Prinsio Kerja Transmitter Pneumatik Dalam Dalam Pengukuran Level pada Tangki Terbuka (Aplikasi Laboratorium PTKI Medan – Sumut)

(1)

KARYA AKHIR

PRINSIPKERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE PADA PIPA TANGKI TIMBUN CPO

O L E H

ROBIN HUTAGAOL NIM : 035203020

PROGRAM DIPLOMA-IV TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE PADA PIPA TANGKI TIMBUN CPO


(2)

OLEH :

Nama : ROBIN HUTAGAOL Nim : 035203020

Disetujui oleh : Pembimbing Karya Akhir

IR. EDDY WARMAN Nip : 130 809 911

Diketahui oleh :

Ketua Program Diploma – IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Ir. NASRUL ABDI. MT NIP : 131 459 554 PROGRAM DIPLOMA – IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008 ABSTRAK


(3)

Suatu perusahaan industri dalam hal mencapai hasil produksi yang bermutu tinggi harus dapat memelihara dan menerapkan fasilitas secara efisien. sehubungan dengan itu Pabrik kelapa sawit sebagai salah satu perusahaan industri yanag mengolah CPO ( Crude Palm Oil ) menjadi minyak goreng yang sudah dapat dipergunakan oleh masyarakat umum , melakukan beberapa tahap pengolahan yang bersifat otomatis maupun manual untuk memperlancar jalannya pengolahan tersebut. adapun tahap awal dari proses pengolahan CPO ini adalah dari Tangki Timbun CPO untuk mengatur proses ini dipergunakan alat control temperature yaitu Thermostat Control Valve.

Thermostatic control valve adalah suatu alat instrument yang memerlukan pemeliharaan secara rutin agar peralatan ini dapat beroperasi dengan baik dan dapat meningkatkan umur dari peralatan tersebut dalam operasi kerjanya.kegiatan pemeliharaan dalam industri yang berskala besar maupun kecil

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting artinya dalam kelangsungan produksi.mengingat bahwa Thermostat Control Valve merupakan alat control yang fungsinya sangat penting , maka pemeliharaan terhadap alat ini harus secara rutin.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi dukungan moral maupun materil dan selalu menyertai Ananda dengan do’a sampai Ananda menyelesaikan Karya Akhir Ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, maka untuk bantuan yang di berikan baik materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta dan keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’a – do’a nya.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting M.Eng. selaku Dekan fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Nasrul Abdi MT. selaku Ketua Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik.

4. Bapak Ir. Eddy Warman selaku dosen pembimbing dalam penyusunan karya akhir ini.


(5)

6. Bapak Soeharwinto.ST.MT selaku Dosen Wali. .

7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, khususnya angkatan 2003 yang telah banyak membantu penulis.

Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan kemampuan, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Karya Akhir ini masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penyususn membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat di diskusikan dan di pelajari bersama demi kemajuan wawasan ilmu pengetahuann teknologi. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2008


(6)

D A F T A R I S I

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

D A F T A R L A M P I R A N ... viiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Tujuan Penulisan Karya Akhir ... 2

I.3. Batasan Masalah... 2

I.4. Metode Pembahasan... 2

1.5. Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 4

II.1 Pengenalan Alat Ukur ... 4


(7)

II.2.1.Prinsip Alat Ukur ... 6

II.3. Karakteristik Alat Ukur ... 8

II.4. Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Alat Ukur ... 9

II.5. Jenis-jenis Alat Ukur Temperatur ... 11

II.6. Metode Pengukuran Temperatur ... 15

II.6.1. Sinyal Konverter ... 15

II.7. Jenis-jenis Aksi Kontrol Automatik ... 16

II.7.1. Aksi Kontrol Automatik ... 16

BAB III .THERMOSTAT CONTROL VALVE ... 21

III.1. Pengertian Thermostat Control Valve ... 21

III.1.1.Komponen-komponen Utama Thermostat Control Valve ... 22

III.2. Sistem Pengontrolan dengan Thermostat Control Valve ... 25

III.3. Pelaksanaan Pemeliharaan ... 26

BAB IV . PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE ... 30

IV.1. Prinsip Kerja Thermostat Control Valve Pada Tangki CPO ... 30


(8)

... 31

IV.3. Spesifikasi Peralatan ... 31

IV.4. Analisa Data ... 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 38

V.1. Kesimpulan ... 38

V.2. Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Metode Dilihat Langsung ... 5

Gambar 2.2. Motede Tidak Langsung ... 6

Gambar 2.3. SistemDasar Alat Ukur ... 7

Gambar 2.4. Thermometer Air Raksa ... 11

Gambar 2.5. Thermometer Bimetal ... 12

Gambar 2.6. Termokopel ... 13

Gambar 2.7. Thermometer Tahanan ... 14

Gambar 2.8. Sinyal Konverter ... 15

Gambar 2.9. Kontroler Aksi Dua Posisi ON – OFF ... 17

Gambar 2.10. Kontroler Proporsional ( P ) ... 18

Gambar 2.11. Kontroler Aksi Integral ... 20

Gambar 2.12. Kontroler Aksi Derivative ... 21

Gambar 3.13. Thermostat Control Valve ... 22

Gambar 3.14. Tabung Sensor Thermal ... 23

Gambar 3.15. elemen –elemen Thermostatik Control Valve ... 24


(10)

Gambar 3.17. Blok Diagram Keterpasangan Thermostatic Control Valve ... 26


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Data Temperature Tangki CPO dengan Menggunakan Thermostatik Control Valve


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : THEMPERATURE – EMF FOR TYPE “K”THERMOCOUPLES THEMPERATURE IN DEGRESS CELCIUS ( IPTS -68 ) REFERENCE JUNCTION AT OC.


(13)

Suatu perusahaan industri dalam hal mencapai hasil produksi yang bermutu tinggi harus dapat memelihara dan menerapkan fasilitas secara efisien. sehubungan dengan itu Pabrik kelapa sawit sebagai salah satu perusahaan industri yanag mengolah CPO ( Crude Palm Oil ) menjadi minyak goreng yang sudah dapat dipergunakan oleh masyarakat umum , melakukan beberapa tahap pengolahan yang bersifat otomatis maupun manual untuk memperlancar jalannya pengolahan tersebut. adapun tahap awal dari proses pengolahan CPO ini adalah dari Tangki Timbun CPO untuk mengatur proses ini dipergunakan alat control temperature yaitu Thermostat Control Valve.

