Kontrol Sosial Masyarakat Terhadap Seks Bebas Sebagai Gaya Hidup Remaja

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Fenomena kenakalan remaja merupakan masalah yang kompleks terjadi di
berbagai kota di Indonesia. Sejalan dengan arus globalisasi dan teknologi yang semakin
berkembang, arus informasi yang semakin mudah diakses serta gaya hidup
modernisasi, disamping memudahkan dalam mengetahui berbagai informasi di berbagai
media, di sisi lain juga membawa suatu dampak negatif yang cukup meluas di berbagai
lapisan masyarakat.
Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan
jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2
juta jiwa. Hal ini tentunya dapat

menjadi asset bangsa jika remaja dapat

menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika
remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam
kenakalan remaja.
Kondisi remaja di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai berikut
bedasarkan (SDKI 2007):

1. Pernikahan usia remaja
2. Sex pra nikah dan Kehamilan tidak dinginkan
3. Aborsi 2,4 jt : 700-800 ribu adalah remaja

1
Universitas Sumatera Utara

4. MMR 343/100.000 (17.000/th, 1417/bln, 47/hr perempuan meninggal)
karena komplikasi kehamilan dan persalinan
5. HIV/AIDS: 1283 kasus, diperkirakan 52.000 terinfeksi, 70% remaja
6. Miras dan Narkoba.
Adapun Hasil Penelitian BNN bekerja sama dengan UI menunjukkan :
1. Jumlah penyalahguna narkoba sebesar 1,5% dari populasi atau 3,2 juta
orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai dan 31% kelompok
pecandu dengan proporsi laki-laki sebesar 79%, perempuan 21%.
2. Kelompok teratur pakai terdiri dari penyalahguna ganja 71%, shabu 50%,
ekstasi 42% dan obat penenang 22%.
3. Kelompok pecandu terdiri dari penyalahguna ganja 75%, heroin / putaw
62%, shabu 57%, ekstasi 34% dan obat penenang 25%.
4. Penyalahguna Narkoba Dengan Suntikan (IDU) sebesar 56% (572.000

orang) dengan kisaran 515.000 sampai 630.000 orang.
5. Beban ekonomi terbesar adalah untuk pembelian / konsumsi narkoba yaitu
sebesar Rp. 11,3 triliun.
6. Angka kematian (Mortality) pecandu 15.00 orang meninggal dalam 1
tahun.
Dalam pembahasan yang dilakukan Jumiatun menemukan fakta bahwa
ternyata dari 327 responden yang pernah melakukan hubungan seks pranikah
3,1% lebih beresiko mengalami KTD (kehamilan tidak diinginkan). Dalam
penelitiannya juga dijelaskan bahwa kontrol terhadap anak saja tidak cukup,

2
Universitas Sumatera Utara

namun komunikasi yang baik juga harus dibangun. Ada 72,2% orang tua yang
kurang terbuka jika berbicara tentang seks dan reproduksi, sedangkan yang
kurang mengkomunikasikan tentang kesehatan reproduksi ada sekitar 70,9%, dan
ada 63,6% orang tua yang tidak pernah mendiskusikan program televisi yang di
tonton oleh remaja. Sedangkan dari intensitas komunikasi yang dilakukan orang
tua dan remaja, ada 85% orang tua memberi tahukan kepada remaja hal-hal apa
yang tidak boleh dilakukan, 79,5%


orang tua memberitahukan batasan antara

lawan jenis, namun ada 62,7% orang tua kurang berperan dalm penyelesaian
masalah yang dihadapi oleh remaja. Kurangnya informasi yang didapat remaja
dari orang tua menjadikan remaja cenderung mencari jawaban dari media yang
ada. 71,6% remaja memilih media cetak majalah sebagai sumber informasi,
68,8% memilih koran, dan 50,5% memilih tabloid (Jumiatun, 2012).
Aspek perkembangan yang menonjol pada usia ini adalah adanya
perubahan bentuk tubuh, meningkatnya tuntutan dan harapan sosial, tuntutan
kemandirian dari orang tua, meningkatnya kebutuhan akan berhubungan dengan
kelompok sebaya, mampu bersikap sesuai dengan norma sekitar, kompeten secara
intelektual, mengembangkan tanggung jawab pribadi dan sosial, sertabelajar
mengambil sebuah keputusan.

