Perancangan Film Dokumenter Mengenai Alat Musik Tradisional Karinding

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Dari sekian banyaknya pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi merupakan identitas, jati diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya. Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari teknik permainannya, penyajiannya, maupun bentuk instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia mempunyai semangat golongan yang tinggi sehingga dapat dikenali karakter khas orang masyarakat Indonesia, yaitu ramah dan sopan. Sehingga alat musik tradisional alat musik yang hidup di masyarakat secara turun temurun, dipertahankan sebagai sarana hiburan. Dan alat musik tradisional merupakan salah satu aset bangsa yang tak ternilai harganya, rasa khas dan lokalitas yang kental menjadi cirinya.

Salah satu alat musik tradisional Jawa Barat yang sudah hampir terlupakan keberadaannya dan bisa disebut juga alat musik kuno, yaitu jenis alat musik tradisional Karinding. Karinding adalah alat musik tradisional yang terbuat dari batang pohon aren, ataupun ada yang dari jenis bambu gombong (bambu serat), yang dimainkan dengan cara ditempelkan di mulut lalu dipukul-pukul ujungnya. Yang menarik dari Karinding ini adalah, pertama dengan cara dipukul mampu menghasilkan bunyi yang variatif cukup banyak. Kedua suara tiap orang yang memainkan akan berbeda dengan yang lainnya, walaupun memainkan jenis pukulan yang sama suara yang akan keluar akan mempunyai perbedaan karena tiap orang memiliki konstruksi mulut yang berbeda.


(2)

2 Gambar 1.1 Karinding

Di daerah lain seperti di Bali alat musik tradisional karinding disebut

“Genggong”, di Kalimantan disebut “Dunga” dan di Jawa disebut “Rinding”. Karinding mungkin kurang pelestarianya diantara alat musik tradisional lainnya jika kita melihat pementasan kesenian tradisional seperti Tari Kecak Bali atau Reog Ponorogo, mungkin kita akan membayangkan pertunjukan yang sarat dimensi sakral didalamnya. Namun, jika kita mendengar nama alat musik tradisional Karinding, pemahaman kita tentang kesenian tradisional akan sangat berbeda. Jika kita perhatikan di kota-kota besar di Jawa Barat, sebagian besar masyarakat yang notabene lahir dan tinggal di dataran Sunda sudah melupakan tradisi Sunda. Di lain pihak, banyak pula yang tidak mengetahui bahkan sama sekali belum pernah mendengar alat musik tradisional tersebut, ditengah derasnya industri musik moderen alat musik tradisional ini semakin tersisihkan.

Realita tersebut membuktikan bahwa tak sedikit masyarakat Sunda yang tidak mengetahui keberadaan alat musik tradisional karinding. Hal tersebut menjadi sebuah masalah yang harus dibenahi agar keberadaan alat musik karinding bisa diketahui oleh semua masyarakat Sunda khususnya, dan seluruh warga Negara Indonesia pada umumnya.


(3)

3 1.2 Identifikasi Masalah

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi secara terperinci, diantaranya :

1. Masyarakat kurang mengenal alat musik tradisional karinding.

2. Pengguna alat musik karinding masih terbatas, hanya orang-orang tertentu saja seperti budayawan Sunda, komunitas anak muda, seniman dan musisi.

3. Sedikitnya informasi komunitas yang mengembangkan untuk mempelajari alat musik tradisional karinding.

4. Alat musik tradisional Karinding merupakan warisan dari leluhur masyarakat Sunda yang perlu di pertahankan keberadaannya.

1.3. Fokus Masalah

Setelah melakukan identifikasi, muncul sebuah fokus permasalahan yang terangkum dalam satu gagasan untuk menginformasikan atau mensosialisasikan alat musik tradisional Karinding, langkanya sumber-sumber yang memberitahukan atau menjelaskan keberadaan alat musik Karinding menyebabkan masyarakat enggan untuk mempelajari atau mengetahui kesenian tradisional alat musik Karinding.

Oleh karena itu, gagasan tersebut akan tertuang pada sebuah media film dokumenter yang ditujukan kepada masyarakat Sunda khususnya dan umumnya untuk masyarakat Indonesia. Media film dokumenter yang berisi informasi tentang asal muasal alat musik tradisional Karinding, filosofi karinding, cara membuat karinding, pembelajaran cara memainkan karinding dan salah satu komunitas yang melestarikan alat musik tradisional Karinding.


(4)

4 1.4. Tujuan Perancangan

Memberikan informasi berupa film dokumenter tentang cara memainkan alat musik tradisional Karinding, serta mengajak kembali masyarakat untuk melestarikan alat musik tradisional Karinding. Sebagai tindakan nyata membantu melestarikan alat musik tradisional di Jawa Barat, khususnya di daerah perkotaan untuk sekolah menengah ke atas, maupun siswa siswi yang aktif pada kegiatan ekstrakuler kesenian sehingga keberadaan alat musik tradisional Karinding tetap bertahan.

