PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, TARIF PAJAK, DISKRIMINASI, KECURANGAN, KETEPATAN Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Tarif Pajak Diskriminasi Kecurangan Ketepatan Pengalokasian Dan Money Ethics Mengenai Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelap

(1)

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, TARIF

PAJAK, DISKRIMINASI, KECURANGAN, KETEPATAN

PENGALOKASIAN, DAN

MONEY ETHICS

MENGENAI

PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP ETIKA

PENGGELAPAN PAJAK

(TAX EVASION)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Oleh: NIA NOVIANI

B 200130294

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2017


(2)

(3)

(4)

(5)

1

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, TARIF PAJAK, DISKRIMINASI, KECURANGAN, KETEPATAN PENGALOKASIAN,

DAN MONEY ETHICS MENGENAI PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAPETIKA PENGGELAPAN PAJAK

(TAX EVASION)

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh keadilan, sistem perpajakan, tarif pajak, diskriminasi, kecurangan, ketepatan pengalokasian, dan money ethics mengenai persepsi wajib pajak terhadap etika penggelapan pajak.Jumlah sampel dalam penelitian adalah 130 wajib pajak orang pribadi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian dengan metode convenience sampling. Analisis data dalam penelitian ini dibantu dengan menggunakan program SPSS 20. Metode analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sistem perpajakan, diskriminasi, dan kecurangan berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sedangkan variabel keadilan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, dan money ethics tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap etika penggelapan pajak.

Kata Kunci:sistem perpajakan, diskriminasi, kecurangan, etika penggelapan pajak(tax evasion)

ABSTRACT

This study aims to examine and analyze the effect of justice, taxation system, tax rates, discrimination, fraud, the accuracy of the allocation, and money ethics regarding the perception of the taxpayer against the ethics of tax evasion.The number of samples in the study were 130 individual taxpayers. The sampling technique in the study by convenience sampling method.Analysis of the data in this study aided by using SPSS 20. The data analysis method used is multiple linear regression.The results showed that the variables of the system of taxation, discrimination, and cheating a significant effect on the ethics of tax evasion, while the variable justice, tax rates, the accuracy of the allocation, ethics and money has no effect and no significant effect on the ethics of tax evasion.

Keywords: taxation, discrimination, fraud, ethics of tax evasion

1. PENDAHULUAN

Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang perlu menyusun dan menyelenggarakan pembangunan untuk kesejahteraan rakyat baik berupa pembangunan secara fisik maupun non fisik. Dalam rangka membiayai pelaksanaan pembangunan nasional pemerintah terus meningkatkan penerimaan dari sektor pajak.


(6)

2

Belum optimalnya penerimaan pajak di negara berkembang, khususnya Indonesia salah satunya dipengaruhi oleh masih buruknya administrasi perpajakan. Administrasi perpajakan berkorelasi langsung dengan tingkat penghindaran pajak (tax avoidance), penggelapan pajak (tax evasion), dan korupsi pajak. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tax gap, yaitu selisih antara kewajiban pajak yang seharusnya dengan pajak yang dibayar. Untuk itu, meskipun penerimaan pajak dari tahun ketahun semakin meningkat, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa akan terjadi penurunan yang disebabkan oleh penggelapan pajak yang dilakukan.

Fakta di lapangan menunjukkan dimana fenomena saat ini pendapatan pemerintah dari sektor pajak belum maksimal. Pada tahun 2010 target penerimaan pajak Rp 743 triliun, yang terealisasi hanya 97,3% atau sebesar Rp 723 triliun, tahun 2011 target sebesar Rp 879 triliun, yang terealisasi hanya 99,4% atau sebesar Rp 874 triliun, tahun 2012 dari 1.016 triliun yang ditargetkan hanya terealisasi Rp 981 triliun atau 96,4% saja, di tahun 2013 pun sama target Rp 1.148 triliun yang terealisasi hanya Rp 1.077 triliun atau prosentasenya sebesar 93,8%, target penerimaan 2014 sebesar Rp 1.246 triliun hanya terealisasi Rp 1.143 triliun atau sebesar 91,7%. Hal ini membuktikkan bahwa upaya pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak masih kurang. Masyarakat masih beranggapan bahwa membayar pajak adalah sebuh beban yang dapat mengurangi pendapatan mereka.

