Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Seks Bebas Sebagai Gaya Hidup Remaja

KONTROL SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP SEKS BEBAS
SEBAGAI GAYA HIDUP REMAJA
Studi Kasus : Siswi Sekolah Menengah Atas (SMA), Kota Binjai

SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Disusun Oleh
OKTA DEDI RAHMAD
080901012

DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK


Munculnya fenomena perilaku menyimpang remaja khususnya perilaku seks
bebas dikalangan remaja Kota Binjai membuat peneliti ingin mengetahui
bagaimana kontrol sosial masyarakat yang ada di Kota Binjai melihat fenomena
seks bebas yang semakin banyak terjadi dan faktor apa saja yang membuat
kalangan remaja melakukan seks bebas itu sendiri secara mendalam sehingga
hasil dari lapangan yang dilakukan oleh peneliti dapat meberikan informasi
kepada pembaca mengapa perilaku seks bebas itu dapat terjadi dan bagaimana
kontrol masyarakat Kota Binjai terhadap perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus dimana peneliti ingin melihat langsung bagaimana kontrol sosial
masyarakat terhadap seks bebas sebagai gaya hidup remaja dengan menggunakan
informan sebanyak 8 orang yaitu 5 orang diantaranya informan kunci dan 3 orang
informan tambahan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan data skunder.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi remaja melakukan perilaku
menyimpang adalah keingintahuan remaja yang sangat besar akan hal-hal yang
baru diketahui dan ditemukan dalam pergaulan, lingkungan yang mendukung
artinya kurangnya kontrol dari masyarakat dan ketidakperdulian masyarakat

sekitar, remaja menganggap teman-teman sebaya lebih bisa menghargai dan
menerima apa adanya sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktu
bersama dengan teman dari pada dengan keluarganya serta terlalu cepat remaja
menerima informasi dan hal-hal yang baru yang disampaikan teman sebaya tanpa
dikontrol dan pengawasan orang tua.

Kata kunci : Kontrol sosial, remaja, orang tua.

i
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap
Seks Bebas Sebagai Gaya Hidup Remaja” (Studi Kasus : Siswi Sekolah
Menengah Atas (SMA), Kota Binjai, disusun sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara. Secara ringkas skripsi ini menceritakan tentang bagaimana

kontrol masyarakat terhadap perilaku seks bebas yang dilakukan oleh kalangan
remaja dan faktor-faktor yang menjadi pendorong remaja melakukan seks bebas.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak
skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah

membantu dengan

sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, do’a, bantuan moril maupun materil
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.Penghargaan yang tinggi dan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan
kepada kedua orangtua tercinta Ayahanda Surahman Lubis dan Ibunda Suprihati
yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh kasih
sayang dan kesabaran.

ii
Universitas Sumatera Utara

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan
terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian

skripsi ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, Selaku ketua Departemen Sosiologi dan
Drs. Muba Simanuhuruk, M.Sp., selaku Sekretaris Departemen Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang
selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini,
memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa perkuliahan, dan nasehat
serta pengarahan yang telah diberikan sebagai penguji seminar proposal. 3. Rasa
hormat dan terimakasih yang tidak akan dapat penulis ucapkan
dengan kata-kata kepada Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku dosen
pembimbing sekaligus dosen wali penulis yang telah banyak mencurahkan
waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari
awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
4. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty
yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan
dalam hal administrasi.
5. Paling teristimewa penulis ucapkan salam sayang terhangat dan terima
kasih bahkan tak terucap rasa bangga penulis kepada kedua orang tua


iii
Universitas Sumatera Utara

penulis, Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah membesarkan saya dengan
mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya,
selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril
maupun materil kepada saya.
6. Secara khusus dan istimewa kepada Kakak saya Siti Muharidha, kakak
satu-satunya dalam hidup saya yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat
kepada saya dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian
skripsi ini.
7. Secara khusus dan istimewa penulis ucapkan salam tersayang kepada
Ekawati Puji Rahayu, yang selalu mendukung saya dalam penyelesaian skripsi
ini.
8. Kawan-kawan sosiologi angkatan 2008, kawan-kawan kost 46, Syahrul
Payan, Derry Adrian, Arman Silalahi, Alfat Andri dan Jhon Pardamean Purba
yang sudah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini dan ketika
bersama menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.

