Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan: Riset Evaluasi pada SMPN dan SMAN di Kabupaten Jember

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........

1

Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan: Riset Evaluasi pada
SMPN dan SMAN di Kabupaten Jember

Kalvin Edo Wahyudi, Drs. Supranoto, M.Si, Suji, S.Sos, M.Si
Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember (UNEJ)
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121
E-mail: DPU@unej.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak program sertifikasi guru di Kabupaten Jember. Fokus perhatiannya
adalah pengukuran output target achievement dan intended impact achievment. Output target achievment diukur melalui
analisis deskriptif. Intended impact achievment merujuk pada dampak program sertifikasi guru terhadap mutu pendidikan.
Pengukuran dampak meliputi 3 tahapan analisis (komparatif, asosiatif, dan time series). Data dikumpulkan melalui
documentary collecting model pada 52 sekolah (SMPN dan SMAN) di Kabupaten Jember dan disproprtionate stratified area
random technique dipilih untuk optimum reppresentativeness sample. Hasil analsisi deskriptif menunjukkan bahwa output
target achievement berkinerja rendah. Hasil pengukuran dampak menunjukkan bahwa program sertifikasi guru memiliki
dampak positif terhadap mutu pendidikan, tetapi besaran dampak menunjukkan kualifikasi yang rendah. Akhirnya, penelitian

ini tidak hanya mengevaluasi dampak program sertifikasi guru tapi juga menawarkan model penelitian untuk mengukur
dampak program.
Kata Kunci: Program sertifikasi guru, output target achievment measurement, intended impact achievment measurement
Abstract
This research aims to evaluate the impact of teacher certification program in Jember. Focus of attention is output target
achievment and intended impact achievment measurement. Output target achievment measured by descriptif analysis.
Intended impact achievment refer to the impact of teacher certification program to quality of education. Impact
measurement containing 3 steps analyses (comparatif, assossiatif, time series). Data was gathered by documentary
collecting model in 52 schools (SMPN and SMAN) in Jember and the disproportionate stratified area random technique
was chosen for optimum representatifness sample. The results of descriptif analysis showed that output target achievment
has low performance. The results of impact measurement showed that teacher certification program has a low positif
impact to the quality of education. So, this research not only aims to evaluate teacher certification program performance,
but also to offering some simple research models for measure of program performance (output target achievment and
intended impact achievment measurement).

Keywords: teacher certification program, output target achievment measurement, intended impact achievment measurement
Pendahuluan
Peneltian ini berawal dari suatu asumsi bahwa
kebijakan publik adalah jawaban tentatif/hipotesis atas
penyelesaian masalah publik, sebagaimana diungkapkan

oleh Pressman dan Wildavsky (dikutip Amir Santoso dalam
Ekowati, 2009:6) yang mendefinisikan kebijakan publik
sebagai “suatu hipotesis yang mengandung kondisi-kondisi
awal dan akibat-akibat yang bisa diramalkan”. Dalam
kedudukannya sebagai hipotesis, kebijakan publik berfungsi
sebagai independent variable, yang diungkapkan oleh
Subarsono (2009:4) “studi kebijakan dapat menempatkan
kebijakan publik sebagai independent variable, sehingga
berusaha mengidentifikasi dampak dari suatu kebijakan
publik”. Karena berstatus tentatif, maka derajat ketepatan
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

dari suatu kebijakan dalam menyelesaikan masalah publik
layak untuk diuji. Derajat ketepatan/keberhasilan suatu
kebijakan dalam menyelesaikan masalah publik inilah yang
dinomenklaturkan sebagai kinerja kebijakan. Pada
umumnya, wujud penyelesaian masalah publik termanifestasi
dalam tujuan kebijakan. Jika suatu kebijakan berhasil
mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan
tersebut telah menyelesaikan masalah publik, atau dengan

kata lain kebijakan tersebut berkinerja baik. Berkaitan
dengan asumsi dan definisi di atas, penelitian ini bertujuan
untuk mengevaluasi kinerja dari salah satu kebijakan publik
yang bernilai strategis yaitu program sertifikasi guru, karena
kebijakan ini berkorelasierat dengan kualitas pendidikan di
Indonesia.

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
Kualitas pendidikan memiliki peran yang sangat
vitaldalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena
merupakan main independent variabel dalam konteks
pembangunansumber daya manusiadan daya saing bangsa.
Dalam konteks ininampaknya peran guru adalah yang paling
dominan. Hal ini diungkapkan Muslich (2007:6) bahwa
“guru memiliki peran yang strategis dalam pendidikan,
bahkan sumber daya lain yang memadai seringkali kurang
berarti apabila tidak disertai dengan kualitas guru yang
memadai.” Selain itu, Usman 2010 (v) menyatakan “guru
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap
upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi

pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan
sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan
selalu bermuara pada faktor guru.” Pendapat yang sama juga
disampaikan oleh Kunandar (2007:40) yang menyatakan
“salah satu faktor yang menentukan mutu pendidikan adalah
guru. Gurulah yang berada di garda terdepan dalam
menciptakan kualitas sumber daya manusia. Guru
berhadapan langsung dengan para peserta didik di kelas
melalui proses belajar mengajar.”
Menyadari
pentingnya
peran
guru
dalam
meningkatkan
mutu
pendidikan,maka
pemerintah
mengeluarkan kebijakan publik, yaituUURI No. 14 Th. 2005
yang mendefinisikan guru sebagai tenaga profesional dengan

standar profesi yang wajib dipenuhi antara lain: kualifikasi
akademik; kompetensi; sertifikat pendidik; sehat jasmani dan
rohani; serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Jika seorang guru telah
memenuhi standar profesi, maka guru tersebut akan
mendapatkan sertifikat pendidik sebagai bukti formal
atasprofesionalitasnyadan mendapatkantunjangan profesi
setara satu kali gaji pokok (UURI No. 14 Th. 2005).Jadi,
program sertifikasi guru adalah manifestasi/implementasi
UURI No. 14 Th. 2005 melalui rangkaian uji profesionalitas
dan pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
dinyatakan profesional.
Setelah diimplementasikan (aksi kebijakan),suatu
kebijakan publik akan menimbulkan konsekuensi kebijakan.
Dunn dalam Wibawa et al (1994:5) membagi konsekuensi
kebijakan menjadioutput(keluaran) dan dampak (impact).
Setelah diimplementasikan dan diterjemahkan
menjadi
rangkaian
program/proyek/kegiatan,

suatu
kebijakan publik didesain untuk menghasilkan suatu
keluaran (output). Ouput adalah barang, jasa atau fasilitas
lain yang diterima oleh sekelompok masyarakat tertentu
(Wibawa et al, 1994:5).Jika dilihat dari dimensi waktu,
maka outputadalah manifestasi dari tujuan jangka pendek
suatu kebijakan. Adapun dampak adalah tujuan jangka
menengah dan atau panjang yang akan dicapai jika output
telah dihasilkan. Dampak kebijakan adalah perubahan
kondisi fisik maupun sosial sebagai akibat dari output
kebijakan (Wibawa et al, 1994:5).Dalam praktiknya,
dampak diklasifikasikan menjadi dampak yang diharapkan
(intended impact) dan tidak diharapkan (unintended
impact).Output dan Intended impact suatu program, telah
diperhitungkan, diramalkan, bahkan diteoritisasi sebelumnya
supaya realistis untuk dicapai. Akan tetapi, seperti yang
diuraikan di bagain awal bahwa tujuan suatu
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

2


kebijakan/program (dalam hal ini adalah output dan
intended impact) tetaplah suatu hipotesis yang perlu untuk
diuji derajat ketepatannya. Inilah yang manjadi fokus
perhatian dalam penelitian ini.
Adapun output dan intended impact dari program
sertifikasi guru dapat ditinjau dari fungsi dan tujuan
program. Menurut UURI No. 14 Th. 2005 Pasal 4,
kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional.” Muslich (2007:8) menyatakan “peningkatan mutu
guru lewat program sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan
mutu pendidikan.” Jalal et al, menambahkan “the new policy
(teacher certification) is the culmination of several previous
attemps to improve the quality of teachers as a means to
improving the overall quality of education, following a
number of preciding policies and strategies initiated to
improve the quality an competency of teacher.” Secara
singkat dapat dikatakan bahwa program sertifikasi guru

adalah jawaban tentatif (hipotesis) untuk meningkatkan mutu
pendidikan
di
Indonesia
melalui
peningkatan
mutu/profesionalitas guru. Adapun output program adalah
guru bersertifikasi/guru yang diakui profesionalitasnya,
sedangkan intended impact-nya adalah peningkatan mutu
pendidikan. Dengan dihasilkannya otuput, diharapkan
intended
impact
dapat
tercapai.uraian
ini
merupakantheoretical framework yang akan dideduksikan
menjadi testable hypotheses.
Penelitian terhadap output program sertifikasi guru
telah dilakukan sebelumnya oleh Ridia (2009) yang
menunjukkan bahwa program sertifikasi guru telah

meningkatkan motivasi dan kinerja guru secara signifikan.
Hal ini mengindikasikan bahwa tujuanprogram sertifikasi
guru dalam meningkatkan mutu guru telah tercapai. Artinya,
guru bersertifikasi sebagai output program telah teruji
profesionalitasnya. Berkaitan dengan output program, UURI
No. 14 Tahun 2005 Pasal 82 Ayat 2 mengamanatkan bahwa
guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud pada UndangUndang ini wajib memenuhi kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik paling lama 10 (sepuluh) tahun sejak
berlakunya Undang-Undang ini. Jadi, tahun 2015 adalah
deadline di mana semua guru wajib memenuhi kualifikasi
akademik dan mendapat sertifikat pendidik. Artinya, jika
saat ini program sertifikasi guru telah berjalan kurang lebih
tujuh tahun, maka seharusnya prosentase jumlah guru
bersertifikasi di tiap sekolah mencapai 70%. Inilah yang
dimaksud dengan output target achievment.Pertanyaan
pertama adalah apakahoutput target telahtercapai? Atau
dengan kata lain, apakah prosentase guru bersertifikasi di
Kabupaten Jember telah mencapai 70% atau tidak?
Pertanyaan ini menjadi hipotesis deskriptif yang akan diuji

kebenarannya. Jika prosentase jumlah guru bersertifikasi
70% maka output target achievment-nya dinilai tinggi. Akan
tetapi, jika < 70% maka output target achievment-nya dinilai
rendah.
Pertanyaan kedua yang penting untuk dijawab
adalah, apakah dengan munculnya output, intended impact
dari program sertifikasi guru telah tercapai? Dari pertanyaan

