Metode dan Perancangan Sistem

4 memiliki konsep kerja dengan mengenkapsulasi paket IPv6 ke dalam header IPv4 yang selanjutnya langsung dikirim melalui jaringan IPv4. Enkapsulasi paket IPv6 ini berfungsi agar paket yang bersangkutan dapat diroutingkan oleh router yang ada dalam jaringan IPv4 [5]. Gambar 3 merupakan bentuk dari sistem enkapsulasi tunneling. Teleconference adalah komunikasi dua arah jarak jauh dari dua atau lebih node terminal melalui media telekomunikasi. Beberapa contoh aplikasi teleconference video maupun audio antara lain conference melalui dekstop, video melaui internet, e-learning, telemedicine, dan lainnya. Pada setiap kasus teleconference informasi berupa video maupun audio dikirim melalui saluran komunikasi, termasuk jaringan telepon, ISDN ataupun internet [7]. Quality of Service didefinisikan sebagai pengukuran mengenai seberapa baik suatu jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari suatu layanan [8]. QoS merupakan aspek penting dalam implementasi teleconference, karena diperlukan untuk meningkatkan performansi aplikasi-aplikasi yang sensitif terhadap delay, seperti voice dan video [9]. Parameter performansi jaringan IP yang berkaitan dengan teleconference meliputi delay, jitter, throughput dan packet loss.