Hubungan sosial yang dikembangkan pada masa

remaja ditandai pula dengan adanya keinginan untuk menjalin hubungan khusus
dengan lawan jenis dan jika tidak terbimbing dapat menjurus pada tindakan
penyimpangan perilaku sosial dan perilaku seksual. Pada masa remaja juga

ditandai dengan adanya keinginan untuk mencobacoba dan menguji kemampuan

3
Universitas Sumatera Utara

norma yang ada. Jika tidak terbimbing, mungkin saja akan berkembang menjadi konflik
nilai dalam dirinya maupun dengan lingkungannya.Melihat banyaknya kasus-kasus
yang muncul berkaitan dengan perilaku remaja, misalnya kasus narkoba,
mabuk-mabukan, perjudian, tawuran, hamil pranikah, aborsi, maupun pembuangan
anak hasil hubungan gelap yang dilakukan remaja, menandakan bahwa telah terjadi
penyimpangan perilaku seksual dan pola pergaulan pada sebagian remaja di
Indonesia. Hal ini merupakan salah satu bentuk gaya hidup yang dijalani dan menjadi
pilihan bagi sebagian remaja.
Bersamaan dengan ini kita juga melihat pertumbuhan kuantitatif tempattempat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan yang semakin berkembang.
Fenomena tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi
budaya dan pola hidup kaum remaja sekarang. Seperti yang telah diketahui,
remaja merupakan sasaran potensial bagi para produsen dalam memasarkan
produknya. Remaja yang bergaya hidup konsumtif rela mengeluarkan uang hanya
untuk jaga gengsi dalam pergaulan. Baik itu masalah makanan dan minuman,
pakaian, juga masalah hiburan (Food, Fashion, and Fun). Hal ini merupakan

perwujudan dari naluri mempertahankan diri, karena setiap orang ingin dianggap
eksis dalam lingkungan pergaulannya.

Gaya hidup dapat diidentikkan dengan suatu ekspresi dan simbol untuk
menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup dipengaruhi oleh
nilai-nilai tertentu dari agama, budaya, dan kehidupan sosial, demi menunjukkan

4
Universitas Sumatera Utara

identitas diri melalui ekspresi tertentu yang mencerminkan perasaan.Gaya hidup
saat ini telah menghilangkan batas-batas budaya lokal, daerah, maupun nasional
karena

arus gelombang gaya hidup global dengan mudahnya berpindah-pindah

tempat melalui perantara media massa. Gaya hidup yang berkembang lebih
beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena
gaya hidup dapat ditularkan dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui
media komunikasi (Rasyid, 2005 dalam Sudarwati & Hastuti, 2007).

Pergeseran yang paling menonjol dari gaya hidup yang melanda kalangan
remaja Indonesia ialah gaya hidup mereka yang secara umum cenderung
dipengaruhi oleh budaya Barat. Pengaruh tersebut dapat terlihat dari cara
berpakaian serba minim yang dianggap sebagai trend berpakaian modern;
penggunaan berbagai aksesorisbuatan luar negeri yang branded seperti tas,
pakaian, make up, parfum, dan sepatu; kegemaran terhadap musik dan film yang
berasal dari Barat, serta mulai diterapkannya nilai-nilai pergaulan ala Barat dalam
keseharian. Perubahan gaya hidup yang mempengaruhi kalangan remaja terjadi
melalui media, dimana sekarang remaja dapat mengetahui semua yang terjadi di
bagian dunia lain dengan mudah. Dengan cara mengakses informasi dari media
televisi, internet, maupun majalah, mereka

menyaksikan gaya hidup yang

dipertontonkan oleh kalangan selebriti atau idola-idola remaja masa kini yang
kerap kali menjadi simbolidentitas atau identifikasi jati diri remaja masa kini.
Remaja adalah suatu fase dalam kehidupan manusia di mana ia tengah mencari
jatidirinya dan biasanya dalam upaya pencarian jatidiri tersebut ia mudah untuk

5

Universitas Sumatera Utara

terikut dan terimbas hal-hal yang tengah terjadi di sekitarnya, sehingga turut
membentuk sikap dan pribadi mereka.
Perubahan gaya hidup pada remaja sebenarnya dapat dimengerti bila
melihat usia remaja sebagai usia peralihan dalam mencari identitas diri. Remaja ingin
diakui eksistensinya oleh lingkungan dengan berusaha menjadi bagian dari lingkungan
itu. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain yang sebaya itu
menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti berbagai atribut gaya hidup. (Sudarwati
& Hastuti, 2007)
Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup
manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini.
Meskipun demikian masalah seksual seakan-akan tidak pernah habis dan tuntas
dibahas orang dari masa ke masa. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
perubahan zaman yang semakin cepat, kini siapapun termasuk para remaja
tersebut bisa dengan mudah memperoleh tontonan seksual yang selama ini dilarang
atau ditabukan untuk dibahas secara transparan, dan yang tadinya hanya dijelaskan dari
mulut ke mulut secara bisik-bisik.
Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar
antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak

menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara
fisik, psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi
tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan
kecenderungan munculnya perilaku menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku

6
Universitas Sumatera Utara

menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang mengganggu (Ekowarni, 1993).
Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif
dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai
penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar
aturan dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan
kenakalan remaja.
Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan
kedalam

perilaku

menyimpang. Dalam


perspektif

perilaku menyimpang

masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai
aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial yang berlaku.
Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan

tegaknya sistem

sosial. Penggunaan

konsep

perilaku

menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang
harus ditempuh.

Perkembangan kepribadian identitas diri seseorang remaja merupakan
hasil hubungan dan pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi
dengan lingkungannya, lingkungan sosial bagi kelompok remaja merupakan
sumber inspirasi yang dapat memberikan kekuatan dan kekuatan fisik maupun
kesehatan mental yang dapat merupakan upaya mencegah timbulnya gangguan
perkembangan kepribadian.

Sebaliknya lingkungan sosial yang tidak sehat, dapat

pula menimbulkan gangguan dalam kesejahteraan mentalnya. Pendidik

7
Universitas Sumatera Utara

diharapkan dapat mengatasi berbagai kesulitan remaja sehingga perkembangan
kepribadiannya dapat berlangsung dengan baik.
Kegagalan remaja dalam melakukan tugas perkembangannya termasuk
dalam menjalin hubungan dengan lingkungan sosialnya sering menimbulkan
konflik-konflik internal maupun konflik yang terjadi antar individu dan kelompok
yang mengarah pada munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan remaja.

Sehingga dapat dikatakan bahwa pada dasarnya perilaku menyimpang atau
kenakalan yang sering muncul pada kelompok remaja sebenarnya merupakan
kompensasi dari segala kekurangan dan kegagalan yang dialaminya.
Faktor-faktor negatif seperti merebaknya informasi bertema pornografi di media
masa, kurangnya penanaman moral agama dan adanya pengaruh pergaulan bebas,
masuknya film dan VCD biru dari luar negeri ataupun dalam negeri yang bisa dengan
mudah diperoleh dimana-mana. Bagi remaja yang selama ini terkungkung
pengetahuannya, dan yang pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual
secara lengkap dari orang tuanya, ini adalah saat yang tepat untuk memuaskan rasa ingin
tahu remaja tersebut dan beberapa penyebab remaja melakukan hubungan seks
(Pangkahila, 2000).
Pada sisi lain para remaja tidak menerima pendidikan seks yang benar dan
bertanggung jawab. Bahkan informasi ilmiah tentang sekspun seolah-olah tertutup
untuk remaja dengan berbagai alasan yang tidak benar. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bila pornografi diterima begitu saja oleh remaja sebagai pengganti
informasi ilmiah yang sulit untuk diperoleh, sehingga salah satu akibatnya adalah

8
Universitas Sumatera Utara

makin banyaknya kasus-kasus hubungan seks bebas di masyarakat. Seks bebas (free
sex) sendiri merupakan perilaku yang didorong oleh hasrat seksual, dimana kebebasan
tersebut menjadi lebih bebas jika dibandingkan dengan sistem regulasi tradisional dan
bertentangan dengan sistem norma yang berlaku dalam masyarakat. Banyaknya
remaja yang melakukan seks bebas terlihat dengan jelas dalam kehidupan sehari-hari
khususnya di kota-kota besar.
Kota Binjai merupakan kota kecil yang hanya berjarak 45 menit dari pusat
kota Medan, sehingga banyak informasi yang datang dengan cepat menuju kota
binjai dan juga mempengaruhi aspek kehidupan yang ada dikota binjai.
Khususnya kehidupan para remaja yang ada di kota Binjai.Dengan banyaknya
informasi yang mempengaruhi kehidupan para remaja ini mulai terjadi perubahan
dengan cara mereka berinteraksi dengan remaja lainnya, seperti remaja sekarang
lebih mudah menemukan teman yang baru dengan menggunakan media sosial
yang sebenarnya belum tentu teman yang baru tersebut baik untuk mereka
sehingga dari teman yang baru ini dapat memberikan contoh yang tidak baik
untuk kehidupan mereka. Kemudian ketika beberapa remaja ini tidak mampu
menyaring informasi yang baik untuk mereka maka mereka akan terbawa pada
perilaku menyimpang yang dibawa oleh teman-teman yang baru mereka kenal
tersebut. Lalu beberapa remaja di kota binjai lebih cenderung memaksakan untuk
berpenampilan seperti anak orang dari kalangan atas agar mereka lebih mudah
masuk dalam pergaulan.

