Peranan Wanita Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Medan (1945-1949).

(1)

PERANAN WANITA DALAM PERJUANGAN

MEMPERTAHAN-KAN KEMERDEKAAN DI MEDAN (1945-1949)

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan O

l e h Nama : Bisler N I M : 030706008

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

MEDAN


(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi.

P ERANAN WANITA DALAM PERJUANGAN

MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MEDAN (1945-1949)

Yang diajukan oleh

Nama : Bisler N I M. : 030706008

Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh : Pembimbing

Dra. Nurhabsyah,M.Si Tanggal,

NIP. 131 460 526

Ketua Departemen Ilmu Sejarah

Dra. Fitriaty Harahap,S.U Tanggal, NIP.131 284 309

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

MEDAN


(3)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PERANAN WANITA DALAM PERJUANGAN MEMPER-

TAHANKAN KEMERDEKAAN DI MEDAN (1945-1949)

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O l e h

Nama : Bisler N.I.M : 030706008 Dengan Bimbingan Pembimbing

Dra. Nurhabsyah NIP. 131 460 526

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan,untuk melengkapi Salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Sejarah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

MEDAN


(4)

Lembar Pengesahan oleh Ketua Jurusan

DISETUJUI OLEH :

F A K U L T A S S A S T R A UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

Ketua,

Dra. Fitriaty Harahap, S.U NIP 131 284 309


(5)

Lembar Pengesahan Skripsi oleh Dekan dan Panitia ujian PENGESAHAN :

Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra U S U Medan

Pada : Tanggal : Hari :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEKAN

Drs. Syaifuddin,MA,Ph.D NIP. 132 098 531

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda tangan

1. ……… (……….)

2. ……… (……….)

3. ……… (……….)

4. ……… (……….)


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis menghaturkan segala hormat dan puj syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa atas kasih dan rahmatNya yang selalu melimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini, sebab tanpa kasih dan rahmatNya penulis tidak akan da pat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mengalami berbagai kendala mulai dari pengumpulan sumber yang relevan yang sangat terbatas sampai dengan proses penulisan,namun semuanya ittu merupakan proses yang bharus dialalui yang pada akhirnya menambah khasanah penulis sendiri. Dalam melakukan penulisan ini juga penulis banyak mendapat pengetahuan mengenai peranan wanita dalam perjuangan yang sangat besar pengaruhnya perjungan mempertahnkan kemerdekaan khusunya di Medan. Semangat pejuang wanita yang bergelora dalam memprtahankan kemerdekaan merupakan suatu hal yang patut mendapatkan penghargaan yang sebesar-besarnya dari generasi penerus sehingga hasil perjuangan merka bukanlah suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu penulis berharap dengan adanya skripsi ini, kiranya dapat dipergunakan oleh generasi muda sebagai referensi.

Penulis menyadari dalam penyelesaian skripsi ini sebenarnya masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan ,akan tetapi bagi penulis bukanlah sempurna itu yang menjadi utama melaikan proses menuju kesempurnaan itulah yang terpenting bagi penulis .


(7)

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi mahasiswa sejarah.

Medan, Juli 2009 Penulis,


(8)

Ucapan Terimakasih

1. Ayahanda M. Situmeang dan Ibunda R. Hutagalung yang tercinta dan tersayang yang telah membesarkan, mendidik dan menyekolahkan Ananda serta tidak henti-hentinya memberikan doa dan dukungannya kepada Ananda selama dalam mengikuti perkuliahan. Segala bentuk nasehat dan petuah yang Ayahanda dan Ibunda berikan senantiasa akan selalu Ananda ingat. Tak mungkin Ananda dapat membalas semua pengorbanan yang Ayahanda dan Ibunda berikan, hanya Tuhanlah yang dapat membalasnya. Ananda hanya dapat memanjatkan doa kepada Tuhan agar Ayahanda dan Ibunda selalu sehat panjang umur dan mendapat lidunganNya.

Dalam melakukan penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

2. Bapak Pimpinan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, penulis tak lupa mengucapkan terima kasih atas segala bantuan yang diberikan selama mengikuti perkuliahan.

3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap S.U, selaku Pimpinan Departeman Sejarah yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis selama dalam perkuliahan. 4. Ibu Dra. Nurhabsyah M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah sekaligus

sebagai disen pemebimbing yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik selama dalam perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Indera, M.Hum, selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan nasehat-nasehat kepada penulis mulai dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini


(9)

6. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Administrasi pendidikan Departemen Sejarah yang telah banyak membantu penulis dari mulai masa perkuliahan hingga dalam penyelesaian skripsi ini. Terkhusus penulis ucapkan kepada Bang Ampera yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis. Semoga Tuhan yang akan membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.

7. Pacarku yang baik, Christina Olly Natalia Siregar, trimakasih ya sayangku... atas dukunganmu selama ini,semoga kebikanmu dan perhatianmu terus berlanjut sampai waktu yang tak terhingga... so do I, ya kan Dedek...!!?

8. Kepada kakaku, Marrni Elfrida, Adikku Joel Lois, Ervina Agustina, Rosmei, Martua Abadi, Susi susanti terimakasih atas dukungan kalian semua, semoga kasih dan rahmat Tuhan selalu melimpah atas kita semua, serta kita dapat saling mendukung untuk kemudaian hari.. Amin.

9. Buat Oppung, Uda Lindung, Namboru Boni, Cindi, n semua keluarga besar, penulis ucapkan terimaksih yang tak terhingga atas dukungan baik moril materil yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

10.Kepada keluarga Oppung Hutapea, terimakasih atas dukunmgan oppung sekeluarga.

11.Kepada keluarga besarku yang “terbesar” Paduan Suara Consolatio, aku bangga menjadi bagian dari keluarga ini... semoga rasa kekeluargaan yang kita miliki sekarang tetap ada dilubuk hati kita masing-masing. Semoga kita tetap jaya dan dapat terus berkarya sampai waktu yang tak terhingga...

12.Abang, Kakak senior dan alumni serta Adik-adik sejurusan terima kasih atas dukungan yang kalian berikan. Sahabat-sahabat ku Stambuk ’03, terkhusus My bro Cipleks, Zie, OtaNk, Gardner.... n My sister Heldawati, Christanti, Tika, Refi, Eltrini dan kepada teman-teman, Brad, Mal- Deni,s Nando.dll... terimakasih atas dukungan dan kebersamaan kita selama ini, Gbu All...


(10)

Akhirnya untuk semua pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan beribu ucapan terima kasih. Semoga Tuhanlah membalas semua kebaikan yang diberikan kepada penulis. Semoga kasih karunia selalu melimpah atas kita sekalian.

Medan, Juli 2009


(11)

Skripsi ini berjudul “ Peranan Wanita Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Medan (1945-1949) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran wanita dalam mempertahnkan ekmerdekaan di medan pada masa revolusi kemerdekaan.

Abstrak

Dari hasil penelitian ini dipereoleh gambaran bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Medan bukan saja dilakukukan oleh kaum pria. Akan tetapi,keberhasilan perjuangan tidak terlepas dari keikutserataan kaum wanita didalamnya. Bahkan bisa dipastikan tanpa keikutsertaan wanita, maka perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidaklah dapat tercapai.

Dalam mempertahankan kemerdekaan wanita berperan dalam berbagai bidang seperti dalam perjuangan Surat Kabar( wanita berperan sebagai wartawati,Redaktur,penulis dsb), Radio( Reporter,Penyiar,Penerjemah siaran radio asing), Perusahaan Pos Telegraf dan Telekomunikasi (PTT). Melalui semua media ini berfungsi sebagai corong perjuangan yang dipergunakan oleh para pejuang untuk menghadapi musuh. Para pejuang banyak menggunakan terutama surat kabar dan radio untuk membangkitkankesadaran amasyarakat akan pentingnya arti kemerdekaan itu serta berusaha untuk mengajak masyarakat untuk berjaung mempertahankannya. Para pejuang anita aktif mempergunakan media ini untuk menentang pemberitaan bohong yang dilancarakan oleh Belanda mengenai situasi di Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Timur yabng ibu kotanya Medan. Selain itu para pejuang juga melancarkan serangan balik terhadap Belanda melalui berbagai pemberitaan yang bersifat propaganda yang sengaja di buat untuk kepentingan republik.

Difron perjuangan bersenjata, peran waita juag tidak kalah pentinganya, sebab banyak wanita berjuang dan rela mengorbankan jiwaraganya dalam mengahdapi bahaya di Medan perang. Para wanita aktif bekerja sebagai pendukung perjuangan pejuang pria dengan bekerja sebagai anggota Palang Merah, Mata-mata,Dapur Umum, atau bahkan turutserta dalam pasukan tempur wanita yang dikenal dengan Pasdukan Srikandi yang langsung ikut memanggul senjata berhadapan dengan musuh. Semua itu dilakukan dengan kesadaran penuh demi tercapainya cita-cita kemerdeaan yang diharapkan.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Pengesahan

Kata Pengantar……….... i

Ucapan Terimakasih... iii

Abstrak………..………. vi

Daftar Isi……… vii

1.1 Latar Belakang Masalah………. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah……… 6

1.3 Tujuan dan Manfaat………. 6

1.4 Telaahah Pustaka……… 7

1.5 Metode Penelitian……… 11

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 2.1 Kondisi Geografis ………...……... 2.2 Keadaan Penduduk 15 2.3 Latar Belakang Historis …....………...………...………...…... 16

2.4 Kota Medan sebahgai Kota Perkebunan ………... 19

BAB III PERANG KEMERDEKAAN ………..………. 21

3.1 Lahirnya Barisan Pemuda Indonesia di Medan ... 3.2 Ppertumbuhan Tentara Keamanan Rakyat.... ...……. 28

3.3 Agresi Militer Belanda... ………... 31


(13)

BAB IV PERANAN WANITA DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MEDAN

4.1 Peranan Wanita dalam Perjuangan Pers………...………...……. 46 4.1.1 Surat Kabar... 48 4.1.2 Radio... 57

4.2 Peranan Wanita dalam Perusahan 4.3 Palang Merah...

Pos Telegraf dan Telekomunikasi.... 63

4.4 Mata atau Kurir...

………...………...………...…… 72

………..………...……... 76

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 5.2. Saran

………..………..…... 81

………..………..………….. 82

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

Skripsi ini berjudul “ Peranan Wanita Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Medan (1945-1949) merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran wanita dalam mempertahnkan ekmerdekaan di medan pada masa revolusi kemerdekaan.

Abstrak

Dari hasil penelitian ini dipereoleh gambaran bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Medan bukan saja dilakukukan oleh kaum pria. Akan tetapi,keberhasilan perjuangan tidak terlepas dari keikutserataan kaum wanita didalamnya. Bahkan bisa dipastikan tanpa keikutsertaan wanita, maka perjuangan mempertahankan kemerdekaan tidaklah dapat tercapai.

Dalam mempertahankan kemerdekaan wanita berperan dalam berbagai bidang seperti dalam perjuangan Surat Kabar( wanita berperan sebagai wartawati,Redaktur,penulis dsb), Radio( Reporter,Penyiar,Penerjemah siaran radio asing), Perusahaan Pos Telegraf dan Telekomunikasi (PTT). Melalui semua media ini berfungsi sebagai corong perjuangan yang dipergunakan oleh para pejuang untuk menghadapi musuh. Para pejuang banyak menggunakan terutama surat kabar dan radio untuk membangkitkankesadaran amasyarakat akan pentingnya arti kemerdekaan itu serta berusaha untuk mengajak masyarakat untuk berjaung mempertahankannya. Para pejuang anita aktif mempergunakan media ini untuk menentang pemberitaan bohong yang dilancarakan oleh Belanda mengenai situasi di Indonesia khususnya di wilayah Sumatera Timur yabng ibu kotanya Medan. Selain itu para pejuang juga melancarkan serangan balik terhadap Belanda melalui berbagai pemberitaan yang bersifat propaganda yang sengaja di buat untuk kepentingan republik.

