4. Bentuk normal ketiga
Suatu  tabel  berada  dalam  bentuk  normal  ketiga  3NF jika  tabel  berada  dalam  bentuk  normal  kedua,  setiap  kolom
bukan  kunci  primer  tidak  memiliki  ketergantungan  secara transitif terhadap kunci primer.
b. Tabel Relasi
Pengertian Table Relasi menurut Fathansyah 2001 : 23 adalah  “Data  yang  menggambarkan  hubungan antara
table yang satu dengan table yang lainnya”. Model  basis  data  relational  sering  pula  disebut
sebagai  model  Relasional  atau  Basis  Data  Relasional. Model  Basis  Data  ini  ditemukan  atau  diperkenalkan
pertama  kalinya  oleh  E.F  Codd.  Model  basis  data menunjukan  suatu  cara  atau  mekanisme  yang  digunakan
untuk  mengelola  atau  mengorganisasi  data  secara  fisik dalam  memori  sekunder  yang  berdampak  pula  pada
bagaimana kita
mengelompokan dan
membentuk keseluruhan data yang terkait dalam sistem  yang sedang
ditinjau. Tabel
relasi digunakan
untuk menggambarkan
representasi struktur dan data dari hubungan atar table secara fisik atau nyata.
Macam-Macam Relasi antar tabel: 1.  One-to-many
Satu record  pada tabel  x  boleh  berelasi  mempunyai dengan  y banyak record. Namun satu record pada
Tabel  y  hanya  boleh  berelasi  dengan  satu record saja pada tabel x.
2.  One-to-one Jika  dua  tabel  berelasi  one-to-one  artinya  setiap
record  di  entitas  pertama  hanya  akan  berhubungan dengan  satu  record  di  entitas  kedua  begitu  pula
sebaliknya. 3.  Many-to-many
Ada banyak record di entitas satu dan entitas dua yang saling berhubungan satu sama lain
2.5. Pengertian Pendapatan
Untuk  memahami  arti  dari  pendapatan,  maka  akan  diuraikan pengertian dari pendapatan itu sendiri. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
1999:233 dalam  buku Standart Akuntansi  Keuangan  menyebutkan  bahwa pendapatan  adalah:  “Arus  masuk  bruto  dari  manfaat  ekonomi  yang  timbul
dari  aktivitas  normal  perusahaan  selama  satu  periode,  bila  arus  masuk  itu mengakibatkan  kenaikan  ekuitas,  yang  tidak  berasal  dari  kontribusi
penanaman modal”.
Sedangkan  menurut  Accounting  Principle  Board  dikutip  oleh Theodorus  Tuanakotta  1984:153  dalam  buku  Teori  Akuntansi  pengertian
pendapatan adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa”.
Selain  itu  menurut  Commite  On  Accounting  Concept  and  Standart dari AAA dikutip oleh Theodorus Tuonakotta 1984:144 dalam buku teori
Akuntansi  memberikan  definisi  pendapatan  adalah”  Pernyataan  moneter mengenai  barang  dan  jasa  yang  ditransfer  perusahaan  kepada  langganan-
langganannya dalam jangka waktu tertentu”. Paton  dan  Littleton  mengemukakan  bahwa  pengertian  pendapatan
dapat  ditinjau  dari  aspek  fisik  dan  moneter.  Hal  ini  juga  dikemukakan Suwardjono  1984:167  dalam  buku  teori  Akuntansi  Perekayasaan
Akuntansi  Keuangan  bahwa  dari  aspek  fisik  pendapatan  dapat  dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan laba. Aspek
moneter  memberikan  pengertian  bahwa  pendapatan  dihubungkan  dengan aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti
luas.
2.5.1. Pengukuran Pendapatan
Pendapatan  diukur  dengan  nilai  wajar  yang  dapat  diterima,  jumlah pendapatan  biasanya  ditentukan  oleh  persetujuan  antara  perusahaan  dan
pembeli  yang  diukur  dengan  nilai  wajar  imbalan  yang  diterima  atau  yang dapat  diterima  perusahaan  dikurangi  jumlah  discount  dagang  dan  rabat
volume  yang  diperbolehkan  perusahaan,  umumnya  berbentuk  kas  atau setara kas.
Bila arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan nilai wajar dari imbalan  tersebut  mungkin  kurang  dari  jumlah  nominal  dari  kas  yang
diterima atau yang dapat diterima. Bila  barang  atau  jasa  dipertukarkan  untuk  barang  atau  jasa  dengan
sifat nilai yang sama maka pertukaran tidak dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Dan bila barang dijual atau jasa diberikan untuk
dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan.
Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.
