DRAINAGE INFRASTRUCTURE MANAGEMENT IN URBAN AREAS (Case Study in Bandar Lampung)

ABSTRACT
DRAINAGE INFRASTRUCTURE MANAGEMENT IN URBAN AREAS
(Case Study in Bandar Lampung)
by

Ruli Pramudia

Drainage infrastructure needed to control excess surface water such as rain
water, domestic wastewater and industrial wastewater. In 2012 some areas in the
city of Bandar Lampung experienced water logging or flooding disaster. Water
logging or flooding in the city of Bandar Lampung is one of the important issues
that must be solved. Especially many of drainage channels that are not functioning
properly and the buildup of waste in drainage channels, and therefore the
government requires a more optimal drainage infrastructure management to tackle
water logging or flooding problems in the city of Bandar Lampung.
The method used in this study is a type of descriptive study with a
qualitative approach. Data collection techniques in this study are in-depth
interviews, documentation and observation. The results showed that the drainage
infrastructure management in Bandar Lampung conducted by the Public Works
Department of The City of Bandar Lampung is good enough. This conclusion can
be seen in its implementation, namely: First, fix damaged drainage channels, to

supervise the people who can make damage and blockage of the drainage
channels, make improvements in the operation and maintenance of infrastructure
management drainage in Bandar Lampung ; Second, in carrying out its duties the
Department of Public Works in cooperation with other government agencies of
The City of Bandar Lampung, such as the Department of Hygiene and Landscape
Gardening and Regional Agency of Environmental Management and Prevention (
BPPLHD ); Third motivate employees and conduct coordination meetings
between employees aimed to provide duties and functions to employees; Fourth ,
field officers to supervise / monitor directly the operation and maintenance of
drainage infrastructure in Bandar Lampung.

Keywords : Management , Drainage Infrastructure .

ABSTRAK
PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR DRAINASE DI KAWASAN
PERKOTAAN
(Studi Kasus di Kota Bandar Lmpung)

Oleh
RULI PRAMUDIA


Infrastruktur drainase diperlukan untuk mengendalikan kelebihan air
permukaan berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri.
Pada tahun 2012 beberapa kawasan di Kota Bandar Lampung mengalami bencana
genangan air atau banjir. Terjadinya genangan air atau banjir di Kota Bandar
Lampung merupakan salah satu permasalahan penting yang harus diatasi.
Terutama banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik dan
penumpukan sampah pada saluran drainase, maka dari itu pihak pemerintah
membutuhkan pengelolaan infrastruktur drainase yang lebih optimal untuk
mengatasi permasalah genangan air atau banjir di Kota Bandar Lampung.
Metode yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara
wawancara mendalam, dokumentasi serta observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pengelolaan infrastruktur drainase Kota Bandar Lampung
yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung sudah cukup
baik. Kesimpulan ini dapat dilihat dalam pelaksanaannya yaitu; Pertama,
memperbaiki saluran drainase yang sudah rusak, melakukan pengawasan terhadap
masyarakat yang dapat membuat kerusakan dan penyumbatan pada saluran
drainase, melakukan peningkatan operasi dan pemeliharaan dalam pengelolaan
infrastruktur draianse di Kota Bandar Lampung. ; Kedua, dalam melaksanakan

tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung bekerjasama dengan
instansi pemerintah lainnya, seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bandar Lampung dan Badan Pedanggulangan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (BPPLHD); Ketiga memberikan motivasi kepada pegawainya dan
melakukan rapat koordinasi antara pegawai yang bertujuan untuk memberikan
tugas pokok dan fungsi kepada pegawai; Keempat, petugas lapangan melakukan
pengawasan/memonitor langsung operasi dan pemeliharaan infrastruktur drainase
Kota Bandar Lampung.
Kata Kunci: Pengelolaan, Infrastruktur Drainase.

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ruli Pramudia. Penulis
dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 Juli
1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara,
dari

pasangan Bapak

Rusdi Bastari dan Ibu


Roslina.
Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu
dimulai

dari Sekolah Dasar di SDN 3 Way Urang Kalianda, Lampung Selatan

dan diselesaikan pada tahun 2002. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan
Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Kalianda, Lampung Selatan dan
diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan
Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kalianda, Lampung Selatan dan penulis
selesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008, penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada program studi Desaign
Grafis Master Komputer dan Penulis selesai pada tahun 2009. Pada tahun 2008,
penulis terdaftar sebagai mahasiswa pada program studi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung melalui jalur
UM. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa
Ilmu Administrasi Negara (HIMAGARA) di bidang Minat dan Bakat sebagai

Anggota Bidang pada tahun 2009-2010 dan selanjutnya menjabat sebagai Kepala

Bidang Minat dan Bakat pada tahun 2010-2011. Penulis juga pernah aktif di
organisasi eksternal kampus yaitu di Ikatan Mahasiswa Muslim Tulang Bawang
(IKAMM-Tuba) dibidang Hubungan Luar pada tahun 2009-2011. Selain itu,
Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Margo Mulyo
Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 40 hari pada
Tahun 2012.
Berbagai pengalaman organisasi selama menjadi mahasiswa ikut menginspirasi,
memberi pengalaman dan spirit kepada penulis. Tumbuh dan besar di lingkungan
yang hangat dan penuh kasih sayang dan cinta dari keluarga, serta teman-teman
sehingga membuat penulis termotivasi untuk membahagiakan orang-orang
terdekat.

PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah
yang maha pengasih lagi maha penyayang
Kupersembahkan karya ini kepada:
Ayahku RUSDI BASTARI dan Ibuku ROSLINA yang sangat
kucintai serta Adikku Erin Setia Hadi yang telah memberikan
dukungan dan semangat untukku
Terimakasih atas segala cinta, pengorbanan, serta do’a yang selalu

diberikan dan tak akan mungkin bisa terbalaskan hingga aku berakhir
di dunia ini.
Seluruh keluarga besarku yang sesnantiasa memberikan dorongan
kepadaku
Sahabat-sahabatku
Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung

Para pendidik dan Almamater tercinta yang telah memberikan ilmu
yang berharga ini, hanya ALLAH yang dapat membalas semuanya…

MOTO
People should not be afraid of their goverments. Goverments should be
afraid of their people."
(V for Vendetta)
Terlentang, jatuh, perih, kesal
Ibu pertiwi engkau pegangan janji pusaka dan sakti
Tanah tumpah darahku makmur dan suci
Hancur badan tetap berjalan
Jiwa besar dan suci membawa aku padamu
Padamu Indonesia makmur dan suci


(BJ Habibie)

KETIKA KITA SEDANG „LELAH‟ INGATLAH, “KESUKSESAN
MEMANG SULIT…! TETAPI HIDUP MU AKAN LEBIH SULIT BILA
ENGKAU GAGAL…!” MAKA BERSEMANGATLAH.

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengelolaan Infrastruktur drainase di kawasan perkotaan (studi kasus di
Kota Bandar Lampung)”. Penulisasn skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Admninstrasi Negara, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.
Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari
berbagai pihak, baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Orangtuaku, Bapak Rusdi Bastari dan Ibu Roslina, terima kasih atas segala

dukungan, do’a, arahan, dan wejangannya dalam proses penyusunan karya
ini. Terima kasih atas segala rasa cinta dan kasih sayang yang telah kalian
berikan dari Ruli kecil sampai dewasa, dan kesabaran dalam mendidikku.
Semoga kalian berdua selalu bahagia dunia akhirat, diberikan rezeki yang
berlimpah, dan selalu dalam perlindungan Allah SWT. Amin.
2. Adikku Erin Setia Hadi yang sedang melanjutkan kuliah, semoga kamu
bisa lebih baik dari abang,terima kasih atas semangatnya.
3. Ibu Dewie Brima Atika, S.IP, M.Si selaku Pembimbing Akademik.

4. Bapak Syamsul Ma’ arif, S.IP, M.si. selaku pembimbing utama yang telah
memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses
pendidikan dan penyusunan skripsi ini hingga akhir.
5. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si. selaku pembahas dan penguji yang telah
membantu perbaikan melalui kritik, saran, serta masukan yang diberikan
demi kesempurnaan skripsi ini hingga akhir.
6. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
7. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
8. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Staf Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik yang telah mewariskan ilmunya dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan serta membimbing penulis selama menempuh
studi.
9. Kepada

Sahabat-sahabatku

Angga

yang

semakin

sibuk

dengan

pekerjaanya, Guruh yang ingin ngerantau ke abu dhabi, Ruli yang semakin
sibuk dengan Emailnya, Mamang yang semangat ngerjain skripsinya, adi
gunawan yang selalu ngilang, Hendi yang terus semangat dengan tujuan

jadi Presiden BEM, Ambon yang ingin jadi juragan emas, Adi purnomo
yang mau jadi artis. Nanda yang semakin ceria setelah gelar SAN-nya,
Fika yang selalu ngoceh, Tina yang semakin sibuk dengan pekerjaannya,
Senja yang selalu sabar dan setia sama guruhnya, terima kasih kalian udah
jadi keluarga yang baik, kenangan pahit manis kita selama ini tidak akan
pernah aku lupakan. Buat saudara himagara alaseroban (2009),

Rioga(Oge) cepet lagi wisuda, Tendi(om) calon pejabat pesawaran,
Fahmi(ex-Gub) gemukin lagi badan itu, Adi(jawa) anak band banget,
Torik-Nelson ini hantunya ane 09 suka ilang suka muncul sendiri, Apriza,
Andri(iwo), Bahri(panjang), Deki, Waya, teman-teman yang baik, dan
wanita-wanita Alasserobban Ane 09, Yessy(bendum), Intan(bebek),
Dewi(piping), Fitri(uni), Ristra, Dina, Deril(bude), aisyah, Irma, anggi,
eka, nova, gustia, layla(lele),rahma, Dewi (Dedew), kiki, nurul, nina,
septi, riyanti, listi, tasya, olieng, terimaksih sudah diberikan keluargakeluarga yang baik seperti kalian.
10. Teman-teman Himagara Fisip Unila yang telah banyak memberikan spirit
dan cerita indah untuk dikenang selama kuliah dan berorganisasi. Tak lupa
ANE 2001 (bang ari, bang gigin, bang arpan), ANE 2005, (Bang arwin
dkk), ANE 2006 (bang fajrin, bang viko, bang panji, bang doni, bang
felix dan smua abang dan mb ANDALAN ), ANE 2007 (Izul, Brow,

agung, tomas, Boncu, Enal, mb melly dan semua abang-mb ASEM
MANIS), ANE 2008 (Joko, Ucok, Cindang, Risky, Zico, uwak, vidi, ferly,
uji,

