The Study of Correlations of Learning Motivation, Learning Media, Student’s Initial Capability with Learning Results of Social Science Subject of The Second Year Students In State Junior High School 22 In Bandar Lampung in 2013

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam mensukseskan rencana pemerintah dalam membentuk manusia Indonesia yang bermoral dan berkualitas maka pengembangan dunia pendidikan sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 mengamanatkan pemerintah mcngusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan Nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalarn rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dalam Undang-Undang.

Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB II pasal 3 UU Sisdiknas (2003: 11) yaitu "Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan


(2)

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sejalan dengan era otonomi daerah Undang-Undang tersebut mendelegasikan kepada pemerintah daerah pada Bab IV pasal 11 UU Sisdiknas (2003:14) menyatakan bahwa pemerintah daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi untuk mensukseskan tujuan pembangunan di bidang pendidikan. Dalam keseluruhan pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok. Karena sekolah merupakan lembaga yang memberikan pengajaran kepada murid-muridnya. (Hamalik, 2001: 5).

Dalam proses belajar ini, terikat adanya tujuan pembelajaran yang hendak dicapai siswa, tujuan pembelajaran mengarahkan dan membimbing siswa untuk mencapai prestasi puncak. Adanya tujuan pembelajaran yang jelas maka semua usaha pemikiran guru dan siswa tertuju ke arah tujuan tersebut agar memperoleh hasil belajar.

Menurut Hamalik (2003: 52) Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. Menurut psikologi klasik, belajar adalah suatu proses penoenbangan dan latihan jiwa (mind). Menurut psikologi daya, belajar adalah melatih daya agar dapat berfungsi dengan baik, menurut psikologi behavioristik, belajar adalah membentuk hubungan stimulus-respons dengan latihan-latihan. Menurut


(3)

psikologi kognitif (fakta) belajar adalah bentuk pemahaman dan pemecahan masalah. Menurut psikologi gastalt, belajar adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan pemahaman.

Tujuan pembelajaran dapat memberikan motivasi kepada guru dan siswa untuk berprilaku jujur, kreatif, dan disiplin. Apabila siswa ingin mendapat hasil belajar yang baik, diperlukan ketekunan dan keuletan belajar. Belum maksimalnya hasil saat mi terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Faktor-faktor yang berhubungan dengan hat tersebut antara lain motivasi belajar yang rendah, disiplin belajar yang rendah, dan berbeda-bedanya kemampuan kognitif siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang maksimal, maka perlu diupayakan memberikan motivasi kepada siswa, menciptakan dan menanarnkan rasa disiplin pada siswa dan mengetahui kemampuan kognitif terutama kemampuan awal masing-masing individu siswa.

Saat ini masih banyak siswa yang memiliki kesadaran tujuan belajar yang rendah, sehingga menyebabkan siswa belum termotivasi untuk belajar lebih tekun dan ulet. Masih banyak siswa belum mendalami materi-materi pembelajaran yang telah diajarkan guru, seperti belum seluruhnya latihan kerja siswa (LKS) dapat dikerjakan secara tuntas, siswa belum termotivasi untuk menyelesaikan pelajaran yang diberikan guru untuk dikerjakan di rumah. Waktu belajar di rumah belum dimanfaatkan oleh siswa secara efektif. Dari jumlah 317 siswa terdapat hampir 25% (± 76 siswa) belum memahami


(4)

materi-materi pembelajaran yang telah diajarkan oleh guru, terutama pada aspek pemahaman konsep.

Timbulnya motivasi oleh karena seseorang merasakan sesuatu kebutuhan dan oleh karenanya perbuatan tadi terarah kepada pencapaian tujuan tertentu pula. Apabila tujuan telah tercapai maka ia akan merasa puas, kelakuan yang telah memberikan kepuasan terhadap kebutuhan akan cenderung untuk diulangi kembali, sehingga akan menjadi lebih kuat dan lebih mantap (Hamalik, 2001: 159). Adanya godaan-godaan belajar, seperti enggan untuk belajar lebih giat, adanya mencari jalan yang kurang terpuji dalam mencapai prestasi, dapat dihindari apabila siswa memiliki disiplin belajar yang sportif dan tinggi. Disiplin belajar juga merupakan unsur terpenting bagi siswa yang menuntut ilmu, karena dengan berdispilin dalam belajar dapat menetukan hasil belajar khususnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Motivasi belajar merupakan unsur penggerak untuk berlaku disiplin dalam pembelajaran, sedangkan kemampuan awal yang diperoleh siswa pada kelas sebelumnya sebagai tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dicapai pada tingkat (kelas) yang lebih tinggi. Perlu adanya pembuktian bahwa kemampuan awal ada hubungannya dengan hasil belajar apabila hal itu ditunjang dengan motivasi belajar dan disiplin belajar yang baik.


(5)

pedoman-pedoman yang balk di dalam usaha belajar, barulah seorang siswa mungkin dan mempunyai kecakapan mengenai cara-cara belajar yang baik. Proses belajar di sekolah dimaksudkan sebagai usaha untuk membantu agar siswa tumbuh dan berkembang, serta menemukan pribadinya dalam mencapai kedewasaan masing-masing sehingga mampu menjadi manusia dewasa yang mampu berdiri sendiri di tengah masyarakat. Apabila siswa ingin memperoleh hasil belajar yang baik, diperlukan ketekunan dan keuletan belajar. Ketekunan dan keuletan belajar dapat timbul jika siswa termotivasi untuk melakukan aktivitas belajar dan senang memecahkan masalah atau kesulitan belajar yang dihadapi. Selain faktor tersebut, siplin belajar juga merupakan faktor yang perlu diperhatikan, mengingat hal ini dapat pula menentukan hasil belaiar Ilmu Pengetahuan Sosial

Dalam Undang-Undang Sistim Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 (2003: 34) pada Pasal 37 ayat 1 menyebutkan, bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat :

a. Pendidikan Agama

b. Pendidikan Kewarganegaraan c. Bahasa

d. Matematika

e. Ilmu Pengetahuan nlam f. Ilmu Pengetahuan sosial g. Seni Budaya dan


(6)

Pada Pasal 37 ayat (1) dikatakan bahwa pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ialah mencakup Ilmu Pengetahuan Sosial terpadu yang mempunyai tujuan pembelajaran.

Keberhasilan proses belajar dapat diukur dari hasil yang diperoleh dari siswa. Beberapa hal yang dianggap penting dalarn proses pembelajaran antara lain: (1) pengalaman belajar, (2) proses berpikir (3) adanya perubahan tingkah laku. Keberhasilan ini ditunjukan deril;an bentuk nilai yang diperoleh pada proses pembelajaran terutama pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diberikan oleh guru pada siswa diharapkan dapat membantu siswa memiliki kematangan emosional dan kematangan berpikir untuk mencapai tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang diharapkan sangat diperlukan proses pembelajaran yang menyenangkan.

Orientasi proses pembelajaran di kelas harus dapat memberikan kemudahan bagi siswa agar dapat menumbuh kembangkan sifat positif terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial secara terpadu. Pembelajaran terpadu meliputi penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap Ilmu Pengetahuan Sosial secara balk dan benar, teliti dan cermat dalam berbagai tujuan. Dengan demikian proses pembelajaran tersebut memerlukan sistem pembelajaran yang dapat memberikan berbagai kemudahan-kemudahan bagi siswa sehinga dapat mengkomunikasikan dengan sumber belajar dengan lingkungan sekitar.


(7)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada bulan Februari 2012 diperoleh data-data bahwa bentuk kesalahan yang banyak dilakukan oleh siswa antara lain belum maksimalnya motivasi belajar (X1), belum efektif penggunaan Media Pembelajaran (X2) dengan baik, berbeda-bedanya kemampuan awal siswa (X3). Dari jumlah 317 siswa yang melakukan kesalahan belum termotivasi dan pemanfaatan media pembelajaran dalam kegiatan belajar hampir mencapai 80 siswa. Prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dicapai siswa nilai tertinggi 9 sejumlah dua siswa, nilai 8 sejumlah 38 siswa, nilai 7 sejumlah 127 siswa, nilai 6 sejumlah 23 siswa dan nilai 5 sejumlah 1 siswa. Mata pelajaran yang bertujuan meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman teori dan realita di lingkungan dan bermanfaat pula untuk meningkatkan kemampuan berfikir, bernalar dan memperluas wawasan.

Supaya tujuan ini dapat tercapai hendaknya dicari strategi dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkannya. Pada proses ini diharapkan memberikan motivasi siswa bersama pemanfaatan media pembelajaran agar mampu meningkatkan disiplin belajar melihat dirinya secara positif dan memahami yang lain. Dengan demikian, siswa mampu berfikir dan bekerja sama dalam hal yang positif, supaya mendorong dirinya untuk belajar secara formal di sekolah maupun informal di luar sekolah. Untuk mendapatkan gambaran sejauh mana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. yang diajarkan dan dikuasai, dapat dilihat dari nilai yang diperoleh di kelas sebelumnya yang dapat mengantarkan


(8)

tingkat keberhasilan pada kelas yang lebih tinggi lagi. Bertitik tolak dari uraian-uraian di atas maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian pada kelas II bagaimana korelasi antara motivasi belajar, disiplin belajar, dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial SMPN 22 Bandar Lampung kelas II Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai benikut:

(1) Motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dimiliki siswa masih rendah (2) Dalam kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang tidak

menggunakan Media Pembelajan ,

(3) Setiap awal pembelajaran guru tidak pernah memperhatikan Kemampuan awal siswa secara lisan maupun tertulis

(5) Akibat ketiga hal tersebut di atas menimbulkan pengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas II bidang Studi IPS..

