THE DIFFERENCES OF STUDENT’S MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENTS BETWEEN TEST FORM AND MOTIVATION IN PERINTIS 2 JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN BENTUK TES DAN MOTIVASI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PERIN

ABSTRACT
THE DIFFERENCES OF STUDENT’S MATHEMATICS LEARNING
ACHIEVEMENTS BETWEEN TEST FORM AND MOTIVATION IN
PERINTIS 2 JUNIOR HIGH SCHOOL
IN BANDAR LAMPUNG
BY
Arief Nurmansyah

The objectives of this research were to find out: 1) interaction between test form
and motivation to student’s mathematics learning achievements, 2) the differences
of student’s mathematics learning achievements by using multiple choice test and
elaborative test, 3) the differences of student’s mathematics learning achievements
by using multiple choice test and elaborative test with strong motivation, and 4)
the differences of student’s mathematics learning achievements by using multiple
choice test and elaborative test with weak motivation. This was a quasiexperimental research with 2 x 2 factorial design. The dependent variable was
student’s mathematics learning achievement. Treatment factors were 1) test form
and 2) learning motivation. Population was Grade IX students of Perintis 2 Junior
High School in Bandar Lampung distributed in classroom IXA, IXC with
homogenous ability. These two classrooms were used as experiment classrooms.
Data were collected using tests and student’s learning motivation questionnaires.
Data were analyzed using two paths anova analysis test and t-test.

The conclusions were: 1) there was an interaction between average of student’s
mathematics learning achievement and student’s learning motivation (0.001 <
0.05); 2) there was an improvement of mathematics achievements of students
using multiple choice test and elaborative test (69,23 > 64,35); 3) there was no
difference of student’s mathematic learning achievement improvement between
using multiple choice test and elaborative test with strong motivation (-0.209 >
2.017); and 4) there was a difference of student’s mathematic learning
achievement between using multiple choice test and elaborative test with weak
motivation (14.196 > 2074).

Keywords

: test forms, motivation, learning achievement

ABSTRAK
PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA
DENGAN BENTUK TES DAN MOTIVASI
DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG


OLEH
ARIEF NURMANSYAH

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) interaksi antara bentuk tes dan
motivasi siswa terhadap prestasi belajar Matematika, (2) perbedaan prestasi
matematika siswa yang mengunakan bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes
uraian, (3) perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan
bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian pada siswa yang memiliki motivasi
kuat, (4) perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan bentuk
tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian pada siswa yang memiliki motivasi lemah.
Metode penelitian ini ialah metode quasi eksperimen dengan rancangan faktorial 2
x 2. Variabel terikat adalah prestasi belajar Matematika siswa. Faktor perlakuan
adalah (1) bentuk tes , (2) Motivasi belajar. Populasi penelitian adalah siswa kelas
IX SMP Perintis 2 Bandar lampung yang terdistribusi dalam kelas IXA, IXC
dengan kemampuan kelas yang homogen. Dua kelas tersebut yang digunakan
sebagai kelas eksperimen. Pengumpulan data penelitian berupa tes dan angket
motivasi belajar siswa. Teknik Analisis data menggunakan Uji Anava Dua Jalur
dan Uji t-Test.
Kesimpulan penelitian adalah (1) Terdapat interaksi rata-rata prestasi belajar
matematika siswa antara bentuk tes dengan motivasi belajar siswa sebesar (0,001

< 0,05) (2) Ada perbedaan Peningkatan prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan tes pilihan ganda dengan siswa yang menggunakan tes uraian
sebesar (69,23 > 64,35) (3) Tidak Ada Perbedaan Peningkatan prestasi belajar
matematika siswa yang diberikan tes pilihan ganda dengan siswa yang diberikan
tes uraian dengan motivasi siswa yang kuat sebesar (–0,209 > 2,017). (4) ada
Perbedaan peningkatan prestasi belajar matematika siswa yang diberikan tes
pilihan ganda dengan siswa yang diberikan tes uraian dengan motivasi belajar
siswa yang lemah sebesar (14,196 > 2,074).
Kata kunci: Bentuk Tes, Motivasi, Prestasi Belajar

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 27 Januari 1988. Penulis
adalah anak kedua dari tiga bernsaudara yang merupakan buah hati pasangan
Bapak Abdul Rahman,S.Sos dan Ibu Nurlela.

Pendidikan yang penulis tempuh berawal dari TK Unila diselesaikan pada tahun
1993. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 2 Kampung Baru
Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah Menegah Pertama Negeri 19 Bandar
Lampung pada tahun 2002, dan Sekolah Menengah Atas Al-Kautsar Bandar

Lampung pada tahun 2005. Pada tahun yang sama yaitu tahun 2005 penulis
diterima sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Di
Universitas Lampung. Dan menyelesaikan studi pada tahun 2010 lalu, penulis
bekerja sebagai guru matematika di Sekolah Menengah Pertama Perintis 2 Bandar
Lampung pada tahun 2010 sampai dengan sekarang. Pada tahun 2011 penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Program Magister Teknologi Pendidikan Di
Universitas Lampung.

MOTO

”Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib
baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki
kehidupan akherat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang
siapa menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu”.
(HR. Turmudzi)

PERSEMBAHAN

Tesis ini aku persembahkan kepada:
1. Kedua


orang tuaku

yang selalu

mendoakan,

membimbing dan

mengarahkanku dari lahir hingga saat ini supaya menjadi manusia yang
bermanfaat dan berguna.
2. Keluarga besar yang selalu saling membantu, mendoakan dan menjaga
nama baik dalam menjalani kehidupan ini.
3. Bapak/ibu dosen beserta staf yang selalu membimbing dan membantu
dalam urusan perkuliahan.
4. Teman-teman TP 2011 dan seluruh teman-teman yang membantu dalam
menyelesaikan perkuliahan ini.
5. Almamaterku yaitu Universitas Lampung pada umumnya dan Program
Magister Teknologi Pendidikan pada khususnya.


