“Studi Flowmeter Magnetik” (Aplikasi Pada Laboratorium Instrumentasi PTKI Medan-Sumut)

(1)

OLEH :

Nama : M. ARIE SYAHPUTRA NIM : 03 5203 012

Karya Akhir Ini Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

PROGRAM DIPLOMA - IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

“ STUDI FLOWMETER MAGNETIK “

( Aplikasi Pada Laboratorium Instrumentasi PTKI Medan-Sumut ) OLEH :

Nama : M. ARIE SYAHPUTRA NIM : 03 5203 012

Disetujui oleh :

A.n Pembimbing Karya Akhir

Rahmad Fauzi, ST., MT. NIP. 132 161 239

Diketahui oleh :

A.n Ketua Program Diploma - IV Teknologi Instrumentasi Pabrik

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Sekretaris,

Rahmad Fauzi, ST., MT. NIP. 132 161 239

PROGRAM DIPLOMA - IV

TEKNOLOGI INSTRUMENTASI PABRIK FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRAK

Pada dunia industri penggunaan peralatan instrumentasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses operasi produksi suatu pabrik. Untuk itu peralatan tersebut harus dapat menghasilkan pengukuran dengan optimal. Beberapa parameter yang menjadi dasar bahan pengukuran dalam jalannya proses yaitu tekanan (pressure), suhu (temperature), tinggi permukaan (level) dan aliran (flow).

Salah satu contoh dari instrument adalah Flowmeter Magnetik. Flowmeter Magnetik menerapkan Hukum Faraday terhadap induksi elektromagnetik. Ia mengukur kecepatan aliran fluida konduktif secara elektrikal yang mengalir melalui medan magnetik dengan cara mendeteksi tegangan yang diinduksikan ke dalam cairan. Besarnya sinyal tegangan (E) bergantung kepada kecepatan rata-rata aliran fluida (v) yang melewati kekuatan medan magnetik (B) dan panjang konduktornya (d).


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini.

Tidak lupa pula penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tak pernah letih mengasuh, membesarkan, memberi dukungan moril maupun materil dan selalu menyertai ananda dengan do’a sampai ananda menyelesaikan Karya Akhir ini.

Dalam proses penyusunan karya akhir ini, penulis telah mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak, baik bantuan materil, informasi, administrasi maupun spiritual. Oleh karena itu maka sepantasnya penulis mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Orang tua tercinta Ir. Zulkifli Husain dan Zuraya Nst. beserta keluarga yang telah memberikan dukungan moril dan materil juga do’a nya. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Armansyah Ginting, M.Eng. selaku Dekan fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT. selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Teknologi Instrumentasi Pabrik.

4. Bapak Rahmad Fauzi ST., MT. selaku Sekretaris Program Studi

Teknologi Instrumentasi Pabrik.

5. Bapak Ir. Zulkarnaen Pane selaku Dosen Wali.


(5)

7. Rekan-rekan mahasiswa jurusan Teknologi Instrumentasi Pabrik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, khususnya angkatan 2003 yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya akhir ini.

Akhir kata tak ada gading yang tak retak, karena keterbatasan waktu dan kemampuan, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan karya akhir ini masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis membuka diri atas segala kritik dan saran yang bersifat membangun agar dapat didiskusikan dan dipelajari bersama demi kemajuan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR ISTILAH ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Karya Akhir ... 1

I.2. Rumusan Masalah Karya Akhir ... 2

I.3. Tujuan Penulisan Karya Akhir ... 2

I.4. Manfaat Penulisan Karya Akhir ... 2

I.5. Batasan Masalah Karya Akhir ... 2

I.6. Metode Penulisan Karya Akhir ... 3

I.7. Sistematika Pembahasan Karya Akhir ... 3

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

II.1. Fluida ... 5

II.2. Sensor Aliran Magnetik ... 27


(7)

BAB III METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN ALIRAN

FLUIDA DENGAN FLOWMETER MAGNETIK ... 30

III.1. Gambaran Umum ... 30

III.2. Pengukuran Aliran Dengan Flowmeter Magnetik ... 31

(a) Prinsip Pengukuran ... 31

(b) Metode Eksitasi ... 32

(c) Struktur Detektor ... 34

(d) Konverter ... 37

BAB IV ANALISA PENGUKURAN ALIRAN AIR DENGAN FLOWMETER MAGNETIK ... 43

IV.1. Umum ... 43

IV.2. Kondisi Praktek Lapangan ... 48

IV.3. Data ... 52

IV.3.1. Data Spesifikasi Flowmeter Magnetik ... 52

IV.3.2. Data Kerja Flowmeter Magnetik ... 52

IV.4. Analisa Data ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

V.1. Kesimpulan ... 56

V.2. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR GAMBAR

hal.

Gambar 2.1 Aliran fluida Melalui Saluran Mengecil... 7

Gambar 2.2 Tabung Venturi ... 9

Gambar 2.3 Flow Nozzle ... 9

Gambar 2.4 Tipe-Tipe Plat Orifice ... 11

Gambar 2.5 Vena Contracta ... 12

Gambar 2.6 Tap Flange ... 13

Gambar 2.7 Tap Pipa ... 13

Gambar 2.8 Tabung Pitot Dengan Manometer ... 14

Gambar 2.9 Tabung Pitot Mempunyai Tap-Tap Tersendiri ... 15

Gambar 2.10 Rota Meter dan Tipe-Tipe Pelampung ... 18

Gambar 2.11 Meter Torak Bolak-Balik ... 19

Gambar 2.12 Meter Bilah Berputar ... 20

Gambar 2.13 Meter Baling-Baling ... 21

Gambar 2.14 Meter Piringan Berayun ... 21

Gambar 2.15 Meter Roda Gigi Oval ... 22

Gambar 2.16 Meter Kecepatan Turbin ... 23

Gambar 2.17 Meter Aliran Magnetik ... 24

Gambar 3.1 Detektor dan Konverter dari Flowmeter Magnetik ... 30

Gambar 3.2 Prinsip Pengukuran Aliran Dengan Flowmeter Magnetik ... 31

Gambar 3.3 Detektor Ukuran Kecil... 35

Gambar 3.4 Konstruksi Penutupan dan Penyekatan Elektroda ... 37


(9)

Gambar 3.6 Bentuk Gelombang Sinyal Bagian Utama Konverter ... 39

Gambar 3.7 Skema Dari Sirkuit Yang Ada ... 41

Gambar 3.8 Flowmeter Magnetik Dengan Konverter ... 42

Gambar 4.1 Deretan Prinsip Kerja Flowmeter Magnetik ... 44

Gambar 4.2 Prinsip Kerja Flowmeter Magnetik Tipe Insertion ... 45

Gambar 4.3 Instalasi Alat Ukur Secara Vertikal ... 46

Gambar 4.4 Instalasi Alat Ukur Secara Horizontal ... 47

Gambar 4.5 Diagram Fisik Pengukuran Aliran Air Dengan Flowmeter Magnetik ... 48


(10)

DAFTAR TABEL

hal. Tabel 3.1 Detektor Flowmeter Magnetik (Contoh) ... 34 Tabel 3.2 Karakteristik Saluran (Lining) ... 36 Tabel 4.1 Data Kerja Flowmeter Magnetik ... 52


(11)

DAFTAR ISTILAH

Tap : lubang pengukur tekanan Orifice : lubang

Stainless steel : baja tidak berkarat

EMF : Elektro Motive Force (tegangan induksi) Konduktif : bersifat penghantar listrik

Elektrikal : bersifat kelistrikan

Bore : diameter tabung pengukur flowmeter magnetik Volumetrik : berdasarkan jumlah

Proporsional : sebanding Signal lead wire : kabel utama

Lining : saluran/selaput pelindung elektroda Core : inti besi

Coil : kumparan kawat Housing : penutup Sanitary : bersih Sealing : penutupan Insulating : penyekatan

Wafer : semacam bundaran yang berisi sesuatu Insertion : penyisipan

Grounding : sistem pembumian Upstream : menuju (masuk)


(12)

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, di mana telah diciptakan suatu peralatan yang modern dalam hal mempercepat dan mempermudah suatu pekerjaan khususnya dalam industri. Instrumen yaitu peralatan yang digunakan untuk mengukur serta mengendalikan berbagai operasi kerja sistem seperti tekanan, laju aliran, temperatur serta level (permukaan). Tujuan dari kegiatan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan kebutuhan, memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan unit operasi tersebut.

Dalam suatu proses produksi di pabrik, peran pengendalian laju aliran ini sangatlah penting untuk menjaga keadaan aliran tetap sesuai dengan standar operasi. Flowmeter Magnetik dipasang pada pipa, baik pipa mendatar ataupun pipa tegak, namun kondisi pemasangan harus benar dan tepat sehingga akan didapat nilai yang akurat.

Sensor yang ditempatkan akan mendeteksi aliran fluida, kemudian konverter mengirimkan ke display untuk ditampilkan dalam bentuk angka-angka melalui tampilan digital (seven segment) dengan satuan l/detik.

Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, maka penulis tertarik mengambil judul Karya Akhir yaitu :

“STUDI FLOWMETER MAGNETIK (Aplikasi Pada Laboratorium Instrumentasi PTKI Medan - Sumut)“.


(13)

I.2. Rumusan Masalah

Pada karya akhir ini hal-hal penting yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana cara mengukur aliran air dengan Flowmeter Magnetik.

b. Apa saja bagian-bagian dari pengukuran yang mendukung untuk

mengukur aliran dengan Flowmeter Magnetik.

I.3. Tujuan Penulisan Karya Akhir

Tujuan Penulisan karya akhir ini ada beberapa macam, antara lain adalah :

a. Untuk mengetahui jumlah debit air yang mengalir pada pipa. b. Untuk mengetahui kecepatan aliran fluida yang mengalir pada pipa.

