2.7 Kenaikan Muka Laut 2.7.1 Proses Kenaikan Muka Laut
Selama proses pemanasan global perubahan iklim, dua proses utama yang menyebabkan kenaikan rata-rata muka laut global adalah 1 pemanasan
lautan yang menyebabkan pengembangan massa air sehingga terjadi peningkatan volume air lautan, dan 2 pencairan es di daerah kutub yang juga menyebabkan
peningkatan massa air. Selain itu, pada beberapa wilayah pesisir terjadi subsiden yang menambah kerentanan pesisir terhadap kenaikan muka laut USCCSP 2009.
Perubahan muka laut dalam skala lokal tergantung pada perubahan yang terjadi pada skala regional dan global serta faktor-faktor lokal Nichols 2002.
Komponen-komponen perubahan muka laut tersebut adalah Church et al. 2001: • Kenaikan rata-rata muka laut global, yaitu peningkatan volume global lautan
karena pemanasan global dan mencairnya es di kutub. • Faktor meteo-oseanografi regional seperti variasi spasial dampak ekspansi
panas, perubahan tekanan atmosfir dalam jangka panjang dan perubahan sirkulasi lautan.
• Pergerakan vertikal daratan yang disebabkan oleh berbagai proses geologi dan tektonik.
Kajian terhadap kenaikan muka laut sea level rise dan dampaknya terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil banyak mendapat perhatian dari banyak
kalangan peneliti. Secara global rata-rata kenaikan muka laut sekitar 2,5 mmtahun, sedangkan secara lokal, di lokasi-lokasi tertentu bahkan dapat
mencapai maksimum 30 mmtahun. Berdasarkan kecenderungan peningkatan suhu permukaan laut dan pencairan es di daerah kutub, Intergovernmental Panel
on Climate Change IPCC memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun
terhitung mulai tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15-90 cm dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm Mimura dan Harasawa 2000.
Nilai kenaikan yang signifikan tersebut terutama disebabkan oleh mengembangnya suhu air laut. Kajian kenaikan muka laut di Indonesia juga sudah
banyak dilakukan. DKP 2009 memprediksi laju kenaikan muka laut di perairan sekitar Kabupaten Pangkajene Kepulauan sekitar 2,60 mmtahun.
2.7.2 Dampak Kenaikan Muka Laut
Dari sudut pandang geografi pesisir, dampak dari kenaikan muka laut terhadap pesisir dan pulau-pulau kecil tergantung pada dua hal, yaitu: 1 tingkat
kekritisan dari kenaikan muka laut laju kenaikan pertahun, dan 2 karakteristik daratan pulau, seperti penggunaan lahan, topografi, dan penghalang pantai
Nallathiga 2006. Proyeksi kenaikan muka laut akibat pemanasan global akan mengancam wilayah pesisir yang memiliki elevasi rendah Yamano et al. 2007;
Barnet dan Adger 2003. Kenaikan muka laut ini diprediksi akan menyebabkan perendaman,
penenggelaman dan erosi pantai dari pulau-pulau karang Leathermen 1997. Erosi pantai, perendaman dan instrusi air laut merupakan dampak dari kenaikan
muka laut yang menimpa pulau-pulau atol di Tavalu Aung et al. 2009. Hal yang sama juga dikemukan oleh Mimura 1999, bahwa dampak yang prinsip ingin
diantisipasi dari kajian kerentanan pesisir dan pulau-pulau kecil khususya pulau atol adalah erosi pantai, perendaman pulau dan instrusi air laut. Upaya yang
dilakukan untuk beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim ini harus didasarkan pada kapasitas sistem alam yang kemudian didukung dengan
perencanaan adaptasi yang baik berupa proteksi kawasan pesisir dari perubahan struktur bangunan Klein dan Nicholls 1999; Hay et al. 2003.
Wilayah pesisir merupakan kawasan yang dinamis dan respon dari kawasan pesisir terhadap kenaikan muka laut lebih kompleks dari sekedar
terjadinya perendaman. Erosi pantai adalah fenomena atau proses-proses alami yang terjadi karena adanya gelombang dan arus laut dan dapat menyebabkan
hilangnya lahan darat USCCSP 2009. Kenaikan muka laut dapat memperparah perubahan wilayah pesisir yang disebabkan oleh erosi pantai. Kerentanan pantai
terhadap kenaikan muka laut, umumnya faktor elevasi daratan menjadi faktor kritis dalam kajian potensi dampak. Flora dan fauna yang umumnya sangat kaya
terdapat di wilayah pesisir juga akan mendapatkan tekanan akibat pengaruh kenaikan muka laut. Kualitas dan kuantitas serta distribusi spasial dan habitat di
wilayah pesisir akan berubah sebagai hasil dari erosi pantai, perubahan salinitas dan hilangnya daerah lahan basah.
Ekosistem pesisir juga merupakan salah satu ekosistem yang mengalami kerentanan karena adanya kenaikan muka laut. Sejak vegetasi lahan basah ‘akrab’
dengan kenaikan muka laut, maka ekosistem ini menjadi sensitif terhadap perubahan muka laut jangka panjang. Hasil pemodelan dari pesisir lahan basah
termasuk ekosistem lamun menunjukkan bahwa sekitar 33 dari lahan basah di dunia akan hilang dengan kenaikan muka laut sekitar 34 cm dalam kurun waktu
2000 sampal 2080, dan akan hilang sekitar 44 pada kenaikan muka laut sekitar 72 cm Church et al. 2007. Pada tahun 2100 kenaikan muka laut akan
mengurangi 500.000 ha ekosistem mangrove di 16 negara di kawasan pasifik. Dampak kenaikan muka laut ditentukan oleh perubahan relatif kenaikan
muka laut, yang direfleksikan tidak hanya oleh kecenderungan perubahan muka laut global tetapi juga oleh variasi lokal perubahan kenaikan muka laut dan proses
geologi seperti subsiden. Umumnya pesisir yang mengalami subsiden akan lebih terancam dibandingkan pulau yang tidak mengalami subsiden. Dampak kenaikan
muka laut juga dikemukan oleh Nicholls 2002 seperti disajikan pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5 Dampak utama kenaikan muka laut
Dampak Biofisik Faktor Relevan Lainnya
Iklim Non Iklim
Perendaman, banjir, gelombang, dampak efek
backwater Gelombang, perubahan
morfologi, suplai sedimen, run-off
Suplai sedimen, penanganan banjir,
perubahan morfologi, pengelolaan daerah
tangkapan air dan pemanfaatan lahan
Kehilangan daerah lahan basah
Suplai sedimen Suplai sedimen
Erosi Gelombang dan
badai iklim, suplai sedimen
Suplai sedimen Intrusi air lautair
permukaan Run-off
, curah hujan Pengelolaan daerah
tangkapan air
2.8 Kajian Kerentanan Pantai