SANWACANA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas anugerah yang dilimpahkan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Siswa Dengan Bentuk Tes dan
Motivasi di Sekolah Menengah Pertama Perintis 2 Bandar Lampung ini sebagai
mana mestinya.

Selesainya tesis ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh sebab itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Haryanto, M.S. selaku Rektor Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. selaku Direktur Pascasarjana Universitas Lampung.
3. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung.
4. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Ketua Program Magister Teknologi
Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai pembahas dalam
penyusunan tesis ini.
5. Dr. Herpratiwi, M.Pd. selaku Sekretaris Program Magister Teknologi
Pendidikan Universitas Lampung sekaligus sebagai pembimbing I dalam
penyusunan tesis ini.
6. Dra. Arnelis Djalil, M.Pd selaku pembimbing II dalam penelitian ini.

7. Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd selaku pembahas dalam penyusunan tesis ini.
8. Dosen dan staf Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas
lampung.

9. Teman-teman mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan khususnya kelas B,
Gali Iswandi, Qomario, Lulu, Kicki, Yulia, Yudi, Adi, Ningrum, Agung, dan
Nurul

yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan bantuan dalam

penyusunan tesisi ini.
10. Sahabat-sahabat terdekatku, Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.
11. Rekan-rekan mahasiswa Magister Teknologi Pendidikan khususnya angkatan
2011 dan seluruh mahasiswa baik yang sedang atau telah menyelesaikan
perkuliahan.

Akhirnya peneliti berharap tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia
pendidikan yang terus berkembang serta pembaca sekalian dalam menghadapi
tantangan dan rintangan seiring dengan tuntutan zaman. Amin Yarobbal Alamin.


Bandar Lampung,
Penulis,

Arief Nurmansyah

Juli 2014

DAFTAR ISI

Halaman
MOTTO ......................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................
PERSEMBAHAN ......................................................................................
SANWACANA ...........................................................................................
DAFTAR ISI ..............................................................................................
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................

i

ii
iii
iv
v
vi
vii
viii

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................

1

1.2 Identifikasi Masalah .........................................................................

6

1.3 Batasan Masalah ..............................................................................

6


1.4 Rumusan Masalah ............................................................................

7

1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................

7

1.6 Manfaat Penelitian ...........................................................................

8

II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran .......................................................

10

2.1.1 Teori Belajar .....................................................................


12

2.1.1.1 Behavioristik ..........................................................

12

2.1.1.2 Teori Konstruktivisme............................................

14

2.1.1.3 Teori Gagne ...........................................................

16

2.2

Karakteristik Matematika ..............................................................

18

2.3

Pembelajaran Matematika .............................................................

22

2.4

Logika dan Algoritma Matematika ................................................

26

2.5

Prestasi Belajar Matematika ..........................................................

28

2.6

Motivasi Belajar............................................................................

30

v

2.6.1 Pengertian Motivasi Belajar .................................................

31

2.6.2 Teori-teori Motivasi .............................................................

33

2.6.3 Fungsi Motivasi Belajar .......................................................

34

2.6.4 Macam-macam Motivasi .....................................................

35

2.6.5 Ciri-ciri Motivasi Belajar .....................................................

37

2.6.6 Indikator Motivasi ...............................................................

38

Bentuk Tes Formatif .....................................................................

40

2.7.1 Bentuk Tes Uraian ................................................................

43

2.7.2 Bentuk Pilihan Ganda ...........................................................

46

2.8

Hasil Penelitian yang Relevan .......................................................

49

2.9

Kerangka Berpikir .........................................................................

50

2.10 Hipotesis Penelitian ......................................................................

53

2.7

III. METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian .............................................................................

55

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................

57

3.3

Populasi dan teknik sampling .......................................................

58

3.4

Teknik Pengumpulan Data.............................................................

59

3.5

Definisi Konseptual dan Operasional .............................................

59

3.5.1 Prestasi Belajar ..................................................................

59

3.5.2 Tes Uraian ........................................................................

60

3.5.2 Tes Pilihan Ganda ..............................................................

61

3.5.4 Motivasi Belajar ................................................................

62

Instrumen Penelitian .....................................................................

63

3.6.1 Motivasi Belajar ................................................................

63

3.6.2 Tes Formatif ......................................................................

64

Kalibrasi Instrumen .......................................................................

67

3.7.1 Validitas Instrumen............................................................

68

3.7.2 Reliabilitas Instrumen ........................................................

73

Teknik Analisis Data.....................................................................

74

3.8.1 Analisis Data .....................................................................

75

3.8.1.1 Analisis DataMotivasi Belajar Siswa ..........................

75

3.6

3.7

3.8

vi

3.9

3.8.1.2 Analisis Data Hasil Belajar Matematika Siswa ............

75

3.8.2 Uji Persyaratan Analisis .....................................................

78

Hipotesis Statistik .........................................................................

83

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ...............................................................................

87

4.1.1 Deskripsi Data Penelitian ..........................................................

87

4.1.2 Data Prestasi Belajar siswa yang diberikan Tes Menggunakan
Bentuk Pilihan ganda dan bentuk Tes Uraian Ditinjau dari
Aspek Motivasi siswa ...............................................................

