Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Seks Bebas Sebagai Gaya Hidup Remaja
BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun
dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap
sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif
maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut
Robert M.Z Lawang (dalam Sunarto 2006), perilaku menyimpang adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki
perilaku
menyimpang.
Menurut
Lemert
penyimpangan
dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan
sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat
ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan dll.
Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak
mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti
18
Universitas Sumatera Utara
merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lainlain
(Kamanto Sunarto 2006:78).
Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan dari
abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti
menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga
perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang
menyimpang.
Karena
tidak
semua
tingkah
laku
yang
tidak
diinginkan
menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu
perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan.
Menurut Soerjono Soekanto (1990:237), perilaku menyimpang disebut
sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau
penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak
sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak
bisa diintegrasikan dalam pola tingkahlaku umum. Disebut sebagai penyakit
masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus
menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu
fungsinya. Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan
penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab
para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa
atau abnormal sifatnya. Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri
demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat
mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas.
19
Universitas Sumatera Utara
Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi
sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.
Deviasi merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan
nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan
sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara
seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya kaidah serta peraturan di dalam
masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilainilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto,
1990:237).
Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan
sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku
remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual.
Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan
anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja
mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat
diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 1998).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang
melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
20
Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah
satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan
kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan
remaja antara lain : bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film
porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika,
mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang
lain.
Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain
(Bagong Narwoko, 2007: 94-96) :
1. Pengaruh teman sebaya
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk
prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata
teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktu dengan
teman sebayanya. Jika remaja mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan
orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya
karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan
keluarga. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan
dan permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangat lah besar dalam
pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan cenderung
bersikap sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.
21
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap
aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang
tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua
yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak
efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan
munculnya kenakalan remaja.
Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga
berhubungan dengan kenakalan. Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar,
anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak
karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan menentang kekuasaan.
3. Media Massa
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu
singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media
massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam
proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka
akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan
adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai
22
Universitas Sumatera Utara
penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral
pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.
2.2 Kontrol Sosial dan Peran Orang tua Terhadap Remaja
Kontrol sosial merupakan lembaga sosial yang berbeparan melakukan
pengendalian perilaku anggota masyarakat agar kehidupan sosial tetap dalam
keadaan konform (Elly, 2011: 256). Berdasarkan hal tersebut bentuk perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja merupakan bukti lemahnya kontrol sosial
dari institusi-institusi pendukung perkembangan perilaku remaja tersbut.
Institusi Keluarga merupakan elemen penting dalam pembentukan
karakter seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berperan sebagai
pemberi arah dan kontrol bagi anggotanya sebagai sebuah institusi. Adanya peranperan tertentu dalam keluarga mengharuskan adanya kelas-kelas tertentu yang
disepakati dalam sebuah keluarga. Tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga
merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia
meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan
primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi
dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia
terlebih dahulu mengenal keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal
norma-norma di-nilai dar masyarakat umum, pertama kali ia menyerap normanorma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya.
23
Universitas Sumatera Utara
Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka, kita
dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku
lainnya dan di dalam suku tertentu itu pun pola perilaku orang yang berasal dari
kelas sosial atas berbeda dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan
pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya
ditimbulkan oleh norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga, yang diturunkan
melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anak mereka secara
turun-temurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orang tua
akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa
segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya ada pula pada orang tuanya
(Jumiatun,2012).
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa kondisi keluarga sangat
berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seorang remaja. Dalam hal itu
ditemukan bahwa kebanyakan remaja yang terlibat ternyata adalah anak dari
korban perceraian orang tua dimana anak merasa tidak membutuhkan orang tua
dalam menjalani hidup, dan menurutnya siapa yang dapat memberinya
ketenangan adalah lebih pentig dibanding sosok orang tua. Tanpa adanya fungsi
kontrol dari peran orang tua menjadikan pengaruh dari teman sepermainan
maupun pacarnya yang kurang baik akan dengan mudah untuk diterima tanpa
harus ada yang melarang dimana ini menjadi fungsi dari orang tua.
Ketika hal memilih teman juga menjadi hal yang sangat menarik jika
dilihat kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah. Adanya kecenderungan
24
Universitas Sumatera Utara
bahwa teman sebagai tempat curhat dan bercerita tentang pengalawan antara
teman yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang seorang teman mempengaruhi
temannya yang lain untuk melakukan hal yang diperbuatnya dengan pacarnya
dimana dalam hal ini hubungan sex pra nikah. Sedikit banyaknya teman
tempatnya bercerita akan terpengaruh dan dan timbul keinginan untuk juga
mencobanya. Di pahami dan disadari atau tidak, namun kondisi ini memang ada
menurut beberapa literatur dan hasil penelitian yang banyak dilakukan bahwa
pengaruh dari teman dan ceritanya sangat mempengaruhi perilaku sex pra nikah
yang dilakukan para remaja.