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya masalah yang tercantum pada idcntifikasi masalah maka penulis hanya memfokuskan penelitian pada :

1. Objek Penelitian meliputi motivasi belajar, media pembelajaran, kemampuan awal dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.. Objek motivasi belajar meliputi dimensi tujuan, indikator yang ingin diketahui,


(9)

adalah tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi tingkat kesulitan. Dimensi kesadaran meliputi indikator yang ingin diketahui menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, senang mencari dan memecahkan masalah dalarn soal-soal. Dimensi pengaruh meliputi indikator yang akan diketahui cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapatnya. Dimensi kondisi lingkungan meliputi indikator lebih senang bekerja sendiri, tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini.

Pada Kompetensi Dasar (KD), yang meliputi menyebutkan/ menerangkan berbagai konsep pengetahuan sosial mengemukakan prinsip dan fakta pengetahuan dan mampu menarik kesimpulan berdasarkan prosedur yang sistematis yang bersumber pada pengetahuan sosial.

Objek Media Pembelajaran terdiri dari penanaman disiplin belajar meliputi indikator disiplin menghargai waktu dan memanfaatkan waktu belajar, disiplin memanfaatkan fasilitas belajar. Dimensi dorongan belajar terdiri dari indikator senang melakukan cara-cara yang baik dalam belajar, dorongan untuk bekerja keras dalam belajar. Dimensi keterlibatan orang tua dan guru dalam belajar meliputi indikator mengamati cara belajar siswa, memilih cara belajar yang baik.

2. Subjek Penelitian hanya berfokus pada siswa SMP Negeri 22 Bandar Lampung kelas II Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013.


(10)

Berdasarkan pembatasan masalah yang akan diteliti, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada korelasi yang positif, erat, dan signifikan antara motivasi belajar dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas II Semester I SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013? 2. Apakah ada korelasi yang positif, erat, dan signifikan antara disiplin

belajar dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas II Semester I SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Apakah ada korelasi yang positif, erat, dan signifikan antara kemampuan

awal dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, ia siswa kelas II Semester I SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013? 4. Apakah ada korelasi yang positif; erat, dan signifikan antara motivasi

belajar, pembelajaran dan kemampuan awal dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas II Semester I SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/20013?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar, disipliri belajar, dan kemampuan awal dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sendangkan secara khusus Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui:

1. Hubungan antara motivasi belajar dengan hasil pembelajaran siswa kelas II Semester I SMP Negeri 22 Bandar Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.


(11)

2. Hubungan antara media pembelajaran dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas II Semester I SMN Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Hubungan antara kemampuan awal dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas II Semester 1 SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

4. Hubungan antara motivasi belajar, media pembelajaran dan kemampuan awal dengan hasil pembelajaran siswa kelas II Semester 1 SMP Negeri 22 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013.

F. Kegunaan Penditian

Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan : Secara Praktis :

1. Digunakan oleh siswa sebagai sarana informasi bahwa motivasi belajar, media pembelajaran, dan kemampuan awal mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial sehingga dapat memotivasi siswa agar belajar lebih giat lagi.

2. Digunakan oleh guru, orang tua, dan lembaga-lembaga pendidikan sebagai informasi seberapa jauh memberikan hal-hal yang terbaik bagi siswanya tentang diketahuinya motivasi belajar, media pembelajaran, dan kemampuan awal para siswanya.

3. Digunakan sebagai bahan referensi ilmiah bagi peneliti di bidang pendidikan sebagai tolak ukur penelitian yang sejenis.


(12)

Secara Teoretis;

l. Digunakan sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian di bidang pendidikan untuk pengembangan ilmu pada penelitian yang sejenis.

2. Sebagai sumbangan ilmu pengetahuan terutama tentang pembelajaran IPS pada sekolah lanjutan.

3. Memberikan sumbangan dan memperluas penelitian lebih lanjut pembelajaran tentang korelasi motivasi, media pembelajaran, dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa.


(13)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Hakikat Belajar Dan Pembelajaran

1.1.Latar Belakang

Pengertian Belajar .

Ada beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar :

Menurut Ernes Hilgard ” learning is the profcess by which an activity originates or is changed through training procedures ( whether in the laboratory or in the natural environment ) is ritingiushed to training , dapat diartikan bahwa Seseorang dikatakan belajar apabila ia dapat melakukan sesuatu yang tak dapat dilakukan sebelum ia belajar, atau bila kelakuannya berubah, sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi dari pada sebelum itu. Kelakuan dalam proses belajar melingkupi : pengamatan, pengenalan, pengertian, perbuatan perasaan, minat, penghargaan dan sikap.

Menurut Guthri dan Power :

” learning is olways a case of improving some performance orgainning some new3 ability or under- standing ” artinya belajar adalah sesuatu hal yang


(14)

meningkatkan perbuatan atau didapatkannya kemampuan atau pengertian baru.

Menurut Witherington dan M.Buchori : ” belajar adalah suatu perubahan pada kepribadian yang ternyata pada adanya pola sambutan baru, yang dapat berupa suatu pengertian ”

Menurut Cronbach :

” learning is shown by change in behavior as a result of experience ” artinya belajar adalah perubahan tingkahlaku sebagai hasil pengalaman.

Menurut Sumadi Suryobroto bahwa belajar mencakup beberapa hal pokok : a. belajar itu membawa perubahan ( behavior )

b. perubahan pada pokoknya adalah didapatnya kecakapan baru c. perubahan itu terjadi karena usaha ( dengan sengaja _

Dari beberapa pendatat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa : Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil/tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi belajar lebih luas dari pada itu, yakni mengalami,

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks tersebut menimbulkan berbagai teori belajar. Seorang siswa harus menghayati apa yang dipelajarinya karena erat hubungannya dengan usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh guru.


(15)

1.2. Permasalah Belajar dan Pembelajaran

Permasalahan yang akan dibicarakan dalam hakekat belajar dan pembelajaran antara lain :

1. Masalah-masalah intern belajar

2. Faktor-faktor yang ada dalam masalah belajar 3. Cara menentukan masalah-masalah belajar 4. Pengertian prinsip

5. Teori Belajar dan Pembelajaran 6. Asas pembelajaran

7. Implikasi prinsip-prinsip belajar siswa

1. Masalah-masalah intern belajar

Dalam interaksi belajar mengajar ditemukan bahwa proses belajar yang dilakukan oleh siswa merupakan kunci keberhasilan belajar. Proses belajar merupakan aktivitas psikis berkenaan dengan bahan belajar.

Aktivitas mempelajari bahan belajar tersebut memakan waktu. Lama waktu mempelajari tergantung jenis dan sifat bahan dan juga kemampuan siswa. Jika bahan belajarnya sukar dan siswa kurang mampu maka dapat diduga bahwa proses belajar memakan waktu yang lama, begitu juga sebaliknya


(16)

aktivitas belajar dialami oelh siswa sebagai suatu proses yaitu proses belajar sesuatu.

1.3 Faktor-faktor yang ada dalam masalah belajar

1. Faktor intern, yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut :

a. Sikap terhadap belajar.

b. Motivasi belajar: Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar.

c. Konsentrasi belajar : Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses memperolehnya.

d. Mengolah bahan belajar

e. Menyimpan perolehan hasil belajar: Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung selama waktu pendek dan waktu lama. Kemampuan menyimpan dalam watu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan. Sedangkan kemampuan menyimpan waktu lama

berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa. Pemilikan itu dalam waktu bertahun-tahun bahkan sepanjang hayat.

f. Menggali hasil belajar yang tersimpan

g. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar.


(17)

Proses belajar didorong oleh motivasi intrinsic siswa disamping itu proses belajar juga dapat terjadi / menjadi bertambah kuat bila didorong oleh lingkungan siswa.

Faktor-faktor ekstern tersebut adalah sebagai berikut : a. Guru sebagai Pembina siswa belajar

b. Sarana dan prasarana pembelajaran c. Kebijakan penilaian

d. Lingkungan sosial siswa di sekolah e. Kurikulum sekolah

c. Cara menentukan masalah-masalah belajar 1. Pengamatan perilaku belajar

2. Analisa hasil belajar 3. Tes hasil belajar

2.2 Prinsip-prinsip belajar dan implikasinya Pengertian prinsip

* Sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama

* Sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dan sebagainya.

* Sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya. Prinsip belajar adalah landasan berfikir, landasan berpijak dan sumber motivasi agar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.


(18)

Adalah suatu transfer belajar antar pendidik dan peserta didik sehingga mengalami perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.

Menurut Robert H. Devies

Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktik yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.

Menurut Rochman Nata Wijaya dkk * Prinsip efek kepuasan ( law of effect )

Jika sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka hubungan Stimulus-Respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus- Respon.

* Prinsip pengulangan ( law of exercise )

Bahwa hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah dilatih.


(19)

Bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-unit ini menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atu tidak berbuat sesuatu.