I.4. Manfaat Penulisan Karya Akhir

Penulisan karya akhir ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Pedoman bagi mahasiswa yang membahas masalah yang berhubungan dengan topik bahasan.

2. Mengenal dan memahami alat ukur aliran fluida Flowmeter Magnetik.

I.5. Batasan Masalah

Agar pembahasan karya akhir ini tidak terlalu meluas, maka penulis memberikan batasan-batasan masalah pembahasan sebagai berikut :


(14)

b. Hanya menjelaskan bagaimana cara mengukur aliran fluida dengan menggunakan Flowmeter Magnetik.

c. Tidak membahas secara mendetail mengenai rumus-rumus dan

penurunannya.

I.6. Metode Penulisan Karya Akhir

Dalam membahas suatu objek, kelengkapan data suatu objek merupakan bagian yang harus dipenuhi. Untuk melengkapi data tersebut maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Mengumpulkan data dan mencari data spesifikasi yang diperlukan tentang flowmeter magnetik, serta mencari buku-buku yang sesuai dengan topik bahasan penulis dan studi kepustakaan.

2. Secara Praktis

Dengan melakukan pengamatan di lapangan (pengambilan data) di Laboratorium Instrumentasi PTKI Medan-Sumut.

I.7. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan karya akhir ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan. Sistematika pembahasan ini merupakan urutan bab demi bab termasuk isi dari sub bab - sub babnya. Adapun sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :


(15)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan karya akhir, rumusan masalah karya akhir, tujuan penulisan karya akhir, manfaat penulisan karya akhir, batasan masalah karya akhir, metode penulisan karya akhir serta sistematika pembahasan karya akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisikan pengantar, pengukuran aliran fluida dengan Flowmeter Magnetik, variable input dan variable output.

BAB III METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA DENGAN FLOWMETER MAGNETIK

Bab ini memberikan gambaran umum serta metode pelaksanaan pengukuran aliran fluida menggunakan Flowmeter Magnetik.

BAB IV ANALISA PENGUKURAN ALIRAN AIR DENGAN FLOWMETER MAGNETIK

Bab ini membahas analisa ketelitian kerja dari pengukuran aliran air dengan menggunakan Flowmeter Magnetik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(16)

BAB II

LANDASAN TEORI II.1. Fluida

Fluida adalah zat yang berubah bentuk secara terus-menerus bila terkena tegangan geser. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan. Tegangan geser pada suatu titik adalah nilai batas perbandingan gaya geser terhadap luas dengan berkurangnya luas hingga menjadi titik tersebut. Suatu zat cair ditempatkan di antara dua buah plat sejajar, dengan jarak antara yang kecil dan besar sedemikian luasnya sehingga keadaan pada tepi-tepi plat dapat diabaikan. Plat bawah terpasang tetap dan suatu gaya F ditetapkan pada plat atas, yang mengerahkan tegangan geser F/A pada zat apapun yang terdapat di antara plat-plat. A ialah luas plat atas satuannya (m2). Bila gaya F menyebabkan plat bergerak dengan suatu kecepatan (bukan nol) satuannya (N), betapapun kecilnya F, maka kita dapat menyimpulkan bahwa zat di antara kedua plat tersebut adalah fluida. Termasuk fluida adalah air, gas dan zat padat. Yang dimaksud dengan aliran (flow) disini ada tiga macam, yaitu:

1. Kecepatan fluida mengalir (m/s),

2. Debit (banyaknya volume) fluida mengalir per satuan waktu (l/dtk), 3. Jumlah (volume) fluida yang mengalir untuk selang waktu tertentu


(17)

Jenis alat ukur aliran (flow) sebenarnya sangat banyak, pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu :

1. Head Flowmeter, 2. Area Flowmeter,

3. Positive Displacement Meter.

Ketiga jenis alat ukur aliran aliran (flow) ini memiliki prinsip kerja yang berbeda pula. Beberapa macam dari masing-masing jenis alat ukur aliran (flowmeter) akan dibahas pada bagian berikut.

1. Head Flowmeter

Untuk mengukur aliran fluida dalam suatu pipa dengan head flowmeter, maka pada aliran fluida itu dipasang suatu penghalang dengan diameter lubang yang lebih kecil dari diameter pipa, sehingga tekanan maupun kecepatannya berubah. Dengan mengukur perbedaan tekanan antara sebelum dan sesudah penghalang, dapat ditentukan besarnya aliran fluida. Beberapa alat ukur aliran (flowmeter) yang merupakan pengukur aliran jenis Head Flowmeter, yaitu :

a. Tabung Venturi b. Flow Nozzle c. Plat Orifice d. Tabung Pitot


(18)

Sebelum membahas keempat Flowmeter ini, akan dibahas lebih dahulu hubungan antara perbedaan tekanan dan kecepatan aliran yang menjadi prinsip dari Head Flowmeter. Pada Gambar 2.1 [2] terlihat suatu aliran fluida yang melalui pipa dengan luas penampang di bagian masukan (input) lebih besar dari bagian keluaran (output). Misalkan kecepatan, tekanan dan luas penampang di bagian input adalah V1, P1 dan A1 sedangkan di bagian

output adalah V2, P2 dan A2.

Gambar 2.1 Aliran Fluida Melalui Saluran Mengecil

Di sini berlaku persamaan kontinuitas, dimana banyaknya fluida yang masuk sama dengan banyaknya fluida yang keluar, dapat dilihat pada persamaan 2.1 [2] :

V1 x A1 = V2 x A2 ...(2.1)

Dengan menganggap bahwa kecepatan fluida pada seluruh penampang sama, maka berlaku persamaan Bernouli [2] :

P1 + ½ V12 = P2 + ½ V22 ...(2.2)

Di mana :

P = Tekanan fluida V = Kecepatan aliran


(19)

Dari kedua persamaan diatas didapat [2] :

2( )

) ( 1 2 1 2 1 2

2 P P

A A A Q − − =

ρ ...(2.3) Di mana :

Q = Laju aliran (liter/detik)

Bila luas penampang A2 << A1, maka [2] :

ρ 2

1 2

(

2 P P

A

Q= − ...(2.4)

Jadi di sini terlihat bahwa dengan mengukur perbedaan tekanan (P1-P2)

dapat ditentukan besarnya laju aliran. Tetapi biasanya dalam praktek, persamaan di atas masih harus dikoreksi dengan suatu koefisien yang disebut koefisien discharge. Koefisien discharge ini tidak konstan dan besarnya ditentukan dari kerugian-kerugian gesekan akibat kekasaran bagian dalam pipa, bentuk geometri dari saluran dan bilangan Reynold. Aliran turbulen mempunyai bilangan Reynold yang tinggi, lebih besar dari 2000. Sedangkan bila bilangan Reynoldnya rendah (lebih rendah dari 2000), alirannya merupakan aliran laminer. Bilangan Reynold untuk aliran dalam pipa dirumuskan dengan [2] :

µ ρvD

Rd = ...(2.5) Di mana :

= Massa jenis fluida

v = Kecepatan rata-rata aliran fluida D = Diameter pipa


(20)

µ = Viskositas (kekentalan) fluida

a. Tabung Venturi

Tabung Venturi mempunyai bentuk seperti pada Gambar 2.2 [2]. Pada sekeliling pipa sering dibuat lubang-lubang yang jalan keluarnya dijadikan satu dan dihubungkan dengan pengukuran tekanan (disebut cincin piezometer). Dengan demikian tekanan yang diukur merupakan tekanan rata-rata sehingga pengukuran menjadi lebih cepat dan teliti.

Gambar 2.2 Tabung Venturi

Kemiringan dibagian input kira-kira sebesar 30º sedangkan dari bagian output lebih kecil, yaitu antara 3º sampai 15º. Perbandingan diameter antara leher dan pipa terletak antara 0,25 mm sampai 0,50 mm. Hasil pengukuran aliran dengan menggunakan Tabung Venturi ini merupakan pengukuran yang paling teliti bila dibandingkan dengan Head Flowmeter yang lain, tetapi juga paling mahal harganya. Karena bagian leher merupakan bagian yang lebih mudah rusak maka kadang-kadang bagian leher ini dibuat sebagai unit tersendiri agar mudah diganti.


(21)

b. Flow Nozzle

Flow Nozzle mempunyai bentuk yang lebih sederhana bila dibandingkan dengan Tabung Venturi, seperti terlihat pada Gambar 2.3 [2].

(a) (b)

Gambar 2.3 Flow Nozzle

Tap (lubang pengukur tekanan) pada Flow Nozzle ini diletakkan kira-kira pada jarak satu kali diameter pipa (1 D) di muka bagian input dan setengah diameter pipa (½ D) di belakang bagian output seperti terlihat pada Gambar 2.3 (a) atau tepat di bagian outputnya, tergantung pada pabrik pembuatannya seperti terlihat pada Gambar 2.3 (b).

Flow Nozzle ini mempunyai ketelitian yang lebih rendah bila dibandingkan dengan Tabung Venturi, tetapi harganya juga lebih rendah. Berbeda dengan Tabung Venturi yang dalam pemasangannya mengganggu sambungan pipa saluran, pemasangan Flow Nozzle dapat dilakukan tanpa mengganggu sambungan pipa.


(22)

c. Plat Orifice

Plat Orifice merupakan alat ukur aliran yang paling murah, paling mudah pemasangannya, tetapi juga paling kecil ketelitiannya diantara alat ukur aliran jenis Head Flowmeter. Plat Orifice merupakan plat yang berlubang dengan pinggiran yang tajam. Plat ini terbuat dari bahan-bahan yang kuat.

Selain terbuat dari logam, ada juga orificenya yang terbuat dari plastik agar tidak terpengaruh oleh fluida yang mengalir (erosi atau korosi). Macam-macam tipe Plat Orifice dapat dilihat pada Gambar 2.4 [2].

