Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Afiqah Binti Azman

Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur, Malaysia / 05 Juli 1993

Agama : Islam

Alamat : Jalan Dr. Sumarsono No.30, Kompleks USU, Medan.

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Bandar Tun Hussein Onn 2000-2005

2. Maktab Rendah Sains Mara Kem Terendak, Melaka 2006- 2010 3. Nirwana College 2010-2011

4. Universitas Sumatera Utara 2011- Sekarang Riwayat Organisasi : 1. Ketua Exco Wanita dan Keusahawanan Persatuan

Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia di Indonesia Cawangan Medan (PKPMI-CM) sesi 2013/2014 2. Pengarah projek Pesta Makanan 1 Malaysia

(PEST1MA) 2013

3. Penolong ketua projek Festival Budaya & Kuliner Malaysia – Indonesia 2014

4. Exco Publikasi Medical Emergency Team (MET) sesi 2013/2014

5. Bendahari Malaysian Students’ Charity Work 6th Edition 2013 (Khitanan Massal)


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

1 PEREMPUAN 20 FIBROINFILTRAT DI KEDUA PARU TERUTAMA LAPANGAN ATAS DISERTAI KALSIFIKASI MULTIPEL DENGAN KAVITAS DI LAPANGAN ATAS PARU *** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF DUPLEX

2 LAKI - LAKI 43 FIBROINFILTRAT DI KEDUA PARU ***PROSES SPESIFI LAMA AKTIF 3 PEREMPUAN 27 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI 4 PEREMPUAN 70 LESI MILIER DI KEDUA PARU *** TB MILIER

5 PEREMPUAN 50 INFILTRAT DI LAPANG ATAS DAN LAPANG BAWAH PARU KIRI

6 LAKI - LAKI 53 INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

7 PEREMPUAN 29 TAMPAK KAVITAS LAPANGAN ATAS PARU KANAN YANG BERDINDING TIPIS DISERTAI INFILTRAT MINIMAL 8 LAKI - LAKI 58 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

9 LAKI - LAKI 21 TAMPAK INFILTRAT BILATERAL DI LAPANGAN ATAS PARU

10 LAKI - LAKI 42 TAMPAK FIBROINFILTRAT PADA KEDUA PARU , CORAKAN BRONKOVASKULER LAPANGAN ATAS PARU KANAN 11 LAKI - LAKI 55 KONSOLIDASI NON HOMOGEN DAN HOMOGEN DI LAPANGAN ATAS TENGAH PARU KIRI , TRAKEA TERTARIK 12 LAKI - LAKI 42 TAMPAK FIBROINFILTRAT PADA KEDUA PARU DENGAN KAVITAS DI LAPANGAN TENGAH PARU KANAN 13 PEREMPUAN 18 TAMPAK BERCAK INFILTRAT LAPANGAN ATAS DAN TENGAH KEDUA PARU

14 LAKI - LAKI 50 TAMPAK KONSOLIDASI HOMOGEN DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN ,

INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KIRI DENGAN KAVITAS DAN KALSIFIKASI DI LAPANGAN ATAS TENGAH PARU KIRI

15 LAKI - LAKI 53 TAMPAK KONSODILASI HOMOGEN DI LAPANGAN ATAS KEDUA PARU ( RUJUK GAMBAR) 16 LAKI - LAKI 34 TAMPAK FIBROINFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU

17 LAKI - LAKI 48 SINUS COSTOPRENIKUS & DIAFRAGMA KIRI BERSELUBUNG, TAMPAK INFILTRAT DI APEX SAMPAI LAPANG ATAS PARU KANAN & KIRI *** SUSP.TB PARU AKTIF DUPLEX FOTO LAMA TIDAK DILAMPIRKAN, EFUSI PLEURA KIRI

18 LAKI - LAKI 31 TAMPAK FIBROSIS DI KEDUA LAPANGAN PARU

19 LAKI - LAKI 23 TAMPAK KONSOLIDASI HOMOGEN DAN INFILTRAT DI PARAHILER PARU KIRI

20 LAKI - LAKI 81 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANG BAWAH PARU KIRI , TAMPAK HIPERAERASI PADA LAPANG BAWAH PARU KANAN, KALSIFIKASI AORTA *** BRONCHOPNEUMONIA DD TB PARU, EFISEMA PULMONUM , SUSPEK EFUSI PEURA KIRI, ATHEROSKLEROSIS AORTA


(9)

21 LAKI - LAKI 29 FIBROINFILTRAT DI LAPANGAN ATAS SAMPAI TENGAH PARU KANAN & LAPANGAN BAWAH PARU KIRI, TAMPAK KONSOLIDASI

HOMOGEN DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN YANG MENUTUPI SINUS COSTOPHRENICUS & HEMODIAFRAGMA KANAN *** PARU LAMAM AKTIF DISERTAI FIBROSIS, EFUSI PLEURA BILATERAL TERUTAMA KANAN

22 PEREMPUAN 43 INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH DAN TENGAH PARU KANAN , KAVITAS DI LAPANGAN TENGAH PARU KIRI 23 PEREMPUAN 48 INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI

24 PEREMPUAN 32 INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI

25 LAKI - LAKI 38 KAVITAS DI LAPANGAN PARU ATAS, FIBROSIS DI PARAKARDIAL DAN INFILTRAT DI LAPANG TENGAH PARU 26 PEREMPUAN 18 SELUBUNGAN HOMOGEN DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN *** ATELEKTASIS SEGMENTAL PARU KANAN ATAS 27 LAKI - LAKI 23 INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI

28 LAKI - LAKI 76 TAMPAK INFILTRAT DI PARAKARDIAL KANAN & KIRI *** BRONKOPNEUMONIA

29 LAKI - LAKI 53 TAMPAK FIBROINFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS TENGAH PARU KANAN DENGAN CURIGA KAVITAS *** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF

30 LAKI - LAKI 44 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN DAN LAPANGAN TENGAH-BAWAH PARU KIRI *** TB PARU AKTIF

31 PEREMPUAN 53 TAMPAK PERSELUBUNGAN OPAK HOMOGEN DI LAPANG BAWAH PARU KANAN YANG MENUTUPI SINUS KOSTOPRENIKUS & DIAFRAGMA KANAN *** EFUSI PLEURA KANAN

32 LAKI - LAKI 57 FIBROINFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

33 LAKI - LAKI 60 TAMPAK INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS -TENGAH PARU KIRI DAN LAPANGAN TENGAH PARU KANAN *** PROSES SPESIFIK

34 PEREMPUAN 33 SINUS KIRI TUMPUL, TAMPAK PERSELUBUNGAN DI LAPANGAN BAWAH PARU KIRI *** PLEURA EFUSI KIRI DENGAN THORAX DRAIN TERPASANG

35 PEREMPUAN 61 TAMPAK FIBROINFILTRAT & KAVITAS KECIL DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN YANG MENARIK HILUS KE ARAH KRANIAL *** ABSES SPESIFIK LAMA AKTIF

36 LAKI - LAKI 63 TAMPAK FIBROINFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI *** TB PARU LAMA AKTIF, AORTA KALSIFIKASI

37 PEREMPUAN 27 EFUSI PLEURA

38 LAKI - LAKI 57 INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH DENGAN KONSOLIDASI HOMOGEN DI LAPANGAN TENGAH PARU KANAN , INFILTRAT DI LAPANGAN TENGAH-BAWAH PARU KIRI

39 LAKI - LAKI 46 TAMPAK PERSELUBUNGAN LAPANGAN BAWAH PARU KANAN, TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN ATAS PARU *** TB PARU AKTIF, MILD PLEURA EFUSI KANAN


(10)

43 LAKI - LAKI 57 SINUS COSTOPHRENIKUS KIRI TUMPUL KANAN LANCIP, INFILTRAT LAPANGAN ATAS DAN PARACARDIAL KANAN *** EFUSI PLEURA KIRI

44 LAKI - LAKI 56 TAMPAK INFILTRAT BILATERAL DI LAPANGAN TENGAH PARU

45 LAKI - LAKI 45 TAMPAK PERSELUBUNGAN OPAK INHOMOGEN DISERTAI DENGAN MULTIPEL KAVITAS *** TB PARU AKTIF DENGAN MULTIPEL KAVITAS , EMPIEMA PARU

46 LAKI - LAKI 30 KONSOLIDASI HOMOGEN DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN , INFILTRAT DENGAN KALSIFIKASI DI PARU KIRI 47 LAKI - LAKI 56 TAMPAK KONSOLIDASI & INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS PARU KIRI

48 LAKI - LAKI 76 TAMPAK KALSIFIKASI MULTIPEL PADA PARU KANAN & KIRI ** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF DENGAN PLEURITIS 49 PEREMPUAN 65 CURIGA INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN YANG SUPERPOSISI DENGAN OS CLAVICULA DAN SKAPULA KANAN 50 PEREMPUAN 77 KONSOLIDASI HOMOGEN DI LAPANGAN BAWAH PARU DAN INFILTRAT DI PARU KANAN

51 PEREMPUAN 32 SULIT DINILAI BATAS KIRI KARNA TERTUTUP PERSELUBUNGAN, TAMPAK INFILTRAT MULTIPEL KAVITAS KECIL2 DI PARU KIRI *** PROSES SPESIFIK AKTIF

52 LAKI - LAKI 26 TAMPAK BAYANGAN OPAK DI PARAKARDIAL KIRI *** ROUNDED PNEUMONIA, MASA PARU KIRI, TB PARU AKTIF 53 PEREMPUAN 61 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS KANAN

54 LAKI - LAKI 26 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

55 LAKI - LAKI 24 FIBROINFILTRAT DENGAN EKTASIS DI KEDUA PARU, BAYANGAN UDARA PADA JARINGAN LUNAK *** TB DUPLEX AKTIF, GANGREN PADA JARINGAN LUNAK

56 PEREMPUAN 47 TAMPAK INFILTRAT DI PARACARDIAL KANAN DAN LAPANGAN ATAS PARU KANAN, PARAKARDIAL KIRI. *** PNEUMONIA DD; PROSES SPESIFIK

57 PEREMPUAN 60 CURIGA INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI

58 PEREMPUAN 45 TAMPAK INFILTRAT NODUL BERBAGAI UKURAN PADA KEDUA LAPANGAN PARU & JUGA TERLIHAT RETROSTERNAL & RETROCARDIAC SPACE *** PARU DENGAN LESI LANJUT

59 LAKI - LAKI 24 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI *** BRONKOPNEUMONIA DD: TB


(11)

61 LAKI - LAKI 44 TAMPAK FIBROINFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI DISERTAI KAVITAS, TAMPAK INFILTRAT DISERTAI FIBROSIS DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN

62 LAKI - LAKI 50 TAMPAK INFILTRAT BILATERAL DI KEDUA LAPANGAN PARU 63 LAKI - LAKI 57 INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU

64 PEREMPUAN 34 INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS TENGAH PARU KANAN DENGAN EFUSI PLEURA DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN 65 PEREMPUAN 30 KONSOLIDASI HOMOGEN DI PARAHILER ( LAPANG BAWAH PARU) KIRI