92

4.2 Pengujian Hipotesis .........................................................................

96

4.2.1 Pengujian Hipotesis ..................................................................

96

4.2.2 Hipotesis Pertama .....................................................................

96

4.2.3 Hipotesis Kedua .......................................................................

99

4.2.4 Hipotesis Ketiga ....................................................................... 101
4.3.5 Hipotesis Keempat ................................................................... 102
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 104
4.3.1 Interaksi Rata-rata Peningkatan yang signifikan antara
Bentuk tes dengan motivasi belajar siswa ................................. 104
4.3.2 Peningkatan Prestasi Matematika Siswa yang Menggunakan
Tes Pilihan Ganda lebih Besar daripada Siswa yang
Menggunakan Tes Uraian ......................................................... 107
4.3.3 Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa yang
Diberikan Tes Pilihan ganda Lebih Kecil atau sama dengan
Siswa yang diberikan Tes Uraian dengan Motivasi siswa
Yang kuat ................................................................................. 110
4.3.4 Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa yang
Diberikan Tes Pilihan ganda Lebih Besar daripada
Siswa yang diberikan Tes Uraian dengan Motivasi siswa
Yang Lemah ............................................................................. 112
4.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 114

vii

V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .............................................................................

115

5.2 Imlikasi ...............................................................................

117

5.3 Saran .................................................................................

118

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................

120

LAMPIRAN .................................................................................

123

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Desain Pelaksanaan Penelitian .................................................

56

Tabel 3.2

Prosedur Penelitian .................................................................

57

Tabel 3.3

Komposisi Anggota Sampel ..............................................

58

Tabel 3.4

Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar ......................................

63

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar Bentuk Pilihan Ganda ......

64

Tabel 3.6

Kisi-kisi Instrumen Prestasi Belajar bentuk tes Uraian............

66

Tabel 3.7

Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda ................................

69

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Soal Uraian ..........................................

70

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Siswa ..........................

71

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Soal Pilihan Ganda............................

73

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Soal Uraian .....................................

73

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi Siswa ......................

74

Tabel 3.13 Interpretasi Nilai Daya Beda ..........................................

77

Tabel 3.14 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ..............................

78

Tabel 3.15 Data Kelompok Siswa ...................................................

79

Tabel 3.16 Descriptive Statistics .....................................................

79

Tabel 3.17 Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa .........................

81

Tabel 3.18 Daftar Hasil Uji Homogenitas pada Hasil Belajar .............

82

Tabel 4.1

Analisis Ukuran Pemusatan dan Sebaran Data Pada Bentuk
Tes Pilihan Ganda ...........................................................

87

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Nilai Pada Bentuk Tes Pilihan Ganda .....

88

Tabel 4.3

Analisis Ukuran Pemusatan dan Sebaran Data Pada Bentuk

Tabel 4.4

Tes uraian .....................................................................

89

Distribusi Frekuensi Nilai Pada Bentuk Tes Uraian ...............

89

vi

Tabel 4.5

Perbedaan Rata-rata nilai Prestasi Belajar Siswa dengan
Menggunakan Bentuk Tes Pilihan Ganda dan Bentuk
Tes Uraian ....................................................................

Tabel 4.6

91

Data Prestasi Belajar Siswa yang Diberikan tes Menggunakan
Bentuk Tes Pilihan Ganda Dan Bentuk Uraian Ditinjau Dari
AspekMotivasi Siswa ......................................................

92

Tabel 4.7

Hasil Uji Analisis Varian Dua Arah ....................................

97

Tabel 4.8

Hasil Perhitungan Uji Statistic Descriptive Data
Peningkatan Prestasi Belajar Siswa .................................

Tabel 4.9

100

Hasil Analisis Data Peningkatan Perbedaan Prestasi
Siswa yang Diberikan tes Uraian dengan Siswa yang
Diberikan Tes Pilihan Ganda Pada Siswa yang mempunyai
Motivasi Kuat ...............................................................

101

Tabel 4.10 Hasil Analisis Data Peningkatan Perbedaan Prestasi
Siswa yang Diberikan tes Uraian dengan Siswa yang
Diberikan Tes Pilihan Ganda Pada Siswa yang mempunyai
Motivasi Lemah ............................................................

vii

103

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Menggunakan Bentuk
tes Pilihan Ganda ..........................................................

89

Gambar 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Nilai Menggunakan Bentuk
tes Uraian ....................................................................

90

Gambar 4.3 Histogram Nilai rata-rata Pada Bentuk Tes Pilihan Ganda
dan Bentuk Tes Uraian ...................................................

87

Gambar 4.4 Data prestasi siswa dengan motivasi belajar ..................

92

Gambar 4.5 Histogram Nilai rata-rata Prestasi Belajar Siswa yang
Menggunakan Bentuk Tes Uraian Ditinjau Dari Aspek
Motivasi Belajar Siswa ..................................................

93

Gambar 4.6 Perbedaan Rata-rata nilai Prestasi Belajar Siswa dengan
Menggunakan Bentuk Tes Pilihan Ganda dan Bentuk
Tes Uraian ..................................................................

94

Gambar 4.7 Data Prestasi Belajar Siswa yang Diberikan tes Menggunakan
Bentuk Tes Pilihan Ganda Dan Bentuk Uraian Ditinjau Dari
Aspek Motivasi Siswa ...................................................

95

Gambar 4.8 Histogram Nilai rata-rata Prestasi Belajar Siswa yang Diberikan
Tes Pilihan Ganda dan Bentuk Tes Uraian Pada Siswa Yang
Memiliki Motivasi Lemah ..............................................