2.6. Pengertian Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas dana lancar yang merupakan hak
pemerintah daerah dalam 1 satu tahun anggaran  yang tidak perlu dibayar kembali  oleh  daerah.  Sehubungan  dengan  hal  tersebut,  endapatan  daerah
yang  dianggarkan  dalam  APBD  merupakan  perkiraan  yang  terukur  secara rasional  yang  dapat  dicapai  untuk  setiap  sumber  pendapatan.  Seluruh
pendapatan  daerah  yang  dianggarkan  dalam  APBD  dianggarkan  secara bruto, yang mempunyai makna bahwa jumlah pendapatan yang dianggarkan
tidak  boleh  dikurangi  dengan  belanja  yang  digunakan  dalam  rangka
menghasilkan  pendapatan  tersebut  danatau  dikurangi  dengan  bagian pemerintah pusatdaerah lain dalam rangka bagi hasil.
2.6.1.  Arah Kebijakan Pendapatan Daerah Pendapatan  Daerah  merupakan  hak  Pemerintah  Daerah  yang
diakui  sebagai  penambah  nilai  kekayaan  bersih  dan  merupakan perkiraan  yang  terukur  secara  rasional  yang  dapat  dicapai  untuk
setiap  sumber  pendapatan.  Sesuai  Peraturan  Pemerintah  Nomor  58 Tahun  2005  tentang  Pengelolaan  Keuangan  Daerah,  komponen
Pendapatan Daerah terdiri dari: Pendapatan  Asli  Daerah  PAD,  Dana  Perimbangan,  dan  Lain-
Lain  Pendapatan  Yang  Sah.  Adapun  jenis  PAD  terdiri  dari:  Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
Pengelolaan  Kekayaan  Daerah  Yang  Dipisahkan,  serta  Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah.
Sedangkan jenis Dana Perimbangan terdiri dari Bagi Hasil Pajak Bumi  dan  Bangunan  PBB,  Bea  Perolehan  Hak  atas  Tanah  dan
Bangunan BPHTB, dan Pajak Penghasilan PPh Perorangan; Bagi Hasil Sumber Daya Alam SDA, serta Dana Alokasi Umum.
2.6.1.1.  Pendapatan Asli Daerah Sesuai  dengan  Permendagri  Nomor  13  Tahun  2006,
Komponen  PAD  terdiri  dari  Pajak  Daerah,  Retribusi  Daerah  dan Lain-Lain PAD Yang Sah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah,  tarif Pajak Daerah diatur sebagai berikut :
1.  Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5; 2.   Bea  Balik  Nama  Kendaraan  Bermotor  dan  Kendaraan  di  Atas
Air 10; 3.  Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5;
4.  Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan 20;
5.  Pajak Hotel 10; 6.  Pajak Restoran 10;
7.  Pajak Hiburan 35; 8.  Pajak Reklame 25;
9.  Pajak Penerangan Jalan 10; 10.  Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20;
11.  Pajak Parkir 20.
2.6.2.  Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Daerah  APBD,  adalah
rencana  keuangan  tahunan  pemerintah  daerah  di  Indonesia  yang disetujui  oleh  Dewan  Perwakilan  Rakyat  Daerah.  APBD  ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun,  mulai  dari  tanggal  1  Januari  sampai  dengan  tanggal  31
Desember.
APBD terdiri atas:
1.
Anggaran pendapatan, terdiri atas
a.
Pendapatan  Asli  Daerah  PAD,  yang  meliputi  pajak daerah,  retribusi  daerah,  hasil  pengelolaan  kekayaan
daerah, dan penerimaan lain-lain
b.
Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum DAU dan Dana Alokasi Khusus
c.
Lain-lain  pendapatan  yang  sah  seperti  dana  hibah  atau dana darurat.
2.
Anggaran belanja,
yang digunakan
untuk keperluan
penyelenggaraan tugas pemerintahan di daerah.
3.
Pembiayaan,  yaitu  setiap  penerimaan  yang  perlu  dibayar kembali danatau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada  tahun  anggaran  yang  bersangkutan  maupun  tahun-tahun anggaran berikutnya.
33
BAB  III PROFIL PERUSAHAAN
3.1. Tinjauan Umum Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
Dinas  pendapatan  adalah  merupakan  salah  satu  Dinas  pada  Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang berkedudukan di ibu kota Provinsi Jawa Barat dan
cabang dinasnya tersebar diseluruh Jawa Barat. Tugas  pokok  DIPENDA  adalah  merumuskan  dan  melaksanakan
kebijakan  operasional  di  bidang  pendapatan  yang  merupakan  sebagian kewenangan  desentralisasi  Provinsi  serta  kewenangan  yang  dilimpahkan
kepada  Gubernur  berdasarkan  asas  dekonsentrasi  dan  tugas  pembantuan, sedangkan fungsinya adalah :
1. Perumusan kebijakan operasional di bidang pendapatan daerah.
2. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang pendapatan daerah.
3. Koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan tugas bidang pendapatan daerah.
4. Penyelenggaraan ketatausahaan dinas.
3.2. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat
Dinas Pendapatan Provinsi  Jawa  Barat secara  historis diawali  sengan unit  kerja  yang  bertugas  untuk  melakukan  pengurusan  Perpajakan  dan
Pendapatan  Daerah,  sebelum  Tahun  1971  ditangani  oleh  Biro  Pendapatan dan  Perpajakan  yang  berada  dalam  lingkungan  Administrasi  Bidang
Keuangan.