PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN GROWTH OPPORTUNITIES TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM AND GROWTH OPPORTUNITIES TO ACCOUNTING

CONSERVATISM

By

CITRA PERMATA DIANTO PUTRI

The purpose of this research to examine empirically about good corporate governance mechanism is represented by managerial ownership, proportion of independent commissioner, the number of commissioner board, the number of audit committee, and growth opportunities that influence to accounting

conservatism. This research did in the companies especially for property and real estate sector that listed in Indonesia Stock Exchange.

The sample is taken with purposive sampling method and get 32 companies that suitable with criteria in this research. The periods that used in this research from 2008 – 2012, and total of observation is 160 data. This research is examined by multiple linear regression, and classic assumption test for examining the fairness about research data.

The result indicate that only variable proportion of independent commissioner influence positive significantly to accounting conservatism. And other variables like managerial ownership, the number of commissioner board, the number of audit committee, and growth opportunities are not influence to accounting conservatism.

Keyword : Accounting conservatism, managerial ownership, independent commissioner, board of commissioner, audit committee, growth opportunities.


(2)

ABSTRAK

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN GROWTH OPPORTUNITIES TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME

AKUNTANSI

Oleh

CITRA PERMATA DIANTO PUTRI

Penelitian ini dilakukan untuk menguji secara empiris apakah mekanisme good corporate governance yang di wakili oleh kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, dan growth opportunities berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, dan diperoleh 32 perusahaan yang memenuhi kriteria dalam penelitian.Periode yang digunakan dalam penelitian yaitu tahun 2008 – 2012, sehingga data observasi keseluruhan berjumlah 160 data.Pengujian dilakukan dengan analisis regresi linear berganda, dimana sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik untuk menguji kelayakan dari data penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya variabel proporsi dewan komisaris independen yang berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat

konservatisme akuntansi.Sedangkan variabel kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit dan growth opportunities tidak

berpengaruh terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

Kata kunci : Konservatisme akuntansi, kepemilikan manajerial, dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, growth opportunities.


(3)

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

Oleh

CITRA PERMATA DIANTO PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

pada Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2014


(4)

PENGARUH MEKANISME

GOOD CORPORATE

GOVERNANCE

DAN

GROWTH OPPORTUNITIES

TERHADAP

TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI

(Studi pada Sektor Property dan Real Estate yang Listing di BEI tahun 2008-2012)

(Skripsi)

Oleh

Citra Permata Dianto Putri

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2014


(5)

(6)

(7)

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Malang, pada tanggal 1 Agustus 1992, sebagai anak tunggal dari pasangan Bapak Ir. Turyanto (Alm) dan Ibu Ir. Budi Ismawardhani.

Pada tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Cut Nyak Dhien, Tangerang. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan oleh penulis pada tahun 2004 di SD Negeri 4 Metro Timur. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 1 Metro dan berhasil diselesaikan di tahun 2007, dan kemudian dilanjutkan menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Metro hingga tahun 2010.

Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.

Selama duduk di bangku perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi HIMAKTA (Himpunan Mahasiswa Akuntansi dan Pajak) dengan posisi sebagai Sekretaris Umum pada periode 2012/2013.


(9)

MOTO

“Allah SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya dan kemampuannya”

(Q.S. Al Baqarah; 286)

“ Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ”

(Q.S. Al Insyirah; 6)

“Keberhasilan adalah kemampuan untuk

melewati dan mengatasi

dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus

kehilangan semangat”


(10)

Karya kecil ku ini kupersembahkan kepada :

Allah SWT. Tanpa campur tangan-Nya dan ridho-Nya, karya kecil ini tidak akan berhasil.

Almarhum Papa yang selalu melihat dan mendoakan dari surga.Terimakasih untuk kasih sayangnya dan belaiannya di masa kecilku.

Mama (Dani) dan Papa (Herwan), dua sosok terhebat yang selalu memberi semangat dan doa yang tiada putus-putusnya. Kalian adalah semangat hidupku, tetaplah menjadi sosok yang selalu ada di balik kesuksesanku kelak.

Adikku tersayang, Anita Dewanti Putri.

Orang-orang terdekatku dan para sahabatku yang selalu memberikan support, doa, semangat dan segala curahan perhatiannya yang tiada henti.


(11)

SANWACANA

Assalamualaikum. Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN GROWTH OPPORTUNITIES TERHADAP TINGKAT KONSERVATISME AKUNTANSI”.Penyusunan skripsi ini

dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

pengarahan, bimbingan, dan kerja sama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung dan juga sebagai Penguji Utama penulis atas segala masukan dan saran yang diberikan; 3. Bapak Sudrajat, S.E., M.Acc., Akt., selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

4. Ibu Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A., Ph.D., Akt., selaku Pembimbing Utama, atas kesediannya memberikan bimbingan dan masukan yang sangat membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(12)

5. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Pembimbing Kedua yang selalu bersedia untuk memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Ibu Liza Alvia, S.E., M.Sc., selaku Pembimbing Akademik, untuk nasehat dan bimbingannya selama ini;

7. Pak Sobari untuk kesabarannya dalam membantu mengurus skripsi dan proses birokrasinya. Mas Yana dan Mas Yono, Mbak Sri, Mpok, Mas Leman;

8. Almarhum Papa, yang selalu memberiku doa dan semangat dari sisi Allah SWT. Terimakasih untuk kasih sayangnya, perhatian, dan didikannya walaupun hanya sebentar.

9. Mama Dani, mama terhebat sepanjang masa, terimakasih untuk doa-doanya untukku di setiap sujudnya. Papa Herwan, papa yang selalu memberi nasehat dan semangat untukku. Adikku, Anita, yang selalu menghibur dengan segala kepolosannya. Terimakasih untuk semua doa dan restunya, segala semangat dan perhatiannya, semua pengorbanan mama dan papa tidak akan pernah bisa terbalaskan.

10.Sahabat-sahabat yang selalu mendampingi, Deni, Ivonna, Mila, Iga, dan Tiya, semua sudah kita lewati, senang, sedih, tawa, canda bersama-sama. Terimakasih untuk semangatnya, segala dukungan kalian, segala

pengertiannya, semua nasehat-nasehat dan masukannya.

11.Sahabat-sahabat di masa SMA, Eka, Easy, Nurhayati, Rere, dan Tara, terimakasih untuk semangat kalian, terimakasih untuk menjadi motivasiku. 12.Teman-teman seperjuangan akuntansi 2010, Andriani, Ayu, Echa, Egha,

Dianti, Yasni, Wayan, Dwi, Rossy, Ira, Marlina, Syarif, Pungki, Yoga, Jane, Surya, Ipeh, Yesi, Febi, Mahmud, Irvia, Iqbal, Jevri, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu di dalam skripsi ini. Terimakasih untuk semangat dan kebersamaannya selama empat tahun ini.

13.Para pengurus HIMAKTA periode 2012/ 2013, Satria, Ipeh, Yesi, Ivonna, Febi, Andriani, Mahmud, Iqbal, Ana, Irvia, Teja, Aulia, Ani, Azis, dan


(13)

14.Kakak-kakak tingkat yang selalu memberikan nasehatnya, Mbak Ade dan Mbak Icha, terimakasih banyak untuk bantuan, semangat dan nasehatnya. 15.Adik-adik tingkat yang selalu memberi semangat dan membagikan segala canda tawanya, Bainal, Aulia, Panggih, Nicho, Lian, Yuni, Mafiana, Esa, Meyuri, Wiwid, Diga, Ani, Agung, Dini.

16.Teman-teman KKN Desa Gunung Sugih, Kedondong, Andika, Ranu, Kak Ari, Maya, Tara, Rosma, Mutia, Desti, Hasna, terimakasih untuk

kebersamaannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu penulis menerima semua saran dan kritik yang membangun.

Akhir kata Penulis mengucapkan “ Terima Kasih “.

Bandarlampung, Mei 2014 Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ……… 1

1.2 Rumusan Masalah ……….. 7

1.3 Batasan Masalah ……… 8

1.4 Tujuan Penelitian ……… 8

1.5 Manfaat Penelitian ……….. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan ………. 10

2.1.2 Konservatisme Akuntansi ……….…… 12

2.1.3 Good Corporate Governance ……… 14

2.1.4 Kepemilikan Manajerial ………... 16

2.1.5 Dewan Komisaris Independen ………. 18

2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris ………. 18

2.1.7 Ukuran Komite Audit ……… 19

2.1.8 Growth Opportunities ………... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ………... 22

2.3 Model Penelitian ………. 25


(15)

3.2 Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data ……….. 35

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ……… 35

3.3 Operasional Variabel Penelitian 3.3.1 Variabel Dependen (Konservatisme Akuntansi) ……….. 36

3.3.2 Variabel Independen ……… . 38

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Statistik Deskriptif ………. 42

3.4.2 Uji Asumsi Klasik………... 42

3.5 Pengujian Hipotesis ……… 45

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ……….. 46

4.2 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ……….. 49

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ……….. 53

4.4 Pembahasan Pengujian Hipotesis ………... 54

V. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ……….... 63

5.2 Keterbatasan Penelitian ………. 64

5.3 Saran ………. 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu ………. 24

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel ……….. 34

Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Durbin Watson ……….. 44

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deksriptif ………... 46

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas ……….... 49

Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas ……….. 50

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ……… 51

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Durbin Watson ……….. 52

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 53

Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinan ………. 54


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan alat untuk melakukan evaluasi atas suatu kinerja perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi keuangan dan kinerja perusahaan, dimana informasi yang terdapat di dalamnya dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, dalam penyusunan laporan keuangan haruslah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan sehingga tidak menyesatkan bagi penggunanya.

