35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Keadaan Demografi dan Ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lainnya.Pada tahun
2010 jumlah penduduk Provinsi Jawa tengah mencapai 32.382.657 jiwa yang menempati luas wilayah sebesar 32.544,12 km
2
. Jumlah penduduk tersebut telah mengalami penurunan dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2009
sebesar 32.864.563 jiwa, hal itu menjadi salah satu bukti bahwa program Keluarga Berencana pemerintah berhasil menurunkan pertumbuhan penduduk. Berikut
tingkat kepadatan di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 4.1 Kepadatan Penduduk Jawa Tengah Tahun 2008-2010
Tahun Luas Wilayah
km
2
Jumlah Penduduk Kepadatan
Penduduk per km
2
2008 32.544,12
32.626.390 1003
2009 32.544,12
32.864.563 1010
2010 32.544,12
32.382.657 995
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Tingkat kepadatan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2009 mencapai
1010 orangKm
2
dan kepadatan penduduk terendah 995 orangKm
2
pada tahun 2010. Jumlah penduduk yang besar akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang
dapat dimanfaatkan dalam pembangunan. Berikut adalah kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga 2010.
Tabel 4.2 Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja, dan Jumlah Pengangguran
di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010 orang
Tahun Angktan Kerja
KesempatanKerja Pengangguran
2008 16.690.966
15.463.658 1.227.308
2009 17.087.000
15.835.382 1.252.267
2010 16.856.330
15.809.447 1.046.883
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Penduduk dibedakan menjadi dua yaitu penduduk usia kerja dan bukan
usia kerja. Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15-64 tahun dan dibedakan sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Jumlah angkatan
kerja Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 sebesar 16.856.330 orang, jumlah ini lebih rendah dibandingkan tahun 2009 sebesar 17.087.649 orang. Penurunan
jumlah angkatan kerja diikuti oleh penurunan kesempatan kerja dan jumlah pengangguran. Hal ini terjadi dikarenakan adanya penurunaan jumlah penduduk
Provinsi Jawa Tengah sebagai dampak keberhasilan program Keluarga Berencana KB pemerintah.
Angkatan kerja yang tinggi tidak menjamin bahawa tenaga kerja yang tersedia memiliki keahlian atau keterampilan. Hanya sebagian dari angkatan kerja
yang memiliki pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas SMA, masih banyak penduduk yang memasuki usia kerja tapi hanya memiliki pendidikan yang
minim. Pada tahun 2010 penduduk dengan pendidikan terakhir SMA hanya sebesar 3.642.296 orang, sedangkan penduduk yang hanya memiliki pendidikan
terakhir Sekolah Dasar SD ada 9.173.558 orang. Berikut merupakan tabel pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh penduduk usia kerja di Provinsi Jawa
Tengah.
Tabel 4.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi
di Jawa Tengah Tahun 2010 orang
Tahun Tamat SD
Tamat SMP Tamat SMA
Total
2008 9.367.374
2.798.160 3.298.124
15.463.658 2009
9.457.640 2.893.843
3.483.899 15.835.382
2010 9.173.558
2.993.593 3.642.296
15.809.447
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi Tabel 4.3 dapat diketahui tingkat pendidikan tenaga kerja di Provinsi Jawa
Tengah mengalami perbaikan pada tahun 2010.Penduduk yang memiliki pendidikan terakhir SD mengalami penurunan, pendidikan terakhir SMP dan
SMA mengalami kenaikan.Saat ini pendidikan masih menjadi hal penting dalam mendapatkan pekerjaan.Masih banyak perusahaan yang mencari tenaga kerja
dengan kriteria pendidikan yang tinggi seperti Badan Umum Milik Negara maupun perusahaan swasta.Pendidikan terahkir juga menentukan besarnya upah
dari tenaga kerja, semakin tinggi pendidikan terakhir maka semakin tinggi upah yang diterima sebagai balas jasa.