Difron perjuangan bersenjata, peran waita juag tidak kalah pentinganya, sebab banyak wanita berjuang dan rela mengorbankan jiwaraganya dalam mengahdapi bahaya di Medan perang. Para wanita aktif bekerja sebagai pendukung perjuangan pejuang pria dengan bekerja sebagai anggota Palang Merah, Mata-mata,Dapur Umum, atau bahkan turutserta dalam pasukan tempur wanita yang dikenal dengan Pasdukan Srikandi yang langsung ikut memanggul senjata berhadapan dengan musuh. Semua itu dilakukan dengan kesadaran penuh demi tercapainya cita-cita kemerdeaan yang diharapkan.


(15)

Latar Belakang

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno - Hatta, tidaklah berarti bahwa kita sudah mencapai tujuan kemerdekaan rakyat Indonesia, tetapi baru merupakan jembatan emas untuk menuju kebebasan dan kemakmuran rakyat, seperti selalu didengungkan oleh pejuang kemerdekaan Sukarno. Perjuangan rakyat Indonesia mencapai zaman baru sama sekali, zaman Republik Indonesia, hasil perjuangan rakyat selama tiga abad lebih dalam membebaskan diri dari penjajahan Belanda dan Jepang1

Rakyat Indonesia sudah bertekad bulat membebaskan diri dari kekuasaan asing. Rakyat sadar akan penderitaan yang dialaminya selama penjajahan sehingga dengan kesadaran penuh berjuang mempertahankan kemerdekaan. Semangat itu dapat dilihat dari semboyan-semboyan yang membakar semangat rakyat untuk berjuang, antara lain:"Sekali merdeka, tetap merdeka", "lebih baik mati berkalang tanah dari pada hidup

. Begitu kemerdekaan diproklamasikan, seluruh rakyat Indonesia menyambut berita proklamasi dengan semangat yang mengebu-gebu. Hampir diseluruh tanah air berdiri laskar-laskar yang bertekad untuk mempertahankan kemerdekaan. Namun, laskar- laskar ini belum terkoodinir dengan baik oleh suatu komando yang berada dibawah pemerintahan yang baru terbentuk yaitu pemerintahan Republik Indonesia. Kedaan ini menyebabkan jadinya bentrokan-bentrokan senjata dengan pihak tentara pendudukan Jepang, yang diperintah untuk mempertahankan "status quo" sampai waktu mereka menyerahkan kekuasaan pada Sekutu, yang berarti bahwa nasib bangsa Indonesia masih berada ditangan penjajah Jepang untuk kemudian dioperkan lagi kepada penguasa/penjajah yang baru.

1

Parbudi Said,Berita Peristiwa 60 Tahun Waspada. Medan : PT. Prakarsa Abadi Press, 2006.hal.182.


(16)

dijajah", Merdeka atau mati"2

Medan sebagai ibu kota Sumatera ikut bergejolak,desas-desus mengenai berita proklamasi di Medan telah membuat suasana semakin tidak menentu. Berita proklamasi dari Jakarta diterima oleh para pemuda di Medan pada tanggal 19 Agustus 1945 melalui makronis Pos Telegraf dan Telekomunikasi( PTT)

. Tanpa komando, tetapi berdasarkan kesadaran dan keyakinan, seluruh rakyat bergolak mempertahankan kemerdekaan tanahairnya.

3

. Kemudian para pemuda ini meneruskannya kepada tokoh-tokoh pimpinan terkemuka di Medan. Keadaan ini ditanggapi oleh tokoh-tokoh pemuda terkemuka dengan mengadakan pertemuan secara sembunyi. Pada tanggal 30 September 1945 beberapa tokoh pemuda mengadakan rapat di Jln. Amplas (Gedung Taman Siswa) memutuskan untuk meresmikan Barisan Pemuda Indonesia (BPI) yang bertujuan untuk membela proklamasi serta mewujudkan proklamasi diwilayah masing-masing. Setelah B.P.I resmi maka pada tanggal 4 Oktober 1945 B.P.I. beserta seluruh tokoh pemuda dan pemerintahan Republik Indonesia yang telah terbentuk mengadakan sebuah gerakan besar yaitu perebutan kantor-kantor pemerintahan, percetakan,gudang-gudang perbekalan dari tangan Jepang dan dinyatakan sebagai milik Pemerintahan Republik Indonesia4

2

Ibid.hal.2 3

Erna Agustina Ginting, Agresi Belanda Pertama Merupakan Pelanggaran TerhadapProklamasi

17Agustus 1945 Di Medan,Medan: Skripsi S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, Belum di

terbitkan,1983. Hal.14 4

R. Sjahnan, Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali lagi ke Kota Medan. Medan: Dinas Sejarah Kodam II/BB,1982.hal.133

. Kemudian pada tanggal 6 Oktober 1945 pemuda yang dimotori oleh B.P.I melakukan mobilisasi massa dan mengadakan pawai raksasa. Pemuda dengan penuh sorak-sorai berkupul dilapangan Fukuraido (sekarang Lapangan Merdeka) untuk mendengar dibacakannya teks proklamasi oleh Gubernur Sematera Mr. M. Teuku Muhammad Hassan secara resmi di Medan.


(17)

Pembacaan teks Proklamasi serta berdirinya pemerintahan Republik Indonesia di Medan telah membawa perubahan besar bagi rakyat Indonesia khususnya semangat juang pemuda di Medan. Pemuda yang tergabung dalam Barisan Pemuda Indonesia serta laskar-laskar lain yang mendukung proklamasi berusaha keras mengadakan kegiatan yang bersifat membangun semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan. Usaha- usaha pemuda membuahkan hasil dengan semakin banyaknya pemuda yang bergabung kedalam B.P.I serta semakin bertambahnya laskar-laskar pemuda di Sumatera khususnya di Medan.

Dalam usaha mempertahankan kemerdekaan ,baik secara langsung maupun tidak langsung segenab bangsa Indonesia telah melibatkan diri didalamnya. Dengan kata lain tidak hanya pejuang tentara yang aktif di front – front pertempuran saja yang melakukan perjuangan melainkan segenap Bangsa Indonesia telah memberikan kontribusi yang besar dalam mempertahankan kemerdekaan tersebut termasuk usaha-usaha di belakang front yang dipimpin oleh tokoh-tokoh masyarakat,tokoh agama,tokoh adat, dan termasuk didalamnya kaum wanita.

Penderitaan dan penghinaan selama penjajahan sudah cukup berat, telah menyebabkan seluruh rakyat merasa terpanggil untuk ikut berjuang membela dan mempertahankan kemerdekaan. Bahkan wanita sebagai bagian dari rakyat turut berperan bahkan terjun langsung kemedan pertempuran. Organisasi-organisasi wanita pada umumnya waktu itu mengutamakan usaha-usaha perjuangan, baik di garis belakang dengan mengadakan dapur umum dan pos-pos Palang Merah, maupun di garis depan dengan nama suatu badan perjuangan maupun tergabung dengan organisasi-organisasi lain. Revolusi Agustus 1945 telah mendobrak ikatan-ikatan adat dan tradisi yang


(18)

sebelumnya menghambat gerak maju wanita.5 Dengan sikap yang sangat berani wanita

secara bahu-membahu dengan para pejuang telah aktif berperan dalam mensukskan perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Keikusertaan wanita dalam perjuangan pada waktu permulaan kemerdekaan telah memberi dorongan semangat bagi para pejuang. Peran wanita sangat luas: di garis depan, di medan pertempuran, melakukan kegiatan intel, jadi kur ir, menyediakan dan mengirimkan makanan ke garis depan, membawa kaum pengungsi, memberi penerangan,bahkan juga sebagai wanita penghibur dll6.

Kesemuanya ini memberikan manfaat yang besar dalam menujang berhasilnya perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Sebagai contoh, para pemuda pejuang memanfaatkan wanita penghibur untuk mendapatkan informasi dari prajurit musuh,karena para wanita ini sudah biasa bergaul dengan mereka. Kemudian oleh wanita penghibur, informasi yang didapatkan tersebut disampaikan melalui perantaraan kurir kepada para pejuang kita. Berdasarkan informasi tersebut para pejuang kemudian membuat strategi dalam melanjutkan pertempuran – pertempuran dalam menyerang musuh. Dalam hal ini wanita penghibur telah melakukan peran ganda yaitu sebagai mata-mata untuk kepentingan perjuangan bangsanya sendiri7

Penulis melihat begitu besarnya peran wanita dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia khususnya dikota Medan, akan tetapi peran wanita itu kurang mendapat perhatian. Terbukti dengan sangat minimnya tulisan ataupun penelitian yang menyangkut perjuangan mereka, padahal apabila kisah perjuangan mereka di ketahui

.

5

A. Budi Hartono & Dadang Julianto, Derita Paksa Perempuan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan LBH Yogyakarta,Yayasan Lapera Indonesia dan Ford Foundation. 1997. hal. 60

6

R. Syahnan,Op.cit134 7

Reh Malem Sitepu, Peranan Wanita Karo Pada Masa Revolusi Fisik di Tanah Karo(1945-1949)


(19)

oleh generasi muda,maka hal tersebut bisa menjadi contoh yang dapat memotivasi genersi muda untuk lebih bersemangat mengisi kemerdekaan,serta lebih menghargai hasil perjuangan para pahlawan bangsa. Hal tersebut diatas telah mendorong penulis untuk mengadakan penelitian menyangkut peran serta wanita dalam perjuangan khususnya di kota Medan. Untuk itu penulis memilih judul “ Peran Wanita Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Di Medan ( 1945-1949)”. Adapun alasan penulis memilih judul ini disebabkan oleh keingin tahuan penulis akan peran serta wanita dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kota Medan. Sedangkan batasan tahun 1945-1949,diambil oleh karena tahun 1945 merupakan tahun dimana proklamasi dikumandangkan dan menjadi awal perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah dicapai itu supaya tidak direbut kembali oleh Belanda. Sedangkan batas akhir penelitian ini yaitu tahun 1949 merupakan tahun berakhirnya peperangan melawan Belanda dengan diakuinya kemerdekaan Indonesia secara penuh oleh Belanda.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang penting karena langkah ini akan menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan perlu jelas dan tegas sehingga proses penelitian benar-benar terarah dan terfokus ke permasalahan yang jelas. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Perjuangan Rakyat Dalam Mempetahankan Kemerdekaan di Medan? 2. Apa Peran Wanita Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Medan?


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui bagaimana perjuangan rakyat dalam mempertahankan kemerdekaan di Medan.

2. Mengetahui peran wanita dalam perjuangan memperthankan kemerdekaan di Medan.

Penelitian ini bermanfaat :

1. Secara Akademis, dapat memberikan sumbangan positif terhadap khasanah keilmuan di Departemen Ilmu Sejarah mengenai Peranan Wanita pada masa perjuangan mempertahankan kememerdekaan Di kota medan.

2. Secara Teoritis, dapat mempertajam kemampuan penulis dalam penulisan karya ilmiah serta menambah khasanah penulis tentang Peranan Wanita pada masa perjuangan mempertahankan kememerdkaan Di kota medan.

D. Telaah Pustaka

Menyangkut Peranan wanita dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Indonesia sudah banyak buku yang mendukung penulisan ini. Dan untuk itu penulis perlu melakukan telaah pustaka tentang peranan perempuan secara luas dalam ruang lingkup nasional maupu n lokal.