Tujuan utama laporan keuangan dan pelaporan akuntansi menurut Alivar (2001) dalam Kordlouie dkk (2013) yaitu sebagai berikut :

1. Laporan keuangan menyediakan informasi yang membantu para pembuat keputusan dan kreditor dalam pengambilan keputusan secara efektif. 2. Laporan keuangan juga diharapkan menjadi bahan evaluasi atas tingkat

pengembalian perusahaan baik kepada investor, maupun kreditor, selain itu juga dapat membantu dalam memprediksi prospek perusahaan di masa depan.


(18)

2

3. Laporan keuangan diharapkan menyediakan informasi mengenai sumber daya ekonomi dari bisnis perusahaan yang akan menghasilkan suatu kewajiban atas pengembalian sumber daya ekonomi tersebut.

4. Laporan keuangan diharapkan dapat merefleksikan prestasi perusahaan yang ditunjukkan dalam siklus keuangan.

Laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi mengenai keadaan perusahaan, dan dapat memprediksikan kondisi laba untuk jangka waktu ke depan, harus disajikan secara relevan dan reliabel. Krisis ekonomi yang terjadi di tahun 2008, juga cukup berdampak terhadap sektor bisnis di Indonesia, meskipun dampaknya tidak terlalu besar. Peristiwa ini mengingatkan bahwa perekonomian dilingkupi oleh suatu ketidakpastian di masa-masa mendatang, oleh karena itu pengakuan dan pengukuran setiap angka-angka akuntansi harus dilakukan dengan hati-hati dan akuntabel, prinsip kehati-hatian ini yang dikenal sebagai prinsip konservatisme.

Konservatisme mengimplikasikan bahwa akuntan sebaiknya melaporkan nilai terendah untuk aset dan pendapatan, dan nilai tertinggi untuk kewajiban dan beban (Jarboui, 2013). Konservatisme pada intinya memperlambat pengakuan pendapatan serta mempercepat pengakuan biaya. Secara sederhana, Bliss (1924) dalam Watts (2003a) mengartikan konservatisme sebagai “tidak mengantisipasi keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian”. Seiring dengan konvergensi IFRS di Indonesia, konsep konservatisme sudah banyak ditinggalkan, dan diganti dengan prinsip lain yang disebut prudence.


(19)

Praktik konservatisme dapat terjadi karena standar akuntansi yang berlaku di Indonesia memperbolehkan perusahaan untuk memilih salah satu metode akuntansi dari kumpulan metode yang diperbolehkan pada situasi yang sama. Misalnya pemilihan metode depresiasi pada PSAK No.17, pemilihan metode amortisasi aktiva tak berwujud pada PSAK No.19, dan PSAK No. 20 tentang biaya riset dan pengembangan. Penerapan metode yang berbeda akan

mempengaruhi perbedaan laporan keuangan baik neraca maupun laporan laba rugi. Penerapan prinsip ini akan menghasilkan laba yang fluktuatif sehingga dapat mengurangi daya prediksi untuk memprediksi aliran kas perusahaan pada masa yang akan datang (Sari dan Adhariani, 2009).

Penggunaan prinsip ini masih kontroversial, karena dianggap tidak menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas, dan cenderung tidak menyajikan laporan keuangan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, dampaknya laba yang

dihasilkan menjadi understatement. Namun penelitian yang dilakukan Mayangsari dan Wilopo (2002) dalam Widya (2004) menjelaskan bahwa secara intuitif prinsip konservatisme dapat bermanfaat karena dapat memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Penggunaan prinsip konservatisme juga dianggap bermanfaat karena perusahaan cenderung tidak akan berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya, sehingga pihak-pihak pengguna eksternal seperti investor, kreditor, tidak akan tertipu dengan angka-angka yang terlihat tinggi, dan dapat meminimalisir kesalahan dalam pengambilan keputusan. Ahmed et al. (2000) yang juga sebagai salah satu pendukung konservatisme


(20)

4

berpendapat bahwa konservatisme dapat mengurangi terjadinya konflik antara bondholders dan shareholders mengenai penetapan kebijakan dividen. Hal ini terjadi karena dengan dilakukannya pembayaran dividen yang terlalu tinggi akan menimbulkan ancaman bagi debtholders, yaitu akan dapat mengurangi aktiva yang seharusnya tersedia untuk pelunasan utang perusahaan. Oleh karena itu penggunaan prinsip konservatisme dianggap dapat mengurangi biaya keagenan, karena dengan digunakannya penyajian dengan angka yang lebih konservatif, para pemegang saham berharap agar manajemen bertindak sesuai atas kepentingan mereka, tidak hanya mengejar kepentingan pribadi manajer, misalnya untuk mendapatkan bonus. Penggunaan prinsip konservatisme juga untuk meminimalisir terjadinya manipulasi laporan keuangan, misalnya penyajian laba yang overstated, demi kepentingan pribadi manajer.

Teori agensi menjelaskan mengenai adanya kontrak antara pihak pemegang saham selaku principal dengan pihak manajemen selaku agent dalam menjalankan operasi perusahaan. Pemilik memberikan kewenangan pengambilan keputusan dan otoritas kepada agent untuk menjalankan perusahaan demi kepentingan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Manajer cenderung memiliki lebih banyak informasi mengenai keadaan perusahaan, dan memiliki kesempatan untuk tidak melaporkan keadaan perusahaan yang sebenarnya kepada pihak pemilik, karena manajer mengejar kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan utilitasnya. Untuk mencegah terjadinya pemberian informasi yang tidak benar yang dapat merugikan para pemilik, diperlukan suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik. Hal ini yang mendorong berkembangnya sistem good corporate governance, yaitu


(21)

suatu sistem yang mengatur hubungan peran dewan komisaris, peran direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya (Agoes, 2006). Di Indonesia sendiri GCG masih tergolong lemah, dikarenakan kebanyakan pengelolaan perusahaan belum dilakukan secara professional karena mayoritas perusahaan di Indonesia bersifat kepemilikan keluarga. Kajian lain juga

menunjukan bahwa tingkat perlindungan investor di Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara (Sutedi, 2011). Pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan dapat meningkatkan kepercayaan investor.

Investor melakukan investasi dengan melihat dari performa perusahaan baik keuangan maupun non keuangan. Investor tentu memilih perusahaan yang memiliki prospek yang baik di masa yang akan datang, yang digambarkan baik melalui laba yang cenderung meningkat, deviden yang juga meningkat, maupun melihat dari peluang pertumbuhan (growth opportunities) perusahaan tersebut. Semakin besar peluang pertumbuhan suatu perusahaan, maka dianggap semakin baik pula prospek perusahaan tersebut di masa depan. Growth opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa growth opportunities memiliki pengaruh terhadap penerapan prinsip konservatisme, karena perusahaan yang sedang mengalami fase bertumbuh dianggap akan semakin konservatif, perusahaan akan menahan sebagian earning-nya untuk


(22)

6

digunakan investasi di tahun-tahun berikutnya (Mayangsari dan Wilopo, 2002 dalam Widya, 2004).

Indonesia dianggap sebagai lahan investasi yang cukup menggiurkan bagi para investor, terlebih dengan pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat. Salah satunya dari sektor real estate dan property, yang saat ini memasuki masa keemasan dimana tingkat kebutuhan akan tempat tinggal dan fasilitas umum cukup tinggi. Investor pun banyak yang tertarik berinvestasi di sektor ini,

meskipun sektor ini memiliki volatilitas yang cukup tinggi, yang tentu saja risiko juga cukup besar, namun terlihat dari prospek kebutuhan akan tempat tinggal serta perbankan yang semakin memberi kemudahan dalam menyediakan portofolio kreditnya, sektor ini tetap menjadi primadona dalam sasaran investasi.

Dikarenakan memiliki volatilitas yang cukup tinggi, yang mengartikan bahwa ketika ekonomi mengalami penurunan maka dengan cepat sektor ini juga akan bereaksi yaitu mengalami penurunan yang cukup drastis pula, maka sektor ini dianggap dapat menganalisis keadaan ekonomi suatu negara, yang dapat memberi sinyal jatuh atau sedang bangunnya perekonomian suatu negara.

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qiang (2003) yang meneliti faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi self-imposed konservatisme akuntansi. Kenaikan tingkat konservatisme di US selama beberapa tahun terakhir mendorong Qiang (2003) untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai konservatisme, sebab belum jelas sejauh mana tingkat konservatisme yang diamati, disebabkan oleh adanya standar akuntansi, didorong oleh faktor


(23)

industri, atau self-imposed oleh perusahaan itu sendiri. Penelitian ini selanjutnya menggunakan pengembangan variabel lainnya misalnya dari segi manajemen yaitu mekanisme good corporate governance yang diproksikan dengan

kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, dewan komisaris, dan komite audit. Serta ditambahkan variabel growth opportunities sebagai proksi lain yang mewakili dari non manajemen perusahaan. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance dan Growth Opportunities Terhadap Tingkat

Konservatisme Akuntansi”, dengan studi yang dilakukan di perusahaan property

dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk periode tahun 2008-2012.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah kepemilikan manajerial mempengaruhi tingkat konservatisme untuk sektor property dan real estate di Indonesia?