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
ini,akan dirumuskan beberapahipotesis untuk menguji
apakah program sertifikasi guru berdampak positif terhadap
mutu pendidikan atau tidak.
Langkah pertama untuk mengukur dampak adalah
merumuskan hipotesis komparatif sesuai dengan desain
single group nonexperimental outcome evaluation dengan
tipe pretest-posttest (Posavac dan Carey, 1997). Artinya,
mutu pendidikan sebagai intended impact diukur sebelum
dan setelah implementasi program sertifikasi guru.Adapun
mutu pendidikan adalah tingkat kecerdasan kehidupan
bangsa yang dapat diraih dari penerapan sistem pendidikan

nasional(Permendiknas RI No 63 Th 2009). Selanjutnya,
mutu pendidikan dioperasionalisasikan menjadi rata-rata
nilai/hasil ujian nasional (UN) siswa. Alasannya, hasil UN
memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang paling tinggi
dibandingkan indikator mutu pendidikan yang lainnya. Hal
ini didasarkan pada Penjelasan PPRI No 19 Th 2005 Pasal
66 yang menguraikan “hasil ujian nasional dapat
diperbandingkan baik antarsatuan pendidikan, antardaerah,
maupun antarwaktu untuk pemantauan mutu pendidikan
secara nasional.” Sedangkan program sertifikasi guru
dioperasionalisaskan menjadi keberadaan guru bersertifikasi
(dua variasi nilai, yaitu before-after). Perlakuan ini
dikhususkan bagi siswa di kelas akhir (kelas IX untuk
SMPN dan XII untuk SMA) dan guru yang khusus mengajar
mata pelajaran UN di kelas akhir.Dari uraian ini dapat
dirumuskan suatu hipotesis komparatif, yaitu sebagai
berikut.
Ø Ho: tidak ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian
nasional siswasebelum dan setelah diajar guru bersertifikasi;
Ø Ha: ada perbedaan antara rata-rata nilai ujian nasional
siswasebelum dan setelah diajar guru bersertifikasi.
Langkah kedua adalah menguji asumsi yang
terkandung dalam UURI No. 14 Tahun 2005 Pasal 82 Ayat
2yang mengamanatkan bahwa guru yang belum memiliki
kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik sebagaimana
dimaksud pada Undang-Undang ini wajib memenuhi
kualifikasi akademik dan sertifikat pendidik paling lama 10
(sepuluh) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini.Pasal
ini mengamanatkan agar semua guru di Indonesia
bersertifikasi. Artinya, pemerintah meramalkan bahwa
dengan bertambahnya jumlah guru bersertifikasi/profesional,
mutu pendidikan juga mengalami peningkatan. Atau dengan
kata lain jumlah guru bersertifikasi yang tinggi akan
berkorelasi lurus terhadap mutu pendidikan. Untuk itu,
pemerintah melakukan ekspansi jumlah guru bersertifikasi
melalui rangkaian program sertifikasi guru.
Berkaitan dengan hal di atas, diperlukanlah analisis
asosiatif.Analisis asosiatif, dilakukan dengan cara mengukur
ada/tidaknya, sifat dan kuatnya hubungan antara variabel X
(jumlah guru bersertifikasi di setiap sekolah periode
2011/2012,khusus pengajar mata pelajaran UN di kelas
akhir) dan variabel Y (rata-rata nilai Ujian Nasional siswa di
setiap sekolah periode 2011/2012).Adapun rumusan
hipotesisnya antara lain sebagai berikut.
•Ho: tidak ada hubungan antara antara variabel X
(jumlah guru bersertifikasi di setiap sekolah periode
2011/2012,khusus pengajar mata pelajaran UN di
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