Semua kondisi tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian remaja di
atas, apabila terjadi maka yang pertama menjadi korban adalah anak-anaknya
terutama dalam usia remaja, di mana sosok figur panutan masih dibutuhkan dalam
kerangka pembentukan identitasnya (Soerjono Soekanto, 2004:70). Jadi, sebabsebab perilaku yang menyimpang pada remaja ini tidak hanya terletak pada
lingkungan famili, tetapi juga disebabkan oleh konteks kulturalnya.
2.3 Norma Sosial
Norma sosial adalah
apa yang harus dan dilarang dalam masyarakat.
Norma-norma tersebut diciptakan dan dibentuk karena individu sebagai anggota
masyarakat saling berhubungan dan berinteraksi. Selanjutnya norma tersebut
berfungsi untuk mengarahkan, menyalurkan, dan membatasi hubungan-hubungan
25
Universitas Sumatera Utara
anggota masyarakat pada umumnya. Dalam setiap masyarakat, norma sosial
biasanya terpusat pada kegiatan seharihari yang bermakna bagi anggotaanggotanya. Norma sosial yang terpusat itu dinamakan pranata sosial, contohnya
keluarga.
Keluarga merupakan konkritisasi dari sejumlah norma sosial yang
mengatur hubungan antar jenis, hubungan orang tua dengan anak, sosialisasi
dalam keluarga, mengatur dan mengarahkan hubungan sehari-hari meskipun
dalam keluarga ada kekhususan normatif dimana berhubungan dengan pribadipribadi dalam keluarga tersebut. Akan tetapi dapat juga diketemukan-aspek umum
dalam kehidupan berkeluarga dan aspek umum ini erat hubungannya dengan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu
yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain dan norma ini merupakan kriteria bagi
orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.
Berbicara tentang norma, erat hubungannya dengan nilai. Karena nilai
yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhi perilakunya. Menurut Milton
Rokeach, nilai merupakan suatu tipe keyakinan yang dipusatkan didalam sistem
kepercayaan
pada
diri
seseorang,
mengenai
bagaimana
seseorang
harus
bertingkah laku atau apa yang tidak boleh dilakukan (Sekarningsih, 1993: 108).
26
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya norma itu muncul mempertahankan atau memelihara nilainilai
yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang
baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial
dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu
norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan
yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan normanorma masyarakat tersebut,
maka ia dikatakan menyimpang.
Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu:
1. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan.
2. Penyimpangan seksual dalam arti perilaku yang lain dari biasanya.
3. Bentuk-bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol.
4. Gaya hidup yang lain dari yang lain.
Akan tetapi penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi
dimana dalam suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang
normal terhadap masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu
sama untuk setiap masyarakat.
Pada intinya kehidupan masyarakat tidak terdapat nilai-nilai dan normanorma sosial, sebaliknya tidak akan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
berdiri tanpa ada masyarakat pendukungnya. Nilai dan norma sosial merupakan
27
Universitas Sumatera Utara
hasil kesepakatan di dalam kehidupan masyarakat yang antara masyarakat yang
satu dan masyarakat lainnya terdapat karakter sosiokultural yang berbeda-beda.
Inilah yang mengakibatkan timbulnya perbedaan konsep nilai-nilai dan norma
sosial yang berlaku di masing-masing kelompok. Kehidupan masyarakat yang
baik adalah kehidupan masyarakat yang memilki komitmen nilai-nilai dan normanorma sebagai patokan untuk menjadi manusia-manusia yang beradab. Konsep
tentang sesuatu yang baik beserta pedoman untuk mencapai konsep tersebut yang
bermoral adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ideal beserta
kepatuhan akan norma-norma sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan ideal
tersebut. Oleh karena itu, jika terjadi perubahan, maka yang terpenting adalah arti
dan tujuan dari perubahan itulah yang terpenting. Perubahan yang baik adalah
perubahan yang direncanakan dengan seperangkat tujuan yang jelas, yaitu
pembangunan.
Beberapa hal yang merusak atau mengganggu proses asimilasi remaja
dengan keluarganya sehingga remaja mencari kenyamanan bergaul di luar
keluarga adalah (Soerjono Soekanto, 2004:70) :
1. Tidak ada saling pengertian mengenal dasar-dasar kehidupan bersama.
2. Terjadinya konflik mengenai otonomi, di mana satu pihak orang tua
ingin agar anaknya dapat mandiri, di lain pihak keluarga
mengekangnya.