9. Kepada para informan yang ada di Kelurahan Kesatria Kota Binjai, serta
pemerintahan Kecamatan Binjai Kota yang telah banyak membantu dalam
memberikan informasi penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai
kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan
saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini.Demikianlah

iv
Universitas Sumatera Utara

yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para
pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima
kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, Agustus 2014

OKTA
DEDY
RAHMAD NIM. 080901012


v
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Hal.
LEMBAR PERSETUJUAN
ABSTRAK .............................................................................................

i

KATA PENGANTAR ............................................................................

ii

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vi


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................

1

1.2 Perumusan Masalah ..............................................................

12

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................

12

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................

13

1.5 Defenisi Konsep....................................................................

13


BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja ..........................

19

2.2 Kontrol Sosial dan Peran Orang tua Terhadap Remaja ..........

24

2.3 Norma Sosial ........................................................................

26

2.4 Gaya Hidup di Perkotaan ......................................................

30

BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .....................................................................


35

3.2 Lokasi Penelitian ..................................................................

36

3.3 Unit Analisis dan Informan ...................................................

36

3.3.1 Unit Analisis ...................................................................

36

3.3.2 Informan .........................................................................

37

vi

Universitas Sumatera Utara

3.4 Teknik Pengumpulan Data ....................................................

37

3.4.1 Data Primer.....................................................................

37

3.4.2 Data Skunder ..................................................................

38

3.5 Interpretasi Data....................................................................

38

3.6 Jadwal Kegiatan ....................................................................

38

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1 Deskripsi Kota Binjai ............................................................

39

4.1.1 Letak Geografis ..............................................................

39

4.1.2 Demografi.......................................................................

40

4.1.3 Pemerintahan ..................................................................

41

4.2 Karakteristik Informan ..........................................................

42

4.2.1 Informan Kunci...............................................................

43

4.2.2 Informan Tambahan ........................................................

48

4.3.Kontrol Terhadap Perilaku Seks Bebas Remaja.....................

53

4.4.Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seks Bebas Pada
Remaja ................................................................................

57

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................

71

5.2 Saran.....................................................................................

73

DAFTAR

PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Munculnya fenomena perilaku menyimpang remaja khususnya perilaku seks
bebas dikalangan remaja Kota Binjai membuat peneliti ingin mengetahui
bagaimana kontrol sosial masyarakat yang ada di Kota Binjai melihat fenomena
seks bebas yang semakin banyak terjadi dan faktor apa saja yang membuat
kalangan remaja melakukan seks bebas itu sendiri secara mendalam sehingga
hasil dari lapangan yang dilakukan oleh peneliti dapat meberikan informasi
kepada pembaca mengapa perilaku seks bebas itu dapat terjadi dan bagaimana
kontrol masyarakat Kota Binjai terhadap perilaku seks bebas di kalangan remaja.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi
kasus dimana peneliti ingin melihat langsung bagaimana kontrol sosial
masyarakat terhadap seks bebas sebagai gaya hidup remaja dengan menggunakan
informan sebanyak 8 orang yaitu 5 orang diantaranya informan kunci dan 3 orang
informan tambahan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan data skunder.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar disimpulkan
bahwa faktor-faktor yang melatar belakangi remaja melakukan perilaku
menyimpang adalah keingintahuan remaja yang sangat besar akan hal-hal yang
baru diketahui dan ditemukan dalam pergaulan, lingkungan yang mendukung
artinya kurangnya kontrol dari masyarakat dan ketidakperdulian masyarakat
sekitar, remaja menganggap teman-teman sebaya lebih bisa menghargai dan
menerima apa adanya sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktu
bersama dengan teman dari pada dengan keluarganya serta terlalu cepat remaja
menerima informasi dan hal-hal yang baru yang disampaikan teman sebaya tanpa
dikontrol dan pengawasan orang tua.