(a) Concentric (b) Eccentric (c) Segmental

Gambar 2.4 Tipe-Tipe Plat Orifice

Plat Orifice tipe eksentris dan segmental digunakan untuk mengukur aliran yang mengandung bahan-bahan padat. Bila digunakan Plat Orifice tipe konsentris, maka akan timbul endapan-endapan benda padat yang akan mengganggu pengukuran. Demikian juga lubang kecil yang terletak pada bagian bawah, dibuat sedemikian rupa agar kesalahan pengukuran dapat diperkecil, yaitu untuk mengalirkan fluida akibat kondensasi agar tidak berkumpul pada Plat Orifice yang dapat mengganggu pengukuran aliran fluida. Untuk aliran fluida udara yang terjebak dialirkan dengan memberi


(23)

lubang kecil di bagian atas. Pemasangan tap (lubang) pengukuran untuk Plat Orifice ada beberapa macam, yaitu :

a. Tap Vena Contracta b. Tap Flange

c. Tap Pipa

Tap pertama dari Tap Vena Contracta diletakkan pada jarak 1 D sebelum

orifice sedangkan tap kedua pada Vena Contracta. Vena Contracta adalah

tempat di mana luas aliran mencapai minimum, sehingga tekanannya paling kecil seperti terlihat pada Gambar 2.5 [2].

Gambar 2.5 Vena Contracta

Oleh karena letaknya tergantung kepada diameter pipa dan diameter orifice maka pemasangan tap kedua ini akan berbeda untuk pipa dan orifice yang berbeda. Keuntungan dari Tap Vena Contracta adalah bahwa pengukurannya lebih teliti, karena mendapat tekanan diferensial yang lebih besar. Kerugiannya ialah bahwa tap kedua harus dipasang pada pipa dengan tepat pada Vena Contracta.


(24)

Tap Flange diletakkan simetris di kiri dan kanan orifice kira-kira sejauh satu inci. Keuntungan cara ini adalah tap-tapnya dapat dipasang menjadi satu dengan flange pipa tanpa mengganggu pipa, dan Plat Orifice dapat digantikan tanpa harus mengubah letak tap. Kerugiannya adalah hasil pengukuran yang kurang teliti, karena terdapat beda tekanan yang kecil. Pemasangan Tap Flange dapat dilihat pada Gambar 2.6 [2].

Gambar 2.6 Tap Flange

Tap pertama dari Tap Pipa diletakkan sejauh 2½ D sebelum orifice sedangkan tap kedua sejauh 8 D sesudah orifice, seperti terlihat pada Gambar 2.7 [2].

Gambar 2.7 Tap Pipa

Tekanan diferensial yang diukur kecil sekali karena hanya menyatakan rugi tekanan oleh orifice. Umumnya tap pipa ini jarang dipakai. Agar pengukuran aliran dengan menggunakan Plat Orifice dapat dilakukan dengan ketelitian yang tinggi maka di dekat tap-tap, tekanan tidak boleh


(25)

ini terdapat fitting seperti sambungan pipa, belokan, katup, regulator, pompa dan lain-lain. Umumnya daerah sejauh 5 m sebelum orifice sampai 20 m sesudah orifice harus bebas dari fitting-fitting. Angka-angka ini bisa sedikit berbeda tergantung pada perbandingan diameter dan tipe fitting yang berbeda di kiri dan kanan orifice.

d. Tabung Pitot

Tabung Pitot berbeda dengan ketiga Head Flowmeter yang telah diterangkan sebelumnya untuk mengukur debit atau laju aliran, maka Tabung Pitot ini merupakan pengukur kecepatan fluida mengalir.

Prinsip kerjanya hampir sama dengan pengukur yang lain. Dapat dilihat pada Gambar 2.8 [2].

Gambar 2.8 Tabung Pitot dengan Manometer

Tabung Pitot yang dipasang di dalam aliran fluida dengan mulut menghadap arah aliran. Di sini dianggap bahwa fluida di mulut tabung pitot diam atau mempunyai kecepatan nol. Sehingga bentuk persamaan Bernoulinya menjadi [2] :

ρ

ρ 2

2 1 1

2

P V P

=


(26)

    − =     − = ρ

ρ 1 2 1

2

1 2 2

P P P

P

V ...(2.7)

Dengan mengukur perbedaan tekanan (P2-P1) maka kecepatan fluida

langsung dapat diketahui. Keuntungan dari Tabung Pitot adalah pengukuran tidak hanya dapat dilakukan dalam pipa-pipa tertutup tetapi juga dalam saluran-saluran terbuka. Kerugiannya adalah tidak dapat dipakai untuk mengukur kecepatan fluida yang mengandung benda-benda padat. Pada Gambar 2.9 [2] terlihat suatu Tabung Pitot dimana kedua tapnya merupakan bagian dari Tabung Pitot itu sendiri. Sehingga tidak mengganggu (melubangi) pipa saluran.

Gambar 2.9 Tabung Pitot Yang Mempunyai Tap-Tap Tersendiri

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Head Flowmeter pada proses pengukuran aliran fluida, yaitu :

a. Kerapatan (densitas) dari cairan b. Temperatur

c. Tekanan (gas)

d. Kekentalan (viskositas)

e. Aliran yang tidak konstan (osilasi) f. Kesalahan pemasangan pipa


(27)

g. Ketelitian pembuatan orifice

h. Adanya gas yang terjebak pada cairan

2. Area Flowmeter

Prinsip kerja Area Flowmeter merupakan kebalikan dari Head Flowmeter. Pada Head Flowmeter, aliran melewati saluran yang mempunyai luas tertentu (ditentukan oleh luas pipa dan luas hambatan) yang kemudian perbedaan tekanan diukur, sehingga dapat diketahui debitnya. Sebaliknya pada Area Flowmeter mempunyai skala yang linier.

Salah satu jenis dari Area Flowmeter adalah Rota Meter. Skema dari Rota Meter ini terlihat pada Gambar 2.10 (a) [2]. Rota Meter ini terdiri dari suatu kerucut yang terbuat dari gelas (kaca) atau bahan lain yang transparan dan berskala dengan suatu pelampung di dalamnya. Beberapa bentuk pelampung untuk keperluan ini dapat juga dilihat pada Gambar 2.10 (b) [2]. Pelampung ini terbuat dari bahan-bahan yang tahan karat terhadap fluida yang mengalir, biasanya terbuat dari stainless steel. Oleh karena adanya aliran fluida maka pelampung akan naik, dalam keadaan setimbang akan diam pada suatu posisi. Semakin besar alirannya maka semakin tinggi posisinya. Rota Meter harus dipasang tegak lurus (kemiringan ≤ dari 2º).

Misalkan pelampung memiliki berat W, volume VP dan luas penampang

terbesar AP. Berat pelampung terbesar ini diimbangi gaya ke atas oleh fluida

dan gaya akibat perbedaan tekanan. Jadi dalam keadaan setimbang [2] :


(28)

p p gf A V W P . ρ − =

∆ ...(2.8) Di mana :

gf = Berat jenis fluida

P = Beda tekanan

Di sini terlihat bahwa beda tekanan P tidak tergantung dari posisi pelampung. Jadi pada posisi manapun beda tekanan akan konstan. Oleh karena luas penampang kerucut berubah terhadap posisi penampang, maka luas penampang dimana fluida mengalir di sekeliling pelampung juga tergantung pada posisi. Penampang aliran fluida ini berbentuk cincin. Di dalam aliran ini dianggap berlaku persamaan kontinuitas Bernoulli, sehingga pelampung akan mengatur dirinya sendiri pada posisi di mana kedua persamaan tadi dipenuhi. Dapat diturunkan dari kedua persamaan ini bahwa [2] :

2 ( )

) (

1 (

2 A g

g g V g A A A A A C Q F P F P P K P K P K ρρ ρ − − − −

= ...(2.9)

Di mana :

C = Koefisien discharge AK = Luas penampang kerucut

AP = Luas penampang pelampung terbesar Fg = Berat jenis fluida


(29)

Bila ( − )2 <<1

K P K

A A A

, maka bentuk persamaan di atas menjadi [2] :

Q = K (AK – AP)...(2.10)

Jadi laju aliran Q hanya merupakan fungsi dari luas kerucut. Bila sudut kemiringan kerucut kecil, maka luas kerucut ini sebanding dengan posisi pelampung. Dengan demikian debit yang akan diukur sebanding dengan tinggi pelampung. Oleh karena berat jenis fluida mempengaruhi persamaan diatas, maka setiap Rota Meter dikalibrasi untuk fluida tertentu. Rota Meter ini tidak sekuat Head Flowmeter karena terbuat dari bahan transparan, tetapi akhir-akhir ini sudah berhasil dibuat Rota Meter dari logam dan plastik yang lebih kuat.

(a) (b)

Gambar 2.10 Rota Meter dan Tipe-Tipe Pelampung

3. Positive Displacement Meter

Positive Displacement Meter merupakan alat ukur jumlah, yaitu mengukur banyaknya fluida yang telah mengalir melalui suatu saluran


(30)

tertutup. Ada beberapa macam alat ukur aliran jenis Positive Displacement Meter, antara lain adalah :

a. Meter Torak Bolak-Balik

Pada Gambar 2.11 [2] terlihat skema dari Meter Torak Bolak-Balik ini. Torak bergerak bolak-balik dan menggerakkan sebuah katup geser. Letak katup geser adalah sedemikian rupa sehingga pada saat torak bergerak ke kiri, fluida di ruang kiri terdesak keluar, sedangkan ruang kanan terisi oleh fluida masuk. Kemudian pada saat torak bergerak ke kanan terjadi hal yang sebaliknya, yaitu fluida di ruang kanan terdorong ke luar dan ruang kiri kembali terisi. Fluida mengalir setiap kali torak melakukan gerak balik tertentu volumenya sehingga dengan menghitung jumlah gerak bolak-balik torak ini dapat diketahui jumlah volume yang telah mengalir melaluinya. Biasanya torak ini dihubungkan dengan penghitung mekanis.