3. Terjadinya konflik nilai-nilai yang tidak diserasikan.
28
Universitas Sumatera Utara
4. Pengendalian dan pengawasan orang tua yang berlebihan.
5. Ketiadaan rasa saling menolong dan kebersamaam dalam keluarga.
6. Adanya masalah dalam hubungan antara ayah dan ibu.
7. Jumlah anak yang banyak yang kurang mendapatkan kasih sayang
orang tua
8. Campur tangan pihak luar keluarga.
9. Kedudukan sosial ekonomi yang berada di bawah standard.
10. Pekerjaan orang tua yang tidak seimbang, seperti jabatan ibu yang
lebih tinggi dari ayah.
11. Aspirasi orang tua yang tidak disesuaikan dengan kenyataan yang
terjadi.
12. Konsepsi peranan keluarga yang menyimpang dari kenyataan.
13. Timbulnya favoritismedi kalangan anggota keluarga, yang ini akan
menimbulkan perhatian yang kurang adil merata dan seimbang di
antara anggota keluarga.
14. Pecahnya keluarga yang disebabkan konflik ayah, ibu dan anakanaknya.
15. Persaingan tajam di antara anak-anak yang menyolok.
29
Universitas Sumatera Utara
2.4 Gaya Hidup di Perkotaan
Menurut Bagong Suyanto (2004), salah satu kelompok yang rentan untuk
ikut terbawa arus perubahan jaman adalah para remaja. Karena remaja memiliki
karakteristik tersendiri yang unik yakni labil, sedang pada taraf mencari identitas,
mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.
Secara sosiologis, remaja umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh
eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombangambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga
mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi
kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung
mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya. Di
berbagai komunitas dan kota besar yang metropolitan, tidak heran jika hura-hura,
seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda
para remaja (Bagong Suyanto, 2004).
Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia dalam mencari jati
dirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jati diri tersebut ia mudah untuk
terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut
membentuk sikap dan pribadi mereka. Gaya hidup (lifestyle) menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler
dalam Sakinah, 2002). Menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 1997) gaya hidup
adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu
30
Universitas Sumatera Utara
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya :
1. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang
yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
2. Gaya Hidup Instan
Gaya hidup instan merupakan pola hidup ingin mendapatkan segala
sesuatu (prestasi, ketenaran, kekayaan, popularitas, moral, dan sebagainya) secara
mudah tanpa proses yang panjang. Dalam hal ini pandangan hidup bisa
menyangkut perilaku, kebiasaan, etika, moral, hukum, adat istiadat yang
mempengaruhi perilaku atau pandangan seseorang tentang dunia ini. Merebaknya
gaya hidup instan di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari mentalitas
sebagian mereka dan juga masyarakat yang ingin meraih segala sesuatu dengan
cepat dan mudah.
Gaya hidup instan berkembang karena di dalam kehidupan sehari-hari,
hampir semua orang terlibat dalam prosedur, metode, atau proses mencapai tujuan
31
Universitas Sumatera Utara
dengan jalan paling cepat, tepat namun dengan hasil optimum. Itulah sebabnya
manusia berlomba menciptakan “mesin pemercepat proses” untuk menghemat
waktu, biaya, daya, dan tujuan kemudahan. Sebagai contoh, mesin kalkulator,
telepon genggam, computer dan lainnya. Kemudahan-kemudahan yang diusung
alat-alat teknologi ini mempengaruhi perilaku, pola hidup, pandangan, falsafah
hidup, tidak saja para remaja tetapi juga anak-anak, bahkan mungkin sebagian
besar orang tua. Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang ingin
mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa menghiraukan, apakah cara yang di
tempuh wajar atau tidak.
3. Gaya Hidup Permisif
Masyarakat permisif merupakan masyarakat yang memaklumi perilaku
menyimpang dan menganggap kesalahan sebagai suatu kewajaran. Ungkapan
yang muncul adalah “itu kan biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap,
misalnya seks bebas, pornografi, perjudian dan korupsi. Masyarakat Permisif
terbentuk karena Individualisme Ekspresif dan Individualisme Utilitarianisme.
Individualisme Ekspresif menginginkan kebebasan dan bebas dari kontrol
kelompok. Sedangkan Individualisme Utilitarianisme mengedepankan untungrugi
dan persaingan. Kedua individualisme tersebut meski tidak saling terkait tetapi
membuat anggota Masyarakat Permisif tidak peduli. Ketidakpedulian berakibat
permisif. Sebaliknya, kepedulian membuat orang lain terganggu. Padahal
32
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya mereka tidak mengganggu orang yang peduli dengan ketidak
peduliannya. Akibatnya nilai luhur terkikis dan dosa berkembang dengan cepat.