1.5 Batasan Masalah

Melihat permasalahan yang dipaparkan sebelumnya, maka batasan masalah yang didapatkan adalah:

Memberikan media informasi tentang proses cara memainkan alat musik Karinding beserta perkembangannya.

Mengangkat alat musik tradisional Karinding di Jawa Barat khususnya di Bandung.

1.6. Kata Kunci

Adapun kata kuncinya adalah sebagai berikut :


(5)

5 BAB II

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER MENGENAI ALAT MUSIK TRADISIONAL KARINDING

2.1. Film Dokumenter Sebagai Media Informasi 2.1.1. Definisi Film Dokumenter

Film adalah gambar hidup, juga sering disebut juga movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk hiburan dan

figure palsu dengan kamera dan atau oleh animasi. (Malaky, 2004)

Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki plot (rangkaian peristiwa dalam film yang disajikan pada penonton secara visual dan audio), namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh peran baik dan peran jahat, konflik serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. (Pratista, 2008)

Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Contohnya adalah film Nanook of the North (1991) yang dianggap sebagai salah satu film dokumenter yang menggambarkan keseharian warga suku Eskimo di Kutub Utara. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. (Brodwell, David dan kristin 1996)


(6)

6 Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa yang akan direkam. Film dokumenter memberikan informasi pada penontonnya sering menggunakan narator untuk membawakan narasi atau dapat pula menggunakan metode langsung tanya jawab dengan narasumber.

2.1.2. Definisi Informasi

Menurut George R. Terry, Ph. D informasi adalah “data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang”. Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, kemudian data apa yang terkumpul dan menemukan informasi apa yang diperlukan. Berdasarkan definisi diatas, berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu :

1. Tujuan penerima

Informasi itu harus membantu penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.

2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan.

3. Waktu

Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.


(7)

7 4. Ruang dan tempat

Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi audience.

5. Bentuk

Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasi-situasi yang ada hubungannya.

6. Semantik

Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara kata-kata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.

2.2. Unsur-Unsur Pembentuk Film

Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masing-masing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematiknya adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita film. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise-en-scene, sinematografi,


(8)

8

FILM

Unsur naratif Unsur sinematik Mise en scene sinematografi editing suara

Gambar pembentuk film 2.2.1

Mise en scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan diambil gambarnya, yakni setting (penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya), tata cahaya, kostum dan tata rias wajah, serta pergerakan pemain.

Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mancakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.

Editing tahap pasca produksi: pemilihan serta penyambungan shot-shot yang telah diambil; tahap setelah filmnya selesai: tehnik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya.

Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek suara.


(9)

9 2.3. Film Dokumenter Sebagai Sarana penunjang Informasi Alat Musik

Karinding

Karinding merupakan alat musik tradisional dari Jawa Barat yang akan dibuatkan media film dokumenter oleh penulis sebagai media penunjang informasi untuk alat musik karinding tersebut.

Maka dari itu, diharapkan sebuah media film dokumenter yang dibuat secara rapih dan menarik, kemudian terarah akan menjadi sebuah media yang baik untuk pelestarian alat musik karinding. Selain itu, dapat menginformasikan tentang alat musik tradisional karinding yang merupakan turun temurun dari nenek moyang dan sekarang keberadaannya mengalami pergeseran oleh alat musik modern.

Atas dasar pemikiran tersebut maka penulis akan membuat sebuah solusi informasi melalui media film dokumenter ini dengan mengangkat tema media informasi alat musik tradisional Karinding.

2.4. Manfaat Film Dokumenter

Selain sebagai media informasi, film dokumenter ini bermanfaat untuk menyampaikan sebuah pesan tentang alat musik tradisional Karinding, secara lebih alami kemudian dikuatkan dengan pendapat para narasumber yang menguasai dibidang tersebut. Sehingga pesan yang ingin disampaikan terhadap masyarakat lebih terarah kemudian terkonsep dengan baik, dan dapat diterima dan dimengerti dengan baik oleh masyarakat.

2.5. Media Publikasi Untuk Sebuah Informasi

Dalam penyampaian publikasi untuk sebuah informasi film dokumenter alat musik tradisional Karinding, yaitu:


(10)

10 1. Program-program televisi, seperti Mandala Siliwangi dan Local Genius

(STV Bandung).

2. Pargelaran kebudayaan seperti saung udjo yang menyediakan cinderamata kebudayaan orang sunda.

3. Trend internet seperti MySpace, Facebook. 2.6. Segmentasi

Penentuan target audience sangat diperlukan dalam perancangan konsep media. Agar pendekatan kepada target sasaran dapat lebih terfokus dan efektif dalam penyampaian pesan.

Demografis

- Usia : 17 tahun sampai 23 tahun - Jenis kelamin : laki-laki dan perempuan - Kelas sosial : Menengah ke atas

- Pendidikan : Sekolah Menengah ke Atas sampai Perguruan Tinggi

Alasan memilih usia 17 sampai 23 tahun adalah karena pada usia ini, pengamatan terhadap sesuatu tidak lagi tergantung pada perhatian, keinginan, hasrat dan kebutuhan saja, akan tetapi faktor-faktor luar sudah mulai mempengaruhi mereka dalam mengambil keputusan dan tindakan, apa lagi target lebih sering beraktifitas tepatnya sebagai pelajar.

