PENGAPLIKASIAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI untuk

PENGAPLIKASIAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DALAM TEKNIK LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
M Ridho Puryagustama (L1B115026)

Dosen Pengampu:
Dr. Eva Achmad

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
FAKUTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JAMBI
2016

1. Resume jurnal dengan judul :
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM
INFORMASI TERUTAMA PADA PENGELOLAAN HUTAN TROPIS
Sistem Informasi Geografis adalah sistem informasi khusus yang
mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi keruangan). Atau
dalam arti lain, merupakan salah satu sistem komputer yang memiliki

kemampuan membangun, menyimpan, mengelola dan menampilakan informasi
bereferensi geografis, misalnya data yang diidentifikasi menurut lokasinya,
dalam sebuah bentuk database, bisa juga memasukkan orang yang membangun
dan mengoprasikannya dan data sebagai bagian dari sistem ini
Dengan Sistem Informasi Geografis kita akan dimudahkan dalam melihat
fenomena kebumian dengan perspektif
yang lebih baik.SIG mampu
mengakomodasi penyimpanan, pemrosesan, dan penayangan data spasial digital
bahkan integrasi data yang beragam, mulai dari citra satelit, foto udara, peta
bahkan data statistik. Dengan tersedianya komputer dengan kecepatan dan
kapasitas ruang penyimpanan besar seperti saat ini, SIG akan mampu
memproses data dengan cepat dan akurat dan menampilkannya. SIG juga
mengakomodasi dinamika data, pemutakhiran data yang akan menjadi lebih
mudah.
Penggunaan Sistem Informasi Geografis untuk kehutanan tropis di
Negara berkembang belum lama dimulai, dan cukup bervariasi antar negara,
yaitu dalam hal tujuannya, aplikasi, skala operasional, kesinambungan, dan
pembiayaan. Proses dimulainya penggunaan Sistem Informasi Geografis di
Negara berkembang pada umumnya adalah dari proyek percontohan, dan bukan
sistem yang berjalan secara operasional. Oleh karena itu SIG sebagian besar

dikembangkan tanpa sebuah obyektif
jangka panjang untuk
mengintegrasikannya dengan SIG atau basisdata lain. Sistem Informasi
Geografis sebagian besar bukan dimaksudkan untuk digunakan oleh banyak
orang dan biasanya dirancang untuk keperluan khusus.
Dalam aspek konservasi hutan dan keragaman hayati, menentukan area
prioritas dan hotspot dari keragaman hayati adalah hal paling mendasar.Aplikasi
SIG untuk ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang, sudah cukup
banyak.Hutan tropis mempunyai peranan yang sangat signifikan dalam
perubahan pada iklim global.Sistem Informasi Geografis merupakan alat yang
sangat berguna dalam penelitian perubahan iklim, yaitu dalam hal
pengorganisasian data, dalam bentuk basisdata global, dan kemampuan analisa
spasial untukpemodelan.
Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk penelitian perubahan
iklimberkembang pesat, tetapi untuk negara berkembang masih sangat
terbatas.Basisdata spasialakan semakin penting dalam hal mendukung
pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan hutan. Beberapa
basisdata global yang mencakup area hutan tropis sudah tersedia, yaitu meliputi
basisdata topografi, hutan tropis basah, iklim global, perubahan iklim global,
citra satelit, konservasi dan tanah.


Komentar :
Dalam penggunaan Sistem Informasi Geografis untuk pengelolaan hutan
tropis memang banyak kelebihan yang diperoleh namun tidak dapat dihindari
adapula kekurangan dalam penggunaan Sistem Informasi Geografis ini, seperti
harus tersedianya dana yang cukup besar, kurangnya pendidikan pada bidang
ini, kurangnya komunikasi antara para birokrat dengan teknokrat, rendahnya
alur informasi, faktor politis yang berubah dengan cepat, kurangnya keleluasaan
untuk memilih dan mengembangkan Sistem Informasi Geografis (SIG) karena
bantuan asing yang biasanya cukup mengikat. Namun dari beberapa kekurangan
tersebut penggunaan Sistem Informasi Geografis (GIS) sangat membantu dalam
menyelesaikan masalah dari rehabilitasi hutan dalam tahap penelitian dan
pemetaan lokasi, pemilihan spesies yang cocok, lokasi pembibitan dan
infrastruktur lain dan juga dalam tahap monitoring dan evaluasi pada
lingkungan hutan tropis tersebut