9
Universitas Sumatera Utara

Kehidupan remaja dikota Binjai pada saat sekarang ini cenderung hampir
kearah barat-baratan dan selalu ingin mengikuti perkembangan zaman dalam
segala aspek kehidupan remaja yang saya temui dikota Binjai istilahnya “anak
zaman”, seperti dalam pergaulan mereka yang lebih senang dibebaskan dalam
pengendalian dari orang tua setelah mereka berusia diatas 16 tahun sehingga
setiap perilaku yang menurut mereka hal tersebut itu menyenangkan tetapi
memiliki dampak yang negative akan mereka lakukan dan kemudian dalam
pergaulan mereka yang lebih senang dengan trend style yang update juga
mempengaruhi kehidupan remaja khususnya yang berada dikota Binjai dan
cenderung memaksakan keadaan dalam kehidupannya tidak mengingat apabila
status mereka adalah seorang pelajar yang tugasnya untuk belajar, belum bekerja
dan hanya mengandalkan uang dari orang tuanya tetapi hal itu masih mungkin
bias diikuti oleh kalangan remaja yang memiliki kedua orang tua dengan
perekonomian yang lumayan tapi apabila untuk beberapa kalangan yang ingin
dengan trend style yang update maka mereka akan berusaha untuk memnuhi
keinginannya dengan jalan apapun teta[pi sesuai dengan kemampuan untuk
bekerja yang sangat terbatas atau pun bahkan tidak memiliki kemampuan bekerja
sama sekali.
Untuk remaja dengan kemampuan terbatas tetapi ingin mengikuti zaman
biasa melakukan penipuan terhadap orang tua dengan alasan hal pembiayaan
dalam pendidikan,mencuri,menipu kepada sesame teman bergaul ataupun mereka
sanggup melakukan tindakan “melacurkan diri” dengan harapan agar cepat

10
Universitas Sumatera Utara

menghasilkan uang dengan proses mudah tetapi tidak menyita waktu belajar
sehingga orang tua tidak curiga. Khususnya bagi remaja putri yang melacurkan
diri kehidupannya sudah sangat trend dikalangan remaja putri di Ksota Binjai atau
istilahnya untuk “Betubang atau Betemong” yang artinya menjual diri(melacurkan
diri) kepada om-om atau pria hidung belang untuk menghasilkan uang.
Nongkrong di tempat-tempat karaokean,ktv,diskotik dan di salon kecantikan biasa
mereka lakukan untuk menjajakan dirinya kepada pria hidung belang, karena
hampir remaja yang “melacur” tidak ingin terlalu mencolok jika ingin bergaul
ditempat-tempat yang hampir semua kalangan bias masuk untuk bergaul sehingga
mereka memilih tempat-tempat seperti itu.
Dari hasil observasi awal yang saya lakukan untuk beberapa sekolah
negeri dan swasta menemukan 8-12 remaja yang melacur, bahkan remaja yang
melacur paling banyak ditemukan untuk sekolah negeri. Hal ini mempengaruhi
bagaimana beberapa remaja ini berprilaku seperti memaksakan keuangan keluarga
untuk menunjang pergaulannya dan ketika keuangan yang terbatas tidak dapat
memenuhi pergaulannya maka beberapa remaja khususnya remaja wanita
melakukan penyimpangan sosial seperti “melacurkan diri” untuk memenuhibiaya
remaja tersebut dalam bergaul. Karena beberapa remaja ini hidup dikalangan
menengah dan proteksi yang dilakukan orang tua pada keuangan anak juga sangat
mempengaruhi perilaku “melacurkan diri” ini terus-terusan terjadi.

11
Universitas Sumatera Utara

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kontrol sosial masyarakat terhadap seks bebas sebagai gaya
hidup remaja?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja melakukan seks bebas?

