Ada Jaran Kepang di Pameran Buku UMM
Universitas Muhammadiyah Malang
www.umm.ac.id
Ada Jaran Kepang di Pameran Buku UMM
Malang Post : Selasa, 2010-01-12 | 14:22 WIB
MALANG- Berkarya dan memamerkan karya harus dijalani mahasiswa dengan percaya diri. Hal itulah yang ingin
ditanamkan saat sejumlah Mahasiswa jurusan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM) memamerkan tak kurang 100 karyanya. Ada karya berupa kumpulan cerpen, buku biografi tokoh hingga
mading tiga dimensi yang diletakkan di taman baca peternakan dan lantai 1 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I kemarin.
Menurut Dosen UMM, Hari Windu Asrini, kegiatan ini merupakan pembelajaran bagi mahasiswa agar terbiasa
membuat karya.
“Terbukti bahwa mereka memiliki kepercayaan diri. Hal ini dilihat dari buku yang dihasilkan, serta dengan banyaknya
pengunjung yang datang,” ungkap pengampu mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia (PPBI)
itu.
Dalam mata kuliah ini setiap mahasiswa semester lima yang menempuh mata kuliah PPBI diwajibkan membuat sebuah
buku. Boleh berupa kodifikasi pemikiran penulis, reproduksi karya kreatif, atau inovasi tulisan yang memuat nilai
budaya, atau hal yang belum banyak diketahui masyarakat, seperti buku pariwisata atau kamus humor.
“Semula semua tulisan merupakan hasil tugas mata kuliah PPBI, dan Alhamdulillah bisa dibukukan dan menjadi
kebanggaan, meski hanya untuk koleksi pribadi,” pungkasnya.
Seperti buku berjudul Menguak Nilai Mistis Di Balik Jaran Kepang karya Lailatul Fitria, yang nampak menjadi
primadona. Buku ini membahas fenomena jaran kepang, tarian rakyat, yang sarat dengan nilai mistis dan ritual.
Lia menceritakan kondisi seni jaranan yang mulai dipandang sebelah mata. Menurutnya, dalam sebuah pertunjukan,
dibutuhkan ritual dan dukun untuk membuat sang penari ndadi, yakni ritual pembacaan doa oleh dukun, hingga
mempersiapkan sesajen. Yang tidak boleh ketinggalan adalah caplokan dan pecut. “Tarian Jaran Kepang bisa
dinikmati dengan mengeluarkan uang Rp 100 Ribu, padahal sejatinya, menampilkannya harus melalui proses panjang
dan ritual yang tak sedikit,” ujar mahasiswi asal Tumpang, yang mengaku merampungkan bukunya selama tiga bulan
itu. (oci/eno)
page 1 / 1
www.umm.ac.id
Ada Jaran Kepang di Pameran Buku UMM
Malang Post : Selasa, 2010-01-12 | 14:22 WIB
MALANG- Berkarya dan memamerkan karya harus dijalani mahasiswa dengan percaya diri. Hal itulah yang ingin
ditanamkan saat sejumlah Mahasiswa jurusan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Universitas Muhammadiyah
Malang (UMM) memamerkan tak kurang 100 karyanya. Ada karya berupa kumpulan cerpen, buku biografi tokoh hingga
mading tiga dimensi yang diletakkan di taman baca peternakan dan lantai 1 Gedung Kuliah Bersama (GKB) I kemarin.
Menurut Dosen UMM, Hari Windu Asrini, kegiatan ini merupakan pembelajaran bagi mahasiswa agar terbiasa
membuat karya.
“Terbukti bahwa mereka memiliki kepercayaan diri. Hal ini dilihat dari buku yang dihasilkan, serta dengan banyaknya
pengunjung yang datang,” ungkap pengampu mata kuliah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia (PPBI)
itu.
Dalam mata kuliah ini setiap mahasiswa semester lima yang menempuh mata kuliah PPBI diwajibkan membuat sebuah
buku. Boleh berupa kodifikasi pemikiran penulis, reproduksi karya kreatif, atau inovasi tulisan yang memuat nilai
budaya, atau hal yang belum banyak diketahui masyarakat, seperti buku pariwisata atau kamus humor.
“Semula semua tulisan merupakan hasil tugas mata kuliah PPBI, dan Alhamdulillah bisa dibukukan dan menjadi
kebanggaan, meski hanya untuk koleksi pribadi,” pungkasnya.
Seperti buku berjudul Menguak Nilai Mistis Di Balik Jaran Kepang karya Lailatul Fitria, yang nampak menjadi
primadona. Buku ini membahas fenomena jaran kepang, tarian rakyat, yang sarat dengan nilai mistis dan ritual.
Lia menceritakan kondisi seni jaranan yang mulai dipandang sebelah mata. Menurutnya, dalam sebuah pertunjukan,
dibutuhkan ritual dan dukun untuk membuat sang penari ndadi, yakni ritual pembacaan doa oleh dukun, hingga
mempersiapkan sesajen. Yang tidak boleh ketinggalan adalah caplokan dan pecut. “Tarian Jaran Kepang bisa
dinikmati dengan mengeluarkan uang Rp 100 Ribu, padahal sejatinya, menampilkannya harus melalui proses panjang
dan ritual yang tak sedikit,” ujar mahasiswi asal Tumpang, yang mengaku merampungkan bukunya selama tiga bulan
itu. (oci/eno)
page 1 / 1