3

kelas akhir) dan variabel Y (rata-rata nilai Ujian
Nasional siswa di setiap sekolah periode 2011/2012).
•Ha: ada hubungan antara variabel X (jumlah guru
bersertifikasi di setiap sekolah periode 2011/2012,
khusus pengajar mata pelajaran UN di kelas akhir)
dan variabel Y (rata-rata nilai Ujian Nasional siswa
di setiap sekolah periode 2011/2012).
Makna dari hipotesis yang ingin diukur adalah,
apakah sekolah dengan jumlah guru bersertifikasi yang
tinggi akan memiliki rata-rata nilai UN yang tinggi pula atau
sebaliknya. Jika semakin banyak guru bersertifikasi dan ratarata nilai UN juga semakin tinggi, maka dapat dikatakan
bahwa program sertifikasi guru telah berdampak positif
terhadap mutu pendidikan. Artinya, upaya pemerintah untuk
menyelenggarakan program sertifikasi guru dan mewajibkan
semua guru di Indonesia harus bersertifikasi sesuai dengan
UURI No 14 Th 2005 Pasal 82 (2)terbukti relevan.
Langkah ketiga adalah melakukan pengamatan
terhadap hubungan variabel X dan Ydengan analisis time
serie.Berbeda dengan analisis asosiatif sebelumnya, analisis
time series mempertimbangkan faktor rangkaian waktu
(trend) dalam mengamati hubungan variabel X dan
Y.Metode analisis time seriesadalah dengan mengamati
kesamaan atau perbedaan dari trend (ditunjukkan dengan
grafik) variabel X (rata-rata jumlah guru bersertifikasi,
khusus pengajar mata pelajaran UN di kelas akhir) dan
variabel Y(rata-rata nilai ujian nasional siswa) dari periode
2007/2008 sampai 2011/2012. Asumsi yang ingin diuji
adalah apakah trend kenaikan jumlah guru bersertifikasi
(khususnya guru pengajar mata pelajaran UN di kelas akhir)
akan sama dengan trend peningkatan mutu pendidikan (ratarata nilai UN) atau tidak. Jika trend sama, maka dapat
dikatakan bahwa variabel X dan Y memiliki korelasi positif,
artinya program sertifikasi guru berdampak positif terhadap
mutu pendidikan.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis penelitian survai. Data dalam penelitian ini
diperoleh melalui documentary collecting model pada
sekolah-sekolah SMPN dan SMAN di Kabupaten Jember.
Populasi berjumlah 107 sekolah dengan pembagian
karakteristik utama adalah kategori wilayah (eks kota
administraif dan non eks kota administratif Jember) serta
standar sekolah (RSBI, SSN dan potensial). Sampel dipilih
berdasarkan optimum representatifness dengan teknik
disproportionatestratified area random sampling. Besaran
sampel adalah 52 sekolah yang dihitung berdasarkan rumus
Slovin.Penelitian ini memiliki 4tahap analisis data, yaitu
analisis deskriptif, komparatif, asosiatif dan time
series.Analisis deskriptif menggunakan penghitungan
prosentasejumlah guru bersertifikasi periode 2011/2012
pada tiap-tiap sekolah, kemudian dihitung ratarata/meandari prosentase tersebut untuk tiap kategori
sampel. Rumus uji hipotesis komparatif menggunakan rumus
uji t-testtanpa sampel kontrol(Morissan, 2012), sedangkan
uji hipotesis asosiatif menggunakan korelasi pearson

4

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
product moment (r)(Riduan dan Akdon, 2009). Adapun
analisis time series menggunakan tampilan grafik.

Hasil Penelitian
A.Analisis Deskrpitif
Tabel 1. Mean jumlah guru bersertifikasi tiap kategori
sekolah
Rangking
Kategori

dan Mean dari prosentase guru
bersertifikasi pada tiap-tiap
kategori sampel (%)
51,87596

Seluruh sampel
Wilayah
1 Eks Kotatif

69,78583

2 Non eks kotatif

46,503

Standar Sekolah
1 RSBI

77,4175

2 SSN

60,30077

3 Potensial

37,27545

Kategori Silang
1 Eks kotatif RSBI

81,62

2 Eks kotatif SSN

69,84667

3

Non eks
RSBI

kotatif

64,81

4 Eks kotatif Potensial 57,83
5 Non eks kotatif SSN 57,437
6

Non eks
Potensial

kotatif

34,03

(Jumlah guru bersertifikasi periode 2011/2012 : jumlah guru
keseluruhan periode 2011/2012) 100% = Prosentase guru
bersertifikasi tiap sekolah.
Tabel di atas mengungkapkan beberapa fakta, yaitu
sebagai berikut.
•Rata-rata prosentase guru bersertifikasi untuk kategori
seluruh sampel hanya sebesar 51,88%. Jika meninjau UURI
No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat 12
yang berbunyi “sertifikat pendidik adalah bukti formal
sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen
sebagai tenaga profesional”, maka dapat dikatakan bahwa
jumlah guru profesional menurut undang-undang untuk
kategori SMPN dan SMAN di Kabupaten Jember hanya
sebesar 51,88% sedangkan sisanya (48,12%) merupakan
guru yang belum dianggap profesional.
•Output target achievment program sertifikasi guru di
Kabupaten Jember tergolong rendah. Sesuai dengan amanant
UURI No. 14 Tahun 2005 pasal 82 ayat 2 yang bebunyi
“Guru yang belum memiliki kualifikasi akademik dan
sertifikat pendidik … wajib memenuhi kualifikasi akademik
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