Gambar 2.11 Meter Torak Bolak-Balik

b. Meter Bilah Berputar

Prinsip kerja meter bilah berputar sama dengan Meter Torak Bolak-Balik, hanya di sini terjadi gerakan putar, seperti pada Gambar 2.12 [2].


(31)

Silinder dalam letaknya eksentris terhadap silinder luar dan terpasang bilah-bilah yang dapat bergerak pada celah-celah pada poros silinder dalam. Pada ujung-jung bilah terdapat pegas sehingga selalu akan menekan silinder dalam. Bilah-bilah ini berfungsi sebagai pemisah cairan. Pada saat silinder dalam berputar, sebagian fluida terdorong keluar melalui salah satu sektor dan cairan mengalir masuk pada sektor yang lain. Disini juga volume fluida yang telah mengalir untuk satu kali putar tertentu besarnya. Sumbu silinder dalam dihubungkan dengan penghitung mekanis sehingga jumlah volume fluida yang telah melaluinya dapat diketahui. Perlu diketahui disini bahwa berputarnya silinder dalam ini disebabkan adanya beda tekanan yang bekerja pada pengukuran aliran ini.

Gambar 2.12 Meter Bilah Berputar

c. Meter Baling-Baling

Meter Baling-Baling ini terdiri dari suatu ruangan yang di dalamnya dipasang dua buah baling-baling. Bentuk dan posisi kedua baling-baling ini seperti terlihat pada Gambar 2.13 [2], menyebabkan fluida berganti-ganti masuk dan keluar dari ruang-ruang yang terpisah oleh kedua baling-baling tadi. Pengukur aliran jenis ini umumnya dipakai untuk aliran gas.


(32)

Gambar 2.13 Meter Baling-Baling

d. Meter Piringan Berayun

Prinsip dari Meter Piringan Berayun ini sama dengan ketiga alat ukur aliran yang telah diterangkan di atas. Yaitu dengan mengisi suatu ruangan dengan volume tertentu, kemudian karena berayunnya piringan seperti terlihat pada Gambar 2.14 [2], fluida ini akan dialirkan keluar. Berayunnya piringan ini disebabkan adanya aliran fluida yang melaluinya. Batang dari bola yang berada di tengah-tengah piringan dapat dihubungkan ke penghitung mekanis untuk mengetahui jumlah volume total yang telah melaluinya.


(33)

e. Meter Roda Gigi Oval

Bentuk dan cara kerja meter gigi oval mirip dengan Meter Baling-Baling, hanya kedua baling-baling diganti oleh dua buah roda gigi yang berbentuk oval. Seperti pada Gambar 2.15 [2].

Gambar 2.15 Meter Roda Gigi Oval

4. Pengukur-Pengukur Aliran Yang Lain

Selain pengukur aliran yang telah dibahas sebelumnya, masih banyak lagi pengukur-pengukur aliran yang lain. Beberapa diantaranya adalah :

a. Meter Kecepatan Turbin

Turbin akan berputar bila cairan mengenai dan mendorong baling-baling dari turbin, seperti pada Gambar 2.16 [2]. Suatu kumparan penerima (pick up coil) yang dipasang pada pipa akan merasakan putaran turbin ini dan akan menghasilkan pulsa listrik apabila sebuah fluida melaluinya. Frekuensi pulsa yang dihasilkan akan sebanding dengan volume laju aliran dari cairan. Sifat-sifat dari Meter Kecepatan Turbin :

a. Ketelitian tinggi (0,5 %)


(34)

c. Ukuran kecil

d. Sinyal keluaran berupa pulsa listrik.

e. Dikalikan dengan pengukuran densitas, dapat menunjukkan laju aliran massa (dilakukan oleh mikroprosesor).

Gambar 2.16 Meter Kecepatan Turbin

b. Meter Aliran Magnetik

Meter Aliran Magnetik bekerja berdasarkan Hukum Faradaytentang induksi tegangan. Pada suatu aliran muatan listrik yang melintasi medan magnet akan timbul tegangan yang besarnya [2]:

E = B l v x 10 -8 ...(2.11) Di mana :

E = Tegangan induksi (Volt) B = Fluks density (gauss) l = Panjang konduktor (m) v = Kecepatan konduktor (m/s)

Fluks density dihasilkan dari :


(35)

di mana : µ0 = 4 x 10-7

H =

ρ

π x

2 1

maka diperoleh : B = µ0 x H

= ( 4 x 10-7 ) x (

ρ

π x

2 1

)

= ( 4 x 3,14 x 10-7 ) x (

1 14 , 3 2 1 x

x )

= ( 12,56 x 10-7 ) x ( 28 , 6

1 )

= 2 x 10-7 Wb/m2

dengan catatan :

= 3,14

air = 1 gram/cm3

Bagian dari flowmeter ini bisa dilihat pada Gambar 2.17 [2].


(36)

Cairan yang melewati pipa akan memotong fluks magnet. Adanya aliran fluida yang bergerak relatif terhadap medan magnet akan menyebabkan tegangan induksi yang arahnya tegak lurus terhadap kecepatan konduktor v (m/s) dan fluks densitas B (Wb/m2).

Tegangan yang timbul dideteksi oleh elektroda yang diletakkan di luar pipa dan besarnya sebanding dengan kecepatan aliran fluida. Syarat-syarat pengukuran yaitu :

1. Fluida harus dapat mengantarkan arus listrik dan pipa baja tak berkarat non-magnetik digunakan sebagai tabung pengukuran.

2. Elektroda ditempatkan pada permukaan sebelah dalam dari pipa dan berhubungan langsung dengan fluida.

3. Tegangan output kecil dan magnet digunakan untuk memperkuat dan mengeliminasi polarisasi.

c. Weir dan Flume

Weir dan Flume merupakan rintangan-rintangan yang diberikan pada saluran terbuka untuk dapat mengukur laju aliran fluida. Karena adanya rintangan ini maka tinggi permukaan cairan pada atau dekat takik (notch) dari Weir atau Flume. Laju aliran merupakan fungsi dari permukaan cairan.

Weir berupa lempengan dengan takik pada bagian atas. Jenis takik ini ialah takik V (untuk aliran kecil), takik persegi dan takik trapesium. Flume mempunyai penampang seperti Tabung Venturi, hanya disini terbuka pada bagian atas seperti terlihat Gambar 2.18 [2].


(37)

(a) Tipe-Tipe Weir (b) Parshall Flume

Gambar 2.18 Tipe-Tipe dari Weir Dan Parshall Flume

Penggunan :

1. Hanya untuk saluran terbuka. 2. Rugi tekanan kecil.

3. Pemeliharaan mudah.

4. Laju aliran merupakan fungsi dari tinggi cairan. 5. Harga rendah untuk aliran yang besar.

d. Meter Aliran Massa

Pengukuran aliran massa dapat dilakukan secara : 1. Langsung,

2. Tidak Langsung (Inferensial).

Pengukuran Tidak Langsung dilakukan dengan mengukur baik laju aliran dan densitas (rapat massa). Dengan mengalikan kedua hasil pengukuran ini sehingga pada komputer (recorder atau controller), laju aliran massa dapat ditentukan. Dalam hal ini recorder atau controller


(38)

berfungsi sebagai display, untuk menampilkan hasil pengukuran. Dapat dilihat pada Gambar 2.19 [2].

Gambar 2.19 Meter Aliran Massa

II.2. Sensor Aliran Magnetik

Sensor Aliran Magnetik adalah alat yang akan terpengaruh oleh medan magnet dan akan memberikan perubahan kondisi pada keluaran. Seperti layaknya saklar dua kondisi (on/off) yang digerakkan oleh adanya medan magnet di sekitarnya. Biasanya sensor ini dikemas dalam bentuk kemasan yang hampa udara dan bebas dari debu, kelembaban, asap maupun uap.

Sensor Aliran Magnetik dirancang untuk memberi tanggapan terhadap intensitas medan magnet yang ada di sekitarnya. Apabila tidak terdapat medan magnet didekatnya, maka tegangan output yang dihasilkan piranti ini besarnya setengah dari tegangan catu daya. Apabila kutub selatan sebuah magnet berada di dekat sensor, tegangan output akan naik. Besarnya kenaikan tegangan ini sebanding dengan kekuatan medan magnet yang dihasilkan magnet tersebut. Apabila kutub utara sebuah magnet berada di dekat sensor, maka tegangan output akan jatuh.


(39)

II.3. Indicating Instrument

Indicating Instrument adalah semua alat ukur yang menunjukkan nilai yang merupakan besaran yang berubah terhadap waktu selama pengukuran dilakukan. Pengukuran yang dihasilkan oleh Indicating Instrument dapat dibagi atas :

1. Pengukuran Nilai Sesaat (Instanteneous Valve)

Alat ukur dalam hal ini menunjukkan nilai sesungguhnya dari besaran yang diukur pada setiap dilakukan pengukuran. Hal ini dapat dilakukan jika perubahan besaran yang diukur sebagai fungsi waktu cukup lambat, sehingga alat ukur yang digunakan dapat mengikuti perubahan tersebut.

2. Pengukuran Nilai Rata-Rata (Average Valve)

Alat ukur dalam hal ini menunjukkan nilai rata-rata yang diperhitungkan untuk satu interval waktu (periode) yang tetap. Ini dapat diperoleh dengan rumus [3] :

F t dt

T F

T

av ( )

1

0

= ...(2.12)

Fav adalah fungsi average atau nilai rata-rata dari f (t) untuk interval

0 ≤ t ≤ T. Pengukuran ini dilakukan untuk besaran fungsi waktu yang berubah cepat, tetapi tetap mempunyai harga positif saja atau harga negatif saja secara kontinu. Misalnya pengukuran ini dilakukan untuk tegangan dan arus searah dengan menggunakan voltmeter dan amperemeter arus searah sama dengan nol.