* Prinsip kesan pertama ( law of primacy )

Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian peserta didik.

* Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )

Bahwa makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari.

* Prinsip bahan baru ( law of recentcy )

Bahwa dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah wawasan atau pengalaman suatu peserta didik.

* Prinsip gabungan (perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan)

Bahwa hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan bertambah erat jika sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika jarang atau tidak pernah dilatih.

Prinsip belajar secara umum * Perhatian dan motivasi


(20)

Bahwa seorang pendidik dalam mendidik siswanya dengan menggunakan metode yang bervariasi dan memilih bahan ajar yang diminati siswa.

* Keaktifan

Bahwa dalam mendidik kita harus memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan eksperimen sendiri.

* Keterlibatan langsung atau pengalaman

Bahwa dalam pembelajaran pendidik dapat melibatkan siswa dalam menacri informasi, merangkum informasi, dan menyimpulkan informasi.

* Pengulangan belajar

Merancang hal-hal yang perlu diulang agar siswa lebih paham.

* Tantangan semangat

Dalam suatu pembelajaran seorang pendidik agar memberikan tugas pada siswa dalam pemecahan permasalahan agar menjadi tantangan bagi siswa tersebut.

* Balikan dan penguatan

Bahwa pendidik agar memberikan jawaban yang benar dan memberikan kesimpulan dari materi yang telah dijelaskan atau dibahas.

* Perbedaan invidual

Bahwa seorang pendidik agar dapat menentukan metode sehingga dapat melayani seluruh siswa.


(21)

b. Azas pembelajaran

* Perhatian dan motivasi * Keaktivan

* Keterlibatan langsung / berpengalaman * Pengulangan

* Tantangan

* Balikan dan penguatan * Perbedaan individual

2.3 Teori Belajar dan Pembelajaran

Ada beberapa teori belajar dan pembelajaran seperti: teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivistik, humanstik, sibernetik, revolusisosiokultural dan kecerdasan ganda yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi clan konteks pembelajaran. Pada pembelajaran ini penulis mempelajari pada teori belajar kognitif, konstruktivistik, humanistik, dan kecerdasan ganda.

a. Teori Belajar Kognitif

Menurut teori kognitif seperti yang dikemukakan oleh Budiningsih (2003: 34) belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang nampak. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru


(22)

beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan clan menggunakan informasi yang sudah dipahami. Pada kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif sangat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke yang komplek. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan siswa.

b. Teori Belajar Konstruktivistik

Menurut teori ini belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat, memberilan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutahiran struktur kognitifnya. Teori ini dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan sumbangan besar dalam membentuk siswa menjadi kreatif, produktif, dan mandiri.


(23)

c. Teori Belajar Humanistik

Menurut teori ini proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu senditi. Teori belajar humanisitk sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori ini da!am pelaksanaanya mengatakan, bahwa belajar merupakan asimilasi bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yahg dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan penplaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, karena tanpa motivasi dan keinginanan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinva.

d. Teori kecerdasan ganda

Teori ini menitikberatkan pada kemampuan kecerdasan sebagai upaya memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan dalam latar budaya tertenu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Semua kecerdasan bekerjasama sebagi satu kesatuan yang utuh dan terpadu kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah.

2.4. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa

Siswa sebagai “ primus motor “ ( motor utama ) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apapun tidak dapat mengabaikan begitu saja.


(24)

Adanya prinsip-prinsip belajar justru siswa akan berhasil dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implkasi prinsip-prinsip belajar terhadap diri mereka.

2. Hakikat Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari bahan latin "monveu" yang berarti "Menggerakkan" Kata motivasi sering diartikan secara sederhana menjadi "Penggerak atau Pendorong" (Hawa dkk, 1994: 1). Sardiman (2006: 84) mengatakan bahwa belajar sangat memerlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Semakin cepat motivasi yang diberikan akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan belajar bagi para siswa. Motivasi dapat nampak pada diri peserta didik dalam proses belajar, Motivasi siswa tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melaksanakan suatu tugas. Dalam hal ini tugas yang dimaksud bagi siswa dalam belajar (Suciati.dkk 2001: 52). Menurut Gagne dan Berliemen (1993: 330) "mengatakan bahwa motivasi adalah apa yang menggerakkan kita dari kejenuhan untuk bersemangat atau berminat terhadap sesuatu". Berarti motivasi merupakan unsur penggerak untuk melakukan aktivitas guna mencapai tujuan yang diharapkan. "Motive adalah sesuatu yang mendorong individu untuk


(25)

berprilaku yang langsung menyebabkan munculnya prilaku tanpa motif seseorang tidak dapat belajar karena hal itu memberi arah dalam belajar". Motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri peserta didik yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar, dan memberikan ajar pada kegiatan belajar untuk mencapai suatu tujuan (Winkel,l 982: 27).

Berdasarkan sumber penggeraknya motivasi dapat berasal dari diri sendiri (Niotivasi Instrinsik), dan motivasi dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Holden (1990: 12) menyatakan bahwa : Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan suatu. Holden juga menyebutkan motivasi itu muncul pada suatu tugas dialami sebagai suatu hadiah dan berfungsi tanpa kontrol dari lingkungannya. Seorang siswa yang giat dan tekun belajar karena didorong oleh rasa ingin tahunya tentang sesuatu yang dipelajarinya, dan bukan karena faktor lain di luar dirinya merupakan contoh motivasi instrinsik. Narnun sebaliknya apabila siswa yang giat dan tekun belajar tersebut karena adanya dorongan oleh rasa takut tidak naik kelas, atau karena irlgin mendapat nilai yang baik sehingga mendapat pujian dari orang tua merupakan contoh dari motivasi Ekstrinsik. Sardiman (2001: 88) mendefinisikan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perasaan dari luar.


(26)

terdapat faktor-faktor yang mendukung. Bila siswa memiliki motivasi belajar yang kuat maka kemampuan untuk beraktivitas dalam belajarpun semakin kuat.

Perkembangan selanjutnya pengertian motivasi menjadi sangat variasi para ahli Psikologi belajar mencoba mendefinisikan sesuai dengan versinya masing-masing. Perbedaan ini biasanya disebabkan adanya sudut pandang dan teori belajar yang dianut serta hasil pengamatan yang dilakukan. Menurut Ames, sebagai tokoh Psikologi Kognitif, yang dikutip oleh Prasetya Irawan dkk (1994: 42) mencoba menjelaskan motivasi dari pandangan kognitif. Motivasi adalah sebagai perspektif yang dimiliki seseorang mengenai dirinya seseorang untuk melakukan suatu tugas sangat tergantung pada bagaimana ia memandang dirinya sendiri dalam kaitannya dengan tugas-tugas tersebut. Biia ia percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan tugas itu, maka akan muncul dalam dirinya suatu dorongan (motivasi) untuk melakukannya. Dalam kaitan ini konsep diri (Self' Concept) yang positif menjadi pemicu timbulnya kemauan.

Kata motivasi sering kali digunakan secara bergantian dengan kebutuhan (need). Karena istilah need dapat dikatakan merupakan bagian dari konsep motivasi yang sama-sama menggambarkan tentang sesuatu yang berpengaruh terhadapnya, energi dan arah tingkah laku. Geocities (2001) menyatakan bahwa manusia yang termotivasi adalah manusia yang mempunyai dorongan yang kuat untuk bertindak kalau dia ingin


(27)

memenuhi kebutuhannya. Berkaitan dengan teori tersebut kebutuhan untuk berprestasi dalam belajar menimbulkan energi dalam diri seseorang untuk belajar lebih giat. Bila kemampuan ini terkait dengan masalah belajar, dimana dalam diri seseorang muncul kebutuhan akan keberhasilan dalam belajar maka akan timbul energi dalam dirinya untuk bergerak melakukan pekerjaan yang mengarah pada pencapaian tujuan belajar. Pada proses pembelajaran, scbaiknya guru berupaya memberi motivasi kepada siswa agar dapat membangkitkan semangat memusatkan perhatian siswa pada tugas-tugas yang berhubungan dengan pencapaian hasil belajar. Suatu konsep yang harus ditanamkan suatu didik kepada peserta didik agar mereka memiliki motivasi yang tinggi adalah menanamkan sikap bahwa keberhasilan dan kegagalan sangat ditentukan oleh usaha bukan hanya oleh kemampuan dan kecerdasan. Motivasi dapat dideteksi dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Indikasi motivasi siswa dapat dilihat dari prilaku dan ketekunan menghadapi tugas yang diberikan ulet dalam menghadapi kesiilitan, tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berpretasi, selalu berusaha untuk berprestasi sebaik munokin, senang dan rajin belajar, penuh semangat cepat bosan dengan tugas-tugas yang selalu monoton dan senang mencari hal-hal yang baru serta senang memecahkan persoalan. Beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalarn belajar adalah melalui proses pembelajaran yang bervariasi, pengulangan informasi, pemberian setimulus baru, memberikan kesempatan pada siswa untuk menyalurkan keinginan belajarnya,


(28)

menggunakan media dan alat bantuan yang menarik perhatian siswa seperti gambar, foto, diagram dan sebagainya. Pengalaman belajar yang pernah ditempuh oleh siswa juga memerlukan motivasi belajar yang cukup baik.