66 LAKI - LAKI 23 TAMPAK PERSELUBUNGAN PADA BASAL PARU KANAN

67 LAKI - LAKI 70 LESI MILIER DI KEDUA PARU, KONSOLIDASI PARU ATAS *** TB PARU MILIER

68 LAKI - LAKI 45 TAMPAK KONSOLIDASI HOMOGEN PADA PERIHILER PARU KIRI DENGAN GAMBARAN INFILTRAT SEKITARNYA, CORAKAN PEMBULUH DARAH MENINGKAT

*** LIMFADENOPATI HILUS KIRI DENGAN GAMBARAN INFILTRAT , TB PARU BELUM DAPAT DISINGKIRKAN LAGI. 69 LAKI - LAKI 77 INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU *** BRONKOPNEUMONIA DD: PROSES SPESIFIK AKTIF

70 PEREMPUAN 66 TAMPAK PERSELUBUNGAN HOMOGEN DI LAPANG TENGAH SAMPAI BAWAH HEMITHORAKS KIRI YANG MENUTUPI BATAS JANTUNG KIRI , SINUS & HEMIDIAFRAGMA DAN GAMBAR MENISKUS SIGN ,

TERDAPAT KONSOLIDASI PADA LAPANG ATAS PARU KANAN DENGAN CURIGA DEKSTRUKSI KOSTA 1 ( EFUSI PLEURA KIRI)

71 PEREMPUAN 32 TAMPAK INFILTRAT PADA PARU KIRI ATAS *** TB PARU KIRI AKTIF

72 PEREMPUAN 65 CURIGA INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN YANG SUPERPOSISI DENGAN OS CLAVICULA DAN SKAPULA KANAN 73 LAKI - LAKI 63 TAMPAK FIBROSIS DI LAPANGAN PARU KANAN *** TB DUPLEX LAMA YANG SUDAH TENANG + EMPISEMA PULMONUM 74 LAKI - LAKI 20 TAMPAK KONSOLIDASI HOMOGEN DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN

75 PEREMPUAN 38 TAMPAK PERSELUBUNGAN INHOMOGEN PADA LAPANGAN BAWAH PARU KANAN & KIRI, TAMPAK KESURAMAN PADA STRUKTUR DIAFRAGMA DAN SINUS BILATERAL,

*** PNEUMONIA DISERTAI SUGESTIF, EFUSI PLEURA MINIMAL BILATERAL 76 LAKI - LAKI 40 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA PARU *** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF DUPLEX

77 PEREMPUAN 53 TAMPAK PERSELUBUNGAN HOMOGEN PADA LENGAN PARU KANAN YANG MENUTUPI BATAS JANTUNG, DIAFRAGMA & SINUS KOSTOPRENIKUS KANAN *** EFUSI PELURA KANAN

78 PEREMPUAN 56 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS TENGAH PARU KANAN 79 PEREMPUAN 50 TAMPAK FIBROINFILTRAT DI PARU KIRI


(12)

82 LAKI - LAKI 38 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA BELAH PARU

83 LAKI - LAKI 32 TAMPAK INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS PARU KIRI, CORAKAN PEMBULUH DARAH MENINGKAT *** SUGESTIF TB PARU

84 PEREMPUAN 16 TAMPAK INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS PARU KANAN

85 PEREMPUAN 60 TAMPAK INFILTRAT PADA KEDUA LAPANGAN PARU, INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS & TENGAH PARU KIRI, TAMPAK HONEY COMB APPEARANCE PADA KEDUA PAR *** TB DUPLEX AKTIF, BRONKIEKTASIS

86 LAKI - LAKI 56 KONSOLIDASI HOMOGEN PADA LAPANGAN ATAS PARU KANAN

87 LAKI - LAKI 37 TAMPAK INFILTRAT PADA KEDUA LAPANGAN PARU *** TB PARU AKTIF DENGAN EFUSI PLEURA KANAN 88 PEREMPUAN 54 KONSOLIDASI HOMOGEN PADA PARU KANAN *** EFUSI PLEURA EC SUSP TB

89 LAKI - LAKI 71 ADA KAVITAS DAN INFILTRAT MEMENUHI LAPANGAN PARU KIRI

90 LAKI - LAKI 26 TAMPAK PERSELUBUNGAN OPAK( KONSOLIDASI) HOMOGEN DI HEMITHORAKS KIRI *** HIDROPNEUMOTHORAKS EC SUSP TB

91 PEREMPUAN 63 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN *** SUSP TB PARU

92 LAKI - LAKI 76 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI 93 PEREMPUAN 45 TAMPAK INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS PARU KANAN 94 PEREMPUAN 30 KONSOLIDASI HOMOGEN PADA LAPANGAN BAWAH PARU KIRI 95 LAKI - LAKI 47 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS KEDUA PARU

96 LAKI - LAKI 37 KONSOLIDASI HOMOGEN PADA PARU KANAN , FIBROSIS PADA PARA CARDIAL KIRI *** EFUSI PLEURA SUSP TB PARU

97 PEREMPUAN 45 TAMPAK MULTIPLE NODUL PADA KEDUA BELAH PARU

98 PEREMPUAN 31 TAMPAK PERSELUBUNGAN HOMOGEN DI HEMITHORAKS LATERAL BATAS SAMPING KIRI YANG MENUTUPI, TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN *** EFUSI PLEURA KIRI + TB PARU AKTIF

99 LAKI - LAKI 60 INFILTRAT PADA KEDUA LAPANGAN PARU *** TB AKTIF , EFUSI PLEURA KIRI 100 LAKI - LAKI 58 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA PARU DENGAN KONSOLIDASI HOMOGEN

DI APEKS PARU KANAN DAN FIBROSIS DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN.


(13)

102 LAKI - LAKI 71 TAMPAK FIBROINFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU , SINUS & DIAFRAGMA KIRI BERSELUBUNG *** SUSP EFUSI PLEURA KIRI, SUSP ATELEKTASIS LAPANGAN ATAS PARU KIRI, PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF

103 LAKI - LAKI 54 KONSOLIDASI HOMOGEN DI PARAKARDIAL KANAN DAN KIRI DISERTAI INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH KEDUA PARU 104 LAKI - LAKI 51 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU

105 PEREMPUAN 29 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KIRI DISERTAI KAVITAS DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI 106 LAKI - LAKI 32 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS SAMPAI BAWAH PARU KANAN YANG SEBAGIAN

TAMPAKNYA BERKONSOLIDASI DI PARU KIRI *** TB PARU AKTIF

107 LAKI - LAKI 59 TAMPAK KONSOLIDASI INHOMOGEN DI LAPANG BAWAH PARU KIRI YANG MENUTUPI SINUS COSTOPRENIKUS & HEMIDIAFRAGMA YANG PADA POSISI LATERAL TERLIHAT PADA RETROCARDIAL SPACE

*** PLEURA PNEUMONIA, DD: TB + EFUSI PLEURA KIRI 108 PEREMPUAN 24 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI

109 LAKI - LAKI 52 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN ATAS PARU

110 PEREMPUAN 16 INFILTRAT DI PARU KIRI & KANAN TERUTAMA KIRI *** TB PARU AKTIF DUPLEKS 111 PEREMPUAN 63 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA PARU

112 PEREMPUAN 47 TAMPAK INFILTRAT DISERTAI KAVITAS PADA LAPANGAN ATAS PARU KIRI 113 PEREMPUAN 19 FIBROINFILRAT DI KEDUA LAPANGAN ATAS PARU *** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF 114 LAKI - LAKI 50 DI PARU KANAN TAMPAK INFILTRAT DI APEKS DI SERTAI EFUSI PADA PERIHILER PARU ,

INFILTRAT DI PARAHILER PARU KIRI

115 PEREMPUAN 49 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN, DI PARU KIRI TERJADI EFUSI PLEURA *** SUSP TB PARU + PNEUMONIA

116 LAKI - LAKI 54 FIBROSIS DI APEKS PARU KIRI

117 PEREMPUAN 51 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN 118 PEREMPUAN 55 TAMPAK INFILTRAT DI PARU KANAN

119 PEREMPUAN 19 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KIRI 120 LAKI - LAKI 57 HONEY COMB LIKE PADA LAPANGAN BAWAH PARU KIRI

121 LAKI - LAKI 52 KAVITAS DILAPANGAN BAWAH PARU KANAN , DI PARU KIRI TAMPAK INFILTRAT DISERTAI KONSOLIDASI HOMOGEN DI LAPANGAN TENGAH

122 LAKI - LAKI 60 TAMPAK INFITRAT DISERTAI KAVITAS PADA APEKS PARU KIRI 123 PEREMPUAN 44 FIBROINFILTRAT DI KEDUA PARU TERUTAMA KANAN DISERTAI KAVITAS


(14)

126 LAKI - LAKI 59 TAMPAK PERSELUBUNGAN HOMOGEN PADA BELUM DAPAT DISINGKIRKAN APEKS PARU KANAN DENGAN KOMPONEN INFILTRAT & FIBROSIS *** PERSELUBUNGAN HOMOGEN APEX PARU KANAN DGN KOMPONEN INFILTRAT & FIBROSIS EC. SUGESTIF TB PARU , KEMUNGKINAN SUATU PROSES KEGANASAN

127 LAKI - LAKI 56 INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN 128 LAKI - LAKI 41 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN 129 LAKI - LAKI 53 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU

130 LAKI - LAKI 71 DI PARU KANAN INFILTRAT TERLIHAT DI BAHAGIAN APEKS PARU SEMENTARA DI PARU KIRI SELURUH LAPANGAN PARU DI INFILTRASI 131 LAKI - LAKI 39 TAMPAK INFILTRAT LUAS PADA KEDUA LAPANGAN PARU *** SUGESTIF TB PARU DENGAN LESI LANJUT

132 PEREMPUAN 20 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU 133 LAKI - LAKI 33 EFUSI PLEURA KANAN DD EC TB

134 LAKI - LAKI 62 TAMPAK INFILTRAT PADA SELURUH LAPANGAN PARU *** TB AKTIF 135 LAKI - LAKI 25 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

136 LAKI - LAKI 67 TAMPAK INFILTRAT DISERTAI FIBROSIS PADA PARU KANAN 137 PEREMPUAN 50 FIBROSIS DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN

138 PEREMPUAN 45 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN DI SERTAI PERSELUBUNGAN PADA LAPANGAN BAWAH PARU KANAN 139 LAKI - LAKI 38 TAMPAK INFILTRAT DI SELURUH LAPANGAN KEDUA PARU

140 LAKI - LAKI 22 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI

141 LAKI - LAKI 53 TAMPAK FIBROINFILTRAT DI LAPANGAN ATAS SAMPAI BAWAH PARU KANAN , LAPANGAN ATAS PARU KIRI YANG MENARIK HILUS KE SUPERIOR , HIPERAERASI PARU,

*** TB PARU LA AKTIF, EMFISEMA PARU 142 LAKI - LAKI 39 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

143 LAKI - LAKI 48 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN TENGAH KEDUA PARU

144 PEREMPUAN 34 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI *** BRONCHOPNEUMONIA ( BTA NEGATIF) 145 LAKI - LAKI 23 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS KEDUA PARU *** TB PARU AKTIF DUPLEX 146 LAKI - LAKI 45 INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS KEDUA PARU DI PARACARDIAL KANAN DAN KIRI