Berdasarkan data dari Dirjen Pajak, pada tahun 2011 ditemukan 23 kasus dengan kerugian Rp194 miliar, tahun 2012 terdapat kasus dengan kerugian Rp 326 miliar, serta tahun 2013 ditemukan 20 kasus dengan kerugian negara mencapai Rp 239 miliar. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa praktek penggelapan pajak telah dilakukan dari tahun ketahun.

Menurut Hartman ( 2008:27), banyaknya skandal dan kekacauan yang terjadi di institusi dan individu dalam bidang perpajakan merupakan akibat dari kegagalan etis/ethical failure. Semua orang (pada posisi manapun) di sebuah institusi selalu menemui masalah yang menuntut keputusan yang bersifat etis. Dalam hal ini tindak penggelapan pajak akan dianggap menjadi suatu perbuatan


(7)

3

yang etis dikarenakan buruknya birokrasi yang ada dan minimnya kesadaran hukum WP terhadap tindakan tersebut.

2. METODE

2.1 Populasi dan Sampel Penelitian

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode convenience sampling, yaitu anggota sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan bersifat kooperatif. Teknik pemilihan sampel ini dipilih karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.

2.2 Variabel Dependen

2.2.1 Etika penggelapan pajak

Etika penggelapan pajak adalah tindakan yang tidak benar yang dilakukan WP yang melanggar suatu peraturan dalam lingkup perpajakan yang dilakukan WP terhadap kewajiban dalam perpajakan. Variabel ini diukur dengan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “Sangat Setuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 2 untuk “Tidak Setuju (TS),” dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.3 Variabel Independen 2.3.1 Keadilan

Menurut Siahaan (2010:112) keadilan adalah pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara sesuai dengan kemampuan membayar dan penghasilan WP. Variabel ini diukur dengan instrumen pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “Sangat Setuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 2 untuk “Tidak Setuju (TS),” dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.3.2 Sistem Perpajakan

Menurut Jogiyanto (2005:5) system perpajakan merupakan keseluruhan yang terpadu dari satu kegiatan perpajakan yang berkaitan satu sama lain untuk


(8)

4

mencapai tujuan dalam perpajakan itu sendiri. Variabel ini diukur dengan instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “SangatSetuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 2 untuk “Tidak Setuju (TS),” danskor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.3.3 Tarif Pajak

MenurutAris (2014:17) tariff pajak adalah presentase untuk menghitung besarnya pajak terutang (pajak yang harusdibayar), besarnya tariff dalam undang-undang pajak tidak selalu ditentukan secara nilai persentase tetapi bias dengan nilai nominal.Variabel inidiukur dengan instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “SangatSetuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor2 untuk “TidakSetuju (TS),” dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.3.4 Diskriminasi

Menurut Danandjaja (2003:18) diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial.Variabel ini diukur dengan instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner denganlima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “Sangat Setuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 2 untuk “TidakSetuju (TS),” dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.3.5 Kecurangan

Menurut Ardyaksa (2014:477) kemungkinan terdeteksinya kecurangan adalah seberapa besar kemungkinan terdeteksi kecurangan jika dilakukan pemeriksaan pajak.Variabel ini diukur dengan instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “SangatSetuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral(N),” skor 2 untuk “TidakSetuju (TS),” dan skor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”


(9)

5

2.3.6 Ketepatan Pengalokasian

Menurut Hastuti (2010:16) ketepatan pengalokasian merupakan tolok ukur seberapa tepat APBN dialokasikan dalam pembangunan.Variabel ini diukur dengan instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “Sangat Setuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 2 untuk “Tidak Setuju (TS),” danskor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.3.7 Money Ethics

Menurut Rosianti (2014:3) money ethics adalah seseorang yang memiliki kecintaan sangat tinggi terhadap uang. Variabel ini diukur dengan instrument pengukuran dalam bentuk kuesioner dengan lima skala likert. Untuk setiap pemilihan responden atau jawaban diberi skor 5 untuk “SangatSetuju (SS),” skor 4 untuk “Setuju (S),” skor 3 untuk “Netral (N),” skor 2 untuk “Tidak Setuju (TS),” danskor 1 untuk “Sangat Tidak Setuju (STS).”

2.4 Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda yang bertujuan untuk menguji apakah keadilan, sistem perpajakan, tarif pajak, diskriminasi, kecurangan, ketepatan pengaloaksian, dan money ethics berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak. Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas. Selanjutnya dilakukan uji ketetapan uji f, uji determinasi (R2) dan uji t. Setelah uji asumsi klasik dan uji ketetapan, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis, model persamaan regresi sebagai berikut.

