reaksi psikologis seperti kelelahan, kegelisahan dan depresi. Resiko yang paling sederhana dari stres adalah kejenuhan, kepenatan sampai terjadinya gangguan
kesehatan baik fisik maupun mental. Gangguan kesehatan fisik yang sering dialami tenaga kerja yang tidak dirotasi adalah sakit kepala, tekanan darah tinggi, gangguan
pencernaan dan otot-otot menjadi tegang. Bahkan dari data kunjungan klinik pada perusahaan, hipertensi tekanan darah tinggi adalah gangguan kesehatan yang paling
banyak diderita oleh tenaga kerja. Gejala stres ditempat kerja pun lebih banyak terlihat pada bagian yang tidak dirotasi.
Gejala-gejala stres yang ditunjukkan oleh tenaga kerja yang tidak dirotasi adalah sulit untuk berkonsentrasi, komunikasi dengan rekan kerja kurang baik,
kreativitas dalam bekerja kurang, semangat kerja turun hingga akhirnya kepuasan kerja rendah. Gejala stres kerja yang dialami oleh tenaga kerja yang tidak dirotasi ini
berakibat pada semakin menurunnya performansi dan produktivitas kerjanya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul
“Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Tenaga Kerja Yang Dirotasi Dengan Yang Tidak Dirotasi di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi”.
B. Perumusan Masalah
Sistem rotasi kerja yang berjalan di PT. PECGI tidak dilaksanakan diseluruh bagian. Pada bagian finishing terdapat bagian yang tidak dilakukan rotasi, akibatnya
mereka terganggu kenyamanan kerjanya karena rasa lelah dan bosan terhadap pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Keadaan tersebut akan semakin menekan
keadaan psikologis tenaga kerja yang akhirnya menimbulkan stres kerja. Hal ini
merupakan beban tambahan bagi tenaga kerja yang akibatnya terjadinya penurunan efisiensi dan produtivitas kerja dan kemungkinan terjadinya kecelakaan.
Adapun permasalahan yang akan penulis kemukakan adalah “Adakah Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Tenaga Kerja yang Dirotasi Dengan Yang
Tidak Dirotasi di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi ?”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan tingkat stres kerja antara tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi pada bagian Total Inspections dan Blister di PT.
Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi.
D. Manfaat Penelitian
a. Teoritis : Diharapkan sebagai pembuktian teori bahwa ada perbedaan tingkat stres
kerja antara karyawan yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi.
b. Aplikatif : 1 Diharapkan bagi tenaga kerja dapat menambah pengetahuan mengenai
perbedaan stres kerja yang terjadi pada tenaga kerja yang dirotasi dengan yang tidak dirotasi sehingga mereka dapat mengatur dan memanfaatkan waktu
istirahat yang diberikan oleh perusahaan atau waktu tidurnya dengan baik agar stres kerja dapat dicegah.
2 Diharapkan bagi pihak manajemen, dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan tindakan korektif untuk melakukan langkah-langkah perbaikan
sistem kerja dalam memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja dan peningkatan produktivitas kerja.
3 Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca mengenai perbedaan stres kerja antara karyawan yang dirotasi dengan yang tidak
dirotasi di PT. Panasonic Gobel Energy Indonesia Bekasi. 4 Diharapkan bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta
pengalaman dilapangan terutama penerapan teori di perusahaan.
BAB II LANDASAN TEORI