dan sertifikat pendidik paling lama 10 tahun sejak
berlakuknya undang-undang ini.” Artinya, pada tahun 2015,
semua guru wajib memenuhi kualifikasi akademik dan harus
mendapat sertifikat pendidik. Saat ini, undang-undang
tersebut telah ditetapkan lebih dari 7 tahun, seharusnya ratarata prosentase guru bersertifikasi mencapai 70%. Akan
tetapi, kenyataan di lapangan, untuk kategori seluruh sampel
penelitian hanya 51,88% bahkan untuk kategori non eks
kotatif potensial hanya sebesar 34,03%. Adapun yang diatas
70% hanya kategori eks kotatif RSBI saja (81,62%). Realita
ini akan menambah beban penyelenggaraan sertifikasi pada
tahun-tahun berikutnya, karenadeadline target program
sertifikasi kurang 3 tahun lagi.
•Tabel di atas juga memperlihatkan adanya disparitas yang
tajam di antara beberapa kategori sekolah. Prosentase guru
untuk kategori eks kotatif > non eks kotatif. Begitu pula
dengan kategori standar sekolah(RSBI > SSN > Potensial)
serta kategori silang. Pada kategori silang, terdapat
disparitas yang amat tajam.Sekolah-sekolah berkategori eks
kotatif RSBI memiliki prosentase guru bersertifikasi yang
paling banyak diantara kategori lainnya (81,62%). Hal ini
berbeda jauh dari sekolah-sekolah berkategori non eks
kotatif potensial memiliki prosentase guru bersertifikasi
yang paling rendah dari kategori lainnya (34,03%).
•Menurut UURI No. 20 Th 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Bab Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan, Pasal 4,
Ayat (1) menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,
nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.”
Fakta kesenjangan di atas tentunya merupakan bukti adanya
penyimpangan terhadap amanat UURI No. 20 Th 2003
tersebut, yaitu penerapan sistem yang tidak berkeadilan.
Fakta kesenjangan di atas menunjukkan bahwa siswa di non
eks kotatif (desa) mendapatkan fasilitas dan layanan
pendidikan (mutu guru) yang lebih rendah daripada siswa
yang berada di eks kotatif (kota). Selain itu, siswa yang pada
sekolah-sekolah berkategori potensial mendapatkan fasilitas
dan layanan pendidikan (mutu guru) yang lebih rendah
dibandingkan siswa pada sekolah-sekolah berkateogori SSN,
dan siswa pada sekolah-sekolah berkategori SSN mendapat
layanan pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan
siswa pada sekolah yang berkategori RSBI. Dari kategori
silang, dapat dilihat bahwa siswa yang paling “beruntung”
adalah yang bersekolah pada kategori eks kotatif RSBI. Hal
ini dikarenakan siswa pada sekolah berkategori tersebut
diajar oleh guru yang mayoritas profesional. Adapun siswa
yang paling “tidak beruntung” adalah siswa pada sekolah
berkategori non eks kotatif potensial, karena mayoritasguru
yang mengajar belum profesional,bahkan pada beberapa
sekolah semua gurunya belum tersertifikasi, artinya semua
gurunya belum profesional.
B.Analisis Komparatif
Tabel 2.Hasil penghitungan t-test dan kategori efek
Rangking
Kategori