Penelitian motivasi belajar diarahkan pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk menumbuh kembangkan bagaimana siswa memperoleh pengalaman belajar maksimal sehingga siswa mau menghargai Ilmu Pengetahuan Sosial secara baik dan setara dengan pengetahuan yang lain. Pengaruh yang dapat diharapkan dari pengalaman belajar ini yaitu sikap positif terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial secara umum.

Pada proses pembelajaran, sebaiknya guru harus memberi motivasi kepada siswa agar dapat membangkitkan semangat, memusatkan perhatian siswa pada tugas- tugas yang berhubungan dengan pencapaian belajar. Suatu konsep yang harus ditanamkan oleh pendidik kepada peserta didik agar mereka memiliki motivasi yang tinggi adalah menanamkan sikap bahwa keberhasilan dan kegagalan sangat ditentukan oleh usaha, bukan hanya kemampuan dan kecerdasan.

Penelitian motivasi belajar ini diarahkan pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk menumbuhkan bagaimana siswa memperoleh pengalaman belajar maksimal sehingga siswa merasa senang dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial. Pengaruh yang dapat diharapkan


(29)

dari pengalaman belajar ini yaitu sikap positif terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial secara umum.

Berdasarkan beberapa penjelasan terdahulu, dapat dikatakan bahwa orang yang memiliki motivasi belajar adalah mereka yang memiliki komitmen yang kuat atas tugas-tugas yang memuaskan hasrat untuk, berhasil ternilai dalam penguasaan dan pencapain tujuan sebaliknya tugas-tugas yang tidak berorientasi pada tujuan tidak akan membuatnya termotivasi dan bahkan kalaupun dikerjakan maka mereka akan melakukan tanpa semangat dan komitmen. Dalam penulisan ini motivasi yang dimaksud adalah daya penggerak atau ketekunan untuk melakukan aktivitas-aktivitas dengan menunjukkan tindakan yang hendak dilakukan dalam belajar untuk mencapai kemampuan sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan dalam pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Hakekat Media Pembelajaran 3.1. Media

A. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti pengantar atau perantara, sehingga dapat diartikan bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepenerima pesan.

Banyak batasan yang diberikan para ahli tentang media, diantaranya menurut Amir Hamah Sulaeman : Bahwa Media yang dipergunalan didalam


(30)

kegiatann belajar mengajar dapat diisebut : audia visual education atau pendidikan audio visual yang maksudnya alat-alat audio visual sebagai tak terpisahkan dari suatu proses pendidikan , ada pula yang memberi nama sensori aids artinya alat-alat pembantu panca indra atau yang paling mendekati sasaran adalah “ audio visual communication “ dengan pengertian komunikasi melalui alat=alat audio visual ( Sulaiman AH, 1988 ).

Sementara itu Gagne dan Briggs, 1975 secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorde, kaset, video kamera, film, slide, foto, gambar, grafik telivisi dan komputer atau dengtan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Demikian pula Assosiasi Pendidikan Teknologi dan Komunikasi AECT (Association of Educational and Communications Technology, 1977 ) di Amerika Serikat membatasi bahwa : “ Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi” ( Arief Sadiman, Anung Haryono, 1990).

Sedangkan batasan yang diberikan oleh Assosiasi Pendidikan Nasional di Amerika Serikat NEA (National Education Association) mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi ( dilihat,


(31)

didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas proses komunikasi, media hanyalah satu dari empat komponen yang harus ada yaitu : sumber informasi, informasi, penerima informasi dan media informasi.

Apabila empat komponen ini tidak ada maka proses komunikasi tidak mungkin terjadi. Dari beberapa pendapat tentang media tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa “ Media adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga perhatian siswa tumbuh sedemikian rupa yang akhirnya mampu menimbulkan proses belajar terjadi “.

3.2 Pembelajaran

Pada dasarnya Proses Belajar Mengajar ( PBM ) merupakan kombinasi dari tiga komponen secara terpadu, yaitu :

1. Komponen Pengajar ( guru, dosen, tutor, instruktur ), Komponen siswa (warga belajar, murid ).

2. Komponen Bahan Ajar ( materi yang diajarkan ) yang diberikan pada siswa (Soekartawi. 1995, V ).

Peran pengajar adalah mereka yang memberikan bahan ajar kepada siswa baik secara formal maupun non formal. Pengajar sangat penting karena ia berfungsi sebagai komunikator. Peran siswa adalah mereka yang belajar baik secara formal maupun non formal yang dapat dikenal sebagai peserta


(32)

pendidikan dan komunikan. Sedangkan bahan ajar atau materi pelajaran dan pesan adalah apa yang diajarkan atau disampaikan oleh pengajar kepada siswa atau dari komunikator kepada komunikan yang diberikan oleh pengajar merupakan pesan yang harus dipelajari oleh siswa yang kemudian diadopsi sebagai bekal siswa setelah menyelesaikan studinya.

Semakin banyak siswa melakukan adopsi dari bahan ajar yang diberikan pengajar akan semakin banyak bekal yang ia pelajar selama ia berada di sekolah. Proses Belajar Mengajar ( PBM ) itulah yang akhirnya dikenal dengan pembelajaran. Bersamaan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pelaksanaan PBM atau pembelajaran menjadi lebih kompleks, karena ketiga komponen tersebut masih dipengaruhi oleh variabel-variabel lain apakan dari pengajarnya, siswanya maupun bahan ajarnya.

“ Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. (Oemar Hamalik, 1994, Kurikulum dan Pembelajaran, 57 ).

Dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa atau murid, guru, dan tenaga lainnya (tenaga laboratorium ), dan bahan ajar atau material atau fasilitas atau perlengkapan yang berupa : buku-buku, papan tulis, kapuratau spidol, fotografi, slide, film, audio, video tape.


(33)

Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari : ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer dan lain-lain. Prosedur adalah jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek, belajar atau Ujian dan lain-lain.

Sistem pembelajaran tidak terbatas di ruangan saja akan tetapi dapat di luar kelas, (memberi tugas pada siswa untuk membaca buku kemudian memberikan komentar terhadap isi buku tersebut )

Gambar 1. Hubungan Kesesuaian antara Pengajar, Bahan Ajar dan Siswa ( Carkhuf dan Berenson, 1997 )

2.3 Media Pembelajaran

Berdasarkan keterangan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Media Pembelajaran adalah : “Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran”.

PENGAJAR


(34)

Dalam kegiatan pelaksanaan ( operasional ) pendidikan media pembelajanan atau media pendidikan atau media instruksional semakin mendapat sorotam dalam sistem pendidikan, di negara kita terutama dalam hubungannya dengan Proses Belajar Mengajar ( PBM ). Sorotan itu dilakukan mengingat pentingnya peranan media pengajaran atau pembelajaran dalam usaha meningkatkan keberhasilan siswa belajar, suatu arah yang senantiasa dituju oleh sistem instruksional yang sistematik.

Keberhasilan belajar pada hakekatnya adalah tumpuan dan arah utama dalam segala bentuk pengajaran yang dikembangkan oleh guru atau pengajar baik di sekolah maupun dio luar sekolah. Keberhasilan belajar juga bertalian denbgan usaha peningkatan mutu pendidikan ( produk ) dan pendidikan mutu (proses). Penggunaan media dan multi media merupakan suatu unsur penunjang dalam hubungannya dengan masalah mutu pendidikan dan pendidikan mutu tersebut.

Media pendidiikan atau media pembelajaran dapat ditinjau sebagai proses dan sebagai produk. Sebagai proses : karena media pembelajaran berfungsi sebagai alat penunjang dalam proses instruksional, yakni dalam menyampaikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks inilah keberhasilan belajar akan diperolah sebagaimana yang diharapkan jika proses instruksional itu didukung oleh media atau multi media yang relevan. Sebagai produk : oleh karena media pendidikan atau pembelajaran adalah merupakan hasil


(35)

kemajuan-kemajuan teknologi maka semakin bertambah meningkat perkembangan media pendidikan atau pembelajaran. Jika dalam berbagai situasi pengajaran kita sering merasakan tentang pentingnya media pengajaran atau pembelajaran, maka dapat diartikan bahwa kita berpijak pada suatu asumsi yang tepat. Asumsi itu : Media pendidikan atau pengajaran atau pembelajaran memiliki peranan yang penting dalam rangka meningkatkan hasil belajar, dan hasil belajar kemungkinan besar kurang meningkat jika kita tidak atau kurang menggunakan media atau multi media pendidikan atau pembelajaran yang diperlukan.

3.4 Macam-Macam Media Pembelajaran A. Dilihat dari jenisnya

1) Media Auditif atau Audio

Media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja (untuk di dengar) misalnya : radio, tape recorder, piringan hitam, dan sebagainya. 2) Media Visual

Media yang hanya mengandalkan indra penglihatan ( untuk dilihat ). Media visual ada yang menampilkan gambar diam, seperti film strip ( film rangkai ), slide ( film bingkai), foto, gambar atau lukisan atau cetakan, sketsa, diagram, chart, grafik, kartun, poster, peta maupun globe Ada juga media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, film karton.


