dalam  suatu  kekerabatan,  penjual  dan  pembeli  cukup  bersepakat  atas harga  tanah  yang  dijual  kemudian  pembeli  akan  memberikan  sejumlah
uang  sebagai  tanda  pembayaran  kepada  pihak  penjual  dan  phak  penjual menyerahkan tanah tersebut tanpa sehelai tanda terima.
4.1.3.  Pelaksanaan  jual  beli  tanah  yang  masih  menggunakan  bukti Letter  C
dalam kepemilikan tanah di Desa Ampelgading
Dalam  masyarakat  Desa  Ampelgading  Masih  adanya  masyarakat yang  melakukan  jual  beli  di  bawah  tangan,  selama  ini  masyarakat
melakukan proses tersebut aman-aman saja dan tidak ada sengketa pada saat ini,  karena  pada  umumnya  proses  jual  beli  yang  terjadi  di  Desa
Ampelgading  ketika  kesepakatan  terjadi  antara  penjual  dan  pembeli  maka semua  ahli  waris  juga  ikut  menandatangani  surat  pernyataan  sehingga  hal
ini dilakukan untuk menguatkan bahwa telah terjadi peralihan hak atas tanah yang di jual.
Berikut  ini  hasil  wawancara  dengan  Sri  Budiyanto,  selaku  Kepala Desa Ampelgading bahwa :
“Di  Desa  Ampelgading  sebagian  besar  bidang-bidang  tanahnya belum  memiliki  sertipikat  dan  jual  beli  tanah  sebagian  besar  hanya
dilakukan  dihadapan  Kepala  Desa  bukan  di  hadapan  PPAT,  tetapi ada  juga  yang  melaksanakan  jual  beli  tanah  melalui  Camat  selaku
PPAT sementara. Wawancara, Rabu 24 Juni 2015 Transaksi  jual  beli  tanah  dilakukan  di  hadapan  Kepala
DesaKelurahan,  disini  pihak  penjual  dan  pembeli  sepakat  dengan  harga tanah  yang  akan  dijual,  dan  mereka  menghadap  Kepala  DesaLurah  untuk
melakukan  jual  beli  tanah  tersebut,  padahal  setiap  jual  beli  tanah  harus
dilakukan dihadapan PPAT karena  akta PPAT tersebut  akan menjadi  dasar pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah baik untuk
pertama  kali  maupun  dalam  rangka  pemeliharaan  data  karena  terjadi perubahan-  perubahan  status  hukum  sebidang  tanah  merupakan  hal  yang
diwajibkan  oleh  peraturan  perundang-undangan  dimana  salah  satu  hasil akhir  dari  pendaftaran  tanah  adalah  diterbitkannya  sertipikat  sebagai  alat
bukti  yang  kuat  hak  atas  sebidang  tanah  tertentu,  beserta  pencatatan  atas setiap perubahan yang terjadi.
4.1.3.1. Alasan Masyarakat melakukan Jual Beli Tanah Dibawah Tangan
Berdasarkan  hasil  penelitian,  alasan  masyarakat  di  Desa Ampelgading  dalam  melaksanakan  jual  beli  tanah  melalui  Kepala
DesaKelurahan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Anggapan masyarakat dalam
pelaksanaan jual beli tanah di hadapan Kepala Desa No.
Alasan Jumlah Orang
1.
2.
3. 4.
Anggapan bahwa jual beli melalui PPAT terlalu banyak prosedur, sulit, dan
memakan waktu lama. Proses peralihan hak di hadapan Kepala
Desa di anggap sudah cukup kuat, akurat, dan juga tidak dikenakan sanksi hukum.
Murah dari sisi biaya Lebih cepat dan mudah pengurusannya
2
3 8
5
Jumlah
18 Sumber: Data Primer 2015
Anggapan masyarakat bahwa jual beli tanah dihadapan PPAT terlalu banyak  prosedur,  sulit,  dan  memakan  waktu  lama.  Sedangkan  proses
peralihan  hak  dihadapan  Kepala  Desa  dianggap  sudah  cukup  kuat,  akurat, dan mudah dalam pengurusannya, murah dari sisi biaya, dan lebih cepat.