2. Apakah proporsi dewan komisaris independen mempengaruhi tingkat konservatisme untuk sektor property dan real estate di Indonesia? 3. Apakah ukuran dewan komisaris mempengaruhi tingkat konservatisme


(24)

8

4. Apakah ukuran komite audit mempengaruhi tingkat konservatisme untuk sektor property dan real estate di Indonesia?

5. Apakah growth opportunities mempengaruhi tingkat konservatisme untuk sektor property dan real estate di Indonesia?

1.3Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh dari adanya mekanisme good corporate governance yang diproksikan melalui kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit, serta growth opportunities yang disebut sebagai variabel independen, diukur dengan menggunakan persentase perubahan total aset, terhadap tingkat konservatisme akuntansi yaitu sebagai variabel dependen, yang diukur dengan net asset measures menggunakan rasio market to book value of equity. Penelitian dilakukan pada perusahaan untuk sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI untuk rentang tahun 2008 – 2012, dan hanya perusahaan yang memenenuhi kriteria pengambilan sampel, yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini.

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme good corporate governance terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Mekanisme good corporate governance diproksikan dengan

kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit, serta growth opportunities (kesempatan bertumbuh) yang diproksikan dengan persentase perubahan total aset.


(25)

1.5Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai kaitan antara mekanisme good corporate governance dan growth opportunities dengan konservatisme akuntansi, sehingga dapat diketahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen untuk menggunakan akuntansi konservatif.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan sebagai bahan acuan bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara perusahaan dalam memahami good corporate governance dan growth opportunities serta

pengaruhnya terhadap tingkat konservatisme akuntansi sehingga dapat meningkatkan nilai dan pertumbuhan perusahaan.


(26)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Meckling (1976),hubungan keagenan adalah sebagai kontrak, dimana salah satu atau beberapa orang (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk melaksanakan sejumlah jasa dan mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada agen tersebut. Prinsipal yang dimaksud dalam hal ini adalah shareholders atau para pemegang saham dimana mereka

mempercayakan agen yaitu manajer untuk mengelola sumber daya dengan baik, dan terlibat langsung dalam setiap pengambilan keputusan. Dapat dikatakan bahwa manajer bertanggungjawab kepada para pemegang saham, dan wajib untuk melaporkannya dalam bentuk laporan keuangan.

Meisser, et al., (2006:7) dalam Setiawati (2012) menyatakan bahwa hubungan keagenan ini mengakibatkan dua permasalahan yaitu : (a) terjadinya informasi asimetris (information asymmetry), dimana manajemen secara umum memiliki lebih banyak informasi dibandingkan prinsipal mengenai posisi keuangan yang sebenarnya dan posisi operasi entitas dari pemilik; dan (b) terjadinya konflik


(27)

kepentingan (conflict of interest) akibat ketidaksamaan tujuan, dimana manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemilik. Sebaliknya, manajemen dapat bertindak oportunis yaitu mementingkan kepentingan pribadinya sendiri sehingga dapat merugikan prinsipal.

Karena adanya masalah antara principal dan agen dalam hal asimetri informasi informasi dan konflik kepentingan, maka Jensen dan Meckling (1976) membagi menjadi ke dalam 3 jenis biaya :

1. Monitoring Cost, biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agen

2. Bonding Cost, biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan principal.

3. Residual Loss, nilai kerugian yang dialami principal akibat keputusan yang diambil oleh agen yang menyimpang dari keputusan yan dibuat oleh principal.

Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara pihak agen dan prinsipal mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada pihak pemilik (principal) terutama saat perusahaan mengalami kinerja yang buruk. Manajer akan memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satunya adalah

pemilihan metode konservatisme, dimana hal ini tidak terlepas dari kepentingan manajer dalam memaksimalkan kesejahteraan pribadinya, dan mengorbankan kepentingan pemegang saham (Resti, 2012).


(28)

12

2.1.2 Konservatisme Akuntansi (Accounting Conservatism)

Konservatisme biasanya didefinisikan sebagai reaksi kehati-hatian (prudent) terhadap ketidakpastian, ditujukan untuk melindungi hak-hak dan kepentingan pemegang saham (shareholders) dan pemberi pinjaman (debtholders).

Konservatisme juga didefinisikan sebagai kecenderungan untuk mensyaratkan tingkat verifikasi yang lebih tinggi untuk mengakui good news dibandingkan bad news dalam laporan keuangan (Basu, 1997). Secara sederhana, Bliss (1924) dalam Watts (2003a) mengartikan konservatisme sebagai “tidak mengantisipasi

keuntungan, tetapi mengantisipasi semua kerugian”. Pelaporan secara hati-hati ini diharapkan dapat membawa manfaat yang baik bagi para pengguna laporan

keuangan. Implementasi atas asas konservatisme ini yaitu apabila terdapat sesuatu yang dapat menimbulkan keuntungan, tetapi belum direalisasi, maka kejadian tersebut belum boleh diakui. Tetapi apabila terdapat sesuatu yang dapat mengakibatkan kerugian, walaupun belum direalisasi, maka kejadian itu harus sudah diakui (Basu, 1997). Konsep ini menyatakan bahwa manajer perusahaan akan menentukan pilihan atas perlakuan atau tindakan akuntansi yang didasarkan pada keadaan dimana hasil dianggap kurang menguntungkan. Implikasinya yaitu mengakui biaya atau rugi yang kemungkinan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar (Suwardjono, 1989 dalam Widya, 2004).

Konservatisme akuntansi dapat diterapkan dikarenakan adanya kebebasan bagi perusahaan dalam memilih metode dan estimasi dalam perhitungan akuntansinya. Misalnya dalam pemilihan metode depresiasi, perusahaan berhak untuk memilih


(29)

metode depresiasi dan estimasi dalam menentukan umur ekonomis atas suatu aktiva. Perusahaan tidak dapat memprediksi secara tepat atas perkiraan umur ekonomis aktiva, oleh karena itu dalam hal ini prinsip konservatif diterapkan. Dimana perusahaan mengestimasikan umur ekonomis perusahaan yang lebih pendek untuk menghindari ekpektasi berlebihan atas masa manfaat aktiva. Hal ini mengakibatkan penyusutan tahunan perusahaan yang lebih besar, karena umur ekonomisnya pendek. Akumulasi penyusutan yang besar mengakibatkan penurunan pada aktiva sehingga laba bersih yang diperoleh juga semakin kecil. Penerapan konservatisme juga dapat digunakan dalam pemilihan metode depresiasi. Metode depresiasi yang paling konservatif adalah metode saldo menurun ganda. Metode ini akan menghasilkan nilai penyusutan yang besar dari tahun ke tahun, akumulasi penyusutan yang besar akan menurunkan nilai aktiva sehingga laba bersih juga akan semakin rendah.

Begitu juga dengan biaya riset dan pengembangan (R&D), dimana perusahaan berhak untuk memilih apakah biaya riset dikapitalisasi atau dibebankan pada saat terjadinya. Ketidakpastian mengenai hasil dari biaya riset yang dikeluarkan, mengakibatkan perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan metode untuk memperlakukan biaya riset. Akuntansi konservatif apabila biaya riset dibebankan pada saat terjadinya, hal ini akan mengakibatkan laba bersih yang nilainya rendah. Estimasi atas piutang tak tertagih juga dapat membuat perusahaan menerapkan akuntansi yang konservatif. Adanya ketidakpastian mengenai piutang tak tertagih, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menentukan persentase piutang tak tertagihnya. Perusahaan yang menerapkan akuntansi konservatif akan menetapkan


(30)

14

persentase cadangan piutang tak tertagih yang lebih besar, sehingga nilai piutang akan semakin kecil dan mengakibatkan laba bersih yang dihasilkan juga lebih rendah daripada yang seharusnya.

Masih banyak pro dan kontra dalam penerapan prinsip konservatisme ini, karena dianggap menghasilkan laporan keuangan dengan yang bias, angka-angka yang dianggap tidak relevan dengan keadaan yang sebenarnya. Namun di sisi lain, konservatisme juga memiliki manfaat tersendiri, misalnya mencegah perusahaan untuk berlebihan dalam menyampaikan hasil usahanya sehingga pengguna eksternal seperti investor dan kreditor dapat tertipu oleh angka-angka yang terlihat tinggi. Meskipun penggunaan akuntansi konservatif diperbolehkan, tetapi prinsip konservatisme tidak menganjurkan bahwa laporan keuangan dengan sengaja harus disajikan terlalu rendah (understated). Pada saat diberikan bukti yang obyektif dan dapat diverifikasi tentang suatu transaksi yang material, prinsip pengukuran akuntansi harus diikuti dan tidak ada upaya dengan sengaja untuk menyajikan aktiva terlalu rendah (understated) atau menyajikan kewajiban dengan terlalu tinggi (overstated) (Diantimala, 2008).

