Hasil Pengujian Tarik Hasil Pengujian

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Spesimen dari Proses Peleburan

Bentuk dari spesimen pengujian tarik sudah mempunyai standar dengan meenggunakan standar dari Annual book of ASTM Vol.3 E8M-00b. Gambar spesimen pengujian tarik dari paduan Aluminium-Magnesium dapat dilihat pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Bentuk Spesimen Uji Tarik

4.2 Hasil Pengujian

Hasil pengujian pada penelitian ini meliputi hasil pengujian tarik dan hasil pengujian foto mikro.

4.2.1 Hasil Pengujian Tarik

Berikut adalah gambar dari kurva pengujian tarik: a. Spesimen I Al 98 - Mg 2 Dari kurva pengujian tarik spesimen I dengan variasi Al 98 - Mg 2 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 1020 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 800 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 500 kgf. Universitas Sumatera Utara L mm Kurva hasil pengujian tarik spesimen I dengan variasi Al 98 - Mg 2 dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.2 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen I b. Spesimen II Al 98 - Mg 2 Dari kurva pengujian tarik spesimen II dengan variasi Al 98 - Mg 2 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 980 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 800 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 400 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen II dengan variasi Al 98 - Mg 2 dapat dilihat pada gambar 4.3. Gambar 4.3 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen II P kgf Universitas Sumatera Utara c. Spesimen III Al 98 - Mg 2 Dari kurva pengujian tarik spesimen III dengan variasi Al 98 - Mg 2 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 1100 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 1050 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 600 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen III dengan variasi Al 98 - Mg 2 dapat dilihat pada gambar 4.4. Gambar 4.4 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen III d. Spesimen I Al 96 - Mg 4 Dari kurva pengujian tarik spesimen I dengan variasi Al 96 - Mg 4 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 1020 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 810 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 430 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen I dengan variasi Al 96 - Mg 4 dapat dilihat pada gambar 4.5. Gambar 4.5 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen I Universitas Sumatera Utara e. Spesimen II Al 96 - Mg 4 Dari kurva pengujian tarik spesimen II dengan variasi Al 96 - Mg 4 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 950 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 850 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 450 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen II dengan variasi Al 96 - Mg 4 dapat dilihat pada gambar 4.6. Gambar 4.6 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen II f. Spesimen III Al 96 - Mg 4 Dari kurva pengujian tarik spesimen III dengan variasi Al 96 - Mg 4 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 850 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 700 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 430 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen III dengan variasi Al 96 - Mg 4 dapat dilihat pada gambar 4.7. Gambar 4.7 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen III Universitas Sumatera Utara g. Spesimen I Al 94 - Mg 6 Dari kurva pengujian tarik spesimen I dengan variasi Al 94 - Mg 6 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 700 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 600 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 