Thermostatic control valve adalah suatu alat instrument yang memerlukan pemeliharaan secara rutin agar peralatan ini dapat beroperasi dengan baik dan dapat meningkatkan umur dari peralatan tersebut dalam operasi kerjanya.kegiatan pemeliharaan dalam industri yang berskala besar maupun kecil

merupakan suatu kegiatan yang sangat penting artinya dalam kelangsungan produksi.mengingat bahwa Thermostat Control Valve merupakan alat control yang fungsinya sangat penting , maka pemeliharaan terhadap alat ini harus secara rutin.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Suatu perusahaan industri dalam hal mencapai hasil produksi yang bermutu tinggi harus dapat memelihara dan menerapkan fasilitas secara efisien. Sehubungan dengan itu Pabrik kelapa sawit sebagai salah satu perusahaan industri yanag mengolah CPO ( Crude Palm Oil ) melakukan beberapa tahap pengolahan yang bersifat otomatis maupun manual untuk memperlancar jalannya pengolahan tersebut.

Adapun salah satu tahap dari proses pengolahan CPO ini adalah proses dari Tangki Timbun CPO yaitu pemanasan yang dilakukan terhadap CPO dengan temperatur yang dijaga konstan 500 C – 600 C. Tujuan dari pemanasan ini adalah untuk menghomogenkan Sterin dan Olein didalam tangki,untuk menjaga temperatur CPO dalam tangki timbun tetap konstan diperlukan berbagai macam alat, salah satu diantaranya adalah Thermostat Control valve, yang berfungsi untuk mengontrol temperatur dalam tangki timbun CPO tetap konstan pada temperatur 500 – 600 C dimana uap ( Steam ) sebagai media pemanas yang dipompakan dari ketel uap dengan tekanan 1,8 kg/cm2.

Karena pentingnya fungsi dari Thermostat Control Valve ini adalah untuk meningkatkan mutu produksi, maka penulis menarik suatu rumusan masalah dan menyusun suatu Karya Akhir dengan judul : "PRINSIP KERJA


(15)

THERMOSTAT CONTROL VALVE PADA PIPA TANGKI TIMBUN CPO"

I.2. TUJUAN PENULISAN KARYA AKHIR

Adapun yang menjadi tujuan penulisan karya akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui prinsip kerja Thermostat Control Valve itu sendiri pada tangki timbun CPO.

2. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada Thermostatik Control Valve.

3. Untuk mengetahui pengukuran temperatur CPO pada tangki timbun

1.3. BATASAN MASALAH

Mengingat masalah yang akan diangkat pada Karya Akhir ini memiliki ruang lingkup pembahasan yang relative luas, maka penulis membatasi permasalahan ini sebagai berikut :

1. Hanya menjelaskan prinsip kerja dari Thermostatik Control valve pada tangki timbun CPO.

2. Hanya menjelaskan bagaimana cara mengukur temperatur CPO pada tangki timbun dengan menggunakan Thermostatik Control Valve.

3. Tidak membahas perhitungan secara mendetail .

1.4. METODE PEMBAHASAN

Metode pembahasan yang dipergunakan untuk melengkapi data tersebut dalam penulisan Karya Akhir ini sebagai berikut :


(16)

1. Dengan mempelajari secara teoritis serta mengumpulkan data – data spesifikasi yang diperlukan tentang pengukuran level dengan menggunakan transmitter pneumatik serta mencari buku – buku yang sesuai dengan topik yang dibahas.

2. Dengan melakukan pengamatan dilapangan.

3. melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan diskusi kepustakaan.

1.5. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Adapun untuk dapat memudahkan pemahaman, penulis membuat sistematika peulisan sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang : Abstrak, latar belakang masalah, tujuan penulisan, batasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika penulisan.

BAB II. LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang landasan teori mengenai sistem pengukuran.

BAB III. THERMOSTAT CONTROL VALVE

Bab ini berisi tentang Thermostatik Control Valve.

BAB IV. PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE

Bab ini berisi tentang Prinsip kerja Thermostat Control Valve

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


(17)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.I. Pengenalan Alat Ukur.

Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang sudah diketahui nilainya, misalnya dengan besaran standart. Pekerjaan membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. Sedangkan pembandingnya yang disebut sebagai alat ukur. Pengukuran banyak sekali dilakukan dalam bidang teknik atau industri. Sedangkan alat ukurnya sendiri banyak sekali jenisnya, tergantung dari banyak faktor, misalnya objek yang diukur serta hasil yang di inginkan. Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengukuran adalah :

1. Standart yang dipakai harus memiliki ketelitian yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan

2. Tata cara pengukuran dan alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan.

Pengetahuan yang harus dimiliki adalah bagaimana menetukan besaran yang akan diukur, bagaimana mengukurnya dan mengetahui dengan apa besaran tersebut harus diukur. Ketiga hal tersebut harus mutlak dimiliki oleh orang yang akan melakukan pengukuran.


(18)

Pengetahuan akan alat ukur dan objek yang dihadapi adalah suatu syarat agar pengukuran yang benar dapat dilakukan. Ini juga berarti bahwa cara melakukan pengukuran yang benar akan diperoleh.

II.2. Metode Pengukuran

Dalam pengukuran dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :

a. Metode Pengukuran Langsung

Pengukuran dikatakan pengukuran langsung bila alat ukurnya atau pembandingnya standart, yaitu suatu pengukuran yang mempunyai nilai standart, misalnya ukuran panjang dan berat.