96

Gambar 4.9 Interaksi antara bentuk tes dengan motivasi ...................

98

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penilaian Angket Motivasi Belajar Oleh Ahli .......................... 124
Lampiran 2 Angket Motivasi Belajar ......................................................... 130
Lampiran 3 Bobot Nilai Angket Motivasi Belajar ..................................

133

Lampiran 4 Format Kisi-kisi Bentuk Tes Pilihan Ganda .........................

134

Lampiran 5 Kartu Soal Bentuk Tes Pilihan Ganda .................................

139

Lampiran 6 Soal Bentuk Tes Pilihan Ganda .........................................

164

Lampiran 7 Kunci Jawaban Tes Pilihan Ganda .....................................

170

Lampiran 8 Format Kisi-kisi Bentuk Tes Uraian ...................................

171

Lampiran 9 Kartu Soal Bentuk Tes Uraian ...........................................

173

Lampiran 10 Soal Bentuk Tes Uraian ...................................................

183

Lampiran 11 Kunci Jawaban Tes Uraian ...............................................

185

Lampiran 12 Hasil Uji Instrumen Pertama ..........................................

188

Lampiran 13 Hasil Uji Instrumen Kedua.............................................

192

Lampiran 14 Daya Beda, Tingkat Kesukaran ......................................

206

Lampiran 15 Daftar Nilai Siswa Bentuk Tes Pilihan Ganda..................

210

Lampiran 16 Daftar Nilai Siswa Bentuk Tes Uraian ............................

212

Lampiran 17 Analisis Instrumen Prestasi Belajar Siswa ............................

214

Lampiran 18 Lampiran Perhitungan Menggunakan SPSS 19 .....................

216

viii

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada
berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan
prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan.

Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini
merupakan suatu masalah yang salah satunya tentang penggunaan tes dalam
mengevaluasi hasil belajar siswa. Evaluasi belajar sesungguhnya merupakan
suatu proses untuk memperoleh informasi yang akurat tentang efektivitas
pembelajaran. Data hasil evaluasi ini dapat memberikan informasi akurat
jika diperoleh dari hasil pengukuran tepat dan cermat serta melalui alat
evaluasi yang baik.(Oemar, 2008:11)

Mata pelajaran Matematika sangatlah penting untuk diberikan kepada semua
siswa, mulai dari sekolah dasar sampai pada perguruan tinggi. Salah satu
tujuannya, menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif.

2

Matematika adalah ilmu dasar yang mendasari berbagai ilmu pengetahuan
lain. Oleh karena itu, Matematika berperan penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan. Matematika menjadi dasar dalam pengembangan ilmu.
Kemajuan teknologi tidak dapat dipisahkan dari peran Matematika.
Perkembangan ilmu dan teknologi sebagai hasil dari kemampuan berpikir
logis, kritis, dan analitis. Dengan adanya kemampuan tersebut, manusia
memiliki dorongan ingin tahu dan memecahkan setiap persoalan yang
dihadapinya. Oleh karena itu, Matematika sangatlah berperan penting dalam
setiap aspek kehidupan manusia.

Berdasarkan hasil pengamatan kelas IX SMP Perintis 2 Bandar Lampung,
diketahui bahwa rendahnya motivasi belajar siswa menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami materi pelajaran dan
berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan ratarata hasil ulangan Harian kelas IX semester ganjil Tahun Pelajaran
2013/2014 Terlihat bahwa prestasi belajar siswanya belum mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yang sekaligus sebagai guru
Matematika di kelas tersebut untuk kompetensi kesebangunan mencatat data
hasil belajar siswa dalam ulangan harian masih belum sesuai dengan yang
diharapkan, yaitu dari 42 siswa hanya 15 siswa saja di kelas IXA dan 16
siswa dari 43 siswa di kelas IXC yang nilainya memenuhi ketuntasan
minimal yaitu 70.

3

Berdasarkan Hasil pengamatan langsung oleh peneliti selama proses
pembelajaran berlangsung, siswa yang mempunyai motivasi belajar
matematika siswa yang baik hanya 17 siswa dari jumlah 42 siswa (40,5%) di
kelas IXA dan 16 siswa dari jumlah 43 siswa (44,18%) di kelas IXC. Hal ini
dimungkinkan karena dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
faktor internal (diri siswa itu sendiri) dan faktor eksternal (luar diri
siswa). Faktor internal tersebut diantaranya minat, bakat, motivasi,
tingkat intelegensi. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor metode
pembelajaran, fasilitas dan lingkungan.
Untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dalam menempuh
pendidikan yang lebih tinggi matematika merupakan pengetahuan dasar
yang diperlukan oleh siswa, bahkan matematika diperlukan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat pentingnya matematika,
maka sangat diharapkan siswa SMP perintis 2 untuk menguasi pelajaran
matematika.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan jalan memperbaiki
faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain
faktor yang bersumber dari: guru, siswa, kurikulum, kualitas proses
pembelajaran, fasilitas belajar, lingkungan belajar, dan dukungan biaya
penyelenggara pendidikan.
Dari sekian banyak faktor tersebut, faktor kualitas proses pembelajaran
dianggap paling dominan dalam memperbaiki prestasi belajar siswa.
Dengan demikian proses belajar mengajar merupakan salah satu