4. Gaya Hidup Bebas
Banyak generasi muda yang menuntut kebebasan dalam banyak hal.
Batas-batas moral dilanggar, nasihat-nasihat bijak tidak mendapatkan tempat.
Nilai-nilai luhur yang terasa penuh aturan mereka dobrak, tergantikan dengan
nilai-nilai baru dengan semangat liberalisme. Barangsiapa yang menentang
semangat perubahan ini dicap sebagai berpikiran kolot, fanatik serta ketinggalan
zaman. Tidak jarang mereka yang menetang mendapat pengasingan diri. Seakanakan kebebasan menjadi pandangan hidup dalam menyongsong masa depan. Pada
akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang terjerumus dalam anomaly seperti
yang paling nge-trend saat ini pergaulan bebas yang berlanjut pada sex bebas.
33
Universitas Sumatera Utara
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Menyimpang di Kalangan Remaja
Dalam perspektif sosiologi perilaku menyimpang masalah sosial terjadi
karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun
dari nilai dan norma sosial yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap
sebagai sumber masalah kerana dapat membahayakan tegaknya sistem sosial.
Secara umum perilaku menyimpang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang
melanggar atau bertentangan dengan aturan normatif dan pengertian normatif
maupun dari harapan-harapan lingkungan sosial yang bersangkutan. Menurut
Robert M.Z Lawang (dalam Sunarto 2006), perilaku menyimpang adalah semua
tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan
menimbulakan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk
memperbaiki
perilaku
menyimpang.
Menurut
Lemert
penyimpangan
dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan
sekunder. Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang yang
bersifat sementara dan tidak dilakukan secara terus-menerus sehingga masih dapat
ditolerir masyarakat seperti melanggar lalu lintas,buang sampah sembarangan dll.
Sedangkan penyimpangan seksunder yakni perilaku menyimpang yang tidak
mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan berulang kali seperti
18
Universitas Sumatera Utara
merampok, menjambret, memakai narkoba, menjadi pelacur, tawuran dan lainlain
(Kamanto Sunarto 2006:78).
Perilaku menyimpang dalam defenisi umum tersebut dapat dibedakan dari
abnormalitas statis. Ada kesepakatan bahwa perilaku menyimpang tidak berarti
menyimpang dari norma-norma tertentu. Konsep perilaku menyimpang ini juga
perlu dibedakan dari perilaku yang kurang diinginkan dan dari peranan yang
menyimpang.
Karena
tidak
semua
tingkah
laku
yang
tidak
diinginkan
menyimpang dari aturan-aturan normatif, dan dilain pihak dan belum tentu
perilaku menyimpang dari aturan normatif itu tidak diinginkan.
Menurut Soerjono Soekanto (1990:237), perilaku menyimpang disebut
sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit sosial atau
penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang dianggap tidak
sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak
bisa diintegrasikan dalam pola tingkahlaku umum. Disebut sebagai penyakit
masyarakat karena gejala sosialnya yang terjadi ditengah masyarakat itu meletus
menjadi ”penyakit”. Dapat disebut pula sebagai struktur sosial yang terganggu
fungsinya. Semua tingkah laku yang sakit secara sosial tadi merupakan
penyimpangan sosial yang sukar diorganisir, sulit diatur dan ditertibkan sebab
para pelakunya memakai cara pemecahan sendiri yang tidak umum, luar biasa
atau abnormal sifatnya. Biasanya mereka mengikuti kemauan dan cara sendiri
demi kepentingan pribadi. Karena itu deviasi tingkah laku tersebut dapat
mengganggu dan merugikan subyek pelaku sendiri dan atau masyarakat luas.
19
Universitas Sumatera Utara
Deviasi tingkah laku ini juga merupakan gejala yang menyimpang dari tendensi
sentral atau menyimpang dari ciri-ciri umum rakyat kebanyakan.
Deviasi merupakan penyimpangan terhadap kaidah atau norma-norma dan
nilai-nilai dalam masyarakat. Kaidah timbul dalam masyarakat karena diperlukan
sebagai pengatur hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara
seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya kaidah serta peraturan di dalam
masyarakat bertujuan supaya ada konformitas warga masyarakat terhadap nilainilai yang berlaku di dalam masyarakat yang bersangkutan (Soerjono Soekanto,
1990:237).
Di Indonesia, secara umum penyimpangan perilaku pada remaja diartikan
sebagai kenakalan remaja atau juvenile delinquency. Penyimpangan perilaku
remaja ini mempunyai sebab yang majemuk, sehingga sifatnya mulai kasual.