4.1.3.2. Prosedur Pelaksanaan Jual Beli Tanah Melalui Kepala Desa
Bagi  tanah  yang  belum  bersertifikat  proses  pembuatan  akta  jual beli bagi tanah yang belum bersertipikat sebenarnaya tidak banyak berbeda
dengan  jual  beli  tanah  yang  sudah  bersertipikat,  hanya  saja  persyaratan dokumen yang dilampirkan berbeda sesuai ketentuan Pasal 39 Ayat 1 PP
Nomor  24  Tahun  1997,  yaitu  harus  disertai  dengan  surat  bukti  hak  atau Surat  Keterangan  Kepala  DesaKelurahan  yang  menyatakan  bahwa  yang
bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut. Perjanjian jual beli tanah pada pelaksanaannya dimana kedua belah
pihak  yaitu  antara  penjual  dan  pembeli  telah  terjadinya  penyesuaian kehendak dan pernyataan antara mereka tentang barang tersebut dan harga,
meskipun  barang  tersebut  belum  diserahkan  maupun  harganya  belum dibayar  lunas.  Pihak  penjual  menjamin  kepada  pembeli,  bahwa  barang
yang akan dijual tersebut tidak akan mengalami permasalahan, sedangkan pembeli  menyanggupi  untuk  membayar  sejumlah  harga  yang  telah
disepakati  bersama.  Sebagian  masyarakat  Desa  Ampelgading  masih  ada tanah  yang  belum  bersertipikat,  tanah  yang  belum  bersertipikat  adalah
tanah  yang  sama  sekali  belum  pernah  didaftarkan  di  kantor  pertanahan, dan ketika melaksanakan jual beli tanah dilakukan di bawah tangan.
Transaksi  jual  beli  tanah  dilakukan  di  hadapan  Kepala DesaKelurahan,  disini  pihak  penjual  dan  pembeli  sepakat  dengan  harga
tanah yang akan dijual, dan mereka menghadap Kepala DesaLurah untuk melakukan jual beli tanah tersebut, Kepala DesaLurah beserta perangkat-
perangkat Desa datang ke tempat tanah yang akan di jual, selanjutnyatanah tersebut  di  ukur  oleh  perangkat  desa  yang  di  saksikan  oleh  Kepala
DesaLurah,  penjual,  pembeli,  dan  tetangga  sebagai  saksi.  Data-data tentang  pengukuran  tanah  di  catat  oleh  perangkat  Desa  dalam  Surat
Pernyataan,  dimana  isi  dari  surat  tersebut  adalah  transaksi  jual  beli  tanah dari  penjual  kepada  pembeli,  luas  tanah,  tanda  tangan  para  pihak,  saksi-
saksi  dan  Kepala  DesaLurah  yang  sudah  di  bubuhi  stempel,  surat pernyataan  tersebut  disimpan  oleh  Kepala  DesaLurah,  kemudian  pihak
pembeli  akan  memberikan  sejumlah  uang  sebagai  tanda  pembayaran kepada  pihak  penjual  dan  pihak  penjual  menyerahkan  tanah  tersebut.
Sebagai  tanda  bukti  pelunasan  pembelian  tanah  maka  pihak  penjual menyerahkan  selembar  kwitansi  kepada  pembeli  yang  berisi  sejumlah
uang  yang  telah  mereka  sepakati  sebelumnya,  dimana  isi  dari  kwitansi tersebut bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan
Kwitansi  merupakan  dokumen  atau  surat  yang  digunakan  sebagai tanda  bukti  telah  terjadinya  transaksi  pembayaran  sejumlah  uang  dari
penjual kepada pembeli dengan dilengkapi beberapa rincian perlengkapan yaitu tujuan pembayaran, tanggal, dan tempat dimana terjadinya transaksi
pembayaran tersebut serta di lengkapi dengan materai. Berikut  ini  adalah  hasil  wawancara  dengan  Notaris  PPAT  Faizal
Agus Widodo, S.H,M.Kn : “Setiap jual beli tanah harus dilakukan dihadapan PPAT karena akta
PPAT  tersebut  akan  menjadi  dasar  pendaftaran  perubahan  data pendaftaran tanah. Pendaftaran tanah baik untuk pertama kali maupun
dalam rangka pemeliharaan data karena terjadi perubahan- perubahan status  hukum  sebidang  tanah  merupakan  hal  yang  diwajibkan  oleh
peraturan  perundang-undangan  dimana  salah  satu  hasil  akhir  dari pendaftaran  tanah  adalah  diterbitkannya  sertipikat  sebagai  alat  bukti
yang  kuat  hak  atas  sebidang  tanah  tertentu,  beserta  pencatatan  atas
setiap perubahan yang terjadi”.