dan Status Ho Skor Efek Kategori
Efek

Seluruh sampel

Ditolak

0,3158

Rendah

5

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
Rangking
Kategori

dan Status Ho Skor Efek Kategori
Efek

Wilayah
1 Non eks kotatif

Ditolak

0,3187

Rendah

2 Eks kotatif

Ditolak

0,2555

Rendah

1 Potensial

Ditolak

0,3775

Rendah

2 RSBI

Ditolak

0,2914

Rendah

3 SSN

Ditolak

0,2627

Rendah

kotatif Ditolak
1 Eks
Potensial

0,4646

Cukup

2 Non eks kotatif Ditolak
Potensial

0,3708

Rendah

3 Non eks kotatif Ditolak
SSN

0,2968

Rendah

4 Eks kotatif RSBI Ditolak

0,2950

Rendah

5 Non eks kotatif Diterima
RSBI

0,2557

Rendah

6 Non eks kotatif

0,1568

Sangat
rendah

Standar Sekolah

Kategori Silang

Diterima

Tabel di atas mengungkapkan beberapa temuan, yaitu
sebagai berikut.
•Secara umum, (kategori seluruh sampel) status Ho
ditolak. Maka, ada perbedaan antara rata-rata ujian
nasional Kelompok A dan Kelompok B. Artinya, ada
perbedaan kompetensi lulusan (mutu pendidikan)
antara sebelum dan setelah adanya guru bersertifikasi.
Demikian juga dengan analisis berdasarkan kategori
wilayah (eks kotatif dan non eks kotatif) dan kategori
standar sekolah, (RSBI, SSN dan Potensial) masingmasing menunjukkan hal yang sama, yaitu status Ho
ditolak. Akan tetapi, ketika dianalisis lebih mendalam
dengan kategori silang, terjadi hal menarik. Dari 6
kategori silang, 4 kategori menolak Ho, sedangkan 2
diantaranya menerima Ho. Hal ini menunjukkan bahwa
secara umum, keberadaan guru bersertifikasi telah
memberikan
perubahan
(perbedaan)
terhadap
kompetensi lulusan (yang ditunjukkan dengan rata-rata
nilai ujian siswa). Akan tetapi, pada sekolah-sekolah
berkategori tertentu, keberadaan guru bersertifikasi
ternyata tidak membawa perbedaan.
•Hasil dari analisis diatas juga menunjukkan bahwa
untuk semua kategori, rata-rata nilai ujian nasional
siswa dari kelompok yang tidak diajar oleh guru
bersertifikasi lebih rendah daripada rata-rata nilai ujian
nasional siswa yang diajar oleh guru bersertifikasi.
Artinya, secara umum perbedaan tersebut memiliki
arah yang positif. Fakta ini menunjukkan bahwa
keberadaan guru bersertifikasi telah meningkatkan
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

kompetensi lulusan (yang ditunjukkan dengan
peningkatan rata-rata nilai ujian nasional). Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa program sertifikasi
guru telah meningkatkan mutu pendidikan.
•Meskipun menunjukkan arah perbedaan yang positif,
tetapi dilihat dari ukuran efeknya, ternyata secara
umum (kategori seluruh sampel) menunjukkan efek
yang rendah. Artinya keberadaan guru bersertifikasi
memang memberikan pengaruh/efek (perbedaan) yang
bersifat positif bagi kompetensi siswa, akan tetapi
pengaruh/efek tersebut masih tergolong rendah. Hal
serupa juga terjadi dalam kategori wilayah (eks kotatif
dan non eks kotatif) dan kategori standar sekolah
(RSBI, SSN dan Potensial). Pada kategori-kategori ini,
ukuran efek juga menunjukkan klasifikasi yang rendah.
Hal menarik terjadi ketika dilakukan analisis kategori
silang. Dari analisis ini dapat dilihat bahwa dari 6
kategori silang, 1 kategori berklasifikasi efek cukup, 4
kategori berklasifikasi efek rendah, dan 1 kategori
berklasifikasi efek sangat rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa program sertifikasi guru memang telah
meningkatkan mutu pendidikan, akan tetapi besaran
efek peningkatan tersebut masih tergolong rendah dan
berbeda-beda pada masing-masing kategori sekolah.
•Kesimpulannya, program sertifikasi guru telah
memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan.
Artinya, upaya pemerintah dalam memperbaiki mutu
pendidikan melalui peningkatan mutu guru dengan
program sertifikasinya menunjukkan hasil yang positif.
Atau dengan kata lain, program sertifikasi guru
menujukkan kinerja yang positif. Meskipun harus
diakui bahwa secara umum (kategori seluruh sampel)
menunjukkan kinerja positif itu masih rendah / belum
optimal.
Apabila kita dialogkan hasil-hasil analisis komparatif
ini dengan hasil-hasil analisis sebelumnya (analisis
deskriptif) akan dapat dilihat fenomena menarik, yaitu
ditunjukkan dengan tabel dibawah ini.
Tabel 3.Dialog hasil analisis
Hasil Analisis Deskriptif

Hasil Analisis Komparatif

Rangking

Prosentase
Guru
Rangking
Bersertifika
si

Seluruh
sampel

51,88%

Skor dan
kategori
Efek

Seluruh
sampel

0,3158
(rendah)

Kategori Wilayah
Eks kotatif

69,78%

Non eks kotatif

0,3187
(rendah)

Non
kotatif

46,50%

Eks kotatif

0,2555
(rendah)

Potensial

0,3775

eks

Kategori Standar Sekolah
RSBI

77,42%

6

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
Hasil Analisis Deskriptif

Hasil Analisis Komparatif
(rendah)

SSN

60,30%

RSBI

0,2914
(rendah)

Potensial

37,28%

SSN

0,2627
(rendah)

Kategori Silang

ketiga yaitu analisisasosiatif. Jadi, selain dideduksikan dari
theoretical framework pada bab pendahuluan, analisis
asosiatif juga merupakan analisis lanjutan terhadap temuan
(asumsi)yang merupakan produk dari dialog antara hasil
analisis deskriptif dan komparatif.
C.Analisis Asosiatif
Tabel4. skor hasil penghitungan Korelasi Pearson Product
Moment (r)

Eks kotatif
81,62%
RSBI

Eks
kotatif 0,4646
Potensial
(cukup)

Kategori
Sampel

Skor

Status
hipotesis

Tingkat
Hubungan

Eks kotatif
69,85%
SSN

Non eks kotatif 0,3708
Potensial
(rendah)

SMPN

0,308

Ho ditolak

rendah

Non
eks
64,81%
kotatif RSBI

Non eks kotatif 0,2968
SSN
(rendah)

SMAN

0,524

Ho ditolak

cukup

dan 0,416

Ho ditolak

cukup

Eks kotatif
57,83%
Potensial

Eks
RSBI

SMPN
SMAN

Non
eks
57,44%
kotatif SSN

Non eks kotatif 0,2557
RSBI
(rendah)