1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kontrol sosial masyarakat terhadap seks
bebas sebagai gaya hidup remaja?
2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menyebabkan remaja
melakukan seks bebas?

1.4. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri
ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun
manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
konstribusi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi
kepustakaan Departemen Sosiologi khususnya untuk menambah kajian

12
Universitas Sumatera Utara

tentang Pengembangan Masyarakat, Sosiologi Perkotaan, Sosiologi
Keluarga serta kajian Norma dan Nilai Sosial.
2. Manfaat

praktis,

diharapkan

penelitian

ini

dapat

meningkatkankemampuan penulis dalam membuat suatu karya ilmiah dan
dapat menjadi bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya, serta
diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada pemerintah untuk
mengatasi masalah seks bebas dikalangan remaja.

1.5. Definisi Konsep
Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan
mempermudah suatau penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang
nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang di teliti
dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah
penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini,
antara lain adalah :
1. Tr end
Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang
saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta. Istilah “trend” dalam
kehidupan

sehari-sehari

sering

digunakan

untuk

mengungkapkan

keadaan dimana suatu hal sedang digemari atau sedang menjadi
perhatian kebanyakan orang.

13
Universitas Sumatera Utara

2. Melacur atau Pelacuran
Pelacuran atau melacur adalah penjualan jasa seksual, seperti seks
oral atau hubungan seks, untuk uang. Seseorang yang menjual jasa
seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah pekerja
seks komersial (PSK). Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang
yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga
disebut melacurkan dirinya sendiri, misalnya seorang musisi yang
bertalenta tinggi namun lebih banyak memainkan lagu-lagu komersil.

Di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut
sebagai

sundal

atau

sundel.

Ini

menunjukkan

bahwa

prilaku

perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh
masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak
ketertiban. Pekerjaan melacur sudah dikenal di masyarakat sejak
berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan seputar mereka
dari masa kemasa.

3. Penyimpangan
Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama
penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilainilai

kesusilaan

atau

kepatutan,

baik

dalam

sudut

pandang

kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai

14
Universitas Sumatera Utara

bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku,
perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang
bertentangan dengan norma-norma dan hukum yang ada di dalam
masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakanmanusia dibatasi
oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan
sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di
tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang
berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat
ulangan,

berbohong,

Penyimpangan

terhadap

mencuri,

dan

norma-norma

mengganggu
atau

nilai-nilai

siswa

lain.

masyarakat

disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang
melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari
perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang
sering

disebut

dengan

konformitas. Konformitas adalah

bentuk

interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan
harapan kelompok.

15
Universitas Sumatera Utara

4. Gaya Hidup
Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan
oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa yang
mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang
mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia di sekitarnya
(pendapat) .
Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen
secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana
seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang
mencari

hiburan

bersama

kawan-kawannya,

ada

yang

senang

menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja,
melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan
waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya
hidup

dapat

mempengaruhi

perilaku

seseorang,

dan

akhirnya

menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang .

5. Seks Bebas
Seks bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan diluar ikatan
pernikahan, baik suka sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Seks bebas bukan hanya dilakukan oleh kaum remaja bahkan yang
telah berumah tangga pun sering melakukannya dengan orang yang
bukan pasangannya. Biasanya dilakukan dengan alasan mencari variasi

16
Universitas Sumatera Utara

seks ataupun sensasi seks untuk mengatasi kejenuhan. Seks bebas
sangat tidak layak dilakukan mengingat resiko yang sangat besar. Pada
remaja biasanya akan mengalami kehamilan diluar nikah yang memicu
terjadinya aborsi. Ingat aborsi itu sangatlah berbahaya dan beresiko
kemandulan bahkan kematian. Selain itu tentu saja para pelaku seks bebas
sangat beresiko terinfeksi virus HIV yang menyebabkan AIDS, ataupun
penyakit menular seksual lainnya.

Pada orang yang telah menikah, seks bebas dilakukan karena
mereka mungkin hanya sekedar having fun. Biasanya mereka
melakukan perselingkuhan denga orang lain yang bukan pasangan
resminya, bahkan ada juga pasangan suami istri yang mencari orang ketiga
sebagai variasi seks mereka. Ada juga yang bertukar pasangan. Semua
kelakuan diatas dapat dikategorikan seks bebas dan para pelakunya
sangat berisiko terinfeksi virus HIV.

17
Universitas Sumatera Utara