sekaligus sukar dilas, karena perbedaan melting point titik cair. Aluminium umumnya melebur pada temperatur ±660,32
C dan Aluminium oksida melebur pada temperatur 2519
o
C. Penggunaan Aluminium yang sangat luas akan mengakibatkan timbulnya
limbah yang dampaknya akan sangat berbahaya untuk lingkungan. Selain itu, bahan dasar untuk membuat Aluminium alumina sangat terbatas dan
pengolahannya memerlukan dana yang cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan daur ulang recycle dari limbah Aluminium untuk digunakan sebagai
material teknik. Salah satu cara daur ulang recycle adalah dengan proses peleburan.
Unsur Magnesium termasuk dalam salah satu campuran yang paling baik untuk Aluminium, dimana hasil paduan dari kedua unsur ini lebih ringan dibandingkan
dengan besi atau baja, ketahanan korosi yang baik, mengurangi kebisingan Low Noise pada pesawat dan mampu mesin yang baik.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada paduan Aluminium-Magnesium sebagai material Low Noise. Pada
dasarnya unsur Magnesium dapat meningkatkan kemampuan serap bunyi dan kekuatan tarik tensile strength jika dibandingkan dengan unsur Aluminium
murni. Tetapi jika kadar yang diberikan berlebihan, maka terdapat kemungkinan kekuatan tarik akan menurun.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari paduan Aluminium-Magnesium melalui mechanical propertiesnya.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan Khusus dari penelitian adalah: a.
Melakukan proses peleburan.
Universitas Sumatera Utara
b. Memperoleh Mechanical Properties menggunakan pengujian kekuatan tarik
tensile strength. c.
Mendapatkan bentuk struktur mikro dari paduan Aluminium-Magnesium dengan menggunakan foto mikro.
d. Mengetahui penambahan kadar Magnesium terhadap perubahan titik cair
Aluminium pada diagram fasa Aluminium-Magnesium. e.
Mengetahui hubungan antara kekuatan tarik, foto mikro, kekerasan dan porositas.
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan dari permasalahan ini hanya dibatasi pada kajian untuk mendapatkan mechanical properties uji tarik dan mengetahui bentuk struktur
mikro dari paduan Aluminium-Magnesium.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari 5 bab. a.
Bab 1: Pendahuluan. Berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
b. Bab 2: Tinjauan Pustaka. Berisikan tentang sejarah Aluminium, sifat-sifat
Aluminium, sejarah Magnesium, sifat-sifat Magnesium, paduan Aluminium- Magnesium, sejarah pengecoran, teori pengecoran, proses pengecoran,
pembuatan cetakan, uji tarik, metallography dan variabel riset dan analisis. c.
Bab 3: Metodologi Penelitian. Berisikan urutan cara yang dilakukan. Dimulai dari waktu dan tempat dilaksanakan penelitian, bahan yang digunakan,
kemudian alat yang digunakan, proses peleburan, pengujian tarik yang meliputi set up alat uji tarik dan prosedur pengujian dan pengujian metallography yang
meliputi set up alat uji metallography dan prosedur pengujian, dan diagram alir penelitian.
d. Bab 4: Data dan Analisa Data. Berisi tentang data dan analisa data dari hasil
penelitian dari uji tarik dan hasil uji metallography. e.
Bab 5: Kesimpulan dan Saran. Berisikan kesimpulan dari penelitian dan saran untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Aluminium 2.1.1 Sejarah Aluminium
Aluminium diambil dari bahasa Latin: alumen, alum. Orang-orang Yunani dan Romawi kuno menggunakan alum sebagai cairan penutup pori-pori dan bahan
penajam proses pewarnaan. Pada tahun 1787, Lavoisier menebak bahwa unsur ini adalah Oksida logam yang belum ditemukan. Pada tahun 1761, de Morveau
mengajukan nama alumine untuk basa alum. Pada tahun 1827, Wohler disebut sebagai ilmuwan yang berhasil mengisolasi logam ini. Pada tahun 1807, Davy
memberikan proposal untuk menamakan logam ini Aluminum, walau pada akhirnya setuju untuk menggantinya dengan Aluminium. Nama yang terakhir ini
sama dengan nama banyak unsur lainnya yang berakhir dengan “ium”. C.M. Hall seorang berkebangsaan Amerika dan Paul Heroult
berkebangsaan Prancis, pada tahun 1886 mengolah Aluminium dari Alumina dengan cara elektrolisa dari garam yang terfusi. Selain itu Karl Josep Bayer
seorang ahli kimia berkebangsaan Jerman mengembangkan proses yang dikenal dengan nama proses Bayer untuk mendapat Aluminium murni.
Proses Bayer ini mendapat Aluminium dengan memasukkan bauksit halus yang sudah dikeringkan kedalam pencampur lalu diolah dengan soda api NaOH
dibawah pengaruh tekanan dan suhu diatas titik didih. NaOH akan bereaksi dengan bauksit menghasilkan Aluminat Natrium yang larut. Selanjutnya tekanan
dikurangi dengan ampas yang terdiri dari oksida besi, Silicon, Titanium dan kotoran-kotoran lainnya dipisahkan. Lalu Alumina Natrium tersebut dipompa ke
tangki pengendapan dan dibubuhkan kristal hidroksida Alumina sehingga kristal itu menjadi inti kristal. Inti dipanaskan diatas suhu 980°C dan menghasilkan
Alumina dan dielektrosida sehingga terpisah menjadi oksigen dan Aluminium murni. Pada setiap 1 kilogram Aluminium memerlukan 2 kilogram Alumina dan 4
kilogram bauksit, 0,6 kilogram karbon, criolit dan bahan-bahan lainnya.
Universitas Sumatera Utara