dan semua kawan-kawan ASEP UDIN),

Punggawa ANE 2010

(Aden, Begh, Hefsa, abil, Uyung, Satria, Desmon, Ridho, Topik, Syamsu,
Woro, Datas, Ali, Rofi’i, loy, dan seluruh teman-teman ADU SELON),
ANE 2011 ( Aji, Akbar, Pilar, Rio gendut, Rosyit, Menceng, fredy, toto,
vike, cristi, david, ikhsan,widi,devin dan seluruh generasi Himagara
ANTIMAPIA teruslah berproses), ANE 2012 ( akbar, nadiril, yaji, icup,
ucup, danu, denis, berry, alga, dan seluruh teman-teman AMPERA) ANE
2013 ( pindo,dimas, dan semua angkatan ALAS MENARA) yang telah

memberi warna selama di HIMAGARA tercinta. Terima kasih atas
pelajaran hidup, spirit dan bantuannya selama ini. HIDUP HIMAGARA!!!
11. Teman-teman lintas jurusan di Fisip Unila ( Riski Sos 09, Dodi Sos
09,Dirga Sos 09,viki pusdokinfo, dan seluruh teman-teman lintas jurusan
yang tidak dapat ditulis satu persatu.trimksih atas warna difisip yang
begitu indah. “Fisip Itu Orange” beda warna beda, latar belakang untuk
fisip kita satu “ORANGE” HIDUP FISIP….!!!!
12. Seluruh keluarga besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila dan Seluruh
Civitas Akademika Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang ikut
membantu mempermudah dalam penyelesaian Skripsi ini.
13. Seluruh pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas
dukungannya.

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti
mendapat balasan dari Allah SWT dan peneliti meminta maaf apabila ada
kesalahan tanpa sengaja dan yang pernah tersakiti dalam kehidupan peneliti.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kehidupan dan generasi-generasi
selanjutnya.
Bandar Lampung, 18 Februari 2014
Peneliti,

Ruli Pramudia

i

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latara Belakang Masalah ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 10
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Managemen Infrastruktur Drainase ................................................. 12
B. Pengelolaan Sumber daya Air ......................................................... 18
C. Ketersediaan Infrastruktur Drainase ................................................ 23
D. Pengelolaan Infrastruktur Drainase ................................................. 28
E. Kegagalan Pengelolaan Infrastruktur Drainase ............................... 35

BAB III METODE PENELITIAN
A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ..................................................... 36
B. Fokus Penelitian ............................................................................ 37
C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 38
D. Tekhnik Pengumpulan Data .......................................................... 38
E. Tekhnik Pengolahan Data .............................................................. 42
F. Tekhnik Analisis Data ................................................................... 43
G. Tekhnik Pemeriksaan Keabsahan Data ......................................... 47

ii

BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ...................................... 48
1. Demografi .................................................................................... 51
2. Sumber Daya Alam (Resources Base) ......................................... 52
3. Posisi Bandar Lampung Dalam Konteks Kawasan ..................... 53
4. Pembagian Wilayah Kota ............................................................ 54
5. Pengelolaan Drainase Kota .......................................................... 65

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pola Tata Kelola Infrastruktur Drainase ......................................... 66
1. Pola Perencanaan (Planning)........................................................ 65
2. Pola Pengorganisasian (Organizing) ........................................... 72
3. Pola Penggerakan (Actuating) ..................................................... 78
4. Pola Pengawasan (Controling) .................................................... 82
B. Problematika Pengelolaan Infrastruktur Drainase ........................... 85
1. Problematika Internal ................................................................... 86
1.1 Problematika Saat Pola Perencanaan (Planning) ................... 86
1.2 Problematika Saat Pola Pengorganisasian (Organizing) ........ 88
1.3 Problematika Saat Pola Penggerakan (Actuating) .................. 91
1.4 Problematika Saat Pola Pengawasan (Controling) ................. 93
2. Problematika eksternal .................................................................. 95
2.1 Alih Fungsi Lahan ................................................................. 95
2.2 Peningkatan Jumlah Sampah/Limbah .................................... 98
2.3 Kerusakan Konstruksi ........................................................... 106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 107
B. Saran ............................................................................................... 112

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daerah Rawan Banjir Kota Bandar Lampung ......................................... 7
Tabel 1.2 Data Genangan Air Kota Bandar Lampung ......................................... 8
Tabel 3.1 Data Informan Yang Terkait Penelitian .................................................... 39
Tabel 3.2 Dokumen yang diperoleh oleh Peneliti ................................................ 42
Tabel 4.1 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan
Kota Bandar Lampung .............................................................................. 49

Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat ini dan Proyeksinya 5 Tahun ..... 52
Tabel 5.1 Jumlah Rencana Anggaran Pengelolaan Infrastruktur Drainase ............ 68
Tabel 5.2 Titik Rawan Banjir Kota Bandar Lampung ......................................... 70
Tabel 5.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 76
Tabel 5.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Golongan ................. 76
Tabel 5.5 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Jabatan .................... 77
Tabel 5.6 Agenda Rapar Koordinasi .................................................................. 80
Tabel 5.7 Laporan Pengawan di Lapangan ......................................................... 84
Tabel 5.8 Alih Fungsi Lahan di Kota Bandar Lampung ...................................... 96
Tabel 5.9 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat ini dan proyeksinya 5 tahun ...... 97
Tabel 5.10 Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011............................. 99
Tabel 5.11 Kegiatan Pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan ............................... 106

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kondisi Saluran yang Dipenuhi oleh Sampah ................................... 43
Gambar 3.2 Perubahan Bentuk Saluran Drainase yang Semula Terbuka
Menjadi Tertutup ........................................................................... 43

Gambar 4.1 Luas Genangan di Wilayah Kota Bandar Lampung .......................... 63
Gambar 4.2 Peta Lokasi Genagang di Kota Bandar Lampung ....................... 64
Gambar 5.1 Peta Alih Fungsi Lahan Kota Bandar Lampung ......................... 98