(36)

Media atau alat visual ada yang disebut tiga dimensi yaitu media atau alat yang mempunyai bentuk sama atau hamper sama dengan benda-benda sebenarnya dan mempunyai ukuran tinggi, lebar dan panjang. Atau tiruan sederhana yang disebut mock - up ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1971)

Dengan media atau alat peraga itu ( misalnya bentuk rumah, atau kotak, siswa-siawa dapat memahami pelajarannya dengan mudah. Media tiga dimensi besar faedahnya sebagai alat penolong dalam pelajaran , karena alat-alat ini mendekati bentuk-bentuk yang sebenarenya. Macam-macam media atau alat tiga demensi yang dapat dibuat sendiri disekolah sekolah dengan bahan-bahan yang ada di sekitar sekolah .

a. Model , media yang banyak dipakai di sekolah-sekolah dewasa ini ialah alat-alat seperti : tiruan gunung berapi yang dibuat dari tanah liat, kertas atau semen, tiruan rumah, tengkorak, manusia setasiun, pabrik-pabrik. Macam-macam model : yang disederhanakan, lapangan, perbandingan. irisan.

b. Benda asli (obyek), media yang berupa benda-benda asli , dengan bantuan murid-murid dapat mengumpulkan misalnya : macam=macam akar, tulang-tulang, mata uang asing, biji-bijian dll.

c. Mock up ( alat tiruan) , menggambarkan bagian-bagian yang diperlukan untuk menjelaskan sesuatu (misalnya pelajaran mengenai telegram kita gambar dengan bagan daripada perjalanan telegram itu


(37)

dari pengirim sampai dengan alat-alat penerima pada sebuah alas papan atau karton)

d. Diorama, merupakan media berbentuk suatu kotak yang melukiskan suatu pemandangan yang mempunyai latar belakang dengan perspektip yang sebenarnya, sehingga menggambarkan suatu suasana yang sebenarnya misalnya : membuat diorama mengenai dasar lautan. e. Peta timbul

f. Boneka

g. Topeng dll. 3) Media Audiovisual

Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi kedua jenis media yang pertama dan kedua. Media ini terbagi lagi ke dalam : Audiovisual Diam dan Audiovisual Gerak Audiovisual Diam : media yang menampilkan suara dan gambar diam seperti film bingkai suara ( sound slide ), film rangkai suara, dan cetak suara. Audiovisual Gerak : media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film suara dan vidio cassette.

B. Dilihat dari Daya Liputnya

1) Media dengan daya Liput Luas dan Serentak ;

Penggunaan media ini tidak terbatas oleh tempat dan ruang serta dapat menjangkau jumlah anak didik yang banyak dalam waktu yang sama. Misal : radio dan televisi.


(38)

2) Media dengan daya liput yang terbatas oleh ruang dan tempat;

Pengggunaan media ini membutuhkan ruang dan tempat yang khusus misal : film, sound slide, film rangkai, yang harus menggunakan tempat yang tertutup dan gelap.

3) Media untuk pengajaran Individual

Media ini penggunaannya hanya untuk seorang diri, termasuk modul berprogram dan pengajaran melalui komputer .

C. Dilihat dari bahan Pembuatannya 1) Media sederhana

Media ini bahan dasarnya mudah diperolah dan harganya murah, cara pembuatannya mudah dan penggunaannya tidak sulit.

2) Media Kompleks

Media ini adalah media yang bahan dan alat pebuatannya sulit diperoleh serta mahal harganya, sulit membuatnya dan penggunaannya keterampilan yang memadai.

D. Pengenalan beberapa Media

Seperti diuraikan pada bagian terdahulu bahwa media pengajaran merupakan komponen instruksional yang meliputi pesan, orang dan peralatan. Dalam perkembangan nya media pengajaran mengikuti perkembangan teknologi.


(39)

Kemudian lahir teknologi audio visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pengajaran Teknologi yang muncul terakhir adealah teknologi mikro prosesor yang melahirkan pemakaian computer dan kegiatan interaktif (Seels & Rickey, 1994).

Selain pembagian macam-macam media diatas masit terdapat pembagian beberapa media antara lain :

1). Teknologi cetak 2). Teknologi audio visual 3). Teknologi berbasis computer 4). Teknologi Gabungan

5). Media Pajang

6). Media Proyektor Transparansi yang didukung oleh OHT (Overhead transparency) atau tempat dimana materi yang diajarkan dapat dituliskan atau digambar, (Prasetya Irawan dan Trini Prastati, 1997 )

7). Film, Televisi, video

8). Komputer (Azhar Arsyad, 2002)

3.5 Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi ini berhubungan dengan pembuatan program media dan pelayanan dukungan yang diperlukan oleh staf pengajar. warga belajaratau siswa yang meliputi :


(40)

2. Sistem penggunaan media untuk kelompok kecil; 3. Fasilitas dan program belajar mandiri;

4. Pelayanan perpustakaan media atau bahan pelajaran; 5. Pelayanan pemeliharaan dan penyampaian;

6. Pelayanan pembelian bahan-bahan dan peralatan. 3.6. Manfaat Media Pembelajaran

Media Pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk :

1. Meningkatkan produktivitas pendidikan dan pengajaran.

2. Memberikan peluang bagi kegiatan belajar yang bersifat individual atau mandiri.

3. Memberikan kesempatan yangn lebih luas kepada para guru atau dosenatau mahasiswa atau siswa, antara fasilitator atau tutor dengan warga belajar untuk bekerja sama.

4. Meningkatkan gairah belajar mahasiswa atau siswa atau warga belajar. 5. Meningkatkan gairah mengajar dosen atau guru atau fasilitator atau

tutor.

3.7. Ruang Lingkup Media Pembelajaran

Ruang lingkup Media pembelajaran antara lain : a) Info faktual,

b) Pengenalan Visual, c) Prinsip Media , d) Prosedur, dan e) Umpan Balik.


(41)

4. Hakikat Kemampuan Awal

Kemampuan diidentikkan dengan kecerdasan, seorang siswa akan memiliki kemampuan dengan baik bila sebelumnya telah memiliki kemampuan atau kecerdasan yang lebih rendah dari bidang yang sama. Hamalik (2003: 92) menyatakan bahwa pada dasarnya tiap individu merupakan satu kesatuan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Yerbedan itu dapat dilihat dari dua segi yakni horizontal dan vertikal. Perbedaan horizontal adalah perbedaan individu dalam aspek mental, seperti : tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan sebagainya. Perbedaan vertikal adalah perbedaan individu dalam aspek jasmaniah seperti : tinggi badan, tenaga dan sebagainya. Masing-masing aspek individu tersebut besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Perubahan ini disebabkan oleh dua faktor yakni faktor keturunan atau faktor bawan dan faktor pengaruh lingkungan.

Menurut Sanusi.dkk (2000: 41) Bahwa hasil belajar ditentukan antara lain oleh gabungan antara kemampuan dasar siswa dan kesungguhan dalam belajar. Kesungguhan tersebut ditentukan oleh motivasi yang bersangkutan Pendapat ini menekankan kepada pentingnya kemampuan awal untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hal ini berlaku dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial. Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajaran yang sedang dipelajari jika sebelumnya telah melalui bekal yang cukup tentang materi yang berhubungan dengan materi yang dipelajarinya.


(42)

kemampuan dengan baik, apabila sebelumnya ia telah memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam hal yang sama. Pakar Pendidikan yang terkenal S. Nasution menyatakan bahwa sesuatu yang baru hanya dapat dipahami berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, karena itu diusahakan kontinuitas dalam bahan pelajaran yang telah lalu syarat untuk memahami pclajaran yang baru (Nasution, 1982: 204 ). Winkel berpendapat bahwa kemampuan diartikan dengan intelegensi. Daiam arti yang sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi. Intelegensi dalam arti sempit ini dapat disebut kemampuan intelektual atau kemampuan akademik (Winkel, 1982: 4). Kemampuan awal yang dimiliki oleh setiap siswa berbeda-beda kemampuan awal merupakan bawaan masing-masing siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas guru dapat membedakan tinggi rendahnya hasil yang akan dicapai oleh siswa dengan melihat kemampuan awal siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam proses pembelajaran hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial akan ditentukan oleh kernampuan individu siswa yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

Menurut teori kecerdasan ganda (multiple Intelegences) yang dikemukakan oleh Gardner (2003: 114) kecerdasan merupakan suatu kemampuan untuk rnemecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari hasil yang sederhana sarnpai dengan yang kompleks. Seseorang dikatakan


(43)

cerdas bila ia dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berharga/berguna. Teori ini mencatat ada sepuluh kecerdasan

1. Kecerdasan verbal/bahasa (verbal linguistic intelegence) kecerdasan ini meliputi kemampuan berbahasa

2. Kecerdasan logika (logical mathematical intelegensce). Kecerdasan ini sering disebut juga berfikir ilmiah ternasuk berfikir deduktif dan induktif. Kecerdasan ini ditunjukkan melalui kemampuan memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi

3. Kecerdasan visual (visual intelegence) kecerdasan ini merupakan kemampuan indra pandang dan berimajenasi. Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan seni, navigasi, arsitektur, permainan berpikir.

4. Kecerdasan tubuh (body/kinesthetic intelegence). Kecerdasan ini meliputi kemampuan berolah raga, bermain, atau gerakan tubuh sebagai sarana komunikasi.