(40)

3. Pengukuran Nilai Efektif

Alat ukur dalam hal ini menunjukkan suatu besaran yang biasa disebut akar dari kuadrat rata-rata suatu besaran fungsi waktu (root mean square valve=rms valve). Ini dapat dihitung dengan rumus [3] :

f t dt

T F

T

eff ( )

1

0 2

= ...(2.13) Feff = Nilai efektif dari transducer

Pengukuran ini dilakukan untuk besaran fungsi waktu yang berubah cepat tetapi tetap mempunyai baik harga positif atau harga negatif bersama-sama dalam suatu interval (periode) yang tetap. Pengukuran Nilai Efektif ini berlaku untuk besaran dan tegangan dan arus bolak-balik.

4. Pengukuran Nilai Maksimum dan Minimum Sesaat

Pengukuran ini hanya menunjukkan besaran ukur yang maksimum atau minimum pada suatu saat, selama alat ukur yang digunakan terpasang. Sebagai contoh adalah termometer maksimum-minimum yang dapat dipakai untuk menunjukkan suhu yang paling tinggi dan suhu yang paling rendah.

Catatan : Umumnya besaran-besaran yang diukur dalam proses industri

merupakan besaran yang nilainya positif (dan negatif) saja. Sehingga besaran yang diukur merupakan besaran rata-rata besaran sesaat, karena untuk suatu nilai yang perubahannya lambat dapat didefinisikan bahwa nilai rata-ratanya adalah sama dengan nilai sesaatnya.


(41)

Seri : FSM400 (Remote display) Manufacturing : ABB Instrumentation Germany

BAB III

METODE PELAKSANAAN PENGUKURAN ALIRAN FLUIDA DENGAN FLOWMETER MAGNETIK

III.1. Gambaran Umum

Flowmeter Magnetik menerapkan Hukum Faraday terhadap induksi elektromagnetik. Ia mengukur kecepatan aliran cairan konduktif secara elektrikal yang mengalir melalui medan magnetik dengan cara mendeteksi tegangan yang diinduksikan ke dalam cairan. Dalam dunia industri, digunakan Flowmeter Magnetik yang memiliki bore (diameter tabung pengukur) nominal dengan ukuran mulai dari yang sangat kecil 2,5 mm sampai dengan ukuran yang sangat besar 2.000 mm. Pada Gambar 3.1 [5&6] ditunjukkan bentuk fisik dari berbagai macam Flowmeter Magnetik.

Gambar 3.1 Detektor dan Konverter dari Flowmeter Magnetik Seri : (a) FMG600; (b) FMG401; (c) FMG100; (d) FMG3002-PP (Insertion style) Manufacturing : OMEGA Engineering Inc. USA/Canada

Seri : Admag AXF

(a) Integral display; (b) AXFA11G Remote converter (c) Type Sanitary

Manufacturing : YOKOGAWA Co. Japan


(42)

III.2. Pengukuran Aliran Fluida Dengan Flowmeter Magnetik

(a) Prinsip Pengukuran

Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.2 [1], tabung pengukuran dengan diameter dalam d (m) memiliki dinding bagian dalam yang dilapisi dengan bahan isolasi menyilang pada sudut kanan melalui medan magnetik terhadap densitas fluks B (T). Jika cairan konduktif mengisi tabung dan mengalir dengan kecepatan rata-rata v (m/s) dan pasangan elektroda ditempatkan berlawanan satu dengan yang lain pada dinding pipa di sudut kanan pada medan magnetik dan aliran, maka kekuatan elektromotive E (V) akan diperoleh di antara elektroda-elektroda tersebut. Kekuatan elektromotive dinyatakan dengan [1] :

E = kBd

_

v ...(3.1)

Di mana k adalah konstanta intrinsik pada detektor dan tergantung pada kondisi medan magnetik.


(43)

Untuk kecepatan aliran volumetrik Q (m3/s), adalah [1] : 2 2 _ 4 ) 4 / ( d Q d Q v π π =

= ...(3.2) Dengan demikian, dari persamaan (3.1) dan (3.2), kekuatan electromotive E menjadi [1] :

d Q B k E 4 .

π

= ...(3.3) Selanjutnya, dari persamaan (3.3), tingkat aliran Q menjadi [1] :

B E d k Q . 4 . 1 π

= ...(3.4) Seperti yang ditunjukkan pada persamaan (3.4), jika densitas fluks B adalah konstan, maka tingkat kecepatan aliran Q proporsional dengan kekuatan electromotive E. Kekuatan electromotive ini diperkuat dan diubah ke sinyal universal (4 sampai 20 mA, DC) atau sinyal pulsa dengan konverter dan kemudian outputnya.

Selanjutnya, secara teoritis terbukti bahwa kekuatan electromotive E yang didapatkan dalam hal ini proporsional dengan kecepatan aliran rata-rata v dalam persamaan (3.1), jika profil kecepatan aliran rata-rata-rata-rata dalam tabung pengukuran adalah simetris dengan sumbu sentral pipa dan densitas fluks magnetik dalam hal ini seragam.

(b) Metode Eksitasi

Jika medan magnetik arus searah digunakan, maka elektroda menjadi polarisasi. Untuk menghindari hal ini, digunakan metode eksitasi dengan menggunakan frekuensi komersial arus bolak-balik. Dengan metode ini,


(44)

sinyal tegangan kecepatan aliran yang dibangkitkan diantara kedua elektroda juga memiliki frekuensi komersil. Dengan adanya pengaruh dari arus pusar yang berasal dari perubahan dalam fluks magnetik, dan disebabkan gangguan lainnya, maka titik nol dari sinyal tersebut berubah-ubah. Sekarang ini, untuk menghilangkan pengaruh dari beberapa jenis gangguan pada sinyal tegangan kecepatan aliran dan untuk memperbaiki stabilitas sinyal titik nol, sering digunakan gelombang dari frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi komersial. Alasan utama terhadap hal ini adalah sebagai berikut :

(1) Dengan menggunakan arus gelombang luas yang memiliki frekuensi rendah yakni pembagian terhadap frekuensi komersil sebagai arus yang ada, dan mendeteksi sinyal kecepatan aliran pada nilai fluks magnetik diam, gangguan berdasarkan atas tingkat perubahan fluks magnetik (gangguan differensial fluks magnetik) dapat dihilangkan, yang membuat sinyal titik nol kecepatan aliran semakin stabil. Gangguan muncul jika arus pusar yang mengalir pada cairan tersebut tidak simetris dengan sumbu elektroda, dan jika fluks magnetik dari bidang magnetik yang tertekan menjadi terhubung dengan bagian deteksi sinyal yang terbentuk oleh cairan, elektroda dan kawat sinyal elektroda. Dalam kondisi ini, gangguan muncul ketika kecepatan aliran adalah nol dan menjadi sumber kesalahan.

(2) Dalam metode eksitasi frekuensi-rendah, frekuensi sinyal berbeda dengan frekuensi komersil, sehingga sinyal tersebut tidak mudah dipengaruhi oleh gangguan elektrostatis atau elektromagnetik yang


(45)

muncul pada kabel utama yang membawa sinyal dari detektor ke konverter.

(c) Struktur Detektor

Contoh dari beberapa jenis detektor dicatat pada Tabel 3.1 [1]. Konstruksi detektor berbeda-beda sesuai dengan bore nominal dan aplikasinya, namun pada dasarnya terdiri dari saluran tabung pengukur dengan penyekat elektrik, elektroda untuk menahan kekuatan elektromotive yang dibangkitkan, dan gulungan serta inti untuk membangkitkan medan magnetik.

Tabel 3.1 Detektor Flowmeter Magnetik (Contoh) [Yokogawa Tech. Rep., 28, 2, p.145 (1984)]

Simbol untuk ukuran Model Diameter nominal (mm) Jenis penggunaan umum Jenis yang dapat direndam Jenis sanitary Jenis tahan ledakan SS YM100 2.5~15

S YM200 25~100

M YM300 150~400 200

L YM400 500~1000 LL YM500 1100~2600

Keterangan :

PFA (Tetra fluoroethylene perfluoro alkoxy resin) Polyurethan rubber

Gambar 3.3 [1] menunjukkan struktur detektor dengan bore nominal kecil. Pipa baja tak berkarat non-magnetik, yang dengan mudah melewatkan fluks magnetik menuju cairan digunakan untuk tabung pengukuran (pipa kumparan). Saluran pada permukaan bagian dalam


(46)

adalah karet fluororesin (PFA) atau polyurethane, yang dipilih sesuai dengan sifat dari cairan yang diukur dan temperatur.

Gambar 3.3 Detektor Ukuran Kecil

Tabung pengukur, housing, terminal box, dan flange semuanya dilas bersama, dan bagian dalam detektor dilindungi dengan menutupnya dengan resin, sehingga kuat secara mekanis dan tahan lembab. Untuk bore nominal besar, setelah inti dan gulungan direkatkan pada bagian dalam tabung baja, karet polyurethane digunakan dengan pembalut gips sentrifugal untuk menghasilkan konstruksi padu. Tabel 3.2 [1] membuat daftar ciri bahan saluran.


(47)

Elektroda harus dibuat dari bahan non-magnetik dan juga tahan korosi, sehingga SUS 316L plantinum-iridium dapat digunakan. Tergantung pada cairan, hastelloy C, titanium, tantalum atau logam tahan korosi lainnya juga dapat digunakan. Contoh konstruksi elektroda untuk resin PFA saluran detektor ditunjukkan pada Gambar 3.4 [1]. Penutup saluran tabung pengukur dan elektroda dicetak pada satu bagian, yang mengelilingi elektroda dengan penyekat resin PFA dan memastikan penyekatan elektroda dari tabung baja dasar, dan memperbaiki kekuatan penutup yang ada terhadap tekanan dari cairan.

Tabel 3.2 Karakteristik Saluran (Lining)

Saluran Karakteristik Cairan yang diukur PFA Kuat dan halus secara mekanis, jadi

bebas endapan pada didnding pipa. Tahan panas dan korosi.