(15)

147 LAKI - LAKI 41 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN

148 LAKI - LAKI 21 TAMPAK INFILTRAT DISERTAI KAVITAS DI LAPANGAN ATAS TENGAH PARU KANAN

149 LAKI - LAKI 47 TAMPAK INFILTRAT PADA KEDUA LAPANGAN PARU *** TB PARU DENGAN LESI SUGESTIF LANJUT 150 PEREMPUAN 21 TAMPAK INFILTRAT MILIER PADA KEDUA PARU *** SUGESTIF TB PARU MILIER

151 LAKI - LAKI 47 PERSELUBUNGAN HOMOGEN PADA KESELURUHAN LAPANGAN PARU KIRI *** EFUSI PLEURS EC SUSP TB PARU

152 PEREMPUAN 51 TAMPAK INFILTRAT DAN FIBROSIS PADA PARU KIRI SEGMEN 1/2 DAN PARU KANAN SEGMEN 3 *** KESAN TB DUPLEX AKTIF

153 PEREMPUAN 22 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN TENGAH BAWAH PARU KIRI

154 LAKI - LAKI 56 TAMPAK FIBROINFILTRAT LUAS PADA APEKS RONGGA LAPANGAN PARU KIRI DENGAN GAMBARAN PENARIKAN TRAKEA KE KIRI DAN MINIMAL JANTUNG KE KIRI *** TB PARU LAMA AKTIF

155 LAKI - LAKI 58 TAMPAK INFILTRAL DISERTAI KAVITAS PADA BAHAGIAN APEK PARU KANAN 156 LAKI - LAKI 16 TAMPAK PERSELUBUNGAN DI BAHAGIAN PARACARDIAL KEDUA PARU 157 LAKI - LAKI 26 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA KEDUA PARU BAGIAN ATAS

158 LAKI - LAKI 55 TAMPAK INFILTRAT DI BAGIAN APEKS PARU KANAN

159 PEREMPUAN 21 INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI *** SUSPEK PROSES SPESIFIK AKTIF 160 PEREMPUAN 52 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA PARU DI LAPANGAN TENGAH BAWAH DENGAN

PERSELUBUNGAN PADA LAPANGAN TENGAH ATAS PARU KIRI

161 PEREMPUAN 56 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN DI SERTAI PNEUMONIA ( PERSELUBUNGAN) 162 PEREMPUAN 54 EFUSI PLEURA MINIMAL DI PARAHILER PARU

163 LAKI - LAKI 17 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA PARU TAPI DI PARU KANAN LEBIH BANYAK

164 LAKI - LAKI 44 TAMPAK AREA LUSEN AVASKULER DENGAN GAMBARAN AIR FLUID LEVEL PADA PARU KANAN,

TAMPAK INFILTRAT PADA LAPANGAN TENGAH PARU KIRI *** HYDROPNEUMOTHORAKS KANAN, PNEUMONIA

165 LAKI - LAKI 33 INFILTRAT LUAS PADA KEDUA LAPANGAN PARU

166 PEREMPUAN 26 INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN DENGAN HILUS KANAN MENEBAL *** PROSES SPESIFIK 167 PEREMPUAN 33 TAMPAK INFILTRAT DI APEKSPARU KANAN

168 LAKI - LAKI 59 TIDAK TAMPAK INFILTRAT , CORAKAN PARU MENINGKAT *** TANDA AWAL BENDUNGAN PARU


(16)

172 LAKI - LAKI 51 TAMPAK INFILTRAT PADA KEDUA LAPANGAN PARU *** TB PARU AKTIF DUPLEX

173 LAKI - LAKI 40 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU DENGAN DISTRIBUSI LEBIH LUAR DI PARU KIRI 174 LAKI - LAKI 55 PERSELUBUNGAN DI PARU KANAN DENGAN INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KIRI 175 LAKI - LAKI 61 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI DAN PERIHILER KANAN

*** TB PARU AKTIF

176 LAKI - LAKI 28 TAMPAK INFILTRAT LOBUS SUPERIOR PARU KIRI EC TBC 177 LAKI - LAKI 62 INFILTRAT MELUAS DI KEDUA PARU

178 LAKI - LAKI 49 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANG ATAS KEDUA PARU

*** TB PARU DUPLEX LAMA AKTIF, EFUSI PLEURA KANAN, ARTHEROSKELROSIS AORTA

179 PEREMPUAN 24 INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI DAN PARU KANAN SEDIKIT 180 LAKI - LAKI 52 INFILTRAT DI LAPANGAN BAWAH PARU KANAN & KIRI

181 LAKI - LAKI 67 TAMPAK FIBROINFITRAT DI KEDUA LAPANGAN PARU DISERTAI KAVITAS DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI ,

TAMPAK PERSELUBUNGAN OPAQUE HOMOGEN DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN YANG TAMPAKNYA MENARIK TRAKEA KE KANAN, TAMPAK MULTIPLE INFILTRAT NODULER DI KEDUA PARU *** TB PARU LAMA AKTIF DUPLEX DISERTAI KAVITAS

DNGAN KOMPONEN ATELEKTASIS LAPANGAN ATAS PARU KANAN

182 LAKI - LAKI 30 TAMPAK INFILTRAT PADA KEDUA LAPANGAN PARU TERUTAMA LAPANGAN PARU KIRI *** TB PARU DENGAN LESI LANJUT

183 LAKI - LAKI 55 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS KEDUA PARU DAN TENGAH PARU KANAN *** TB PARU LAMA AKTIF

184 PEREMPUAN 45 TAMPAK INFILTRAT PADA LAPANGAN ATAS PARU KIRI, TAMPAK RONGGA LUSEN MULTIPEL DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI *** TB PARU AKTIF DISERTAI MULTIPEL KAVITAS

185 LAKI - LAKI 31 INFILTRAT NODULAR PADA KEDUA PARU

186 PEREMPUAN 55 INFILTRAT DI KEDUA PARU DISERTAI EKTASIS DI PARU KANAN 187 LAKI - LAKI 35 INFILTRAT DI KEDUA APEKS PARU

188 PEREMPUAN 61 INFILTRAT DI APEKS PARU KIRI

189 PEREMPUAN 33 INFITRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN 190 LAKI - LAKI 26 INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN


(17)

191 PEREMPUAN 26 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN

192 LAKI - LAKI 53 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN TENGAH BAWAH KEDUA PARU 193 LAKI - LAKI 30 TAMPAK INFILTRAT DI KEDUA PARU BAGIAN APEX

194 LAKI - LAKI 18 TAMPAK INFILTRAT MINIMAL DI APEKS KANAN

195 PEREMPUAN 24 TAMPAK INFILTRAT DI APEX KIRI PARU DAN INFILTRAT DI LAPANGAN TENGAH PARU KANAN 196 LAKI - LAKI 33 EFUSI PLEURA BILATERAL TERUTAMA KIRI EC SUPS TB

197 PEREMPUAN 80 TAMPAK INFILTRAT DILAPANGAN ATAS PARU KIRI

198 LAKI - LAKI 55 TAMPAK FIBROINFILTRAT DENGAN PENEBALAN PLEURA PADA LAPANGAN ATAS PARU KANAN *** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF

199 LAKI - LAKI 30 TAMPAK INFILTRAT PADA CORPUS DAN LAPANGAN ATAS PARU KIRI *** SUGESTIF TB PARU DENGAN LESI MINIMAL

200 LAKI - LAKI 41 TAMPAK FIBROINFILTRAT DAN KALSIFIKASI DI LAPANGAN ATAS PARU KANAN *** PROSES SPESIFIK LAMA AKTIF

201 PEREMPUAN 31 FIBROINFILTRAT MEMENUHI KEDUA LAPANGAN PARU 202 LAKI - LAKI 22 RADIOPAK DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI

203 PEREMPUAN 42 TAMPAK INFILTRAT DI LAPANGAN ATAS PARU KIRI 204 PEREMPUAN 34 TAMPAK INFILTRAT DI APEKS PARU KANAN


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., Alsagaf, H., Saleh, W. B. M. T., 1989. Infeksi. In: Pengantar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press: 13 – 34.

Amin, Z., Bahar, A., 2009. Tuberkulosis Paru. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, Alwi, I., M. S. K, & S. Setiati, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing: 2230 - 2239.

Aneja, K. R., Jain, P., Aneja, R., 2008. Lower Respiratory Tract Diseases. In: A Textbook of Basic and Applied Microbiology. New Age International Publisher: 674 – 685.

Centres For Disease Control and Prevention, 2013. Core Curriculum on Tuberculosis: What The Clinician Should Know. Available from:

[Accesed on 1 May 2014]

Centers For Disease Control and Prevention, 2005. Controlling Tuberculosis In The United States. Available from:

[ Accesed on 18 Nov 2014]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes), 2011. TBC Masalah Kesehatan Dunia. Available from:

2014]

Djojodibroto, R. D., 2013. Anatomi Sistem Pernapasan. In: Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: 5 – 20

Djojodibroto, R. D., 2013. Tuberkulosis Paru. In: Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: 151 – 168.

Goldman, K.P., 1989. Tuberculosis In China. West Hill hospital, (70): 293 – 296.

Hoffman, C. J., Chuchyard, G. J., Pulmonary Tuberculosis in Adult. Available from:

Icksan, A. G., Luhur, R., 2008. Radiologi Toraks Tuberkulosis Paru. Jakarta: CV. Sagung Seto


(19)

Isbaniyah, F., Thabrani, Z., Soepandi, P.Z., Burhan, E., Reviona, Soedarsono, et al., 2011. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.

Ismail, Y., 2004. Pulmonary Tuberculosis – A Review of Clinical Features and diagnosis in 232 Cases. Medical Journal Of Malaysia 59 (1): 56 -64. Jeong, Y. J., Lee, K. S., 2008. Pulmonary Tuberculosis: Up – to – Date Imaging and Management. American Journal Of Roentgenology: 834 – 844. Available from:

May 2014]

Knechel, N. A., 2009. Tuberkulosis: Pathophysiology, Clinical Features and Diagnosis: Critical Care Nurse, 29(2): 34 – 45

Nakagawa, M.Y., Ozaka, K., Yamada, N., Osuga, K., Shimouchi, A, Ishikawa, N., et al., 2001. Gender Difference In Delays Diagnosis And Health Care Seeking Behaviour In A Rural Area Of Nepal. Int J Tuberc Lung Dis 2001 (6): 771 -779.

Rasad, S., 2013. Tuberkulosis paru. In: Radiologi Diagnostik. Jakarta: Badan Penerbit FKUI: 85 -160

Ritvo, M., 1956. Tuberculosis. In: Chest X-ray Diagnosis. 2nd ed. Philadedelphia: Lea & Febiger: 121 – 141

Tobin, J. M., 2002. Tuberculosis, Lung Infections, Interstitial Lung Disease and Sosioeconomics issues in AJRCCM 2001. Available from:

[Accessed on 1 May 2014]

Wibowo, D. S., Paryana, W., 2009. Rongga Thorax. In: Anatomi Tubuh Manusia. Singapore: Elsevier: 209 – 269.