Psikografis

Secara psikografis siswa SMA dan Perguruan Tinggi, atau 17 tahun sampai 23 tahun, ingin tampil berbeda dari kebanyakan, berani melakukan perubahan dan memiliki minat serta pengetahuan tentang musik.


(11)

11 Geografis

Secara geografis yang ingin dicapai khususnya masyarakat Bandung, masyarakat Jawa barat pada umumnya.

2.7. Analisa Permasalahan

Sebelum melakukan suatu program atau kegiatan apa yang akan dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang ada, maka diperlukan suatu analisa permasalahan. Berikut ini adalah analisa permasalahan-permasalahan, diantaranya :

2.5.1. Analisa 5w + 1H

Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka disusunlah penyesuaian penerapan media komunikasi yang tepat melalui analisa 5w + 1H maka diperoleh hasil sebagai berkut :

2.5.2. Analisa 5w + 1H

What Mengangkat kembali alat musik tradisional Karinding

Why karena alat musik tradisional Karinding sudah tinggalkan oleh generasi muda yang kebanyakan beralih kemusik modern

Who Masyarakat Bandung di daerah kota

When Informasi ini akan dilaksanakan pada saat alat musik tradisional Karinding terancam punah saat ini

Where Di daerah pinggiran kota Bandung.

How Menginformasikan dan Mensosialisaikan dengan menggunakan media film dokumenter yang mudah di mengerti, serta Mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam melestarikan alat musik tradisional Karinding.


(12)

12 2.8. Pemecahan Masalah

Dari analisa-analisa yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan perlunya media informasi untuk memberitahukan terhadap masyarakat, bahwa alat musik karinding musik tradisional yang secara turun temurun, harus dilestarikan agar tidak punah keberadaanya.

Media yang efektif dan efisien akan mempermudah dalam memberikan pesan yang akan disampaikan, dan dapat diterima target sasaran dengan mudah adalah salah satu tujuan utama dari konsep perancangan ini.


(13)

13 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

3.1. STRATEGI KOMUNIKASI

Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan sebuah media sebagai alat penyampaian informasi sangat dipengaruhi oleh komunikasi sebagai unsur penting didalamnya. Dalam media ini terdapat suatu bentuk komunikasi yang berfungsi untuk serta memberi informasi sehingga audience

terpengaruh hingga melakukan tindakan. 3.1.1 Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi perancangan media film dokumenter ini untuk mengenalkan kembali alat musik tradisional karinding, yang keberadaannya hampir hilang yang sudah tergeser oleh alat musik modern, tujuannya agar tidak sampai melupakan warisan dari nenek moyang tentang keberadaan alat musik tradisional.

3.1.2 Tema Dasar Komunikasi

Tema dasar komunikasi diambil dari alat musik tradisional itu sendiri

yaitu “Karinding” yang akan diangkat sebagai tema perancangan film

dokumenter. 3.1.3 Rasional Visual

Materi pesan yang ingin disampaikan adalah menginformasikan kepada masyarakat umum khususnya pelajar berupa film dokumenter yang berwawaskan ilmu pengetahuan yang bersifat informasi dan sekaligus diharapkan memberi nilai lebih bagi pemirsa.


(14)

14 3.1.4 Materi Pesan

Materi pesan yang ingin disampaikan adalah untuk mengajak orang agar mengetahui dan melestarikan alat musik tradisional karinding, supaya tidak melupakan salah satu budaya yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun.

3.2 Strategi Kreatif

3.2.1 Pendekatan Verbal

Penyampaian komunikasi dalam film dokumenter ini lebih menitik beratkan pada pemakain narasi dan narasumber, sehingga akan lebih mudah dan cepat dipahami oleh masyarakat. Karena dalam filmnya narasumber menggunakan bahasa lokal (sunda) maka dibuat teks berbahasa Indonesia, agar maksud dan tujuan yang disampaikan dapat dimengerti semua masyarakat.

3.2.2 Pendekatan Visual

Tampilan visual yang diperlihatkan mengacu pada kejelasan penyampain informasi realita yang mempunyai kesan sederhana, tegas, minimalis dan berisi sebagaimana umumnya sebuah dokumentasi film. Lalu akan ditambahkan dengan efek-efek visual sederhana yang mendukung kekuatan sebuah film dokumenter, dan memakai sudut dan tehnik pengambilan gambar yang menarik dan nyaman untuk dilihat. Visual diarahkan pada suasana realita pada zaman dahulu dan saat ini yang berkesan sederhana dan apa adanya, serta menggunakan sudut (angle) kamera yang menarik, diantaranya sudut atas (high angle), sudut bawah (low angle) dan kemiringan kamera.