Batas temperatur : -10ºC sampai +160ºC (14ºF sampai +320ºF)

Dapat dilewati cairan seperti asam hydrofluoric, asam hydrochloric, asam asetat. Cairan yang bersifat korosif (elektrolit, caustic soda, asam sulfur, dll)

Polyure- thane rubber

Tahan terhadap abrasi pada cairan yang mengandung bahan padat. Tidak tahan asam dan alkali. Tidak cocok untuk cairan yang mengandung pelarut organik.

Batas temperatur : -10ºC sampai +40ºC (14ºF sampai +104ºF)

Cocok untuk penyuplai air, air pembuangan yang termasuk air limbah industri dan air laut.

Seperti yang terlihat pada Tabel 3.1, selain dari penggunaan detektor secara umum, ada model tahan ledakan yang dipasang pada lingkungan ledakan, model sanitary menggunakan sambungan sanitary yang mudah dipindahkan untuk pembersihan berkala yang diperlukan dalam industri makanan, dan model yang dapat dicelupkan yang dilapisi


(48)

dengan epoxy tar yang dapat dipasang pada tempat-tempat seperti lubang di mana ada bahaya jika alat tersebut jatuh ke dalam air.

Gambar 3.4 Konstruksi Penutupan dan Penyekatan Elektroda

(d) Konverter

Fungsi dasar konverter adalah untuk melengkapi sumber tenaga pada detektor, dan mengubah sinyal tegangan kecepatan aliran yang dibangkitkan di antara elektroda ke dalam sinyal output proporsional (4 sampai 20 mA DC) atau sinyal pulsa. Namun sebagaimana yang diuraikan diatas, jika kekuatan elektromotive E yang muncul pada elektroda-elektroda proporsional dengan kecepatan aliran volumetrik Q, maka pada saat yang bersamaan proporsional juga terhadap densitas fluks

B. Berdasarkan hal ini, perlu menstabilkan salah satu arus yang ada dan

membuat densitas fluks B menjadi konstan, atau dengan menghilangkan pengaruh dari perubahan dalam densitas fluks magnetik dalam arti membagi kekuatan elektromotive E dengan sinyal yang proporsional dengan arus yang ada (yakni proporsional dengan densitas fluks).


(49)

Selanjutnya, kekuatan elektromotive E adalah tegangan bolak-balik tingkat rendah, dan ini juga diperlukan untuk menghilangkan pengaruh gangguan yang dihasilkan seperti yang dijelaskan pada sub bagian (b) di atas.

Sebagai contoh, sirkuit dengan keakuratan tinggi, konverter multi-fungsi yang menggabungkan mikroprosesor dan dikombinasikan bersama dengan detektor metode eksitasi gelombang frekuensi rendah ditunjukkan oleh Gambar 3.5 [1]. Bentuk gelombang sinyal pada setiap bagian yang ada ditunjukkan pada Gambar 3.6 [1].

Gulungan detektor yang ada diarahkan oleh tiga-nilai (positif, nol, negatif, nol) arus yang konstan dari sirkuit yang ada (Gambar 3.6 (a)) [1].


(50)

Gambar 3.6 Bentuk Gelombang Sinyal Bagian Utama Konverter

Frekuensi yang ada disinkronkan dengan frekuensi suplay daya komersil pada 50/8 Hz atau 60/8 Hz. Tegangan sinyal es yang proporsional dengan

kecepatan rata-rata aliran dan arus yang ada Iex dibangkitkan di antara

elektroda-elektroda. Sinyal tegangan yang dikirim oleh switch multiplexer (Gambar 3.6 (b)) [1], diubah ke sinyal digital, dan dibaca oleh mikroprosesor. Arus yang ada juga terbaca ke dalam mikroprosesor dan dilakukan perhitungan seperti berikut [1] :

)

( 1 2 3 4

0 s s s s

ex

e e e e I

K

e = − + + − ...(3.5)

Dalam hal ini, K adalah konstan.

Dengan menggunakan perhitungan ini, pengaruh gangguan pada cairan (gangguan yang disebabkan oleh perubahan dalam hubungan potensial pada bagian permukaan elektroda) dan gangguan diferensial fluks magnetik dapat dicegah. Juga, hasil dari penyaringan secara digital e0 dikirim ke konverter analog-digital, yang mengubahnya ke dalam sinyal


(51)

pulsa yang lebih lebar, dan menghasilkan 4 sampai 20 mA sinyal DC. Selain arus listrik, juga dihasilkan pulsa yang proporsional dengan kecepatan aliran.

Power supply menggunakan regulator switching jenis-penyekatan. Regulator ini memiliki beberapa keuntungan bila digunakan dengan arus bolak-balik dan arus searah, serta memiliki jangkauan kontrol 20V DC sampai 130V DC dan 80V AC sampai 138V AC. Gambar 3.7 [1] menunjukkan diagram sirkuit dari power supply, yang menjadi inti dari sirkuit yang ada. Penentuan pulsa waktu tiga-nilai fluks magnetik dikendalikan dengan mikroprosesor yang mengubah switch transistor Q1

dan Q2 dengan pilihan on dan off. Jika tombol transistor off, maka

kekuatan elektromotive counter yang dibangkitkan pada gulungan yang ada disimpan pada kondenser. Jika tombol on, maka energi yang disimpan digunakan kembali sebagai supply arus yang ada, dan pemakaian tenaga dikurangi. Terkait dengan arus yang ada, mikroprosesor mengatur nilai absolut amplitudo, dan pada saat yang bersamaan mengatur sebuah nilai , yang dijelaskan dalam persamaan di bawah, maka menghilangkan gangguan differensial fluks magnetik [1].

2 2 1 1 M P M P I I I I − − =

γ ...(3.6) Setiap beberapa siklus dari arus yang ada, terbaca tegangan standar

VSTD dan dilakukan waktu pemeriksaan sendiri (Gambar 3.6 (c)) [1].

Untuk endapan dan cairan dengan konduktivitas rendah, maka potensi elektrokimia dari elektroda-elektroda berubah, yang mana bisa


(52)

berkurang sebagai mana bertambahnya frekuensi arus yang ada. Maka, walaupun dibarengi dengan sedikit hilangnya keakuratan, gangguan tersebut dapat dikurangi dengan menaikkan frekuensi arus yang ada.

Gambar 3.7 Skema Dari Sirkuit Yang Ada

Untuk tujuan inilah, maka konverter memiliki mode 50/2 Hz dan 60/2 Hz dalam penambahannya pada settingan normal 50/8 Hz dan 60/8 Hz, dan bisa dipilih mode yang ada sesuai dengan aplikasi.

Dengan menggunakan keyboard dan display LED pada panel kontrol konverter, parameter-parameter seperti daerah kecepatan aliran, bore nominal detektor, dan damping konstan dapat diatur, dan beberapa fungsi seperti switch ganda, switch forward dan reverse kecepatan aliran, dan mode switching yang ada dapat dipilih.


(53)

Sebagai tambahan untuk mengindikasikan kecepatan aliran, display tersebut juga menunjukkan nilai alarm batas aliran yang paling tinggi dan paling rendah dan hasil diagnosis sendiri (sirkuit pendek atau sirkuit terbuka, sinyal input yang tidak normal, ketidaknormalan pada konverter A/D atau mikroproseror yang ada, dsb.) dan pada waktu yang bersamaan, hasil dari sinyal interface eksternal.

Gambar 3.8 [1] menunjukkan contoh dari flowmeter elektromagnetik yang memiliki konstruksi yang padu. Flowmeter ini didesain kecil dan ringan, dengan konverter dan detektor yang terpasang dalam satu unit. Hal ini juga memiliki keuntungan karena mudah digunakan, dan dengan fungsi yang sederhana. Sirkuit pengolah sinyal konverter didesain untuk stabilitas sinyal titik nol, dengan menggunakan metode eksitasi dua-nilai dari frekuensi rendah. Ini terdapat dalam IC hibrida dan disimpan dalam kotak konverter.


(54)

BAB IV

ANALISA PENGUKURAN ALIRAN AIR DENGAN FLOWMETER MAGNETIK

IV.1. Umum

Flowmeter Magnetik adalah alat ukur aliran fluida yang volumetrik. Didesain untuk pemeliharaan yang mudah-dengan tidak ada bagian yang bergerak, keakuratan yang tinggi, output analog yang linear, tidak dipengaruhi gravitasi, viskositas, tekanan dan temperatur, dan kemampuannya untuk mengukur aliran meskipun pada fluida terkandung zat-zat atau materi lain yang mungkin sulit dilakukan oleh alat ukur aliran fluida yang lain (seperti korosi, endapan dan lumpur).

Dua bentuk dasar dari Flowmeter Magnetik : 1) Wafer-style, di mana membutuhkan tingkat keakuratan tinggi (mencapai +0,5% pendeteksian); dan 2) Insertion-style, yang khusus dan ekonomis untuk pipa dengan ukuran yang lebih besar.

Pengoperasian Flowmeter Magnetik adalah berdasarkan Hukum Faraday, yang menyatakan kalau tegangan yang diinduksikan melewati konduktor sebagaimana ia bergerak melalui medan magnetik adalah sebanding dengan kecepatan rata-rata dari konduktor tersebut.

Rumus Faraday [5] :


(55)

Di mana :

E = Tegangan yang dibangkitkan pada konduktor v = Kecepatan rata-rata konduktor

B = Kekuatan medan magnetik d = Panjang konduktor

Untuk menerapkan prinsip ini pada pengukuran aliran dengan Flowmeter Magnetik, pertama kali perlu diperhatikan kalau cairan yang diukur harus bersifat menghantarkan arus listrik.

Gambar 4.1 Deretan Prinsip Kerja Flowmeter Magnetik

Sebagaimana diterapkan pada Flow Meter Magnetik, Hukum Faraday mengindikasikan kalau sinyal tegangan (E) bergantung kepada kecepatan rata-rata aliran fluida (v) yang melewati kekuatan medan magnetik (B) dan panjang konduktornya (d) (dalam hal ini adalah jarak antara elektroda-elektrodanya).