Juvenile delinquency atau kenakalan remaja adalah perilaku jahat atau kenakalan
anak muda, merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan
remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka
mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja
mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat
diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 1998).
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
kenakalan remaja adalah kecenderungan remaja untuk melakukan tindakan yang
melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik
20
Universitas Sumatera Utara
terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Kenakalan remaja merupakan salah
satu bentuk penyimpangan yang dilakukan remaja karena tidak sesuai dengan
kebiasaan, tata aturan, dan norma sosial yang berlaku. Bentuk-bentuk kenakalan
remaja antara lain : bolos sekolah, merokok, berkelahi, tawuran, menonton film
porno, minum minuman keras, seks diluar nikah, menyalahgunakan narkotika,
mencuri, memperkosa, berjudi, membunuh, kebut-kebutan dan banyak lagi yang
lain.
Beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya kenakalan remaja antara lain
(Bagong Narwoko, 2007: 94-96) :
1. Pengaruh teman sebaya
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan satu bentuk
prestasi tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata
teman-temannya. Remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktu dengan
teman sebayanya. Jika remaja mempunyai masalah pribadi atau masalah dengan
orang tuanya, maka ia akan lebih sering membicarakan dengan teman-temannya
karena mereka merasa lebih nyaman berbagi dengan teman dibanding dengan
keluarga. Teman sebaya merupakan faktor penting dalam mengatasi perubahan
dan permasalahan yang mereka hadapi. Pengaruh teman sangat lah besar dalam
pembentukan watak dan kepribadian remaja, karena remaja akan cenderung
bersikap sesuai dengan teman sebayanya atau kelompoknya.
21
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor keluarga
Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja.
Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap
aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orang
tua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Pengawasan orangtua
yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak
efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan
munculnya kenakalan remaja.
Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga
berhubungan dengan kenakalan. Pola pengasuhan anak juga berpengaruh besar,
anak yang nakal kebanyakan berasal dari keluarga yang menganut pola menolak
karena mereka selalu curiga terhadap orang lain dan menentang kekuasaan.
3. Media Massa
Dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam waktu
singkat, informasi tentang peristiwa-peristiwa, pesan, pendapat, berita, ilmu
pengetahuan dan lain sebagainya dengan mudah diterima. Oleh karena itu media
massa seperti surat kabar, TV, film, majalah mempunyai peranan penting dalam
proses transformasi nilai-nilai dan norma-norma baru terhadap remaja. Mereka
akan cenderung mencoba dan meniru apa yang dilihat dan ditontonnya. Tayangan
adegan kekerasan dan adegan yang menjurus ke pornografi, ditengarai sebagai
22
Universitas Sumatera Utara
penyulut perilaku agresif remaja, dan menyebabkan terjadinya pergeseran moral
pergaulan, serta meningkatkan terjadinya berbagai pelanggaran norma susila.
2.2 Kontrol Sosial dan Peran Orang tua Terhadap Remaja
Kontrol sosial merupakan lembaga sosial yang berbeparan melakukan
pengendalian perilaku anggota masyarakat agar kehidupan sosial tetap dalam
keadaan konform (Elly, 2011: 256). Berdasarkan hal tersebut bentuk perilaku
menyimpang yang dilakukan remaja merupakan bukti lemahnya kontrol sosial
dari institusi-institusi pendukung perkembangan perilaku remaja tersbut.
Institusi Keluarga merupakan elemen penting dalam pembentukan
karakter seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari keluarga berperan sebagai
pemberi arah dan kontrol bagi anggotanya sebagai sebuah institusi. Adanya peranperan tertentu dalam keluarga mengharuskan adanya kelas-kelas tertentu yang
disepakati dalam sebuah keluarga. Tidak dapat diingkari lagi bahwa keluarga
merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, sejak lahir sampai datang ia
meninggalkan rumah untuk membentuk keluarga sendiri. Sebagai lingkungan
primer, hubungan antar manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi
dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia
terlebih dahulu mengenal keluarganya. Oleh karena itu, sebelum mengenal
norma-norma di-nilai dar masyarakat umum, pertama kali ia menyerap normanorma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya.
23
Universitas Sumatera Utara
Norma atau nilai itu dijadikan bagian dari kepribadiannya. Maka, kita
dapat menyaksikan tindak-tanduk orang suku tertentu yang berbeda dari suku
lainnya dan di dalam suku tertentu itu pun pola perilaku orang yang berasal dari
kelas sosial atas berbeda dari yang kelas sosial bawah. Demikian pula agama dan
pendidikan bisa mempengaruhi kelakuan seseorang. Semua itu pada hakikatnya
ditimbulkan oleh norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga, yang diturunkan
melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak-anak mereka secara
turun-temurun. Tidak mengherankan jika nilai-nilai yang dianut oleh orang tua
akhirnya juga dianut oleh remaja. Tidak mengherankan kalau ada pendapat bahwa
segala sifat negatif yang ada pada anak sebenarnya ada pula pada orang tuanya
(Jumiatun,2012).