(19)

b. Metode Pengukuran Tidak Langsung

Pengukuran dikatakan tidak langsung bila pembandingnya adalah suatu yang telah dikalibrasikan terhadap besaran standart, misalnya transmitter. Karena sulitnya untuk mendapatkan alat ukur standar, sedangkan besaran yang akan diukur banyak sekali macamnya, maka teknologi telah menghasilkan banyak cara untuk menghasilkan alat ukur tidak langsung. Berdasarkan pada peranan dalam fungsinya dapat dibedakan :

a. Alat ukur penunjuk : misalnya ammeter, voltmeter, termometer, dan lain-lain.

b. Alat ukur perekan/rekorder : misalnya rekorder temperatur, rekorder tekanan dan lain-lain.

c. Alat ukur pengendali : misalnya pengendali temperatur (thermostat) pada pemanas air, strika listrik dan lain-lain.


(20)

II.2.1. PRINSIP ALAT UKUR

Klasifikasi alat ukur dapat dilakukan berdasarkan aplikasinya, berdasarkan bidangnya dan lain-lain. Untuk alat ukur tidak langsung apapun jenisnya terdapat tiga bagian :

a. Bagian Input b. Bagian Proses, dan c. Bagian Otput

Ketiga bagian utama tersebut dapat digambarkan dalam blok diagram gambar II.3 berikut ini :

Gambar 2.3. Sistem Dasar Alat Ukur

Bagian input adalah bagian dari alat ukur yang membaca atau merasakan serta mencari informasi dari besaran yang dikehendaki dari objek pengukuran. Bagian ini sering pula dikenal sebagai sensor atau transmitter.

Bagian pemroses adalah bagian dari alat ukur yang berfungsi sebagai pengolah informasi yang didapat dari sensor, kemudian dijadikan informasi baru yang lebih mempunyai arti atau makna. Selanjutnya bagian output adalah bagian


(21)

dari alat ukur yang bertugas menyajikan hasil pengukuran yang dikeluarkan oleh bagian pemroses dalam bentuk informasi yang mudah dimengerti untuk keperluan selanjutnya, bagian ini misalnya display digital atau dekoder. Mengetahui bagian-bagian dari alat ukur diatas secara mendasar adalah perlu, agar pengukuran dapat dilakukan dengan benar dan hasil yang benar pula.

II.3. KARAKTERISTIK ALAT UKUR

Mengetahui karakteristik alat ukur adalah penting agar pekerjaan pengukuran secara menyeluruh (persiapan, pelaksanaan dan analisis) dapat diandalkan keberhasilannya. Seseorang tidak akan dapat merancang pengukuran dengan benar tanpa mengetahui arti karakteristik dari alat ukur. Beberapa karakteristik penting dari alat ukur adalah:

a. Ketelitian atau Keseksamaan (Accuracy)

Ketelitian atau accuracy didefenisikan sebagai ukuran seberapa jauh hasil pengukuran mendekati harga sebenarnya. Ukuran ketelitian sering dinyatakan dengan dua cara, atas dasar perbedaan atau kesalahan (error) terhadap harga yang sebenarnya, yaitu :

- Kesalahan terhadap harga sebenarnya dalam proses :

- Kesalahan dalam persen terhadap skala penuh, yaitu ; % 100 arg arg arg × − = sebenarnya a h sebenarnya a h terukur a h eh % 100 arg arg × − = maksimum skala sebenarnya a h terukur a h eh


(22)

b. Kecermatan atau Keterulangan (Precision/Repeatibility)

Adalah yang menyatakan seberapa jauh alat ukur dapat mengulangi hasilnya untuk harga yang sama. Dengan kata lain, alat ukur belum tentu akan dapat memberikan hasil yang sama jika diulang, meskipun harga besaran yang diukur tidak berubah. Hal diatas berarti bahwa jika suatu mikrometer menghasilkan angka 0,0002 mm, dan hasil yang sama akan diperoleh kembali meskipun pengukuran diulang-ulang, dikatakan bahwa mikrometer tersebut sangat cermat.

c. Resolusi

Resolusi adalah nilai perubahan terkecil yang dapat dirasakan oleh alat ukur. Sebagai contoh : suatu timbangan pada jarum penunjuk yang menunjukkan perubahan 0,1 gram (terkecil yang dapat dilihat) maka dikatakan bahwa resolusi dari timbangan tersebut adalah 0,1 gram. Harga resolusi sering dinyatakan pula dalam persen skala penuh.

d. Sensitivitas (Sebsitifity)

Sensitifitas adalah ratio antara perubahan pada output terhadap perubahan pada input. Pada alat ukur yang linier, sensitivitas adalah tetap. Dalam beberapa hal harga sensitivitas yang besar menyatakan pula keunggulan dari alat ukur yang bersangkutan. Alat ukur yang terlalu sensitif adalah sangat mahal, sementara belum tentu bermanfaat untuk maksud yang kita inginkan.


(23)

II..4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KERJA ALAT UKUR

Banyak hal yang mempengaruhi kualitas kerja dari alat ukur. Dan tentunya faktor-faktor ini juga mempengaruhi kualitas hasil pengukuran. Faktor yang dimaksud tersebut berasal dari lingkungan terhadap alat ukur dan sebaliknya adalah terdiri dari faktor temperatur, kelembapan, percepatan, media korosif, radiasi nuklir dan media explosif.

a. Temperatur

Faktor ini dapat menyebabkan berubahnya sifat fisis dari bagian-bagian alat ukur. Misalnya panjang atau dimensi fisis dari benda dapat berubah dengan perubahan temperatur.

b. Kelembapan

Kelembapan adalah ukuran dari banyaknya uap air di udara. Kelembapan sangat mempengaruhi kualitas dari macam-macam alat ukur maupun medianya. Misalnya kertas sangat peka terhadap perubahan kelembapan. Persoalan ini sering terjadi pada alat ukur perekam (rekorder). Juga pada alat ukur elektronik dapat rusak atau berubah karakteristiknya karena kelembapan.

c. Percepatan

Bila daerah dimana alat ukur berada mengalami getaran atau gerakan maka tidak mungkin pengukuran dengan baik. Apalagi bila alat ukur tersebut mempunyai bagian-bagian yang bergerak, misalnya suatu timbangan mekanis


(24)

yang diletakkan diatas papan yang bergetar, maka penunjukkannya tidak akan teliti.

d. Media korosif

Alat ukur tekanan, temperatur, laju aliran yang terbuat dari bahan- bahan korosif memerlukan rancangan khusus. Misalnya termokopel tidak dapat lagi digunakan untuk mengukur temperatur larutan FeCl.

e. Radiasi Nuklir

Radiasi dapat mempengaruhi banyak sifat dari material, sehingga alat ukur untuk bidang ini memerlukan rancangan khusus.

f. Media Explosif

Alat ukur untuk media yang mudah meledak atau terbakar harus dirancang aman dan dapat menetralisir usaha-usaha yang dapat mempengaruhinya.