Sebagian besar penduduk di Provinsi Jawa Tengah bekerja sebagai petani, hal ini dibuktikan oleh tingginya penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian.Pada
tahun 2010 sektor pertanian menyerap tenaga kerja sebesar 5.616.529 orang dan sektor pertambangan dan galian, listrika, gas dan air bersih hanya menyerap
136.625 tenaga kerja.Berikut tabel penduduk menurut lapangan pekerjaan utama di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga 2010.
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama di Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008-2010
Tahun Lapangan pekerjaan utama
Pertanian Pertambangan
dan galian, Listrik, Gas
dan Air Bersih Industri
Konstruksi Perdagangan
Komunikasi Keuang
an jasa
total
2008 5 .697.121
155.082 2.703.427
1.006.994 3 .254.982
715.404 167.840
1 .762.808 15.809.447
2009 5 .864.827
147.997 2.656.673
1.028.429 3 .462.071
683.675 154.739
1 .836.971 15.835.382
2010 5 .616.529
136.625 2.815.292
1.046.741 3 .388.450
664.080 179.804
1 .961.926 15.809.447
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi
Lapangan pekerjaan yang menyerap tenaga kerja tertinggi adalah sektor pertanian disusul sektor perdagangan, industri, jasa, konstruksi, komunikasi,
keuangan dan yang terakhir sektor pertambangan dan galian, listrik, gas dan air bersih.Sektor pertanian masih menjadi sektor yang tertinggi karena di Provinsi
Jawa Tengah masih banyak lahan pertanian yang dapat dimanfaatkan serta minimnya pendidikan yang dimiliki oleh penduduk.
4.1.2. Pengangguran
Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan kepadatan penduduk terbesar ketiga setelah Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Timur.
Permasalahan yang timbul akibat tingginya jumlah penduduk salah satunya adalah pengangguran. Pengangguran merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang
tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi mereka belum dapat memperoleh pekerjaan tersebut Sukirno, 1994:294. Pengangguran terjadi
karena pertumbuhan penduduk lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang ada. Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab
terjadinyaketidakseimbangan pasar
tenaga kerja
tersebut adalah
ketidakcocokankeinginan atau kebutuhan antara pasar tenaga kerja dengan
pengguna tenaga kerja.Selain itu faktor-faktor yang mungkin jadi penyebab tingginya pengangguran adalah inflasi, pertumbuhan ekonomi dan investasi.
Tingkat pengangguran di Jawa Tengah tergolong tinggi, dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 rata-rata tingkat pengangguran masih mencapai
1.176.149 orang pertahun. Tabel 4.5. menggambarkan tingkat pengangguran pada KabupatenKota di
Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Dari Tabel 4.5. tersebut diketahui bahwa setiap kabupatenkota di Jawa Tengah mengalami
tingkat pengangguran yang fluktuatif. Jika dilihat dari rata-rata tingkat penganggurannya, maka Kota Semarang memiliki rata-rata tingkat pengangguran
tertinggi sebesar 80.391 orang yang kemudian disusul oleh Kabupaten Cilacap dan Kabupaten Brebes dengan rata-rata tingkat pengangguran berturut-turut
sebesar 79.656 orang dan 72.377 orang. Tingginya tingkat pengangguran di Kota Semarang disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan penduduk dan sempitnya
lapangan pekerjaan yang tersedia. Daerah-daerah yang memiliki pengangguran terendah adalah Kota Magelang 8.576 orang, Kota Salatiga 9.278 orang, dan
Kota Pekalongan 12.182 orang. Pengangguran yang tinggi sebagian besar terjadi di tingkat kabupaten, hal ini diduga karena adanya pembangunan yang tidak