World Health Organization, 2013. Global Tuberculosis Report 2013. Available from:

World Health Organization, 2013. Systematic Screening For Active Tuberculosis Principles And Recommendation. Available from:


(20)

World Health Organization, 2002. Gender and Tuberculosis. Department of Gender and Women’s Health.

Zumla, A., Raviglione, M., Hafner, R., Reyn, C. F. V, 2013. Tuberculosis. The New England Journal of Medicine 368 : 8


(21)

BAB 3

KERANGKA OPERASIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Operasional

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah seperti berikut:

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

3.2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional

Alat ukur

Cara ukur Hasil ukur Skala

1 TB paru tersangka Pasien datang ke RSUP Haji Adam Malik dan pertama kali dicurigai oleh dokter mengidap penyakit TB paru melalui pemeriksaan foto rontgen. Rekam medis Pengumpulan data dan analisa hasil foto rontgen lapangan paru pada pemeriksaan radiologi pasien. Gambaran foto rontgen pasien, terdapat kelainan paru (tuberkulosis) atau normal Ordinal Pasien yang pertama kali

didiagnosa TB paru tersangka menggunakan foto

toraks.

- Karakteristik

gambaran radiologis foto toraks.

- Jenis kelamin


(22)

2 Foto toraks Pemeriksaan penunjang yang pertama digunakan untuk mendiagnosa keluhan pasien, untuk penelitian ini khusus pasien Tb tersangka. Rekam medis Pengumpulan data dan analisa hasil foto rontgen lapangan paru pada pemeriksaan radiologi pasien. Gambaran karakteristik foto rontgen pasien,jenis lesi TB pasien; lesi TB aktif atau TB inaktif dan tingkat keparahan infeksi TB pasien; tingkat minimal,tingkat lanjut sedang dan tingkat sangat lanjut. Ordinal

3 Jenis kelamin Identitas pasien di dalam penelitian ini sesuai dengan biologis dan fisiknya yaitu laki – laki dan perempuan. Rekam medis Pengumpulan data

Laki – laki atau perempuan

Nominal

4 Umur Lamanya waktu hidup pasien di Rekam medis Pengumpulan data Hasil dikelompokkan menurut Interval


(23)

dalam

penelitian ini yaitu

terhitung sejak lahir sampai waktu hidupnya saat

terdiagnosa sebagai pasien TB paru tersangka.

kelompok usia yang berbeda yaitu:

a. Anak (0-10 tahun) b. Remaja (11- 20 tahun) c. Dewasa (21 – 40 tahun) d. Setengah Umur

(41-60 tahun) e. Lanjut Usia (> 60 tahun)


(24)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian deskriptif ini akan dilakukan dengan bantuan rekam medis dan dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik gambaran radiologis pasien yang pertama kali didiagnosa dengan TB paru tersangka menggunakan foto toraks.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik, Medan. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data direncanakan pada bulan September 2014 – November 2014.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh pasien yang pertama kali di foto toraks dan didiagnosa sebagai TB paru tersangka pada periode 2013 di RSUP Haji Adam Malik, Medan merupakan sampel penelitian ini.

Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah seluruh data pasien TB paru tersangka yang datang berobat di RSUP Haji Adam Malik, Medan pada periode 2013. Kriteria eksklusi untuk sampel penelitian adalah data pada rekam medis tidak diisi sempurna dan pasien TB paru tersangka yang tidak menjalani foto toraks sebagai pemeriksaan penunjang yang pertama untuk memeriksa keluhannya.


(25)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari pencatatan rekam medis pasien pada bulan Januari 2013 sampai Desember 2013 dari RSUP Haji Adam Malik di mana data yang diperlukan adalah lembar jawaban foto toraks pasien yang pertama kali didiagnosa sebagai TB paru tersangka menggunakan foto toraks.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisa Data

Data – data yang telah dikumpulkan akan ditampilkan ke dalam tabel distribusi frekuensi.


(26)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah sakit umum pusat H. Adam Malik yang terletak di Jalan Bungalau No. 17 Medan Tuntungan, Kota Medan Provinsi Sumatera Utara resmi beroperasi pada tahun 6 September 1991. Rumah sakit umum pusat H. Adam Malik adalah rumah sakit pemerintah kelas A. Disamping itu, RSUP H. Adam Malik adalah rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. RSUP H. Adam Malik juga di tetapkan sebagai rumah sakit pendidikan dan secara resmi pusat pendidikan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dipindahkan ke RSUP H. Adam Malik pada tahun 1993.

5.1.2. Karakteristik Sampel Penelitian

Jumlah sampel untuk penelitian ini adalah seluruh populasi pasien yang pertama kali dicurigai dokter radiologi mengidap penyakit TB paru melalui pemeriksaan foto toraks di RSUP Adam Malik periode 2013 yang telah memenuhi kriteria inklusi dan bebas dari kriteria eksklusi. Sepanjang tahun 2013, terdapat 918 pasien TB paru di RSUP Adam Malik tetapi hanya 204 pasien sahaja yang merupakan pasien TB paru tersangka yang menggunakan foto toraks sebagai pemeriksaan pertama.


(27)

5.1.3. Karakteristik sampel berdasarkan jenis kelamin

Tabel 5.1. Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersangka Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekwensi (n) Persentasi (%)

Laki – laki 129 63

Perempuan 75 37

Total 204 100

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi jenis kelamin laki – laki lebih banyak didiagnosa TB paru tersangka yaitu sebanyak 129 orang (63%) sedangkan perempuan berjumlah 75 orang (37%).

5.1.4. Karakteristik sampel berdasarkan kelompok usia

Tabel 5.2. Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersangka Berdasarkan Kelompok Usia

Usia Frekwensi (n) Persentasi (%)

Anak ( 0-10 tahun)

0 0

Remaja (11 – 20 tahun)

13 6

Dewasa (21 – 40 tahun)

70 34

Setengah Umur (41 – 60 tahun)

93 46

Lanjut Usia ( >61 tahun)

28 14


(28)

Berdasarkan tabel 5.2 usia sampel pada penelitian ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Kelompok setengah umur (41 – 60 tahun) sebanyak 93 orang (46%) diikuti kelompok dewasa (21 – 40 tahun), lanjut usia( > 61 tahun), dan remaja (11-20 tahun) masing – masing dengan catatan sebanyak 70 orang (34%), 28 orang (14%), 13 orang (6%) dan tidak dijumpai pasien TB paru tersangka pada kelompok anak.

5.1.5. Karakteristik paru pasien yang pertama kali dicurigai dokter mengidap penyakit TB paru melalui pemeriksaan foto toraks

Tabel 5.3. Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersagka Berdasarkan Gambaran Lesi

Gambaran Lesi Pada Paru

Frekwensi (n) Persentase (%) Infiltrat di apeks satu

paru

49 24

Infiltrat di satu lapangan paru

25 12

Infiltrat disertai kavitas 28 14

Infiltrat di kedua paru 58 28

Infiltrat di kedua paru disertai efusi pleura

13 6

Efusi pleura di satu lapangan paru

24 12

Efusi pleura di kedua paru

2 1

Fibrosis dan kalsifikasi 5 3


(29)

Dari tabel di atas dapat dilihat gambaran lesi yang terbanyak dijumpai pada pada paru pasien adalah gambaran infiltrat di kedua paru yaitu sebanyak 58 orang (28%) dan gambaran lesi yang paling sedikit dijumpai pada paru pasien adalah gambaran efusi pleura di kedua paru yaitu sebanyak 2 orang (1%).

Menurut American Tuberculosis Association TB minimal tidak melebihi daerah apeks dan tidak ditemukan adanya kavitas. TB lanjut sedang apabila sarang- sarang yang bersifat bercak tidak melebihi luas satu paru, diameter kavitas tidak melebihi 4 cm dan daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus. Menjadi TB sangat lanjut apabila luas daerah yang dihinggapi sarang – sarang lebih daripada klasifikasi kedua di atas.

Menurut buku terbitan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah apabila terdapat bayangan berawan,nodular, kavitas, bercak milier dan efusi pleura. Sementara gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif apabila terdapat fibrosis, kalsifikasi atau penebalan pleura.

Tabel 5.4. Distribusi Sampel TB Paru Tersangka Berdasarkan Klasifikasi Tuberkulosis sekunder menurut American Tuberculosis Association Tingkat keparahan infeksi Frekwensi (n) Presentasi (%)

Tuberkulosis minimal 54 27

Tuberkulosis lanjut sedang 25 12

Tuberkulosis sangat lanjut 125 61

Total 204 100

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi tertinggi adalah pada pasien dengan TB sangat lanjut yaitu sebanyak 125 orang (61%) dan distribusi terkecil adalah pada TB lanjut sedang yaitu sebanyak 25 orang penderita (12%). Sementara TB minimal mencatat sebanyak 54 orang (27%).


(30)

Tabel 5.5. Distribusi Sampel TB paru Tersangka Berdasarkan Jenis Lesi

Jenis Lesi Frekwensi (n) Persentasi (%)

Lesi Aktif 199 98

Lesi Inaktif 5 2

Total 204 100

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi jenis lesi aktif lebih banyak dijumpai pada pasien TB paru tersangka yaitu sebanyak 199 orang (98%) sedangkan lesi yang inaktif hanya sebanyak 5 orang (2%).

5.2. Pembahasan

Pemeriksaan foto toraks dapat digunakan untuk menilai kerusakan struktur paru yang diakibatkan kuman TB. Dari penelitian yang telah lakukan, ditemukan sebanyak 204 pasien yang pertama kali didiagnosa dengan TB paru tersangka daripada 918 kasus TB paru tersangka di RSUP Adam Malik menggunakan bantuan foto toraks sebagai pemeriksaan pertama untuk mendeteksi kelainan. Menurut peneliti, hal ini berkemungkinan banyak yang memilih untuk melakukan pemeriksaan kultur atau biakan dahak karena pemeriksaan itu merupakan metode baku emas (gold standard) dalam mendeteksi penyakit TB. Menurut penelitian oleh Ismail (2004), dilaporkan manifestasi radiologi pada pasien TB paru memiliki kemiripan dengan penyakit paru yang lainnya seperti lesi pada paru akibat jamur paling sering ditemukan di lapangan atas paru dan disertai kavitas. Pada penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jenis kelamin laki – laki lebih banyak dari wanita yaitu sebanyak 129 orang (63%). Sesuai dengan penyataan WHO (2002) berdasarkan kategori sex – specific kriteria, maka didapati jenis kelamin yang banyak menderita TB adalah laki – laki dibanding perempuan. Hal ini karena wanita kurang menunjukkan gejala khas TB seperti batuk berkepanjangan dengan dahak dan jarang memberikan hasil tes positif untuk basil tuberkulosis pada sputum mikroskop dibandingkan pria. Menurut Nakagawa


(31)

(2001), diagnosis TB pada wanita sering terlambat dan sikap wanita kurang berminat pergi ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatannya menjadi salah satu penyebab.