II.5. JENIS – JENIS ALAT UKUR TEMPERATUR

II.4.1. Jenis – Jenis Alat Ukur dengan metode pemuaian :

1. Termometer Air Raksa

Prinsip kerja berdasarkan perubahan temperature menyebabkan perubahan volume, agar perubahan volume tersebut dapat tampak lebih jelas (lebih sensitive) maka digunakan system reservoir dan kapiler.


(25)

Gambar 2.4. Termometer Air Raksa

2. Termometer Bimetal

Dua buah logam dengan koefisien muai panjang berbeda, dan diletakkan berdasarkan bersama-sama. Karena satu logam mempunyai koefisien muai panjang yang lebih besar, maka kenaikan temperature akan ditunjukkan oleh penyimpangan (defleksi) dari bimetal. Penurunan temperature akan disertai dengan gerakan pada arah yang berlawanan. Bimetal ini selain pengukur temperature sering pula digunakan sebagai elemen control pada system pengontrol temperature (pada kontroler jenis on-off).

Konstruksi antara lain :

 Spiral

 Bentuk U

 Washer


(26)

 Helik ganda

Gambar 2.5. Termometer Bimetal

3. Termokopel

Termokopel terdiri dari sambungan (junction) dari dua logam yang berbeda. Pada sambungan ini tedapat tegangan listrik yang tergantung temperature junction. Perubahan temperature akan memberikan harga tegangan yang berubah pula.

Pada termokopel tedapat 3 efek yang saling berkaitan yaitu :

1. Efek Seebeck

Bila dua logam yang berbeda dan dihubungkan seperti pada gambar v-3 maka akan timbul tegangan listrik antara kedua terminal yang besarnya tergantung pada temperature pada junctionnya (temperature pada titik hubung antara kedua logam tersebut).


(27)

2. Efek Peltier

Bila pada junction tersebut mengalir arus listrik maka tegangan litrik yang terjadi akan berubah naik atau turun tegantung dari arah arus listrik yang mengalir pada junction tersebut.

3. Efek Thomson

Bila sepanjang logam tersebut terdapat gradient temperature maka besarnya tegangan tersebut juga akan berubah.


(28)

4. Termometer Tahanan

Termometer tahanan listrik berdasarkan perubahan tahanan listrik suatu logam terhadap perubahan temperature, umumnya bila suatu logam dipanaskan maka tahanan listriknya akan naik sesuai dengan temperaturnya menurut hubungan.

Konstruksinya seperti pada gambar v-11, terdiri dari elemen perasa berupa filament listrik diselubungi oleh sebuah pelindung. Sebagai filament listrik yang baik umumnya digunakan platina, tembaga dan karbon. Bahan tahanan harus mempunyai sifat :

a. penghantar panas b. induktansi minimum

c. tidak tedapat tegangan listrik fisik d. homogin


(29)

Gambar 2.7. Termometer Tahanan

II.6. Metode Pengukuran Temperatur.

Metode pengukuran temperatur ada dua macam yaitu :

1. Metode pemuaian panas yang diukur menghasilkan pemuaian dan pemuaian ini dirubah kedalam bentuk gerak–gerak mekanik kemudian dikalibrasi ke dalam angka–angka yang menunjukkan nilai panas ( temperatur ) yang diukur.

2. Panas yang diukur menghasilkan gaya gerak listrik ( Emf ) dan gaya gerak listrik ini dikalibrasikan kedalam angka–angka yang menunjukkan nilai proses ( temperatur ) yang diukur.

II.6.1. Sinyal Konverter

Pada gambar 3.6 memperlihatkan bentuk umum sebuah konverter P-I


(30)

Konverter P-I adalah suatu alat yang berhubungan dengan sensor dimana untuk mengkonversikan tekanan yang dikirimkan oleh sensor untuk diubah menjadi arus listrik standard 4-20 mA. Sinyal tekanan masukan diaplikasikan ke bellow dan menghasilkan simpangan batang. Simpangan ini diukur oleh Linear Variable Differential Transmitter (transformer diferensial variabel linear). Linear Variable Differential Transmitter adalah suatu perubahan induksi magnet dari kumparan primer ke kumparan sekunder, dimana dalam keadaan setimbang magnet terletak ditengah dan kedua kumparan sekunder menerima fluks yang sama. Sedangkan dalam keadaan tidak setimbang, fluks pada satu kumparan naik dan yang lainnya turun. Pada keseimbangan, gaya kumparan (proporsional dengan arus keluaran) sesuai dengan gaya dari bellow (proporsional dengan tekanan sinyal masukan). Offset nol (4 mA) dalam sinyal elektrik cukup besar untuk menggerakkan amplifier sehingga memungkinkan kedua kawat sinyal juga berfungsi sebagai jaringan pasokan.

II.7. JENIS – JENIS AKSI KONTROL AUTOMATIK

II.7.1. Aksi Kontrol Automatik.