2.1.3 Good Corporate Governance

Corporate governance yang merupakan konsep yang didasarkan pada teori keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan (Pramuka dan Ujiyantho, 2007). Good corporate governance adalah suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik, didasarkan pada lima


(31)

prinsip yaitu transparency (keterbukaan informasi), accountability

(akuntabilitas),responsibility (pertanggungjawaban), independency (kemandirian), fairness (kesetaraan dan kewajaran). Definisi GCG menurut OECD dan World Bank adalah sistem penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi pasar yang efisien, menghindari salah alokasi dana investasi yang minim, mencegah korupsi di sektor politik maupun administratif, mematuhi disiplin anggaran, menciptakan legal dan political framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan (Khairandy dan Malik, 2007). Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha (Pertiwi, 2012). Kebijakan tata kelola perusahaan yang baik dasarnya adalah agar pihak-pihak menjalankan fungsi dan perannya masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab. Pihak yang dimaksud misalnya komisaris, pemilik saham, komite audit, direksi, maupun karyawan.

Manfaat GCG bagi korporasi (Yosephus, 2010), yaitu :

1. Meminimalisir kemungkinan terjadi benturan kepentingan semua pihak; 2. Mengarahkan dan mengontrol semua pihak dalam melaksanakan

strategi-strategi perusahaan;

3. Memperbaiki komunikasi dan informasi;

4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas antar pihak; 5. Meningkatkan kepercayaan investor;


(32)

16

7. Dengan sendirinya menjaga kesinambungan korporasi atau perusahaan itu sendiri.

Keberhasilan penerapan sistem GCG menurut Daniri (2005) dalam Pertiwi (2012), dipengaruhi oleh dua faktor, eksternal dan internal. Faktor eksternal misalnya adanya sistem hukum yang baik sehingga dapat menjamin terlaksananya GCG, adanya dukungan dari lembaga/ institusi publik atas pelaksanaan GCG, dan terdapatnya suatu contoh pelaksanaan GCG yang baik sehingga bisa dijadikan sebagai acuan untuk pihak lain yang akan menerapkan GCG. Sedangkan faktor internal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan dalam perusahaan, yaitu budaya perusahaan yang mendukung adanya penerapan GCG, peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan mengacu pada penerapan nilai-nilai GCG, manajemen pengendalian risiko didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG, terdapatnya sistem audit yang efektif untuk menghindari kemungkinan terjadinya kecurangan, seerta adanya keterbukaan informasi bagi publik mengenai perkembangan

perusahaan dari masa ke masa.

2.1.4 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh manajer atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham. Karena adanya konflik kepentingan antara pemegang saham dan pihak manajemen, maka untuk mengatasi hal tersebut muncul istilah kepemilikan manajerial. Dimana manajer tidak hanya bertindak sebagai manajer yang hanya mengejar kepentingan untuk mendapatkan bonus/insentif yang besar, namun juga sebagai pemegang saham yang juga memikirkan keberlangsungan jangka panjang perusahaan.


(33)

Jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajerial biasanya kecil, tidak seperti saham yang dimiliki institusi. Karena kepemilikannya yang cenderung kecil, mereka cenderung tidak terlalu perduli hak mereka dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), mereka pun cenderung tidak terlalu memonitor jalannya

operasional perusahaan. Namun dengan melibatkan pihak-pihak pengelola perusahaan ke dalam kepemilikan perusahaan dengan mensejajarkan hak-haknya dengan investor institusional akan membuat investor manajerial ikut merasa bertanggung jawab terhadap keberlangsungan perusahaan, dengan ikut mengelola jalannya proses bisnis perusahaan untuk mendapatkan deviden dari apa yang telah diinvestasikan (Astarini, 2011). Dalam konteks konservatisme, kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini memiliki dua pandangan yang berbeda. Kepemilikan oleh inside directors dan manajemen ini dapat berperan sebagai fungsi monitoring dalam proses pelaporan keuangan, dan juga dapat menjadi faktor pendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap pemegang saham minoritas. Apabila inside directors dan manajemen menjalankan fungsi monitoringnya dengan baik, maka ia akan mensyaratkan informasi dari pelaporan keuangan yang memiliki kualitas tinggi sehinga mereka akan menuntut penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi pula. Namun, apabila kepemilikan mereka tersebut justru mendorong dilakukannya ekspropriasi terhadap perusahaan, maka mereka akan lebih cenderung untuk menggunakan prinsip akuntansi yang lebih agresif (Wardhani, 2008).


(34)

18

2.1.5 Dewan Komisaris Independen

Keberadaan dewan komisaris independen penting dalam penerapan sistem good corporate governance, karena dewan ini berperan sebagai pengawas penyajian laporan keuangan untuk mengurangi kemungkinan kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Adanya dewan komisaris independen ini penting dalam mencapai tujuan perusahaan. Fama dan Jensen (1983) dalam Pramuka dan Ujiyantho (2007) menjelaskan bahwa non-executive director (komisaris independen) dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta

memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance. Semakin banyak jumlah dewan komisaris independen dalam suatu perusahaan akan menyiratkan informasi keuangan yang lebih berkualitas karena penerapan akuntansi konservatif yang lebih tinggi. Namun apabila proporsi dewan komisaris independen semakin sedikit, pengawasan yang dilakukan pun akan semakin lemah, hal ini akan mendorong perusahaan

menerapkan prinsip akuntansi yang lebih agresif, dan cenderung kurang konservatif (Wulandini, 2012).

2.1.6 Ukuran Dewan Komisaris

Dewan komisaris bertanggung jawab atas pengawasan perseroan dan melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan, dan memberi nasihat kepada direksi dan melakukan pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan untuk


(35)

kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan (Sutedi, 2011). Semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka kegiatan

monitoring akan lebih efektif, dan meminimalisir terjadinya kecurangan yang dilakukan manajemen. Apabila semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk

mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan. Dewan komisaris bertindak tidak hanya demi kepentingan perusahaan namun juga kepentingan para

pemegang saham. Dewan komisaris yang kuat menunjukkan pengawasan kinerja manajer yang kuat pula, karena dewan komisaris akan mengawasi setiap tindakan yang dilakukan manajer. Ahmed dan Duellman (2007) dalam Prena (2010) menjelaskan bahwa board of directors yang kuat akan mensyaratkan

konservatisme yang lebih tinggi sehingga dapat membantunya dalam mengurangi biaya agensi yang timbul karena adanya informasi yang asimetris antara manajer dengan pihak lain. Semakin kuat dewan komisaris dalam suatu perusahaan, konservatisme akuntansi yang digunakan pun juga semakin kuat, karena dewan komisaris akan melindungi kepentingan para pemegang saham.

2.1.7 Ukuran Komite Audit

Keberadaan komite audit penting dalam melakukan monitoring terhadap jalannya proses akuntansi, pengawasan pelaporan keuangan serta pengawasan auditor eksternal dan internal. Komite audit harus merupakan individu yang berasal dari pihak luar perusahaan yang bersifat independen, jadi tidak cenderung memihak kepada kepentingan internal perusahaan. Komite audit juga harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam melakukan pengawasan, sehingga diharapkan


(36)

20

perusahaan akan bebas dari unsur kecurangan karena diawasi oleh pihak yang berkompeten dan independen. Dalam Yosephus (2010), komite audit mempunyai fungsi membantu dewan komisaris untuk :

1. Meningkatkan kualitas laporan keuangan;

2. Menciptakan iklim disiplin dan pengendalian yang dapat mengurangi kesempatan terjadinya penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan; 3. Meningkatkan efektivitas fungsi internal audit (SPI) maupun eksternal. 4. Mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian dewan komisaris/

dewan pengawas

Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang dikutip oleh Nasution (2007), berisi peraturan yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit dengan tugas :

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan lainnya,

2. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan,

3. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal, 4. Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan dan

pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi,

5. Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan emiten,


(37)

Maka dengan semakin besarnya jumlah komite audit dalam suatu perusahaan maka semakin ketat pula pengawasan internal perusahaan sehingga akan

meminimalisir manajemen dalam melakukan kecurangan akuntansi. Kecurangan akuntansi yang dimaksud adalah tindakan membesar-besarkan laba demi

memaksimalkan kesejahteraan, dan tidak memikirkan dampak terhadap pemegang saham. Pengawasan yang lebih ketat oleh komite audit diharapkan akan

mendorong manajemen untuk menyajikan angka-angka dalam laporan keuangan secara lebih konservatif (Wulandini, 2011).