31

KONDISI IELUK

LA[!P!N6

Teu Laipuig metupakan r:i::i remilaraiya hampr sehua sungaisunga yang menga r
d rcb 8anda. Lampung i.Jl Lanpung akan menerima beban sampahsampah dan
ledimen pertolaan sepen
ada

tumprsenuasunga

y.io le4ad

ir-i

saal in dan leriihal pada semua muaG sungai yang

hemuara ke Teluk Lampung dpengaruh oeh pasanq sutol

arraul Da dala pasanq s.ulr?nq dipeabuhan Panjang
yang ada

d

Adapun eevas

.
.

bahra llpe pasano surul

Kola Bandar LaFplng adaah lpe campuEn condonq ke haran qanda. yalu

daram salu han

.
.

d pe.o eh

lerjad 2 (dua)

dar

a

rlaur/an.



air paeng dao 2 (dua)

ra

ar surul, telapi linssidai

rer,ad ada ah sebaga berkut i

ElevaslMukaAnLaul Ralarala (l,lean Sea

Level/MSL)

ElevasiPasano Rala,ala lr"lean Hah Tida

Leve/MHIL) :+1,67M

E

evasiPasang Tendggr (Nqh Sp,ng

E

evas SurulTerendah (Lov Sprna

lda Leve/HSTL)

+ 0,87 M

l

I 80

M

IddlLeve/LSTL) + 0,02 M

Canba qrark oelombanO pasaig suruldai6n saluan had s€pedilerlera pada Gambar 3.7.

,,a-:1i
d:.1r
fiN

lereeb!lCapaldikuanlilal,kan dengai

-hrb

3iliita.:a :. f.::-.: -.r::xdurakan

ini Tabel5,4 berkuladaah anarsa ketuqrai

yang

dakibalk;i..-:.1an9andi5l

diltula Bandar Lampunq.

Tabel 5.1 Analisa X.ruqian Akibat Genanqan

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi semua manusia
dan setiap mahluk hidup. Tanpa air, maka tidak akan ada suatu kehidupan di muka
bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai
barang yang wajar, selalu ada, dan tersedia setiap saat. Namun, pendapat tersebut
pada saat ini mulai dipertanyakan kebenarannya. Kenyataannya, manusia baru
menyadari betapa pentingnya peranan air pada saat kemarau panjang atau banjir.
Kesadaran tersebut mendorong manusia untuk berusaha untuk mengendalikan
ketersediaannya.
Dalam konteks inilah, negara kemudian dituntut untuk mampu
memainkan peran strategis. Penegasannya dapat dijumpai di dalam Pasal 33 Ayat
(3) Undang-Undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 Ayat (3) yang menyatakan bahwa
“Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sesuai dengan
amanat konstitusi tersebut, negara diberi wewenang untuk melakukan penguasaan
sumber daya alam demi kemakmuran rakyat.

Di bidang sumber daya air,

penguasaan negara tersebut diwujudkan melalui pengelolaan sumber daya air.

2

Indonesia memasuki era desentralisasi sejak ditetapkannya UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian disempurnakan menjadi UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
menjelaskan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
pemerintah daerah diberikan kewenanggan untuk mengelola daerahnya sendiri
baik itu dalam hal manajemen pemerintahannya maupun dalam pengelolaan
lingkungan. Hal ini menjadikan peluang bagi daerah

untuk menyelesaikan

masalah lokal secara lebih akuntabel, sekaligus membuka tantangan baru bagi
pemerintah daerah.
Undang-undang tersebut kemudian memberikan pandangan baru dalam
pembangunan bangsa menuju era otonomi, yaitu dengan memberikan kewenangan
kepada pemerintah daerah untuk memajukan potensi sesuai karakteristik
daerahnya masing-masing. pemerintah daerah diberikan kewenanggan untuk
mengelola daerahnya sendiri baik itu dalam hal manajemen pemerintahannya
maupun dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini menjadikan peluang bagi daerah
untuk menyelesaikan masalah lokal secara lebih akuntabel, sekaligus membuka
tantangan baru bagi pemerintah daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan penyerahan kewenangan
yang disebut sebagai desentralisasi. Desentralisasi dapat dilihat dari sudut
pandang

kebijakan

dan

administrasi

merupakan

transfer

perencanaan,

pengambilan keputusan, atau otoritas administratif dari pemerintah pusat kepada
organisasinya di lapangan yakni pemerintah daerah. Pembagian kewenangan

3

dalam desentralisasi di Indonesia secara lengkap dan jelas tertuang di dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota yang menjelaskan bahwa pemerintah daerah memiliki
wewenang dan tanggung jawab mengenai urusan-urusan baik mengenai politik
kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan maupun mengenai segi-segi
pembiayaannya di daerah. Nasib sumber daya alam dan lingkungan, kini
tergantung pada kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal dan kemauan untuk
memenuhi standar dan peraturan nasional. Salah satu pengelolaan lingkungan
yang menjadi fokus pemerintah pusat dan daerah adalah pengelolaan sumber daya
air, karena semua mahluk hidup membutuhkan air untuk keberlangsungan
hidupnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam pasal 7 ayat (2) dan (3)
dijelaskan bahwa urusan wajib pemerintah daerah meliputi: pendidikan;
kesehatan; lingkungan hidup; pekerjaan umum; penataan ruang; perencanaan
pembangunan; perumahan; kepemudaan dan olahraga; penanaman modal;
koperasi dan usaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil;
ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan dan perlindungan
anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; perhubungan; komunikasi dan
informatika; pertanahan; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; otonomi
daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian, dan persandian; pemberdayaan masyarakat dan desa; sosial;

4

kebudayaan; statistik; kearsipan; dan perpustakaan. Sejalan dengan pemberian
kewenangan yang lebih luas yang diberikan kepada daerah, secara tidak langsung
tanggung jawab pemerintah daerah akan pelayanan terhadap masyarakat juga
semakin besar. Dengan tanggung jawab yang semakin besar pemerintah daerah
diharapkan

mampu

untuk

mengembangkan

strategi

yang

tepat

untuk

menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik, Termasuk
membangun infrastruktur.