Dalam bukunya yang berjudul: Potret Pergerakan Wanita di Indonesia, Sukanti Suryochondro menggambarkan pergerakan wanita dari masa kemasa, oganisasi-organisasi wanita berkembang sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan perkembangan zaman. Secara garis besar gerakan wanita Indonesia digambarkan dalam


(21)

perkembangan sejarah antara lain :

1. Zaman Kolonial Belanda yang dibagi dalam tiga periode yaitu: a. Periode Perintis (1880-1910)

b. Periode Kebangkitan Kesadaran Nasiona1 (1911-1928). c. Periode Kesadaran Nasional (1928-1941) ,

Perjuangan wanita melawan penjajah Belanda pada waktu itu telah memberikan inspirasi dan dorongan bagi wanita generasi kemudian, yang berjuang untuk emansipasi kaumnya sekaligus memiliki peranan partisipasi dalam mengisi hasil perjuangan kemerdekaan tanahairnya.

2. Zaman Pendudukan Bala Tentara Jepang (1942-1945)

Pada periode ini, sifat gerakan wanita mengalami kemunduran, karena organisasi wanita hanya boleh berdiri bila ada komando dari penguasa. Organisasi-organisasi wanita dibentuk oleh pemerintah Jepang hanya untuk keperluan Jepang dan bersifat kemiliteran. Wanita banyak dilatih untuk ikut kemedan tempur. Tentara pendudukan Jepang juga membentuk pasukan tempur wanita yang disebut Barisan Srikandi yang anggotanya terdiri atas anak-anak gadis berumur antara 15-20 tahun dan belum menikah. Selain itu masih ada latihan-latihan militer bagi para gadis Indonesia bernama Sementai, Untuk pemudanya bernama Seizendang gerak badan atau Taigo sangat digalakkan. Latihan kemiliteran di Seisendo juga diajarkan untuk menggunakan senjata. Latihan-latihan kemiliteran yang diberikan Jepang dikemudian hari ada manfaatnya dalam perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan tanah air.


(22)

3. Zaman Republik Indonesia di periode 1945-1965: pada periode ini secara ringkas mengenai perkembangan gerakan wanita:

a. Perjuangan Kemerdekaan (1945-1949), b. Demokrasi Liberal (1950 -1959) c. Demokrasi Terpimpin (1960 -1965)

Dalam situs resmi Supeni,www.supeni.com. menyatakan bahwa tahun 1945-1955 merupakan periode genting ditengah kecamuk perang kemerdekaan. Pada masa genting ini jugalah peran wanita sangat dibutuhkan dalam mendukung perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Ditengah samakin gencarnya serangan Belanda,wanita banyak melakukan tugas yang berat yang antara lain digambarkan wanita bertugas mengurus pejuang yang tewas pada peperangan dengan berbagai keperluannya, mengurus anak-anak korban perang ,mencari keluarga para pejuang yanmg tewas, merawat pejuang yang terluka,menjadi tenaga perawat,Palang Merah Indonesia sampai pada mengurus keperluan logistik para pejuang.dll. Bahkan terkadang jika dibayangkan tugas wanita sangatlah berat karena selain tugas-tugas tersebut khususnya yang sudah menikah juga memiliki tugas utamanya yaitu menjadi istri dan ibu bagi anak-anaknya. Tugas-tugas tersebut terkadang membingungkan antara mengurus perjuangan dengan mengurus keperluan keluarga yang sama-sama pentingnya pada masa itu8

Dalam bukunya yang berjudul: Dari Medan Area ke Pedalaman Dan Kembali ke

Kota Medan, R. Sjahnan sebagai seorang pejuang menggambarkan pertempuran-

pertempuran yang dilakukan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan di .

8


(23)

Sumatera Utara secara umum,dan Medan Area secara khusus. Dimana keberhasilan para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan , tidak terlepas dari peranan wanita dalam berbagai hal. Terutama dalam mendukung berhasilnya perang yang dilakukan para pejuang.

Sebuah penelitian yang berjudul ”Peranan Wanita Dalam Perang Kemerdekaan

Di Sumatera Utara 1947-1950” sudah pernah dilakukan oleh tiga orang dosen sejarah

yang diketuai oleh Ibu Dra. Ratna,MS. Beranggotakan Drs. Suprayitno. M.Hum,Dra. S.P. Dewi Murni. Dalam laporan hasil penelitian ini digambarkan secara luas tentang bagaimana peran wanita,serta mengapa wanita terlibat dalam perang kemerdekaan di Sumatera Utara. Hasil penelitian ini banyak membantu penulis,sehingga penulis dapat menjadikannya menjadi referensi. Namun bukan berarti tulisan ini menjadi sama dengan hasil penelitian tersebut,karena objek penelitiannya berbeda. Penulis akan membahas secara khusus mengenai peran wanita dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kota Medan,mulai dari awal kemerdekaan sampai dengan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia oleh Belanda. Sedangkan penelitian sebelumya cakupannya lebih luas yaitu Sumatera Utara dengan tahun yang berbeda pula. Kajian penelitian tersebut mengambil tahun 1947, yaitu agresi militer Belanda yang pertama dan diakhiri tahun 1950.

E. Metode Penelitian

Untuk mengahasilakan karya sejarah yang bersifat ilmiah,maka penulis harus mengikuti metoda sejarah. Dalam metode sejarah ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu:


(24)

1. Heuristik, yaitu pengumpulan data dan sumber-sumber yang sesuai dengan objek yang akan diteliti. Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan ( Library Research), serta melakukan tinjauan lapangan melalui wawancara ( Field Research). Dalam pengumpulan data melalui metoda Library Reseach, penulis mengumpulkan beberapa dokumen dan arsip ,mengumpulkan buku,majalah,artikel,serta melakuan searching data di internet yang berhubungan dengan judul tulisan. Sedangkan metode wawancara penulis mengumpulkan sumber dengan mencari para pelaku maupun saksi sejarah yang akan menjadi informan dalam penelitian ini. 2. Kritik. Dalam tahapan ini, penulis akan melakukuan kritik terhadap sumber

yang terkumpul untuk mengetahui keaslian sumber tersebut baik dari segi substanstansial maupun meterialnya. Kritik internal akan dipergunakan untuk menguji kebenaran dari isi dokumen,arsip yang digunakan, sedang kritik eksternal digunakan untuk mengetahui keaslian dokumen yang digunakan

3. Tahapan lanjutan setelah uji dan analisa ialah interpretasi. Pada tahapan ini data yang diperoleh harus dianalisa sehingga melahirkan tulisan baru yang sifatnya objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh kebelakang serta minimnya sumber yang ada membuat interpretasi menjadi sangat sulit dilakukan. Untuk itu dibutuhkan analisa mendalam serta interpretasi yang tajam dari penulis.

4. Tahapan terakhir ialah tahapan penulisan (Historigarfi). Dalam tahapan ini penulis harus memperhatikan aspek kronologis. Metode yang dipakai dalam


(25)

penulisan ini adalah Deskriptif-Naratif, yaitu menggambarkan setiap kronologis peristiwa serta aspek-aspek yang mempengaruhi jalanya peristiwa yang diteliti dengan melalui analisis yang mendalam kemudian menceritakannya dengan menggunakan perspektif sejarah.


(26)

BAB II

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949

Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di Medan telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti jalan raya yang menghubungkan kota Medan dengan perkebunan yang mengintarinya, fasilitas rumah sakit, pusat perbelanjaan, kantor pemerintahan ,kantor perkebunan, kantor pos,Bank, surat kabar,Perhotelan, fasilitas jaringan telepon, Radio,jalur kerta api dan berbagai fasilitas lainnya yang menyebabkan kota ini menjadi sangat penting kedudukannya di Indonesia khususnya di Sumatera9. Oleh karena itu,sesaat setelah

Indoneisa merdeka,presiden republik Indoneisa kemudian menetapkan Medan sebagai Ibu kota propinsi Sumatera yang pertama yang sangat penting kedudukannya dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan 10

Ditetapkannya kota Medan sebagai ibu kota Sumatera pada awal kemerdekaan menjadikan kota Medan sebagai pusat perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan untuk wilayah Sumatera. Pemerintahan Indonesia segera menunjuk Mr. Teuku Muhammad Hassan sebagai Gubernur pertama yang menjadi pemimpin yang menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan kemerdekaan. Sebagai realisasi proklmasi kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta,maka beliau bersama-sama tokoh Barisan Pemuda Indonesia tokoh mendirikan pemerintahan dikota

.

9

Berdasarkan Peta tahun 1945 kota Medan disana ditununjukkan berbagai tempat-tempat yang menjadi fasilitas-fasilitas umum yang sudah ada di kota Medan.

10

Erna Agustina Ginting, Agresi Belanda Pertama Merupakan Pelanggaran TerhadapProklamasi

17Agustus 1945 Di Medan ,Medan: Skripsi S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, Belum di


(27)

Medan. Namun dalam pelaksanaanyan bukanlah suatu hal mudah karena pada saat itu kota Medan masih berada dibawah pemerintahan militer Jepang. Berbagai upaya dilakukan oleh para tokoh dan pejuang dalam merebut Kota Medan dari tangan Jepang. Keadaan ini menyebabkan dikota Medan sendiri terjadi berbagai perebutan-perebutan yang dilakukan oleh para pemuda demi berdirinya pemerintahan republik Indonesia. Puncaknya terjadi antara bulan September- Desember 1945, Medan menjadi hangat karena tindakan pemuda yang secara paksa merebut gedung dan harta benda milik tentara jepang yang dianggap berguna untuk perjuangan.

Kadatangan Sekutu ke Indonesia setelah menaklukkan Jepang dalam perang Asia raya juga telah menetapkan dikota Medan sebagai kota tujuan. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan sekutu. Mendarat di pantai Cermin yang dipimpin oleh T. E. D. Kelly. Kedatangan pasukan Sekutu kekota Medan berakibat pada terjadi peperangan-peperangan yang menentang kembalinya Belanda . Peperangan ini timbul karena dikalangan pemuda telah mengetahui bahwa pasukan sekutu telah bekerjasama dengan tentara Belanda untuk menegakkan kembali kekuasaan Belanada di kota Medan.

2.1 Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Medan terletak antara 2 29’ LU-2 30’ LU dan 2 47’ BT-2 30” BT dengan ketinggian 0-40 meter di atas permukaan laut.11

11

Balud Sofyan, Sejarah Pemerintahan Kota Madya Medan 1966-1992, Skripsi Belum diterbitkan, Medan : Fakultas Sastra USU, 2003.

Letaknya yang tidak jauh dari Selat Malaka Sebagian wilayah Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat Belawan, dan daerah pedalaman yang tergolong dataaran tinggi, seperti Kabupaten Karo.


(28)

Kota Medan pada jaman kolonial Belanda merupakan bagian dari keresidenan Sumatera Timur, yang terkenal dengan perkebunan tembakaunya. Keadaan tanah yang subur menghasilkan produks i tembakau yang bernilai jual tinggi menjadikan tanah Deli dan Kota Medan sebagai salah satu primadona perkebunan bagi para pedagang, pendatang dan para pemilik perkebunan. Hal ini juga lah yang menjadikan kota Medan menjadi sasaran utama yang harus diduduki oleh Belanda. Belanda ingin merebut kembali kota Medan sebagai pusat kegiatan perekonomian. Bahkan Belanda tidak ingin kehilangan semua aset perkebunan yang berada diwilayah Sumatera Timur hasil perkebunan yang melimpah telah memberi pendapatan negara yang sangat besar bagi Belanda.

Kota Medan pada tahun 1945 merupakn kota dengan sistem perintahanya dibawahi oleh seorang walikota. Selain itu Medan dikelilingi oleh kampung-kampung lain seperti Kampung Kota Maksun, Glugur, Kampung Sungai Mati, Sungai Agul dan lain-lain yang kesemuanya termasuk bagian dari wilayah kekuasaan teritorial Kerajaan Deli. Namun seiring dengan perkembangannya Kota Medan berbatasan dengan daerah-daerah yang masih tergolong sebagai teritorial Sumatera Utara. Adapun batas-batas tersebut adalah :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Percut Sei Tuan, dan Tanjung Morawa.