2. Resume jurnal dengan judul :
PENENTUAN LOKASI TEMPAT PENGOLAHAN AKHIR (TPA) SAMPAH
KOTA BANJARBARU MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS (SIG)

Penentuan lokasi TPA dilakukan melalui tiga tahap penilaian. Penilaian
tahap pertama dilakukan dengan metode binary untuk menentukan zona layak
atau tidak layak sebagai lokasi TPA berdasarkan delapan kriteria penilaian
kelayakan regional. Penilaian tahap kedua dilakukan dengan metode Analytical
Hierarchy Process (AHP) dan Weighted Linear Combination (WLC) untuk
menentukan tingkat kesesuaian lahan dari beberapa alternatif lokasi yang telah
diperoleh pada penilaian tahap pertama berdasarkan tujuh kriteria penilaian
kelayakan penyisih. AHP digunakan untuk menentukan bobot dan nilai dari
masing-masing kriteria penilaian, sedangkan WLC digunakan untuk operasi
perhitungan nilai kesesuaian sebagai lokasi TPA.
Penilaian tahap ketiga (kelayakan rekomendasi) dilakukan dengan metode
overlay peta hasil penilaian tahap sebelumnya dengan Peta Rencana Umum Tata
Ruang Kota Banjarbaru 2000-2010 untuk menetapkan lokasi terbaik dari
beberapa alternatif lokasi yang telah diperoleh pada penilaian sebelumnya.
Pada penilaian tahap pertama (kelayakan regional) dihasilkan tujuh lokasi
zona layak TPA dengan luas total ± 403,448 ha atau 2,75% dari luas Kecamatan
Cempaka. Pada penilaian tahap kedua (kelayakan penyisih) dihasilkan nilai
kesesuaian tujuh lokasi zona layak TPA tersebut adalah 64 atau termasuk dalam
kategori tingkat kesesuaian sedang. Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa
rekomendasi lokasi TPA yang diperoleh dari proses overlay Peta Zona Layak

TPA dengan Peta RUTR (Rencana Umum Tata Ruang) Kota Banjarbaru 20002001. Dari tujuh lokasi yang termasuk dalam kategori zone layak TPA hanya
satu lokasi yang dapat direkomendasikan untuk menjadi lokasi TPA Sampah
Kota Banjarbaru, yaitu terletak dibagian timur Kecamatan Cempaka.
Pertimbangan
utama rekomendasi adalah karena lokasi tersebut
berdekatan dengan lokasi eksisting TPA Gunung Kupang, sehingga Pemerintah
Kota Banjarbaru tidak perlu membangun TPA baru tapi cukup melakukan
revitalisasi berupa penerapan sistem sanitary landfill, perbaikan infrastruktur
dan perluasan TPA Gunung Kupang. Hal ini tentu akan dapat menghemat waktu
dan biaya pembangunan TPA sanitary landfill Kota Banjarbaru

Gambar 1 Peta RUTR Kota Banjarbaru dan Peta Rekomendasi Lokasi TPA
Sumber: Hasil Analisis Peneliti
Komentar :
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 3 (tiga) tipe alat analisis, yaitu
Sistem Informasi Geografis (SIG), Analytical Hierarchy Process (AHP) dan
Weighted Linear Combination (WLC). Penerapan SIG dalam penelitan tersebut
dijabarkan secara mendetail, apa-apa saja yang akan dilakukan dalam metode
pelaksanaannya. Sebaliknya, dua analisis lain, AHP dan WLC, tidak dijelaskan
secara rinci. Memang peneliti hanya menjelaskan kegunaan analisis AHP dan