Nasib sumber daya alam dan lingkungan, kini

tergantung pada kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal dan kemauan untuk
memenuhi standar dan peraturan nasional. Salah satu pengelolaan lingkungan
yang menjadi fokus pemerintah pusat dan daerah adalah pengelolaan sumber daya
air dan beserta pembangunan infrastruktur fisik.
Infrastruktur sebagai fasilitas fisik suatu kota atau negara mencakup
bangunan, fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi yang
dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan
kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik yang
dirancang dalam sistem sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.

Menurut Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah,

infrastruktur merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk
mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang
yang terbatas. Agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak
dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat
dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya.
Bagi pemerintah pusat maupun daerah, infrastruktur merupakan
pengeluaran pembangunan terbesar di samping pendidikan dan kesehatan. Secara

5

umum, infrasturktur berperan penting sebagai alat penunjang keberhasilan suatu
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik. Apabila infrastruktur
tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Hal inilah yang menyebabkan
pengelolaan infrastruktur harus dilakukan secara hati-hati, terencana, transparan,
dan bertanggung jawab. 1
Salah satu infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi pengelolaan sumber
daya air di kawasan perkotaan adalah drainase. Sistem drainase merupakan salah
satu infrastruktur yang penting dalam pengembangan wilayah perkotaan, agar
kota dapat terlihat lebih indah, bersih, tertata dan bebas dari genangan banjir.
Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi
maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan,
menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat
dihindarkan. Saat ini, hanya 52,83% rumah tangga yang mempunyai akses ke
saluran drainase, 14,49% mempunyai sistem drainase dalam keadaan tergenang
air atau alirannya lambat dengan kapasitas aliran yang kurang memadai, dan
32,68% tidak mempunyai saluran drainase. Sistem drainase perkotaan yang tidak
baik akan merugikan kota dan masyarakat, karena mengganggu lingkungan,
menghambat transportasi, mengganggu kesehatan dan memberikan dampak buruk
bagi sosial dan ekonomi.2 Dalam kontek inilah drainase perkotaan diperlukan
untuk mengendalikan kelebihan air permukaan berupa air hujan, air limbah
domestik maupun air limbah industri agar tidak merugikan masyarakat dan dapat

1

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan,Andi.Yogyakarta.Hal 8

2

Lapiran PERPRES RI No. 5 tahun 2010

6

memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan
drainase perkotaan harus terpadu dengan pembangunan prasarana sanitasi,
prasarana sampah, dan pengendali banjir kota lainnya.
Pada daerah perkotaan, pertumbuhan kota dan perkembangan industri
menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi sehingga
berpengaruh cukup besar terhadap sistem drainase perkotaan. Pertumbuhan kota
dewasa ini ditandai dengan peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk yang
tidak seimbang dengan ketersediaan lahan yang ada. Pengurangan jumlah areal
terbuka sebagai areal resapan air akan mengakibatkan air hujan yang jatuh di
daerah tersebut tidak dapat terinfiltrasi, sehingga menyebabkan peningkatan
jumlah air limpasan (runoff). Di tengah kondisi di mana kemampuan saluran
drainase sebagai penampung air limpasan sangat terbatas, hal ini memacu
terjadinya banjir yang semakin parah.

Banjir di Indonesia menimbulkan

kerusakan sebesar dua pertiga dari bencana alam yang pernah terjadi. 3 Oleh sebab
itu setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase,
tidak cukup hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi
daerah sekitarnya juga.
Salah satu daerah yang sedang menghadapi permasalah drainase adalah
Kota Bandar Lampung.

Kota Bandar Lampung memiliki topografi sangat

beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung,
dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m. Daerah dengan topografi
perbukitan hingga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan
puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta

3

Robert J. Kodoatie dkk. 2002. Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Otonomi Daerah.
Yogyakarta; Andi.Hal 65

7

perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Dilihat dari ketinggian yang dimiliki,
Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling
tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada
ketinggian maksimum 700 meter diatas permukaan laut (mdpl). Sedangkan
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian
masing-masing hanya sekitar 2–5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling
rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.4
Dengan ketinggian tersebut, dapat dipastikan bahwa kawasan-kawasan di
Kota Bandar Lampung seharusnya tidak mengalami genangan air atau banjir
meskipun curah hujan tinggi. Namun fakta empirik yang terjadi justru sebaliknya,
kawasan-kawasan di Kota Bandar Lampung mengalami genangan air atau banjir
pada saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Bahkan selama ini
genangan atau banjir tersebut justru terjadi di daerah yang berada di dataran
tinggi. Fakta ini diperkuat oleh laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kota Bandar Lampung yang memetakan adanya 52 titik rawan banjir
yang tersebar di sejumlah kecamatan dan kelurahan.
Tabel 1.1
Daerah Rawan Banjir Kota Bandar Lampung