Non
eks
kotatif
34,02%
Potensial

Eks
SSN

kotatif 0,2950
(rendah)

kotatif

0,1568
(sangat
rendah)

Data diambil dari hasil analisis deskriptif dan komparatif
Tabel diatas menunjukkan beberapa hal, diantaranya sebagai
berikut.
•Untuk kategori wilayah, sekolah-sekolah di eks kotatif
Jember memiliki rata-rata prosentase guru bersertifikasi
yang lebih tinggi daripada sekolah-sekolah di non eks kotatif
Jember. Akan tetapi, hasil analisis komparatif menunjukan
skor efek perbandingan justru sebaliknya.
•Untuk kategori standar sekolah, sekolah-sekolah potensial
memiliki rata-rata prosentase guru bersertifikasi yang paling
rendah dibandingkan sekolah-sekolah SSN apalagi RSBI.
Akan tetapi, hasil analisis komparatif menunjukan skor efek
perbandingan justru sebaliknya.
•Untuk kategori silang, terjadi pergeseran rangking yang
sangat tajam. Dalam analisis deskriptif, sekolah-sekolah eks
kotatif dan berstandar tinggi (RSBI dan SSN) memiliki
prosentase guru bersertifikasi paling tinggi. Adapun sekolah
sekolah non eks kotatif dan berkategori rendah (potensial)
memiliki prosentase guru bersertifikasi yang paling rendah.
Akan tetapi, hasil analisis komparatif menunjukan skor efek
perbandingan justru sebaliknya.
•Dari beberapa hal di atas dapat disimpulkan bahwa
keberadaan guru bersertifikasi memang membawa dampak
positif terhadap kompetensi lulusan (rata-rata nilai ujian
nasional siswa).Akan tetapi dari tabel di atas dapat
dirumuskan satu asumsi, bahwa semakin banyak guru
bersertifikasi di dalam suatu sekolah, belum tentu semakin
tinggi pula skor efek / dampaknya terhadap mutu
pendidikan.
Asusmsi di atas perlu diuji lebih lanjut mengingat
komposisi dalam prosentase guru bersertikasi pada analisis
deskriptif tidak semuanya mengajar mata pelajaran ujian
nasional dan di kelas akhir. Untuk itu, dilakukanlah analisis
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

Variabel X:jumlah guru bersertifikasi di setiap sekolah
periode 2011/2012, khusus pengajar mata pelajaran UN di
kelas akhir dari tiap-tiap sekolah /sampel.
Variabel Y: rata-rata nilai Ujian Nasional siswa di setiap
sekolah periode 2011/2012 dari tiap-tiap sekolah/sampel.
Hasil penghitungan di atas menunjukkan beberapa hal, yaitu
sebagai berikut.
•Kategori SMPN
Skor 0,308 menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya, ada hubungan positif antara variabel
Xdan variabel Y. Jadi, semakin tinggi nilai X, maka
nilai Y akan semakin tinggi pula, atau dengan kata lain
semakin tinggi jumlah guru bersertifikasi di sekolah
maka rata-rata nilai UN juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pertambahan jumlah guru
bersertifikasi juga berkorelasi positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa program sertifikasi guru telah
memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan.
Akan tetapi skor 0,308 menunjukkan bahwa kuatnya
hubungan / korelasi tersebut tergolong rendah.
•Kategori SMAN
Skor 0,524 menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya, ada hubungan positif antara variabel
X dan variabel Y. Jadi, semakin tinggi nilai X, maka
nilai Y akan semakin tinggi pula, atau dengan kata lain
semakin tinggi jumlah guru bersertifikasi di sekolah
maka rata-rata nilai UN juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pertambahan jumlah guru
bersertifikasi juga berkorelasi positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa program sertifikasi guru telah
memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan.
Akan tetapi skor 0,524 menunjukkan bahwa kuatnya
hubungan / korelasi tersebut tergolong cukup.
•Kategori gabungan (SMPN dan SMAN)
Skor kategori gabungan = (0,308 + 0,524) : 2 = 0,416.
Skor ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima. Artinya, ada hubungan positif antara variabel
X dan variabel Y. Jadi, semakin tinggi nilai X, maka
nilai Y akan semakin tinggi pula, atau dengan kata lain

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
semakin tinggi jumlah guru bersertifikasi di sekolah
maka rata-rata nilai UN juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pertambahan jumlah guru
bersertifikasi juga berkorelasi positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Dari hasil ini dapat
disimpulkan bahwa program sertifikasi guru telah
memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan.
Akan tetapi skor 0,416 menunjukkan bahwa kuatnya
hubungan / korelasi tersebut tergolong cukup.
•Kesimpulannya, program sertifikasi guru telah
memberikan dampak positif terhadap mutu pendidikan.
Artinya, upaya pemerintah dalam memperbaiki mutu
pendidikan melalui peningkatan mutu dan jumlah guru
profesional
dengan
program
sertifikasinya
menunjukkan hasil yang positif. Atau dengan kata lain,
program sertifikasi guru menujukkan kinerja yang
positif. Meskipun harus diakui bahwa skor 0,416
menunjukkan kinerja positif itu masih belum optimal.
D.Analisis Time series
Tabel5.Hasil hitung variabel X dan Y