Kata kunci : Kontrol sosial, remaja, orang tua.

i
Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Fenomena kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di
berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin
berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup
modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai
media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai
lapisan masyarakat.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan
jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2
juta jiwa. Hal ini tentunya dapat

menjadi asset bangsa jika remaja dapat

menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika
remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam
kenakalan remaja.
Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut
bedasarkan (SDKI 2007):
1. Pernikahan usia remaja
2. Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan
3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja

1
Universitas Sumatera Utara

4. MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal)
karena komplikasi kehamilan dan persalinan
5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi, 70% remaja
6. Miras dan Narkoba.
Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan :
1. Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta
orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok
pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.
2. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%,
ekstasi 42% dan obat penenang 22%.
3. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw
62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
4. Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000
orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.
5. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu
sebesar Rp. 11,3 triliun.
6. Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1
tahun.
Dalam pembahasan yang dilakukan Jumiatun menemukan fakta bahwa
ternyata dari 327 responden yang pernah melakukan hubungan seks pranikah
3,1% lebih beresiko mengalami KTD (kehamilan tidak diinginkan). Dalam
penelitiannya juga dijelaskan bahwa kontrol terhadap anak saja tidak cukup,

2
Universitas Sumatera Utara

namun komunikasi yang baik juga harus dibangun. Ada 72,2% orang tua yang
kurang terbuka jika berbicara tentang seks dan reproduksi, sedangkan yang
kurang mengkomunikasikan tentang kesehatan reproduksi ada sekitar 70,9%, dan
ada 63,6% orang tua yang tidak pernah mendiskusikan program televisi yang di
tonton oleh remaja. Sedangkan dari intensitas komunikasi yang dilakukan orang
tua dan remaja, ada 85% orang tua memberi tahukan kepada remaja hal-hal apa
yang tidak boleh dilakukan, 79,5%

orang tua memberitahukan batasan antara

lawan jenis, namun ada 62,7% orang tua kurang berperan dalm penyelesaian
masalah yang dihadapi oleh remaja. Kurangnya informasi yang didapat remaja
dari orang tua menjadikan remaja cenderung mencari jawaban dari media yang
ada. 71,6% remaja memilih media cetak majalah sebagai sumber informasi,
68,8% memilih koran, dan 50,5% memilih tabloid (Jumiatun, 2012).
Aspek perkembangan yang menonjol pada usia ini adalah adanya
perubahan bentuk tubuh, meningkatnya tuntutan dan harapan sosial, tuntutan
kemandirian dari orang tua, meningkatnya kebutuhan akan berhubungan dengan
kelompok sebaya, mampu bersikap sesuai dengan norma sekitar, kompeten secara
intelektual, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial, sertabelajar
mengambil sebuah keputusan.

Hubungan sosial yang dikembangkan pada masa

remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus
dengan lawan jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus pada tindakan
penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga
ditandai dengan adanya keinginan untuk mencobacoba dan menguji kemampuan

3
Universitas Sumatera Utara

norma yang ada. Jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik
nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.Melihat banyaknya kasus-kasus
yang muncul berkaitan dengan perilaku remaja, misalnya kasus narkoba,
mabuk-mabukan, perjudian, tawuran, hamil pranikah, aborsi, maupun pembuangan
anak hasil hubungan gelap yang dilakukan remaja, menandakan bahwa telah terjadi
penyimpangan perilaku seksual dan pola pergaulan pada sebagian remaja di
Indonesia. Hal ini merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang dijalani dan menjadi
pilihan bagi sebagian remaja.
Bersamaan dengan ini kita juga melihat pertumbuhan kuantitatif tempattempat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan yang semakin berkembang.
Fenomena tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
budaya dan pola hidup kaum remaja sekarang. Seperti yang telah diketahui,
remaja merupakan sasaran potensial bagi para produsen dalam memasarkan
produknya. Remaja yang bergaya hidup konsumtif rela mengeluarkan uang hanya
untuk jaga gengsi dalam pergaulan. Baik itu masalah makanan dan minuman,
pakaian, juga masalah hiburan (Food, Fashion, and Fun). Hal ini merupakan
perwujudan dari naluri mempertahankan diri, karena setiap orang ingin dianggap
eksis dalam lingkungan pergaulannya.

Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk
menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup dipengaruhi oleh
nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan kehidupan sosial, demi menunjukkan

4
Universitas Sumatera Utara

identitas diri melalui ekspresi tertentu yang mencerminkan perasaan.Gaya hidup
saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun nasional
karena

arus gelombang gaya hidup global dengan mudahnya berpindah-pindah

tempat melalui perantara media massa. Gaya hidup yang berkembang lebih
beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena
gaya hidup dapat ditularkan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui
media komunikasi (Rasyid, 2005 dalam Sudarwati & Hastuti, 2007).
Pergeseran yang paling menonjol dari gaya hidup yang melanda kalangan
remaja Indonesia ialah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung
dipengaruhi oleh budaya Barat. Pengaruh tersebut dapat terlihat dari cara
berpakaian serba minim yang dianggap sebagai trend berpakaian modern;
penggunaan berbagai aksesorisbuatan luar negeri yang branded seperti tas,
pakaian, make up, parfum, dan sepatu; kegemaran terhadap musik dan film yang
berasal dari Barat, serta mulai diterapkannya nilai-nilai pergaulan ala Barat dalam
keseharian. Perubahan gaya hidup yang mempengaruhi kalangan remaja terjadi
melalui media, dimana sekarang remaja dapat mengetahui semua yang terjadi di
bagian dunia lain dengan mudah. Dengan cara mengakses informasi dari media
televisi, internet, maupun majalah, mereka

menyaksikan gaya hidup yang

dipertontonkan oleh kalangan selebriti atau idola-idola remaja masa kini yang
kerap kali menjadi simbolidentitas atau identifikasi jati diri remaja masa kini.
Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia di mana ia tengah mencari
jatidirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jatidiri tersebut ia mudah untuk

5
Universitas Sumatera Utara

terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi di sekitarnya, sehingga turut
membentuk sikap dan pribadi mereka.
Perubahan gaya hidup pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila
melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin
diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan
itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu
menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut gaya hidup. (Sudarwati
& Hastuti, 2007)
Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup
manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini.
Meskipun demikian masalah seksual seakan-akan tidak pernah habis dan tuntas
dibahas orang dari masa ke masa. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
perubahan zaman yang semakin cepat, kini siapapun termasuk para remaja
tersebut bisa dengan mudah memperoleh tontonan seksual yang selama ini dilarang
atau ditabukan untuk dibahas secara transparan, dan yang tadinya hanya dijelaskan dari
mulut ke mulut secara bisik-bisik.
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar
antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak
menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara
fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi
tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan
kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku

6
Universitas Sumatera Utara

menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni, 1993).
Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif
dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai
penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar
aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan
kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan
kedalam

perilaku

menyimpang. Dalam

perspektif

perilaku menyimpang

masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai
aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku.
Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan

tegaknya sistem

sosial. Penggunaan

konsep

perilaku

menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh.
Perkembangan kepribadian identitas diri seseorang remaja merupakan
hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi
dengan lingkungannya, lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan
sumber inspirasi yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan fisik maupun
kesehatan mental yang dapat merupakan upaya mencegah timbulnya gangguan
perkembangan kepribadian.

Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat

pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik

7
Universitas Sumatera Utara

diharapkan dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan
kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk
dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan
konflik-konflik internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok
yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang atau
kenakalan yang sering muncul pada kelompok remaja sebenarnya merupakan
kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Faktor-faktor negatif seperti merebaknya informasi bertema pornografi di media
masa, kurangnya penanaman moral agama dan adanya pengaruh pergaulan bebas,
masuknya film dan VCD biru dari luar negeri ataupun dalam negeri yang bisa dengan
mudah diperoleh dimana-mana. Bagi remaja yang selama ini terkungkung
pengetahuannya, dan yang pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual
secara lengkap dari orang tuanya, ini adalah saat yang tepat untuk memuaskan rasa ingin
tahu remaja tersebut dan beberapa penyebab remaja melakukan hubungan seks
(Pangkahila, 2000).
Pada sisi lain para remaja tidak menerima pendidikan seks yang benar dan
bertanggung jawab. Bahkan informasi ilmiah tentang sekspun seolah-olah tertutup
untuk remaja dengan berbagai alasan yang tidak benar. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila pornografi diterima begitu saja oleh remaja sebagai pengganti
informasi ilmiah yang sulit untuk diperoleh, sehingga salah satu akibatnya adalah