4

No
1

Kecamatan
Kecamatan Telukbetung Barat

Kelurahan
Negeriolok Gading, Kuripan, dan
Kelurahan Bakung

2

Telukbetung Timur

3

Tanjungkarang Pusat

Sukamaju, Kotakarang Raya, dan
Kelurahan Perwata.
Kelapatiga, Kaliawi, Palapa, dan
Kelurahan Tanjungkarang

4

Rajabasa

Gedongmeneng, Rajabasa, Rajabasa
Raya

http://BandarLampungKota.go.id, diakses rabu, 6 Februari 2013, pukul 15.15

8

5

Sukabumi

Sukabumi, Sukabumi Indah, Campang
Raya. Sedangkan untuk di Kecamatan
Way Halim, yang rawan banjir ada di
Kelurahan Jagabaya II dan Jagabaya III

Sumber: BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Bandar Lampung 2013

Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung, sudah
sepantasnya menjadi barometer dan tolak ukur pembangunan bagi wilayahwilayah lain di Provinsi Lampung. Namun, banjir dan genangan air di beberapa
kawasan Kota Bandar Lampung hingga kini merupakan suatu permasalahan rutin
yang tak kunjung terselesaikan.

Berkurangnya daerah resapan, pendangkalan

sungai, dan penumpukan sampah pada saluran adalah beberapa hal yang paling
sering dituding sebagai sumber permasalahan tersebut, di samping adanya
kebijakan pemerintah kota mengenai masalah drainase yang dinilai tidak sesuai
dengan rencana tata ruang. Oleh sebab itu, pembenahan infrastruktur drainase
sangat mendesak dilakukan guna mendukung dinamika dan pola pembangunan di
wilayah ini.
Tabel 1.2
Data Genangan air Kota Bandar Lampung
No
1

Lokasi

Luas (Ha)

Tinggi Genangan (cm)

Lama (jam)

Jl. Antasari

0,61

0,5

3

2

Jl. Kartini

0,31

0,40

2

3

Kampung Baru,
Kampung Kaarang
Anyar, dan Kampung
Suka Baru

7,5

1

48

4

Jalan Cut Nyak dien

0,65

0,30

2

5

Jalan Z.A Pagaralam

2

1

4

Sumber: Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung

9

Sistem drainase Kota Bandar Lampung mengikuti pola sistem drainase
alam, karena sistem drainase merupakan main drain dari zona drainase yang ada.
Sedangkan pembagian wilayah pembebanan drainase disesuaikan dengan arah
aliran drainase yang ada. Seiring dengan berubahnya fungsi kawasan di Kota
Bandar Lampung yang merupakan kawasan resapan air menjadi kawasan
pemukiman dan kawasan bisnis, hal ini mengakibatkan sistem drainase menjadi
tidak terawat, mengalami penyempitan saluran, pendangkalan, dan penumpukan
sampah, sehingga daya tampung drainase primer menjadi terlampaui. Masalah ini
mendesak untuk segera diatasi

mengingat drainase bukan hanya untuk

mengalirkan debit air pada saluran drainase tersebut, akan tetapi juga
mengendalikan kelebihan air permukaan agar tidak mengganggu aktivitas
masyarakat dan dapat membawa manfaat bagi kepentingan masyarakat. 5
Pembagian wilayah pembebanan drainase di kota Bandar Lampung dibuat
sesuai dengan arah aliran drainase yang ada zona drainase dibagi atas : (1) Zona
Tanjung Karang, meliputi draianse yang ada diwilayah Tanjung Karang yang
mengalirkan airnya pada sungai Way Kuripan, Way Kupang, Way Kunyit dan
Way Bakung. (2) Zona Teluk Betung, merupakan zona drainase terbesar di Kota
Bandar Lampung yang meliputi beberapa drainase utama yang mengalirkan airnya
ke sungai-sungai Way Kuala sebagai main drain, dan anak-anak sungainya yaitu :
Way Kemiling, Way Pemanggilan, Way Langkapura, Way Kedaton, Way Balau,
Way Halim, Way Durian Payung, Way Simpur, Way Awi, Way Penengahan, dan
Way Kedamaian. (3) Zona Panjang, Meliputi drainase yang mengalirkan airnya
pada sungai-sungai : Way Lunik, Way Kanan, Way Lunik Kiri, Way Pidada, Way

5

Master Plan Drainase Kota Bandar Lampung Tahun 2011

10

Galih Panjang, dan Way Serengsem. Merupakan zona drainase pada daerah datar
pada bagian hilirnya sehingga menimbulkan banjir. (4) Zona Kandis, yang
meliputi daerah-daerah di wilayah Kedaton dan sebagian Sukarame wilayah
Barat, pada zona ini drainase utama akan membuang air pada sungai Way Kandis
1, Way Kandis 2, dan Way Kandis 3.6
Melihat kondisi yang telah diuraikan di atas, penting dilakukan penelitian
mengenai pengelolaan drainase di Kota Bandar Lampung agar permasalahan
genangan dan banjir yang sering terjadi pada saat musim hujan turun dapat
teratasi. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian terhadap drainase dengan
prioritas daerah atau kawasan yang pada musim hujan mengalami banjir yang
merupakan suatu langkah yang diperlukan untuk pemecahan masalah genangan
dan banjir dalam kaitannya terhadap sistem saluran drainase secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah
Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang
akan diteliti dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pola tata kelola infrastruktur drainase Kota Bandar Lampung
dalam menanggulangi masalah genangan air atau banjir ?
2. Apasajakah problematika yang dihadapi dalam tata kelola infrastruktur
drainase Kota Bandar Lampung ?