Kontrol automatik membandingkan harga yang sebenarnya dari keluaran dengan harga yang diinginkan menentukan deviasi sampai dengan nol atau sampai dengan harga terkecil yang masih diperbolehkan. cara kontrol automatik ini yang menghasilkan sinyal kontrol disebut dengan aksi kontrol ( Control Action ). Kontroler ( pengontrol ) automatik di industri diklasifikasikan atas :


(31)

a. Kontroler Aksi Dua Posisi ON – OFF

Ini adalah bentuk yang paling sederhana dari pengendalian loop tertutup sistimnya akan sepenuhnya berfungsi atau sepenuhnya tidak berfungsi tergantung pada besar kecilnya sinyal kesalahan yang dihasilkan contohnya pengendalian Thermostatik dari pemanas ruangan . pemanasan akan dilakukan apabila temperatur ruangan dibawah nilai batas tertentu , dan akan dihentikan setelah temperatur naik hingga batas atas tertentu pengendalian diatas telah cukup memadai, dimana respon waktu ( time response ) dari sistem tersebut secara efektif meniadakan perubahan yang mendadak pada keluarannya . bahkan untuk situasi tertentu pengendalian ON – OFF adalah yang paling sesuai karena piranti yang dikendalikan juga hanya mengenal dua kondisi, ON – OFF ( terbuka penuh atau tertutup penuh). Didalam dunia industri, telah banyak memanfaatkan pengendalian ON – OFF sebagai pengendalian dalam membuka dan menutup jenis katup tertentu yang mengatur aliran gas atau cairan.


(32)

b. Kontroler Proporsional ( P )

Untuk mendapatkan pengendalian suatu proses yang lebih baik tampak yang harus diperhatikan bukan saja ada tidaknya kesalahan tetapi juga seberapa besar kesalahan yang terjadi tersebut . pengendalian proporsional melakukan hal tersebut dengan melakukan tindakan pengendalian yang sebanding / proporsional dengan besar kesalahan yang terjadi . dalam prakteknya, ini berarti berapa besar tindakan koreksi yang dilakukan sebanding dengan besar kesalahan yang terjadi , dan selanjutnya makin mengecil setelah makin dekatnya target yang diinginkan.


(33)

c. Kontroler Aksi Integral

Aksi integral sering juga disebut dengan aksi reset . bila kita sebagai kontroler kita mengadakan perbaikan dengan mengatur kembali katup kontrol dengan tujuan menyamakan suhu air keluar dengan set poin .setelah mengadakan perbaikan dan menunggu sesaat kita dapat melihat bahwa suhu air memang menurun , akan tetapi belum sama dengan set poin bila demikian halnya kita akan mengadakan perbaikan selanjutnya dan menunggu sesaat sampai kita dapat melihat hasilnya. Akhirnya setelah mengadakan perbaikan beberapa kali ( TI , T2 , T3 ) suhu air keluar dapat disamakan dengan set poin . apa yang kita lakukan tersebut adalah mengatur kembali bukaan katup ketika suhu air keluar menyimpang dari set poin .reset manual tidak akan memadai untuk suatu proses dengan perubahan yang terus – menerus .untuk itu harus disediakan suatu mekanisme yang dapat memberikan aksi reset dan mekanisme itu kemudian ditambahkan ke kontroler proporsional . tidak dapat dihindari bahwa penggunaan mekanisme reset pada kontroler membuat out put kontroler naik atau turun selama terdapat penyimpangan antara set poin dengan variabel proses . sehingga besaran aksi reset dapat ditentukan oleh :

1. Berapa jauh variabel proses menyimpang dari set poin 2. Berapa lama variabel proses menyimpang dari set poin


(34)

Gambar 2.11. Kontroler Aksi Integral

d. Kontroler Aksi Derivative

Aksi ini juga disebut aksi laju ( rate ) karena aksi ini mendahului perubahan pada masukan ( variabel proses ) kontroler itu sendiri . pada kurva I dan II dibawah ini terlihat bahwa sama – sama menunjukan suhu air keluar naik 100 C untuk itu aksi proporsional untuk kedua kurva itu sama .akan tetapi luas bidang pada kurva I sedikit lebih kecil dari luas bidang kurva II namun didapat kurva I menunjukkan penyimpangan yang lebih cepat dibandingkan dengan kurva II.


(35)

Output kontroler aksi derivative dapat ditentukan dengan rumusdibawah ini :

Md : D de / dt dimana

Md = prosen luaran kontroler derivative

De/dt = laju perubahan error

Bilo aksi derivative ditambahkan pada kontroler aksi proporsional + integral maka keluaran kontroler akan menjadi :


(36)

BAB III

THERMOSTAT CONTROL VALVE

III.1. Pengertian Thermostat Control Valve

Thermostat adalah suatu alat atau suatu komponen yang dapat bekerja secara otomatis membatasi temperatur pada suatu sistem atau media tertentu agar sesuai dengan yang diinginkan. Thermostat ini kerjanya sangat sensitive terhadap temperatur maka harus menggunakan alat sensor thermal yang juga sensitive terhadap perubahan temperatur sampai saat ini alat ini merupakan alat pengontrol temperatur yang banyak digunakan karena dapat mempertahankan temperatur dengan konstan bahkan thermostat ini juga digunakan untuk mengatur refrigan yang paling banyak dipakai untuk sistem refrigrasi dan air conditioning. Pada tangki Thermostat kontrol valve ini digunakan sebagai Pengontrol temperatur CPO pada tangki timbun ( storage tank ) agar tetap konstan yaitu pada temperatur 500 C - 600 C. Pemasangan thermostat ini dapat terpisah dari media yang dikontrol tapi sensor harus langsung berhubungan dengan media yang akan dikontrol temperaturnya, seperti pada tangki timbun, sensor langsung dicelupkan kedalam CPO sehingga temperatur yang diterima adalah temperatur sesaat.


(37)

Gambar 3.13. Thermostat Control Valve

III.1.1. Komponen – komponen utama Thermostat Control Valve

Pada Thermostat Control valve terdapat berbagai komponen–komponen yang mendukung proses pengontrolan yaitu :

a. Valve.

Valve ini berdasarkan jalan masuknya uap kedalam tangki timbun CPO, menurut temperatur CPO yang diinginkan dimana valve yang digunakan adalah jenis needle valve ( katup jarum ) yaitu uap yang masuk diatur oleh katup menurut temperatur CPO yang ada dalam tangki.