8
Universitas Sumatera Utara

makin banyaknya kasus-kasus hubungan seks bebas di masyarakat. Seks bebas (free
sex) sendiri merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebebasan
tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan
bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Banyaknya
remaja yang melakukan seks bebas terlihat dengan jelas dalam kehidupan sehari-hari
khususnya di kota-kota besar.
Kota Binjai merupakan kota kecil yang hanya berjarak 45 menit dari pusat
kota Medan, sehingga banyak informasi yang datang dengan cepat menuju kota
binjai dan juga mempengaruhi aspek kehidupan yang ada dikota binjai.
Khususnya kehidupan para remaja yang ada di kota Binjai.Dengan banyaknya
informasi yang mempengaruhi kehidupan para remaja ini mulai terjadi perubahan
dengan cara mereka berinteraksi dengan remaja lainnya, seperti remaja sekarang
lebih mudah menemukan teman yang baru dengan menggunakan media sosial
yang sebenarnya belum tentu teman yang baru tersebut baik untuk mereka
sehingga dari teman yang baru ini dapat memberikan contoh yang tidak baik
untuk kehidupan mereka. Kemudian ketika beberapa remaja ini tidak mampu
menyaring informasi yang baik untuk mereka maka mereka akan terbawa pada
perilaku menyimpang yang dibawa oleh teman-teman yang baru mereka kenal
tersebut. Lalu beberapa remaja di kota binjai lebih cenderung memaksakan untuk
berpenampilan seperti anak orang dari kalangan atas agar mereka lebih mudah
masuk dalam pergaulan.

9
Universitas Sumatera Utara

Kehidupan remaja dikota Binjai pada saat sekarang ini cenderung hampir
kearah barat-baratan dan selalu ingin mengikuti perkembangan zaman dalam
segala aspek kehidupan remaja yang saya temui dikota Binjai istilahnya “anak
zaman”, seperti dalam pergaulan mereka yang lebih senang dibebaskan dalam
pengendalian dari orang tua setelah mereka berusia diatas 16 tahun sehingga
setiap perilaku yang menurut mereka hal tersebut itu menyenangkan tetapi
memiliki dampak yang negative akan mereka lakukan dan kemudian dalam
pergaulan mereka yang lebih senang dengan trend style yang update juga
mempengaruhi kehidupan remaja khususnya yang berada dikota Binjai dan
cenderung memaksakan keadaan dalam kehidupannya tidak mengingat apabila
status mereka adalah seorang pelajar yang tugasnya untuk belajar, belum bekerja
dan hanya mengandalkan uang dari orang tuanya tetapi hal itu masih mungkin
bias diikuti oleh kalangan remaja yang memiliki kedua orang tua dengan
perekonomian yang lumayan tapi apabila untuk beberapa kalangan yang ingin
dengan trend style yang update maka mereka akan berusaha untuk memnuhi
keinginannya dengan jalan apapun teta[pi sesuai dengan kemampuan untuk
bekerja yang sangat terbatas atau pun bahkan tidak memiliki kemampuan bekerja
sama sekali.
Untuk remaja dengan kemampuan terbatas tetapi ingin mengikuti zaman
biasa melakukan penipuan terhadap orang tua dengan alasan hal pembiayaan
dalam pendidikan,mencuri,menipu kepada sesame teman bergaul ataupun mereka
sanggup melakukan tindakan “melacurkan diri” dengan harapan agar cepat

10
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan uang dengan proses mudah tetapi tidak menyita waktu belajar
sehingga orang tua tidak curiga. Khususnya bagi remaja putri yang melacurkan
diri kehidupannya sudah sangat trend dikalangan remaja putri di Ksota Binjai atau
istilahnya untuk “Betubang atau Betemong” yang artinya menjual diri(melacurkan
diri) kepada om-om atau pria hidung belang untuk menghasilkan uang.
Nongkrong di tempat-tempat karaokean,ktv,diskotik dan di salon kecantikan biasa
mereka lakukan untuk menjajakan dirinya kepada pria hidung belang, karena
hampir remaja yang “melacur” tidak ingin terlalu mencolok jika ingin bergaul
ditempat-tempat yang hampir semua kalangan bias masuk untuk bergaul sehingga
mereka memilih tempat-tempat seperti itu.
Dari hasil observasi awal yang saya lakukan untuk beberapa sekolah
negeri dan swasta menemukan 8-12 remaja yang melacur, bahkan remaja yang
melacur paling banyak ditemukan untuk sekolah negeri. Hal ini mempengaruhi
bagaimana beberapa remaja ini berprilaku seperti memaksakan keuangan keluarga
untuk menunjang pergaulannya dan ketika keuangan yang terbatas tidak dapat
memenuhi pergaulannya maka beberapa remaja khususnya remaja wanita
melakukan penyimpangan sosial seperti “melacurkan diri” untuk memenuhibiaya
remaja tersebut dalam bergaul. Karena beberapa remaja ini hidup dikalangan
menengah dan proteksi yang dilakukan orang tua pada keuangan anak juga sangat
mempengaruhi perilaku “melacurkan diri” ini terus-terusan terjadi.