6

Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bandar Lampung

11

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat

mendeskripsikan

pola

tata

kelola

drainase

dalam

mengatasi

permasalahan banjir dan genangan air di Kota Bandar Lampung.
2. Dapat menjelaskan problematika dalam pengelolaan drainase kota Bandar
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
1.

Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya
khasanah keilmuan Administrasi Negara terutama tentang kajian dalam
bidang manajemen publik, khususnya tentang Manajemen pengelolaan
infrasturktur drainase Kota Bandar Lampung.

1.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau
referensi bagi Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan Drainase

2.

Sebagai salah satu bahan acuan atau referensi penelitian lebih lanjut bagi
pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema
atau masalah serupa.

12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Manajemen

Menajemen dan pengelolaan memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya
tujuan organisasi atau lembaga. Ini dikatakan bahwa manajemen dan pengelolaan
merupakan istilah yang memiliki tujuan yang sama. Menurut Terry manajemen
adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian,

pengarahan,

dan

pengendalian

menentukan serta mencapai sasaran-sasaran

yang dilakukan

untuk

yang telah ditentukan melalui

pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Manajemen
merupakan suatu bentuk kegiatan, atau disebut ”managing”, sedangkan
pelaksananya disebut dengan ”manager” atau pengelola. Manajemen juga adalah
suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana
mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang
diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan pelajaran serta kemampuan untuk
menggunakan pengetahuan manajemen.1
Dinas pekerjaan umum merupakan suatu unit organisasi yang berada di
bawah pemerintah daerah/kota dalam hal ini walikota. dalam melaksanakan tugas
1

Hasibuan,Malayu S.P.2011. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi
Aksara. Hal 2

13

pokok dan fungsi yang diembannya sudah barang tentu menggunakan fungsifungsi manajemen. Manajemen diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan
dengan menggunakan berbagai sarana dan prasarana serta sumber daya manusia.
Manajemen dipraktekkan dalam bisnis, rumah sakit, universitas, badan
pemerintah dan tipe aktivitas lain yang terorganisasi.
Menurut Massie istilah manajemen secara umum diartikan sebagai
kelompok khusus orang-orang yang tugasnya mengarahkan daya upaya dan
aktivitas orang lain pada sasaran yang sama. Secara singkat, manajemen yaitu
menjalankan sesuatu melalui orang lain. Manajemen juga diartikan sebagai proses
yang mengarahkan langkah-langkah kelompok menuju tujuan yang sama.2
Menurut G.R Terry bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang
terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan
mengendalikan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumbersumber lainnya.3 Menurut Tead manajemen adalah proses dan perangkat yang
mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Lain halnya menurut Siagian
mendefinisikan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk
memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatankegiatan orang lain.5

2
3

4

5

Massie, L.J. 1985. Dasar-dasar Manajemen Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta. Hal 4
Hasibuan, S.P.M. 2011. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. CV. Haji Masagung,
Jakarta hal 4
Lubis, Ibrahim. 1986. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Erlangga,
Jakarta. Hal 23
Siagian, Sondang, P. 2008. Filsafat Administrasi. Bina Aksara, Jakarta Hal 5

14

Ada persamaan-persamaan yang dapat disimpulkan dalam berbagai
definisi manajemen di atas, sebagaimana dikemukakan oleh Lubis sebagai beriku:
(1) Manajemen selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompok
manusia dan tidak terhadap suatu usaha satu orang tertentu. (2) Dalam pengertian
manajemen selalu terkandung adanya suatu tujuan tertentu yang akan dicapai oleh
kelompok yang bersangkutan.6 Dari pengertian-pengertian tentang manajemen di
atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses, suatu kegiatan,
suatu usaha, yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kerja sama dengan orang lain.
Dalam proses pelaksanaannya, menurut Hasibuan, manajemen mempunyai
tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas khusus tersebut biasa
disebut fungsi-fungsi manajemen. untuk mengatasi permasalahan pengelolaan
Drainase di Kota Bandar Lampung dengan menggunakan fungsi-fungsi
manajemen yang dikemukakan oleh George R Terry yaitu POAC (Planning,
Organizing, Actuating,dan Controlling). Pengertian Fungsi-fungsi Manajemen
yang dikemukakan oleh George R Terry sebagai berikut:

1.

Planning (perencanaan)
Menurut Siagian, planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

pemikiaran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di
masa yang akan datang, yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa,
dalam rangka mencapai tujuan yang akan ditentukan.7 Sedangkan menurut G.R
Terry, planning merupakan pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta

6
7

Lubis, Ibrahim. 1986. Op.Cit. Hal 25
Sutardi. Andry dan Engkoem Damini. 1988. Pokok-Pokok Ilmu Administrasi dan Manajemen.
Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. 57

15

pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi untuk masa yang
akan datang dengan jalan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.8
Menurut hasibuan planning adalah proses penentuan tujuan dan pedoman
pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.9
Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa planning adalah proses
pengambilan keputusan pendahuluan atau yang di rencanakan pada masa
mendatang yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar lampung
yang berkaitan dengan langkah-langkah dalam perencanaan drainase. Dengan
adanya perencanaan yang matang dalam mengelola drainase, maka permasalahan
mengennai genangan atau banjir dapat teratasi.

2. Organizing (pengorganisasian)
Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan fungsi perrencanaan,
karena

pengorganisasian

pun

harus

direncanakan.