400 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen I dengan variasi Al 94 - Mg 6 dapat dilihat pada gambar 4.8. Gambar 4.8 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen I h. Spesimen II Al 94 - Mg 6 Dari kurva pengujian tarik spesimen II dengan variasi Al 94 - Mg 6 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 800 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 700 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 410 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen II dengan variasi Al 94 - Mg 6 dapat dilihat pada gambar 4.9. Gambar 4.9 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen II Universitas Sumatera Utara i. Spesimen III Al 94 - Mg 6 Dari kurva pengujian tarik spesimen III dengan variasi Al 94 - Mg 6 terlihat beban ultimate P u mempunyai nilai 750 kgf, beban fracture P f mempunyai nilai 700 kgf dan beban yield P y mempunyai nilai 390 kgf. Kurva hasil pengujian tarik spesimen III dengan variasi Al 94 - Mg 6 dapat dilihat pada gambar 4.10. Gambar 4.10 Kurva Hasil uji tarik P kgf vs L mm spesimen III Daerah patahan spesimen Aluminium-Magnesium setelah dilakukan pengujian tarik dapat dilihat pada gambar 4.11. a. b. c. Gambar 4.11 Daerah Patahan spesimen Aluminium coran setelah uji kekuatan tarik a. 2 Mg, b. 4 Mg, dan c. 6 Mg. Universitas Sumatera Utara Berikut ini adalah hasil pengujian dan tabel hasil pengujian untuk tegangan, regangan dan modulus elastisitas dari hasil uji kekuatan tarik: a. Tegangan σ Tegangan pada uji tarik merupakan berat beban P dibagi dengan luas penampang A pada sepesimen. Maka hasil perhitungan tegangan pada untuk setiap spesimennya sama. Dapat dihitung dengan persamaan berikut : A P = σ Dimana : σ = Tegangan MPa P = Beban pada waktu pengujian kgf A = Luas penampang cm 2 Nilai tegangan untuk masing-masing spesimen adalah : 1. Spesimen I Al 98 - Mg 2 Maka, 567163 , 1020 = = A P σ = 1798,4264 kgfcm² = 176,24578 MPa 2. Spesimen II Al 98 – Mg 2 Maka, 621799 , 980 = = A P σ = 1576,0733 kgfcm² = 154,45518 MPa 3. Spesimen III Al 98 - Mg 2 Maka, 650059 , 1100 = = A P σ = 1692,1554 kgfcm² = 165,83123 MPa Universitas Sumatera Utara 4. Spesimen I Al 96 - Mg 4 Maka, 621799 , 1020 = = A P σ = 1640,4028 kgfcm² = 160,75947 MPa 5. Spesimen II Al 96 - Mg 4 Maka, 477594 , 900 = = A P σ = 1884,4458 kgfcm² = 184,67569 MPa 6. Spesimen III Al 96 - Mg 4 Maka, 63585 , 850 = = A P σ = 1336,7933 kgfcm² = 131,00574 MPa 7. Spesimen I Al 94 - Mg 6 Maka, 621799 , 700 = = A P σ = 1125,7666 kgfcm² = 110,32513MPa 8. Spesimen II Al 94 -Mg 6 Maka, 607904 , 800 = = A P σ = 1315,9973 kgfcm² = 128,96773 MPa Universitas Sumatera Utara 9. Spesimen III Al 94 - Mg 6 Maka, 664424 , 750 = = A P σ = 1128,7973 kgfcm² = 110,62213 MPa Nilai tegangan dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Nilai Tegangan Kadar Spesimen σ MPa σ rata-rata Al 98 Mg 2 1a 176,24578 165,5107317 1b 154,45518 1c 165,83123 Al 96 Mg 4 2a 160,75947 158,8136339 2b 184,67569 2c 131,00574 Al 94 Mg 6 3a 110,32513 116,6383313 3b 128,96773 3c 110,62213 Grafik nilai tegangan dapat dilihat pada gambar 4.12. Gambar 4.12 Grafik nilai tegangan, tegangan tarik MPa vs spesimen 0,00000 50,00000 100,00000 150,00000 200,00000 1 2 3 T e g an g an M P a Spesimen Mg 2 Mg 4 Mg 6 Universitas Sumatera Utara Grafik nilai tegangan rata-rata dapat dilihat pada gambar 4.13. Gambar 4.13 Grafik nilai tegangan rata-rata, tegangan rata-rata MPa vs kadar Mg Gambar 4.13 diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan unsur Magnesium di dalam Aluminium, maka kekuatan tarik Aluminium akan semakin kecil. Kerakkotoran adalah salah satu penyebab menurunnya kekuatan tarik. Kerakkotoran ini berasal dari sisa pengecoran yang tertinggal di dalam dapur lebur. Kerakkotoran