Dalam  proses  jual  beli  hak  atas  tanah  diperlukan  adanya  dua  belah pihak  yang  melakukan  perbuatan  hukum  yaitu  penjual  dan  pembeli,
sehingga  terjadilah  proses  pemindahan  hak  atas  tanah,  yang  wujudnya adalah  salah  satu  pihak  memindahkan  hak  atas  sebidang  tanah  pada  pihak
lain yang memperoleh hak atas tanah itu. Untuk  mengurus  Sertipikat  dari  tanah  yang  belum  bersertipikat
ada  dua  tahapan  yang  harus  dilalui  oleh  pemohon  hak,  yaitu  tahapan pengurusan di kantor kelurahan dan di kantor pertanahan.
1. Pengurusan di Kelurahan Setempat a.  Mengurus  Surat  Keterangan  tidak  Sengketa  fungsinya  adalah  untuk
mengetahui  bahwa  atas  bidang  tanah  yang  dimohonkan  tersebut  tidak  ada sengketa.Pemohon  adalah  pemilik  yang  sah.  Dalam  surat  keterangan  tidak
sengketa  tersebut  ada  tanda  tangan  saksi-saksi  yang  dapat  dipercaya. Biasanya saksi  ini adalah pejabat Rukun Tetangga RT dan Rukun Warga
RW setempat.Karena RT dan RW umumnya diangkat dari masyarakat asli yang mengetahui sejarah penguasaan tanah tersebut.
b.  Mengurus  Surat  Keterangan  Riwayat  Tanah  berfungsi  untuk  menerangkan secara  tertulis  riwayat  penguasaan  tanah  dari  sejak  awal  mulai  ada
pencatatan di kelurahan sampai dengan penguasaan saat ini. Contoh kalimat yang ada dalam Surat Keterangan Riwayat Tanah:
“Pada tahun 1975 Letter C 45 Persil No. 100 luas 15.000 m2 dijual kepada Letter C 51 seluas 5.000
m2.Pada  tahun  1980  Letter  C  45  Persil  No.  100  luas  10.000  m2  dijual kepada Letter C 52 seluas 6.000 m2
”.
c.  Mengurus  Surat  Keterangan  Penguasaan  Tanah  Secara  Sporadik  ini dicantumkan sejak kapan waktu perolehan penguasaan tanah tersebut.
2. Pengurusan di Kantor Pertanahan a.  Mengajukan  permohonan  Sertipikat  dengan  melampirkan  dokumen-
dokumen  yang  diurus  di  kelurahan,  dan  dilengkapi  dengan  syarat formal seperti:
a.
Fotocopy KTP dan KK pemohon
b.
Fotocopy PBB tahun berjalan
c.
Dokumen-dokumen lain yang disyaratkan oleh undang-undang b.  Petugas  dari  Kantor  Pertananahan  melakukan  pengukuran  ke  lokasi
Pengukuran  ini  dilakukan  setelah  berkas  permohonan  lengkap  dan pemohon  menerima  tanda  terima  dokumen  dari  kantor  pertanahan.
Pengukuran  dilakukan  oleh  petugas  dengan  ditunjukkan  batas-batas oleh pemohon atau kuasanya.
c.  Pengesahan  Surat  Ukur  Hasil  pengukuran  di  lokasi  akan  dicetak  dan dipetakan  di  BPN  dan  Surat  Ukur  disahkan  atau  tandatangani  oleh
pejabat  yang  berwenang,  pada  umumnya  adalah  Kepala  Seksi Pengukuran dan Pemetaan.
d.  Penelitian  oleh  Petugas  Panitia  Setelah  Surat  Ukur  ditandatangani dilanjutkan  dengan  proses  Panitia  A  yang  dilakukan  di  Sub  Seksi
Pemberian  Hak  Tanah.  Anggota  Panitia  A  terdiri  dari  petugas  dari BPN dan Lurah setempat.
e.  Pengumuman  data  yuridis  di  Kelurahan  dan  BPN  Data  yuridis permohonan  hak  tanah  tersebut  diumumkan  di  Kantor  Kelurahan  dan
BPN selama enampuluh hari, hal ini bertujuan supaya memenuhi pasal 26  PP  No.  24  Tahun  1997.  Dalam  prakteknya  bertujuan  untuk
menjamin  bahwa  permohonan  hak  tanah  ini  tidak  ada  keberatan  dari pihak lain.