2.1.8 Growth Opportunities

Growth opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang menguntungkan. Kesempatan perusahaan untuk tumbuh dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan perusahaan, semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi pula kesempatan perusahaan tersebut untuk tumbuh. Dengan tingginya kesempatan bertumbuh perusahaan, maka semakin besar kebutuhan dana yang diperlukan. Oleh karena itu, perusahaan

mempertahankan pendapatannya untuk diinvestasikan kembali di perusahaan di waktu bersamaan. Perusahaan dengan growth opportunities umumnya

mengandalkan pinjaman jangka pendek jika mereka mempunyai asymmetry information. Jika perusahaan dengan growth opportunities mempunyai hubungan yang dekat dengan pihak kreditur atau bank, dan tidak mengalami asymmetry information, maka financing melalui hutang jangka panjang dapat diperoleh (Astarini, 2011). Pertumbuhan disini dilihat dari growth opportunities


(38)

22

setiap tahun. Total aset yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, mengindikasikan bahwa pertumbuhan perusahaan tersebut cukup baik, dan memiliki kesempatan bertumbuh yang lebih besar untuk jangka waktu ke

depannya.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Qiang (2003), yang dilatarbelakangi oleh fenomena kenaikan penggunakan prinsip konservatisme di Amerika Serikat selama beberapa tahun terakhir. Namun belum diketahui secara jelas apakah yang mendorong perusahaan-perusahaan tersebut menggunakan prinsip konservatif, apakah karena standar akuntansi, faktor industri, atau self-imposed perusahaan itu sendiri. Dan diperoleh kesimpulan bahwa 16% dari total perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian, penggunaan prinsip konservatif didorong oleh self-imposed perusahaan itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konservatisme yaitu biaya litigasi, auditor liability, struktur dewan, debt ownership, dan biaya politik.

Penelitian yang dilakukan Widya (2004) dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama rentang tahun 1995 - 2002

menunjukkan bahwa growth opportunities, political cost, dan struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap konservatisme. Dalam penelitiannya dapat diketahui bahwa 76,9% dari total perusahaan sampel, telah menggunakan prinsip akuntansi konservatif.


(39)

Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wardhani (2008) yang menggunakan dua proksi pengukuran konservatisme yang berbeda yaitu accrual dan book to market ratio. Bahwa komite audit berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme apabila diukur dengan accrual, komisaris independen berpengaruh positif

signifikan terhadap konservatisme apabila diukur dengan market to book ratio, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap

konservatisme apabila diukur dengan menggunakan market to book ratio.

Prena (2011) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh signifikan positif terhadap konservatisme. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI untuk tahun 2008-2010 dengan menggunakan dua proksi untuk konservatisme yaitu ukuran akrual dan ukuran nilai pasar.

Berbeda dengan penelitian Veres (2012), dimana kepemilikan manajerial,

proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan komite audit, serta kualitas audit tidak terdapat hubungan signifikan dengan konservatisme akuntansi. Penelitian menggunakan sampel yang berbeda yaitu dilakukan pada industri perbankan yang terdaftar di BEI untuk periode 2009-2011.

Penelitian yang sama juga dilakukan di Indonesia oleh Wulandini (2012) di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2008-2010, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berhubungan signifikan, namun kompetensi komite audit dan frekuensi


(40)

24

pertemuan komite audit berhubungan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

Fatmariani (2013) juga memberikan hasil yaitu kepemilikan manajerial

berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme, namun debt covenant dan growth opportunities berpengaruh signifikan positif, penelitian juga dilakukan pada perusahaan manufaktur untuk tahun 2007-2010 dan hanya menggunakan 35 sampel perusahaan yang memenuhi kriteria.

Penelitian juga dilakukan oleh Jarboui (2013) yang dilakukan di seluruh

perusahaan sektor industri dan komersil di Prancis selama tahun 2007-2011, yang berfokus pada mekanisme good corporate governance diproksikan dengan jumlah dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan kepemilikan

manajerial terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Kesimpulan dari hasil penelitian yaitu seluruh variabel independen berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Kesimpulan

1 Qiang (2003) Tingkat konservatisme dipengaruhi oleh biaya litigasi, auditor liability, struktur dewan, debt ownership, dan biaya politik. 2. Widya (2004) Struktur kepemilikan, political cost, growth opportunities

mempunyai pengaruh positif terhadap akuntansi konservatisme, sedangkan pengontrakkan hutang tidak berpengaruh terhadap konservatisme.

3. Wardhani (2008) Komite audit berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi, namun komisaris independen dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme.


(41)

4. Prena (2011) Keberadaan komisaris independen berpengaruh positif dan tidak signifikan pada konservatisme pelaporan keuangan.

5. Veres (2012) Good corporate governance yang diproksikan dengan

kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan komite audit, serta kualitas audit tidak terdapat hubungan signifikan dengan konservatisme akuntansi

6. Wulandini (2012)

Proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan tidak berhubungan signifikan terhadap konservatisme. Sedangkan kompetensi komite audit dan frekuensi pertemuan komite audit berhubungan signifikan terhadap konservatisme akuntansi.

7. Fatmariani (2013)

Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme, debt covenant tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme, dan growth opportunities berpengaruh siginifikan positif terhadap konservatisme akuntansi.

8. Jarboui (2013) Dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan negatif terhadap konservatisme akuntansi.

Sumber : Berbagai jurnal dan literatur yang dipublikasikan

2.3 Model Penelitian

Model penelitian dirancang untuk dapat lebih memahami tentang konsep, dalam hal ini mengenai konsep dari penelitian yaitu melihat pengaruh mekanisme good corporate governance yang terdiri dari kepemilikan manajerial, proporsi

komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, dan growth opportunities terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Good corporate

governance seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa suatu sistem tata kelola perusahaan yang baik. GCG merupakan kunci sukses atau tidaknya suatu perusahaan, karena apabila suatu perusahaan yang besar namun tidak disertai dengan sistem manajemen dan pengawasan yang baik, maka perlahan perusahaan


(42)

26

akan mengalami kemunduran. Konservatisme berkaitan dengan kebijakan

manajemen dalam pengambilan keputusan akuntansi, maka diperlukan GCG yang baik agar keputusan yang diambil oleh manajemen tidak merugikan pihak-pihak lainnya. Begitu juga dengan kesempatan bertumbuh suatu perusahaan, dimana perusahaan yang sedang dalam fase bertumbuh memerlukan dana yang cukup besar untuk berinvestasi di masa-masa yang akan datang, hal ini akan mendorong penggunaan akuntansi konservatif. Dalam penelitian ini, hanya digunakan empat variabel yang dianggap cukup mewakili dari GCG, yaitu kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit, serta variabel lain diluar ruang lingkup GCG yaitu growth

opportunities.Kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Model Penelitian Kepemilikan Manajerial Proporsi Komisaris Independen Ukuran Dewan Komisaris Ukuran Komite Audit Growth Opportunities Konservatisme Akuntansi H +

H +

H (+)

H +


(43)

2.4Pengembangan Hipotesis

2.4.1Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen, kepemilikan manajerial bisa diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki manajemen.Dalam hal ini pihak manajemen juga bertindak sebagai pemegang saham perusahaan, sehingga manajemen akan lebih berhati-hati dalam pengambilan keputusan. Wardhani (2008) menjelaskan bahwa akuntansi yang lebih konservatif akan digunakan karena kreditor yang rasional akan

mengekspektasikan manajer dengan kepemilikan yang tinggi akan lebih sejalan dengan pemegang saham sehingga kreditor tersebut butuh mekanisme tertentu untuk melindungi nilai investasi mereka. Selain itu, pemegang saham juga akan melihat adanya potensi dilakukannya manajemen laba dengan semakin besarnya kepemilikan manajerial tersebut sehingga menuntut tingkat konservatisme yang tinggi untuk menghindari oportunistik jangka pendek dari manajer. Widya (2004) dan Astarini (2011) meneliti apakah adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan mempengaruhi dalam pemilihan akuntansi konservatif, dan dibuktikan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Maka hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :

Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi


(44)

28

2.4.2Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

Dewan komisaris independen bertindak sebagai pihak independen yang mengawasi setiap tindakan dari manajemen. Anggota dewan komisaris

independen yang tidak terafiliasi dengan perusahaan, dengan pemegang saham, maupun dewan komisaris lainnya, harus menjalankan tugasnya secara

independen, tidak mementingkan pihak-pihak tertentu. Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan iklim yang lebih objektif dan independen dan juga untuk menjaga fairness atau keadilan serta mampu

memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas bahkan

kepentingan stakeholders lainnya (Alijoyo dan Zaini, 2004). Jadi semakin besar proporsi komisaris independen maka semakin konservatif pula laba yang

dihasilkan, karena pihak tersebut berkewajiban untuk melindungi pemegang saham minoritas. Prena (2011) dalam penelitiannya yang dilakukan pada perusahaan manufaktur membuktikan bahwa keberadaan komisaris independen dalam suatu perusahaan berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Maka hipotesis yang dapat diajukan yaitu :

= Proporsi dewan komisaris berpengaruh positif dengan tingkat


(45)

2.4.3 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

Dewan komisaris berfungsi untuk mengawasi, memberikan petunjuk mengenai aktivitas manajemen yang dilakukan oleh dewan direksi. Melalui perannya dalam proses monitoring terhadap operasional perusahaan oleh pihak manajemen, jumlah dewan komisaris diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi yang efektif dalam rangka menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas dan terhindar dari tindakan kecurangan dari pihak-pihak yang tidak

bertanggungjawab. Menurut Egon Zehnder (Booklet FCGI) dalam Wulandini (2012), dewan komisaris merupakan inti dari pelaksanaan good corporate governance, dimana dalam hal ini dewan komisaris bertugas untuk mengawasi perusahaan secara keseluruhan. Menjamin pelaksanaan strategi, mengawasi sistem manajemen, serta mengawasi perusahaan dan menjamin terciptanya suatu

akuntabilitas. Intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme yang mengawasi dan mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada sistem pengelolaan perusahaan (Wulandini, 2012). Ahmed dan Duellman (2007) dalam Prena (2010) juga menjelaskan bahwa dewan komisaris yang kuat akan

meminimalisir biaya agensi yang timbul karena adanya asimetri informasi antara manajer dengan pihak lain. Maka semakin besar ukuran dewan komisaris, akan semakin konservatif pula laba yang dihasilkan, karena mengindikasikan adanya pengawasan yang kuat secara internal perusahaan.

Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi.


(46)

30

2.4.4Pengaruh Ukuran Komite Audit Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris untuk mengawasi jalannya operasional perusahaan, sistem pengendalian internal, pengawasan terhadap auditor eksternal maupun internal. Keberadaan komite audit sangat penting dalam suatu perusahaan, karena komite audit harus terdiri dari individu-individu yang independen, tidak memiliki keterkaitan atau hubungan baik dengan pihak internal perusahaan maupun para pemegang saham. Hal ini diharapkan agar komite audit dapat melaksanakan tugasnya dengan independen, tanpa bertindak untuk kepentingan pihak-pihak tertentu saja. Dalam kaitannya dengan

konservatisme, yang rawan dengan adanya asimetri informasi pihak manajemen, maka komite audit harus mengawasi jalannya perusahaan. Penyajian laba yang konservatif bermanfaat untuk melindungi pihak pemegang saham karena ketidakpastian keadaan ekonomi di masa mendatang. Penyajian laba yang non konservatif mengindikasikan adanya motivasi tertentu untuk menciptakan laba yang tinggi, agar bonus yang diperolehnya juga semakin tinggi. Oleh karena itu, keberadaan komite audit turut mempengaruhi konservatisme akuntansi, dimana komite audit melakukan pengawasan secara ketat atas setiap keputusan

manajemen untuk meminimalisir terjadinya praktik kecurangan pelaporan keuangan. Serta memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas (Bahaudin, 2011). Wardhani (2008) dalam penelitiannya membuktikan adanya pengaruh positif antara ukuran komite audit dan


(47)

konservatisme akuntansi. Dikarenakan proses pelaporan keuangan akan

termonitor dengan baik. Komite audit akan meningkatkan kualitas keseluruhan laporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Maka hipotesis yang dapat diajukan yaitu :

= Ukuran komite audit berpengaruh secara positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi

2.4.5Pengaruh Growth Opportunities Terhadap Tingkat Konservatisme Akuntansi

Perusahaan yang menggunakan prinsip konservatif, terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh (Mayangsari dan Wilopo, 2002) dalam Widya (2004). Growth opportunities adalah kesempatan perusahaan untuk berinvestasi dalam hal-hal yang menguntungkan. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi memberikan kesempatan yang tinggi bagi perusahaan untuk

bertumbuh. Pertumbuhan perusahaan biasanya diproksikan dengan persentase perubahan total aset atau laba perusahaan dari tahun ke tahun. Tingginya kesempatan perusahaan untuk bertumbuh, tentunya membutuhkan dana yang cukup besar pula untuk melakukan investasi-investasi lainnya. Kebutuhan akan dana yang meningkat, tentu saja perusahaan menggunakan sebagian earning-nya untuk digunakan dalam proses investasi di waktu yang bersamaan. Hal ini mendorong penerapan prinsip konservatisme, karena laba yang disajikan akan lebih rendah. Selain alasan itu pula, perusahaan harus tetap menjaga kepercayaan


(48)

32

investor atas prospek masa depan di masa mendatang, yang ditunjukkan dengan dividen yang meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi potensi laba yang diperoleh perusahaan maka semakin besar pula biaya dan resiko politik yang akan ditanggung. Perusahaan tentu saja akan mengambil langkah untuk meminimalisir akan adanya biaya dan risiko politik yang tinggi, salah satunya dengan cara menerapkan kebijakan akuntansi konservatif, yang akan menghasilkan laba yang cenderung lebih rendah. Hal ini juga dilakukan untuk mengurangi perhatian yang berlebihan dari regulator dan analis sekuritas. Profitabilitas yang tinggi akan dilihat oleh pihak regulator dan pihak lain sebagai tingkat laba yang terlalu tinggi, dan dapat memicu tuntutan tinggi bagi perusahaan, bahkan adanya kecurigaan adanya monopoli yang dilakukan oleh perusahaan (Resti, 2012). Widya (2004) membuktikan dalam penelitiannya bahwa kesempatan bertumbuh suatu

perusahaan berpengaruh secara positif terhadap pemilihan akuntansi konservatif. Maka hipotesis yang dapat saya rumuskan yaitu growth opportunities memiliki pengaruh positif terhadap tingkat konservatisme akuntansi.

= Growth Opportunities berpengaruh positif terhadap tingkat


(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk rentang tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan yang dipilih dalam bentuk sektor property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2008-2012; 2. Perusahaan menerbitkan annual report dan laporan keuangan untuk

periode yang berakhir 31 Desember selama rentang tahun penelitian yaitu 2008-2012;

3. Laporan keuangan yang diterbitkan disajikan dalam mata uang rupiah; 4. Perusahaan menyajikan data yang lengkap mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini selama rentang periode 2008-2012; 5. Perusahaan telah melakukan IPO minimal di tahun 2008;

6. Perusahaan tidak berpindah sektor selama rentang tahun penelitian yaitu 2008-2012;


(50)

34

Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel

No Keterangan Jumlah

1. Jumlah keseluruhan perusahaan property dan real estate yang sebelumnya masih tercatat di BEI tahun 2013

48 perusahaan

2. Dikurangi: perusahaan yang baru berpindah sektor ke property dan real estate di tahun 2013

4 perusahaan

3. Dikurangi: perusahaan yang baru melakukan IPO di atas tahun 2008

9 perusahaan

4. Dikurangi: perusahaan yang delisting di rentang tahun penelitian

2 perusahaan

5 Dikurangi: perusahaan yang tidak menyediakan annual report

1 perusahaan

Jumlah keseluruhan perusahaan property dan real estate yang memenuhi kriteria sampel

32 perusahaan

Sumber : Website Indonesia Stock Exchange (data diolah)

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI, yang berjumlah 48 perusahaan. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kriteria tertentu, dan setelah data perusahaan didokumentasikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Maka diperoleh sampel dalam penelitian ini yaitu sebanyak 32 perusahaan dengan lima tahun penelitian yaitu 2008-2012, sehingga jumlah data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 160 data.


(51)

3.2 Data Penelitian

Data penelitian berisi mengenai bagaimana jenis data yang akan digunakan dalam penelitian, sumber data tersebut, serta metode yang digunakan dalam

pengumpulan data.

3.2.1 Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam studi ini yaitu data sekunder dimana data diperoleh melalui laporan keuangan auditan dan annual report perusahaan yang bergerak di sektor property dan real estate yang terdaftar di BEI yang diakses melalui website resmi IDX (www.idx.co.id), situs resmi perusahaan, jurnal-jurnal maupun

penelitian lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.2.2Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi yang diperoleh dari penelusuran data dalam format elektronik melalui komputer, serta melalui literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Data dalam format

elektronik yang diperoleh diantaranya data laporan keuangan auditan dan annual report perusahaan yang listing di BEI, dan jurnal-jurnal atau riset lain yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. Selanjutnya data ini akan


(52)

36

3.3Operasional Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

a) Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu tingkat konservatisme akuntansi.

b) Variabel independen diantaranya kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, dan growth opportunities (kesempatan bertumbuh).

3.3.1Variabel Dependen (Konservatisme Akuntansi)

Variabel dependen atau variabel terikat, dimana tingkat konservatisme akuntansi menjadi variabel dependen dalam penelitian ini. Konservatisme akuntansi adalah konsep yang mengakui biaya dan rugi lebih cepat, mengakui pendapatan dan untung lebih lambat, menilai aktiva dengan nilai yang terendah, dan kewajiban dengan nilai yang tertinggi (Sari dan Adhariani, 2009). Watts (2003b) menyatakan terdapat tiga ukuran konservatisme yaitu Earning/stock return relation measures, Earnings/accrual measures, Net asset measures.

Earning/stock return mengacu pada pendekatan yang digunakan oleh Basu (1997) dalam Watts (2003b) yang memprediksikan bahwa return saham, dan earnings cenderung merefleksikan kerugian dalam periode yang sama, namun return saham merefleksikan keuntungan lebih cepat daripada earnings. Dalam pendekatan ini, konservatisme diukur dengan cara menghubungkan laba dengan return, melalui regresi perubahan laba yang dideflasi dengan harga pasar awal terhadap return yang dideflasi dari perubahan laba positif dan negatif.


(53)

Earning/accrual measures mengacu pada pendekatan Givoly dan Hayn (2000) dalam Watts (2003b), akrual merupakan selisih antara net income dengan arus kas operasional. Apabila selisih tersebut menghasilkan angka yang negatif (net

income lebih kecil dibandingkan arus kas) selama beberapa tahun, maka ada kemungkinan diterapkannya konservatisme di perusahaan tersebut.

Net asset measures mengacu pada pengukuran yang digunakan oleh Beaver dan Ryan (2000) dalam Watts (2003b) yaitu dengan menggunakan market to book ratio, yang mencerminkan nilai pasar relatif terhadap nilai buku perusahaan. Apabila rasio tersebut nilainya lebih dari 1, maka mengindikasikan penerapan akuntansi yang konservatif, dimana perusahaan mencatat nilai perusahaan lebih rendah dari nilai pasarnya.