11
Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kontrol sosial masyarakat terhadap seks bebas sebagai gaya
hidup remaja?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja melakukan seks bebas?

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kontrol sosial masyarakat terhadap seks
bebas sebagai gaya hidup remaja?
2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja
melakukan seks bebas?

1.4. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri
ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun
manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
konstribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi
kepustakaan Departemen Sosiologi khususnya untuk menambah kajian

12
Universitas Sumatera Utara

tentang Pengembangan Masyarakat, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi
Keluarga serta kajian Norma dan Nilai Sosial.
2. Manfaat

praktis,

diharapkan

penelitian

ini

dapat

meningkatkankemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan
dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, serta
diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah untuk
mengatasi masalah seks bebas dikalangan remaja.

1.5. Definisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan
mempermudah suatau penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang
nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang di teliti
dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah
penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini,
antara lain adalah :
1. Tr end
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Istilah “trend” dalam
kehidupan

sehari-sehari

sering

digunakan

untuk

mengungkapkan

keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi
perhatian kebanyakan orang.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Melacur atau Pelacuran
Pelacuran atau melacur adalah penjualan jasa seksual, seperti seks
oral atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa
seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja
seks komersial (PSK). Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang
yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga
disebut melacurkan dirinya sendiri, misalnya seorang musisi yang
bertalenta tinggi namun lebih banyak memainkan lagu-lagu komersil.

Di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut
sebagai

sundal

atau

sundel.

Ini

menunjukkan

bahwa

prilaku

perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh
masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak
ketertiban. Pekerjaan melacur sudah dikenal di masyarakat sejak
berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan seputar mereka
dari masa kemasa.

3. Penyimpangan
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama
penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilainilai

kesusilaan

atau

kepatutan,

baik

dalam

sudut

pandang

kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai

14
Universitas Sumatera Utara

bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam
masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakanmanusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di
tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang
berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat
ulangan,

berbohong,

Penyimpangan

terhadap

mencuri,

dan

norma-norma

mengganggu
atau

nilai-nilai

siswa

lain.

masyarakat

disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari
perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering

disebut

dengan

konformitas. Konformitas adalah

bentuk

interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.

15
Universitas Sumatera Utara

4. Gaya Hidup
Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan
oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya
(pendapat) .
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen
secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang
mencari

hiburan

bersama

kawan-kawannya,

ada

yang

senang

menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja,
melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan
waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya
hidup

dapat

mempengaruhi

perilaku

seseorang,

dan

akhirnya

menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang .

5. Seks Bebas
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan
pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang
telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang
bukan pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi

16
Universitas Sumatera Utara

seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan. Seks bebas
sangat tidak layak dilakukan mengingat resiko yang sangat besar. Pada
remaja biasanya akan mengalami kehamilan diluar nikah yang memicu
terjadinya aborsi. Ingat aborsi itu sangatlah berbahaya dan beresiko
kemandulan bahkan kematian. Selain itu tentu saja para pelaku seks bebas
sangat beresiko terinfeksi virus HIV yang menyebabkan AIDS, ataupun
penyakit menular seksual lainnya.

Pada orang yang telah menikah, seks bebas dilakukan karena
mereka mungkin hanya sekedar having fun. Biasanya mereka
melakukan perselingkuhan denga orang lain yang bukan pasangan
resminya, bahkan ada juga pasangan suami istri yang mencari orang ketiga
sebagai variasi seks mereka. Ada juga yang bertukar pasangan. Semua
kelakuan diatas dapat dikategorikan seks bebas dan para pelakunya
sangat berisiko terinfeksi virus HIV.

17
Universitas Sumatera Utara

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun
dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap
sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif
maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut
Robert M.Z Lawang (dalam Sunarto 2006), perilaku menyimpang adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki

perilaku

menyimpang.