merata antar daerah di Provinsi jawa Tengah. Berikut adalah tabel tingkat pengangguran per kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah:
Tabel 4.5 Tingkat Pengangguran di Provinsi Jawa Tengah
Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 orang No
KabupatenKota 2008
2009 2010
Rata-rata
1 Kabupaten Cilacap
75,495 89,175
74,298 79,656
2 Kabupaten Banyumas
57,620 59,582
58,403 58,535
3 Kabupaten Purbalingga
29,058 19,638
16,653 21,783
4 Kabupaten Banjarnegara
22,464 22,993
14,457 19,971
5 Kabupaten Kebumen
35,304 49,241
46,876 43,807
6 Kabupaten Purworejo
15,364 17,748
11,994 15,035
7 Kabupaten Wonosobo
21,290 14,292
16,066 17,216
8 Kabupaten Magelang
31,602 31,253
19,245 27,367
9 Kabupaten Boyolali
31,656 29,899
20,594 27,383
10 Kabupaten Klaten 44,454
39,271 25,877
36,534 11 Kabupaten Sukoharjo
36,379 37,359
32,000 35,246
12 Kabupaten Wonogiri 31,945
29,159 24,407
28,504 13 Kabupaten Karanganyar
25,700 37,608
30,321 31,210
14 Kabupaten Sragen 26,870
28,624 19,777
25,090 15 Kabupaten Grobogan
43,657 48,610
33,179 41,815
16 Kabupaten Blora 26,166
34,361 25,643
28,723 17 Kabupaten Rembang
17,571 18,058
15,653 17,094
18 Kabupaten Pati 59,012
49,094 38,604
48,903 19 Kabupaten Kudus
27,205 32,306
26,152 28,554
20 Kabupaten Jepara 30,426
24,562 25,648
26,879 21 Kabupaten Demak
35,569 30,022
29,696 31,762
22 Kabupaten Semarang 37,842
40,267 33,499
37,203 23 Kabupaten Temanggung
18,941 16,514
14,797 16,751
24 Kabupaten Kendal 32,929
29,255 26,395
29,526 25 Kabupaten Batang
31,574 24,733
24,486 26,931
26 Kabupaten Pekalongan 31,380
17,993 16,912
22,095 27 Kabupaten Pemalang
60,483 79,372
66,630 68,828
28 Kabupaten Tegal 64,281
60,152 47,303
57,245 29 Kabupaten Brebes
65,357 79,116
72,659 72,377
30 Kota Magelang 7,639
9,863 8,226
8,576 31 Kota Surakarta
26,574 28,778
22,575 25,976
32 Kota Salatiga 9,816
9,674 8,345
9,278 33 Kota Semarang
85,710 83,963
71,499 80,391
34 Kota Pekalongan 13,818
12,564 10,165
12,182 35 Kota Tegal
16,157 19,168
17,839 17,721
Jawa Tengah 1,227,308
1,254,267 1,046,873
1,176,149 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi
4.1.3. Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Sedangkan tingkat inflasi adalah presentasi kenaikan harga-
harga barang dalam periode waktu tertentu Sukirno, 1994: 302. Di Indonesia sendiri inflasi sering terjadi dikarenakan adanya Cost Push Inflation atau Inflasi
yang terjadi karena dorongan biaya produksi sebagai akibat kenaikan bahan baku produksi. Tetapi pada waktu-waktu tertentu seperti Natal maupun hari raya Idul
Fitri di Indonesia terjadi inflasi yang disebabkan oleh Demand Pull Inflation dikarenakan tingginya permintaan agregat masyarakat.
Tabel 4.6 Perbandingan Jumlah Pengangguran dan Inflasi Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2008-2010
Tahun Jumlah
Pengangguran Tingkat Inflasi
2008 1.227.308
9,55 2009
1.254.267 3,32
2010 1.046.873
6,88
Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2008 jumlah
pengangguran di Jawa Tengah sebesar 1.227.308 orang dengan tingkat inflasi sebesar 9,55. Tingginya pengangguran dan inflasi pada tahun 2008 dipicu oleh
kebijakan pemerintah pada bulan mei yaitu kenaikan harga BBM. Pada tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah pengangguran menjadi sebesar 1.254.267 orang
tetapi inflasi mengalami penurunan menjadi sebesar 3,32. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran turun menjadi 1.046.873 orang tetapi inflasi mengalami
kenaikan menjadi 6,88. Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan negatif antara pengangguran dan inflasi.