Penelitian ini akan mengacu pada pengukuran model yang ketiga yaitu net asset measures yang digunakan untuk mengetahui tingkat konservatisme akuntansi dalam penyajian laporan keuangan, menilai aset yang understatement dan kewajiban yang overstatement. Model ini salah satunya menggunakan proksi market to book ratio yang dapat mencerminkan nilai pasar relatif perusahaan terhadap nilai bukunya. Perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku perusahaan adalah pengukuran untuk pelaporan konservatif (Givoly Hayn, 2000; Watts, 2003a; Watts 2003b; Roychowdury dan Watts, 2004; Lara dan Mora, 2004 dalam Brouwer, 2009). Widya (2004) membuktikan bahwa penggunaan proksi net asset measures dapat mewakili proksi yang sesuai dan cocok untuk menjelaskan konservatisme pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Proksi ini juga


(54)

38

digunakan oleh Brouwer (2009) dan Bahaudin (2011) dalam mengukur tingkat konservatisme.

Market to book ratio =

3.3.2 Variabel Independen

Terdapat 2 variabel independen atau variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini, yang pertama adalah mekanisme good corporate governance (GCG) yang diukur dengan beberapa dimensi variabel, yaitu kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit (Nasution, 2007; Pramuka dan Ujiyantho, 2007; Wardhani, 2008; Bahaudin, 2011; Prena, 2012; Wulandini, 2012; dan Veres, 2013)

a) Kepemilikan Manajerial

Managerial ownership adalah kepemilikan saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan. Jadi dalam hal ini manajemen tidak hanya bertindak sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik. Dengan melibatkan manajemen sebagai salah satu pemegang saham perusahaan, diharapkan agar manajemen juga turut memperdulikan perkembangan perusahaan. Namun pada umumnya, kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemen, persentasenya sangat kecil. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Nasution (2007), Pramuka dan Ujiyantho (2007), Wardhani (2008), dan Veres (2013), kepemilikan


(55)

saham manajerial diperoleh dengan menghitung persentase jumlah saham yang dimiliki manajer dari seluruh jumlah saham yang beredar.

b) Proporsi Dewan Komisaris Independen

Dewan komisaris independen berfungsi untuk mengawasi/monitoring jalannya kinerja perusahaan yang bersifat independen. Komisaris

independen tidak terafiliasi dengan pemegang saham pengendali, direksi, maupun perusahaan dalam bentuk hubungan bisnis atau kekeluargaan. Keberadaan komisaris independen diperlukan untuk memperkuat keseimbangan manajemen perusahaan (terutama CEO) melalui fungsi monitoring-nya. Semakin banyak proporsi komisaris independen dalam suatu perusahaan akan menunjukkan dewan komisaris yang kuat maka semakin tinggi pula tingkat konservatisme yang diinginkan karena adanya persyaratan informasi keuangan yang lebih berkualitas (Martha, 2010 dalam Wulandini, 2012). Pengukuran proporsi dewan komisaris independen yang dilakukan Pramuka dan Ujiyantho (2007), Wardhani (2008), Prena

(2012),Veres (2012), dan Wulandini (2012) dalam penelitiannya yaitu dengan cara membandingkan jumlah anggota dewan komisaris independen dengan jumlah keseluruhan dewan komisaris perusahaan.


(56)

40

c) Ukuran Dewan Komisaris

Ukuran dewan komisaris dilihat melalui jumlah keseluruhan dewan komisaris perusahaan. Ukuran dewan komisaris merupakan salah satu elemen penting dari suatu karakteristik dewan komisaris yang juga mempengaruhi tingkat konservatisme akuntansi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki dewan yang kuat sebagai mekanisme corporate governance mensyaratkan tingkat konservatisme yang lebih tinggi daripada perusahaan dengan dewan yang lemah. Nasution (2007), Wulandini (2012), dan Veres (2103) dalam penelitiannya mengukur dewan komisaris dengan cara menghitung kseluruhan jumlah dewan

komisaris yang tercantum dalam laporan keuangan atau annual report perusahaan.

d) Ukuran Komite Audit

Ukuran komite audit menggambarkan jumlah keseluruhan anggota komite audit dalam suatu entitas bisnis. Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris dalam memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip yang akuntansi yang berlaku umum, sistem pengendalian internal yang diimplementasikan dengan baik, serta pengawasan atas audit internal dan eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Bahaudin (2011) menjelaskan bahwa keberadaan komite audit ini akan mendorong penggunaan prinsip konservatisme yang lebih tinggi dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Komite audit ini akan meningkatkan


(57)

kualitas keseluruhan dari proses pelaporan keuangan perusahaan dengan penggunaan prinsip konservatisme. Untuk mengukur komite audit di suatu perusahaan, digunakan pengukuran sebagai berikut (Bahaudin, 2011) :

= Jumlah keseluruhan komite audit perusahaan

e) Growth Opportunities

Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin tinggi pula kesempatan bertumbuh perusahaan, dan secara otomatis juga meningkatkan kebutuhan akan dana. Perusahaan cenderung akan menahan sebagian pendapatan (earning) untuk membiayai investasi perusahaan yang akan dilakukan. Keadaan ini memperlihatkan keadaan perusahaan yang gemilang dari tahun ke tahun, ditunjukkan oleh jumlah aset yang selalu bertambah. Dapat diartikan bahwa ketika total aset suatu perusahaan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, maka peusahaan tersebut memiliki

kesempatan bertumbuh yang lebih besar dalam jangka waktu ke depannya. Dikarenakan adanya kemungkinan perusahaan menahan sebagian earning untuk investasi, maka perusahaan tersebut bisa dianggap sebagai

perusahaan yang konservatif, karena menyajikan laporan keuangan dengan laba yang lebih kecil. Pengukuran growth opportunities dalam penelitian ini menggunakan persentase perubahan total aset setiap tahunnya.

=


(58)

42

3.4Metode Analisis Data

Ada beberapa metode analisis yang digunakan dalam mengolah data dalam penelitian ini, dengan alat-alat analisis yang digunakan sebagai berikut.

3.4.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Hasil analisis statistik deskriptif akan menyajikan data yang lebih ringkas dan rinci sehingga memuat inti dari informasi data tersebut.

3.4.2Uji Asumsi Klasik 3.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data yang digunakan sebagai sampel terdistribusi normal atau tidak. Seperti diketahui bahwa uji t dan F

mengasunsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk sampel kecil (Ghozali, 2006). Model yang baik adalah apabila variabel terikat dan variabel bebas meempunyai atau sama-sama terdistribusi mendekati normal. Prinsipnya, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumber dari grafik normal probability plot. Jika titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal maka data tersebut berdistribusi normal (Ghozali, 2006). Penelitian ini akan menggunakan pengujian data dengan analisis statistik menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai signifikan uji Kolmogorov-Smirnov > 0.05 maka


(59)

data terdistribusi normal.Jika nilai signifikan uji Kolmogorov-Smirnov < 0.05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi secara normal.

3.4.2.2 Uji Heteroskedasdisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah apabila antara variance dari residual pengamatan satu ke yang lainnya tetap, atau yang disebut dengan homoskesdatisitas. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen, maka indikasi terjadi heterokedastisitas. Jika variabel independen tidak signifikan (sig > 0.05) berarti model bebas dari heterokedastisitas.

3.4.2.3 Uji Autokorelasi

Uji ini untuk mengetahui apakah ada korelasi antara kesalahan penganggu pada tahun t dengan tahun sebelumnya (t-1), jika da korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Dengan kata lain, pengujian ini dimaksudkan untuk melihat adanya hubungan antara data (observasi) satu dengan data yang lainnya dalam 1 variabel. Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan menggunakan pengujian durbin watson untuk mengetahui apakah terdapat masalah autokorelasi (Ghozali, 2006). Untuk mengetahui apakah terdapat autokorelasi atau tidak, nilai d harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :


(60)

44

Tabel 3.2. Kriteria Pengujian Durbin Watson

Keterangan Kategori Nilai

Ada autokorelasi 0 < d < dl

Tidak ada kesimpulan dl < d < du

Ada autokorelasi 4 - dl < d < 4

Tidak ada kesimpulan 4 - du < d < 4 - dl

Tidak ada autokorelasi du < d < 4 - du

Sumber : Ghozali (2006)

3.4.2.4 Uji Multikolinearitas

Uji ini untuk mengetahui apakah ada keterkaitan/korelasi antar variabel

independen. Model regresi yang baik seharusnya antar variabel independen tidak memiliki korelasi. Menurut Ghozali (2006), menjelaskan bahwa deteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF dan tolerance, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika nilai tolerance < 0,1 dan VIF > 10, terjadi multikolinearitas. b. Jika nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10, tidak terjadi multikolinearitas.


(61)

3.4.2.5.1 Koefisien Determinasi ( )

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai yang kecil berarti kemampuan-kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2006).

3.5Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan metode regresi linear berganda, diolah menggunakan SPSS, dengan persamaan sebagai berikut.