Menurut

Lemert

penyimpangan

dapat

dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan
sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat
ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan dll.
Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak
mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti

18
Universitas Sumatera Utara

merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lainlain
(Kamanto Sunarto 2006:78).
Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan dari
abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti
menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga
perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang
menyimpang.

Karena

tidak

semua

tingkah

laku

yang

tidak

diinginkan

menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu
perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan.
Menurut Soerjono Soekanto (1990:237), perilaku menyimpang disebut
sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau
penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak
sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak
bisa diintegrasikan dalam pola tingkahlaku umum. Disebut sebagai penyakit
masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus
menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu
fungsinya. Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan
penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab
para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa
atau abnormal sifatnya. Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri
demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat
mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas.

19
Universitas Sumatera Utara

Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi
sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.
Deviasi merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan
nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan
sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara
seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya kaidah serta peraturan di dalam
masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilainilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto,
1990:237).
Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan
sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku
remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual.
Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan
anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja
mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat
diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 1998).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang
melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik

20
Universitas Sumatera Utara

terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah
satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan
kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan
remaja antara lain : bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film
porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika,
mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang
lain.
Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain
(Bagong Narwoko, 2007: 94-96) :
1. Pengaruh teman sebaya
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk
prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata
teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktu dengan
teman sebayanya. Jika remaja mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan
orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya
karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan
keluarga. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan
dan permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangat lah besar dalam
pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan cenderung
bersikap sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.

21
Universitas Sumatera Utara

2. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap
aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang
tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua
yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak
efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan
munculnya kenakalan remaja.
Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga
berhubungan dengan kenakalan. Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar,
anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak
karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan menentang kekuasaan.
3. Media Massa
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu
singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media
massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam
proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka
akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan
adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai

22
Universitas Sumatera Utara

penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral
pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.

2.2 Kontrol Sosial dan Peran Orang tua Terhadap Remaja
Kontrol sosial merupakan lembaga sosial yang berbeparan melakukan
pengendalian perilaku anggota masyarakat agar kehidupan sosial tetap dalam
keadaan konform (Elly, 2011: 256). Berdasarkan hal tersebut bentuk perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja merupakan bukti lemahnya kontrol sosial
dari institusi-institusi pendukung perkembangan perilaku remaja tersbut.
Institusi Keluarga merupakan elemen penting dalam pembentukan
karakter seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berperan sebagai
pemberi arah dan kontrol bagi anggotanya sebagai sebuah institusi. Adanya peranperan tertentu dalam keluarga mengharuskan adanya kelas-kelas tertentu yang
disepakati dalam sebuah keluarga. Tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga
merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia
meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan
primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi
dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia
terlebih dahulu mengenal keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal
norma-norma di-nilai dar masyarakat umum, pertama kali ia menyerap normanorma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya.

23
Universitas Sumatera Utara

Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka, kita
dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku
lainnya dan di dalam suku tertentu itu pun pola perilaku orang yang berasal dari
kelas sosial atas berbeda dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan
pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya
ditimbulkan oleh norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga, yang diturunkan
melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anak mereka secara
turun-temurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orang tua
akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa
segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya ada pula pada orang tuanya
(Jumiatun,2012).
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa kondisi keluarga sangat
berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seorang remaja. Dalam hal itu
ditemukan bahwa kebanyakan remaja yang terlibat ternyata adalah anak dari
korban perceraian orang tua dimana anak merasa tidak membutuhkan orang tua
dalam menjalani hidup, dan menurutnya siapa yang dapat memberinya
ketenangan adalah lebih pentig dibanding sosok orang tua. Tanpa adanya fungsi
kontrol dari peran orang tua menjadikan pengaruh dari teman sepermainan
maupun pacarnya yang kurang baik akan dengan mudah untuk diterima tanpa
harus ada yang melarang dimana ini menjadi fungsi dari orang tua.
Ketika hal memilih teman juga menjadi hal yang sangat menarik jika
dilihat kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah. Adanya kecenderungan