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Sunggal.


(29)

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kecamatan Pancur Batu dan Deli Tua.12

Luas Kota Medan sejak tahun 1943 sampai tahun 1971 luas Kota Medan mencapai 5.130 Ha.13

Kota Medan yang pada masa kolonial adalah bagian dari wilayah Sumatera Timur adalah kampung halamannya etnis Karo, Melayu, dan Simalungun. Etnis Karo dan Simalungun menempati wilayah di sekitar dataran tinggi dan orang-orang Melayu menempati wilayah pesisir. Akan tetapi setelah masuknya pengaruh kolonial Belanda, yang ditandai dengan pembukaan lahan-lahan menjadi lokasi perkebunan, maka terjadi perubahan yang sangat besar dalam susunan masyarakat

2. 2. Keadaan Penduduk

Kalau dilihat dari kependudukannya, Kota Medan mempunyai keunikan sendiri. Kota Medan merupakan pusat sosio-kultural sejak masa pemerintahan kolonial Belanda. Sebagaimana diketahui bahwa kekuatan ekonomi perkebunan yang tumbuh di Sumatera Utara, yang pada masa itu adalah Sumatera Timur dengan produksi tembakau yang bernilai jual tinggi menjadikan Kota Medan sebagai pusat kegiatan ekonomi baru sehingga memberikan daya tarik yang luar biasa bagi kaum pendatang untuk mengadu nasib ke wilayah ini. Heterogenitas masyarakat yang terdapat di Sumatera Utara sedikit banyaknya mempengaruhi kondisi politik yang terjadi di wilayah tersebut.

12

Nurhamidah, dkk, Integrasi Masyarakat Etnik Cina di Kota Madya Medan (Studi Kasus

di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Barat), Medan : Lembaga Penelitian USU, tidak

diterbitkan, 1992, hal. 8 13


(30)

di Sumatera Timur tidak terkecuali kota Medan. Pesatnya perkembangan perkebuanan pada waktu itu menyebabkan jumlah penduduk di kawasan Sumatera Timur cepat bertambah, terutama karena banyaknya didatangkan buruh-buruh dari luar untuk bekerja di perkebunan-perkebunan tembakau tersebut.

Kota Medan adalah salah satu kota yang memiliki pola masyarakat yang heterogen di Indonesia. Heterogenitas penduduk Kota Medan muncul karena faktor urbanisasi, yang erat kaitannya dengan usaha-usaha perkebunan yang banyak membutuhkan tenaga-tenaga kerja. Masyarakat yang didatangkan dari luar Medan, pada dasarnya dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan. Menurut Tengku Luckman Sinar, dalam tahun 1905 penduduk kota Medan berjumlah sekitar 14.250 orang. Pada tahun 1918 jumlah itu bertambah menjadi 43.826 orang, jumlah itu terus bertambah pada tahun 1920 menjadi 45.248 orang, serta jumlah penduduk kota Medan tahun 1930 menjadi 74.976 orang.

Setelah dibentuknya Gemente Medan pada tahun 1909, maka terjadi perubahan status pada penduduk Medan. Pertama, penduduk yang berada dibawah pemerintahan kerajaan Deli dan yang kedua adalah penduduk yang berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya pemerintah kolonial menciptakan tiga macm lingkungan pemukimam penduduk yang diskriminatif di Medan, yaitu :

1. Eropeese Wijk, yaitu lingkungan pemukiman yang khusus ditempati

oleh penduduk golongan Eropa. Penduduk pribumi dan golonga non-Eropa lainnya tidak diijinkan untuk bertempat tinggal dalam lingkungan ini.


(31)

2. Chinesee Wijk, yaitu lingkungan pemukiman yang ditempati oleh

orang-orang Cina. Selain sebagai tempat pemukiman orang Cina, juga berfungsi sebagai tempat kegiatan jual beli (perdagangan), karena dalam lingkungan tersebut terdapat banyak toko-toko kepunyaan orang Cina.

3. Lingkungan pemukiman (perkampungan) yang khusus ditempati oleh penduduk pribumi. Lingkungan tersebut pada umumnya berlokasi di pinggiran kota Medan dan sebagian kecil berada dekat lingkungan pemukiman orang-orang Cina. 14

Kondisi ini masih terus berlanjut ketika Indonesia merdeka, pola pemukiman penduduk masih berdasarkan penggolongan berdasarkan pola tersebut.

Hingga masa akhir pendudukan pemerintahan kolonial Belanda jumlah penduduk Kota Medan tidak banyak bertambah hanya berjumlah kira-kira 76.000 orang. Pada masa pendudukan Jepang terjadi peningkatan jumlah penduduk kota Medan, yaitu berjumlah kira-kira 93.000 orang15

Namun, Pada masa perjuang mempertahankan kemerdekaan 1945-1949 penduduk kota Medan mengalami penurunan menjadi sekitar 8.120 orang . Hal ini disebabkan oleh pengungsian besar-besaran akibat terjadinya pertempuran-pertempuran di Kota Medan terutama pemukiman penduduk pribumi menjadi tidak aman karena sering terjadi tembak menembak antara pejuang dan pihak sekutu maupun Belanda.

.

14

Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, Loc. Cit. Hal. 98.

15


(32)

Tindakan Belanda yang sering membabibuta telah menyebabkan rakyat banyak meninggalkan harta bendanya dan menyingkir keluar kota Medan16

Medan pada awalnya adalah sebuah kampung kecil, yang lokasinya terletak di sekitar pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli serta merupakan salah satu wilayah kekuasaan dari Kesultanan Deli. Catatan tentang Kampung Medan dan masyarakatnya tidak banyak diketahui sebelum dilakukannya penelitian oleh John Anderson pada tahun 1823.

.

2. 3. Latar Belakang Historis

17

Setelah masuknya pengaruh kolonial Belanda yang ditandai dengan pembukaan perkebunan tembakau di wilayah Deli, kota Medan semakin berkembang dengan pesat. Selain karena semakin banyaknya pembukaan perkebuanan di Kawasan Sumatera Timur, pemerintah kolonial Belanda juga telah mulai melakukan pembangunan sarana dan prasarana pemerintahan maupun sarana untuk mendukung perkembangan industri perkebunan di wilayah ini. Seperti pembangunan gedung Deli Maatschappij pada tahun 1870, yang pembangunannya dipusatkan di Medan. Pemerintahan kolonial juga mulai menempatkan wakil-wakil pemerintahannya di Medan, untuk mengawasi perkebunan-perkebunan swasta tersebut. Lambat laun berkembang menjadi sebuah kota yang penting bagi pemerintah kolonial, karena Medan telah menjadi pusat administrasi perkebunan

Menurut Anderson Medan merupakan sebuah kampung kecil yang penduduknya sekitar 200 orang dan hidup cukup makmur sebagai petani lada dan tembakau.

16

R.Syahnan, Op.cit. 126 17

John Anderson adalah seorang sekretaris Gubernur Inggeris di Pulau Pinang yang melakukan perjalanan ke Sumatera Timur pada tahun 1823.


(33)

dan pemerintahan di Sumatera Timur dan sebagai tempat kedudukan Residen di Sumatera Timur pada tahun 1887.

Pengaruh perkebunan juga menjadi daya tarik bagi kaum pendatang untuk merantau ke tanah Deli, yaitu untuk bekerja di perkebunan tersebut. Ditambah dengan buruh-buruh yang didatangkan oleh pihak perkebunan, baik itu buruh pribumi maupun buruh yang didatangkan dari luar membuat pesatnya perkembangan populasi penduduk di Medan, sehingga menjadikan Medan sebagai kota tempat pembauran berbagai kelompok etnik18

2.4 Kota Medan sebagai Kota Perkebunan

.

Perkembangan kota Medan tidak terlepas dari munculnya industri perkebunan di Sumatera Timur, yang di perkenalkan untuk pertama kalinya oleh Jacobus Nienhuys pada pertengahan abad ke-19. Sejak kedatangan Nienhuys industri tembakau mengalami perkembangan yang sangat pesat. Tercatat sejak tahun 1863 sampai tahun 1888 terdapat 148 jumlah perkebunan tembakau, hampir setiap tahun terlihat kehadiran penguasa-penguasa onderneming baru. Dengan kata lain hanya dalam waktu 25 tahun daerah Sumatera Timur telah berubah menjadi kawasan perkebunan besar.

Pada awalnya tanaman yang menjadi primadona setiap perkebunan adalah tembakau yaitu sejak dekade 1870-an sampai 1880-an, akan tetapi karena mutu tanah dari setiap lahan yang berbeda menjadikan para pengusaha perkebunan berpikir dua kali untuk menanam jenis tanaman yang serupa pada lahan baru yang

18

Tim Pengumpul, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kotamadya Daerah tingkat II Medan, Op. Cit. Hal. 95.


(34)

akan dibuka. Setelah mengalami penurunan kualitas dari tembakau yang dialami oleh sebagian besar pengusaha perkebunan, maka mereka mengalihkan penanaman tembakau kepada jenis tanaman lain yaitu, kopi, karet, teh dan kelapa sawit. Setelah masa penanaman industri tembakau selesai maka beberapa onderneming bersaha untuk mencari tanaman pengganti untuk kembali mengambil kembali lahan tersebut, seperti onderneming Marendal dekat Medan dan Rimbun melakukan percobaan penanaman karet atau Hevea Brasiliensis pada awal 1885. 19

Pada masa-masa selanjutnya pelaksanaan pemerintahan kolonial Belanda dan pengusahaan perkebunan-perkebunan milik pengusaha onderneming secara besar-besaran oleh orang Belanda di Deli berjalan seiring dan saling menopang. Keadaan yang demikian itu pada gilirannya cepat menumbuhkan kekuatan besar yang mendukung keberhasilan penjajahan Belanda di Sumatera Timur umumnya, dan keadaan yang demikian itu pula sekaligus menimbulkan banyak perubahan yang sangat cepat terhadap perkembangan kampung Medan menjadi kota setelah dasawarsa tahun 1860-an.

Begitu juga dengan beberapa onderneming lain yang mendapat hasil yang kurang maksimal dari industri tembakau mulai mencari tanaman alternatif lainnya.

Dengan banyaknya pembukaan lahan perkebunan yang baru menyebabkan membengkaknya kepentingan kegiatan peekonomian Belanda, salah satu dampaknya adalah menjadikan Medan sebagai pusat perdagangan dan pusat administrasi pemerintah kolonial. Oleh karena itu dilakukan pengembangan pembangunan fasilitas kota seperti, pembangunan jembatan, penerangan, dan fasilitas jalan-jalan baru.

19


(35)

Perkembangan kota yang semakin pesat, maka pada tahun 1887 Medan diresmikan menjadi pusat Residen di wilayah Simatera Timur.20

Pada tahun 1912 kemudian berdiri perkumpulan kamar dagang Belanda. Selain perkumpulan dalam bidang perdagangan, pada tahun itu juga berdiri perkumpulan para pengusaha perkebunan se- Sumatera Timur. Perkumpulan itu dinamakan Algemeene Vereeneging van Rubber Planters Oostkust van Sumatera atau disingkat dengan AVROS. Pada tahun 1911 diresmikan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan atau Gemente Warken. Dalam bidang pemerintahan tahun 1912 dilakukan untuk pertamakalinya pemilihan untuk keanggotaan Dewan kota yang sebagian besar adalah orang-orang Belanda. Dewan kota ini berjumlah 15 orang yang bertugas mengatur segala kepentingan kota dan mengawasi jalannya pembangunan, termasuk didalamnya pembuatan parit, taman kota, dan jalan raya.