Inflasi yang tinggi pada tahun 2008 juga terjadi di kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah.Kenaikan harga BBM yang diputuskan pemerintah
membuat harga-harga kebutuhan pokok menjadi melonjak terutama bahan makanan dan berimbas pada naiknya harga-harga secara umum.Pada tahun 2009
pemerintah mengambil kebijakan penurunan harga BBM untuk menstabilkan perekonomian dan langkah ini berhasil.Tingkat inflasi kabupatenkota mengalami
penurunan.Berikut tabel tingkat inflasi di Provinsi Jawa Tengah per kabupatenkota tahun 2008-2010.
Tabel 4.7 Tingkat Inflasi di Provinsi Jawa Tengah
Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 persen No
KabupatenKota 2008
2009 2010
Rata-rata
1 Kabupaten Cilacap
9.97 4.63
5.65 6.75
2 Kabupaten Banyumas
12.06 2.83
6.04 6.98
3 Kabupaten Purbalingga
9.51 3.35
7.82 6.89
4 Kabupaten Banjarnegara
11.09 4.37
7.13 7.53
5 Kabupaten Kebumen
14.21 5.01
8.36 9.19
6 Kabupaten Purworejo
11.28 3.98
7.56 7.61
7 Kabupaten Wonosobo
9.06 3.01
6.06 6.04
8 Kabupaten Magelang
9.53 3.83
8.25 7.20
9 Kabupaten Boyolali
6.51 2.05
7.34 5.30
10 Kabupaten Klaten
10.33 0.30
7.90 6.18
11 Kabupaten Sukoharjo
11.39 2.59
6.67 6.88
12 Kabupaten Wonogiri
11.54 2.89
6.66 7.03
13 Kabupaten Karanganyar
10.83 2.96
7.26 7.02
14 Kabupaten Sragen
10.82 2.82
6.77 6.80
15 Kabupaten Grobogan
13.59 4.26
7.45 8.43
16 Kabupaten Blora
12.79 2.91
7.17 7.62
17 Kabupaten Rembang
10.04 3.09
6.61 6.58
18 Kabupaten Pati
13.01 3.05
6.36 7.47
19 Kabupaten Kudus
11.99 3.00
7.65 7.55
20 Kabupaten Jepara
12.76 2.83
6.24 7.28
21 Kabupaten Demak
12.64 3.10
6.87 7.54
22 Kabupaten Semarang
11.03 3.18
7.07 7.09
23 Kabupaten Temanggung
12.36 4.16
7.35 7.96
24 Kabupaten Kendal
12.74 1.23
5.89 6.62
25 Kabupaten Batang
10.44 -0.04
6.62 5.67
26 Kabupaten Pekalongan
10.61 3.39
6.54 6.85
27 Kabupaten Pemalang
7.81 4.10
7.38 6.43
28 Kabupaten Tegal
9.57 4.50
6.44 6.84
29 Kabupaten Brebes
11.81 4.25
6.04 7.37
30 Kota Magelang
9.53 3.48
6.80 6.60
31 Kota Surakarta
6.96 2.63
6.65 5.41
32 Kota Salatiga
10.20 3.28
6.65 6.71
33 Kota Semarang
10.34 3.19
7.11 6.88
34 Kota Pekalongan
10.03 3.39
6.77 6.73
35 Kota Tegal
8.52 5.83
6.73 7.03
Sumber: Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Jawa Tengah, berbagai edisi
Tabel 4.7. menunjukkan bahwa dari 35 kabupatenkota, Kabupaten Kebumen yang memiliki rata-rata inflasi tertinggi sebesar 9,19, kemudian ada
Kabupaten Grobogan sebesar 8,43, dan Kabupaten Temanggung merupakan tertinggi ketiga dengan rata-rata sebesar 7,96. Kabupatenkota yang memiliki
inflasi terendah adalah Kabupaten Boyolali 5,30, Surakarta 5,41, Batang 5,67.