ini juga dapat menyebabkan cacat pada spesimen hasil pengecoran. Hal lain yang menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan tarik adalah porositas. Porositas adalah suatu cacat yang terjadi pada suatu produk cor yang dapat menurunkan kualitas benda tuang. Salah satu penyebab terjadinya porositas pada penuangan paduan Aluminium adalah gas hidrogen. Gas hidrogen ini dapat terbentuk karena logam cair saat proses pengecoran dimulai beroksidasi dengan karbon monoksida. Porositas oleh gas hidrogen dalam benda cetak paduan Aluminium akan memberikan pengaruh yang buruk pada kekuatan serta kesempurnaan dari benda tuang tersebut. Penyebab lainnya adalah kontrol yang kurang sempurna terhadap absorbsi gas oleh paduan, pengeluaran gas dari logam karena interaksi antara gas dengan logam selama peleburan dan penuangan. 0,0000000 20,0000000 40,0000000 60,0000000 80,0000000 100,0000000 120,0000000 140,0000000 160,0000000 180,0000000 2 4 6 T e g an g an r at a -r at a M P a Kadar Mg Universitas Sumatera Utara Porositas yang muncul dapat dibedakan atas ukuran dan penyebabnya. Porositas berdasarkan ukuran dapat digolongkan atas dua jenis yaitu porositas mikro dan makro. Porositas berdasarkan penyebabnya dapat digolongkan atas dua jenis yaitu porositas penyusutan dengan bentuk tidak teratur dan porositas gas berbentuk lingkaran. Porositas akan membangkitkan tegangan lokal dan merupakan inisial retak. Porositas gas dan penyusutan akan berkembang dari ukuran mikro ke- makro, selanjutnya akan bertransformasi menjadi retak panas dipengaruhi oleh penyusutan dan kontraksi panas selama pembekuan. Temperatur tuang dan cetakan yang tinggi akan mengakibatkan pembekuan lambat, sehingga muncul tegangan penyusutan dan kontraksi panas yang besar untuk perkembangan retak panas. Temperatur tuang dan cetakan yang tinggi akan mengakibatkan muncul dan berkembangnya retak panas. Banyaknya porositas yang terjadi pada pengecoran paduan Aluminium tidak saja tergantung dengan banyaknya kandungan gas hidrogen yang terabsorbsi oleh logam, tetapi juga tergantung pada kecepatan pembekuan logam dalam cetakan. Makin rendah kecepatan pembekuan, kemungkinan terjadinya porositas lebih besar. b. Reganganε Untuk nilai regangan diambil nilai perpanjangan setiap spesimen uji. Maka nilai regangan dapat ditentukan dari persamaan berikut : Dimana : ε = Regangan L f = Panjang Akhir cm L o = Panjang Awal cm ∆L = Perpanjangan cm 100 x Lo L ∆ = ε Universitas Sumatera Utara Maka nilai regangan untuk masing-masing spesimen adalah : 1. Spesimen I Al 98 - Mg 2 Maka, 5743 , 2 100 05 , 5 13 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 2. Spesimen II Al 98 -Mg 2 Maka, 2339 , 4 100 96 , 4 21 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 3. Spesimen III Al 98 -Mg 2 Maka, 8468 , 5 100 96 , 4 29 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 4. Spesimen I Al 96 - Mg 4 Maka, 3576 , 2 100 09 , 5 12 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 5. Spesimen II Al 96 - Mg 4 Maka, 7613 , 5 100 86 , 4 28 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 6. Spesimen III Al 96 - Mg 4 Maka, 3473 , 3 100 78 , 4 16 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 7. Spesimen I Al 94 - Mg 6 Maka, 4068 , 3 100 99 , 4 17 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε Universitas Sumatera Utara 8. Spesimen II Al 94 - Mg 6 Maka, 937 , 3 100 08 , 5 20 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε 9. Spesimen III Al 94 - Mg 6 Maka, 6477 , 2 100 91 , 4 13 , 100 = = ∆ = x x Lo L ε Nilai regangan dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Nilai Regangan Kadar Spesimen ε ε rata-rata Al 98 Mg 2 1a 5743 , 2 4,20841683 1b 2339 , 4 1c 8468 , 5 Al 96 Mg 4 2a 3576 , 2 3,80176511 2b 7613 , 5 