5. Kecerdasan musikal (ritmik/musical intelegence). Kecerdasan ini meliputi manusia mengenali dan menggunakan ritme, nada, serta kepekaan terhadap bunyi-bunyian.

6. Kecerdasan interpersonal (interpersonal intelegence) kecerdasan ini meliputi kemampuan bekerjasama dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal dengan orang lain, mampu mengendalikan perasaan, temperamen, maupun motivasi orang lain. Pada tingkat tinggi kecerdasan ini mampu membaca konteks kehidupan orang lain kecenderungannya dan


(44)

kemungkinan keputusan yang diambil. Kemampuan ini terlihat pada para propesional seperti guru, teraphis, politis, dan pemuka agama.

7. Kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelegence). Kecerdasan ini mengendalikan pemahaman terhadap aspek internal diri scperti perasaan, proses berpikir, refleksi diri, intiusi, clan spiritual. Kecerdasan ini merupakan kecerdasan yang paling individu dan untuk mengungkapkannya diperlukan kemampuan yang lain

8. Kecerdasan naturalis (naturalistic intelegence). Kecerdasan ini meliputi kemampuan mengamati tanda-tanda akan terjadinya perubahan lingkungan berdasarkan pengalaman, misalnya dengan melihat gejala alam. Kecerdasan ini banyak dimiliki oleh pakar lingkungan dan orang penduduk pedalaman.

9. Kecerdasan spiritual (spiritualist intelegece). Kecerdasan ini meliputi kemampuan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhan-Nya. Kecerdasan ini dapat dikembangkan pada setiap individu melalui pendidikan agama, kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.

10. Kecerdasan eksitensial (extensialist intelegence). Kecerdasan ini banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka memiliki kemampuan menyadari dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia clan apa tujuan hidupnya. Melalui komtempelasi dan refleksi diri kecerdasan ini dapat berkembang.

Dari uraian di atas, diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan awal dapat diartikan sebagai pengetahuan di masa lalu yang merupakan modal awal dan


(45)

memegang peranan penting untuk memahami pengetahuan yang baru dan berkemampuan dalam menguasai konsep awal jenjang pendidikan yang lebih rendah yang dapat menjelaskan konsep-konsep pada jenjang yang lebih tinggi. Serta dapat menentukan hasil belajar siswa khususnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

5. Hakikat Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Hasil belajar adalah kemampuan yang ditunjukkan seseorang setelah melalui suatu kegiatan dari aspek kemampuan intelegensi (kognitif), aspek sikap (afektif), dan aspek keterampilan (psikomotorik) yang dimiliki seseorang. Sujana (1990:49) menyatakan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya disebut dengan hasil belajar. Soedjito (1993: 25) mendifnisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan suatu pengetahuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Hakim (2002: 1) berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan dan sikap, kebiasaan pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan.


(46)

kemampuan seseorang yang diperoleh melalui proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar dapat diketahui dengan cara membandingkan tingkah laku atau kemampuan sebelum mengikuti proses belajar dengan tingkah laku alau kemampuan sesudah mengikuti proses belajar. Hasil belajar di sekolah dapat diukur melalui tes hasil belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurkancana (1996: 25) mengatakan tes adalah cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau hasil belajar siswa tersebut. Hasil belajar yang dikenal dengan istilah achievement, adalah keseluruhan kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes pengukuran hasil belajar.

Horward Kingsley yang dikutip Sujana (1989: 22) membagi tiga macam hasil belajar: (a) ketrampilan dan kebiasaan (b) Pengetahuan dan pengertian (c) Sikap dan cita-cita. Bloom yang dikutip Sujana (1989: 22) membagi hasil belajar dalam tiga ranah yakni:

a) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni : pengetahuan atau ingatan pemahaman, aplikasi, analisis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi. b) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri lima aspek yakni :


(47)

c) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris yakni gerakan reflek, dan gerakan ekspresif dan inter pretatif. Hasil belajar ranah kognitif mencakup, mengingat dan memecahkan masalah terhadap hal-hal yang telah dipelajari siswa. Pengertian ini mencakup ketrampilan intelektual yang merupakan misi pendidikan Indonesia yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi analisis sintetis, evaluasi. Prestasi adalah hasil yang dicapai dari yang tidak dilakukan dikerjakan dan sebagainya. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang telah diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran atau penilaian Darminto, (1989: 70).

Menurut Suparman (2001: 20) bahwa untuk mengukur hasil belajar dapat dilaksanakan dengan evaluasi. Alat ukur dapat berbentuk tes kemampuan atau tes obyektif untuk tujuan intruksional dalam kawasan kognitif: Hamalik (2001: 146) menyatakan assesment adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur hasil belajar (achievment) siswa sebagai hasil dari suatu program intniksional. Selanjutnya Zainul (1997:17) berpendapat penilaian adalah suatu proses mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar. Hasil belajar juga dapat menunjukkan apakah perubahan tingkah maupun sikap sudah menunjukkan ke arah yang diharapkan. Hasil belajar siswa dapat dinyatakan dengan angka-angka yang diperoleh setelah diadakan evaluasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Suratimal (1984: 43) "Prestasi belajar adalah hasil


(48)

usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak didik periode tertentu. Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran daii penilaian demikian pula halnya dalam proses belajar Yulita, (2000:7).

Berdasarkan teori tersebut maka hasil belajar dapat digunakan untuk mengambil keputusan apakah seseorang dinyatakan berhasil atau tidak dalam proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Dalyono (1997: 55-56) mengemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar yaitu: 1. Faktor internal (yang berasal dari dalam diri) yang terdiri dari kesehatan,

intelegensi dan bakat, minat dan motivasi serta cara belajar.

2. Faktor eksternal (yang berasal dari luar diri yang terdiri dari keluarga, sahabat, masyarakat lingkungan sekitar).

Sedangkan menurut Ahmadi dan Supriyono (1991: 30) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah

1. Faktor Internal

a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh setelah lahir.

b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas :

Faktor intelektif


(49)

2. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki.

Faktor nonintelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi penyesuaian diri.

c. Faktor kematangan fisik maupun psikis yang tergolong faktor eksternat :

- Faktor sosial terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok.

- Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan teknologi dan kelompok.

- Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah belajar, dan iklim. - Faktor lingkungan spiritual dan kemampuan.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik tentang perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan bahan pelajaran yang diperoleh dalam proses pelinbelajaran. Hasil belajar siswa merupakan tolak ukur mutu pendidikan karena hasil belajar yang tinggi merupakan salah satu tujuan utama dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki hasil belajar tinggi biasanya memiliki indikator yang menunjukkan bahwa siswa tersebut memiliki tingkat kemampuan intelegensi yang tinggi.

Demikian pula sebaliknya, intelegensi menunjukkan kemampuan dan keberhasilan seseorang dalam belajar. Hasil belajar juga dapat dipengaruhi oleh motivasi yaitu kondisi yang membuat siswa memiliki kemampuan


(50)

untuk meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari belajar dikategorikan oleh Gagne (1978) kedalam lima kategori, yakni keterampilan, intelektual, strategi, kognitif, informasi variabel keterampilan motorik clan sikap. Dalam prakteknya hasil belajar siswa, dinyatakan berdasarkan nilai (berupa skor atau angka) yang diperoleh dari proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.

Untuk mengetahui keberhasilan siswa salah satu perangkat yang digunakan adalah tes yaitu dengan cara memberikan soal- soal yano telah dipelajari untuk dijawab secara benar. Hasil belajar siswa dinyatakan tinggi, bila siswa dapat menyelesaikan soal- soal dengan benar sebanyak mungkin. Untuk itu siswa akan diberi nilai yang tinggi sebaliknya apabila siswa tidak mampu menyelesaikan soal- soal tersebut siswa akan memperoleh nilai yang rendah.

Berdasarkan beberapa teori dan penjelasan-penjelasan yang diperoleh penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi tingkat keberhasilan atau kemampuan siswa setelah yang bersangkutan mengikuti pembelajaran.

6 Kerangka Pikir

l. Hubungan antara Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial


(51)

terkait dengan masalah belajar, di mana di dalam diri seseorang muncul kebutuhan akan keberhasilan dalam belajar, maka akan timbul energi dalam dirinya untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk meningkatkan motivasi belajar terdiri dari

(1) Pengarahan dengan cara prinsip kebebasan metode discovery, motivasi, kompetensi, belajar discovery, brainstorsming, suasana yang berpusat pada siswa, pengarahan yang berprogram,

(2) Pemberian harapan dengan cara merumuskan TIK, tujuan yang langsung intermediate, dan jangka panjang perubahan harapan tingkat apresiasi,

(3) Pemberian insentif dengan cara umpan balik hasil tes, pemberian hadiah, komentar, kerja sama,

(4) Pengaturan tingkah laku siswa dengan cara restitusi dan the rifle effect. (Hamalik 2003: 122)

Anak yang mempunyai motivasi belajar mempunyai kecendrungan selalu mendekati keberhasilan dan menjauhkan kegagalan.