Dalam beberapa penelitian dijelaskan bahwa kondisi keluarga sangat
berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental seorang remaja. Dalam hal itu
ditemukan bahwa kebanyakan remaja yang terlibat ternyata adalah anak dari
korban perceraian orang tua dimana anak merasa tidak membutuhkan orang tua
dalam menjalani hidup, dan menurutnya siapa yang dapat memberinya
ketenangan adalah lebih pentig dibanding sosok orang tua. Tanpa adanya fungsi
kontrol dari peran orang tua menjadikan pengaruh dari teman sepermainan
maupun pacarnya yang kurang baik akan dengan mudah untuk diterima tanpa
harus ada yang melarang dimana ini menjadi fungsi dari orang tua.
Ketika hal memilih teman juga menjadi hal yang sangat menarik jika
dilihat kaitannya dengan fenomena hamil diluar nikah. Adanya kecenderungan
24
Universitas Sumatera Utara
bahwa teman sebagai tempat curhat dan bercerita tentang pengalawan antara
teman yang satu dengan yang lainnya. Tidak jarang seorang teman mempengaruhi
temannya yang lain untuk melakukan hal yang diperbuatnya dengan pacarnya
dimana dalam hal ini hubungan sex pra nikah. Sedikit banyaknya teman
tempatnya bercerita akan terpengaruh dan dan timbul keinginan untuk juga
mencobanya. Di pahami dan disadari atau tidak, namun kondisi ini memang ada
menurut beberapa literatur dan hasil penelitian yang banyak dilakukan bahwa
pengaruh dari teman dan ceritanya sangat mempengaruhi perilaku sex pra nikah
yang dilakukan para remaja.
Semua kondisi tidak kondusif bagi pembentukan kepribadian remaja di
atas, apabila terjadi maka yang pertama menjadi korban adalah anak-anaknya
terutama dalam usia remaja, di mana sosok figur panutan masih dibutuhkan dalam
kerangka pembentukan identitasnya (Soerjono Soekanto, 2004:70). Jadi, sebabsebab perilaku yang menyimpang pada remaja ini tidak hanya terletak pada
lingkungan famili, tetapi juga disebabkan oleh konteks kulturalnya.
2.3 Norma Sosial
Norma sosial adalah
apa yang harus dan dilarang dalam masyarakat.
Norma-norma tersebut diciptakan dan dibentuk karena individu sebagai anggota
masyarakat saling berhubungan dan berinteraksi. Selanjutnya norma tersebut
berfungsi untuk mengarahkan, menyalurkan, dan membatasi hubungan-hubungan
25
Universitas Sumatera Utara
anggota masyarakat pada umumnya. Dalam setiap masyarakat, norma sosial
biasanya terpusat pada kegiatan seharihari yang bermakna bagi anggotaanggotanya. Norma sosial yang terpusat itu dinamakan pranata sosial, contohnya
keluarga.
Keluarga merupakan konkritisasi dari sejumlah norma sosial yang
mengatur hubungan antar jenis, hubungan orang tua dengan anak, sosialisasi
dalam keluarga, mengatur dan mengarahkan hubungan sehari-hari meskipun
dalam keluarga ada kekhususan normatif dimana berhubungan dengan pribadipribadi dalam keluarga tersebut. Akan tetapi dapat juga diketemukan-aspek umum
dalam kehidupan berkeluarga dan aspek umum ini erat hubungannya dengan
norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Jadi dapat disimpulkan bahwa
norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu
yang memungkinkan seseorang untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana
tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain dan norma ini merupakan kriteria bagi
orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang.
Berbicara tentang norma, erat hubungannya dengan nilai. Karena nilai
yang dimiliki seseorang ikut mempengaruhi perilakunya. Menurut Milton
Rokeach, nilai merupakan suatu tipe keyakinan yang dipusatkan didalam sistem
kepercayaan
pada
diri
seseorang,
mengenai
bagaimana
seseorang
harus
bertingkah laku atau apa yang tidak boleh dilakukan (Sekarningsih, 1993: 108).
26
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya norma itu muncul mempertahankan atau memelihara nilainilai
yang berlaku dalam masyarakat, karena nilai itu adalah gambaran mengenai apa yang
baik, yang diinginkan, yang pantas, yang berharga yang mempengaruhi perilaku sosial
dari orang yang memiliki nilai itu. Untuk menjaga itu, maka disusunlah suatu
norma yang mampu memelihara nilai-nilai tersebut. Apabila perilaku atau tindakan
yang terjadi dalam masyarakat tidak sesuai dengan normanorma masyarakat tersebut,
maka ia dikatakan menyimpang.