Sejak saat itu Medan menjadi pusat segala aktivitas yang ada di Sumatera Timur, baik pusat pemerintahan, perdagangan, maupun pusat pemukiman penduduk

21

pada tahun itu juga kota Medan telah memiliki pasukan polisi kota tersendiri. Pada tahun yang sama diresmikan jalan Medan-Belawan oleh Pemerintah Kolonial Belanda.22

20

Mahadi, Hari Djadi dan Garis-garis perkembangan Sosiologi Kota Medan, Medan : Fakultas Hukum USU, 1967, hlm. 69.

21 Ibid 22

T. Luckman Sinar, Op. Cit. hlm. 62.

. Dengan peresmian jalan ini menunjukkan bahwa perkembangan jaringan jalan sangat dibutuhkan pada waktu itu sebagai penunjang perkembangan industri perkebunan yang semakin bergairah di Sumatera Timur. Jalan menjadi sarana transfortasi yang penting karena memudahkan para pemilik perkebunan untuk membawa hasil-hasil perkebunan mereka ke pelabuhan untuk di perdagangkan.


(36)

Pada tahun 1914 bus umum yang pertama ke Tanah Karo diresmikan oleh Belanda, sehingga memudahkan bagi masyarakat Karo untuk melakukan perjalanan ke Medan. Tahun 1916 di Medan telah ada surat kabar dan majalah, seperti Sarikat Islam, Budi Utomo, Benih Merdeka dan lain sebagainya, 23 yang

menunjukkan bahwa kota Medan telah mengalami perkembangan dalam bidang komunikasi.

Demikian perubahan yang terjadi di Kota Medan dengan berbagai ke lengkapan fasilitas umum dan berbagai kebutuhan lainnya, sehingga sejak tahun 1918 Medan sudah memenuhi syarat untuk menjadi sebuah kota.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa kedatangan orang-orang Belanda ke Sumatera Timur sejak akhir abad ke-19, baik untuk menjalankan pemerintahan kolonial maupun untuk membuka perkebunan, merupakan salah satu faktor penting yang mendorong perkembangan Medan menjadi kota industri. Dalam hal ini, tenaga pendorong terpenting datang dari kekuatan ekonomi yang ditumbuhkan oleh produksi perkebunan yang sejak tahun 1860-an sampai awal abad ke-20 keuntungannya terus-menerus meningkat, terutama perkebunan tembakau.

23


(37)

BAB III

PERANG KEMERDEKAAN DI MEDAN.

Selama di bawah penjajahan bangsa asing penindasan demi penindasan selalu dialami oleh rakyat Indonesia. Penjajahan telah menyebabkan penderitaan yang besar , kekayaan alam dikuras tanpa memperdulika nasib rakyat, bahkan banyak hal yang menjadi hak rakyat dirampas. Romusha pada masa jepang yang mewajibkan rakyat untuk bekerja paksa guna memenuhi kebutuhan perang Asia Timur Raya. Para Pemuda - pemudi dilatih pendidikan militer guna membantu jepang dalam perang. Usaha para pejuang kemerdekaan akhirnya terwaujud setelah Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu ,menyusul setelah di bomnya kota Nagasaki dan Herosima pada tanggal 6 Agustus 1945. Para pejuang dan tokoh pergerakan nasional tidak menyianyiakan kesempatan itu. Setelah melalui proses yang panjang , dengan tekad yang bulat Proklamasi di bacakan oleh Soekarna-Hatta di jalan pengangsaan Timoer no.56 Jakarta atas nama bangsa Indonesia.

Dengan di proklamasikannya kemerdekaan Indonesia, maka perjuangan bangsa indonesia memasuki babak baru. Perjuangan kini bukan lagi untuk merebut kemerdekaan melainkan mempertahankan kemerdekaan. Kemerdekaaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia harus diperjuangkan untuk tetap berdiri teguh, hal ini dikarenakan oleh adanya keinginan kolonial Belanda untuk menguasai kembali Indoseia setelah peninggalan Jepang. Sejak kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan , berbagai usaha dilancarkan oleh Belanda untuk dapat menghancurkaan kemerdekaan itu. Mulai dari kekuatan senjata, taktik pecah belah, hingga keperundingan dilakukan oleh belanda untuk meruntuhkan kekuatan bangsa Indonesia. Sejak proklamasi dikumandangkan, situasi di tanah air tidak


(38)

seperti negara yang sudah merdeka. Campur tangan pihak asing khususnya jepang sebagai penjaga keamanan menjelang serah terima kekuasaan kepada sekutu masih saja terjadi. Keadaan ini ditanggapi oleh rakyat dengan tekad yang bulat untuk mempertahankan kemerdekaan dengansemboyan”sekali merdeka,tetap merdeka”dan “merdeka atau mati”. Tekad ini terlihat dari semangat rakyat yang mengadakan rapat raksasa pada tanggal 19 September 1945 di lapangan Ikada(sekarang lpangan merdeka ) Jakarta. Rapat ini oleh pihak Jepang berusaha untuk menggaalkanya serta mengancam akan menangkap Presiden Soekarna apabila rapat tetap dilaksanakan dengan mendengarkan pidato singkat bung karno. Ancaman tentara Jepang tidak terbukti,karena rapat dapat berjalan lancar tanpa gangguan dari siapapun24

Tanggal 27 Agustus 1945 terdengar desas-desaus kemerdekaan oleh rakyat Medan khususnya pemuda baru mendengar berita proklamasi yang dibawa oleh Mr. Teuku Moh Hassan sebagai Gubernur Sumatera. Mengggapi berita proklamasi para pemuda dibawah pimpinan Achmad Tahir membentuk barisan Pemuda Indonesia. Pendaratan Sekutu di kota Medan terjadi pada tanggal 9 Oktober 1945 dibawah pimpinan T.E.D Kelly. Pendaratan tentara sekutu (Inggris)ini di ikuti oleh pasukan dan NICA yangdipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan. Kedatangan tentara sekutu dan NICa ternyata memacing berbagai insiden. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pemuda dan TKR bertempur melawan Sekutu dan NICA dalam upaya merebut dan mengambil alih gedung-gedung pemerintahan dari tangan Jepang. Inggris mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia agar menyerahkan senjata kepada Sekutu. Ultimatum ini tidak pernah dihiraukan. Pada tanggal. Pada tanggal 15 Desember 1945 Sekutu memasang

.

24

Prabudi Said, Berita Enam Puluh Tahun WASPADA , MEDAN:PT. PRAKARSA ABADI PRESS, 2006,hlm..2


(39)

papan yang tertulis.kan Fixed Boundaries Medan Area ( batas resmi wilayah Medan) diberbagai pinggiran kota MEdan. Tindakan Sekutu itu merupakan tantangan bagi para pemuda. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu dan NICA melancarkan serangan besar-besaran terhadap kota Medan. Serangan ini menimbulkan banyak koraban di kedua belah pihak. Pada bulan April 1946, Sekutu berhasil menduduki kota Medan. Pusat perjuangan rakyat Medan kemudian dipindahkan ke Pemantangsiantar.

Secara garis besar perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Indonesia di bagi mejadi 3 Periode yaitu:

1. Sebelum Agresi pertama 17 Agustus 1945-21 Juli 1947

2. Agresi Belanda I - Agresi Belanda II 21Juli1947- 19Desember 1948

3. Setelah Agresi Belanda II 19 Desember 1948- Penyerahan Kedaulatan 27 Desember 1949.

Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan telah melibatkan rakyat sehingga timbul peperangan hampir di seluruh wilayah Indonsia. Tokoh-tokoh pergerakan menyadari bahwa perjungan mempertahankan kemerdekaan harus dilakukan bersama-sama dengan seluruh lapisan masyarakat,khususnya para pemuda-pemudi. Atas dasar itulah para tokoh pergerakan nasiomal menghimpun kekuatan pemuda untuk menyatakan tekad yang kuat untuk dapat mempertahankan kemerdekaan.


(40)

3. 1. Lahirnya Barisan Pemuda Indonesia Di Medan

Tidak jauh berbeda, situasi kota medan pada awal kemerdekaan juga diwarnai oleh pergerakan rakyat dalam menyambut berita proklamasi kemerdekaan. Para tokoh pemuda dan pemimpin masyarakat menghimpuun kekuatan rakyat khususnya pemuda-pemudi untuk mendukung proklamasi. Dalam waktu yang relatif singkat yaitu tanggal 30 september 1945 para tokoh pemuda mengadakan rapat dalam jumlah besar25

Dalam melaksanakan tugasnya, BPI juga turut melibatkan para wanita muda untuk mendampingi para pemuda . Khusunya pada periode awal kemerdekaan ,wanita sangat banyak berperan dalam menyebarluaskan berita proklamasi. Para tokoh pemuda

. Sekitar 700 orang pemuda pergerakan berkumpul menghadiri rapat. Dalam rapat ini diambil keputusan penting dalam pergerakan di sumatera Utara, khussnya kota Medan. Barisan Pemuda Indonesia berhasil dibentuk dan dijadikan sebagai wadah bagi pemuda dalam melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Dengan di resmikannya Barisan Pemuda Indonesia pada rapat yang dilasanakan oleh para tokoh pergerakan pemuda pada tanggal 30 september 1945, maka pergerakan pemuda yang bersifat revolusioaner menjadi sangat gencar dilakukan oleh pemuda. BPI berusaha mengajak pemuda-pemudi untuk bergabung dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Usaha BPI bisa dikatakan sangat sukses karena banyak pemuda – pemudi yang bergabung dengan BPI. Tugas-tugas BPI sangat luas,mulai dari menyebarluaskan berita proklamasi, membangun semangat rakyat,memberikan penerangan mengenai kemerdekaa yang baru dicapai serta mengajak rakyat untuk menghindari hasutan yang dilancarkan oleh kampanye Belanda yang mengajak rakyat untuk menyambut kedatangan Belanda kembali untuk berkuasa di Indonesia.

25


(41)

pergerakan menempatkan wanita dibagian Administrasi dan terlibat langsung terjun kealapangan dalam meberikan penerangan kepada masyarakat tentang arti proklamasi serta mengajak masyarkat untuk turut serta dalam membela proklamasi.. Kerja sangat keras BPI membuahkan hasil, berita proklamasi tersebar luas ketengah masyarakat,sehingga masyarakat tidak ragu lagi akan berita proklamasi yang selama ini simpang siur. Sampainya berita prolamasi ketengah masyarakat luas telah memicu semangat rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan. Semangat rakyat itu tampak dari berdirinya laskar rakyat yang dengan tegas menyatakan sebagai laskar rakyat yang membela proklasmasi.

BPI dibawah kepemimpinan Achmad Tahir juga mendesak gubernur Sumatera Mr. Teuku Muhammad Hasan agar secara resmi mengumumkan Proklamasi di Medan. Atas desakan para pemuda,akhirnya Pada tanggal 3 Oktober 1945 secara resmi Mr. Teuku Muhammad Hassan mengumumkan bahwa dirinya merupakan Gubernur yang telah ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk menjalankan pemerintahan di Sumatera. Kota medan dijadikan sebagai Ibu kota Sumatera serta roda pemerintahan atas wilayah sumatera akan dijalankan dari kota Medan. Kemudian tanggal 4 Oktober 1945 secara resmi untuk pertama kali bendera Sang Saka Merah Putih dikibarkan di depan kantor-kantor pemerintahan sebagai tanda diawalinya pemerintahan yang baru,pemerintahan Republik Indonesia.

Sebagai pembuktian atas dukungan terhadap pemerintahan yang baru, pada tanggal 9 Oktober 1945,atas prakarsa BPI secara besar-besaran masyarakat berkumpul dilapangan Fukuraido mengadakan pawai raksasa serta melakukan upacara pengibaran Sang Saka Merah Putih,diiringi lagu Indonesia Raya serta di isi oleh pidato singkat Mr.