= + + + + + + Dimana :

= Konservatisme akuntansi pada perusahaan = Kepemilikan manajerial pada perusahaan

= Proporsi Dewan Komisaris Independen perusahaan = Ukuran Dewan Komisaris perusahaan

= Ukuran Komite Audit perusahaan = Growth Opportunities perusahaan


(62)

63

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Simpulan dari penelitian yang dilakukan pada perusahaan go public sektor property dan real estate selama tahun 2008-2012 yaitu :

1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi

dikarenakan dalam penelitian ini, dapat dikarenakan kepemilikan saham yang biasanya dimiliki manajemen persentasenya sangat kecil, sehingga manajer pun tidak terlalu memperdulikan hak mereka dalam RUPS sehingga tidak memonitoring perusahaan dengan maksimal.

2. Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini mengartikan bahwa kenaikan proporsi komisaris independen juga akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

3. Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini mengartikan bahwa penambahan jumlah dewan komisaris akan menurunkan tingkat konservatisme


(63)

4. Ukuran komite audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Dapat dikatakan bahwa penambahan jumlah komite audit dapat menaikkan tingkat konservatisme akuntansi. Namun tidak signifikan atau tidak berpengaruh dikarenakan penunjukkan dari komite audit itu sendiri masih diragukan keindependensiannya. 5. Growth opportunities berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini mengartikan bahwa peningkatan growth opportunities akan menurunkan tingkat konservatisme akuntansi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya :

1. Pemilihan populasi dan sampel masih terbatas yaitu hanya perusahaan di sektor property dan real estate dan hanya menggunakan lima tahun sebagai rentang tahun penelitian.

2. Model yang digunakan untuk pengukuran konservatisme dalam penelitian ini hanya menggunakan net asset measures, sehingga kurang dapat

diperbandingkan.

3. Proksi mekanisme good corporate governance hanya menggunakan empat variabel yaitu kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit.


(64)

65

5.3 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Pemilihan populasi, sampel serta tahun penelitian agar dapat diperbanyak agar lebih dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan model pengukuran konservatisme yang lainnya agar dapat dibandingkan model mana yang terbaik dalam menggambarkan tingkat konservatisme akuntansi.

3. Variabel independen yang digunakan agar lebih banyak dan lebih variatif sehingga diharapkan dapat lebih mencerminkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konservatisme akuntansi.

4. Model pengukuran untuk variabel independen sebaiknya menggunakan model pengukuran lain, agar dapat diketahui kelemahan


(1)

63

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Simpulan dari penelitian yang dilakukan pada perusahaan go public sektor property dan real estate selama tahun 2008-2012 yaitu :

1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Dapat dikatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap konservatisme akuntansi

dikarenakan dalam penelitian ini, dapat dikarenakan kepemilikan saham yang biasanya dimiliki manajemen persentasenya sangat kecil, sehingga manajer pun tidak terlalu memperdulikan hak mereka dalam RUPS sehingga tidak memonitoring perusahaan dengan maksimal.

2. Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini mengartikan bahwa kenaikan proporsi komisaris independen juga akan meningkatkan konservatisme akuntansi.

3. Ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini mengartikan bahwa penambahan jumlah dewan komisaris akan menurunkan tingkat konservatisme


(2)

64

4. Ukuran komite audit berpengaruh positif tidak signifikan terhadap tingkat konservatisme akuntansi. Dapat dikatakan bahwa penambahan jumlah komite audit dapat menaikkan tingkat konservatisme akuntansi. Namun tidak signifikan atau tidak berpengaruh dikarenakan penunjukkan dari komite audit itu sendiri masih diragukan keindependensiannya. 5. Growth opportunities berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

tingkat konservatisme akuntansi. Hal ini mengartikan bahwa peningkatan growth opportunities akan menurunkan tingkat konservatisme akuntansi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya :

1. Pemilihan populasi dan sampel masih terbatas yaitu hanya perusahaan di sektor property dan real estate dan hanya menggunakan lima tahun sebagai rentang tahun penelitian.

2. Model yang digunakan untuk pengukuran konservatisme dalam penelitian ini hanya menggunakan net asset measures, sehingga kurang dapat

diperbandingkan.

3. Proksi mekanisme good corporate governance hanya menggunakan empat variabel yaitu kepemilikan manajerial, proporsi komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan ukuran komite audit.


(3)

65

5.3 Saran

Untuk penelitian selanjutnya, saran yang dapat diberikan yaitu :

1. Pemilihan populasi, sampel serta tahun penelitian agar dapat diperbanyak agar lebih dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan model pengukuran konservatisme yang lainnya agar dapat dibandingkan model mana yang terbaik dalam menggambarkan tingkat konservatisme akuntansi.

3. Variabel independen yang digunakan agar lebih banyak dan lebih variatif sehingga diharapkan dapat lebih mencerminkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konservatisme akuntansi.

4. Model pengukuran untuk variabel independen sebaiknya menggunakan model pengukuran lain, agar dapat diketahui kelemahan


(4)

DAFTAR PUSTAKA

_________. 2012. Conservatism in Accounting Explanations and Implications. http://www.gudangkuliah.com/conservatism-in-accounting-explanations-and-implications/ Diakses pada 23 November 2013

Agoes, Soekrisno. 2013. Etika Bisnis dan Profesi. Jakarta : Salemba Empat Ahmed, Anwer S, dan Bruce K Billings. 2000. Accounting Conservatism & Cost

of Debt: An Empirical Test of Efficient Contracting. SSRN Working Paper. Maret.

Alijoyo, Antonius. dan Zaini. S. 2004. Corporate Governance Suatu Pengantar: Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

Corporate Governance. Indeks: Jakarta.

Astarini, Dwi. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap Konservatisme Akuntansi. Skripsi. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Bahaudin,Ahmad dan Wijayanti. 2011. Mekanisme Corporate Governance Terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia. Dinamika Sosial Ekonomi Volume 7 Nomor 1

Basu, Sudipta. 1997. The Conservatism Principle and The Asymmetric Timeliness of Earnings. Journal of Accounting and Economics 24

Brouwer, Remco. 2009. Accounting Conservatism in Europe. Erasmus University of Rotterdam

Diantimala, Yossi. 2008. Pengaruh Akuntansi Konservatif, Ukuran Perusahaan, dan Default Risk Terhadap Koefisien Respon Laba. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi Vol. 1 No. 1, Januari 2008

Fatmariani. 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth Opportunities Terhadap Konservatisme Akuntansi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang


(5)

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi ketiga. Badan Penerbit Universitas Diponegoro (BPUD). Semarang.

Jarboui, Anis. 2013. Does Corporate Governance Affect Accounting

Conservatism? Empirical evidence in the French Context. International Journal of Accounting and Economics Studies 1 (3) 110-110

Jensen, Michael, and William Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost, and ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360.

Khairandy, Ridwan dan Camelia Malik. 2007. Good Corporate Governance. Yogyakarta : Total Media

Kordlouie dkk. 2013. Role of Accounting Conservatism on the Quality of

Financial Statements. International Journal of Business and Management Vol.9 No.1

.

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar

Pertiwi, Tri Kartika dan Ferry Madi. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverages. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol. 14 No.2, September 2012: 118-127

Prena, Gine Das. 2012. Pengaruh Keberadaaan Komisaris Independen Sebagai Bagian Penerapan Board of Directors (Implementasi Good Corporate Governance) Terhadap Konservatisne Pelaporan Keuangan. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika Vol 1, No 2: Edisi Juni 2012

Qiang, Xinrong. 2003. The Economic Determinants of Self-imposed Accounting Conservatism. Dissertation. State University of New York at Buffalo. (January) : 1-41ssar

Resti. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konservatisme

Akuntansi. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Makassar Sari, Cynthia dan Desi Adhariani. 2009. Konservatisme Akuntansi dan Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhinya. Simposium Nasional Akuntansi XII Palembang

Setiawati, Yuli. 2012. Agency Theory (Teori Keagenan).

http://yulinistibarcelonista.blogspot.com/2012/11/agency-theory-teori-keagenan.html Diakses pada 26 November 2013


(6)

Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta : Sinar Grafika Ujiyantho, M.Arief., Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance,

Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar

Veres, Mariska. 2013. Hubungan Mekanisme Good Corporate Governance dan Kualitas Kantor Akuntan Publik terhadap Konservatisme Akuntansi di Industri Perbankan Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 2 No. 1

Watts, R.L., 2003a. Conservatism in Accounting part I: Explanations and Implications. Accounting Horizons 17, 207–221.

Watts, R.L., 2003b. Conservatism in Accounting part II: Evidence and Research Opportunities. Accounting Horizons 17, 287-301

Wardhani, Ratna. 2008. Tingkat Konservatisme Akuntansi Di Indonesia Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Dewan Sebagai Salah Satu Mekanisme Corporate Governance. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak

Widya. 2004. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Perusahaan terhadap Akuntansi Konservatif. Simposium Nasional Akuntansi VII Denpasar

Wulandini, Dwinita dan Zulaikha. 2012. Pengaruh Karakteristik Dewan pKomisaris dan Komite Audit Terhadap Tingkat Konservatisme

Akuntansi. Diponegoro Journal of Accounting Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 1 – 14

Yosephus, L. Sinour. 2010. Etika Bisnis. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia Hal. 272