(56)

Dalam kasus Flowmeter Magnetik Wafer-style, medan magnetik ditetapkan melewati seluruh bagian tabung aliran (Gambar 4.1) [5]. Jika medan magnetik dianggap sebagai elemen pengukur pada Flowmeter Magnetik, dapat dilihat kalau elemen pengukur dipaparkan pada kondisi hidrolik pada seluruh bagian flowmeter. Dengan Flowmeter Magnetik Insertion-style, radiasi medan magnetik keluar dari bagian yang disisipkan (Gambar 4.2) [5].

Gambar 4.2 Prinsip Kerja Flowmeter Magnetik Tipe Insertion

Instalasi

Terlebih dahulu untuk pemasangan Flowmeter Magnetik, seharusnya dipertimbangkan informasi dan rekomendasi di bawah ini.

Pertama, sebelum pemasangan Flowmeter Magnetik, maka penting untuk mempertimbangkan lokasinya. Bidang elektromagnetik atau medan elektrostatik dengan intensitas tinggi mungkin menyebabkan gangguan dalam operasi normal. Untuk alasan ini, jika memungkinkan, diperlukan sekali untuk menempatkan alat ukur ini jauh dari motor listrik yang besar,


(57)

Gambar 4.3 Instalasi Alat Ukur Secara Vertikal

Kedua, untuk pemakaian yang baik dan akurat, flowmeter harus terpasang dengan baik karena pipa akan penuh oleh cairan pada semua proses operasi. Kalau hanya sebagian saja yang terisi, akan menghasilkan pengukuran yang tidak akurat, meskipun elektroda-elektrodanya tertutupi.

Ketiga, untuk Flowmeter Magnetik, diperlukan sistem pembumian (grounding) untuk menghilangkan gangguan arus dan tegangan yang mungkin dikirimkan melalui sistem pemipaan, melalui cairan, atau timbul melalui induksi medan elektromagnetik dalam daerah yang sama pada Flowmeter Magnetik. Grounding dicapai dengan menghubungkan sistem pemipaan dan flowmeter ke sistem pembumian yang baik. Sayangnya, hal ini tidak selalu dilakukan dengan benar, sehingga menghasilkan performa alat ukur yang tidak memuaskan. Pada sistem pemipaan konduktif,


(58)

dibutuhkan “kabel ketiga” pengaman pembumian ke suplai daya dan jalur konduktif di antara alat ukur dan flange pemipaan. Dalam sistem pemipaan non-konduktif atau segaris, harus tersedia lubang pelindung pembumian untuk memberikan akses pada potensial cairan yang diukur. Sistem pembumian yang ditujukan secara khusus dan telah teruji memang tidak selalu dibutuhkan. Informasi terperinci mengenai pembumian flowmeter tersedia bersama pedoman pemilik pada setiap flowmeter.

Gambar 4.4 Instalasi Alat Ukur Secara Horizontal

Akhirnya, posisi dari tabung aliran dalam hubungannya dengan peralatan lain pada sistem juga penting dalam menjamin keakuratan sistem. Tee, elbow, valve, dll., harusnya ditempatkan setidaknya sejauh 10 kali diameter pipa yang menuju ke hulu flowmeter (upstream) dan 5 kali diameter pipa yang meninggalkan flowmeter (downstream) untuk memperkecil rintangan atau gangguan aliran. Dianjurkan juga bentuk pemipaan menyediakan instalasi bagi pemipaan by-pass, pipa pembersihan dan katup-katup pemisahan di sekitar flowmeter (Gambar 4.3 dan 4.4) [5].


(59)

IV.2. Kondisi Praktek Lapangan

Pompa sentrifugal adalah salah satu dari komponen sistem pendistribusian air untuk melayani proses destilasi di dalam suatu pabrik. Air dipompakan dari sumber kemudian dialirkan menuju ke alat ukur Flowmeter Magnetik, dan diukur juga tekanan aliran melalui alat ukur Pressure Gage. Dari Flowmeter Magnetik tegangan induksi yang dihasilkan dikirim ke konverter, dari konverter dikirimkan lagi ke display atau indicator untuk mengetahui besarnya aliran, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.5.

Display atau indicator, dihubungkan dengan Flow Rate Control. Flow Rate Control akan mengirimkan sinyal ke inverter, kemudian inverter akan mengrimkan sinyal ke transmiter pneumatik untuk diteruskan menuju ke Control Valve. Selanjutnya Control Valve akan mengatur besarnya laju aliran air pada pipa.

Gambar 4.5 Diagram Fisik Pengukuran Aliran Air


(60)

Keterangan gambar :

1. Pompa

Berfungsi sebagai penyuplai aliran air pada pipa. 2. Pressure Gage

Berfungsi untuk menunjukkan besarnya tekanan pada pompa. 3. Flowmeter Magnetik

Berfungsi sebagai elemen perasa / sensor untuk mendeteksi laju aliran air pada pipa.

4. Converter

I = Elektrik, mengubah sinyal pneumatik ke sinyal elektrik. P = Pneumatik, mengubah sinyal elektrik ke sinyal pneumatik. 5. Display / Indicator

Berfungsi untuk menampilkan hasil akhir pengukuran. 6. Flow Rate Control

Berfungsi dalam mengatur Control Valve. 7. Inverter

P = Pneumatik, mengubah sinyal elektrik ke sinyal pneumatik. I = Elektrik, mengubah sinyal pneumatik ke sinyal elektrik. 8. Control Valve

Bagian akhir dari instrumen sistem pengendali. Bagian ini berfungsi untuk mengubah measured variable dengan cara memanipulasi besarnya berdasarkan perintah controller.

9. Air Regulator


(61)

10. Kompresor

Berfungsi untuk menyuplai udara atau mesin yang memampatkan udara atau gas.

Berikut ini adalah diagram blok dari proses pengukuran aliran air dengan flowmeter magnetik :

Gambar 4.6 Diagram Blok Sistem Pengontrolan

Pada Gambar 4.6 bagian kontroller summing junction dengan tanda positif-negatif, di titik inilah langkah membandingkan dilakukan dengan mengurangi besaran set point dengan sinyal measurement

variabel, hasilnya adalah sinyal yang disebut error.

Hampir semua sistem pengendalian selalu dimulai dengan menampilkan blok diagram sistem pengontrolan otomatis. Secara umum elemen sistem kontrolnya ialah :

1. Feedback adalah sistem pengendali otomatis yang

mempunyai dua summing junction yaitu positif feedback dan


(62)

2. Proses (process) adalah tatanan peralatan yang mempunyai suatu

fungsi tertentu. Input proses dapat bermacam-macam, yang pasti ia merupakan besaran yang dimanipulasi oleh final control element atau control valve agar measurement variabel sama dengan set

point. Input proses ini juga disebut manipulated variabel.

3. Inverter adalah alat yang berfungsi untuk membaca sinyal sensing

element, dan mengubahnya menjadi sinyal yang dapat dimengerti oleh controler.

4. Set point adalah besaran proses variabel yang dikehendaki.

Sebuah kontroller akan selalu berusaha menyamakan controlled

variabel dengan set point.

5. Error adalah selisih antara set point dikurangi measurement

variable. Error bisa negatif dan bisa juga positif. Bila set point lebih

besar dari measured variable, error akan menjadi positif, sebaliknya bila set pointnya lebih kecil dari measured variable,

error menjadi negatif.

6. Controler adalah elemen yang mengerjakan tiga dari empat tahap

langkah pengendalian, yaitu membandingkan set point dengan measurement variable, menghitung berapa banyak koreksi yang perlu dilakukan, dan mengeluarkan sinyal koreksi sesuai dengan hasil perhitungan tadi, controler sepenuhnya menggantikan peran manusia dalam mengendalikan sebuah proses.


(63)

IV.3. Data

Untuk melengkapi penjelasan mengenai kerja Flowmeter Magnetik pada bagian sebelumnya, maka pada bagian ini penulis sajikan data. Data-data tersebut adalah Data-data spesifikasi dan Data-data kerja dari sebuah Flowmeter Magnetik.

IV.3.1. Data Spesifikasi Flowmeter Magnetik

Merk dagang : Yokogawa

Tipe : YEWMAG, Model YM300

Diameter Nominal : 400 mm

Suhu kerja : -10ºC s/d +40ºC

Tegangan input : 100 s/d 240 V AC, 50/60 Hz

Arus output : 4 s/d 20 mA

IV.3.2. Data Kerja Flowmeter Magnetik

Tabel 4.1 adalah data kerja dari Flowmeter Magnetik berdasarkan debit aliran air Q.