(15)

15 Sudut kamera adalah sudut pandang kamera terhadap obyek yang berada dalam frame. Secara umum sudut kamera dapat dibagi menjadi tiga, yakni:

High angle

High angle adalah sudut kamera yang melihat obyek dalam

frame yang berada dibawahnya (membuat obyek sebuah tampak lebih kecil).

Low angle

High angle adalah sudut kamera yang melihat obyek dalam

frame yang berada diatasnya (membuat sebuah obyek seolah tampak lebih besar atau raksasa).

Kemiringan kamera

Kemiringan terhadap garis horizontal obyek dalam sebuah

frame.

3.3 Strategi Media

Media adalah alat penghubung, perantara dan sarana serta saluran alat komunikasi untuk memperkenalkan dan mempromosikan pesan kepada target sasaran. Dengan perencanaan sitematik dan mendapatkan tanggapan dari penerima pesan. Setiap media mempunyai kelebihan dan keterbatasan yang sangat berbeda, dari aspek efektif dan efesiensinya waktu, ruang dan biaya yang dianggarkan. Dalam penyampaian informasi kepada target sasaran dan tetap berorientasi pada tujuan perancangan, maka diperlukan media yang sesuai agar informasi dapat sampai dan dipahami dengan baik.


(16)

16 3.3.1 Pemilihan Media

Pemilihan media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan menginformasikan alat musik karinding agar tidak terlalu luas dengan pertimbangan disesuaikan dengan target yang dituju. Maka pemilihan media yang akan digunakan haruslah efesien dan tepat sasaran.

Media dapat dibedakan menjadi dua, yaitu media utama dan media pendukung.

1. Media Utama

Film Dokumenter

Media film dokumenter ini menjelaskan secara detail tentang alat musik tradisional karinding, dari mulai asal muasal, filosofi, sejarah, cara membuatnya, memainkan, serta perkembangan alat musik tradisional karinding itu sendiri.

Informasi yang disuguhkan dalam media utama ini memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi, sehingga mudah di cerna oleh target audien. 2. Media Pendukung

Media pendukung ini bersifat menunjang, melengkapi atau mempertegas media utama agar penyampaiannya mudah di terima oleh masyarakat.


(17)

17 Poster 1

Gambar 3.3.1 Sketsa Poster 1

Poster merupakan media lini atas yang juga merupakan media luar ruang yang informasinya mudah tersampaikan. Poster ini disebarkan di sekolah-sekolah maupun perguruan tinggi.

Poster 2

Gambar 3.3.2 Sketsa Poster 2

Poster ini adalah sebagai penegas dari poster 1 informasi yang disajikan lebih lengkap, poster pemutaran film dokumenter ini di sebarkan ke sekolah-sekolah.


(18)

18 Brosur

Gambar 3.3.3 Sketsa Brosur

Media ini cukup efektif untuk memberikan informasi-informasi secara langsung pada sasaran yang berisi tentang pengetahuan mengenai alat musik tradisional karinding yang dijelaskan secara singkat.

X–banner

Gambar 3.3.4 Sketsa x-banner

Media ini digunakan untuk memberikan informasi atau promosi pada saat pemutaran film dokumenter.


(19)

19 Baligho

Gambar 3.3.5 Sketsa Baligho

Fungsi Baligho adalah untuk menyampaikan informasi-informasi secara langsung yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya.

Ambient Media

Gambar 3.3.6 Sketsa Ambient media

Adalah media baru yang ditempatkan di layar pada saat berlangsungnya film dokumenter yang berfungsi sebagai pengingat.


(20)

20

Sign System

Gambar 3.3.7 Sektsa Sign system

Sign system ditempatkan di area pemutaran film tepatnya dipasang pada pintu masuk menuju gedung pemutaran film, media ini bertuliskan “Ikuti Tanda Ini”, media ini juga merupakan salah satu media pengikat.

Media Gimmick

Sebagai media pelengkap yang diberikan secara cuma-cuma, media

gimmick tersebut diantaranya adalah :

- Pin dan Gantungan kunci

Gambar 3.3.8 Sketsa Pin

Sebagai media pelengkap yang diberikan secara cuma-cuma, yang berfungsi sebagai pengingat.


(21)

21 - Gantungan kunci

Gambar 3.3.9 Sketsa Gantungan kunci

Sebagai media pelengkap yang diberikan secara cuma-cuma, yang berfungsi sebagai media pengikat.

- Baju

Gambar 3.3.10 Sketsa Baju

Sebagai media pelengkap yang di berikan secara cuma-cuma, yang berfungsi sebagai daya tarik kepada masyarakat.