Y= β0 + β1 K+ β2SP + β3 TP+ β4 DK + β5 KTK+ β6KP+ β7 ME+ Keterangan:

Y = Tax Evasion ß 0 = Bilangan konstanta ß1 ... ß 4 = Koefisien arah regresi K = Keadilan

SP = Sistem Perpajakan TP = Tarif Pajak


(10)

6 DK = Diskriminasi KTK = Kecurangan

KP = Ketepatan Pengalokasian ME = Money Ethics

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Uji Validitas

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item pertnyaan untuk variabel keadilan, sistem perpajakan, tarif pajak, diskriminasi, kecurangan, ketepatan pengalokasian, money ethics dan etika penggelapan pajak mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian berarti bahwa semua item pertanyaan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini dinyatakan valid.

3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas mennjukkan bahwa seluruh item pernyataan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah reliabel. Hal ini ditunjukkan oleh nilai cronbach’s alpha dari masing-masing variabel bernilai lebih dari 0,60.

3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov dengan nilai signifikansi (p value) sebesar 0,912 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas atau dapat dikatakan data penelitian terdistribusi secara normal. Hasil uji multikolinearitas menujukkan bahwa masing-masing variabel bebas mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model regresi, sehingga memenuhi syarat analisis regresi. Hasil uji heterokedastisitas bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel tidak mengandung adanya heterokedastisitas, sehingga memenuhi persyaratan untuk analisis regresi.


(11)

7

3.4 Pembahasan

3.4.1 Pengaruh Keadilan Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,601 dengan p = 0,549. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,601 < 1,658) dan probabilitas 0,549 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya keadilan tidak berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H1 ditolak kebenarannya. Semakin tinggi keadilan dalam suatu negara tidak mempengaruhi persepsi WP dalam memandang penggelapan pajak sebagai perilaku yang tidak etis

3.4.2 Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 2,531 dengan p = 0,014. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,531 > 1,658) dan probabilitas 0,014 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya sistem perpajakan berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H2 diterima kebenarannya. Semakin baik sistem perpajakan yang berlaku dalam suatu negara, maka semakin rendah persepsi WP mengenai penggelapan pajak yang dianggap etis.

3.4.3 Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,067 dengan p = 0,946. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,067 < 1,658) dan probabilitas 0,946 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya tarif pajak tidak berpengaru signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H3 ditolak kebenarannya. Semakin tinggi tarif pajak dalam suatu negara tidak mempengaruhi persepsi WP terhadap etika penggelapan pajak.

3.4.4 Pengaruh Diskriminasi Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 3,720 dengan p = 0,000. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (3,720 > 1,658) dan probabilitas 0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya diskriminasi berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H4 diterima kebenarannya. Semakin banyak bentuk diskriminasi dalam peraturan perpajakan yang berlaku, maka WP memiliki persepsi bahwa penggelapan pajak merupakan tindakan yang etis dilakukan.


(12)

8

3.4.5 Pengaruh Kecurangan Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar (-2,825) dengan p = 0,006. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (-2,825 > 1,658) dan probabilitas 0,006 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya kecurangan berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H5 diterima kebenarannya. Semakin baik terdeteksinya kecurangan, maka semakin tidak etis perilaku penggelapan pajak.

3.4.6 Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,829 dengan p = 0,409. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,829 < 1,658) dan probabilitas 0,409 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H6 ditolak kebenarannya. Semakin pemanfaatan pajak untuk kepentingan publik dianggap tidak tepat oleh persepsi WP, maka semakin tinggi penggelapan pajak.

3.4.7 Pengaruh Money Ethics Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,642 dengan p = 0,523. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,642 < 1,658) dan probabilitas 0,523 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya money ethics tidak berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H7 ditolak kebenarannya. Semakin rendah kecintaan seseorang terhadap uang, maka semakin rendah penggelapan pajak dan tindakan tersebut tidak etis.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perpajaka, diskriminasi, kecurangan, berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sedangkan keadilan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, dan money ethics tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak

4.2 Implikasi

Implikasi pada penelitian ini didasarkan dari kesimpulan bahwa pemerintah harus lebih baik dalam mengawasi, mengakomodir, mendistribusikan dan


(13)

9

mengolah dana pajak yang ada, sehingga tercipta suatu keadaan yang harmonis dan stabil dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata.