7

positif antara variabel X dan variabel Y. Jadi, dapat
dikatakan bahwa jika skor variabel X meningkat, maka
skor variabel Y juga akan mengalami peningkatan.
•Meskipun berhubungan positif, ada beberapa bagian
trend yang perlu dicermati. Misalnya trend variabel X
mengalami peningkatan skor yang sangat signfikan
(kenaikan terjal) pada periode 2008/2009 à
2009/2010 dan 2009/2010 à 2010/2011. Akan tetapi,
trend peningkatan skor variabel Y pada periode
tersebut memiliki signifikansi yang rendah (kenaikan
landai). Hal ini menujukkan bahwa hubungan positif
antara variabel X dan Y belum optimal /kuat.
•Grafik di atas menunjukkan bahwa peningkatan
jumlah guru bersertifikasi berkorelasi positif terhadap
peningkatan mutu pendidikan. Sehingga dapat
dikatakan bawah program sertifikasi guru telah
menunjukkan kinerja yang positif,meskipun belum
optimal.
KESIMPULAN

Periode

Variabel X

Variabel Y

2007/2008

1,21

7,62

2008/2009

1,86

7,78

2009/2010

3,1

7,90

2010/2011

5,96

7,96

2011/2012

6,82

8,28

Nilai Variabel X diperoleh melalui hasil hitung rata-rata
jumlah guru bersertifikasikhusus pengajar mata pelajaran
UN di kelas akhirdari tiap-tiap sampel.
Nilai variabel Y diperoleh melalui hasil hitung ratarata nilai UN dari tiap-tiap sampel.

1.Output target achievment program sertifikasi guru di
Kabupaten Jember tergolong rendah, dan terdapat disparitas
prosentase guru bersertifikasi yang tajam pada tiap kategori
sekolah.
2.Ada kesesuaian antara hasil analisis komparatif, asosiatif
dan time series, yaitu program sertifikasi guru telah
memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu
pendidikan. Artinya, intended impact achievment program
sertifikasi guru menunjukkan pencapaian yang positif. Atau
dengan kata lain, program sertifikasi guru menujukkan
kinerja yang positif. Dengan demikian upaya (hipotesis)
pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui
peningkatan jumlah dan mutu guru profesional dengan
program sertifikasi terbukti relevan. Meskipun harus diakui
bahwa pencapaian positif itu masih belum optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ekowati, M. R. C. 2009. Perencanaan, Implementasi dan
Evaluasi Kebijakan atau Program (Suatu Kebijakan
Teoritis dan Praktis). Surakarta: Pustaka Cakra.
Subarsono, A. G. 2009. Analisis Kebijakan Publik: Konsep,
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Gambar1. Analisis Time Series
Gambar di atas menunjukkan beberapa hal, yaitu sebagai
berikut.
•Grafik variabel X menujukkan trend peningkatan skor
pada setiap periode.
•Grafik variabel Y juga memiliki trend peningkatan
skor pada setiap periodenya.
•Dua grafik di atas menunjukkan adanya kesesuaian
trend dari variabel X dan variabel Y. Artinya, trend
kedua grafik tersebut menunjukkan adanya hubungan

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

Muslich,
M.
2007.
Sertifikasi
Guru:
Profesionalisme Pendidik. Jakarta: Bumi Aksara.

Menuju

Usman, M. U. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implementasi
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) dan
Persiapan menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.

Kalvin Edo Wahyudi et al.,Dampak Program Sertifikasi Guru Terhadap Mutu Pendidikan..........
Wibawa, S., Purbokusumo, Y., Pramusinto, A. 1994.
Evaluasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Jalal, F., Samani,M., Chang, M. C., Stevenson, R., Ragatz,
A. B., Negara, S. D. 2009. Teacher Certification in
Indonesia: A Strategy for Teacher Quality Improvement.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Ridia, I. K. 2009. Analisis Pengaruh Program
Kesejahteraan dan Sertifikasi Terhadap Motivasi, Kinerja,
dan Loyalitas Guru Sekolah Dasar di Wilayah Kerja
Kabupaten Tabanan Bali. Tidak Dipublikasikan. Tesis.
Jember: Program Pascasarjana Universitas Jember
Posavac, E. J. & Carey, R. 1996. Program Evaluation:
Methods and Case Studies. United States of America:
Prentice-Hall.
Morissan. 2012. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana
Riduan dan Akdon. 2009. Rumus dan Data dalam Aplikasi
Statistika Untuk Penelitian ; (Administrasi Pendidikan –
Bisnis – Pemerintahan – Sosial – Kebijakan – Ekonomi –
Hukum – Manajemen – Kesehatan). Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun
2005 tentang Standar nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun
2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, I (1): 1-8

8