itu, suatu sisitem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Dapat disimpulkan dari pendapat tersebut sistem nilai budaya
menempatkan pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui
pengamatan pada gejala-gejala yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda- benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan
berpola. Adapun nilai-nilai budaya yang terkandung dalam novel dapat diketahui melalui penelaahan terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
D.
Penelitian Relevan
Hasil Penelitian sebelumnya yang relevan dan dapat dijadikan acuan serta masukan pada penelitian ini adalah:
1. Ririh Yuli Atminingsih dalam penelitian berjudul “Analisis Gaya Bahasa dan
Nilai Pendidikan Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata”. Dalam
kesimpulannya gaya bahasa yang digunakan dalam Novel Laskar Pelangi antara lain: personifikasi, hiperbola, antitesis, simile, metafora, epizeukis,
eponim, anadipsis, repetisi, parifrasis, tautologi, koreksio, pleonasme, ironi, paradoks, satire, hipalase, innuendo, metonomia, sinekdoke pars prototo,
sinekdoke totum pro parte, alusio, epitet, antonomasia, ellipsis, asidenton, tautotes, anaphora, pertanyaan retoris. Ririh juga menyatakan alasan
pengarang menggunakan gaya bahasa pada novel Laskar Pelangi adalah untuk mengungkapkan ekspresi jiwa atau perasaan tertentu, untuk
menunjukkan kreativitas seni dalam bentuk bahasa, untuk membangkitkan inajinasi pembaca, untuk memberikan kesan keindahan pada novel, untuk
memperjelas makna kata, untuk menampilkan variasi dan gaya yang berbeda dengan karangan novel lain. Nilai pendidikan yang digunakan adalah nilai
religius, nilai moral, dan nilai sosial. Persamaan karya ilmiah Ririh Yuli Atminingsih dengan penulis yaitu sama-sama mengkaji gaya bahasa dan nilai
pendidikan dengan judul novel yang berbeda. Perbedaannya adalah terdapat dalam simpulan penelitian. Karya ilmiah Ririh dalam simpulannya terdapat
nilai religious, moral, dan sosial; sedangkan dalam karya ilmiah penulis juga ditemukan nilai budaya.
2. Triyatmi dalam penetian berjudul “Kajian Gaya Bahasa dalam Kain Rentang
Kampanye Pemilu 2004” penelitian ini disimpulkan: 1 Gaya bahasa yang digunakan dalam kain rentang kampanye 2004, baik kampanye legislative,
calon presiden, dan calon wakil presiden sebagai berikut: a Empat jenis gaya bahasa yang digunakan: 1 Gaya bahasa perbandingan meliputi eufemisme,
epitet, hiperbola, simile, personifikasi, sinekdoke, dan asosiasi; 2 Gaya bahasa perulangan, meliputi anaphora dan aliterasi; 3 Gaya Bahasa sindiran
satire; 4 Gaya bahasa pertentangan oksimoron. b Tidak ditemukan gaya bahasa penegasan. c Gaya bahasa yang sering digunakan dalam kain rentang
kampanye 2004 adalah eufemisme dan epitet. 2 Alasan penggunaan gaya bahasa pada kain rentang kampanye 2004, yaitu: a Penyesuaiaan konsep
yang menjadi dasar penulisan kain rentang oleh masing-masing tim sukses partai; b Kain rentang yang dibuat merupakan salah satu media publikasi
yang digunakan untuk sosialisasi program kerja partai yang bersangkutan; c Bahasa yang sederhana, simpatik, dan meyakinkan merupakan media yang
mudah diingat dan menarik perhatian massa calon pemilih. Persamaan karya ilmiah Triyatmi dengan penulis yaitu sama-sama mengkaji gaya bahasa,
tetapi dalam simpulan karya ilmiah Triyatmi tidak ditemukan gaya bahasa penegasan. Perbedaannya adalah objek yang diteliti. Objek yang diteliti
Triyatmi adalah kain rentang kampanye pemilu 2004, sedangkan penulis objek yang diteliti adalah novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.
3. Endang Lindarti dalam penelitian berjudul “Analisis Struktur dan Nilai