Pada penelitian ini, terjadi peningkatan infeksi pada usia kelompok setengah umur (41-60 tahun) yaitu sebanyak 93 orang (46%). Sementara menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) (2005), di Amerika Serikat (AS), distribusi TB tertinggi adalah pada kelompok usia yang lebih tua. Menurutnya lagi, 20% dari semua kasus TB sering terjadi pada orang berusia lebih dari 65 tahun. Dengan tingkat insiden (kasus per 100.000 orang) kelompok yang lebih tua dari usia 65 adalah yang tertinggi untuk semua kelompok umur di AS. Dari penelitian ini, peneliti menganggap hal ini mungkin disebabkan usia setengah umur adalah usia produktif dan banyak berhubungan dengan orang ramai sehingga resiko untuk terpapar dengan orang yang menderita TB juga tinggi. Gambaran lesi paru yang terbanyak dijumpai di dalam penelitian ini adalah gambaran infiltrat di kedua lapangan paru yaitu sebanyak 58 orang (28%). Menurut peneliti hal ini mungkin disebabkan penderita sibuk bekerja untuk memperbaiki status ekonomi keluarga sehingga penderita mengabaikan pengobatan pada tahap awal penyakit.

Pada penelitian ini, peneliti mendapatkan hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan Goldman K.P. dimana distribusi tingkat keparahan TB yang terbesar berada pada kelompok TB sangat lanjut yaitu sebanyak 125 orang (61%). Menurut Goldman K.P. (1989), setelah melakukan pemeriksaan dan penegakan diagnosa, kebanyakan pasien didapati sudah berada di tingkat infeksi tuberkulosis sangat lanjut. Hal ini karena pasien sering terlambat datang untuk pemeriksaan kesehatan ditambah lagi dengan gejala tuberkulosis yang ringan sehingga pasien merasa perawatan dini tidak diperlukan karena penyakit yang dialami bisa sembuh sendiri dalam jangka waktu tertentu.

Pada penelitian ini didapati jenis lesi aktif yang paling banyak dijumpai pada paru pasien yaitu sebanyak 199 orang (98%). Menurut WHO (2013), penderita dengan


(32)

TB aktif biasanya tidak mengalami gejala TB khas pada tahap awal penyakit. Hal ini membuatkan pasien tidak datang untuk mendapatkan perawatan awal dan terjadi kesalahan diagnosis ketika pasien datang mencari perawatan. Menurut peneliti pula, hal ini mungkin karena pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis masih rendah sehingga penderita menganggap batuk yang dialami cuma batuk biasa. Keadaan sosioekonomi yang rendah juga dapat menyumbang peningkatan angka pasien TB aktif karena pasien tidak mempunyai uang untuk berobat ke rumah sakit atau pusat kesehatan yang berdekatan. Keadaan higienis yang buruk juga dapat memperparah keadaan lesi karena kuman TB suka dengan lingkungan yang lembab.


(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Dari 918 pasien TB paru tersangka yang datang ke RSUP HAM pada tahun 2013, terdapat 204 orang yang menggunakan foto toraks sebagai pemeriksaan pertama untuk mendeteksi kelainan yang dialami tubuh mereka.

2. Dari penelitian ini, jenis kelamin laki – laki lebih banyak dicurigai terkena TB paru tersangka yaitu sejumlah 129 orang (63%).

3. Didapatkan kelompok usia setengah umur (41 – 60 tahun) lebih banyak dicurigai mengidap TB paru tersangka di RSUP HAM periode 2013 yaitu sejumlah 93 orang ( 46%).

4. Gambaran lesi berupa infiltrat di kedua lapangan paru paling banyak ditemukan pada sampel yaitu sejumlah 58 orang (28%). 5. Berdasarkan tingkat keparahan infeksi dari klasifikasi tuberkulosis

sekunder menurut American Tuberculosis Association didapatkan sebanyak 125 orang (61%) berada di kelompok tuberkulosis sangat lanjut dan memegang proporsi terbesar dibandingkan dengan tingkat yang lain.

6. Jenis lesi aktif paling banyak ditemukan pada paru pasien yaitu sejumlah 199 orang (98%).


(34)

6.2. Saran

Dari pengamatan selama saya melakukan penelitian ini, dapat beberapa saran yang saya ingin berikan. Diantaranya:

1. Perlunya pasien TB paru tersangka di RSUP Adam Malik diajarkan cara memproteksi diri agar tidak menjadi sumber penularan kepada masyarakat.

2. Peningkatan program-program penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana untuk mencegah jangkitan TB dan peningkatan pengetahuan tentang penyakit tuberkulosis.

3. Melakukan penyuluhan pada pasien tentang akibat lesi aktif TB pada paru sehingga pasien patuh berobat.

4. Diharapkan agar data – data di rekam medis RSUP H. Adam Malik dapat dilengkapkan dengan data yang semaksimal mungkin agar tidak timbul masalah disaat pengambilan data yang disebabkan rekam medis yang tidak lengkap.


(35)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Paru

Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara yang masuk dapat perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru – paru. Tiap paru – paru melekat pada jantung dan trakea melalui radix pulmonis dan ligamentum pulmonale. Paru – paru sehat selalu berisi udara dan akan mengapung bila dimasukkan ke dalam air. Paru – paru dari foetus atau bayi baru lahir berwarna agak kemerahan dan lunak. Bila bayi belum pernah bernafas maka paru – paru tidak akan mengapung di dalam air tetapi akan tenggelam. Paru – paru orang dewasa mempunyai permukaan yang berwarna lebih gelap dan sering ada bercak – bercak yang disebabkan oleh penimbunan partikel debu yang terisap. Dibandingkan dengan paru – paru kiri, maka paru – paru kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih pendek karena kubah diaphragm kanan letaknya lebih tinggi. Juga lebih lebar karena adanya jantung yang letaknya lebih ke kiri dalam rongga toraks (Wibowo & Paryana, 2009).

Tiap paru – paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, tiga buah facies costalis, facies mediastinalis dan facies diphragmatica, dan tiga buah margo yaitu margo anterior, margo inferior dan margo posterior. Paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi beberapa segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru kiri mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri dibagi menjadi lobus superior dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua. Paru – paru kanan dibagi menjadi lobus superior, lobus inferior dan lobus medius oleh fissura obliqua dan fissura horizontalis. Bronki dan vasa pulmonales muncul dari trakea dan jantung menuju tiap paru – paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis yang akan memasuki hilum pulmonis. Apex pulmonis berbentuk bundar seperti cupula pleurae. Apex pulmonis sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trakea, dan disilang oleh vasa subclavia (Wibowo & Paryana, 2009).


(36)

2.1.1. Topografi

 Tampak depan (Gambar 2.1)

Jika dipandang dari arah depan, puncak paru kanan maupun kiri berada pada kira-kira 2,5 cm di atas sepertiga klavikula bagian medial. Puncak paru jika diproyeksikan akan jatuh pada dasar leher (Djojodibroto, 2013).

 Tampak belakang (Gambar 2.2)

Puncak paru mencapai ujung posterior iga pertama sehingga sama tinggi dengan vertebra torasika pertama. Kubah diafragma mencapai ketinggian vertebra torasika kedelapan atau kesembilan (Djojodibroto, 2013).


(37)

Gambar 2.2

(Sumber: Buku respirologi (respiratory medicine)) 2.1.2. Vaskularisasi

Paru mendapat darah dari dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke interstisial paru. Perlu diketahui bahwa pembuluh darah percabangan dari arteri pulmonalis mempunyai ujung akhir. Tekanan darah pada arteri pulmonalis sangat rendah sehingga memungkinkan pertukaran gas dengan baik sekali. Tekanan darah pada pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan tekanan pada arteri pulmonalis. Berbeda dengan percabangan pembuluh darah arteri pulmonalis, percabangan pembuluh arteri bronkialis tidak mempunyai ujung akhir. Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke saluran pernafasan, septa interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang meninggalkan paru melalui vena azigos menuju vena cava sedangkan yang dua pertiga lagi melalui vena pulmonalis ke atrium kiri (Djojodibroto, 2013).


(38)

2.1.3. Inervasi

Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis. Otot polos saluran napas diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus vagus eferen (kolinergik posganglionik). Pleura parietalis diinervasi oleh nervus interkostalis dan nervus frenikus, sedangkan pada pleura viseralis tidak terdapat inervasi (Djojodibroto, 2013).

2.2. Tuberkulosis Paru

2.2.1. Definisi Tuberkulosis Paru dan Penyebabnya

Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksi yang di transmisikan melalui udara dan agen penyebabnya itu adalah kuman Mycobacterium tuberculosis. TB paru mencakup 80% dari keseluruhan kejadian penyakit TB sedangkan 20% selebihnya merupakan TB ekstrapulmonar (Jeong & Lee, 2008).

2.2.2. Bakteriologi Tuberkulosis

Agen penyebab TB adalah anggota dari genus Mikobakteri, dengan M. tuberkulosis menyebabkan kasus yang terbanyak. M.tuberculosis, agen penyebab TB ditemukan oleh Robert Koch pada 1882, ketika penyakit itu disebut "wabah putih" Eropa. M. bovis dan M. africanum juga dapat menyebabkan TB. Bakteri ini berbentuk batang dengan sifat aerobik dan struktur dinding selnya gram-positif, tapi sulit untuk mewarnainya karena asam lemak rantai panjang (asam mikolik) dalam dinding sel. Bakteri ini juga menunjukkan sifat tahan luntur asam dengan ketahanan terhadap penghilangan warna dengan asam mineral dan alkohol yaitu Ziehl-Neilsen stain (Aneja, Jain, & Aneja, 2008).

M. tuberculosis merupakan bakteri aerob obligat, sangat sensitif terhadap penurunan konsentrasi oksigen walaupun sedikit. Mikobakteri ini tumbuh terbaik di apikal, atau bagian atas dari paru-paru, yaitu daerah yang mengandung oksigen terbanyak. Mikobakteri patogen ini memiliki waktu sangat lama untuk membiak yaitu 12 sampai 18 jam dan waktu yang diperlukan untuk menghasilkan koloni terlihat pada media juga lama yaitu sampai 8 minggu. Mikobakteri laboratorium


(39)

sangat tahan terhadap pengeringan dan dapat bertahan hidup selama 6 sampai 8 bulan dalam dahak kering, ini merupakan salah satu kontribusi terbesar untuk masalah kesehatan masyarakat. Namun M. tuberculosis cukup sensitif terhadap sinar matahari langsung (Aneja, Jain, & Aneja, 2008).

Mycobacterium Tuberculosis merupakan sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae complex adalah : M. Tubeculosae, Varian Asian, Varian African 1, Varian African 2, M. Bovis. Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi (Amin & Bahar, 2009).

2.2.3. Klasifikasi Tuberkulosis

Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan (Isbaniyah, et al., 2011): 1. Letak anatomi penyakit

2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi (termasuk hasil resistensi) 3. Riwayat pengobatan sebelumnya

4. Status HIV pasien

1. Berdasarkan letak anatomi penyakit

o Tuberkulosis paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru. Tuberkulosis milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.

o TB ekstra paru adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru seperti pleura, kalenjar getah bening (termasuk mediastinum dan/atau hilus), abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang dan selaput otak.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi o Tuberkulosis paru BTA positif apabila:

 Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat quality external


(40)

assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.

 Pada Negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengan syarat EQA, maka TB paru BTA positif apabila terdapat salah satu di bawah ini:

- Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif - Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan

didukung hasil pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang ditetapkan oleh klinisi - Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah

hasil kultur M. tuberculosis positif.

o Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:

 Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif. - sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA

negatif pada laboratorium yang memenuhi syarat EQA.

- Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTA negatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan prevalens HIV > 1% atau pasien TB dengan kehamilan >5%.

ATAU

* Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yang belum memiliki fasilitas kultur M. tuberculosis, tetapi memenuhi kriteria berikut:

 Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai salah satu dibawah ini:

I. Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratorium sesuai HIV

II. Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atau prevalens HIV rendah), tidak menunjukkan perbaikan


(41)

setelah pemberian antibiotik spektrum luas (kecuali antibiotik yang mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan aminoglikoida )

o Kasus bekas TB

 Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial (dalam dua bulan) menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.

 Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan OAT dua bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak terdapat perubahan radiologi.

Gambar 2.3. klasifikasi tuberkulosis

(Sumber: Buku Tuberkulosis Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia)

3. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya

Riwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat resiko resistensi obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan uji kepekaaan OAT.

Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu:

o Pasien baru adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan. Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi penyakit di manapun.

TB

TB paru

TB ekstra paru

TB paru BTA (+) TB paru BTA (-)


(42)

o Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang sudah pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal satu bulan, dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi penyakit di manapun.

4. Status HIV

Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan HIV. Tidak semua pasien TB paru perlu diuji HIV. Hanya pasien TB paru tertentu saja yang memerlukan uji HIV, misalnya:

a. Ada riwayat perilaku risiko tinggi tertular HIV b. Hasil pengobatan OAT tidak memuaskan c. Multi Drug Resistance( MDR) TB/TB kronik

Menurut buku Radiologi Diagnostik karya Sjahriar Rasad (2013), tuberkulosis paru dibagi menjadi

I. Tuberkulosis anak ( infeksi primer) II. Tuberkulosis orang dewasa ( re-infeksi) Tuberkulosis primer

Tuberkulosis primer ini biasanya terjadi pada anak – anak. Kelainan foto toraks akibat penyakit ini dapat terjadi di mana saja dalam paru – paru, namun sarang dalam parenkim paru – paru sering disertai oleh pembesaran kelenjar limfe regional (kompleks primer).

Salah satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis, karena perluasan infiltrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen. Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis tuberkulosis pada anak – anak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi di belakangnya.


(43)

Tuberkulosis sekunder atau tuberkulosis re-infeksi

Tuberkulosis yang bersifat kronis ini terjadi pada orang dewasa. Saat ini pendapat umum mengenai penyakit tersebut adalah bahwa timbul reinfeksi pada seorang yang dimasa kecilnya pernah menderita tuberkulosis primer, tetapi tidak diketahui dan menyembuh sendiri.

Sarang – sarang yang terlihat pada foto toraks biasanya berkedudukan di lapangan atas dan segmen apikal lobi bawah, walaupun kadang – kadang dapat juga terjadi di lapangan bawah, yang biasanya disertai oleh pleuritis. Pembesaran kelenjar – kelenjar limfe pada tuberkulosis sekunder jarang ditemukan.

Klasifikasi tuberkulosis sekunder

Klasifikasi tuberkulosis sekunder menurut American Tuberkulosis Association: 1. Tuberkulosis minimal (minimal tuberculosis): yaitu luas sarang – sarang

yang kelihatan tidak melebihi daerah yang dibatasi oleh garis median, apeks, dan iga 2 depan tetapi sarang – sarang soliter dapat berada di mana saja, tidak harus berada dalam daerah tersebut di atas. Tidak ditemukan adanya lubang (kavitas).

2. Tuberkulosis lanjut sedang (moderately advanced tuberculosis): yaitu luas sarang – sarang yang bersifat bercak – bercak tidak melebihi luas satu paru, sedangkan bila ada lubang, diameternya tidak melebihi 4cm. Kalau sifat bayangan sarang – sarang tersebut berupa awan – awan yang menjelma menjadi daerah konsolidasi yang homogen, luasnya tidak boleh melebihi luas satu lobus.

3. Tuberkulosis sangat lanjut (far advanced tuberculosis): yaitu luas daerah yang dihinggapi oleh sarang – sarang lebih daripada klasifikasi kedua di atas, atau bila ada lubang – lubang, maka diameter keseluruhan semua lubang melebihi 4 cm.


(44)

Gambar 2.4. skema klasifikasi American Tuberculosis Association (Sumber: Buku Radiologi Diagnostik)

2.2.4. Patogenesis

Infeksi terjadi ketika seseorang menghirup droplet nuklei yang mengandung basil tuberkulosis yang akhirnya terdampar di alveoli paru-paru dan berkembang biak. Dalam waktu 2 sampai 8 minggu, basil tuberkel ini kemudiannya akan dikelilingi dan ditelan oleh sel – sel kekebalan khusus yang disebut makrofag dan mayoritas basil ini akan hancur atau dihambat. Sel – sel makrofag tadi akan membentuk shell penghalang yang disebut granuloma sehingga sejumlah kecil basil tuberkel


(45)

ini mungkin dapat berkembang biak secara terkendali di intraseluler dan dilepaskan jika makrofag mati. Jika sistem kekebalan tubuh tidak bisa menjaga basil tuberkel di bawah kontrol, basil mulai berkembang biak dengan cepat dan dapat menyebar melalui saluran limfatik atau ke organ atau jaringan yang lebih jauh seperti kelenjar getah bening regional, puncak dari paru-paru, ginjal, otak, dan tulang lewat aliran darah (CDC, 2013).

2.2.5. Gejala – Gejala Klinis

Keluhan yang terbanyak dari penderita TB paru adalah (Amin & Bahar, 2009):

Biasanya subfebri menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 40-41 derajat Celsius. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman M. tuberculosis yang masuk.

Demam

Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk membuang produk- produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama, mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan bermua. Sifat batuk, dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat banyak pembuluh darah yang pecah.Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.


(46)

Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bahagian paru- paru.

Sesak napas

Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik/ melepaskan napasnya.

Nyeri dada

Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak lalu makan, badan makin kurus (berat badan menurun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Malaise

2.2.6. Diagnosis TB Paru

Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis (history taking) dan pemeriksaan fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan bakteriologik. Diagnosis pasti ditegakkan jika pada pemeriksaan bakteriologik ditemukan M. tuberculosis di dalam dahak atau jaringan. Karena usaha untuk menemukan basil TB tidak selalu mudah, maka diupayakan cara untuk dapat membuktikan bahwa terdapat basil TB di dalam tubuh. Cara pembuktiannya adalah melalui pemeriksaan serologi (Djojodibroto, 2013).

Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu (SPS). Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak


(47)

dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit (Depkes, 2007).

Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan sebagai rumah sakit rujukan nasional untuk penyakit paru telah membuat klasifikasi untuk pasien yang berkaitan atau pernah berkaitan dengan tuberkulosis paru, yaitu sebagai berikut (Djojodibroto, 2007):

Diagnosis seperti ini ditegakkan jika semua hasil prosedur diagnostik yang dilakukan mendukung. Prosedur diagnostik TB adalah anamnesis, pemeriksaan fisik, foto toraks, serta hasil pemeriksaan bakteriologik. Pasien yang didiagnosis sebagai TB paru harus diobati secara adekuat.

TB paru

Dari semua hasil prosedur diagnostik yang dilakukan, hanya hasil pemeriksaan bakeriologik saja yang masih negatif. Pasien ini diobati dengan antibiotik yang tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan M. tuberculosis selama satu minggu untuk mengemsampingkan pneumonia. Jika tidak terdapat perbaikan klinis maupun radiologis, segera diberi obat dengan obat anti TB (OAT) selama tiga bulan. Jika dengan pemberian OAT tersebut terjadi perbaikan klinis serta radiologis, pengobatan diteruskan sampai adekuat karena diagnosis TB paru tersangka telah diubah menjadi diagnosis TB paru.

TB paru tersangka (suspect TB)

Pasien yang telah sembuh dari TB yang datang ke dokter karena terdapat keluhan pada sistem pernapasan.


(48)

2.3. Foto Toraks

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray. Dosis radiasi yang digunakan pada orang dewasa untuk membentuk radiografi adalah sekitar 0.06 mSv. Foto thorax digunakan secara rutin untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax, tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan saluran-saluran yang besar.

Foto toraks merupakan salah satu modalitas diagnosis TB. TB juga sering kali didapatkan pada foto toraks yang pada mulanya diperiksa untuk kepentingan lain seperti pada medical check up, dan pemeriksaan untuk toleransi operasi. Bila secara klinis ada gejala TB paru, hampir pasti ada kelainan pada foto toraks. Bila secara klinis ada gejala TB paru, tetapi foto toraks tidak memperlihatkan kelainan, hal ini merupakan tanda kuat bukan TB. Dari bentuk kelainan yang terdapat pada foto toraks bisa didapatkan kesan TB primer, post primer, TB aktif atau tenang. Di samping membantu menegakkan diagnosis, foto toraks berperan penting untuk dokumentasi, menilai tindakan yang dilakukan serta mengkontol keberhasilan terapi (Icksan & S, 2008).

2.3.1. Teknik Pembuatan Foto Toraks

Ada 3 macam proyeksi pemotretan yang penting pada foto toraks pasien yang dicurigai TB yaitu (Icksan & S, 2008):

1.

Pada posisi PA, pengambilan foto dilakukan pada saat pasien dalam posisi berdiri, tahan nafas pada akhir inspirasi dalam (Gambar 2.5). Bila terlihat suatu kelainan pada proyeksi PA, perlu ditambah proyeksi lateral ( Gambar 2.6).


(49)

Gambar 2.5. (Dari kiri) Foto PA dari depan, Foto PA dari samping

Gambar 2.6. Posisi lateral kiri dari depan (A). Posisi lateral kiri dari samping (B)

(Sumber: Buku Radiologis Toraks Tuberkulosis Paru) 2.

Pada proyeksi lateral, posisi berdiri dengan tangan disilangkan di belakang kepala. Pengambilan foto dilakukan saat pasien tahan napas dan akhir inspirasi dalam.

Proyeksi Lateral

3.

Proyeksi top lordotik(Gambar 2.7) dibuat bila foto PA menunjukkan kemungkinan adanya kelainan pada daerah apeks kedua paru. Proyeksi tambahan


(50)

ini hendaknya dibuat setelah foto rutin diperiksa dan bila terdapat kesulitan dalam menginterpretasikan suatu lesi di apeks. Pengambilan foto dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.

Gambar 2.7. Posisi top lodortik

(Sumber: Buku Radiologis Toraks Tuberkulosis Paru)

2.3.2. Gambaran Foto Rontgen TB Paru

Pada pemeriksaan foto toraks, TB dapat memberi gambaran bermacam – macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif adalah (Isbaniyah, et al., 2011):

• Bayangan berawan / nodular di segmen apikoposterior atas dan superior lobus bawah.

• Kavitas terutama lebih dari satu dan dikelilingi bayangan opak berawan atau nodular.

• Bayangan bercak milier.