Menurut

Siagian,

pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alatalat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewengan sedemikian rupa sehingga
tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.10 Sedangkan menurut G.R Terry,
organizing merupakan kegiatan penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan
macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan
orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik
yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukan hubungan wewenang yang
dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap

8

Sukarna, Drs. 2011. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Mandar Maju Hal 10
Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 40
10
Sutardi. Andry dan Engkoem Damini. 1988.Op.Cit. Hal 68
9

16

kegiatan yang diiharapkan.11 Menurut Hasibuan pengorganisasian adalah suatu
proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada aktivitas
ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara
relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitasaktifitas tersebut.12

Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa

pengorganisasian adalah suatu proses pembagian wewenang dan tanggung jawab
kepada setiap anggota yang terlibat dalam melaksanakan program kerjanya, agar
dapat berjalan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh Dinas Pekerjaan
Umum Kota Bandar Lampung. Dengan pengorganisasian yang maksimal maka
dalam mengelola Drainase dapat berjalan dengan maksimal.

3.

Actuating (penggerakan)
Actuating menurut Siagian dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan mendorong semangat bekerja
kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
ikhlas demi tercapainya tujuan.13 Sedangkan menurut G.R Terry dalam bukunya
Principles of Management memberi definisi actuating ialah membangkitkan dan
mendorong semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha
dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.14 Menurut
Hasibuan actuating adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau berkerja sama

11

Sukarna, Drs. 2011.Op.Cit.Hal 38
Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 40
13
Siagian, Sondang, P. 2008.Op.Cit.Hal 106
14
Sukarna, Drs. 2011.Op.Cit.Hal 82
12

17

dan berkerja efektif untuk mencapai tujuan.15 Dari uraian di atas maka peneliti
menyimpulkan bahwa actuating adalah suatu proses dimana kepala Pekerjaan
Umum Kota Bandar Lampung dituntut agar anggota Dinas Pekerjaan Umum Kota
Bandar Lampung dapat berperan aktif dalam mengelola Drainase secara Optimal.

4.

Controlling (pengawasan)
Menurut Siagian controlling (pengawasan) ialah proses pengamatan

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan
yang sedang dilakukan atau sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan sebelumnya.16 Sedangkan menurut G.R Terry dalam buku
Principles of Management mengemukakan Controlling dapat dirumuskan sebagai
proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan
yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu melakukan
perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras
dengan standar.17 Menurut Harold Koontz controlling adalah pengukuran dan
perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah
dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.18
Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa controlling adalah
proses seorang manajener melakukan penilaian terhadap apa yang telah
dilaksanakan oleh pegawainya. Fungsi controlling bukan hanya untuk mencari
kesalahan-kesalahan, tetapi untuk mencari kebenaran dari pelaksanaan tugas atau
kebenaran dari hasil suatu rencana dan berusaha untuk menghindarkan terjadinya

15

Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 41
Sutardi. Andry dan Engkoem Damini. 1988 Op.Cit. Hal 78
17
Sukarna, Drs. 2011.Op.Cit.Hal 110
18
Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 41

16

18

penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-penyelewengandari rencana
yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengawasan dapat dilakukan secara internal
atau dari dalam organisasi, eksternal atau pengawasan dari luar organisasi,
ataupun pengawasan represif yaitu pengawasan setelah adanya pelaksanaan
pekerjaan.
Manajemen diungkapkan lebih kepada penekanan prosesnya manajemen
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usahausaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Perencanaan yang berarti
bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan.
Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metode, rencana atau
logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat. Pengorganisasian berarti
bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber-sumber daya manusia dan
material organisasi. Kekuatan suatu organisasi terletak pada kemampuannya untuk
menyusun

berbagai

sumberdayanya

dalam

mencapai

tujuan.

Semakin

terkoordinasi dan semakin terintegrasi kerja organisasi, semakin efektif
pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Pengkordinasian merupakan bagian vital
pekerjaan manajer. Selanjutnya, pengarahan berarti bahwa para manajer
mengarahkan, memimpin dan mempengaruhi para bawahan. Manajer tidak
melakukan pekerjaan tersebut dengan sendiri tetapi melakukan menyelesaikan
pekerjaan dengan melalui orang lain. Mereka tidak hanya memberi perintah tetapi
juga menciptakan iklim yang dapat membantu para bawahan melakukan pekerjaan
dengan baik. Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa
organisasi bergerak ke arah tujuannya. Bila ada beberapa bagian organisasi pada

19

jalur yang salah, maka manajer harus membetulkannya. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan drainase.

B. Pengelolaan Sumber Daya Air
Paradigma Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia bergeser dari
semula sentralisasi menjadi desentralisasi.

Pergeseran itu ditandai dengan

dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, yang

disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undamg-undang tersebut ditegaskan
bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-undang tersebut
kemudian memberikan pandangan baru dalam pembangunan bangsa menuju era
otonomi, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk
memajukan potensi sesuai karakteristik daerahnya masing-masing. pemerintah
daerah diberikan kewenanggan untuk mengelola daerahnya sendiri baik itu dalam
hal manajemen pemerintahannya maupun dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini
menjadikan peluang bagi daerah untuk menyelesaikan masalah lokal secara lebih
akuntabel, sekaligus membuka tantangan baru bagi pemerintah daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan penyerahan kewenangan
yang disebut sebagai desentralisasi. Desentralisasi dilihat dari sudut pandang
kebijakan dan administrasi merupakan transfer perencanaan, pengambilan
keputusan, atau otoritas administratif dari pemerintah pusat kepada organisasinya
di lapangan yakni pemerintah daerah. Dalam desentralisa