BAB II GAMBARAN SECARA UMUM KABUPATEN MAGELANG
MENJELANG AGRESI MILITER BELANDA I TAHUN 1947
A. Letak Geografis Kabupaten dan Kota Magelang
Daerah Magelang merupakan salah satu daerah yang berada di Karesidenan Kedu. Karesidenan Kedu meliputi daerah kabupeten
Temanggung, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Purworejo dan kabupaten Magelang. Kota Magelangs sebagai ibu kotanya. Secara administrative
Magelang berdasarkan letaknya termasuk daerah yang berada di tengah- tengah pulau Jawa., dalam bahasa Jawa sering disebut “pusernya Tanah
jawa”. Magelang salah satu dari 35 daerah tingkat dua yang ada di Jawa Tengah, yang letak wilayahnya dibagian selatan.
Berdasarkan letaknya daerah Magelang berada pada 11 01’ 51”
sampai 110 26’ 28” BT dan 7
19’ 13” sampai 7 42’ 16” LS. Magelang
sebagai suatu daerah Tingkat II di propinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh beberapa Dati II lainnya yang berada di karesidenan Kedu. Pada waktu itu ibu
kota Magelang berada di kota Praja Magelang. Batas-batas wilayah Magelang sebagai berikut.
1. Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang
2. Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupetan Boyolali
3. Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Daerah Istimewa Jogjakarta
4. Sebelah Barat : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo
Kabupaten Magelang dalam Angka, 1980:2.
Letak Magelang menjadi strategis karena menjadi jalur utama lalu lintas yang menghubungkan kota-kota besar di Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Jogjakarta. Adapun jalur lalu lintas yang dimaksud adalah jalur utara jurusan Semarang, ke selatan jurusan Jogjakarta dan Purworejo, ke barat
jurusan Temanggung dan Wonosobo. Posisi Magelang yang strategis ini memudahkan Belanda untuk mamasukinya. Belanda masuk melalui daerah
Selatan, yaitu dari Jogjakarta melintasi jembatan Krasak menuju kecamatan Salam.
Daerah Magelang termasuk wilayah daratan. Berdasarkan letaknya mencapai ketinggian kurang lebih 360 m dari permukaan air laut. Bentang
alam derah Magelang terdiri atas pegunungan dan perbukitan yang mengelilingi wilayah Magelang. Di sebelah barat terdapat gunung Sumbing
dengan ketinggian 3371 m sedangkan di sebelah timur terdapat gunung Merapi dengan ketinggian 2911m yang berbatasan dengan Boyolali dan
gunung Merbabu ketinggiannya mencapai 3142 m berbatasan dengan Semarang. Bukit Menoreh berada di sebelah selatan berbatasan dengan daerah
Istimewa Jogjakarta. Di sebelah utara terdapat gunung Telomoyo dan gunung Andong yang berada di daerah perbatasan dengan Kabupaten Semarang. Di
tengah kota Magelang terdapat gunung Tidar yang oleh orang Jawa disebut sebagai pakunya Pulau Jawa Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten
Magelang Tahun 1946. Pegunungan-pegunungan tersebut menyebabkan kondisi tanah d
sebagian wilayah Magelang subur. Kesuburan itu juga karena iklim yang ada
sepanjang tahun sangat menguntungkan untuk pertanian, ditambah curah hujan yang cukup tinggi sepanjang tahun.
Daerah Magelang yang kondisi tanahnya subur meliputi daerah- daerah yang berada di sebelah utara dan selatan, yaitu Pakis, Kaliangkrik,
Kajoran, Grabag, Ngablak, Windusari, dan Sawangan. Kaliangkrik, Kajoran dan Windusari adalah daerah yang berada di lereng gunung Sumbing.
Sawangan dan Pakis adalah daerah yang di lereng gunung Merbabu. Sedangkan Nagblak dan Grabag di lereng gunung Andong dan gunung
Telomoyo. Di bagian selatan terdapat dareah-daerah yang subur karena
berada di lereng gunung Merapi yang aktif megeluarkan lava. Adapun daerah- daerahnya meliputi Muntilan, Dukun, Srumbung, dan Salam yang berbatasan
dengan daerah Istimewa Jogjakarta Priadji, 1995. Pentingnya kondisi geografis Magelang terhadap perjuangan
Rakyat melawan Belanda dalam Agresi Militer Belanda I dan II tahun 1947 hingga tahun 1949 adalah dalam mengatur strategi perang yaitu dengan
gerilya dan juga sebagai pusat perjuangan. Dengan kondisi geografis Magelang yang bergunung-gunung dan berbukit-bukit maka akan
mempermudah mengatur strategi pertahanan dan perlawanan rakyat terhadap Belanda. Mereka berjuang melakukan perlawanan dengan bergerilya dari satu
daerah ke daerah yang lain.
B. Kondisi Sosial Ekonomi Menjelang Agresi Militer Belanda I Tahun 1947