2.1.2 Konservatisme Akuntansi Accounting Conservatism
Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian prudent terhadap ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan
pemegang saham shareholders dan pemberi pinjaman debtholders. Konservatisme juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mensyaratkan
tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui good news dibandingkan bad news dalam laporan keuangan Basu, 1997. Secara sederhana, Bliss 1924 dalam
Watts 2003a mengartika n konservatisme sebagai “tidak mengantisipasi
keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian”. Pelaporan secara hati-hati ini diharapkan dapat membawa manfaat yang baik bagi para pengguna laporan
keuangan. Implementasi atas asas konservatisme ini yaitu apabila terdapat sesuatu yang dapat menimbulkan keuntungan, tetapi belum direalisasi, maka kejadian
tersebut belum boleh diakui. Tetapi apabila terdapat sesuatu yang dapat mengakibatkan kerugian, walaupun belum direalisasi, maka kejadian itu harus
sudah diakui Basu, 1997. Konsep ini menyatakan bahwa manajer perusahaan akan menentukan pilihan atas perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan
pada keadaan dimana hasil dianggap kurang menguntungkan. Implikasinya yaitu mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera
mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar Suwardjono, 1989 dalam Widya, 2004.
Konservatisme akuntansi dapat diterapkan dikarenakan adanya kebebasan bagi perusahaan dalam memilih metode dan estimasi dalam perhitungan akuntansinya.
Misalnya dalam pemilihan metode depresiasi, perusahaan berhak untuk memilih
metode depresiasi dan estimasi dalam menentukan umur ekonomis atas suatu aktiva. Perusahaan tidak dapat memprediksi secara tepat atas perkiraan umur
ekonomis aktiva, oleh karena itu dalam hal ini prinsip konservatif diterapkan. Dimana perusahaan mengestimasikan umur ekonomis perusahaan yang lebih
pendek untuk menghindari ekpektasi berlebihan atas masa manfaat aktiva. Hal ini mengakibatkan penyusutan tahunan perusahaan yang lebih besar, karena umur
ekonomisnya pendek. Akumulasi penyusutan yang besar mengakibatkan penurunan pada aktiva sehingga laba bersih yang diperoleh juga semakin kecil.
Penerapan konservatisme juga dapat digunakan dalam pemilihan metode depresiasi. Metode depresiasi yang paling konservatif adalah metode saldo
menurun ganda. Metode ini akan menghasilkan nilai penyusutan yang besar dari tahun ke tahun, akumulasi penyusutan yang besar akan menurunkan nilai aktiva
sehingga laba bersih juga akan semakin rendah.
Begitu juga dengan biaya riset dan pengembangan RD, dimana perusahaan berhak untuk memilih apakah biaya riset dikapitalisasi atau dibebankan pada saat
terjadinya. Ketidakpastian mengenai hasil dari biaya riset yang dikeluarkan, mengakibatkan perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan metode untuk
memperlakukan biaya riset. Akuntansi konservatif apabila biaya riset dibebankan pada saat terjadinya, hal ini akan mengakibatkan laba bersih yang nilainya rendah.
Estimasi atas piutang tak tertagih juga dapat membuat perusahaan menerapkan akuntansi yang konservatif. Adanya ketidakpastian mengenai piutang tak tertagih,
membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan persentase piutang tak tertagihnya. Perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif akan menetapkan