- Karinding


(22)

22 Sebagai media pelengkap yang di berikan secara cuma-cuma. yang berfungsi sebagai pengingat dan pengikat.

3.3.2 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Untuk mengenalkan alat musik tradisional karinding, penulis membuat media dalam bentuk film dokumenter dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Format media melalui film dokumenter ini merupakan suatu hal yang menarik mengingat alat musik tradisional Karinding masih jarang untuk dibuat sebagai dokumentasi dalam bentuk audio visual dengan berkerja sama dengan DEPDIKNAS dan DISBUDPAR untuk target pelajar dan lembaga-lembaga yang berkepentingan lainya.

b. Film dokumenter adalah sebuah media komunikasi yang efektif, karena dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap pemirsanya, dengan audio visual sebagai penjelas dapat memperindah dan memperkuat pesan serta makna yang terkandung dalam film dokumenter ini.

c. Lewat media audio visual keistimewaan yang terdapat dalam objek yang diteliti dapat ditampilkan dalam bentuk gambar gerak yang membuat mudah dipahami.

d. Dapat menginformasikan dan menampilkan dokumentasi alat musik tradisional Karinding senyata mungkin.

e. Penyampain informasi melalui audio visual mampu memberikan daya ingat yang lama atau membekas, menurut R. Benscofter sifat audio visual ini mampu memberikan daya ingat kepada pemirsanya, pelajaran yang bisa diingat lewat audio visual mencapai 65%, lewat media pandang 20%, lewat media dengar 10%.


(23)

23 3.3.3 Jadwal Penyebaran Media

Jadwal penyebaran dalam 2 (dua) bulan, dengan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan promosi dan dibagi 3 tahap.

Tabel 3.3.3. penyebaran media

3.4 Strategi Distribusi

Dari segi distribusi media promosi untuk menjangkau masyarakat, maka strategi yang digunakan adalah melakukan pemutaran film disalah satu tempat gedung kebudayaan yaitu gedung Indonesia Menggugat, karena sangat efektif dan efesien untuk mengejar target pelajar.


(24)

24 3.4.1 Jalur Distribusi

Atas dasar pelestarian budaya alat musik tradisional, maka pendistribusian ini melalui jalur kerjasama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dan Dinas Pendidikan Jawa Barat. Untuk dokumentasi guna mendukung pendidikan dan kebudayaan sehingga sangat tepat untuk mengejar target pelajar.

Wilayah penyebaran film dokumenter ini dilakukan di kota Bandung terlebih dahulu kemudian kota-kota besar lainya. Pengenalan atau pelestarian harus dilakukan didaerah itu sendiri terlebih dahulu kemudian kemudian pengenalan ke daerah-daerah lain. Dikarenakan segmentasi dari perancangan ini dikhususkan untuk siswa Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi se Bandung.

3.5 Konsep Visual

Konsep visual dalam pembuatan film dokumenter ini menggunakan elemen berupa tata suara, musik, tehnik pengambilan gambar dan elemen-elemen visual seperti fotografi, serta tifografi agar penyampain media informasi tersebut tidak membosankan dan menarik perhatian remaja serta mudah dimengerti.

3.5.1 Tata Suara

Proses perekaman dialog dalam film dokumenter ini dilakukan dengan cara, yaitu :

Perekaman secara langsung atau dengan dialog

Yaitu bahasa komunikasi verbal yang digunakan semua karakter didalam maupun diluar cerita film (narasi)

Bahasa bicara

Bahasa bicara mengacu pada pda jenis bahasa komunikasi verbal yang digunakan sebuah film. Beberapa yang perlu


(25)

25 diperhatikan menyangkut bahasa bicara adalah wilayah dan waktu. Dan kebanyakan menggunakan bahasa induk mereka masing-masing.

3.5.2 Musik

Musik merupakan salah satu elemen yang paling berperan penting dalam memperkuat mood, nuansa, serta suasana sebuah film. Musik dapat kita kelompokan menjadi 2 macam, yakni ilustrasi musik dan lagu. Ilustrasi musik yaitu musik latar yang mengiringi aksi selama cerita berjalan, sedangkan lagu yaitu pengiring sebuah film yang membentuk karakter serta mood suasana adegannya.

Elemen musik disini dimasukan untuk mempertegas suasana agar lebih kuat maknanya.

Ilustrasi musik : musik karinding

Judul lagu : musik yang kental tradisional yang dapat memberikan kesadaran tentang kembalinya mencintai alam. 3.5.3 Teknik Pengambilan Gambar

Pengambilan gambar film dokumenter ini dilakukan dengan cara, yaitu:

Sudut pengambilan gambar

Sudut kamera adalah sudut pandang kamera terhadap obyek yang berada dalam frame.

Ukuran gambar

Menggunakan aspect ratio perbandingan ukuran lebar serta tinggi frame.

Gerakan kamera

Pergerakan kamera berfungsi umumnya untuk mengikuti pergerakan seorang karakter serta obyek. Pergerakan kamera


(26)

26 juga sering digunakan untuk menggambarkan situasi dan suasana sebuah lokasi atau suatu panorama.

Gerakan objek

Secara umum komposisi pengambilan gambar terkait dengan posisi obyek dalam frame dapat dikelompokan dua jenis, yakni komposisi simetrik dan komposisi dinamik.

- Komposisi simetrik sifatnya statis. Obyek terletak persis ditengah-tengah frame dan proporsi ruang disisi kanan dan kiri obyek relatif seimbang.

