621,33 22 Kabupaten Semarang 895.142 871.469 1.124.994 963.868,33 23 Kabupaten Temanggung 56.070 54.491 70.142 60.234,33 24 Kabupaten Kendal 358.749 542.003 339.892 413.548,00 25 Kabupaten Batang 30.442 44.606 70.918 48.655,33 26 Kabupaten Pekalongan 28.228 42.311 93.244 54.594,33 27 Kabupaten Pemalang 63.400 75.837 87.558 75.598,33 28 Kabupaten Tegal 139.392 204.560 247.648 197.200,00 29 Kabupaten Brebes 88.909 118.833 131.332 113.024,67 30 Kota Magelang 74.267 100.623 158.229 111.039,67 31 Kota Surakarta 513.270 600.330 569.899 561.166,33 32 Kota Salatiga 89.215 80.168 106.298 91.893,67 33 Kota Semarang 2.085.933 2.203.863 2.907.523 2.399.106,33 34 Kota Pekalongan 74.286 74.593 87.349 78.742,67 35 Kota Tegal 82.160 120.632 99.933 100.908,33 Sumber: Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah

4.2. Analisis Regresi Data Panel

Dokumen yang terkait

ANALISIS INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN UPAH TERHADAP PENGANGGURAN TERDIDIK DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009 2013

2 20 88

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, PENGANGGURAN,DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEMISKINAN PROVINSI INDONESIA PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, INFLASI, PENGANGGURAN, DAN PENDIDIKAN TERHADAP KEMISKINAN PROVINSI INDONESIA TAHUN 2008-2012.

0 2 15

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KONSUMSI Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum Dan Pengangguran Terhadap Tingkat Konsumsi Masyarakat Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2015.

1 3 14

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI, UPAH MINIMUM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI EKS- Analisis Pengaruh Inflasi, Investasi, Upah Minimum Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Ekskarisidenan Surakarta Periode Tahun 2010-2014.

1 5 15

ANALISIS PENGARUH INFLASI, INVESTASI, UPAH MINIMUM DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP PENGANGGURAN DI EKS- Analisis Pengaruh Inflasi, Investasi, Upah Minimum Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pengangguran Di Ekskarisidenan Surakarta Periode Tahun 2010-2014.

0 4 16

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN, PENGANGGURAN DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1996-2014.

0 4 12

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDIDIKAN, PENGANGGURAN DAN INFLASI TERHADAP Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Kemiskinan Di Indonesia Tahun 1996-2014.

0 4 17

ANALISIS PENGARUH JUMLAH TENAGA KERJA, INVESTASI DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI JAWA TIMUR.

0 0 112

ANALISIS PENGARUH INFLASI, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN INVESTASI TERHADAP PENGANGGURAN DI PROVINSI JAWA TENGAH.

0 4 178

TAP.COM - PENGARUH INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP PERTUMBUHAN ... 1002 2156 1 SM

0 3 17