(38)

Sensor thermal untuk mengukur suhu yang berbentuk tabung diisi dengan jenis fluida yang mudah memuai. khusus yang terpasang pada tangki , Fluida yang digunakan adalah jenis merkuri untuk memperluas kegunaan tabung sensor ini, maka sensor thermal ini diisi dengan cairan yang tertentu, ada tiga macam sistem pengisian yang banyak digunakan sesuai dengan batas temperatur yang diperlukan yaitu :

1. Pengisian suhu rendah ( - 500 C - 600 C ) dengan gas. 2. Pengisian suhu tinggi ( 900 C - 1900 C ) dengan cairan. 3. Pengisian cross – ambient ( -200 C - 1000 C ) atau pengisian khusus.

Karena temperatur yang dikontrol pada tangki timbun CPO adalah 500 C - 600 C maka pengisian sensor thermal dilakukan dengan cara pengisian yang khusus yaitu dengan mengisikan merkuri pemasangan sensor ini langsung kedalam CPO.


(39)

Gambar 3.14. Tabung Sensor Thermal

c. Merkury

Jenis logam cair yang dapat menyusut dan mengembang berdasarkan temperatur yang diterima sifat dari mercuri ini adalah sangat sensitive terhadap perubahan temperatur.

d. Piston Penolak

Piston penolak adalah tangkai penolak yang berada di dalam yang dilengkap oil seal yang mengontrol pada sumbu valve.

. e. Tabung Silinder

Yaitu tabung tempat piston penolak yang bekerja dengan sistem hidrolik menutup dan membuka valve.

f. Pipa Kapiler

Pipa kapiler adalah pipa yang menghubungkan bulb ( sensor ) dengan silinder piston ,khusus untuk pipa yang terpasang pada thermostat control valve yang berdiameter luar 4mm dan diameter dalam 1mm.


(40)

Gambar 3.15. elemen –elemen Thermostatik Control Valve

g. Control valve

Control valve merupakan elemen kontrol akhir yang umum. Ia bekerja sebagai sebuah pembatasan yang berubah-ubah (variable restricton) dalam pipa proses


(41)

III.2. Sistem Pengontrolan dengan Thermostat Control Valve

Umumnya, didalam pengukuran dibutuhkan instrument sebagai suatu cara untuk menentukan suatu besaran atau variabel agar sesuai dengan yang diinginkan , maka untuk itu dibutuhkan pengontrolan yang bersifat manual maupun otomatis. Thermostat adalah suatu alat atau suatu komponen yang dapat bekerja secara otomatis membatasi temperatur pada suatu sistem atau media tertentu agar sesuai dengan yang diinginkan Thermostat ini kerjanya sangat sensitive terhadap temperatur maka harus menggunakan alat sensor thermal yang juga sensitive terhadap perubahan temperatur sampai saat ini alat ini merupakan alat pengontrol temperatur yang banyak digunakan karena dapat mempertahankan temperatur dengan konstan bahkan thermostat ini juga digunakan untuk mengatur refrigan yang paling banyak dipakai untuk sistem refrigrasi dan air conditioning. Pada tangki timbun CPO Thermostat kontrol valve ini digunakan sebagai pengontrol temperatur CPO pada agar tetap Konstan yaitu pada temperatur 500 C - 600 C. Pemasangan thermostat Ini dapat terpisah dari media yang dikontrol tapi sensor harus langsung berhubungan dengan media yang akan dikontrol temperaturnya .


(42)

Gambar 3.17. Blok Diagram Keterpasangan Thermostatic Control Valve

III.3. Pelaksanaan Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan yang meliputi kegiatan pemeriksaan yang pemeliharaan atas kerusakan yang ada serta penggantian suku cadang ( spare part ) untuk mendapatkan suatu keadaan operasi peralatan yang ada sesuai dengan yang direncanakan.

Tujuan dari pelaksanaan pemeliharaan ( maintenance ) adalah :

1. Memperoleh mutu produksi yang diinginkan . 2. Memperpanjang umur dari peralatan .

3. Menekan biaya operasi yang serendah – rendahnya.

Pekerjaan pemeliharaan terhadap peralatan instrumentasi sistem kontrol temperatur dibedakan berdasarkan bentuk kerja pemeliharaannya atas dua bagian yaitu :


(43)

a. Pemeliharaan Pencegahan ( presentive maintenance )

Pemeliharaan pencegahan adalah tindakan kerja yang dilakukan terhadap suatu peralatan dimana keadaan peralatan masih mampu beroperasi dengan baik. Pemeliharaan yang dilakukan secara periodik dan dilakukan pada peralatan yang sedang berlangsung dengan tidak menganggu kerja peralatan yang diberikan pada pelaksanaannya pemeliharaan pencegahan berlangsung dengan tidak melakukan perombakan terhadap keterpasangan peralatan yang dipelihara. Pemeliharaan adakalanya dilaksanakan dengan penyetelan ( adjusting ) komponen. Untuk mengetahui keberhasilan kerja pemeliharaan maka dilakukan dengan jalan membandingkan keadaan peralatan sebelum dilakukan pemeliharaan dengan keadaan peralatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang termasuk dalam pemeriksaan maintenance adalah claning, inspection, dan running maintenance. Pemeriksaan untuk komponen kebocoran sambungan, gangguan komponen dan gangguan pada ruang unit pengaturan pengontrolan temperatur mulai dari sensor sampai dengan kontrol katup sebagai final elemen, pada umumnya dibuat pemeliharaan yang terjadwal dalam periode tertentu. Hal ini memang tidak cukup dengan memiliki program pemeliharaan yang terencana tetapi harus juga diadakan usaha untuk menghindari terjadinya yang tidak diinginkan pada jadwal yang ditetapkan. Seperti misalnya pembersihan bagian–bagian luar.

b. Pemeliharaan Perbaikan ( Corrective maintenance )

Pemeliharaan perbaikan adalah pekerjaan pemeliharan pada peralatan bila terjadi kerusakan pada bagian unit peralatan tersebut agar dapat mencapai standard semula dengan usaha dan biaya yang wajar .beberapa kerusakan pada peralatan instrument tidak hanya berakibat rendahnya mutu produksi tetapi bisa