4.1.4. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan
kenaikan output dalam jangka panjang yang diukur dengan memperhatikan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
PDRB dari tahun ke tahun berdasarkan harga konstan 2000. Pertumbuhan ekonomi dapat digunakan sebagai indikator kesejahteraan penduduk suatu daerah, semakin
tinggi pertumbuhan ekonominya maka sektor-sektor riil di dalam daerah tersebut juga mengalami peningkatan.
Petumbuhan ekonomi yang baik adalah pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah
kemiskinan. Tabel 4.8. dapat diketahui kabupatenkota yang memiliki pertumbuhan
ekonomi tertinggi adalah Kabupaten Sragen 5,92yang di sumbang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Rata-rata pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua
dan ketiga adalah Kota Surakarta 5,84, dan Kabupaten Purbalingga 5,62. Untuk daerah yang memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang rendah adalah
Kabupaten Klaten sebesar 3,30 disusul oleh Kabupaten Temanggung sebesar 3,98, kemudian Kabupaten Wonosobo sebesar 4. Berikut adalah tabel tingkat
pertumbuhan ekonomi tiap kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah:
Tabel 4.8 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Jawa Tengah
Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 persen No
KabupatenKota 2008
2009 2010
Rata-rata
1 Kabupaten Cilacap
6,07 1,53
4,43 4.01
2 Kabupaten Banyumas
5,38 5,49
5,77 5.55
3 Kabupaten Purbalingga
5,30 5,89
5,67 5.62
4 Kabupaten Banjarnegara
4,98 5,11
4,89 4.99
5 Kabupaten Kebumen
5,80 3,94
4,15 4.63
6 Kabupaten Purworejo
5,62 4,96
5,01 5.20
7 Kabupaten Wonosobo
3,69 4,02
4,29 4.00
8 Kabupaten Magelang
4,99 4,72
4,51 4.74
9 Kabupaten Boyolali
4,04 5,16
3,60 4.27
10 Kabupaten Klaten 3,93
4,24 1,73
3.30 11 Kabupaten Sukoharjo
4,84 4,76
4,65 4.75
12 Kabupaten Wonogiri 4,27
4,73 3,14
4.05 13 Kabupaten Karanganyar
5,30 5,54
5,42 5.42
14 Kabupaten Sragen 5,69
6,01 6,06
5.92 15 Kabupaten Grobogan
5,33 5,03
5,05 5.14
16 Kabupaten Blora 5,80
4,97 5,04
5.27 17 Kabupaten Rembang
4,67 4,46
4,45 4.53
18 Kabupaten Pati 4,94
4,69 5,11
4.91 19 Kabupaten Kudus
3,92 3,95
4,16 4.01
20 Kabupaten Jepara 4,49
5,02 4,52
4.68 21 Kabupaten Demak
4,11 4,08
4,12 4.10
22 Kabupaten Semarang 4,26
4,37 4,90
4.51 23 Kabupaten Temanggung
3,54 4,09
4,31 3.98
24 Kabupaten Kendal 4,26
5,55 5,95
5.25 25 Kabupaten Batang
3,67 3,72
4,97 4.12
26 Kabupaten Pekalongan 4,78
4,30 4,27
4.45 27 Kabupaten Pemalang
4,99 4,78
4,94 4.90
28 Kabupaten Tegal 5,32
5,29 4,83
5.15 29 Kabupaten Brebes
4,81 4,99
4,94 4.91
30 Kota Magelang 5,05
5,11 6,12
5.43 31 Kota Surakarta
5,69 5,90
5,94 5.84
32 Kota Salatiga 4,98
4,48 5,01
4.82 33 Kota Semarang
5,59 5,34
5,87 5.60
34 Kota Pekalongan 3,73
4,78 5,51
4.67 35 Kota Tegal
5,15 5,02
4,61 4.93
Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, berbagai edisi
4.1.5. Investasi
Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal yang dilakukan oleh investor dalam negeri maupun luar negeri.Investasi memiliki peranan penting
dalam menggerakkan perekonomian suatu daerah. Semakin tinggi suatu investasi diharapkan output yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Output yang
tinggi nantinya akan menciptakan lapangan perkerjaan baru. Dari Tabel 4.9. kabupatenkota yang memiliki nilai rata-rata investasi
tertinggi adalah Kota Semarang dengan rata-rata investasi pertahunnya sebesar Rp.2.399.106.000.000,00 dan tertinggi kedua adalah Kabupaten Rembang dengan
rata-rata investasi pertahun sebesar Rp.1.312.444.000.000,00, dilanjutkan tertinggi ketiga adalah Kabupaten Semarang dengan rata-rata investasi
Rp.963.868.3000.000,00 pertahunnya. Persamaan ketiga kabupatenkota tersebut yaitu memiliki sektor potensial di bidang industri dan perdagangan. Daerah yang
memiliki rata-rata investasi terendah adalah Kabupaten Blora sebesar Rp.41.652.000.000,00. Berikut ini adalah tabel nilai realisasi investasi
kabupatenkota di Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 4.9 Nilai Realisasi Investasi di Provinsi Jawa Tengah
Per KabupatenKota Tahun 2008-2010 jutaan rupiah No.