4

indikator untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas yang
merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru
sebagai pemegang peran utama. Kemampuan guru dalam menggunakan
penilaian hasil belajar siswa juga turut menentukan prestasi belajar
matematika yang berkualitas. Karena itu penilaian yang diterapkan
seharusnya menggunakan sistem evaluasi yang tepat.
Telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran matematika. Penggunaan bentuk tes
formatif yang sesuai dan tepat dalam pelajaran matematika merupakan
bagian yang sangat menentukan bagi tercapainya tujuan pembelajarn
maupun tujuan pendidikan secara keseluruhan.
Guru dalam memilih penggunaan bentuk tes formatif yang tepat harus
memperhatikan motivasi belajar siswa yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, mengetahui motivasi belajar siswa menjadi sangat penting agar
tujuan pembelajaran dapat lebih terarah dan dapat diketahui tingkat
kemampuan siswa pada jenjang kelas sebelumnya.
Dilihat dari bentuknya, tes formatif dapat dibagi menjadi dua yaitu, (1) tes
objektif dan (2) tes uraian. Ada beberapa jenis tes objektif, misalnya mengisi
jawaban singkat, memasangkan benar salah, dan pilihan ganda. Butir pilihan
ganda umumnya terdiri atas satu kalimat pernyataan atau kalimat pertanyaan
dan beberapa pilihan jawaban yang disebut alternatif atau options.

Tes objektif mempunyai beberapa keunggulan yang dapat digunakan dalam
pembelajaran di sekolah. Pertama, tes objektif itu singkat dan siswa tidak

5

perlu menulis banyak dalam menjawab. Kedua, materi dan tujuan pengajaran
dapat terwakili dengan baik. Ketiga, tes objektif adalah reliabel. Keempat, tes
objektif dapat digunakan pada kelas dengan jumlah siswa yang banyak, dan
dalam melakukan penyekoran dapat akurat, hanya menggunakan kunci
jawaban yang dapat dilakukan oleh orang atau mesin.

Berbeda dengan tes objektif, tes subjektif atau yang biasa disebut dengan tes
uraian adalah salah satu bentuk tes yang dalam pemberian skor dipengaruhi
oleh opini atau penilaian seseorang. Tes uraian menghendaki siswa
merumuskan jawaban sendiri. Jadi siswa tidak memilih jawaban melainkan
memberi jawaban dengan kata-katanya sendiri. Kebutuhan akan tes uraian
adalah untuk mengembangkan secara penuh respon siswa. Keakuratan dan
kualitas tanggapan (respon) harus dinilai (dipertimbangkan) oleh seseorang
yang mempunyai pengetahuan tentang materi yang diujikan, biasanya orang
yang menulis butir soal itu.

Tes uraian digunakan untuk mengembangkan secara penuh kemampuan siswa
dalam memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan. Selain ingatan dan
penerapan akan suatu konsep, ketajaman analisis dan interpretasi sangat
diperlukan dalam menjawab tes uraian.
Dengan tes uraian, guru dapat mengetahui apakah siswa telah menguasai
suatu konsep atau belum dan sejauh mana daya analisis yang dimiliki oleh
siswa. Hal ini tampak jelas dari jawaban siswa yang tertulis dalam lembar
jawaban. Setiap langkah dalam menjawab pertanyaan dapat menjadi indikator
sejauh mana penguasaan siswa.

6

Kedua bentuk tes tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masingmasing dan keduanya dapat diterapkan dalam mengevaluasi prestasi belajar
Matematika. Di samping sebagai umpan balik dari kedua bentuk tes formatif
tersebut akan diketahui seberapa besar efeknya terhadap prestasi belajar
Matematika. Lebih jelasnya, akan dilihat apakah pola kebiasaan siswa dalam
mengerjakan tes formatif bentuk tertentu berpengaruh terhadap prestasi
belajar Matematikanya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti perlu dilakukan penelitian yang berjudul ”
Perbedaan Prestasi Belajar Matematika Siswa Dengan Bentuk Tes dan
Motivasi di Sekolah Menengah Pertama Perintis 2 Bandar Lampung.”

1.2 Identifikasi Masalah

Beberapa masalah dapat diidentifikasikan dari latar belakang di atas yaitu:
1.2.1 Prestasi belajar matematika siswa Kelas IX SMP Perintis 2 Bandar
Lampung masih rendah.
1.2.2 Belum digunakannya tes formatif yang tepat sebagai evaluasi prestasi
belajar siswa.
1.2.3 Rendahnya Motivasi siswa kelas IX SMP Perintis 2 Bandar Lampung
dalam pembelajaran Matematika.
1.2.4 Belum dilakukan secara maksimal upaya peningkatan pencapaian
prestasi belajar matematika siswa kelas IX SMP Perintis 2 Bandar
Lampung.

7

1.3

Batasan masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah penggunaan bentuk tes uraian
dan bentuk tes pilihan ganda dengan siswa yang memiliki tingkat motivasi
yang berbeda terhadap prestasi belajar siswa.

1.4. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1.4.1 Bagaimanakah interaksi antara bentuk tes dan motivasi siswa
terhadap prestasi belajar Matematika?
1.4.2 Bagaimanakah perbedaan prestasi matematika siswa yang
menggunakan bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian?
1.4.3 Bagaimanakah perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian pada
siswa yang memiliki motivasi kuat?
1.4.4 Bagaimanakah perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang
menggunakan bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian pada
siswa yang memiliki motivasi lemah?

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk mengujicobakan bentuk tes dan motivasi
belajar siswa sehingga dapat menganalisis dan menjelaskan :
1.4.1 interaksi antara bentuk tes dan motivasi siswa terhadap prestasi
belajar matematika

8

1.4.2 perbedaan prestasi matematika siswa yang menggunakan bentuk tes
pilihan ganda dan bentuk tes uraian
1.4.3 perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan
bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian pada siswa yang
memiliki motivasi kuat.
1.4.4 perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan
bentuk tes pilihan ganda dan bentuk tes uraian pada siswa yang
memiliki motivasi lemah.