- Komposisi dinamik sifatnya fleksibel dan posisi obyek dapat berubah sejalan dengan waktu.

3.6 Layout

Memberikan kesan kesederhanaan disertai penegasan yang jelas tentang sejarah permainan karinding, perpindahan gambar secara halus dari gambar satu ke gambar yang lain dimana ada hubungan menerangkan dan diterangkan.


(27)

27 3.7 Tipografi

Huruf yang baik mengarah kepada keterbacaan dan keaslian, mudah dibaca dan nyaman baik dari segi proporsi, spasi, ukuran maupun penempatannya. Penggunaan jenis huruf lebih diarahkan kepada kesan menarik, dan karakter huruf yang lembut dan tidak kaku sehingga tidak melelahkan mata audience. Dengan tingkat keterbacaan yang baik.

Harrington

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn

Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

!@#$%^&*()_-+=

Flareserif821 BT

Aa Bb Cc Dd Ee Ff Gg Hh Ii Jj Kk Ll Mm Nn

Oo Pp Qq Rr Ss Tt Uu Vv Ww Xx Yy Zz

1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

!@#$%^&*()_-+=

3.8 Ilustrasi

Menggambarkan keadaan di pedesaan tepatnya di pematang sawah disesuaikan dengan objek agar memperkuat penokohan. Dilanjutkan dengan pengambilan gambar dari kediaman narasumber dengan keadaan sesungguhnya, hal ini dimaksudkan untuk menampilkan keaslian pada tampilan film.


(28)

28 Tokoh para narasumber yang akan menjelaskan segala sesuatu yang menjadi konten dari film dokumenter ini. Serta memakai elemen-elemen visual agar tampilan yang disajikan menarik perhatian.


(29)

29 Serta memakai elemen-elemen visual.

Gambar Elemen Visual 3.8.2

3.9 Warna

Setiap warna memiliki karakteristik tertentu, yang dimaksudkan dengan karakteristik dalam hal ini adalah ciri-ciri atau sifat khas yang dimiliki oleh suatu warna. setiap warna memiliki suatu makna yang luas dan menunjukan suatu perlambangan. Menggunakan kombinasi warna-warna yang menarik dan tidak melelahkan audience. Pemilihan dan kombinasi warna disesuaikan dengan kesan yang ingin ditampilkan yaitu kesan alamiahnya. Warna yang dipakai dalam perancangan media film dokumenter ini adalah :


(30)

30 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

4.1. Teknis Produksi

Tahapan ini adalah tahapan akhir dari proses yang telah disusun sebelumnya atau final artwork. Dimana seluruh gagasan dan materi yang telah dikumpulkan sebelumnya akan proses untuk menjadi sebuah tampilan yang diharapkan. Guna memberikan hasil yang maksimal dalam proses eksekusi akhir ini diperlukan juga beberapa tahapan yang harus di persiapkan terlebih dahulu secara teknis antara lain : hardware dan sofware

yang dibutuhkan. Tahap ini sangat penting dalam proses perancangan media promosi ini, agar pada pelaksanaanya dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan.

Tahap berikutnya adalah tahap perencanaan, tahap ini terdiri dari penentuan ide atau gagasan, pemetaan, studi kasus dan penempatan elemen-elemen media serta desain dan produksinya.

4.2. Film Dokumenter

Sebelum memasuki tahap produksi pada film dokumenter ada beberapa tahap yang harus dilakukan seperti:

-pra produksi -produksi

-pasca produksi 4.2.1 Pra produksi

Pra produksi adalah tahapan mencari ide cerita dan visual sebelum produksi film dokumenter dilakukan, ada beberapa tahap seperti pencarian ide di awali dengan riset yang dilakukan. Keunikan jenis Karinding baik secara bentuk ataupun secara permainannya yang


(31)

31 kemudian diambil menjadi sebuah dokumenter. Kemudian dibuatlah visualisasi secara sketsa, setelah itu perlu juga dipikirkan pengambilan gambar seperti apa yang akan dibuat dan cut to cut

yang tidak membosankan. Untuk lebih mempermudah dalam produksi harus dibuat story board untuk penentuan pengambilan gambar yang telah ditentukan, agar pada saat produksi semuanya telah terkonsep.


(32)

32 4.2.2 Produksi

Produksi adalah tahap saat melakukan sebuah produksi pada film dokumenter yang menerapkan ide dan konsep yang telah dicari atau dirancang pada saat pra produksi kemudian diterapkan pada saat produksi berlangsung.


(33)

33 4.2.3 Pasca Produksi

Pasca Produksi adalah tahap terakhir setelah melakukan produksi, Pasca adalah tahap editing video dan untuk mixing hasil dari sebuah dari sebuah produksi hingga finishing.


(34)

34 4.3. Media Pendukung

1. Poster I

Gambar 4.3.1 Poster

Poster merupakan kelompok media lini atas yang juga merupakan media luar ruang.