4.3 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol responden dalam menjawab instrumen penelitian, selain itu, penelitian ini hanya menguji pengaruh keadilan, sistem perpajakan, tarif pajak, diskriminasi, kecurangan, ketepatan pengalokasian, dan money ethics terhadap persepsi WP mengenai etika penggelapan pajak. Hal ini terbukti dari nilai adjusted R square hanya sebesar 24,9% jadi masih ada 75,1% dipengaruhi faktor lain diluar penelitian dan ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di KPP Pratama Surakarta, sehingga hasil penelitian ini kurang maksimal dan tidak dapat digeneralisasi.

4.4 Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh serta keterbatasan dalam penelitian, sehingga saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran variabel selain dengan menggunakan kuesioner, perlu diperkuat dengan wawancara sehingga data yang diperoleh dari responden akan lebih valid. 2. Penelitian berikutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi persepsi WP terhadap etika penggelapan pajak seperti teknologi dan informasi perpajakan, norma dan ketidakpercayaan kepada pihak fiskus. 3. Penelitian selanjutnya disarankan dapat melakukan penelitian lebih dari dari satu KPP Pratama di luar kota Surakarta, agar hasil penelitian dapat digeneralisasi untuk ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat memperkuat validitas eskternal yang dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Aris Abdul dan Mujiyati. 2014. “Perpajakan Kontemporer.” Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Ardyaksa dan Kiswanto.2004.”Pengaruh Keadilan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, kecurangan, teknologi dan informasi perpajakan terhadap


(14)

10

tax evasion.” AAJ Volume 3 Nomer 4 2014 ISSN (Online): 2252-6765. http://www.journal.unnes.ac.id (diakses 5 Agustus 2016 pukul 17:33 WIB). Ayu, Dyah dan Rini Hastuti. 2009. “Persepsi WP: Dampak Pertentangan

Diametral Pada Tax Evasion WP Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Kecenderungan Personal (Studi WP Orang Pribadi").”Kajian akuntansi.

Danandjaja, James. 2003. “Diskriminasi Terhadap Minoritas Masih Merupakan Masalah Aktual di Indonesia Sehingga Perlu Ditanggulangi Segera.”

Friskianti dan Handayani.2014.”Pengaruh Self Assesment system, keadilan, teknologi perpajakan, dan ketidak percayaan kepada pihak fiskus terhadap

tindakan tax evasion.” AAJ Volume 3 Nomer 4 2014 ISSN (Online):

2252-6765. http://www.journal.unnes,ac,id (diakses 11 Oktober 2015 pukul 17:11 WIB).

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Handayani dan Cahyonowati. 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak.” Volume 3 Nomor 3

2014 ISSN (Online): 2337-3806. http://e-journal s-1.undip.ac.id (diakses 23 Oktober 2015 pukul 20:34 WIB).

Hilgard, Ernest Ropiquet, and Rita L. Atkinson. 1979. 7th Edition. Introduction to Psychology. New [York : Harcourt Brace Jocanovich.

Izza, Nur Ika Alfi dan Ardi Hamzah. “Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama: Sebuah Studi Interpretatif .” Surabaya.

Masri, Indah dan Dwi Martani. 2012. “ Pengaruh Tax Avoidence Terhadap Cost of Debt”. PPJK 20, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi revisi. Yogyakarta: CV Andi.

Nickerson, Inge. 2009. “Pleshko dan McGee. Presenting the Dimensionality of An Ethics Scale pertaining To Tax Evasion”, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, Volume 12, Number 1.


(15)

11

Permatasari dan Laksito.2013.”Minimalisasi tax evasion melalui tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan, sistem perpajakan, dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah.” ISSN (Online): 2337-3806 Volume 2 Nomer 2 2013 1-10. http://www.ejournal-s1.undip.ac.id (diakses 30 Oktober 2015 pukul 17:31 WIB).

Pusposari dan Ningsih. 2014. “Determinan Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak.” Jurusan Akuntansi FEB Universitas Brawijaya.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rawls, John Bordley. 1971. A Theory of Justice. First edition. United State of America : Harvard University Press.

Robbins, Stephen P., (2001). Organizational Behavior.9th Ed. Upper Saddle River New Jersey 07458 : Prentice Hall International.

Republik Indonesia, Undang-UndangNomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia. Republik Indonesia, Undang-UndangNomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Resmi, Siti. 2009. “ Perpajakan Teori dan Kasus”, Jakarta, Salemba Empat.