3. Metode dan Perancangan Sistem

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PPDIOO Prepare, Plan, Design, Implement, Operate, Optimize, merupakan metode penelitian dan perancangan jaringan yang dikembangkan oleh Cisco System [10]. Metode ini sangat efektif dalam mendukung proses pembangunan sistem yang dilakukan secara bertahap, sehingga perkembangannya lebih mudah diketahui untuk mencapai sasaran sesuai tujuan penelitian. Gambar 4 merupakan alur tahapan dalam metode penelitian PPDIOO. Gambar 4 Cisco PPDIOO model [10] 5 Tahap pertama: Prepare, merupakan tahapan awal untuk mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian, berkenaan dengan persiapan rencana kerja dan proses perancangan maupun implementasi jaringan. Pada tahapan ini yang dilakukan adalah menentukan tujuan dan manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini serta melakukan persiapan kebutuhan jaringan awal, dengan maksud untuk mempermudah proses analisis awal teleconferencing hingga konfigurasi MPLS, IPv6 dan Tunneling 6to4. Tabel 1 Spesifikasi kebutuhan Hardware dan Software Hardware Software Jumlah Spesifikasi Operating System Edraw Max 1 - Windows 7, 64 bit Switch 2 TP-LINK, TL-SF1005D - 5 port, 10100Mbps Router 3 RB 750 GL, Ram 64 MB, RouterOS v3, CPU 400 Mhz Level4 license Laptop Wireshark 4 Ram 2 GB, Processor Core i3, Windows 7, Winbox LAN, webcam, mic 64 bit Homer Kabel 8 - - UTP Tahap kedua: Plan, merupakan tahapan perencanaan jaringan yang telah dibuat dan dipersiapkan untuk digunakan dalam penelitian. Tahapan ini menjelaskan spesifikasi sistem yang dibutuhkan dalam penelitian baik hardware maupun software serta skenario perancangan jaringan yang menggambarkan proses dan langkah apa saja yang dilakukan dalam penelitian. Tabel 1 merupakan rincian dari spesifikasi hardware dan software yang dibutuhkan untuk proses design dan implementasi sistem dalam penelitian. Sesuai kebutuhan hardware yang digunakan pada toplogi jaringan, seluruh laptop akan berperan sebagai client untuk proses teleconferencing. Fungsi MPLS dalam jaringan dijalankan oleh 3 router, masing-masing sebagai LER ingress dan engress, dan router lainnya difungsikan sebagai LDP. Ingress berperan dalam mengatur trafik data yang masuk ke dalam jaringan MPLS. Engress berperan dalam mengatur trafik yang keluar dari jaringan MPLS. LDP berfungsi untuk mendistribusikan informasi yang ada pada label ke setiap router pada jaringan MPLS. Switch digunakan sebagai perantara komunikasi data antara router dan client yang jumlahnya lebih dari satu. Kabel UTP RJ-45 berguna untuk menghubungkan perangkat jaringan yang ada. Kebutuhan software mencakup beberapa aplikasi yang digunakan untuk mendukung proses penelitian. Setiap aktifitas paket data yang melintas dalam 6 jaringan dianalisa dengan menggunakan software wireshark melalui interface pada PC atau laptop yang berinteraksi. Wireshark dapat mengcapture berbagai protokol jaringan serta parameter QoS seperti delay, jitter, throughput dan packetloss. Remote akses untuk mengkonfigurasi setiap router mikrotik RB750GL dalam jaringan dilakukan menggunakan software winbox. Proses teleconferencing dalam penelitian dilakukan dengan menggunakan Homer Video Conferencing yang mampu berjalan dengan baik dalam infrastruktur jaringan IPv4 maupun IPv6. EdrawMax digunakan untuk mempermudah proses perancangan topologi jaringan yang dibangun dalam penelitian ini. Tahap ketiga: Design, adalah tahapan merencanakan dan membuat topologi jaringan yang digunakan dalam penelitian. Jaringan IPv6 pada penelitian ini dibangun dengan memanfaatkan metode transisi tunneling 6to4 yang selanjutnya dikonfigurasikan menggunakan teknologi MPLS untuk mendukung proses teleconference. Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup kecil bertujuan agar analisis terhadap hasil kinerja jaringan lebih mudah diamati. Jaringan MPLS dalam penelitian di simulasikan menggunakan 3 router dimana R1 berperan sebagai ingress, R2 berperan sebagai LDP dan R3 berperan sebagai engress. R1 dan R2 masing-masing berhubungan dengan laptop client melalui switch yang terdapat dalam jaringan. Alasan penggunaan tunneling 6to4 dikarenakan perkembangan teknologi jaringan yang saat ini sudah mulai dikembangkan menggunakan IPv6. Hal ini membuat infrastruktur jaringan IPv4 harus mengalami perubahan, padahal untuk merombak seluruh jaringan tentu membutukan biaya besar. Metode transisi tunneling 6to4 mampu menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Tunneling 6to4 membuat pembangunan jaringan IPv6 menjadi lebih murah, dikarenakan tidak harus merombak total jaringan yang sudah ada sebelumnya, cukup dilakukan konfigurasi tunnel ke dalam jaringan untuk menjembatani proses pertukaran data antara IPv6 dan IPv4. Detail dari perancangan topologi global dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 5. Gambar 5 Perencanaan Topologi Jaringan Pengalamatan yang dikonfigurasikan dalam jaringan adalah IPv4 dan IPv6. Hal ini dikarenakan penggunaan metode transisi tunneling 6to4, dimana router 1 dan 3 yang berhubungan dengan client dikonfigurasi dengan IPv4 dan IPv6. Router 2 yang tidak berhubungan dengan client dikonfigurasi dengan IPv4 saja. Alokasi alamat IP yang diterapkan dalam jaringan ditunjukkan pada Tabel 2. 7 Tabel 2 Alokasi Alamat IP Jaringan Perangkat Interface Alamat IPv4 Alamat IPv6 Router R1 Lobridge 100.100.100.124 - Ether3 - 2002:c0a8:10::164 Ether2 192.168.10.124 - Router R2 Lobridge 100.100.100.224 - Ether1 192.168.10.224 - Ether2 192.168.20.224 - Router R3 Lobridge 100.100.100.324 - Ether3 - 2002:c0a8:20::164 Ether2 192.168.20.124 - Client 1 LAN - 2002:c0a8:10::264 Client 2 LAN - 2002:c0a8:10::364 Client 3 LAN - 2002:c0a8:20::264 Client 4 LAN - 2002:c0a8:20::364 Tahap keempat: Implement, adalah tahapan implementasi sistem. Topologi yang sudah dibuat pada tahap design diterapkan menggunakan perangkat- perangkat jaringan yang sudah dipersiapkan. Langkah selanjutnya dilakukan proses konfigurasi baik dengan IPv6 maupun MPLS ke dalam sistem. Tahap kelima, Operate, merupakan realisasi dan pengujian dari tahap design. Proses pengoperasian ini disertai dengan analisis terhadap kinerja jaringan. Kinerja jaringan yang sudah dibangun akan dianalisis sesuai parameter delay, jitter, packet loss dan throughput. Tahap keenam, Optimize, dilakukan dengan cara menganalisis kinerja jaringan yang telah dibuat, selanjutnya data yang diperoleh dari proses analisis dikaji lagi sampai didapat hasil yang maksimal. Pada penelitian ini tahapan ini tidak dilakukan karena hanya akan terfokus pada proses analisis kinerja jaringan IPv6 tunneling 6to4 dengan MPLS untuk aplikasi teleconference.

4. Hasil dan Pembahasan