Karakteristik

Mempunyai jangkauan yang luas Menarik perhatian

Memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi

Fungsi poster pertama berfungsi untuk mengenalkan terlebih dahulu tentang pemutaran film dokumenter karinding. Namun informasi yang akan disampaikan dalam poster ini belum sempurna, dalam layout poster ini lebih menonjolkan atau memainkan tipografi dari nama karinding itu sendiri. Dengan tujuan pertama untuk menimbulkan rasa penasaran terhadap target sasaran yang akhirnya menjadi sebuah isu dikalangan target market itu sendiri.


(35)

35 Deskripsi titik penempatan media poster pertama :

Penempatan poster pertama akan ditempatkan di sekolah-sekolah, dan perguruan tinggi, Bandung.

Ukuran teknis media

Format : Persegi empat Ukuran : A2 ( 42 x 59.4 cm ) Material : Art Paper laminasi doff

Teknis Produksi : Cetak Ofset

2. Banner web

Gambar 4.3.2. Banner web

Banner web digunakan karena didalamnya dapat mencakup informasi pemahaman mengenai pesan dan materi informasi.


(36)

36 Fungsi banner web sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai alat musik tradisioanal karinding di media online.

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 200 x 576 px Material : animasi gif

Teknik Produksi : Photoshop dan Flash 3. Poster II

Gambar 4.4.3Poster II

Poster kedua ini adalah poster penegas dari poster pertama. Setelah pertama menjadi sebuah opini dikalangan target market, maka dikeluarkan poster kedua dengan informasi lebih lengkap dan untuk menjawab opini yang telah terjadi dikalangan target market.

Deskripsi titik penempatan media poster kedua :

Penempatan poster kedua akan ditempatkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi.


(37)

37 Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 42 cm x 59.4cm Material : Art paper

Teknik Produksi : Cetak Ofset 4. Flyer

Gambar 4.4.4Flyer

Flyer digunakan karena didalamnya dapat mencakup informasi pemahaman mengenai pesan dan materi yang ingin disampaikan dalam sebuah informasi.

Fungsi flyer sebagai media yang memberitahukan mengenai tempat dan waktu alat musik tradisional karinding itu sendiri.

Deskripsi titik penempatan media :

Penempatan akan ditempatkan di sekolah – sekolah, di persimpangan lampu merah, kampus-kampus.

Ukuran teknis media


(38)

38 Ukuran : 14 cm x 21 cm

Material : Art paper 120 gr Teknik Produksi : Cetak Ofset 5. Baligho

Gambar 4.4.5 Baligho

Sama halnya dengan poster fungsi poster I dan poster II, tetapi ukuran baligho lebih besar dapat dengan jelas terlihat oleh target sasaran sehingga informasinya pun bisa dengan cepat sampai pada target sasaran.

Fungsi baligho adalah untuk memberikan informasi pemutaran film dokumenter yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya.

Format / bentuk : Persegi empat

Ukuran : 500 cm X 700 cm

Material : Flexi frontlight outdoor


(39)

39 6. Mobile Ads

Gambar 4.4.6Mobile Ads

Mobile Ads digunakan karena di dalamnya dapat mencakup informasi pemahaman mengenai pesan dan materi informasi.

Fungsi mobile ads sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai alat musik karinding dan informasi mangenai alat musik tradisional karinding itu sendiri.

Deskripsi titik penempatan media mobile ads :

Penempatan mobile ads akan ditempatkan di mobil-mobil yang melewati jalur station kereta api, sekolah penerbangan Husein, jalan insinyur juanda.

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 90 cm x 60 cm Material : Stiker front lite


(40)

40 7. Brosur

Gambar 4.4.7 Brosur

Brosur digunakan karena didalamnya dapat mencakup informasi pemahaman detail, mengenai pesan dan materi informasi alat musik tradisional karinding.

Fungsi brosur sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai, alat musik tradisional Karinding.

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 29 cm x 21 cm Material : Art paper 150 gr Teknik Produksi : Cetak Ofset


(41)

41 8. X-banner

Gambar 4.4.8 X-banner

Penggunaan X-banner sebagai media pendukung promosi dalam kegiatan media informasi.

Fungsi X-banner untuk mempromosikan pesan yang di informasikan.

Deskripsi titik penempatan media X-banner :

Penempatan X-banner akan ditempatkan lokasi pintu masuk gedung Indonesia Menggugat.

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 60 cm x 160 cm

Material : Flexi frontlight outdoor


(42)

42 9. Sign system

Gambar 4.4.9 Sign system

Fungsi sign system sebagai media pengikat dan petunjuk arah. Deskripsi titik penempatan media sign system :

Penempatan sign system akan ditempatkan lokasi gedung Indonesia Menggugat.

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 15 cm x 10 cm Material : Art paper

Teknik Produksi : Cetak Ofset 10. Ambient media


(43)

43

Ambient media merupakan media lini atas yang merupakan media luar ruang dan juga media dalam ruang. Ambient media juga merupakan media baru yang digunakan pada saat-saat tertentu saja, dan tidak semua kegiatan promosi atau informasi menggunakan media ini.