WLC terhadap penelitannya. Namun penjelasan mengenai apa itu AHP dan
WLC terhadap penentuan lokasi TPA yang akan di overlay dengan analsis SIG
seharusnya diberikan
Hal yang perlu diperhatikan pada pengembangan TPA di bagian timur
Kecamatan Cempaka adalah adanya beberapa faktor pembatas kesesuaian lahan
di lokasi tersebut, yaitu: faktor permeabilitas tanah yang tinggi (> 10-6 cm/dt);
kedalaman air tanah yang tergolong dangkal (< 10 m); dan intensitas hujan yang
tinggi (2425 mm/tahun). Untuk itu, dalam aplikasi pengembangan TPA di lokasi
tersebut perlu dilakukan masukan teknologi, terutama dalam penentuan bahan
dan teknik pelapis dasar TPA dan penutup timbunan sampah.
Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat
ditentukan lokasi rekomendasi Tempat Pengolahan Akhir (TPA) sampah Kota
Banjarbaru. Lokasi yang direkomendasikan tersebut berada di Kelurahan
Cempaka Kecamatan Cempaka dengan luas ± 33,124 ha dan daya tampung
lebih dari 10 tahun

3. Resume jurnal dengan judul :
KAJIAN AREA TERCEMAR PADA JARINGAN PEMBUANGAN LIMBAH
BATIK KOTA PEKALONAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI
GEOGRAFIS

Batik merupakan salah satu kekayaan budaya Bangsa Indonesia, sebagai
identitas dan jati diri bangsa yang merupakan ekspresi keanekaragaman budaya
yang memiliki makna simbolis yang unik dan memiliki nilai estetika yang
tinggi bagi masyarakat Indonesia. Pesatnya permintaan batik saat ini membuat
semakin banyaknya usaha batik bermunculan
Banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang industri ini akan
membawa permasalahan baru terhadap lingkungan sekitarnya, karena limbah
batik dapat mencemari air sungai. Untuk mengetahui pengaruh limbah batik
terhadap kualitas air sungai, maka perlu diketahui dari tiap-tiap parameter yang
dipengaruhi oleh limbah batik. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat
digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air misalnya nilai keasaman
(pH), nilai BOD, COD, dan TSS.
Dengan adanya permodelan spasial persebaran limbah di sungai tersebut
diharapkan dapat memberikan gambaran terkait daerah yang telah tercemar
sehingga dapat memudahkan pemerintah dalam mengatasi masalah lingkungan
ini. Untuk mengetahui klasifikasi tingkat pencemaran di sungai Pekalongan
maka digunakan perhitungan Metode Indeks Pencemaran. Pengelolaan kualitas
air atas dasar Indeks Pencemaran dapat memberi masukan pada pengambil
keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta
melakukan tindakan dalam memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan akibat

kehadiran senyawa pencemar.
Untuk mengestimasi tingkat pencemaran dianalisis dengan pendekatan
Rapid Assesment, yaitu perhitungan beban pencemar dari setiap sumber
pencemaran. Untuk menganalisis beban pencemaran (BOD, COD, TSS) yang
dihasilkan oleh suatu industri atau kegiatan yang dibuang ke perairan
didasarkan atas pengukuran debit sungai dan konsentrasi limbah di muara
sungai berdasarkan persamaan (Mitsch & Geosselink, 1993 dalam Marganof
2007)
BL =Q x C
Dimana : BL = beban pencemaran dari suatu sungai (ton/thn)
Q = debit sungai (m3/thn)
C = Konsentrasi limbah (mg/l)
Kondisi sungai Pekalongan pada titik sampel 8 (tengah sungai
Pekalongan) ,berdasarkan Kep-5/MENLH/10/1995 menunjukan titik sampel
tersebut telah melewati Baku Mutu. Setelah limbah tersebut mengalami kontak

dengan air sungai Pekalongan terjadi penurunan baku mutu, disebabkan
terjadinya degradasi nilai BOD dan COD yang besar diakibatkan oleh adanya
elevasi antara titik buang sampel 8 yang terletak di Kali Pong dengan sungai
(titik sampel 9), dimana pola aliran limbah yang kecil memudahkan penetrasi