(51)

Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif adalah (Isbaniyah, et al., 2011):

• Fibrosis • Kalsifikasi • Penebalan pleura

Luluh paru (destroyed lung) adalah gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya secara klinis disebut luluh paru. Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis, ektasis/multikavitas dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktivitas lesi atau penyakit hanya berdasarkan gambaran radiologi tersebut. Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktivitas proses tersebut (Isbaniyah, et al., 2011). Foto Rontgen Tuberkulosis Primer (Primary Tuberculosis)

Menurut Djojodibroto (2013), kelainan pada foto paru penderita tuberkulosis primer berbeda dengan tuberkulosis pasca primer. Pada foto rontgen tuberkulosis primer. Konsolidasi parenkim biasanya bersifat unifokal dengan melibatkan multilobar (25%). Konsolidasi dapat terjadi pada lobus mana pun, tetapi dilaporkan bahwa lobus bawah lebih sering terkena pada orang dewasa. Pada anak-anak sering terjadi atelektasis segmental maupun lobar. Sering terjadi pembesaran hilus atau nodus limfamediastinal dengan persentase 43% pada dewasa dan 96% pada anak-anak. Efusi pleura dapat ditemukan pada 6-7% pada penderita tuberkulosis primer, biasanya bersifat unilateral, dan cairan efusinya bebas serta tidak terperangkap (loculated). Gambaran miliar biasanya terlihat bilateral berupa nodul menyebar (diffuse) dengan ukuran 1-3 mm dan simetris (walaupun tidak selalu)

Nodul persisten (mass-like opacities) yang disebut tuberkuloma merupakan gambaran residu penyakit yang menyembuh. Tinjauan kilas balik menyatakan bahwa pada 7-9% penderita tuberkulosis primer ditemukan nodul yang berukuran < 3cm di lobus atas, sering multiple dan mengalami kalsifikasi.


(52)

Foto Rontgen Tuberkulosis Reaktivasi

Menurut Djojodibroto (2013), karakteristik grup ini adalah predileksinya, yaitu di lobus atas. Segmen yang terkena biasanya segmen apikal dan posterior, dan superior lobus bawah. Kavitas terjadi pada 50% kasus, lebih banyak multipel daripada soliter, dan berdinding tipis atau juga tebal. Pada kavitas dapat ditemukan air fluid level.

Bayangan buram dan infiltrat di lobus atas akan menjadi lesi retikular atau juga lesi nodular yang disebut sebagai penyakit fibronodular atau fibroproliferatif, kemudian akan terjadi retraksi hilus sehingga paru berkerut(volume loss). Para ahli radiologi sering menyebut kelainan ini sebagai kasus TB lama, TB tidak aktif atau tuberkulosis dalam penyembuhan (old, inactive, atau healed tuberculosis). Sebenarnya data foto paru tidak dapat digunakan untuk menyatakan aktivitas penyakit, bahkan foto paru dapat membuat misdiagnosis pada penyakit yang aktif. Foto paru yang stabil untuk beberapa bulan juga tidak dapat digunakan untuk mengemsampingkan tuberkulosis yang aktif.

Keterlibatan pleura pada reaktivasi dapat terlihat jika ada penebalan pleura. Jika terjadi pada apeks, kelainan ini disebut apical capping. Efusi pleura tuberkulosis pasca primer kejadiannya lebih jarang dibandingkan tuberkulosis primer. Jika terdapat air fluid level, berarti terdapat fistula bronkopleura.


(53)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang dapat mengenai paru – paru manusia. TB terjadi disebabkan oleh kuman atau basil tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis (Aditama, 1994). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TB adalah TB paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ – organ dalam seperti ginjal, usus, otak dan lainnya (Icksan & S, 2008).

Menurut WHO (2013), penyakit ini dapat ditularkan melalui udara contohnya ketika seorang pasien yang terinfeksi dengan kuman TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka akan memercikkan kuman TB atau basili tersebut ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB. Secara umum, hanya relatif kecil proporsi orang yang terinfeksi kuman TB akan mengembangkan TB. Namun, kemungkinan mengembangkan TB jauh lebih tinggi di antara orang yang terinfeksi HIV. TB juga sering terjadi pada pria daripada wanita, dan mempengaruhi sebahagian besar orang dewasa di kelompok usia produktif secara ekonomi.

TB masih menjadi masalah kesehatan global utama karena TB merupakan salah satu penyakit yang menyerang jutaan manusia setiap tahun dan mendapat tempat kedua tertinggi di dalam penyakit infeksi yang boleh meragut nyawa secara global, selepas penyakit Immunodeficiency virus (HIV). Pada tahun 2012, diperkirakan 8,6 juta orang terkena TB dan 1,3 juta meninggal akibat penyakit ini (WHO, 2013).


(54)

Laporan global TB 2013 dari WHO ada menyatakan, lima negara dengan insidensi kasus TB tertinggi pada tahun 2012 adalah India (2 juta- 2,4 juta) diikuti dengan China (0.9 juta- 1,1 juta), Afrika Selatan (0,4 juta-0,6 juta), Indonesia ( 0,4 juta – 0,5 juta) dan Pakistan (0,3 juta – 0,5 juta).

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof. Tjandra Yoga ada 3 faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama yaitu sekitar 6 sampai 8 bulan menjadi penyebab penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat setelah merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB-MDR (Multi Drugs Resistant = kebal terhadap bermacam obat). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana penderita tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul (Depkes, 2011).

Sampai saat ini pemeriksaan radiologis yang paling sering digunakan dalam mendiagnosis TB adalah foto toraks. Foto toraks merupakan satu-satunya modalitas imejing yang sederhana, murah, terpilih, aman dan berperan penting dalam mendeteksi morfologi lesi di paru terutama pada pre-clinical stage. Disamping itu luasnya lesi, aktivitas lesi, keterlibatan pleura serta komplikasi seperti jamur dan bronkiektasis dapat dinilai dengan foto toraks. Kelainan foto toraks biasanya baru terlihat setelah 10 minggu terinfeksi oleh kuman TB (Icksan & S, 2008).

Oleh karena itu penelitian ini berawal dari keingin tahuan penulis terhadap penyakit TB yang prevalensinya sangat tinggi dan mengenai semua negara di seluruh dunia sehingga membuat penulis rasa tertarik untuk meneliti karakteristik gambaran radiologis pasien – pasien yang pertama kali didiagnosis dengan TB paru tersangka menggunakan foto toraks di RSUP H. Adam Malik Medan.


(55)

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah karakteristik gambaran radiologis pasien – pasien yang pertama kali didiagnosa sebagai TB paru tersangka menggunakan foto toraks di RSUP Adam Malik periode 2013?

1.3. TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik gambaran radiologis pasien – pasien yang pertama kali didiagnosa sebagai TB paru tersangka menggunakan foto toraks di RSUP Adam Malik periode 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui jenis lesi TB pada paru pasien yang pertama kali didiagnosa sebagai TB paru tersangka menggunakan foto toraks di RSUP Adam Malik periode 2013.

2. Untuk mengetahui tingkat keparahan infeksi TB paru pada pasien yang pertama kali didiagnosa sebagai TB paru tersangka menggunakan foto toraks di RSUP Adam Malik periode 2013.

3. Untuk menghitung jumlah pasien yang pertama kali di foto toraks dan didiagnosa sebagai TB paru tersangka di RSUP Adam Malik periode 2013.

4. Untuk mengetahui distribusi jenis kelamin penderita TB paru tersangka yang menjalani foto rontgen di RSUP Adam Malik periode 2013.

5. Untuk mengetahui distribusi umur penderita TB paru tersangka yang menjalani foto rontgen di RSUP Adam Malik periode 2013.


(56)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberi kesadaran terhadap masyarakat betapa tingginya insidensi tuberkulosis sekaligus meningkatkan tahap waspada mereka terhadap penyakit tuberkulosis.

2. Untuk memberi masukan kepada dinas kesehatan sehingga pencegahannya lebih diutamakan di puskesmas.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penyakit tuberkulosis dan tata cara yang benar untuk melakukan penelitian.


(57)

ABSTRAK

Latar belakang: Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi paru dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Foto toraks merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang itu terkena TB paru atau tidak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik gambaran paru pada pasien yang pertama kali dicurigai sebagai pasien TB paru tersangka di RSUP Adam Malik, Medan pada periode 2013.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambarkan karakteristik gambaran radiologis pasien TB paru tersangka yang menjalani pemeriksaan foto toraks pada periode 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Sampel data yang diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dari departemen rekam medis RSUP Adam Malik, Medan.

Hasil: Dari 918 orang (100%) sampel pasien TB paru tersangka yang dikumpulkan di RSUP Adam Malik Medan, didapati bahwa 204 orang (22.2%) merupakan pasien yang pertama kali dicurigai menderita TB paru dengan menggunakan pemeriksaan foto toraks sebagai pemeriksaan pertama. Dari jenis kelamin didapatkan laki - laki lebih banyak terkena TB paru tersangka yaitu sebanyak 129 orang (63%). Berdasarkan kelompok usia didapatkan distribusi terbesar adalah pada kelompok ‘setengah umur’ yaitu sebanyak 93 orang (46%). dan gambaran paru yang paling banyak dijumpai adalah gambaran infiltrat di kedua paru yaitu sebanyak 58 orang (28%). Menurut klasifikasi American Tuberculosis Association, TB paru sangat lanjut dijumpai paling banyak yaitu sebanyak 125 orang (61%) dan jenis lesi yang sering dijumpai di dalam penelitian ini adalah jenis lesi aktif yaitu sebanyak 199 orang (98%).

Kesimpulan: Pasien laki – laki paling banyak yang dicurigai menderita TB paru. Kebanyakan dari sampel adalah dari kelompok usia ‘setengah umur’ dan gambaran paru yang sering dijumpai pada sampel adalah gambran infiltrat di dikedua paru. Tingkat keparahan infeksi yang sering dijumpai pada pasien setelah didiagnosa menggunakan foto toraks sudah berada dalam keadaan sangat lanjut dan jenis lesi yang terbanyak dijumpai adalah lesi aktif.


(58)

ABSTRACT

Background: Pulmonary tuberculosis(TB) is a lung infection that is caused by Mycobacterium tuberculosis. Chest X-ray is one of the diagnostic tests carried out to detect whether a person is positively infected by TB.

Objective: This study aimed to observe the characteristics of pulmonary TB in the lungs of patients who was suspected with pulmonary TB using chest X-rays at Adam Malik Hospital, Medan in 2013.

Methods: This study is a descriptive study that will describe the characteristics of the radiological features of pulmonary TB patients that have undergone chest x-rays 2013. This research was conducted with a cross-sectional approach. The sample data required for this study was obtained from the department of medical records at Adam Malik Hospital, Medan.

Results: There are 918 (100%) samples of patients suspected with pulmonary TB gathered in Adam Malik Hospital. Out of 918 samples, 204 (22.2%) were suspected of having pulmonary tuberculosis by using chest X-ray as their first examination. Male are more often infected by pulmonary TB which is about 129 (63%) samples. According to age group the largest distribution is on the 'middle-aged' as many as 93 (46%) samples and an overview of the most common lung lession that found are infiltrates in both lungs as many as 58 people (28%). According to the classification of the American Tuberculosis Association, far-advanced pulmonary tuberculosis are most found as many as 125 (61%) samples and the types of lesions that are often found in this study are active lesion which is about 199 (98%) samples.