1.6

Manfaat Penelitian

Hasil temuan dari penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis melalui pemilihan tes formatif dan motivasi belajar siswa.
Manfaat teoritis
 Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan khasanah
keilmuan

dibidang

pendidikan

dalam

pembelajaran,
kawasan

khususnya

pemanfaatan

bagi
dan

teknologi

pengelolaan

pembelajaran serta mendukung evaluasi penilaian belajar siswa.

Manfaat praktis
Temuan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kelompok berikut:
1.

Peneliti
peneliti sendiri sebagai masukan dalam melaksanakan evaluasi
penilaian pembelajaran matematika yang lebih baik dikelas yang

9

diajarnya serta memperkaya pengetahuannya untuk melakukan berbagai
jenis penelitian.
2.

Guru
Guru Matematika di SMP Perintis 2 Bandar Lampung sebagai masukan
untuk mengenali diri, melihat kelebihan dan kekurangan dalam
pemanfaatan, perencanaan dan penerapan pembelajaran matematika
sehingga dapat mengupayakan tindakan lebih lanjut, dan untuk
meningkatkan evaluasi penilaian hasil belajar siswa.

3.

SMP Perintis 2 Bandar Lampung sebagai masukan atau referensi untuk
meningkatkan

kualitas

menentukan tes formatif

pembelajaran

Matematika

dan

dapat

yang sesuai, dengan motivasi siswa yang

berbeda-beda .
4.

Guru Matematika

di sekolah lain sebagai masukan kualitas

pembelajaran matematika melalui pemilihan tes formatif yang tepat
sebagai evaluasi penilaian hasil belajar siswa.

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Thorndike, salah satu seorang pendiri aliran belajar tingkah laku,
mengemukakan teorinya bahwa belajar adalah Proses interaksi antara stimulus
dan respons. (Uno, 2011:11). Kalau belajar dikatakan kegiatan siswa maka
mengajar dikatakan kegiatan guru. Jadi pembelajaran adalah suatu proses
interaksi antara individu dengan lingkungan yang di dalamnya terdapat unsur
pemberi informasi/pengetahuan yaitu guru dan penerima informasi yaitu siswa.
Hamalik (2008: 41) berpendapat bahwa: “Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning in defined as the
modification or strengthening of behavior through experience)”
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan
dan bukan suatu hasil dan tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi
lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Dalam diri manusia adanya sifat keingintahuan terhadap fenomena-fenomena
yang terjadi di lingkungannya. Keinginan tersebut yang mendorong dirinya
berusaha mencari dan mendapatkan pengalaman baru. Dalam proses usaha
mencari dan mendapatkan pengalaman baru, sebenarnya manusia telah

11

melakukan kegiatan belajar. Dengan adanya pengalaman baru yang diperoleh
dari hasil usaha tersebut, maka dalam diri manusia adanya pengalaman yang
bertambah dan berkembang. Sehingga dari proses tersebut, adanya perubahan
tingkah laku dalam diri manusia. Perubahan itu terwujud dengan adanya
pemahaman, kemampuan, kebiasaan dan keterampilan yang bertambah. Oleh
karena itu, belajar dapat diartikan sebagai proses yang berlangsung seumur
hidup. Selama manusia masih hidup, kegiatan belajar akan tetap berlangsung
yang membawa perubahan dalam dirinya.

Sanjaya (2009:57), berpendapat bahwa:
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Namun demikian kita akan sulit
melihat bagaimana proses terjadinya perubahan tingkah laku dalam diri
seseorang, oleh karena perubahan tingkah laku berhubungan dengan perubahan
sistem syaraf dan perubahan energi yang sulit dilihat dan diraba. Oleh sebab
itu, terjadinya proses perubahan tingkah laku merupakan suatu misteri, atau
para ahli psikologi menamakannya sebagai kotak hitam (black box).

Belajar merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam proses
pendidikan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang pokok dalam
keseluruhan proses pendidikan. Dalam arti berhasil tidaknya pencapaian tujuan
dalam pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang
dialami oleh peserta didik, baik ketika ia berada di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan rumah atau keluarga.

Sejalan dengan pendapat ini, dapat dikatakan bahwa seorang yang telah belajar
akan ditandai dengan banyaknya fakta-fakta yang dapat dihafalkannya. Guru
yang berpendapat demikian akan merasa senang dan puas apabila anak
didiknya telah dapat menghafal sejumlah fakta di luar kepala tanpa
pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan dari fakta-fakta tersebut,

12

sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa belajar itu sama dengan latihan.
Hasil-prestasi belajar akan tampak dalam keterampilanketerampilan tertentu
sebagai hasil latihan. Misalnya, kita menghendaki agar siswa mahir dalam
mata pelajaran Matematika, maka siswa tersebut harus banyak dilatih
mengerjakan soal-soal latihan. Pandangan seseorang tentang belajar akan
mempengaruhi terhadap tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan
belajar. Misalnya, seorang guru yang mengartikan belajar sebagi kegiatan
menghafal fakta-fakta,maka akan lain cara mengajarnya dengan guru yang
mengartikan belajar sebagai suatu proses penerapan prinsip(Slameto,2010: 1).