KabupatenKota 2008
2009 2010
Rata-rata
1 Kabupaten Cilacap
79.866 126.213
195.958 134.012,33
2 Kabupaten Banyumas
222.285 376.318
463.309 353.970,67
3 Kabupaten Purbalingga
55.189 82.139
79.253 72.193,67
4 Kabupaten Banjarnegara
105.708 108.152
149.796 121.218,67
5 Kabupaten Kebumen
44.806 73.840
93.207 70.617,67
6 Kabupaten Purworejo
38.452 36.581
67.766 47.599,67
7 Kabupaten Wonosobo
34.784 67.363
74.137 58.761,33
8 Kabupaten Magelang
339.566 326.136
186.353 284.018,33
9 Kabupaten Boyolali
32.636 73.270
144.168 83.358,00
10 Kabupaten Klaten 108.183
139.279 178.764
142.075,33 11 Kabupaten Sukoharjo
498.791 495.314
323.395 439.166,67
12 Kabupaten Wonogiri 160.540
188.932 215.117
188.196,33 13 Kabupaten Karanganyar
681.288 738.928
710.328 710.181,33
14 Kabupaten Sragen 930.038
578.192 533.438
680.556,00 15 Kabupaten Grobogan
107.812 91.623
117.695 105.710,00
16 Kabupaten Blora 25.602
32.076 67.578
41.752,00 17 Kabupaten Rembang
884.784 1.697.232 1.355.315 1.312.443,67
18 Kabupaten Pati 131.543
379.537 240.819
250.633,00 19 Kabupaten Kudus
340.050 524.139
547.188 470.459,00
20 Kabupaten Jepara 75.638
116.145 134.760
108.847,67 21 Kabupaten Demak
134.824 81.322
160.718 125.621,33
22 Kabupaten Semarang 895.142
871.469 1.124.994
963.868,33 23 Kabupaten Temanggung
56.070 54.491
70.142 60.234,33
24 Kabupaten Kendal 358.749
542.003 339.892
413.548,00 25 Kabupaten Batang
30.442 44.606
70.918 48.655,33
26 Kabupaten Pekalongan 28.228
42.311 93.244
54.594,33 27 Kabupaten Pemalang
63.400 75.837
87.558 75.598,33
28 Kabupaten Tegal 139.392
204.560 247.648
197.200,00 29 Kabupaten Brebes
88.909 118.833
131.332 113.024,67
30 Kota Magelang 74.267
100.623 158.229
111.039,67 31 Kota Surakarta
513.270 600.330
569.899 561.166,33
32 Kota Salatiga 89.215
80.168 106.298
91.893,67 33 Kota Semarang
2.085.933 2.203.863 2.907.523 2.399.106,33
34 Kota Pekalongan 74.286
74.593 87.349
78.742,67 35 Kota Tegal
82.160 120.632
99.933 100.908,33
Sumber: Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah
4.2. Analisis Regresi Data Panel