Rosianti dan Mangoting.2014.”Pengaruh money ethics terhadap tax evasion dengan intrinsic dan extrinsic religiosity sebagai variabel moderating.” Tax & Accounting Review Vol. 4 No. 1 2014. http://www.studentjournal.petra.ac.id (diakses 22 September 2015 pukul 13:40 WIB).

Tang, T. L. P., & Chiu, R. K. 2003. Income, money ethic, pay satisfaction, commitment, and unethical behavior: is the love of money the root of evil for Hong Kong employees?Journal of Business Ethics, 46, 13-30.


(1)

6 DK = Diskriminasi KTK = Kecurangan

KP = Ketepatan Pengalokasian ME = Money Ethics

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Uji Validitas

Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua item pertnyaan untuk variabel keadilan, sistem perpajakan, tarif pajak, diskriminasi, kecurangan, ketepatan pengalokasian, money ethics dan etika penggelapan pajak mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian berarti bahwa semua item pertanyaan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini dinyatakan valid.

3.2 Hasil Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas mennjukkan bahwa seluruh item pernyataan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini adalah reliabel. Hal ini ditunjukkan oleh nilai cronbach’s alpha dari masing-masing variabel bernilai lebih dari 0,60.

3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Berdasarkan hasil pengujian normalitas dengan melihat nilai Kolmogorov-Smirnov dengan nilai signifikansi (p value) sebesar 0,912 > 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas atau dapat dikatakan data penelitian terdistribusi secara normal. Hasil uji multikolinearitas menujukkan bahwa masing-masing variabel bebas mempunyai nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model regresi, sehingga memenuhi syarat analisis regresi. Hasil uji heterokedastisitas bahwa masing-masing variabel bebas memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel tidak mengandung adanya heterokedastisitas, sehingga memenuhi persyaratan untuk analisis regresi.


(2)

7 3.4 Pembahasan

3.4.1 Pengaruh Keadilan Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,601 dengan p = 0,549. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,601 < 1,658) dan probabilitas 0,549 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya keadilan tidak berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H1 ditolak kebenarannya. Semakin tinggi keadilan dalam suatu negara tidak mempengaruhi persepsi WP dalam memandang penggelapan pajak sebagai perilaku yang tidak etis

3.4.2 Pengaruh Sistem Perpajakan Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 2,531 dengan p = 0,014. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (2,531 > 1,658) dan probabilitas 0,014 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya sistem perpajakan berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H2 diterima kebenarannya. Semakin baik sistem perpajakan yang berlaku dalam suatu negara, maka semakin rendah persepsi WP mengenai penggelapan pajak yang dianggap etis.

3.4.3 Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,067 dengan p = 0,946. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,067 < 1,658) dan probabilitas 0,946 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya tarif pajak tidak berpengaru signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H3 ditolak kebenarannya. Semakin tinggi tarif pajak dalam suatu negara tidak mempengaruhi persepsi WP terhadap etika penggelapan pajak.

3.4.4 Pengaruh Diskriminasi Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 3,720 dengan p = 0,000. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (3,720 > 1,658) dan probabilitas 0,000 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya diskriminasi berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H4 diterima kebenarannya. Semakin banyak bentuk diskriminasi dalam peraturan perpajakan yang berlaku, maka WP memiliki persepsi bahwa penggelapan pajak merupakan tindakan yang etis dilakukan.


(3)

8

3.4.5 Pengaruh Kecurangan Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar (-2,825) dengan p = 0,006. Oleh karena nilai thitung lebih besar dari ttabel (-2,825 > 1,658) dan probabilitas 0,006 < 0,05, maka Ha diterima. Artinya kecurangan berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H5 diterima kebenarannya. Semakin baik terdeteksinya kecurangan, maka semakin tidak etis perilaku penggelapan pajak.

3.4.6 Pengaruh Ketepatan Pengalokasian Terhadap Etika Penggelapan Pajak Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,829 dengan p = 0,409. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,829 < 1,658) dan probabilitas 0,409 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya ketepatan pengalokasian tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H6 ditolak kebenarannya. Semakin pemanfaatan pajak untuk kepentingan publik dianggap tidak tepat oleh persepsi WP, maka semakin tinggi penggelapan pajak.