(44)

juga mengakibatkan terhentinya sebagian / seluruhnya peralatan produksi. pekerjaan pengkalibrasian terhadap peralatan merupakan bagian dari pemeliharaan perbaikan ( Corrective Maintenance ). Pekerjaan pengkalibrasian untuk mengembalikan peralatan agar dapat berfungsi sebagai mana standarnya atau pada batas yang ditentukan dan diterima oleh pihak pemakai. Corrective maintenance tidak hanya memperbaiki tetapi juga mempelajari sebab–sebab terjadinya kerusakan serta cara–cara mengatasinya dengan cepat, tepat dan benar sehingga tercegah terulangnya Kerusakan yang serupa. Untuk mencegah terulangya kembali kerusakan yang serupa perlu dikaji dengan mantap. Sebagai tindakan alternatif yang dapat dipakai diantaranya suatu tindakan :

1. Mempelajari prosedur preventive maintenance, misalnya memperbaiki jadwal Periode inpeksi .

2. Mempertimbangkan / mengganti prosedur operasi dengan melakukan training terhadap operator untuk mengoperasikan suatu unit khusus dengan lancar.

3. Mengganti komponen yang rusak dengan komponen yang sejenis. 4. Mengganti desain konstruksi, material yang mengalami kerusakan . 5. Mengubah / mengurangi beban pada unit .

Dengan corrective maintenance maka jumlah kerusakan dan waktu terbentuknya peralatan ( down time ) juga berkurang sehingga kapasitas produksi dapat ditingkatkan .dengan demikian perlu dianalisa laporan terperinci tentang laporan kerusakan peralatan, untuk mendapat tindakan yang tepat dalam mengatasinya atau alternatif penyelesaiannya. Pelaksanaan pemeliharaan perbaikan mencakup keseluruhan komponen peralatan. baik yang terpasang


(45)

dibagian luar maupun yang terpasang dibagian dalam disebut Shut Down Maintenance pada bagian ini alat dalam keadaan berhenti.


(46)

BAB IV

PRINSIP KERJA THERMOSTAT CONTROL VALVE

IV.I. Prinsip Kerja Thermostat Control Valve Pada Tangki CPO

Suatu proses biasanya dikontrol dengan berbagai jenis instrument yang masing-masing mempunyai tugas tertentu sehingga secara keseluruhan gabungan instrument ini dapat melakukan tugas utama dari suatu sistem pengontrolan yaitu mempertahankan suatu besaran proses pada suatu harga yang diinginkan. Thermostat control valve merupakan suatu alat yang sangat diperlukan untuk pengontrolan temperatur dalam ruangan ataupun dalam suatu media. Prinsip kerja dari alat ini adalah berdasarkan metode pemuaian. Sensor yang diisi dengan mercury dihubungkan langsung ke media yang akan di kontrol temperaturnya, akibat perubahan temperatur di dalam tangki maka mercury yang ada di dalam sensor akan cepat memuai karena mercury ini adalah zat yang sangat sensitive terhadap perubahan temperatur sehingga mudah mengembang dan menyusut .karena mercury yang mengembang, maka dihasilkan tekanan yang akan mendorong piston melalui pipa kapiler yang berdiameter kecil. Piston penolak mendorong needle valve sehingga katup tertutup dan uap sebagai media pemanas dalam tangki terputus pada saat temperatur dalam tangki turun kembali karena uap tidak masuk lagi, mercury dalam sensor kembali menyusut yang menyebabkan menurunnya tekanan sehingga katup juga kembali terbuka dan steam masuk kembali ke dalam tangki.


(47)

IV.2. Alat Keterpasangan Thermostat Control Valve Pada Tangki Timbun

CPO

Gambar 4.18. Keterpasangan Alat Thermostat Control Valve

IV.3. Spesifikasi Peralatan

1. Thermostat

Merk : CMB SPA pomezia

Tahun : 1999

Buatan : Italia


(48)

Tipe Disain : 6232 631

Bahan : Tembaga

Scale : 300 C – 1200 C Temperatur yang dikontrol : 500 C - 600 C Media yang dikontrol : CPO

Detektor :

Bahan : kuningan ( 70% Cu dan 30% Zn )

Diameter luar : 3,2 cm

Diameter dalam : 3 cm

Panjang : 55 cm

Pipa kapiler :

Bahan : Tembaga

Panjang : 4 m

Diameter luar : 4 mm


(49)

Kontrol Valve

Merk : Gulde

Tipe : Needle Valve

Aksi : Air To Closed

Nominal Pressure : 1,8 kg / cm2

IV.4. Analisa Data

Dari pengukuran temperatur tangki timbun CPO dengan menggunakan Thermostatic Control Valve ini diperoleh data sebagai berikut :

NO Bukaa n Katup

T e m p e r a t u r ( mV ) E r r o r

% T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T 0 C %

mV 0 C 1 100 2,076 2,07

7

2,075 2,077 2,076 2,075 2,076 2,075 2,077 2,076 2,076 52.29 1.29 1.43 2 50 2,294 2,29

4

2,293 2,295 2.294 2,293 2,293 2,295 2,294 2.293 2.293 56,54 1,54 1,71 3 0 2,501 2,50

1


(50)

Tabel 4.1. Data Temperature Tangki CPO dengan Menggunakan Thermostatik Control Valve

% Kesalahan = arg tan arg x100%

Pengukuran Skala Pengukuran a H dart S a H

Dalam hal ini dapat diambil contoh dari hasil analisa data yaitu pada input sinyal 50 % .