Dalam hal ini perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam
suatu sistem sosial dibedakan atas empat macam yaitu:
1. Perilaku menyimpang yang dilihat dan dianggap sebagai kejahatan.
2. Penyimpangan seksual dalam arti perilaku yang lain dari biasanya.
3. Bentuk-bentuk konsumsi yang berlebihan, misalnya alkohol.
4. Gaya hidup yang lain dari yang lain.
Akan tetapi penyimpangan apapun yang terjadi haruslah selalu dilihat dari segi
dimana dalam suatu masyarakat tertentu telah digariskan terlebih dahulu apa yang
normal terhadap masyarakat itu. Dasarnya adalah bahwa penyimpangan itu tidak selalu
sama untuk setiap masyarakat.
Pada intinya kehidupan masyarakat tidak terdapat nilai-nilai dan normanorma sosial, sebaliknya tidak akan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang
berdiri tanpa ada masyarakat pendukungnya. Nilai dan norma sosial merupakan
27
Universitas Sumatera Utara
hasil kesepakatan di dalam kehidupan masyarakat yang antara masyarakat yang
satu dan masyarakat lainnya terdapat karakter sosiokultural yang berbeda-beda.
Inilah yang mengakibatkan timbulnya perbedaan konsep nilai-nilai dan norma
sosial yang berlaku di masing-masing kelompok. Kehidupan masyarakat yang
baik adalah kehidupan masyarakat yang memilki komitmen nilai-nilai dan normanorma sebagai patokan untuk menjadi manusia-manusia yang beradab. Konsep
tentang sesuatu yang baik beserta pedoman untuk mencapai konsep tersebut yang
bermoral adalah manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai ideal beserta
kepatuhan akan norma-norma sebagai pedoman untuk mencapai kehidupan ideal
tersebut. Oleh karena itu, jika terjadi perubahan, maka yang terpenting adalah arti
dan tujuan dari perubahan itulah yang terpenting. Perubahan yang baik adalah
perubahan yang direncanakan dengan seperangkat tujuan yang jelas, yaitu
pembangunan.
Beberapa hal yang merusak atau mengganggu proses asimilasi remaja
dengan keluarganya sehingga remaja mencari kenyamanan bergaul di luar
keluarga adalah (Soerjono Soekanto, 2004:70) :
1. Tidak ada saling pengertian mengenal dasar-dasar kehidupan bersama.
2. Terjadinya konflik mengenai otonomi, di mana satu pihak orang tua
ingin agar anaknya dapat mandiri, di lain pihak keluarga
mengekangnya.
3. Terjadinya konflik nilai-nilai yang tidak diserasikan.
28
Universitas Sumatera Utara
4. Pengendalian dan pengawasan orang tua yang berlebihan.
5. Ketiadaan rasa saling menolong dan kebersamaam dalam keluarga.
6. Adanya masalah dalam hubungan antara ayah dan ibu.
7. Jumlah anak yang banyak yang kurang mendapatkan kasih sayang
orang tua
8. Campur tangan pihak luar keluarga.
9. Kedudukan sosial ekonomi yang berada di bawah standard.
10. Pekerjaan orang tua yang tidak seimbang, seperti jabatan ibu yang
lebih tinggi dari ayah.
11. Aspirasi orang tua yang tidak disesuaikan dengan kenyataan yang
terjadi.
12. Konsepsi peranan keluarga yang menyimpang dari kenyataan.
13. Timbulnya favoritismedi kalangan anggota keluarga, yang ini akan
menimbulkan perhatian yang kurang adil merata dan seimbang di
antara anggota keluarga.
14. Pecahnya keluarga yang disebabkan konflik ayah, ibu dan anakanaknya.
15. Persaingan tajam di antara anak-anak yang menyolok.
29
Universitas Sumatera Utara
2.4 Gaya Hidup di Perkotaan
Menurut Bagong Suyanto (2004), salah satu kelompok yang rentan untuk
ikut terbawa arus perubahan jaman adalah para remaja. Karena remaja memiliki
karakteristik tersendiri yang unik yakni labil, sedang pada taraf mencari identitas,
mengalami masa transisi dari remaja menuju status dewasa, dan sebagainya.