24
Universitas Sumatera Utara

bahwa teman sebagai tempat curhat dan bercerita tentang pengalawan antara
teman yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang seorang teman mempengaruhi
temannya yang lain untuk melakukan hal yang diperbuatnya dengan pacarnya
dimana dalam hal ini hubungan sex pra nikah. Sedikit banyaknya teman
tempatnya bercerita akan terpengaruh dan dan timbul keinginan untuk juga
mencobanya. Di pahami dan disadari atau tidak, namun kondisi ini memang ada
menurut beberapa literatur dan hasil penelitian yang banyak dilakukan bahwa
pengaruh dari teman dan ceritanya sangat mempengaruhi perilaku sex pra nikah
yang dilakukan para remaja.
Semua kondisi tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian remaja di
atas, apabila terjadi maka yang pertama menjadi korban adalah anak-anaknya
terutama dalam usia remaja, di mana sosok figur panutan masih dibutuhkan dalam
kerangka pembentukan identitasnya (Soerjono Soekanto, 2004:70). Jadi, sebabsebab perilaku yang menyimpang pada remaja ini tidak hanya terletak pada
lingkungan famili, tetapi juga disebabkan oleh konteks kulturalnya.

2.3 Norma Sosial
Norma sosial adalah

apa yang harus dan dilarang dalam masyarakat.

Norma-norma tersebut diciptakan dan dibentuk karena individu sebagai anggota
masyarakat saling berhubungan dan berinteraksi. Selanjutnya norma tersebut
berfungsi untuk mengarahkan, menyalurkan, dan membatasi hubungan-hubungan

25
Universitas Sumatera Utara

anggota masyarakat pada umumnya. Dalam setiap masyarakat, norma sosial
biasanya terpusat pada kegiatan seharihari yang bermakna bagi anggotaanggotanya. Norma sosial yang terpusat itu dinamakan pranata sosial, contohnya
keluarga.
Keluarga merupakan konkritisasi dari sejumlah norma sosial yang
mengatur hubungan antar jenis, hubungan orang tua dengan anak, sosialisasi
dalam keluarga, mengatur dan mengarahkan hubungan sehari-hari meskipun
dalam keluarga ada kekhususan normatif dimana berhubungan dengan pribadipribadi dalam keluarga tersebut. Akan tetapi dapat juga diketemukan-aspek umum
dalam kehidupan berkeluarga dan aspek umum ini erat hubungannya dengan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu
yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain dan norma ini merupakan kriteria bagi
orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.
Berbicara tentang norma, erat hubungannya dengan nilai. Karena nilai
yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhi perilakunya. Menurut Milton
Rokeach, nilai merupakan suatu tipe keyakinan yang dipusatkan didalam sistem
kepercayaan

pada

diri

seseorang,

mengenai

bagaimana

seseorang

harus

bertingkah laku atau apa yang tidak boleh dilakukan (Sekarningsih, 1993: 108).

26
Universitas Sumatera Utara

Pada dasarnya norma itu muncul mempertahankan atau memelihara nilainilai
yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang
baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial
dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu
norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan
yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan normanorma masyarakat tersebut,
maka ia dikatakan menyimpang.
Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu:
1. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan.
2. Penyimpangan seksual dalam arti perilaku yang lain dari biasanya.
3. Bentuk-bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol.
4. Gaya hidup yang lain dari yang lain.
Akan tetapi penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi
dimana dalam suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang
normal terhadap masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu
sama untuk setiap masyarakat.
Pada intinya kehidupan masyarakat tidak terdapat nilai-nilai dan normanorma sosial, sebaliknya tidak akan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
berdiri tanpa ada masyarakat pendukungnya. Nilai dan norma sosial merupakan

27
Universitas Sumatera Utara

hasil kesepakatan di dalam kehidupan masyarakat yang antara masyarakat yang
satu dan masyarakat lainnya terdapat karakter sosiokultural yang berbeda-beda.
Inilah yang mengakibatkan timbulnya perbedaan konsep nilai-nilai dan norma
sosial yang berlaku di masing-masing kelompok. Kehidupan masyarakat yang
baik adalah kehidupan masyarakat yang memilki komitmen nilai-nilai dan normanorma sebagai patokan untuk menjadi manusia-manusia yang beradab. Konsep
tentang sesuatu yang baik beserta pedoman untuk mencapai konsep tersebut yang
bermoral adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ideal beserta
kepatuhan akan norm