Slameto (2010: 2) mendefinisikan belajar sebagai:
Suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dari interaksi dengan lingkungannya. Lebih lanjut
Slameto menyatakan bahwa perubahan tingkah laku dalam pengertian
belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) perubahan terjadi secara sadar.
2) perubahan dalam belajar bersifat kontiniu dan fungsional. 3) perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif. 4) perubahan dalam belajar bukan
bersifat sementara. 5) perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. 6)
perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

2.1.1 Teori Belajar
2.1.1.1 Behavioristik
Menurut Herpratiwi (2009:75) menyatakan bahwa:
Teori behaviorisme memandang bahwa belajar adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati dan diukur. Teori ini tidak menjelaskan
perubahan secara internal yang terjadi di dalam diri siswa. tetapi teori
ini hanya membahas perubahan perilaku yang dapat diamati, sehingga
banyak digunakan untuk memprediksi dan mengontrol perubahan
perilaku siswa.

13

Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu.
Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap
manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga
seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Belajar yang di lakukan oleh masing-masing Individu bisa di lakukan
dengan banyak gaya. Penggunaan gaya di maksudkan agar tujuan belajar
dapat tercapai dengan baik. Dalam hal ini teori juga bisa di kategorikan
dalam gaya belajar seseorang. Ada banyak teori yang berbicara tentang
belajar yang salah satunya adalah teori belajar Behavioristik. Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku
tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Dalam konsep
Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di
ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.

14

Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang
dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat molekular,
karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti
halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
2. Bersifat mekanistik
3. Menekankan peranan lingkungan
4. Mementingkan pembentukan reaksi atau respon
5. Menekankan pentingnya latihan

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan
terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan
perilaku reaktif berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak
lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal
yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).

2.1.1.2 Teori Konstruktivisme
Menurut Herpratiwi (2009:75) menyatakan bahwa:
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhan
dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut
dengan bantuan fasilitasi orang lain. Sehingga teori ini memberikan
keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri
kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.

15

Belajar menurut konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan
dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan
pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat
dikembangkan. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran
yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa
yang dipelajari. Beda dengan aliran behavioristik yang memahami hakikat
belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus respon,
kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamanya. Konstruktivisme
sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam
kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan
pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai
pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Menurut teori ini, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan
aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal
ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan membri
kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide – ide
mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat
memberikan siswa anak tangga yang membawasiswa ke tingkat
pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka
tulis dengan bahasa dan kata – kata mereka sendiri.

16

Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar menurut
konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana pesrta didik membina
sendiri pengtahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan
merupakan proses menyelesaikan konsep dan idea-idea baru dengan
kerangka berfikir yang telah ada dan dimilikinya.

Dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut peserta didik diharuskan
mempunyai dasar bagaimana membuat hipotesis dan mempunyai kemampuan untuk mengujinya, menyelesaikan persoalan, mencari jawaban dari
persoalan yang ditemuinya, mengadakan renungan, mengekspresikan ide
dan gagasan sehingga diperoleh konstruksi yang baru.

Adapun ciri-ciri dan prinsip pendekatan belajar konstruktivisme
(Herpratiwi, 2009: 77) adalah sebagai berikut: “(1) siswa lebih aktif dalam
proses belajar, (2) setiap pandangan yang berbeda akan dihargai dan
sekaligus diperlukan, (3) proses pembelajaran harus mendorong adanya
kerjasama, tapi bukan untuk bersaing, (4) Kontrol kecepatan dan fokus
siswa ada pada siswa dan (5) pendekatan konstruktivis memberikan
pengalama belajar yang tidak terlepas dari konteks dunia nyata.”
2.1.1.3 Teori Gagne
Robert M. Gagne adalah seorang ahli psikologi yang banyak melakukan
penelitian mengenai fase-fase belajar, tipe-tipe kegiatan belajar, dan hirarki
belajar. Dalam penelitiannya ia banyak menggunakan materi matematika
sebagai medium untuk menguji penerapan teorinya (Depdiknas, 2004:13).

17

Gagne dalam Dimyati (2006:10) menyatakan “belajar merupakan kegiatan
yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan,
sikap, dan nilai. Dengan demikian belajar adalah seperangkat proses
kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan
informasi, menjadi kapabilitas baru.”
Menurut Hudoyo (2005:13) teori merupakan prinsip umum yang didukung
oleh data dengan maksud untuk menjelaskan suatu fenomena. Sedangkan
belajar merupakan suatu usaha yang berupa kegiatan hingga terjadi
perubahan tingkah laku yang relatif/ tetap. Dari pengertian teori dan belajar
tersebut, secara ringkas dapatlah dikatakan, teori belajar menyatakan
hukum-hukum/ prinsip-prinsip umum yang melukiskan yang melukiskan
kondisi terjadinya belajar.
Dalam teorinya, Gagne mengemukakan delapan tingkat kemampuan
belajar (Herpratiwi, 2009:27). Kemampuan belajar pada tingkat tertentu
ditentukan oleh kemampuan belajar di tingkat sebelumnya adalah sebagai
berikut :
a. Signal Learning
Dari signal yang dilihat/didengarnya, anak akan memberi respon
tertentu. Misalnya ketika melihat seseorang membawa mainan (signal),
seorang anak menunjukkan ekspresi gembira
b. Stimulus-response learning
Seorang anak yang memberikan respon fisik atau vokal setelah
mendapat stimulus tertentu. Contoh: proses awal belajar bahasa dimana
anak-anak mengikuti bunyi kata-kata yang dicontohkan orang dewasa.

