3
2. Pengetahuan masyarakat Cianjur mengenai asal-usul kemunculan
Ayam Pelung di Kota Cianjur, masih terbatas pada legenda saja.
3. Keterbatasan
pengembangan media
informasi dalam
memvisualisasikan cerita asal-usul Ayam Pelung.
1.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, kemudian disimpulkan rumusan masalah untuk tugas akhir ini, yaitu:
“Pengembangan cerita dan pesan legenda asal-usul Ayam Pelung dalam bentuk visual
”
1.4 Batasan Masalah
Supaya pembahasan masalah tidak terlalu meluas maka ditentukan rumusan masalah yang ada dengan melakukan pendekatan masalah terhadap objek penelitian
dan masalah terhadap subjek penelitian. Pembahasan masalah mengenai objek penelitian akan dirumuskan pada Ayam Pelung. Selain itu pendekatan subjek
penelitian akan dilakukan pada masyarakat di kawasan Ayam Pelung PUSAKA di Desa Cipadang Kecamatan Gekbrong kota Cianjur.
1.5 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan media informasi tentang Ayam Pelung di Cianjur adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat Cianjur pada khususnya,
bahwa keberadaan Ayam Pelung selama ini sebenarnya membawa sebuah pesan moral tentang keselarasan hidup manusia dengan binatang peliharaan. Ayam
Pelung pula membawa amanat, bahwa binatang peliharaan dapat diambil manfaatnya dengan tidak menarungkannya dalam hal ini sabung ayam tetapi
dengan banyak cara lain, diantaranya yang dicontohkan dengan keberadaan Ayam Pelung yang dapat dinikmati alunan suaranya. Pada intinya melalui perangcangan
media informasi ini diharap menumbuhkan minat masyarakat untuk terus melestarikan fauna khas Cianjur sebagai identitas kota Cianjur dan menjadikan
Ayam Pelung sebagai daya tarik kota dalam mengembangkan program pariwisata Kota Cianjur.
4
BAB II FILM ANIMASI TENTANG CERITA RAKYAT AYAM PELUNG
II.1 Cerita Rakyat II.1.1 Definisi Cerita Rakyat
Sastra tradisional di Indonesia sangat luas dan beragam. Dilihat dari jumlah bahasa yang beragam di kepulauan Nusantara ini dapat dibayangkan kekayaan
sastra tradisional yang dimiliki Indonesia. Sastra lisan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sastra tertulis. Sebelum muncul sastra tertulis, sastra lisan
telah berperan membentuk apresiasi sastra masyarakat. Cerita rakyat merupakan warisan leluhur bangsa yang harus dilestarikan.
Cerita rakyat banyak mengandung hikmah dan nilai-nilai moral yang perlu untuk diteladani. Cerita rakyat dapat diartikan sebagai ekspresi budaya suatu
masyarakat melalui bahasa tutur yang berhubungan langsung dengan berbagai aspek budaya, seperti agama dan kebudayaan, undang-undang, kegiatan ekonomi,
sistem kekeluargaan, dan susunan nilai sosial masyarakat tersebut. Dahulu, cerita rakyat diturunkan secara turun temurun dari satu generasi kepada generasi
berikutnya dalam masyarakat tertentu. Danandjaja, 2002, h.6 Dengan membahas cerita rakyat berarti menggali kembali budaya dan adat
istiadat yang berkembang di masyarakat dan mewariskan secara turun temurun. Cerita rakyat berasal dari masyarakat dan berkembang dalam masyarakat. Menurut
Danandjaja 2002, h. 3-5, terdapat ciri-ciri dari cerita rakyat, yaitu: Penyebaran dan pewarisannya dilakukan secara lisan, yakni
disebarkan melalui tutur dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam waktu paling sedikit
dua generasi. Bersifat lisan, sehingga terwujud dalam berbagai versi. Hal ini
disebabkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut. Bersifat anonim, yakni nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi.
Sehingga, folklor menjadi milik bersama dalam masyarakatnya.