oksigen ke limbah, dan aliran yang cukup dangkal serta pola yang agak melebar
menuju sungai Pekalongan, mempermudah difusitas udara ke air limbah.
Sehingga terjadi penurunan parameter setelah terkontaminasi dengan sungai
Pekalongan.
Berdasarkan dari hasil analisa tiap-tiap parameter pada titik sampel 7,
titik sampel 8, dan titik sampel 9, angka dari hasil analisa tiap-tiap parameter
menunjukkan lebih tinggi dari kadar maksimum. Oleh sebab itu buangan limbah
indutsri yang terdapat di Kota Pekalongan baku mutu limbahnya masih diatas
ambang batas dibandingkan dengan Baku Mutu Air Limbah.
Pada persebaran TSS di Sungai Pekalongan dari hulu sungai hingga hilir
sungai masih Memenuhi Standar Baku Mutu yang ditetapkan, dengan
perhitungan indeks pencemaran >1. Hal itu disebabkan pada musim penghujan,
air sungai melarutkan materi padatan-padatan sehingga konsentrasi TSS
berkurang, sehingga konsentrasi TSS pada Sungai Pekalongan masih dalam
katagori baik.
Hasil overlay tersebut menunjukkan kualitas air yang terjadi dari tahun
2010 hingga 2013. Hasil tersebut memperlihatkan daerah yang tercemar terletak
di outlet pembuangan limbah industri di Buaran. Pabrik tersebut memiliki
pengaruh besar terhadap kondisi Sungai Pekalongan.
Derajat keasaman mempunyai pengaruh yang besar terhadap tumbuh

tumbuhan dan hewan air, sehingga sering dipergunakan sebagai petunjuk untuk
menyatakan baik buruknya keadaan air sebagai lingkungan hidup biota air.
Data yang diperoleh selama kurun waktu 2010-2013, keasaman air di
sungai Pekalongan sekitar 6-9, dan masih tergolong netral
Komentar :
Diharapkan bagi pihak pemerintah untuk lebih selalu memantau kualitas air
sungai agar tetap sesuai dengan peruntukannya. Dan lebih memperketat baku
mutu mengenai buangan limbah indutitik sampelry yang semakin berkembang
di Daerah Aliran Sungai (DAS) tersebut. Lalu hendaknya dilakukan
pengambilan sampel berkala pada musim kemarau dan musim hujan untuk
mengetahui perbandingan kandungan air Sungai tersebut.
Untuk penelitian selanjutnya hendaknya memperhitungkan debit air sungai
agar dapat mengetahui sejauh mana aliran membawa limbah tersebut.
Mengkorelasikan dengan data tambahan lain seperti curah hujan, penggunaan
lahan, dan kelerengan untuk melihat pengaruhnya terhadap parameter BOD,
COD, dan TSS di sungai tersebut.

4. Resume jurnal dengan judul :
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK MENGETAHUI TINGKAT
PENCEMARAN LIMBAH PABRIKDI KABUPATEN SIDOARJO

Kabupaten Sidoarjo, merupakan sebuah kabupaten di Provinsi Jawa
Timur, Indonesia.Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Batas Utara Kabupaten
Sidoarjo adalah Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, Sebelah Timur adalah
Selat Madura, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasuruan dan sebelah barat
adalah Kabupaten Mojokerto. Sidoarjo dikenal sebagai penyangga utama Kota
Surabaya, dan termasuk kawasan Gerbang kerto susila.
Wilayah Kabupaten Sidoarjo berada di dataran rendah.Sidoarjo dikenal
dengan sebutan Kota Delta, karena berada di antara dua sungai besar pecahan
Kali Brantas, yakni Kali Mas dan Kali Porong. Kota Sidoarjo berada di
selatan Surabaya, dan secara geografis kedua kota ini seolah-olah menyatu
Hasil implementasi interface pada halaman utama berdasarkan
perancangan pada bab 3 seperti terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar . Halaman Utama
Halaman utama website ini adalah untuk menampilkan berbagai menu
informasi yang ada dalam sistem informasi geografis untuk pencemaran
lingkungan di Kabupaten Sidoarjo. Pada halaman ini terdiri dari beberapa menu
utama antara lain:
a. Home
Halaman ini adalah halaman yang pertama kali muncul ketika user maupun
admin mengakses website, yang berisi tentang tujuan dan manfaat dari sistem
informasi geografis pencemaran lingkungan di kabupaten Sidoarjo.
b. Peta Sidoarjo
Pada halaman ini memuat tampilan peta Kabupaten Sidoarjo, yang
didalamnya terdapat semua informasi tentang profil perusahaan, letak
perusahaan dan disini juga dapat diketahui mana perusahaan yang tercemar oleh
limbah, ataupun tidak tercemar. Untuk membedakan perusahaan yang tercemar
ataupun tidak dapat diketahui dari warna titik letak perusahaan tersebut, warna
merah menunjukkan perusahaan tercemar dan warna hijau menunjukkan pabrik
tersebut tidak tercemar, seperti pada gambar . dibawah ini.