(42)

Teuku Muhammad Hassan dan pembacaan Teks proklamasi. Acara ini mendapat sambutan yang sangat antusias dari masyarakat kota medan. Dalam acara ini diperkirakan dihadiri oleh Pawai ini telah berdampak sangat luas terhadap semangat rakyat dalam perjuangan masyarakat selanjutnya dikota Medan.

Setelah acara pawai tersebut berakhir maka suasana kota Medan menjadi hangat karena semangat masyarakat dalam membela proklamasi menjadi bergelora. Desas desus kedatang sekutu menjadi perbincangan hangat dalam masyarakat yang kemudian ditanggapi dengan mendirikan laskar-laskar rakyat serta mempersiapkan diri untuk mengahadapi segala bentuk tangtangan di depan. Para pemuda melakukan berbagai kegiatan yang bersifat lebih keras dan revolusioner. Hari-hari yang sebelumnya tenang,berubah dengan gejolak jiwa revolusioner yang di miliki pemuda. Para pemuda yang terbakar semangatnya melakukan tindakan pengambil ailhan kekuasaan serta pemerintahan atas Pemerintah militer Jepang.26

26

B. Ar. Pulungan,dkk., Perjuangan Menegakkan Dan Mempertahankan Kemerdekaan Republik

Indonesia Di Sumatera Utara,Jilid I (1945-1949), Medan: Pemerintah Tingkat I Sumatera

Utara,1995.hal.7.

Selama bulan Oktober 1945 terjadi perebutan gedung-gedung pemerintahan yang masih dikuasai oleh Jepang. Akibatnya di Medan terjadi pertempuran – pertempuran yang melibatkan Pemuda dengan pihak Jepang . Ditambah lagi dengan datangnya Sekutu di Kota Medan pada tanggal 09 oktober di bawah pimpinan T.E.D Kelly maka tokoh pergerakan dengan sekuat tenaga menyusun strategi dalam menghadapi sekutu. Oleh karena itu,pada saat yang sama di Medan tumbuh berbagai perkumpulan dengan tujuan mempertahnkan kemerdekaan.


(43)

3. 2 Pertumbuhan Tentara Keamanan Rakyat.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya,keadaan Indonesia sebenarnya belum lengkap dengan ketiadaan Tentara Nasional dalam menjaga kedaulatan seperti layaknya sebuah Negara yang merdeka. Melainkan pemerintah Indonesia hanya memiliki sebuah badan yang berugas hanya untuk menjaga ketertipan masyarakat yaitu Badan Keamanan Rakyat yang di bentuk pada tanggal 22 Agustus 1945. Tetapi hal ini segera disadari oleh pemerintah setelah terjadinya pergerakan yang dilakukan oleh pemuda yang benyak menimbulkan bentrokan yang tidak dapat lagi di kendalikan oleh BKR. Oleh karena itu,maka pada tanggal 05 Oktober 1945 pemerintah melalui presiden sebagai panglima tertinggi menginstruksikan Lahirnya Tentara Nasinal yang bertugas menjaga kedaulatan. Tentara tersebut di beri nama Tentara Keamanan Rakyat. Tentara ini merupakan penyempurnaan yang dilakukan terhadap Badan keamanan rakyat yang hanya bertugas menjaga keamanan rakyat.

Pada tanggal 05 Oktober 1945, sejalan dengan di bentuknya Tentara Keamanan Rakyat presiden melalui maklumat pemerintah meminta kepada pimpinan-pimpinan yang berada di daerah agar memangil seluruh mantan anggota Gyu-gun,Hei-ho,KNIL dan barang siapa yang pernah bergabung dalam dinas kemiliteran untuk bergabung menjadi anggota tentera yang baru di bentuk pemerintah Republik Indonesia.

Ancaman keamanan yang datang dari tentara sekutu dan tentara Belanda yang mendarat pada tanggal 09 Oktober 1945 menyebabkan memburuknya keamanan. Sehingga keadaan ini harus segara diatasi. Oleh pemerintah segera diadakan pemanggilan terhadap seluruh pemuda untuk turut bergabung dalam tentara keamanan Rakyat.


(44)

Pemerintah juga mengatur koordinasi antara organisasi/laskar pemuda yang ada sehingga memiliki tujuan bersama yaitu mempertahankan Repulik Indonesia.

Medan yang merupakan ibu kota propinsi Sumatera pada tahun 1945 dimasukkan kedalam Komando Tentara Keamanan Rakyat Divisi IV wilayah Sumatera . Adapun susunan awal Tentara Keamanan Rakyat wilayah Sumatera terdiri dari:

1. Ketua : Ahmad Tahir

2. Kepala Markas Umum : R. Sucipto 3. Kepala Perlengkaapan : Mahruzar 4. Kepala Organissasi : Alwi Nurdin 5. Kepala Persenjataan : Nip Karim

6. Kepala Keuangan : E. H. Hutajulu

7. Perwira perhubungan : Abdul Razak27

Ahmad tahir sebagai pucuk pimpinan wilayah Sumatera diserahi tugas mulai dari mendirikan hingga terbentuknya Tentara Keaamanan rakyat untuk terus menyempurnakan tugas dan tanggungjawab di daerah yang menjadi wewenangnya. Ia segara melakukan koordinasi dengan jajarannya untuk segera melakukan pembagian tugas. Maka masing- masing bagian menangani bagian yang telah diberikan kepadanya bertanggungjawab melakuakannya dengan baik. Sucipto yang mengepalai markas umum diserahi tugas untuk merencanakan serta menyusun organisasi Tentara keamanan Rakyat. Mahruzar sebagai kepala perlngkapan diserahi tugas sebagai penanggungjawab bidang Logistik. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Logistik menjadi

27

R. Sjahnan, Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali lagi ke Kota Medan. Medan: Dinas Sejarah Kodam II/BB,1982.hal. 133


(45)

tanggungjawab dalam penyediaannya walaupun pemerintah tidak menyediakan dana untuk memenuhinya. Berbagai jalan ditempuh oleh masing-masiing bagian untuk mengatasi segala keterbatasan tersebut. Para pemimpin ini dihadapkan kepada situasi yang sulit karena harus mampu membangun kekuatan Tentara keamanan Rakyat dengan modal yang tidak diberikan oleh pemerintah.

Namun dengan segala keterbatasan itu akhirnya para pemimpin berhasil menggariskan program kerja yang harus dilaksanakan demi terbentuknya Tentara Keamanan Rakyat wilayah Sumatera. Berdasarkan program kerja yang telah ditetapkan itu maka pada tanggal 12 Oktober 1945 mulai diatur tugas-tugas, serta melakukan pemanggilan melalui pengumuman di surat kabar, poster yang dipasang diempat-tempat strategis, terhadap semua bekas prajurit yang aktif dibidang kemiliteran pada masa pendudukan Jepang maupun Belanda untuk memasuki Tentara Keamanan Rakyat. Dengan cara itu,para pemimpin mengharapkan dengan bergabungnya bekas prajurit itu dapat menjadi penggerak dalam setiap latihan dilakukan oleh TKR. Tetapi hal ini tidak seperti yang diharapkan,berhubung tentara bekas hei-ho,Gyu-gun maupun KNIL sudah terlebih dahulu pulang kekampung masing-masing setelah Jepang tempat mereka dahulu bekerja telah membubarkan mereka. Hal ini menybabkan pemimpin TKR harus menambah prajurit dari rakyat biasa yang tidak memiliki pengalaman ketentaraan sedikitpun.

Setelah melakukan persiapan seperlunya,maka tim yang telah ditunjuk secara bersamaan melakukan pemanggilan langsung kepelosok kota Medan serta kepedalaman-pedalaman untuk menjemput para pemuda bekas Hei-ho,Gyu-gun,KNIL dan sebagainya. Pada tanggal 13 Oktober 1945 pendaftaran mulai dibuka didalam kota Medan dan bagi


(46)

para pemuda yang mendaftar tersebut akan segera dilakukan pelatihan kilat. Ternyata pengumuman itu ditanggapi antusias oleh pemuda –pemudi terlihat dengan banyaknya pemuda yang mendaftarkan dirinya untuk menjadi anggota TKR.

Pada saat bersamaan dengan dibukanya pendaftaran untuk menjadi anggota TKR, di Medan terjadi suatu peristiwa yang sangat besar pengaruhnya terhadap perjuangan mempertahankan Kemerdekaan Di Sumatera Utara, khusunya kota Medan. Peristiwa itu ialah jalan Bali. Peristiwa ini telah melibatkan pertempuran yang besar antara para pemuda dengan serdadu NICA yang dipicu oleh penghinaan yang dilakukan oleh serdadu NICA terhadap seorang pemuda yang menggunakan lencana merah putih dibahunya. Prajurit tersebut meminta pemuda tersebut untuk mencabut lencananya kemudian ia pun menginjak-injak lencana tersebut. Perlakuan serdadu NICA membuat pemuda tersebut mengadukan kepada para pemuda yang melakukan pendaftaran anggota TKR di sekitar lokasi. Hal ini memicu kemarahan pemuda yang langsung mendatangi tempat serdadu NICA. Tanpa panjang lebar para pemuda menghajar serdadu itu dengan emosi yang tak terbendung lagi sehingga terjadilah petempuran itu. Dalam peristiwa ini terdapat korban mencapai 100 orang yang kebanyakan dari pihak serdadu NICA. Peristiwa ini mendapat perhatian yang besar dari rakyat Indonesia karena diliput oleh wartawan kemudian dimuat dalam koran sehingga berita ini tersebar luas.

Dimuatnya peristiwa jalan Bali dalam harian Pewarta Deli telah memacu semangat pemuda yang lain untuk turut berjuang mempertahankan kemerdekaan. Tidak lama setelah peristiwa ini,diberbagai tempat para pemuda melakukan tindakan yang berani dengan melakukan penyerbuan terhadap pos-pos yang saat itu masih di kuasai oleh


(47)

serdadu Jepang28

Pada tanggal 13 Desember 1945 Pimpinan Sekutu yang bertugas menjaga keamanan mengultimatum para pemuda untuk menyerahkan diri beserta barang rampasannya kepada pihak sekutu.Ultimatum yang dikeluarkan oleh sekutu tidak digubris oleh para pemuda, namun sebaliknya, pemuda semakin berani melakukan tindakan yang menentang ultimatum tersebut. Bahkan terang-terangan pemuda dijalan seradang menghalau pasukan sekutu yang datang untuk melakukan penempelan pengumuman ultimatum tersebut. Akibat dari peristiwa ini sekutu kemudian melakukan razia besar –besaran di Medan

. Para pemuda menyerbu gudang-gudang yang digunakan oleh Jepang sebagai tempat menyimpan senjata, bahan makanan serta gudang tempat penyimpanan hasil-hasil perkebunan. Kemudian hasil-hasil yang didapatkan itu dikumpulkan sebagai modal perjuangan. Tindakan pemuda ini mendapat perhatian dari penanggung jawab keamanan di kota Medan.

29

Pada bulan Oktober 1946 sekutu membangun pos-pos pertahanan untuk memperkuat kedudukannya di kota Medan. Dengan sepihak sekutu membuat batas-batas kota Medan yang di klaim bahwa daerah tersebut menjadi daerah yang berada dibawah

.

Walaupun razia besar-besaran dilakukan di medan,perebutan-perebutan senjata yang dimiliki oleh pasukan Jepang terus dilakukan oleh para pemuda tanpa menggubris ultimatum yang dikeluarkan oleh sekutu. Akibatnya Pertempuran-demi

pertempuran terjadi di Medan hingga bulan April 1946 terus terjadi,pada akhirnya kota Medan diduduki oleh sekutu sedangkan para pejuang kemerdekaan mengatur perjuangan merebut kembali kota Medan dari luar kota.