2c 3473 , 3 Al 94 Mg 6 3a 4068 , 3 3,33778371 3b 937 , 3 3c 6477 , 2 Grafik nilai regangan dapat dilihat pada gambar 4.14. Gambar 4.14 Grafik nilai regangan, regangan vs spesimen 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 R e g a n g a n Spesimen Mg 2 Mg 4 Mg 6 Universitas Sumatera Utara Grafik nilai regangan rata-rata dapat dilihat pada gambar 4.15. Gambar 4.15 Grafik nilai regangan rata-rata, regangan rata-rata vs kadar Mg Gambar 4.15 diatas memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan unsur Magnesium di dalam Aluminium, maka regangan yang terjadi akan semakin kecil. c. Modulus elastisitas E ε σ = E Dimana : E = Modulus Elastisitas MPa σ = Tegangan MPa ε = Regangan Nilai modulus elastisitas untuk masing-masing spesimen adalah : 1. Spesimen I Al 98 -Mg 2 Maka, 5743 , 2 24578 , 176 = = ε σ E 0,00000000 0,50000000 1,00000000 1,50000000 2,00000000 2,50000000 3,00000000 3,50000000 4,00000000 4,50000000 2 4 6 R e g an g an r at a -r at a Kadar Mg Universitas Sumatera Utara 025743 , 24578 , 176 = = 6846,470876 MPa 2. Spesimen II Al 98 -Mg 2 Maka, 2339 , 4 45518 , 154 = = ε σ E 042339 , 45518 , 154 = = 3648,08428 MPa 3. Spesimen III Al 98 -Mg 2 Maka, 8468 , 5 83123 , 165 = = ε σ E 058468 , 83123 , 165 = = 2836,285848 MPa 4. Spesimen I Al 96 - Mg 4 Maka, 3576 , 2 75947 , 160 = = ε σ E 023576 , 75947 , 160 = = 6818,881036 MPa 5. Spesimen II Al 96 - Mg 4 Maka, 7613 , 5 67569 , 184 = = ε σ E 057613 , 67569 , 184 = = 3205,442279 MPa Universitas Sumatera Utara 6. Spesimen III Al 96 - Mg 4 Maka, 3473 , 3 00574 , 131 = = ε σ E 033473 , 00574 , 131 = = 3913,796493 MPa 7. Spesimen I Al 94 - Mg 6 Maka, 4068 , 3 32513 , 110 = = ε σ E 034068 , 32513 , 110 = = 3238,367035 MPa 8. Spesimen II Al 94 - Mg 6 Maka, 937 , 3 96773 , 128 = = ε σ E 03937 , 96773 , 128 = = 3275,780386 MPa 9. Spesimen III Al 94 - Mg 6 Maka, 6477 , 2 62213 , 110 = = ε σ E 026477 , 3 ` 6221 , 110 = = 4178,112864 MPa Universitas Sumatera Utara Nilai modulus elastisitas dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4.3 Nilai Modulus Elastisitas Kadar Spesimen σ MPa ε E MPa E rata-rata Al 98 Mg 2 1a 176,24578 5743 , 2 6846,470876 4443,613668 1b 154,45518 2339 , 4 3648,08428 1c 165,83123 8468 , 5 2836,285848 Al 96 Mg 4 2a 160,75947 3576 , 2 6818,881036 4646,039936 2b 184,67569 7613 , 5 3205,442279 2c 131,00574 3473 , 3 3913,796493 Al 94 Mg 6 3a 110,32513 4068 , 3 3238,367035 3564,086762 3b 128,96773 937 , 3 3275,780386 3c 110,62213 6477 , 2 4178,112864 Grafik nilai modulus elastisitas dapat dilihat pada 4.16. Gambar 4.16 Grafik modulus elastisitas, modulus elastisitas MPa vs spesimen 0,000000 1.000,000000 2.000,000000 3.000,000000 4.000,000000 5.000,000000 6.000,000000 7.000,000000 8.000,000000 1 2 3 M o d u lu s e la st is it a s M P a Spesimen Mg 2 Mg 4 Mg 6 Universitas Sumatera Utara Grafik nilai modulus elastisitas rata-rata dapat dilihat pada gambar 4.17 Gambar 4.17 Grafik nilai modulus elastisitas rata-rata, modulus elastisitas rata-rata MPa vs kadar Mg Gambar 4.17 memperlihatkan bahwa semakin besar penambahan unsur Magnesium di dalam Aluminium, maka modulus elastisitas yang terjadi akan semakin kecil. Terjadi kenaikan nilai modulus elastisitas pada variasi Al 96 - Mg 4. Gambar perpatahan dari Aluminium coran setelah dilakukan pengujian tarik dapat dilihat pada gambar 4.18. a. Al 98 - Mg 2 0,000000 500,000000 1.000,000000 1.500,000000 2.000,000000 2.500,000000 3.000,000000 3.500,000000 4.000,000000 4.500,000000 5.000,000000 2 4 6 M o d u lu s E la st is it a s ra ta -r at a M P a Kadar Mg Universitas Sumatera Utara b. Al 96 - Mg 4 c. Al 94 - Mg 6 Gambar 4.18 Bentuk perpatahan dari Aluminium coran setelah uji kekuatan tarik a. 2 Mg, b. 4 Mg, dan c. 6 Mg

4.2.2 Hasil Uji Metallography