Ambient media ini berfungsi sebagai media pengikat dari informasi.

Deskripsi titik penempatan media ambient media :

Penempatan ambient media akan ditempatkan di layar pemutaran film dokumenter.

Ukuran teknis media

Format : Disesuaikan Ukuran : 1 m x 2.5 m

Material : Kayu dan infra board Teknik Produksi : Meubel

11. Baju


(44)

44 Fungsi baju sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai Alat musik tradisional karinding dan informasi mengenai alat musik tradisional karinding itu sendiri.

Deskripsi titik penempatan media baju :

Penempatan baju akan dibagikan dalam pemutaran film dokumenter. Ukuran teknis media

Format : Disesuaikan Ukuran : L/M

Material : Cat sablon Teknik Produksi : Sablon 12. Dvd dan Karinding

Gambar 4..4.12 Dvd dan karinding

Dvd dan karinding digunakan karena didalamnya dapat mencakup informasi pemahaman detail, mengenai pesan dan materi informasi alat musik tradisional karinding.

Dvd dan karinding berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat


(45)

45 Deskripsi titik penempatan media Dvd dan Karinding :

Dvd dan karinding ini akan dibagikan dalam berlangsung pemutaran film dokumenter.

Ukuran teknis media

Format : Disesuaikan

Ukuran : Dvd 12 cm x 12 cm Karinding 1 cm x 10 cm Material : Dvd dan

Bambu gombong Teknik Produksi : Transper Dvd dan

Menggunakan pisau raut. 13. Gantungan kunci

Gambar 4.4.13 gantungan kunci

Sebagai media pelengkap yang diberikan secara cuma-cuma, yang berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat tentang alat musik tradisional karinding.

Format / bentuk : Persegi panjang

Material : Art paper


(46)

46 14. Pin

Gambar 4.4.14 Pin

Berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat tentang alat musik tradisional karinding.

Format / bentuk : Persegi panjang Material : Art paper

Teknik Produksi : Digital printing 15. Ikat

Gambar 4.4.15 Ikat

Berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat tentang alat musik tradisional karinding.


(47)

47

Material : Kain Asahi


(1)

42 9. Sign system

Gambar 4.4.9 Sign system

Fungsi sign system sebagai media pengikat dan petunjuk arah. Deskripsi titik penempatan media sign system :

Penempatan sign system akan ditempatkan lokasi gedung Indonesia Menggugat.

Ukuran teknis media

Format : Persegi panjang Ukuran : 15 cm x 10 cm Material : Art paper

Teknik Produksi : Cetak Ofset 10. Ambient media


(2)

43

Ambient media merupakan media lini atas yang merupakan media luar ruang dan juga media dalam ruang. Ambient media juga merupakan media baru yang digunakan pada saat-saat tertentu saja, dan tidak semua kegiatan promosi atau informasi menggunakan media ini.

Ambient media ini berfungsi sebagai media pengikat dari informasi.

Deskripsi titik penempatan media ambient media :

Penempatan ambient media akan ditempatkan di layar pemutaran film dokumenter.

Ukuran teknis media

Format : Disesuaikan Ukuran : 1 m x 2.5 m

Material : Kayu dan infra board Teknik Produksi : Meubel

11. Baju


(3)

44 Fungsi baju sebagai media yang memberikan pemahaman mengenai Alat musik tradisional karinding dan informasi mengenai alat musik tradisional karinding itu sendiri.

Deskripsi titik penempatan media baju :

Penempatan baju akan dibagikan dalam pemutaran film dokumenter. Ukuran teknis media

Format : Disesuaikan Ukuran : L/M

Material : Cat sablon Teknik Produksi : Sablon 12. Dvd dan Karinding

Gambar 4..4.12 Dvd dan karinding

Dvd dan karinding digunakan karena didalamnya dapat mencakup informasi pemahaman detail, mengenai pesan dan materi informasi alat musik tradisional karinding.

Dvd dan karinding berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat


(4)

45 Deskripsi titik penempatan media Dvd dan Karinding :

Dvd dan karinding ini akan dibagikan dalam berlangsung pemutaran film dokumenter.

Ukuran teknis media

Format : Disesuaikan

Ukuran : Dvd 12 cm x 12 cm Karinding 1 cm x 10 cm Material : Dvd dan

Bambu gombong Teknik Produksi : Transper Dvd dan

Menggunakan pisau raut. 13. Gantungan kunci

Gambar 4.4.13 gantungan kunci

Sebagai media pelengkap yang diberikan secara cuma-cuma, yang berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat tentang alat musik tradisional karinding.

Format / bentuk : Persegi panjang

Material : Art paper


(5)

46 14. Pin

Gambar 4.4.14 Pin

Berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat tentang alat musik tradisional karinding.

Format / bentuk : Persegi panjang Material : Art paper

Teknik Produksi : Digital printing 15. Ikat

Gambar 4.4.15 Ikat

Berfungsi sebagai media pengikat dan pengingat tentang alat musik tradisional karinding.


(6)

47

Material : Kain Asahi