Secara sosiologis, remaja umumnya amat rentan terhadap pengaruh-pengaruh
eksternal. Karena proses pencarian jati diri, mereka mudah sekali terombangambing, dan masih merasa sulit menentukan tokoh panutannya. Mereka juga
mudah terpengaruh oleh gaya hidup masyarakat di sekitarnya. Karena kondisi
kejiwaan yang labil, remaja mudah terpengaruh dan labil. Mereka cenderung
mengambil jalan pintas dan tidak mau memikirkan dampak negatifnya. Di
berbagai komunitas dan kota besar yang metropolitan, tidak heran jika hura-hura,
seks bebas, menghisap ganja dan zat adiktif lainnya cenderung mudah menggoda
para remaja (Bagong Suyanto, 2004).
Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia dalam mencari jati
dirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jati diri tersebut ia mudah untuk
terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi disekitarnya, sehingga turut
membentuk sikap dan pribadi mereka. Gaya hidup (lifestyle) menggambarkan
keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler
dalam Sakinah, 2002). Menurut Chaney (dalam Idi Subandy, 1997) gaya hidup
adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap
seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu
30
Universitas Sumatera Utara
banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang
misalnya :
1. Gaya Hidup Hedonis
Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk
mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu di luar
rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang
yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.
2. Gaya Hidup Instan
Gaya hidup instan merupakan pola hidup ingin mendapatkan segala
sesuatu (prestasi, ketenaran, kekayaan, popularitas, moral, dan sebagainya) secara
mudah tanpa proses yang panjang. Dalam hal ini pandangan hidup bisa
menyangkut perilaku, kebiasaan, etika, moral, hukum, adat istiadat yang
mempengaruhi perilaku atau pandangan seseorang tentang dunia ini. Merebaknya
gaya hidup instan di kalangan remaja tidak bisa dilepaskan dari mentalitas
sebagian mereka dan juga masyarakat yang ingin meraih segala sesuatu dengan
cepat dan mudah.
Gaya hidup instan berkembang karena di dalam kehidupan sehari-hari,
hampir semua orang terlibat dalam prosedur, metode, atau proses mencapai tujuan
31
Universitas Sumatera Utara
dengan jalan paling cepat, tepat namun dengan hasil optimum. Itulah sebabnya
manusia berlomba menciptakan “mesin pemercepat proses” untuk menghemat
waktu, biaya, daya, dan tujuan kemudahan. Sebagai contoh, mesin kalkulator,
telepon genggam, computer dan lainnya. Kemudahan-kemudahan yang diusung
alat-alat teknologi ini mempengaruhi perilaku, pola hidup, pandangan, falsafah
hidup, tidak saja para remaja tetapi juga anak-anak, bahkan mungkin sebagian
besar orang tua. Hal ini terlihat dari perubahan perilaku masyarakat yang ingin
mendapatkan sesuatu dengan mudah tanpa menghiraukan, apakah cara yang di
tempuh wajar atau tidak.
3. Gaya Hidup Permisif
Masyarakat permisif merupakan masyarakat yang memaklumi perilaku
menyimpang dan menganggap kesalahan sebagai suatu kewajaran. Ungkapan
yang muncul adalah “itu kan biasa”, “semua orang juga melakukan” terhadap,
misalnya seks bebas, pornografi, perjudian dan korupsi. Masyarakat Permisif
terbentuk karena Individualisme Ekspresif dan Individualisme Utilitarianisme.
Individualisme Ekspresif menginginkan kebebasan dan bebas dari kontrol
kelompok. Sedangkan Individualisme Utilitarianisme mengedepankan untungrugi
dan persaingan. Kedua individualisme tersebut meski tidak saling terkait tetapi
membuat anggota Masyarakat Permisif tidak peduli. Ketidakpedulian berakibat
permisif. Sebaliknya, kepedulian membuat orang lain terganggu. Padahal
32
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya mereka tidak mengganggu orang yang peduli dengan ketidak
peduliannya. Akibatnya nilai luhur terkikis dan dosa berkembang dengan cepat.
4. Gaya Hidup Bebas
Banyak generasi muda yang menuntut kebebasan dalam banyak hal.
Batas-batas moral dilanggar, nasihat-nasihat bijak tidak mendapatkan tempat.
Nilai-nilai luhur yang terasa penuh aturan mereka dobrak, tergantikan dengan
nilai-nilai baru dengan semangat liberalisme. Barangsiapa yang menentang
semangat perubahan ini dicap sebagai berpikiran kolot, fanatik serta ketinggalan
zaman. Tidak jarang mereka yang menetang mendapat pengasingan diri. Seakanakan kebebasan menjadi pandangan hidup dalam menyongsong masa depan. Pada
akhirnya, tidak sedikit generasi muda yang terjerumus dalam anomaly seperti
yang paling nge-trend saat ini pergaulan bebas yang berlanjut pada sex bebas.
33
Universitas Sumatera Utara