28

Tiomsi Sitorus, Peranan Pers di Medan 1945-1949 ,Medan: Skripsi S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, Belum di terbitkan,2007. Hal.30

29


(48)

kekuasaanya, dan bagi pasukan republik dilarang masuk melewati daerah-daerah yang telah ditandai itu. Klaim daerah itu bertuliskan : Fixed Bounderis Medan Area. Selain itu sekutu yang merupakan sekutu Belanda juga menetapkan sendiri daerahnya yaitu : Seluruh kota Medan bagian barat, serta Belawan bagian Barat batasannya ialah daerah rel kereta api yang merentang di tengah kota yang jaraknya sekitar 22 KM dari Belawan.

Melihat keadaan ini pemuda yang tergabung dalam kesatuan- kesatuan laskar rakyat ( Napindo, Pesindo,Harimau Liar,maupun pemuda yang tergabung dalam laskar yang bernaung dibawah Partai Politik,dll)bersama-sama dengan anggota TKR yang sudah terbentuk terus melakukan perlawanan –perlawanan terhadap sekutu. Namun perlawanan yang dilakukan oleh laskar-laskar ini belum terkoordinir dengan baik, sehingga terkesan berdiri sendiri. Keadaan ini berdampak pada kurang berhasilnya tujuan perlawanan tersebut. Namun, perlawanan rakyat yang terus berlangsung membuat pasukan sekutu kewalahan juga.

Pada tanggal 8-10 Oktober 1946 para pemimpin pergerakan dari mengadakan rapat yang membahas mengenai koordinasi serta strategi yang harus diterapkan agar perlawanan yang dilakukan oleh pasukan repulik dapat mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. Maka pada saat itu juga para pemimipin pergerakan sepakat membentuk suatu komando yang beroperasi didaerah Medan Area yang diberi nama resimen Laskar Rakyat Medan Area .

Pada tanggal 15 Oktober 1946 Inggris secara resmi menyerahkan daerah yang dikusainya kepada Belanda,serta melakukan serah terima persenjataan. Tiga hari kemudian Inggris secara resmi meninggalkan Medan, sehingga repulik langsung berhadapan dengan Belanda. Sebagai realisasi dari terbentuknya suatu komando tersebut,


(49)

pada tanggal 27 Oktober -3 november 1946,dilakukan sebuah operasi gabungan yang bertujuan untuk merebut beberapa daerah yang akan dijadikan sebagai basis perlwanan didaerah yang dikusai oleh sekutu. Dalam serangan ini pihak republik berhasil menduduki beberapa pos-pos pejagaan Belanda seperti : Titi Kuning, Sukaramai, Jalan Mahkamah, serta berhasil membuat kewalahan pihak Belanda

Selain perlawanan dalam bentuk konfrontasi senjata, dari dalam kota Medan para pejuang pers gencar memuat berbagai pemberitaan yang berpihak kepada perjuangan kaum republik serta sanggahan terhadap berbagai propaganda yang merugikan. Akibatnya pers juga sering mengalami pembredelan dan para pegawainya diteror. Banyak pers republikan yang harus berhenti dan dilarang terbit karena dituduh telah menghasut rakyat untuk melawan pemerintah dan dianggap menjadi penyebab kacaunya keamanan di kota medan.

3. 3. Agresi Militer Belanda

Terjadinya perlawanan rakyat Indonesia hampir di setiap wilayah yang diduduk i Belanda menyebabkan Belanda kewalahan serta mencari cara yang tepat untuk dapat mengatasinya. Akhirnya pihak Belanda mengajukan usulan agar diadakan gencatan senjata. Pada tanggal 15 Februari 1947 kedua Belah pihak sepakat untuk menyelesaikan konflik yang terjadi antara pemerintahan Indonesia dengan Belanda melalui jalan diplomasi. Akan tetapi kesepakatan ini tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik, karena dibebrapa daerah,kasus tembak-menembak masih tetap terjadi. Pada saat gencatan senjata diumumkan saat bersamaani Medan,terjadi perebutan pos-pos pertahanan Belanda yang dipimpin oleh Mayor Hasan Achmad dan Mayor Martinus Lubis. Operasi ini


(50)

kurang berhasil karena beberapa faktor diantaranya persediaan senjata yang kurang memadai, sistem komunikasi yang kurang terkoordinasi. Dalam operasi ini Mayor Martinus Lubis wafat.

Menghadapi kondisi ini Belanda gencar melakukan perundingan di tingkat pusat. Pada tanggal 27 Maret 1947 pihak Belanda dan pemerintah Republik Indoneisa sepakat untuk menyellesaikan masalah melalui meja perundingan . Pada perjanjian Linggarjaati ini Belanda mengakui kekuasaan Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatera. Perjanjian yang baru ditandatangi sebenarnya hanya merupakan taktik Belanda untuk mengulur waktu agar kekuatan yang dimilikinya sempat pulih serta menyusun kembali strategi yang akan diterapkan untuk menghancurkan republik Indonseia. Terbukti setelah merasa siap pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melaksanakan Agresi Militer pertama berupa serangan besar-besaran secara serentak diseluruh wilayah pertahanan Republik Indoneisa. Oleh Belanda serangan ini disebut sebagai tindakan polisionil,yang berfungsi sebagai untuk mengamankan situasi.

Untuk daerah Medan, pada saat itu dikepung dari segala penjuru dan serangan dilakukan melalui Darat- Laut- maupun Udara sehingga pertahanan pasukan repulik kewalahan menghadapinya. Pasukan repulik terpaksa meninggalkan pos-pos mereka dan menyingkir kedaerah yang aman. Dalam serangan ini Belanda berhasil mengusai pos perthanan republik dearah pinggiran kota Medan, Pancurbatu, Tanjungmorawa, tembung,kampung lalang,dsb.

Agresi militer Belanda yang pertama menjadi perhatian dunia karena disorot oleh media massa lokal dan Internasional. Dewan keamanan PBB melakukan pembahasan khusus mengenai kondisi yang terjadi di Indonesia kemudian menyerukan kepada kedua


(51)

belah pihak untuk menghentikan tembak menembakyang berlaku sejak 24 Agustus 1947. Kemudian membentuk komisi tiga negara yang terdiri dari Amerika Serikat, Belgia,dan Australia yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Komisi ini bertugas menjaga agar gencatan senjata tetap berjalan menunggu perundingan selanjutnya. Sementara itu peperangan sebenarnya tidak sepenuhnya terhenti karena didaerah-daerah termasuk di Medan masih saja terjadi.

Komisi Tiga Negara menjalankan tugasnya sehingga terdapat kesepakatan antara Indonesia dan pihak Belanda untuk melakukan perundingan. Pada tangga 8 Desember 1947 diatas kapal Amerika Serikat USS Renville delegasi RI dan Belanda melakukan perundingan yang pertama, kemudian dilanjutkan dengan perundingan yang kedua pada tanggal 17 Februari 1948. Dalam perudingan ini dicapai kesepakatan dan penendatangan perjanjian Renville. Isi perjajnjian renville menyangkut persetujuan gencatan senjata dan prinsip –prinsip politik yang menjadi penyebab konflik bersenjata antara Indonesia dan Belanda sejak perjanjian Linggarjati.

Namun niat Belanda untuk kembali menjajah Indonesia masih terus berkelanjutan . Perjanjian Renville kembali dilanggar dengan melakukan Agresi militer II yang dilancarkan pada tanggal 19 Desember 1948. Dalam serangan agresi ini, Belanda berniat melenyapkan pemerintahan Republik Indonesia dengan menyerang Ibu kota Negara yang pada saat itu berkedudukan ii Jokjakarta serta menahan para pemimpin Republik Indodnesia dengan ditangkapnya presidena dan wakil presiden yang kemudian diasingkan kepulau Bangka.Dengan berhasil Belanda merebut Jokjakarta maka pemerintah Indonesia kemudian mendirikan pemerintahan darurat yang bertempat di Bukittinggi. Selain menyerang Jokjakarta, Belanda juga melakukan penyerangn


(52)

besar-besaran kewilayah pertahanan yang dikuasai oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pada Agresi kedua ini Belanda melancarkan propaganda yang mengklaim bahwasanya Republik Indonesia telah lenyap dan perlawanan TNI sudah hancur.

Namun Klaim Belanda ini tidak berhasil karena terbukti perlawanan TNI semakin gencar dilakukan bahkan sehari setelah dikuasinya kota Jokjakarta, pihak TNI menyerang Jokjakarta dan berhasil mendudukinya walau hanya selama 6 ( Enam ) jam. Dikuasainya Jokjakarta membuktikan kedunia luar bahwa pemrintahan Republik Indonesia masih tetap berjalan dan kekuatan TNI tidaklah seperti yang di beritakan oleh Belanda. Untuk melanjuttkan perjuangan,maka Panglima angkata n perang Republik Indonesia Jenderal Soedirman menginstruksikan kepada seluruh kekuatan angkatan peranguntuk melakukan perlawanan serta melibatkan rakyat semesta. Perang ini dilakukan dengan taktik Gerilya. Perang gerilya berkobar diseluruh wailayah Indonesia, rakyat bersamasam dengan TNI melakukan berbagai tindakan yang menggerogoti kekuatan Belanda.

Setelah Belanda melancarkan agresi militer II persoalan Indonesia – Belanda menjadi sorotan dunia Internasional. Dewan Keamanan PBB, melalui KTN terus megupayakan agar konflik yang terjadi dapat terselesaikan. Sementara para pemimpin Indonesia terus berjuang demi tercapainya kemerdekaan Indonesia yang berdaulat. Perjuangan lebih diarahkan melalui diplomasi. Dewan Keamanan PBB kembali mengeluarkan resolusi agar pertikaian Indnesia –Belanda dihentikan serta mengusahakan penyelesaian melalui meja perundingan. . Pada tanggal 14 April 7 Mei 1949 dilaksanakan perjajian Roem –Roijen yang menyepakati untuk menghentikan gerakan militer,dan Belanda dipaksa untuk mengembalikan Jokjakarta dan membebaskan


(53)

presiden dan wakil presiden. Berbagai kecaman juga dilancarkan oleh dunia terhadap Belanda khususnya pemerintah Amerika Serikat bahkan mengancam akan memutuskan bantuan ekonominya ( Marshall) untuk Belanda apabila Belanda tidak bersedia menyesaikan konflik melalui meja perundingan. Setelah selama 4 tahun bangsa Indonesia berjuang mempertahankan kemerdekaanya, Akhirnya pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia serta melakukan serah terima kekuasaanya kepada pemerintah Indonesia. Hal ini merupakn realisasi dari keputusan Konfrensi Meja Bundar ( KMB ) yang berlangssung dari tanggal 23 Agustus sampai 2 September 1949 di Ridderzaal Den Haag30

30

Prabudi Said,. Op. Cit 182

.


(54)

BAB IV

Perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan di Indonesia dilakukkan dengan berbagai cara, untuk mengimbangi gencarnya usaha pemerintah Belanda yang ingin menghancurkan kemerdekaan, mulai dari perjuangan yang bersifat militer dengan terjun

PERANAN WANITA DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI MEDAN

Kolonial Belanda yang terusir dari Indonesia ketika dikalahkan oleh Jepang pada tahun 1942, berusaha untuk menegakkan kembali kekuasasaanya setelah Jepang dikalahkan oleh sekutu dalam perang Asia Pasifik pada bulan Agustus 1945. Keinginan Belanda tersebut terbentur oleh proklamasi yang telah dicetuskan oleh Soekarno-Hatta di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Berbagai usaha dilakukan oleh Belanda mulai dari politik pecah-belah, kekuatan militer dengan mengerahkan kekuatan senjata atau bahkan melakukan berbagai bentuk propaganda melalui pers yang bertujuan mengacaukan negara Indonesia yang baru merdeka tersebut. Dengan cara itu, Belanda berharap pemerintahan Republik yang baru terbentuk akan jatuh dan kemudian menyerahkan kekuasaan yang dimilikinya kepada pemerintahan Belanda.