3.4.7 Pengaruh Money Ethics Terhadap Etika Penggelapan Pajak

Hasil penelitian menujukkan nilai thitung sebesar 0,642 dengan p = 0,523. Oleh karena nilai thitung lebih kecil dari ttabel (0,642 < 1,658) dan probabilitas 0,523 > 0,05, maka Ha ditolak. Artinya money ethics tidak berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sehingga H7 ditolak kebenarannya. Semakin rendah kecintaan seseorang terhadap uang, maka semakin rendah penggelapan pajak dan tindakan tersebut tidak etis.

4. PENUTUP 4.1 Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem perpajaka, diskriminasi, kecurangan, berpengaruh signifikan terhadap etika penggelapan pajak, sedangkan keadilan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, dan money ethics tidak berpengaruh terhadap etika penggelapan pajak

4.2 Implikasi

Implikasi pada penelitian ini didasarkan dari kesimpulan bahwa pemerintah harus lebih baik dalam mengawasi, mengakomodir, mendistribusikan dan


(4)

9

mengolah dana pajak yang ada, sehingga tercipta suatu keadaan yang harmonis dan stabil dalam mewujudkan pembangunan yang adil dan merata.

4.3 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner, sehingga peneliti tidak dapat mengontrol responden dalam menjawab instrumen penelitian, selain itu, penelitian ini hanya menguji pengaruh keadilan, sistem perpajakan, tarif pajak, diskriminasi, kecurangan, ketepatan pengalokasian, dan money ethics terhadap persepsi WP mengenai etika penggelapan pajak. Hal ini terbukti dari nilai adjusted R square hanya sebesar 24,9% jadi masih ada 75,1% dipengaruhi faktor lain diluar penelitian dan ruang lingkup penelitian ini hanya dilakukan di KPP Pratama Surakarta, sehingga hasil penelitian ini kurang maksimal dan tidak dapat digeneralisasi.

4.4 Saran

Berdasarkan simpulan yang diperoleh serta keterbatasan dalam penelitian, sehingga saran-saran yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Pengukuran variabel selain dengan menggunakan kuesioner, perlu diperkuat dengan wawancara sehingga data yang diperoleh dari responden akan lebih valid. 2. Penelitian berikutnya dapat menambah variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi persepsi WP terhadap etika penggelapan pajak seperti teknologi dan informasi perpajakan, norma dan ketidakpercayaan kepada pihak fiskus. 3. Penelitian selanjutnya disarankan dapat melakukan penelitian lebih dari dari satu KPP Pratama di luar kota Surakarta, agar hasil penelitian dapat digeneralisasi untuk ruang lingkup yang lebih luas sehingga dapat memperkuat validitas eskternal yang dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Aris Abdul dan Mujiyati. 2014. “Perpajakan Kontemporer.” Muhammadiyah University Press. Surakarta.

Ardyaksa dan Kiswanto.2004.”Pengaruh Keadilan, tarif pajak, ketepatan pengalokasian, kecurangan, teknologi dan informasi perpajakan terhadap


(5)

10

tax evasion.” AAJ Volume 3 Nomer 4 2014 ISSN (Online): 2252-6765. http://www.journal.unnes.ac.id (diakses 5 Agustus 2016 pukul 17:33 WIB). Ayu, Dyah dan Rini Hastuti. 2009. “Persepsi WP: Dampak Pertentangan

Diametral Pada Tax Evasion WP Dalam Aspek Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan, Ketepatan Pengalokasian, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Kecenderungan Personal (Studi WP Orang Pribadi").”Kajian akuntansi.

Danandjaja, James. 2003. “Diskriminasi Terhadap Minoritas Masih Merupakan Masalah Aktual di Indonesia Sehingga Perlu Ditanggulangi Segera.”

Friskianti dan Handayani.2014.”Pengaruh Self Assesment system, keadilan, teknologi perpajakan, dan ketidak percayaan kepada pihak fiskus terhadap tindakan tax evasion.” AAJ Volume 3 Nomer 4 2014 ISSN (Online): 2252-6765. http://www.journal.unnes,ac,id (diakses 11 Oktober 2015 pukul 17:11 WIB).

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Edisi 5”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Handayani dan Cahyonowati. 2014. “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Persepsi Wajib Pajak Mengenai Penggelapan Pajak.” Volume 3 Nomor 3 2014 ISSN (Online): 2337-3806. http://e-journal s-1.undip.ac.id (diakses 23 Oktober 2015 pukul 20:34 WIB).