Menurut Haiman (1987: 378), "menyatakan bahwa motivasi berprestasi sebagai suatu desposisi usaha untuk berhasil dan menganggapnya sebagai dorongan dengan kecendrungan keberhasilan dalam prestasi belajar". Motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial akan berpengaruh dalam prestasi belajarnya. Motivasi positif terhadap pelajaran


(52)

Ilmu Pengetahuan Sosial akan diperkirakan berhasil dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar yang negatif terhadap pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Apabila siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam kegiatan belajarnya maka siswa akan terdorong dengan berbagai cara untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Semakin tinggi motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial semakin tinggi pula prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang dicapainya, dan sebaliknya semakin rendah motivasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial semakin rendah pula prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang didapat.

Beberapa penelitian tentang hasil belajar yang diperoleh siswa atau mahasiswa menunjukkan motivasi sebagai faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran dalam hasil belajar. Tokoh-tokoh pendidikan seperti MC Cleand (1985), Bandura (1977), Bloom (1980), Winner (1986), F.Yarin and Macrh (1987) melakukan berbagai pengertian tentang peranan motivasi dalam belajar dan menemukan hasil yang menarik. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dapat diprediksi bdhwa terdapat korelasi yang positif antara motivasi belajar dengan hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

2. Hubungan antara Media Pembelajaran dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Media Pembelajaran mempunyai peranan penting untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Untuk mencapai hasil belajar Ilmu


(53)

Pengetahuan Sosial yang maksimal diperlukan suatu cara dan usaha yang sangat giat serta media belajar yang cukup dari disertai banyaknya latihan-latihan, remedial, terutama materi-materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang mengalami kesulitan. Kegiatan ini dapat berupa siswa banyak membaca, mendengar informasi dari berbagai media pembelajaran.

Media Pembelajaran; adalah sarana atau alat yang dipergunakan untuk suatu perbuatan mengajar yang dilakukan oleh guru dalam rangka untuk menumbuhkan gairah belajar siswa yang dilakukan berulang-ulang yang meliputi kegiatan info faktual, pengenalan visual, prosedur dan umpan balik Sikap siswa pada anak-anak kelas II SMPN 22 Bandar Lampung mata pelajaran pelajaran IPS.

Media Pembelajaran merupakan sarana atau alat yang dapat dipergunakan untuk menunjang dan mempermudah anak dalam kegiatan belajar Hal ini akan terlihat jika siswa benar-benar memiliki kedisiplinan yang baik dalam belajar, maka ia akan menggunakan waktu. dan cara semaksimal mungkin untuk memperoleh prestasi yang tinggi dari hasil pembelajaran.

Menurut Nasution (1985: 11) mengatakan disiplin yang kaku atau disiplin yang tidak dapat dijadikan sebagai pegangan jangan diberlakukan karena disiplin itu haruslah memberi pengertian kepada anak-anak bahwa mereka harus memahaminya untuk kebaikan masa depannya. Selanjutnya dalam menjalankan disiplin belajar anak harus mengikuti dengan kesadaran. Demikian halnya kebiasaan belajar yang dilakukan oleh siswa, kebiasaan


(54)

belajar yang baik tidak dapat dibentuk dalam waktu yang singkat tanpa disiplin yang kuat, tetapi kebiasan belajar yang baik harus dilatih dan diusahakan, dikembangkan melalui disiplin.

The Liang Gie dikutip Tuti (1984: 81) ada beberapa kreteria disiplin : a. Mempunyai waktu dalam kegiatan belajar

b. Mempunyai target dalam belajar c. Mempunyai tujuan yang jelas d. Mempunyai dedikasi yang tinggi

e. Menghilangkan kebiasaan yang merugikan

f. Bertanggung jawab atas tugas-tugas dalam kewajiban yang telah disusun.

Selanjutnya Slameto (1988: 84) mengatakan bahwa belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil seseorang siswa perlu mempunyai jadwal yang baik dan melaksanakannya dengan disiplin. Syarif (1983: 21) menyatakan bahwa disiplin pada hakekatnya adalah keteladanan yang sungguh-sungguh yang didukung dengan kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta pcrilaku sebagaimana mestinya, menurut aturan-aturan dan tata kelakuan yang seharusnya berlaku di lingkungan tertentu. Realisasinya harus terlihat dalam perbuatan atau tingkah laku nyata, perbuatan dan tingkah laku yang sesuai dengan aturan-aturan dan tata kelakuan yang semestinya.


(55)

Sosial seorang siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar yang diperolehnya. Demikian sebaliknya, semakin rendah tingkat kedisiplinan siswa akan semakin rendah pula prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Hubungan antara Kemampuan Awal dengan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial

Kemampuan awal akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hamalik (2003: 94) mengatakan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk memberikan pelayanan perbedaan individual melalui proses pembelajaran, ialah :

1. Siswa yang tergolong cerdas akan berkembang sesuai dengan kemampuannya dengan cara: (a) akselerasi, yakni memberikan kesempatan kepada siswa untuk naik kelas lebik cepat, (b) program tambahan yakni memberikan tugas-tugas tambahan kepada setiap tingkatan kelas.

2. Pengajaran individu yaiig diiaksanakan dalam bentuk pemberian tugas kepada individu siswa yang dinilai secara individu.

3. Penyelenggaraan kelas khusus bagi siswa yang cerdas pembentukan kelas dilakukan pada awal tahun (berdasarkan tes kemampuan) atau pada akhir tahun (berdasarkan tes hasil belajar)

4. Bagi siswa yang lamban dapat diselenggarakan kelas remedial dengan tujuan untuk mengadakan perbaikan. Upaya ini dapat dilakukan hubungan guru atau dengan bantuan siswa-siswa yang tergolong cerdas


(56)

5. Pengelompokan sesuai berdasarkan kemampuan awal, menjadi kelompok kurang mampu, kelompok sedang, clan kelompok pandai. Guru menyesuaikan dan mendeferensiasikan bahan pelajaran sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing kelompok

6. Pembentukan kelompok informal oleh siswa itu sendiri berdasarkan minat, kapasitas, kebutuhan dan kematangannya. Mereka belajar secara kelompok, sedangkan guru bertindak sebagai nara sumber. 7. Memberikan pelajaran pilihan, deferensiasi tugas, sistem tutorial. Materi pembelajaran pada tahap tertentu akan dikembangkan dan diperdalam pada tahap pembelajaran selanjutnya. Oleh karena itu, diperlukan kemampuan awal siswa sebagai langkah untuk mengukur hasil belajar. Dengan kemampuan awal yang tinggi siswa akan mudah menguasai materi pelajaran berikutnya, namun sebaliknya jika kemampuan awal rendah, siswa akan sulit memenuhi materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Selanjutnya hasil pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dari proses pembelajaran itu dipengaruhi oleh masukan berupa nilai Ilmu Pengetahuan Sosial pada kelas II semester I.

4. Hubungan antara Motivasi Belajar Media pembelajaran, dan Kemampuan awal dengan Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

Motivasi dalam belajar akan menumbuhkan keinginan, minat dan perhatian serta akan meningkatkan aktivitas belajar. Adanya dorongan atau keinginan untuk belajar membuat siswa merasa senang dan bergairah


(57)

dalam melakukan aktivitas belajar. Dalam melakukan aktivitas belajar siswa dibatasi oleh waktu dan kesempatan. Siswa yang mempunyai kesempatan yang luas akan berpeluang untuk melahirkan aktivitas belajar yang semaksimal mungkin, sehingga hasil belajamya akan menjadi lebih baik. Dalam mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa betul-betul harus memiliki ketekunan untuk membaca Motivasi yang tinggi dapat mendorong siswa selalu membaca dan memahami materi-materi pelajaran. Dalam menggunakan kesempatan ini ia selalu berusaha untuk dapat belajar lebih, serta melakukan aktivitas semaksimal mungkin, sehingga hasil belajar akan semakin baik. Hasil belajar yang optimal hanya dapat dicapai melalui belajar hemat dan disiplin. Hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1995), "Bahwa dengan belajar keras maka seorang anak didik akan mendapatkan basil bclajar yang optimal".

Disiplin belajar merupakan prilaku dan sikap mengontrol diri sendiri pada suatu tata tertib yang selalu ditentukan akan memberikan andil dalam keberhasilan belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Pencapaian keberhasilan hasil belajar menunjukkan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Seorang siswa yang memiliki disiplin belajar akan mempunyai kecakapan mengenai cara belajar yang baik. I-lal ini sangat diperlukan guna tercapainya hasil yang memuaskan sebab berhasil tidaknya belajar siswa tergantung bagaimana dia melakukan cara-cara belajar yang tepat. Pada akhirnya kedisiplinan dalam belajar sangat diperlukan dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal.


(58)

Pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, kemampuan awal siswa merupakan alat ukur perkembangan hasil belajar yang akan diraihnya. Tinggi rendahnya hasilyang dicapai siswa dalam proses belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ditentukan oleh kemampuan awalnya. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan awal kurang ia akan memperoleh hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang kurang memuaskan, bila tidak disertai dengan motivasi dan disiplin. Demikian sebaliknya bagi siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi maka dapat diprediksi bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang diraihnya akan memuaskan. Dari pemikiran-pemikiran tersebut dapat diduga terdapat korelasi yang positif antara motivasi belajar disiplin belajar dan kemampuan awal dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.