f.  Terbitnya  SK  Hak  atas  Tanah  Setelah  jangka  waktu  pengumuman terpenuhi  dilanjutkan  dengan  penerbitan  SK  Hak  atas  tanah,  dimana
tanah dengan dasar girik ini akan langsung terbit berupa Sertipikat Hak Milik SHM.
g.  Pembayaran  Bea  Perolehan  Hak  atas  Tanah  BPHTB  BPHTB dibayarkan  sesuai  dengan  luas  tanah  yang  dimohonkan  seperti  yang
tercantum  dalam  Surat  Ukur.  Besarnya  BPHTB  tergantung  dari  Nilai Jual  Objek  Pajak  NJOP  dan  luas  tanah.BPHTB  ini  juga  bisa
dibayarkan  pada  saat  Surat  Ukur  selesai  yakni  pada  saat  luas  tanah yang dimohon sudah diketahui secara pasti.
h.  Pendaftaran  SK  Hak  untuk  diterbitkan  Sertipikat  SK  Hak  kemudian dilanjutkan  prosesnya  dengan  penerbitan  Sertipikat  pada  subseksi
Pendaftaran Hak dan Informasi PHI. i. Sertipikat selesai dan bisa diambil di loket pengambilan
j.  Lama  Waktu  Pengurusan  Sertipikat  dari  Tanah  yang  belum bersertipikatini tidak dapat dipastikan, banyak faktor yang menentukan.Tapi
jika  diambil  rata-rata  sekitar  6  bulan  dengan  catatan  bahwa  tidak  ada
kekurangan  persyaratannya.Besarnya  Biaya  Pengurusan  Sertipikat  dari tanah   yang  belum  bersertipikat  sangat  relatif  terutama  tergantung  pada
lokasi  dan  luasnya  tanah,  makin  luas  lokasi  dan  makin  strategis  lokasinya biaya akan semakin tinggi.
Hasil  wawancara  dengan  Notaris  PPAT  Kabupaten  Pemalang, Faizal  Agus  Widodo,  S.H,M.Kn  mengatakan  bahwa:  “Status  hukum  jual
beli  tanah  yang  dilakukan  dibawah  tangan  tetaplah  sah”.  Wawancara Rabu,24 Juni 2015.
Dalam  melakukan  jual  beli  tanah  dan  bangunan  sebagian masyarakat Desa Ampelgading masih menggunakan cara tradisional, yaitu
di  saat  terjadi  transaksi  jual  beli  tanah  atau  bangunan,  setelah  terjadi pelunasan pembayaran maka terjadi pula perpindahan hak milik atas objek
jual beli. Transaksi jual  beli tidak dilakukan di hadapan petugas pembuat akta  tanah  PPAT  atau  lebih  dikenal  dengan  jual  beli  dibawah  tangan,
biasanya  jual  beli  seperti  ini  hanya  diawali  oleh  kepemilikan  kwitansi sebagai  bukti  telah  terjadi  transaksi  jual  beli.  Secara  hukum  jual  beli
tersebut  tetap  di  anggap  sah,  akan  tetapi  pihak  pembeli  tidak  dapat melakukan  pembuatan  sertipikat  atas  nama  pribadi,  karena  badan
pertanahan  nasional  BPN  tidak  dapat  menerbitkan  sertipikat  atas  nama pembeli  tanpa  adanya  akta  jual  beli  sebagai  salah  satu  syarat  pembuatan
sertipikat atas nama pemilik baru pembeli,  artinya  pihak pembeli hanya dapat menguasai fisik properti tanpa memiliki kekuatan hukum yang jelas.
Adapun prosedur jual beli tanah  di Desa Ampelgading,  yaitu jual beli  tanah  itu  di  awali  kata  sepakat  antara  calon  penjual  dengan  calon
pembeli  mengenai  obyek jual belinya  yaitu tanah hak milik  yang akan di jual dan harganya. Hal ini dilakukan melalui musyawarah di antara mereka
sendiri,  kemudian  setelah  mereka  sepakat  akan  harga  dari  tanah  itu, biasanya  sebagai  tanda  jadi,  diikuti  dengan  pemberian  panjer.  Kemudian
pihak  yang  bersangkutan  baik  itu  penjual  maupun  pembeli  datang  ke Kantor DesaKelurahan untuk membuat kesepakatan mengukur tanah yang
akan di  jual  dan Kepala  DesaLurah dan Perangkat-perangkat  Desa disini juga  sebagai  saksi,  setelah  tanah  di  ukur,  kemudian  data  di  tulis  dalam
buku  Letter  C  Desa,  setelah  selesai  pembeli  wajib  membayar  uang  wajib dan  uang  sukarela,  setelah  melakukan  pembayaran  para  saksi  yang  hadir
dalam  jual  beli  tanah  tersebut  menandatangani  surat  pernyataan  jual  beli tanah tersebut.