Namun pemerintahan Republik yang telah terbentuk telah bertekad untuk tetap mempertahankan kemerdekaan itu dengan segala konsekuensinya. Pemerintah bahkan mengajak masyarakat untuk secara bersama-sama berjuang dengan segala kekuatan, akal serta persatuan yang dimilikinya agar dapat terlepas dari penderitaan yang diakibatkan oleh penjajahan.


(55)

ke medan tempur, perang melalui media massa, atau bahkan melalui jalan diplomasi yang dilakukan untuk tetap mempertahankan kemerdekaan31.

Keadaan negara yang kacau-balau pada awal kemerdekaan merupakan suatu hal yang sangat mengkhawatirkan, apakah Indonesia dapat bertahan atau tidak. Penderitaan selama penjajahan, semangat dan euforia kemerdekaan merupakan satu hal yang menjadi penentu bertahannya Indonesia dalam perang melawan Belanda. Rakyat bersatu bahu-membahu untuk membela kemerdekaan. Kaum pria-wanita, tua-muda semua terfokus untuk membela kemerdekaan.

Keikutsertaan wanita dalam perjuangan merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasilnya perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Tokoh-tokoh militer dan sipil bekerja keras dalam memobilisasi seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk perjuangan. Segala cara digunakan untuk menarik simpati rakyat sehingga bersedia membela kemerdekaan. Di antara anggota masyarakat, yang tidak kalah penting dalam melakukan perjuangan kemerdekaan itu adalah kaum wanita.

Pada periode perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Kota Medan, para wanita terlibat di hampir semua lini perjuangan. Baik yang dalam bentuk perlawanan pers dan telekumunikasi (wartawati, redaktur surat kabar atau majalah, jurnalis, penterjemah siaran radio berbahasa asing) atau dalam bentuk perlawanan senjata. Aktifitas kaum wanita besifat mendukung kegiatan para pejuang dalam perjuangan berupa dapur umum, perawat, yang kesemuanya itu saling berhubungan dan saling memberikan keuntungan bagi perjungan mempertahankan kemerdekaan di kota Medan.

31


(56)

4.

Sejak timbulnya kesadaran nasional dengan banyaknya rakyat Indonesia yang mengenyam pendidikan, baik di dalam maupun di luar negeri, para tokoh terpelajar tersebut mulai tersadar akan pentingya peranan pers dalam mencapai sebuah tujuan, terutama dalam penyampain sebuah ide ataupun gagasan kepada masyarakat luas. Tahun 1912 merupakan awal insan pers Indonesia tercatat sebagai patriot bangsa. Bersama dengan para perintis pergerakan di berbagai pelosok tanah air, mereka berjuang untuk menghapus penjajahan. Selain dapat menghapuskan penjajahan, para tokoh pergerakan menyadari bahwa kekuatan pers akan mampu membangkitkan kesadaran, memberikan pendidikan mental serta menggugah emosi rakyat secara luas, agar berjuang bersama-sama demi mencapai kemerdekaan

1. Peranan Wanita dalam Perjuangan Pers.

32

Di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, insan pers bahkan menyandang dua peran sekaligus, sebagai aktivis pers yang melaksanakan tugas-tugas pemberitaan dan penerangan guna membangkitkan kesadaran rakyat dan sebagai aktivis politik yang melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun perlawanan rakyat terhadap penjajahan. Kedua peran tersebut mempunyai tujuan tunggal, yaitu mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Pada saat Indonesia kembali diuji dalam mempertahankan kemerdekaan, betapa terasa pentingnya peranan pers sebagai alat perjuangan. Pada tanggal 8 Juni 1946 di Yogyakarta berkumpullah para tokoh surat kabar, tokoh-tokoh pers nasional, untuk mengikrarkan berdirinya Serikat Penerbit Surat kabar (SPS). Kepentingan untuk mendirikan SPS pada waktu itu bertolak dari pemikiran bahwa barisan penerbit pers nasional perlu segera ditata dan dikelola,

.

32


(57)

dalam segi ideal dan komersialnya, mengingat saat itu pers pemeintah maupun pers asing masih hidup dan tetap berusaha mempertahankan pengaruhnya.

Pers surat kabar atau majalah merupakan sarana komunikasi publik yang utama untuk memantapkan kebangkitan nasional dalam rangka mencapai cita-cita perjuangan. Pers nasional terus menyiarkan berita tulisan perlawanan terhadap kolonialisme dan menentang siasat Belanda untuk memecah-belah bangsa Indonesia. Pers Republiken mendukung upaya diplomasi internasional atas dasar kemerdekaan penuh, baik menghadapi Persetujuan Linggajati (15 November 1946) maupun Persetujuan Renville (17 Januari 1948), apalagi terbukti pihak Belanda sendiri telah menginjak-injak persetujuan tersebut dengan melancarkan agresi militer pertamanya pada bulan Juli 1947 dan agresi militer kedua pada bulan Desember 1948.

Selain itu, selama perundingan Indonesia-Belanda berlangsung di Den Haag, pers Republiken secara tegas menolak pembentukan negara-negara kecil yang didukung Belanda, seperti Negara Indonesia Timur (1946), Negara Sumatera Timur (1947), Negara Madura (1948), Negara Pasundan (1948), Negara Sumatera Selatan (1948), Negara Djawa Timur (1948) dan lain-lain.33

Awal kemerdekaan tahun 1945, pers merupakan ujung tombak dalam menyampaikan berita proklamasi. Sebagaimana yang terjadi di Medan, ketiadaan pers yang berhaluan republiken pada awal proklamasi - sebagai akibat larangan yang dilakukan oleh Dai Nippon terhadap surat kabar selama Jepang berkuasa di Medan -

4. 1.1. Surat Kabar

33


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Biro Sejarah Prima, Medan Area Mengisi Proklamasi, Medan-Indonesia: Badan Musyawarah Pejuang Republik Indonesia, 1976.

Buku Tahunan Kota Besar Medan, Djawatan Penerangan Kota Besar Medan, 1954.

Dept.Perhubungan Dirjend.Pos dan Telekomunikasi, Sejarah Pos dan Telekomunikasi di

Indonesia jilid II, Jakarta: CV. Cahaya Makmur,1980

Ginting, Erna Agustina, Agresi Belanda Pertama Merupakan Pelanggaran

TerhadapProklamasi 17Agustus 1945 Di Medan,Medan: Skripsi S1 Jurusan

Sejarah Fakultas Sastra USU, Belum di terbitkan,1983

Gottschalk, Louis, ”Mengerti Sejarah”, Terj. Nugroho Notosusanto, Jakarta : UI Press, 1985.

Hamdani, Nasrul, Morfologi, “Sisi Keras” dan Orang Medan: Sejarah Kota

(1930-1950), Medan: Buletin Historisme edisi Sejarah Kota No.

22/Tahun XI/Agustus 2006, hal 15-16.

Hardi ,Lasmidjah, Sumbangsihku Bagi Ibu Pertiwi, Jakarta: Sinar Harapan, 1984

Hartono, A. Budi & Dadang Julianto, Derita Paksa Perempuan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan bekerjasama dengan LBH Yogyakarta,Yayasan Lapera Indonesia dan Ford Foundation. 1997

Kuntowojoyo, Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1994.

Nasionalisme Berakhir Buntung, Majalah Tempo edisi 13-19 Agustus 2007.

Nurhamidah, dkk, Integrasi Masyarakat Etnik Cina di Kota Madya Medan (Studi

Kasus di Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Barat), Medan

: Lembaga Penelitian USU, tidak diterbitkan, 1992.

Pelly, Usman, Sejarah Sosial Kodaya Medan, Direktur Jenderal Kebudayaan, Jakarta: Januari 1984.

Panglima Komando Daerah Militer II/BB,Sejarah Perang Kemerdekaan Di Sumatera


(2)

Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Pemerintah Kota Medan, 2004.

--- 412 Tahun Kota Medan: 1 Juli 1590-1 Juli 2002, Medan: Humas Sekda Kota Medan, 2002.

Sahputra Edi, Bejo Harimau Sumatera dalam Perang Kemerdekaan, Yayasan Bina Satria '45, Jakarta

---,Sumatera Dalam Perang Kemerdekaan, Jakarta: Yayasan Bina Satria’45,1987

Said, Prabudi, ”Berita Peristiwa 60 Tahun Waspada”. Medan : PT. Prakarsa Abadi Press, 2006.

---, Berita Peristiwa 50 Tahun Waspada. Medan : PT. Prakarsa Abadi Press, 1996.

Simbolon, Parakitri T., Menjadi Indonesia,Jakarta: Penerbit Buku KOMPAS,2006

Sinar, Tengku Lukman, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan : Satgas MAMBI, 1991.

Sitorus, Tiomsi, Peranan Pers di Medan 1945-1949 ,Medan: Skripsi S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra USU, Belum di terbitkan,2007

Sjahnan, R., Dari Medan Area ke Pedalaman dan Kembali lagi ke Kota Medan. Medan: Dinas Sejarah Kodam II/BB,1982

Sofyan, Balud, Sejarah Pemerintahan Kota Madya Medan 1966-1992, Skripsi Belum diterbitkan, Medan : Fakultas Sastra USU.

T.W.H, Muhammad, Sejarah Lahinya Radio Di Sumatera Utara, Medan: Yayasan Pelestarian Fakta Perjuangan Kemerdekaan,1996.

Thaib, Roestam, et, al., 50 Tahun Kota Praja Medan, Medan : Djawatan Penerangan Kotapraja I, 1959.

Tim Pelaksana Penyusunan Naskah Penelitian Dan Pencatatan Sejarah Daerah Sumatera Utara, Sejarah Sumatera Utara , Medan: Proyek Penelitian Dan Pencatatan Budaya Daerah,1977.


(3)

Daftar Informan:

1. Nama : Drs. Muhammad . T.W.H Umur : 77 tahun

Alamat : Jalan Darussalam/ Sei Alas No. 6 Medan Tokoh Pers dan mantan Anggota tentara pelajar.

2. Nama : R. Silalahi

Umur : 81 tahun

Alamat : Jln. Sei Belutu no. 19 Medan Baru

Mantan pejuang bersama pasukan Nelang Sembiring, yang sering melakukan serangan ke kota Medan, setelah Medan berhasil dikuasai oleh Belanda 1946.

3. Nama : Dr. E.L Tobing Umur : 84 tahun.

Alamat : Tasbih Blok QQ, 13 B

Mantan tentar pelajar pada masa revolusi kemerdekaan, sekarang menjadi dokter yang masih aktif di Rs. Elisabeth Medan.


(4)

Herawati. Seorang pegawai Perusahaan Pos Telgraf dan

Telekomunikasi ( PTT ). Menjadi pejuang yang tetap bertahan ketika Medan Jatuh ketangan Belanda. Dan menjadi tokoh PTT

(Foto Koleksi Bapak Minto ginting, pegawai senior PT. Pos Medan )

Ibu Lasmaria Siregar. Seorang tenaga Dapur umum yang mengurusi keburttuhan logistik pasukan republik ketika masih berumur 15 tahun.


(5)

Ibu Ani Idrus. Pejuang Pers ( Wartawati Sekaligus Redaktur ) dalam SKH Pewarta Deli pad tahun 1945 dan Pendiri Harian Waspada pada tahun 1947 bersama M. Said.

(Foto Koleksi Harian Waspada, Medan )

Foto.Ibu Maria Hartiningsih seorang penyiar radio Nirom I di jalan serdang Weg Medan dalam program bahasa melayu. Pada masa pergerakan menjadi salah satu tokoh pejuang Radio di Sumatera Utara. ( Koleksi Bapak M. T.W.H )


(6)