18

c. Chaining
Kemampuan anak untuk menggabungkan dua atau lebih hasil belajar
stimulus-respon yang sederhana.
d. Verbal association
Bentuk penggabungan hasil belajar yang melibatkan unit bahasa seperti
memberi nama sebuah obyek/benda.
e. Multiple discrimination
Kemampuan siswa untuk menghubungkan beberapa kemampuan
chaining sebelumnya.
f. Concept learning
Belajar konsep artinya anak mampu memberi respon terhadap stimulus
yang hadir melalui karakteristik abstraknya.
g. Principle learning
Kemampuan siswa untuk menggabungkan satu konsep dengan konsep
lainnya.
h. Problem solving
Dalam tingkatan ini, siswa mampu menerapkan prinsip-prinsip yang
telah dipelajari untuk mencapai satu sasaran. Problem solving menurut
gagne adalah tipe belajar yang paling tinggi.
2.2 Karakteristik Matematika

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti
belajar atau hal yang dipelajari. Sedangkan dalam bahasa belanda, matematika
disebut wiskunde atau ilmu pasti. Ciri utama matematika adalah penalaran
deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai

19

akibat logis dari kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar konsep atau
pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.

Ada pendapat lima ahli tentang pengertian matematika dalam (Suherman,
2003:16), sebagai berikut:
a. Berdarkan etimologis (Elea Tingging). Perkataan matematika berarti “
Ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan penalaran”.
b. Ruseffendi : matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran manusia
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran.
c. Johnson dan Rising mengatakan bahwa matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika
itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan
cermat, jelas dan akurat, refresentasinya dengan simbol dan padat, lebih
berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi.
d. Reys dkk., mengatakan bahwa matematika adalah telaah tentang pola
dan hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni, suatu bahasa
dan suatu alat.
e. Kline mengatakan bahwa matematika itu bukannlah pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami
dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Fungsi matematika menurut (Suherman, 2003 : 56) sebagai berikut :
1. Alat
Siswa diberi pengalaman sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan
suatu informasi.

20

2. Pola Pikir
Belajar matematika bagi para siswa dapat membentuk pola pikir
pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan di
antara pengertian-pengertian itu.
3. Ilmu atau pengetahuan
Matematika selalu mencari kebenaran, bersedia melarat kebenaran yang
sementara diterima.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu
ilmu terstruktur yang berkenaan dengan ide-ide, hubungan yang berkaitan
dengan konsep-konsep abstrak yang terorganisir secara sistematis dan logis.
Dalam belajar matematika siswa dilatih berfikir secara logis, kritis dan
inovatif.
Suriasumantri (2009: 190) mengingatkan: “Matematika adalah bahasa yang
melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan.
Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti
setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu maka matematika hanya
merupakan rumus-rumus yang mati.”

Berdasarkan uraian diatas, Matematika adalah merupakan mata pelajaran yang
sangat penting diberikan kepada siswa. Oleh karena itu Matematika dipelajari
di setiap jenjang pendidikan. Matematika bertujuan menumbuh kembangkan
kemampuan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam
mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah.

21

Soedjadi(2004:35) berpendapat bahwa:
karakteristik matematika, yaitu:
a. Memiliki objek kajian abstrak
b. Bertumpu pada kesepatakan
c. Berpola pikir deduktif
d. Memiliki simbol yang kosong dari arti
e. Memperhatkan semesta pembicaraan
f. Konsistensi dalam sistemnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Mempelajari Matematika identik
dengan mempelajari aturan-aturan yang tersusun secara rapih. Belajar
Matematika menuntut kontinuitas. Sehingga belajar Matematika

Dokumen yang terkait

An Analysis On High School Students’ Ability To Master Passive Voice A Study Case : The Second Year Students At SMK Negeri 2 Pematangsiantar

1 73 52

The effectiveness of using jigsaw technique in teaching speaking

0 7 0

The Study of Correlations of Learning Motivation, Learning Media, Student’s Initial Capability with Learning Results of Social Science Subject of The Second Year Students In State Junior High School 22 In Bandar Lampung in 2013

0 20 91

KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA BANDAR LAMPUNG POLICY OF EDUCATION OFFICE OF BANDAR LAMPUNG CITY TO IMPROVE TEACHERS PROFESSIONALISM IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDA

2 13 76

A COMPARATIVE STUDY OF STUDENTS’ ACHIEVEMENT IN ENGLISH BETWEEN GRADUATES OF THE REGULAR JUNIOR HIGH SCHOOL AND THOSE OF THE OPEN JUNIOR HIGH SCHOOL

0 11 102

Integrative Motivation of Junior High School in Learning English in a Globalizing World

0 3 11

RELATIONSHIP BETWEEN LEARNING STYLE AND COMPLETENESS IN LEARNING MATHEMATICS IN JUNIOR HIGH SCHOOL Hubungan Gaya Belajar Siswa Dengan Ketuntasan Belajar Matematika SMP.

0 2 10

THE ANALYSIS OF READING TEXT AND THE EXERCISES IN“ENGLISH FOR JUNIOR HIGH SCHOOL” USED IN THE FIRST THE ANALYSIS OF READING TEXT AND THE EXERCISES IN “ENGLISH FOR JUNIOR HIGH SCHOOL” USED IN THE FIRST YEAR OF JUNIOR HIGH SCHOOL.

0 2 11

THE MANAGEMENT OF IMMERSION CLASS OF TEACHING AND LEARNING IN STATE JUNIOR HIGH SCHOOL 4 PURWOREJO The Management Of Immersion Class Of Teaching And Learning In State Junior High School 4 Purworejo.

0 0 11

Development of Instructional Materials Based on Ethnomathematic in Mathematics Learning in Junior High School

0 0 18