Hasil Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ; adalah merupakan hasil belajar seseorang, yang dapat berbentuk nilai atau angka. sedangkan belajar adalah perubahan perilaku ( Witherington ). Hasil pendidikan yang berupa perubahan tingkah laku meliputi bentuk kemampuan yang menurut taksonomi Bloom dkk. Diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) lapangan ( domain ) yakni : lapangan kognitif, lapangan Afektif dan lapangan Psikomotor ( Rustiyah NK, 1986 : 110 ).

MEDIA PEMBELAJARAN - INFO FAKTUAL

- PENGENALAN VISUAL

- PRINSIP MEDIA

- PROSEDUR

- UMPAN BALIK

MOTIVASI BELAJAR - DURASI KEGIATAN

- FREKWENSI KEGIATAN

- DIVOSI ( PENGABDIAN)

- TINGKAT ASPIRASI

- KEULETAN ATAU KETABAHAN

- ARAH ATAU SIKAP KEGIATAN - KUALIFIKASI HASIL PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR


(1)

muncul setelah mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan dalam belajar IPS.

Pengalaman yang dapat memberikan kesan bahwa pelajaran IPS sulit bisa diperoleh dari kawan yang lebih senior, terutama kawan senior yang mendapat kesulitan dalam belajar IPS. Pandangan masyarakat juga dapat mempengaruhi pembentukan sikap positif atau negatif siswa terhadap mata pelajaran IPS.

Oleh karena itu, untuk menumbuhkan sikap positif siswa terhadap pelajaran IPS perlu diciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan terbentuknya sikap positif tersebut. Memberikan materi pelajaran IPS yang sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, memberikan soal-soal latihan dengan tingkat kesukaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, dan menampilkan pembelajaran IPS yang terkait dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari akan memberikan pengertian kepada siswa bahwa IPS tidaklah susah, tidak menakutkan karena tanpa disadari telah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini peran guru kelas perlu memupuk sikap siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan.

Pertama, dalam belajar IPS di kelas agar digunakan alat bantu belajar atau alat peraga untuk membantu mempermudah pemahaman siswa dalam belajar IPS. Kedua, selain media atau sarana yang tersedia dituntut agar guru itu sendiri memiliki kemampuan menggunakan media pembelajaran.

Kesimpulan yang telah dikemukakan di atas dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara media pembelajaran, motivasi mengajar dan kemampuan menggunakan media dengan evaluasi hasil


(2)

pembelajaran pada mata pelajaran IPS. Sebagai implikasi, untuk peningkatan evaluasi hasil pembelajaran IPS maka perlu adanya upaya memupuk dan

mcningkatkan media pembelajaran, motivasi belajar maupun kemampuan awal siswa bagi guru yang mengajar mata pelajaran IPS. Penemuan ini sangat bermanfaat bagi guru, orangtua serta tokoh-tokoh pendidikan karena dengan diketahui adanya kontribusi antara media pembelajaran, motivasi mengajar dan kemampuan menggunakan media dengan hasil pembelajaran IPS. maka guru akan meningkatkan intensitas perhatiannya, bimbingan, arahan terhadap segala hal yang bekaitan dengan evaluasi hasil pembelajaran siswa. Bagi sekolah sebagai lembaga, dengan ditemukannya kontribusi positif antara media pembelajara, motivasi mengajar dan kemampuan menggunakan media dengan evaluasi hasil pembelajaran, maka sekolah dapat mengadakan pendekatan dengan orangtua siswa dengan maksud memberikan saran dan pertimbangan kepada orangtua siswa, agar para orangtua siswa dapat memberikan perhatian yang lebih terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan evaluasi hasil pembelajaran anaknya.

Penyediaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan oleh anak untuk kegiatan menuntut ilmu dan balajar baik di sekolah maupun di rumah. Fasilitas-fasilitas itu dapat berbentuk buku-buku pelajaran, buku-buku bacaan, buku-buku penunjang, alat-alat tulis yang memadai untuk meningkatkan kualitas ilmu yang diserap oleh anak. Guna meningkatkan kualitas belajar di rumah, orangtua perlu menyediakan tempat khusus bagi anaknya untuk belajar. .


(3)

5.3. Saran - Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini beberapa saran di bawah ini dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan hasil pembelajaran siswa.

Pertama, bagi guru diharapkan untuk dapat memotivasi diri dengan keinginan dan keyakinan atas apa yang akan dikerjakan dan yang menjadi cita-cita demi masa depannya dapat meningkatkan profesionalitasnya.

Kedua, guru diharapkan melakukan pendekatan kepada siswa sehingga dapat terjalin komunikasi antara siswa dengan guru untuk membantu mengarahkan tercapainya cita-cita siswa tersebut dengan memperhatikan motivasi belajar sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS dan faktor perhatian orangtua tanpa mengabaikan faktor-faktor belajar lainnya.

Ketiga, ditujukan pada sekolah agar selalu menyediakan sarana atau media yang dibutuhkan guru untuk mau dan mampu menunjang tugas guru mengajar, bukan hanya menyiapkan bahan pelajaran yang akan disajikan, tetapi juga menyiapkan suatu cara bagaimana siswa mampu meneguhkan sikapnya yang positif terhadap mata pelajaran IPS dan mengembangkan kemampuan berpikirnya dengan kondisi yang menyenangkan dan kondusif bagi siswa dalam meraih hasil pembelajaran yang lebih baik.


(4)

Keempat, orangtua sebagai pendidik utama dalam keluarga diharapkan dapat berperan lebih banyak sebagai pembimbing dan pendorong bagi anaknya agar prestasi pelajaran IPS mereka semakin baik.

Kelima, Dinas pendidikan Nasional agar selalu berusahya untuk meningkatkan aktivitas atau profesionalitas guru dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan atau penataran setiap memasuki tahun pelajaran baru sehingga saat akan melakukan tugas yang baru guru dalam keadaan yang baik atau prima. Demikian juga perlu memberikan bantuan sarana atau media pembelajaran, serta tempat-tempat pusat sumber belajar masing-masing sekolah khusus bidang studi IPS.

Keenam, disarankan kepada peneliti yang tertarik pada bidang kajian ini agar melibatkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat memprediksi dan menjelaskan tentang evaluasi hasil pembelajaran IPS, dan sampel yang digunakan agar lebih luas jangkauannya sehingga dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan dunia ilmu pengetahuan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, 2006, Belajar dan Pembelajaran , Pustaka Jaya, Jakarta

Anderson, RH. 2007. Pemilihan dan Pengembangan Media Pembelajaran. Terjemahan Yusuf Hadimiarso, dkk. PAU. Universitas Terbuka dan CV. Rajawali. Jakarta

Aqib Zainal, 2002, Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran, Penerbit Insan Cendelia, Surabaya

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Bina Aksara. Jakarta.

---, 2000, Dasar-Dasar Evaluasi Penilaian, PT, Bumi Aksara, Jakarta Arsyad, A. 2002. Media Pembelajaran. PT. Raja Gravindo Persada. Jakarta

Asmawi Zainul dan Noehi Nasoetion, 2007, Penilaian Hasil Belajar, PAU-Ditjen Pendidikan Tinggi, Jakarta

Atwi Suparman, 2003, Desain Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Pedoman Pembuatan dan Pemakaian Alat-alat Peraga Pendidikan di Sekolah Dasar. Remaja Karja CV. Bandung

Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta Gerungan WA. 2005. Psikologi Sosial. PT. Fresco. Jakarta

Hamalik ,Oemar. 2003. Pendidikan Guru ( Konsep Kurikulum dan Strategi ). Penerbit Pustaka Mutiara, Bandung

--- 2001; Kurikulum dan Pembelajaran, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Irawan Prasetya. dkk, 2007, Media Instrucsional atau Program Applied Aproache, Pusat Antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instr uksional, Dirjen Dikti Depdikbud , Jakarta

Joni Raka T.dkk, 2005, Pendekatan Kemampuan dalam Pengembangan Kurikulum Inti LPTK, Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Tenaga Kependidikan, Jakarta Kerdenger, F.N.. 2002. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan R. Si. Matupang. Gadj Mada University Press. Yogyakarta


(6)

Mar’at, 2001, Sikap Manusia, Perubahan serta Pengukurannya, Ghalia, Jakarta

Nawawi, Hadari. 2008. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadja Mada Univesity Press. Yogyakarta

Usman Musttofa, 2001, Teknik Analisa Data , Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Universitas Lampung, Bandar Lampung

Rustiyah NK, 2001, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, Penerbit PT Bina Aksara, Jakarta Sardiman AM, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Rajawali Press

Jakarta

---,, Rahardjo R., dan Haryono A.. 2000. Media Pendidikan. CV. Rajawali. Jakarta Siagian, Sondang P. 2006. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Bina Aksara. Jakarta

Siegel Sidrhey, 2008, Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Penerbi PT Gramedia, Jakarta

Suciati, 2004, Teori Motivasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta

Sudjana, 2006, Metode Statistika, Penerbit Tarsito, Bandung

Sudjana Nana, 2004, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Algensindo, Bandung

Sudrajad M,SW. 2005. Statistika Non Parametrik. Penerbit Armico. Bandung Sugiyono dan Wibowo, Eri. 2004. Statistika Penelitian. Penerbit Alfabeta. Bandung

Sulaiman, AH. 2008. Media Audio Visual untuk Pengajaran dan Penyuluhan. PT. Gramedia. Jakarta