Gambar . Peta Sidoarjo
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah aplikasi yang telah
dibangun dapat berjalan dengan baik dan memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan. Sebelum melakukan uji coba sistem, terlebih dahulu
mengumpulkan data-data hasil survey di lapangan yang selanjutnya
dilakukan pengujian di laboratorium untuk diketahui kadar limbahnya.
Berikut adalah tabel data-data hasil pengujian kadar limbah perusahaan
setelah diolah di laboratorium.
Tabel .Hasil Uji Air Limbah Perusahaan PG Candi
Parameter

Satuan
mg/l

Kadar
Maksimum
(CM)
50

Kadar di
Lapangan
(CA)
30

Debit
Limbah
Cair
20

BOD
COD

mg/l

100

30

30

TSS

mg/l

200

60

40

Komentar :
Dari penelitian yang dilakukan di Kantor Pengendalian Dampak
Lingkungan (KANPEDAL) Kabupaten Sidoarjo, bahwa dengan adanya aplikasi
Sistem Informasi Geografis ini, akan mempermudah untuk menginformasi
kan daerah-daerah yang tercemari oleh limbah pabrik. Karena dengan
peta digital dalam bentuk database akan lebih mudah diolah dari pada
peta digital yang dalam bentuk gambar digital biasa
Dari aplikasi ini nantinya dapat ditampilkan peta Kabupaten Sidoarjo,
yang didalamnya terdapat semua informasi tentang profil perusahaan, letak
perusahaan dan disini juga dapat diketahui mana perusahaan yang tercemar oleh
limbah, ataupun tidak tercemar.

Dalam aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk mengetahui tingkat
pencemaran limbah pabrik di Kabupaten Sidoarjo ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu saya mengharapkan untuk penelitian selanjutnya
sistem ini dapat dikembangkan dengan lebih baik lagi.

5. Resume jurnal dengan judul :
MODEL PENENTUAN LOKASI PENIMBUNAN (LANDFILL) LIMBAH B3
DENGAN BANTUAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)
Meningkatnya pembangunan disegala bidang, khususnya pembangunan
bidang industri, akan berakibat meningkat pula jumlah limbah yang dihasilkan,
termasuk limbah berbahaya dan beracun yang dapat menurunkan kualitas
lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia. Limbah bahan berbahaya
dan beracun disingkat B3, adalah sisa suatu kegiatan yang mengandung
bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya,
secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan merusak
lingkungan hidup, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain (PP Nomor 18 Tahun
1999).
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup
reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkut, pemanfaatan, pengelohan
dan penimbunan limbah B3. Kegiatan ini harus dilakukan dengan  baik mulai
dari perencanaan kegiatan hingga pemantauan selama kegiatan dilakukan.
Karenapengolahan limbah B3 dilakukan di dalam lokasi penghasil limbah atau
di luar penghasil limbah, maka diperlukan analisa kelayakan dari lokasi
terhadap dampak sosial ekonomi yang mungkin timbul dengan adanya
pengolahan limbah tersebut.
SIG yang merupakan perangkat bantu (tool) untuk analisa yang merujuk
pada suatu ruang (spasial) diharapkan dapat membantu perencanaan
pengelolaan limbah B3, pemantauan pengelolaan limbah B3, dan pemantauan
dampak yang mungkin timbul dari hasil pengolahan limbah. Dalam studi
pemodelan ini SIG akan digunakan untuk membantu menentukan lokasi untuk
penimbunan (landfill) limbah B3.
Komentar :
Pengunaan SIG sebagai perangkat bantu (tool) dapat dipakai sebagai
strategi pemacahan masalah dan dasar pengambilan keputusan dalam
pengelolaan limbah B3. Perlu kajian lebih mendalam tentang presentase
pengaruh tiap-tiap parameter penentu. Dan perlu diadakan kajian lebih dalam
untuk penyempurnaan pengelolaan limbah B3.