% Kesalahan = 100%

90 55 -56,54

x

= 1,71

Dari hasil ini persen error perhitungannya tidak melebihi batas akkurasi yaitu 2,2 % dengan demikian kondisi ini dapat diterima. Kalau data yang dihasilkan melebihi batas

Instruksi Buka CV ... > min 500 C... max 600 C → 500 – 600 C

Thermostat memiliki muai yang panjang dan berbahan tembaga : α tembaga = ....?

dapat diturunkan dengan rumus sebagai berkut :


(51)

r = t ( 3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ) )

6 ( A – B ) ( T – T0 ) ( 1 + m ) 2

T – T0 = t ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 )

6 ( A – B ). r. ( 1 + m ) 2

Karena termostatnya memiliki muai yang panjang dan berbahan tembaga maka dapat di rumuskan ke dalam persamaan sebagai berikut

r = t ( 3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ) )

6 (α A – α B ) ( T – T0 ) ( 1 + m ) 2

... persamaan 1


(52)

T – T0 = t(3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ))

... persamaan 2

Dapat dihitung kedalam perumusan yang dimuat dalam data Thermostat Control Valve sebagai berikut :

1. Dalam posisi 100 %, maka :

1 mV = mV

C

°

= 18,94 076 , 2 29 , 52 = 0 C

2. 1 mV =

mV C

° (50 %)

= 24,66 293 , 2 54 , 56 = 0 C


(53)

3. 1 mV =

mV C

° (0%)

= 24,61 501

, 2

57 , 61

= 0

C

Setelah didapatkan temperaturnya, kemudian akan diperoleh ∆T yaitu sebagai berikut :

1. ∆T = 18,94 (100%)

Emf = 0,758 – 0,718

= 0,04 : 100

= 0,0004 0C 2. ∆T = 24,66 (50%)

Emf = 0,960 – 0,919

= 0,041 : 100


(54)

3. ∆T = 24,61 (0%)

Emf = 0,960 – 0,919

= 0,041 : 0

= 0,0410C

Setelah ∆T didapatkan dengan menggunakan Emf, maka untuk ∆T yang bernilai 10 C, maka dapat dicari sebagai berikut :

1. ∆T1 = 10 C (100%)

= 0,398 19 758 , 0 = 0 C

2. ∆T2 = 10 C (50%)

= 0,04 24 960 , 0 = 0 C

3. ∆T3 = 10 C (0%)

= 0,04 24 960 , 0 = 0 C


(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Thermostat Control Valve terdiri dari 3 elelmen yang penting yaitu Thermostat, sensor thermal dan control valve.

2. Pada proses pengoperasiannya, Thermostat Control Valve dapat dipengaruhui oleh faktor kotoran yang menempel pada ujung sensor thermal sehingga menggangu proses pengukuran.

3. Pengontrolan temperature dengan menggunakan Thermostat Control Valve pada tangki timbun CPO sangat penting untuk kesempurnaan pemisahan Olein dan Stearin pada CPO.

2.2.Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan mempermudah proses pembacaan alat ukur maka penulis menyarankan untuk mempergunakan themostatik Control valve digital.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dasar – dasar Mesin Pendingin, Oleh : Drs. Sumanto ,MA. Penerbit Andi Yogyakarta.

2. Buku Diktat “ Teknik Instrumentasi Pabrik I ”, Oleh : Ir.H. mansyur, Msi. 3. Buku Diktat “ Teknik Instrumentasi Pabrik II ”, Oleh : Ir.H. mansyur, Msi. 4. Holman . J.P .Metode Pengukuran , edisi ke empat erlangga , Jakarta ,1983.


(1)

r = t ( 3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ) ) 6 ( A – B ) ( T – T0 ) ( 1 + m ) 2

T – T0 = t ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 +

mn 1

)

6 ( A – B ). r. ( 1 + m ) 2

Karena termostatnya memiliki muai yang panjang dan berbahan tembaga maka dapat di rumuskan ke dalam persamaan sebagai berikut

r = t ( 3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 + mn

1 ) ) 6 (α A – α B ) ( T – T0 ) ( 1 + m ) 2

... persamaan 1


(2)

T – T0 = t(3 ( 1 + m2) ) + ( 1 + mn) (m2 +

mn 1

))

... persamaan 2

Dapat dihitung kedalam perumusan yang dimuat dalam data Thermostat Control Valve sebagai berikut :

1. Dalam posisi 100 %, maka :

1 mV = mV

C

°

= 18,94 076 , 2 29 , 52 = 0 C

2. 1 mV = mV

C

° (50 %)

= 24,66 293 , 2 54 , 56 = 0 C


(3)

3. 1 mV = mV

C

° (0%)

= 24,61 501

, 2

57 , 61

= 0

C

Setelah didapatkan temperaturnya, kemudian akan diperoleh ∆T yaitu sebagai berikut :

1. ∆T = 18,94 (100%)

Emf = 0,758 – 0,718

= 0,04 : 100

= 0,0004 0C

2. ∆T = 24,66 (50%)

Emf = 0,960 – 0,919

= 0,041 : 100


(4)

3. ∆T = 24,61 (0%)

Emf = 0,960 – 0,919

= 0,041 : 0

= 0,0410C

Setelah ∆T didapatkan dengan menggunakan Emf, maka untuk ∆T yang bernilai 10 C, maka dapat dicari sebagai berikut :

1. ∆T1 = 10 C (100%)

= 0,398 19

758 , 0

= 0

C

2. ∆T2 = 10 C (50%)

= 0,04 24

960 , 0

= 0

C

3. ∆T3 = 10 C (0%)

= 0,04 24

960 , 0

= 0


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan pada hal-hal yang telah diuraikan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya :

1. Thermostat Control Valve terdiri dari 3 elelmen yang penting yaitu Thermostat, sensor thermal dan control valve.

2. Pada proses pengoperasiannya, Thermostat Control Valve dapat dipengaruhui oleh faktor kotoran yang menempel pada ujung sensor thermal sehingga menggangu proses pengukuran.

3. Pengontrolan temperature dengan menggunakan Thermostat Control Valve pada tangki timbun CPO sangat penting untuk kesempurnaan pemisahan Olein dan Stearin pada CPO.

2.2.Saran

1. Untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dan mempermudah proses pembacaan alat ukur maka penulis menyarankan untuk mempergunakan themostatik Control valve digital.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dasar – dasar Mesin Pendingin, Oleh : Drs. Sumanto ,MA. Penerbit Andi Yogyakarta.

2. Buku Diktat “ Teknik Instrumentasi Pabrik I ”, Oleh : Ir.H. mansyur, Msi. 3. Buku Diktat “ Teknik Instrumentasi Pabrik II ”, Oleh : Ir.H. mansyur, Msi. 4. Holman . J.P .Metode Pengukuran , edisi ke empat erlangga , Jakarta ,1983.