Hilgard, Ernest Ropiquet, and Rita L. Atkinson. 1979. 7th Edition. Introduction to Psychology. New [York : Harcourt Brace Jocanovich.

Izza, Nur Ika Alfi dan Ardi Hamzah. “Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama: Sebuah Studi Interpretatif .” Surabaya.

Masri, Indah dan Dwi Martani. 2012. “ Pengaruh Tax Avoidence Terhadap Cost of Debt”. PPJK 20, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Mardiasmo. 2013. Perpajakan. Edisi revisi. Yogyakarta: CV Andi.

Nickerson, Inge. 2009. “Pleshko dan McGee. Presenting the Dimensionality of An Ethics Scale pertaining To Tax Evasion”, Journal of Legal, Ethical and Regulatory Issues, Volume 12, Number 1.


(6)

11

Permatasari dan Laksito.2013.”Minimalisasi tax evasion melalui tarif pajak, teknologi dan informasi perpajakan, keadilan, sistem perpajakan, dan ketepatan pengalokasian pengeluaran pemerintah.” ISSN (Online): 2337-3806 Volume 2 Nomer 2 2013 1-10. http://www.ejournal-s1.undip.ac.id (diakses 30 Oktober 2015 pukul 17:31 WIB).

Pusposari dan Ningsih. 2014. “Determinan Persepsi Mengenai Etika Atas Penggelapan Pajak.” Jurusan Akuntansi FEB Universitas Brawijaya.

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia: Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rawls, John Bordley. 1971. A Theory of Justice. First edition. United State of America : Harvard University Press.

Robbins, Stephen P., (2001). Organizational Behavior.9th Ed. Upper Saddle River New Jersey 07458 : Prentice Hall International.

Republik Indonesia, Undang-UndangNomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi manusia. Republik Indonesia, Undang-UndangNomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

Resmi, Siti. 2009. “ Perpajakan Teori dan Kasus”, Jakarta, Salemba Empat.

Rosianti dan Mangoting.2014.”Pengaruh money ethics terhadap tax evasion dengan intrinsic dan extrinsic religiosity sebagai variabel moderating.” Tax

& Accounting Review Vol. 4 No. 1 2014.

http://www.studentjournal.petra.ac.id (diakses 22 September 2015 pukul 13:40 WIB).

Tang, T. L. P., & Chiu, R. K. 2003. Income, money ethic, pay satisfaction, commitment, and unethical behavior: is the love of money the root of evil for Hong Kong employees?Journal of Business Ethics, 46, 13-30.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan terdeteksi Kecurangan terhadap Persepsi Wajib Pajak Mengenai Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion)

12 95 180

Pengaruh Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan, Keadilan Pajak, Ketepatan Pengalokasian Pajak, Teknologi Sistem Perpajakan, dan Tax Morale Terhadap Tax Evasion

3 29 215

PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

0 7 19

PENGARUH KEADILAN, DISKRIMINASI, TARIF PAJAK, KETEPATAN PENGALOKASIAN, TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP TINDAKAN TAX EVASION

13 103 149

Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, Diskriminasi, dan Kemungkinan Terdeteksinya Kecurangan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Mengenai Perilaku Tax Evasion

4 21 8

Pengaruh Keadilan Pajak, Tarif Pajak, Sistem Perpajakan, Sanksi Perpajakan, Teknologi Perpajakan Terhadap Persepsi Wajib Pajak Badan Mengenai Penggelapan Pajak

3 27 9

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, TARIF PAJAK, DISKRIMINASI, KECURANGAN, KETEPATAN Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Tarif Pajak Diskriminasi Kecurangan Ketepatan Pengalokasian Dan Money Ethics Mengenai Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelap

0 6 16

PENDAHULUAN Pengaruh Keadilan Sistem Perpajakan Tarif Pajak Diskriminasi Kecurangan Ketepatan Pengalokasian Dan Money Ethics Mengenai Persepsi Wajib Pajak Terhadap Etika Penggelapan Pajak (Tax Evasion).

0 3 10

View of PENGARUH SISTEM PERPAJAKAN, SANKSI PERPAJAKAN DAN TARIF PAJAK TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK MENGENAI ETIKA PENGGELAPAN PAJAK

2 4 9

PENGARUH KEADILAN, SISTEM PERPAJAKAN, DISKRIMINASI DAN TARIF PAJAK TERHADAP PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MENGENAI PERILAKU PENGGELAPAN PAJAK

1 6 16