Conclusion: Men are most likely being suspected of suffering from pulmonary tuberculosis. Most of them are from the age group of 'middle-aged' and most common lung lesion that are found is infiltrates in both lungs. After being diagnosed using radiographic there are often found patients are already in a far-advanced state and most common type of lesion is active lesions.


(59)

KARAKTERISTIK GAMBARAN RADIOLOGIS PASIEN – PASIEN YANG PERTAMA KALI DIDIAGNOSA SEBAGAI TUBERKULOSIS PARU TERSANGKA MENGGUNAKAN FOTO TORAKS DI RSUP ADAM

MALIK PERIODE 2013

Oleh :

AFIQAH BINTI AZMAN 110100404

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(60)

KARAKTERISTIK GAMBARAN RADIOLOGIS PASIEN – PASIEN YANG PERTAMA KALI DIDIAGNOSA SEBAGAI TUBERKULOSIS PARU TERSANGKA MENGGUNAKAN FOTO TORAKS DI RSUP ADAM

MALIK PERIODE 2013

Karya Tulis Ilmiah Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh :

AFIQAH BINTI AZMAN 110100404

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(61)

(62)

ABSTRAK

Latar belakang: Tuberkulosis (TB) paru merupakan infeksi paru dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Foto toraks merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi apakah seseorang itu terkena TB paru atau tidak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengamati karakteristik gambaran paru pada pasien yang pertama kali dicurigai sebagai pasien TB paru tersangka di RSUP Adam Malik, Medan pada periode 2013.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambarkan karakteristik gambaran radiologis pasien TB paru tersangka yang menjalani pemeriksaan foto toraks pada periode 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Sampel data yang diperlukan untuk penelitian ini diperoleh dari departemen rekam medis RSUP Adam Malik, Medan.

Hasil: Dari 918 orang (100%) sampel pasien TB paru tersangka yang dikumpulkan di RSUP Adam Malik Medan, didapati bahwa 204 orang (22.2%) merupakan pasien yang pertama kali dicurigai menderita TB paru dengan menggunakan pemeriksaan foto toraks sebagai pemeriksaan pertama. Dari jenis kelamin didapatkan laki - laki lebih banyak terkena TB paru tersangka yaitu sebanyak 129 orang (63%). Berdasarkan kelompok usia didapatkan distribusi terbesar adalah pada kelompok ‘setengah umur’ yaitu sebanyak 93 orang (46%). dan gambaran paru yang paling banyak dijumpai adalah gambaran infiltrat di kedua paru yaitu sebanyak 58 orang (28%). Menurut klasifikasi American Tuberculosis Association, TB paru sangat lanjut dijumpai paling banyak yaitu sebanyak 125 orang (61%) dan jenis lesi yang sering dijumpai di dalam penelitian ini adalah jenis lesi aktif yaitu sebanyak 199 orang (98%).

Kesimpulan: Pasien laki – laki paling banyak yang dicurigai menderita TB paru. Kebanyakan dari sampel adalah dari kelompok usia ‘setengah umur’ dan gambaran paru yang sering dijumpai pada sampel adalah gambran infiltrat di dikedua paru. Tingkat keparahan infeksi yang sering dijumpai pada pasien setelah didiagnosa menggunakan foto toraks sudah berada dalam keadaan sangat lanjut dan jenis lesi yang terbanyak dijumpai adalah lesi aktif.


(63)

ABSTRACT

Background: Pulmonary tuberculosis(TB) is a lung infection that is caused by Mycobacterium tuberculosis. Chest X-ray is one of the diagnostic tests carried out to detect whether a person is positively infected by TB.

Objective: This study aimed to observe the characteristics of pulmonary TB in the lungs of patients who was suspected with pulmonary TB using chest X-rays at Adam Malik Hospital, Medan in 2013.

Methods: This study is a descriptive study that will describe the characteristics of the radiological features of pulmonary TB patients that have undergone chest x-rays 2013. This research was conducted with a cross-sectional approach. The sample data required for this study was obtained from the department of medical records at Adam Malik Hospital, Medan.

Results: There are 918 (100%) samples of patients suspected with pulmonary TB gathered in Adam Malik Hospital. Out of 918 samples, 204 (22.2%) were suspected of having pulmonary tuberculosis by using chest X-ray as their first examination. Male are more often infected by pulmonary TB which is about 129 (63%) samples. According to age group the largest distribution is on the 'middle-aged' as many as 93 (46%) samples and an overview of the most common lung lession that found are infiltrates in both lungs as many as 58 people (28%). According to the classification of the American Tuberculosis Association, far-advanced pulmonary tuberculosis are most found as many as 125 (61%) samples and the types of lesions that are often found in this study are active lesion which is about 199 (98%) samples.

Conclusion: Men are most likely being suspected of suffering from pulmonary tuberculosis. Most of them are from the age group of 'middle-aged' and most common lung lesion that are found is infiltrates in both lungs. After being diagnosed using radiographic there are often found patients are already in a far-advanced state and most common type of lesion is active lesions.


(64)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kehadrat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

Saya sadari bahwa isi maupun susunan skripsi yang berjudul Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks Di RSUP Adam Malik Periode 2013 ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena keterbatasan dan kelemahan yang ada pada diri saya. Oleh karena itu, saya dengan senang hati menerima kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini saya ingin menyampaikan setinggi – tinggi penghargaan dan terima kasih buat dr. Evo Elidar, Sp. Rad, selaku dosen pembimbing penulis dan pengarahan sepenuhnya kepada penulis sehingga selesai penulisan skripsi Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya juga ingin menyampaikan setinggi terima kasih kepada:

1. dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes, selaku dosen penguji I dan dr. Esther R. D. Sitorus, Sp. PA, selaku dosen penguji II yang telah bersedia menjadi penguji, memberi masukan dan saran.

2. Keluarga yang tercinta yang telah banyak memberikan dukungan dan doa selama menyiapkan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Seluruh tenaga pengajar, staf Program Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Teman – teman seperjuangan saya yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan selama penulis menyiapkan penelitian ini.

5. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam proses penyiapan karya tulis ilmiah ini.


(65)

Akhirnya saya berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi pihak RSUP Adam Malik, pada penelitian akan datang dan dapat memberi manfaaat buat semua.

Medan, 10 Disember 2014


(66)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Anatomi Paru ... 5

2.1.1 Topografi ... 6

2.1.2 Vaskularisasi ... 7

2.1.3 Inervasi ... 8

2.2 Tuberkulosis Paru ... 8

2.2.1 Definisi Tuberkulosis Paru ... 8

2.2.2 Bakteriologi Tuberkulosis ... 8

2.2.3 Klasifikasi Tuberkulosis ... 9

2.2.4 Patogenesis ... 14

2.2.5 Gejala –Gejala Klinis ... 15

2.2.6 Diagnosis TB Paru ... 16

2.3 Foto Toraks ... 18

2.3.1 Teknik Pembuatan Foto Toraks ... 18

2.3.2 Gambaran Foto Rontgen TB Paru ... 20

BAB 3 KERANGKA DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 23

3.1 Kerangka Operasional ... 23

3.2 Definisi Operasional ... 23

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26

4.1 Jenis Penelitian ... 26

4.2 Lokasi danWaktuPenelitian ... 26

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 26


(1)

Akhirnya saya berharap, semoga karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan bahan rujukan bagi pihak RSUP Adam Malik, pada penelitian akan datang dan dapat memberi manfaaat buat semua.

Medan, 10 Disember 2014


(2)

vi

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Anatomi Paru ... 5

2.1.1 Topografi ... 6

2.1.2 Vaskularisasi ... 7

2.1.3 Inervasi ... 8

2.2 Tuberkulosis Paru ... 8

2.2.1 Definisi Tuberkulosis Paru ... 8

2.2.2 Bakteriologi Tuberkulosis ... 8

2.2.3 Klasifikasi Tuberkulosis ... 9

2.2.4 Patogenesis ... 14

2.2.5 Gejala –Gejala Klinis ... 15

2.2.6 Diagnosis TB Paru ... 16

2.3 Foto Toraks ... 18

2.3.1 Teknik Pembuatan Foto Toraks ... 18

2.3.2 Gambaran Foto Rontgen TB Paru ... 20


(3)

4.5 Metode Pengolahan dan Analisa Data ... 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 28

5.1 Hasil Penelitian ... 28

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 28

5.1.2 Karakteristik Sampel Penelitian ... 28

5.1.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

5.1.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelompok Usia ... 29

5.1.5 Karakteristik Paru Pasien Yang Pertama Kali Dicurigai Dokter Mengidap Penyakit TB Melalui Pemeriksaan Foto Toraks ... 30

5.2 Pembahasan ... 32

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

6.1 Kesimpulan ... 35

6.2 Saran ... 36

DAFTAR PUSAKA ... 37 LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Topografi Paru Tampak Depan ... 6

Gambar 2.2 Topografi Paru Tampak Belakang ... 7

Gambar 2.3 Klasifikasi Tuberkulosis ... 11

Gambar 2.4 Skema Klasifikasi American Tuberculosis Association ... 14

Gambar 2.5 Posisi Foto PA dari Depan dan Samping ... 19

Gambar 2.6 Posisi Foto Lateral Kiri dari Depan dan Samping... 19

Gambar 2.7 Posisi Top Lodortik ... 20


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 23

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersangka

Berdasarkan Jenis Kelamin ... 29

Tabel 5.2 Distribusi Sampel Pasien TB Paru Tersangka

Berdasarkan Kelompok Usia ... 29 Tabel 5.3 Distribusi Sampel TB Paru Berdasarkan Gambaran Lesi .... 30

Tabel 5.4 Distribusi Sampel TB Paru Tersangka Berdasarkan

Klasifikasi Tuberkulosis Sekunder Menurut American

Tuberculosis Association ... 31

Tabel 5.5 Distribusi Sampel TB Paru Tersangka Berdasarkan


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 : Lembar Ethical Clearance

Lampiran 3 : Surat Izin Survei Awal Penelitian (Fakultas Kedokteran USU) Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Survei Pendahuluan (RS Adam Malik) Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian (Fakultas Kedokteran USU)

Lampiran 5 : Surat Permohonan Izin Penelitian (RS Adam Malik) Lampiran 6 : Log Book Bimbingan Hasil Penelitian


Dokumen yang terkait

Hubungan Hasil Uji Faal Paru dengan Gambaran Foto Toraks pada _..Penderita Bekas Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan

1 122 72

Komorbiditas pada Pasien Tuberkulosis Paru yang Dirawat Inap di Ruang Rawat Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan Periode Juli 2010- Juni 2012

1 38 76

HUBUNGAN GAMBARAN FOTO TORAKS PASIEN TUBERKULOSIS PARU ANAK DENGAN UJI TUBERKULOSIS DI RSUD SARAS HUSADA

0 4 65

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks Di Rsup Adam Malik Periode 2013

0 35 70

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

2 4 12

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

0 0 2

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

0 0 4

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

0 1 18

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

0 0 3

Karakteristik Gambaran Radiologis Pasien – Pasien Yang Pertama Kali Didiagnosa Sebagai Tuberkulosis Paru Tersangka Menggunakan Foto Toraks di RSUP Adam Malik Periode 2013

0 3 17