Tabel 4.1 Data Kerja Flowmeter Magnetik

Debit Aliran

Q (m3/s)

Elektromotive Force E (V)

Fluks Magnetik

B (Wb/m2)

Diameter Konduktor

d (m)

Kecepatan Aliran Rata-rata _

v(m/s)

500 3200 x 10-7 2 x 10-7 0,4 4000

400 2560 x 10-7 2 x 10-7 0,4 3200

300 1920 x 10-7 2 x 10-7 0,4 2400

200 1280 x 10-7 2 x 10-7 0,4 1600


(64)

IV.4. Analisa Data

a) Fluks Magnetik (B) Di mana :

µ0 = 4 x 10-7

H =

ρ

π x

2 1

dengan catatan :

= 3,14

air = 1 gram/cm3

Maka : B = µ0 x H

= ( 4 x 10-7 ) x (

ρ

π x

2 1

)

= ( 4 x 3,14 x 10-7 ) x (

1 14 , 3 2 1 x

x )

= ( 12,56 x 10-7 ) x ( 28 , 6

1 )

B = 2 x 10-7 Wb/m2

b) Kecepatan Aliran Rata-rata (

_ v ) 2 _ 4 d x Q v π =

c) Elektromotive Force (E)

E = k x B x d x

_ v

dengan catatan :


(65)

1) Kecepatan aliran / Debit (Q) 500 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka : 2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 500 4 x x = 4000 50 , 0 2000 =

= m/s

E = k x B x d x

_ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 4000 = 3200 x 10-7 V

2) Kecepatan aliran / Debit (Q) 400 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka : 2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 400 4 x x = 3200 50 , 0 1600 =

= m/s

E = k x B x d x

_ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 3200 = 2560 x 10-7 V

3) Kecepatan aliran / Debit (Q) 300 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka :


(66)

2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 300 4 x x = 2400 50 , 0 1200 =

= m/s

E = k x B x d x

_ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 2400 = 1920 x 10-7 V

4) Kecepatan aliran / Debit (Q) 200 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka : 2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 200 4 x x = 1600 50 , 0 800 =

= m/s

E = k x B x d x

_ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 1600 = 1280 x 10-7 V

5) Kecepatan aliran / Debit (Q) 100 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka : 2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 100 4 x x = 800 50 , 0 400 =

= m/s

E = k x B x d x

_ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 800 = 640 x 10-7 V


(67)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, yaitu :

(1) Mekanisme pengukuran laju aliran fluida dengan menggunakan flowmeter magnetik ini merupakan suatu cara untuk mengetahui jumlah aliran berdasarkan besarnya tegangan yang diinduksikan melewati fluida. Besarnya jumlah aliran yang terukur ini terjadi karena adanya kecepatan fluida yang melalui detektor yang dihubungkan dengan konverter flowmeter magnetik.

(2) Tegangan induksi (E) yang timbul pada flowmeter magnetik bergantung kepada kecepatan rata-rata aliran fluida (v). Sebagaimana telah penulis sajikan pada tabel data kerja flowmeter magnetik, dapat dilihat bahwa semakin besar kecepatan aliran fluida yang mengalir melewati flowmeter magnetik maka semakin besar pula tegangan induksi yang ditimbulkannya.

(3) Flowmeter magnetik tidak dipengaruhi oleh suhu cairan, tekanan, kerapatan atau kekentalan, dan dapat menghasilkan sinyal yang proporsional dengan kecepatan aliran volumetrik pada daerah pengukuran yang luas.

(4) Perbedaan mendasar antara flowmeter magnetik dengan alat ukur aliran fluida yang lain ialah hasil pengukuran dengan menggunakan


(68)

flowmeter magnetik dapat dibaca pada jarak yang cukup jauh. Mengingat display dari sebuah flowmeter magnetik terpisah dari alat ukurnya, maka dapat diletakkan di control room. Sedangkan pada alat ukur aliran fluida yang lain, hasil pengukurannya hanya dapat dibaca di lapangan (display terletak pada alat itu sendiri).

(5) Flowmeter magnetik jenis ini tidak dapat digunakan untuk mengukur gas, minyak atau cairan non-konduktif lainnya.

V.2. Saran

(1) Sebelum memasang flowmeter magnetik, pertimbangkan lokasinya. Karena bidang elektromagnetik atau medan elektrostatik dengan intensitas tinggi mungkin dapat menyebabkan gangguan dalam operasi normal. Jika memungkinkan tempatkan alat ukur ini jauh dari motor listrik yang besar, transformator, alat-alat komunikasi, dll.

(2) Agar pemakaian lebih baik dan akurat, flowmeter magnetik harus terpasang dengan baik karena pipa akan penuh oleh cairan pada semua proses operasi. Kalau hanya sebagian saja yang terisi, akan menghasilkan pengukuran yang tidak akurat, meskipun elektroda-elektrodanya tertutupi.

(3) Detektor tidak memiliki bagian yang bergerak dan tidak menghambat aliran, sehingga jika digunakan saluran (lining) yang sesuai, pengukuran cairan yang korosif atau endapan menjadi lebih mudah. (4) Flowmeter magnetik memerlukan sistem pembumian (grounding)


(69)

dikirimkan melalui sistem pemipaan, melalui cairan, atau timbul melalui induksi medan elektromagnetik dalam daerah yang sama pada flowmeter magnetik.

(5) Tee, elbow, valve, dll., harusnya ditempatkan setidaknya sejauh 10 kali diameter pipa yang menuju ke hulu flowmeter (upstream) dan 5 kali diameter pipa yang meninggalkan flowmeter (downstream) untuk memperkecil rintangan atau gangguan aliran.

(6) Sebaiknya diadakan pembersihan secara rutin terhadap kotoran-kotoran yang terdapat dalam flowmeter magnetik.


(70)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tatsuko Senbon, Futosi Hanabuci (Eds), Instrumentation System

Fundamentals and Application, Spring - Verlag Ohmsha. 2. Mansyur, Msi, Ir., Instrumentasi Pabrik I, Diktat, 2005. 3. Mansyur, Msi, Ir., Instrumentasi Pabrik II, Diktat, 2006.

4. Mansyur, Msi, Ir., Instrumentasi dan Alat Ukur, Departemen Perindustrian R.I., PTKI Medan - Sumut, 2006.

5.


(71)

(1)

2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 300 4 x x = 2400 50 , 0 1200 =

= m/s

E = k x B x d x _ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 2400 = 1920 x 10-7 V

4) Kecepatan aliran / Debit (Q) 200 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka : 2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 200 4 x x = 1600 50 , 0 800 =

= m/s

E = k x B x d x _ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 1600 = 1280 x 10-7 V

5) Kecepatan aliran / Debit (Q) 100 m3/s Diameter konduktor (d) 0,4 m

Fluks magnetik (B) 2 x 10-7 Wb/m2 Maka : 2 _ 4 d x Q v π = 2 4 , 0 14 , 3 100 4 x x = 800 50 , 0 400 =

= m/s

E = k x B x d x _ v

= 1 x 2 x 10-7 x 0,4 x 800 = 640 x 10-7 V


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan yang telah dilakukan, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan, yaitu :

(1) Mekanisme pengukuran laju aliran fluida dengan menggunakan flowmeter magnetik ini merupakan suatu cara untuk mengetahui jumlah aliran berdasarkan besarnya tegangan yang diinduksikan melewati fluida. Besarnya jumlah aliran yang terukur ini terjadi karena adanya kecepatan fluida yang melalui detektor yang dihubungkan dengan konverter flowmeter magnetik.

(2) Tegangan induksi (E) yang timbul pada flowmeter magnetik bergantung kepada kecepatan rata-rata aliran fluida (v). Sebagaimana telah penulis sajikan pada tabel data kerja flowmeter magnetik, dapat dilihat bahwa semakin besar kecepatan aliran fluida yang mengalir melewati flowmeter magnetik maka semakin besar pula tegangan induksi yang ditimbulkannya.

(3) Flowmeter magnetik tidak dipengaruhi oleh suhu cairan, tekanan, kerapatan atau kekentalan, dan dapat menghasilkan sinyal yang proporsional dengan kecepatan aliran volumetrik pada daerah pengukuran yang luas.

(4) Perbedaan mendasar antara flowmeter magnetik dengan alat ukur aliran fluida yang lain ialah hasil pengukuran dengan menggunakan


(3)

flowmeter magnetik dapat dibaca pada jarak yang cukup jauh. Mengingat display dari sebuah flowmeter magnetik terpisah dari alat ukurnya, maka dapat diletakkan di control room. Sedangkan pada alat ukur aliran fluida yang lain, hasil pengukurannya hanya dapat dibaca di lapangan (display terletak pada alat itu sendiri).

(5) Flowmeter magnetik jenis ini tidak dapat digunakan untuk mengukur gas, minyak atau cairan non-konduktif lainnya.

V.2. Saran

(1) Sebelum memasang flowmeter magnetik, pertimbangkan lokasinya. Karena bidang elektromagnetik atau medan elektrostatik dengan intensitas tinggi mungkin dapat menyebabkan gangguan dalam operasi normal. Jika memungkinkan tempatkan alat ukur ini jauh dari motor listrik yang besar, transformator, alat-alat komunikasi, dll.

(2) Agar pemakaian lebih baik dan akurat, flowmeter magnetik harus terpasang dengan baik karena pipa akan penuh oleh cairan pada semua proses operasi. Kalau hanya sebagian saja yang terisi, akan menghasilkan pengukuran yang tidak akurat, meskipun elektroda-elektrodanya tertutupi.

(3) Detektor tidak memiliki bagian yang bergerak dan tidak menghambat aliran, sehingga jika digunakan saluran (lining) yang sesuai, pengukuran cairan yang korosif atau endapan menjadi lebih mudah. (4) Flowmeter magnetik memerlukan sistem pembumian (grounding)

untuk menghilangkan gangguan arus dan tegangan yang mungkin 57


(4)

dikirimkan melalui sistem pemipaan, melalui cairan, atau timbul melalui induksi medan elektromagnetik dalam daerah yang sama pada flowmeter magnetik.

(5) Tee, elbow, valve, dll., harusnya ditempatkan setidaknya sejauh 10 kali diameter pipa yang menuju ke hulu flowmeter (upstream) dan 5 kali diameter pipa yang meninggalkan flowmeter (downstream) untuk memperkecil rintangan atau gangguan aliran.

(6) Sebaiknya diadakan pembersihan secara rutin terhadap kotoran-kotoran yang terdapat dalam flowmeter magnetik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tatsuko Senbon, Futosi Hanabuci (Eds), Instrumentation System Fundamentals and Application, Spring - Verlag Ohmsha.

2. Mansyur, Msi, Ir., Instrumentasi Pabrik I, Diktat, 2005. 3. Mansyur, Msi, Ir., Instrumentasi Pabrik II, Diktat, 2006.

4. Mansyur, Msi, Ir., Instrumentasi dan Alat Ukur, Departemen Perindustrian R.I., PTKI Medan - Sumut, 2006.

5.


(6)