Masyarakat  Desa  Ampelgading  dalam  pelaksanaan  jual  beli  tanah masih    ada  yang  melakukan  dengan  cara  yang  sederhana  atau  dihadapan
Kepala  Desa,  dan  adapula  yang  membuat  akta  dengan  disaksikan dimintakan  pengesahan  kepada  Camat  PPAT  sementara.  Adapun  dalam
pelaksanaanya dapat dilihat pada bagan 4.13 di bawah ini:
Bagan 4.13 Pelaksanaan Jual Beli Tanah
Sebelum  melakukan  proses  jual  beli,  penjual  maupun  pembeli harus memastikan bahwa tanah tersebut tidak sedang dalam sengketa atau
tanggungan di Bank. Adapun  persyaratan  yang  dibutuhkan  untuk  terjadinya  Jual  beli
adalah sebagai berikut: 1.
Persyaratan yang perlu disiapkan oleh Penjual adalah: a.
Foto copy KTP apabila sudah menikah maka Foto copy KTP Suami dan Istri
b.Kartu Keluarga KK c.
Surat Nikah kalau sudah nikah PENJUAL
PEMBELI
Meliputi atas dasar kepercayaan kesepakatan, dengan Membawa
Persyaratan
Penjual dan Pembeli
Melakukan Transaksi
Peralihan jual  beli yang dicatat
dibuku Letter C Desa
Membuat Akta Jual Beli
Camat PPAT Kantor Kelurahan atau Desa
d.Bukti Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan PBB 5 tahun terakhir. 2.
Persyaratan yang perlu disiapkan oleh Pembeli adalah: a.
Foto copy KTP Apabila sudah menikah maka Foto copy KTP suami dan Istri
b.Kartu Keluarga KK c.
Surat Nikah kalau sudah nikah 3.
Proses  di  Kantor  KelurahanDesa  antara  penjual  dan  pembeli  melakukan Peralihan jual beli tanah yang di catat di buku Letter C Desa.
4. Pembuatan  AJB  dibuat  oleh  Camat  PPAT  yang  telah  diberi  wewenang
sebagai pejabat sementara, peran camat dan lurah dalam bidang pertanahan yaitu  mengetahui  hal-hal  yang  berkaitan  dengan  peralihan  hak  misalnya
warisan,  jual  beli,  hibah,  tukar  menukar,  maupun  balik  nama.  Lurah  dan Camat adalah pegawai  negeri sipil  dengan tugas  pemerintahan  yang sangat
kompleks sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan polemik karena untuk peraturan  pertanahan  dan  peraturan  lain  yang  terkait  di  dalam  pembuatan
akta tanah terdapat ratusan peraturan yang harus dibaca dan di pahami untuk kemudian  dipraktikan.  Setiap  camat  dan  lurah  dalam  menerbitkan  surat
keterangan  harus  menerapkan  Asas  Kecermatan  dalam  menerbitkan  surat keterangan.
Gambar 4.14 Akta Jual Beli
Sumber: Hasil Penelitian Lapangan
4.2. Pembahasan
4.2.1. Faktor-faktor  Yang  Menyebabkan  Sebagian  Masyarakat  Desa
Ampelgading  Masih  Menganggap Letter C  Sebagai  Bukti  Kepemilikan
Tanah
Yuliani  mengatakan  bahwa  aspek  sosial,  ekonomi,  budaya,  dan hukum sangat berpengaruh pada pembentukan persepsi masyarakat terhadap
pendaftaran  tanah.  Persepsi  masyarakat  bahwa  pengurusan  sertipikat  itu mahal,  membutuhkan  waktu  yang  lama,  dan  prosedur  yang  berbelit-belit
menyebabkan  masyarakat  enggan  untuk  mendaftarkan  tanahnya,  meskipun sudah  terbentuk  suatu  pemahaman  akan  pentingnya  arti  sertipikat  tanah.
Bahwa  partisipasi  masyarakat  untuk  mensertipikatkan  tanah  sangat