HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DENGAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP UKURAN PADA ANAK USIA DINI DI TK MELATI PUSPA BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

HUB UNGAN AN TARA AK T IVI TAS PE NGGUNAA N ALA T PERM A INA N EDUK AT IF (A PE) D ENG AN K EM AM PUAN M ENGENA L K ONSEP UK URAN PADA ANAK USIA DIN I

DI TK M ELAT I PUS PA B ANDA R LAM PUNG Oleh

Elvira Yunita

Penelitian ini dilatar belakangi oleh belum berkembangnya kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di kelas B2 TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas penggunaan alat permainan edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Sampel penelitian ini adalah anak TK kelas B2 usia 5-6 tahun. Pengambilan sampel yang digunakan adalah Teknik purposive random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, dokumentasi dan test kinerja. Teknik analisis data

menggunakan uji korelasi Spearman Rank. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan Alat permainan edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung.


(2)

HUB UNGAN AN TARA AK T IVI TAS PE NGGUNAA N ALA T PERM A INA N EDUK AT IF (A PE) D ENG AN K EM AM PUAN M ENGENA L K ONSEP UK URAN PADA ANAK USIA DIN I

DI TK M ELAT I PUS PA B ANDA R LAM PUNG

Oleh

ELVIRA YUNITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

HUB UNGAN AN TARA AK T IVI TAS PE NGGUNAA N ALA T PERM A INA N EDUK AT IF (A PE) D ENG AN K EM AM PUAN M ENGENA L K ONSEP UK URAN PADA ANAK USIA DIN I

DI TK M ELAT I PUS PA B ANDA R LAM PUNG

(SKRIPSI)

Oleh

ELVIRA YUNITA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 27

2. Rumus Pencapaian Hasil Belajar ... 35

3. Rumus Interval... 35

4. Rumus Korelasi Spearman Rank ... 37


(5)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kisi-Kisi Instrument Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran ... 32

2. Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) ... 32

3. Tabel Ukur Kriteria Tingkat Kemampuan ... 36

4. Pedoman Interpretasi Koefisian Korelasi ... 37

5. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan TK Melati Puspa ... 41

6. Data Anak Didik TK Melati Puspa ... 41

7. Frekuensi Distribusi Aktivitas Penggunaan APE ... 43

8. Frekuensi Distribusi Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran Anak Usia Dini ... 44

9. Silang Aktivitas Penggunaan APE dengan Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran Anak Usia Dini ... 45

10.Tabel Penolong Untuk Menghitung Koefisien Korelasi Spearman Rank ... 47


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat

dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul ”Hubungan

Antara Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran Pada Anak Usia Dini di TK Melati Puspa Bandar Lampung”.

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr.Hi.Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP UNILA yang telah

memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PG PAUD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat guna syarat skripsi.

2. Ibu Dr.Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

membantu sumbangsih untuk kemajuan kampus PG PAUD tercinta.

3. Ibu Ari Sofia, S.Psi. MA.Psi., selaku ketua Program Studi PG PAUD yang telah


(7)

4. Bapak Drs.Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Pembimbing I sekaligus Pembimbing Akademik atas jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, kritik, dan saran yang diberikan dengan sabar dan ikhlas disela kesibukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dra.Sasmiati, M.Hum., selaku pembimbing II atas jasanya dalam memberikan

masukan, kritik, dan saran dengan sabar dan ikhlas disela kesibukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Dr.Riswandi, M.Pd., selaku pembahas yang telah memberikan saran-saran

dan masukan guna perbaikan dalam penyusunan dan kelancaran skripsi ini.

7. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan PG PAUD yang telah membantu sampai

skripsi ini selesai.

8. Ibu Rena Jayanti, S.Pd., selaku Kepala Sekolah TK Melati Puspa Tanjung Senang

Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Dewan Guru TK Melati Puspa, yang telah membantu dalam pelaksanaan

penelitian, memberikan dukungan dan bantuan dalam dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

10.Kedua orang tuaku tercinta (Bustam dan Yanti,S.Pd) yang tak henti

menyayangiku, memberikan do’a, dukungan, semangat, serta senantiasa menantikan keberhasilanku.

11.Adik-adikku (Cata, Indah, Ali, Ansori) yang selalu memberikan senyuman


(8)

12.Para Guru Kehidupan (Ibu Suyati, mbak Arian Tahir, Mbak Eli, Mbak Sofiyah, Mbak Aulia Fitri, Mbak Rian) terima kasih atas bimbingan dan motivasi serta ilmu yang diberikan.

13.Sahabat seperjuangan (Anisa Ayu Lestari, mbak sis Intan Suryani, Heni Oktina,

Uswatun Hasanah, Heni Putri Pratiwi) yang telah memberiku semangat, motivasi dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

14.Seluruh rekan-rekan mahasiswa PG PAUD angkatan 2011 kelas A dan B yang

telah bersama-sama berusaha dari awal hingga akhir.

15.Teman-teman KKN-KT Pekon Rata Agung, kecamatan Lemong, Kabupaten

Pesisir Barat tahun 2014 (Asep, Mbak Melani, Dwi L, Eno, Imam, Bang nop, Suci, Yekti, kak Sulis).

16.Semua pihak yang dalam penyusunan skripsi ini tidak disebutkan satu

persatu.Terima Kasih.

Bandar Lampung, 15 September 2015 Penulis

Elvira Yunita NPM 1113054004


(9)

(10)

(11)

(12)

MOTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.

(Q.S.Al-Insyirah:5-6)

“Hidup itu proses. Ketika kebanyakan manusia melihat hasilnya, percayalah bahwa Tuhan lebih melihat bagaimana perjalananmu dalam meraihnya.


(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmanirrahim

Ku persembahkan karya ini sebagai rasa syukur kepada ALLAH SWT beserta Nabi junjungan kami Muhammad SAW dan ucapan terima kasih serta rasa banggaku

kepada :

Ibuku Tercinta (Yanti,S.Pd)

Yang sudah membesarkanku penuh dengan kasih sayang dan kesabaran, yang telah mendidikku hingga menjadi sekarang, yang bekerja membanting tulang dan selalu memberikan semangat untuk terus berjuang, dalam menggapai cita-cita, yang tidak

pernah lelah untuk selalu memberikan do’a dan nasihat. Terima Kasih Ibu. Ayahku Tersayang (Bustam)

Yang telah menjadi sosok ayah yang aku kagumi dan aku banggakan, selalu mengingatkanku untuk hal-hal yang baik, selalu menjadi pendengar yang baik, selalu

bekerja membanting tulang yang tidak ternilai harganya, selalu membimbingku dan selalu memotivasi untuk menggapai cita-citaku.Terima Kasih Ayah.

Adik-Adikku

Yang menjadi penyemangatku dan memotivasi melalui setiap senyuman dan semangat untuk terus berjuang menggapai cita-citaku.Terima kasih.

serta

Almamater Tercinta Universitas Lampung

sebagai tempat dalam menggali ilmu, menjadikanku sosok yang mandiri, serta jati diriku kelak.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Way Kanan, pada tanggal 03 juni 1993, sebagai anak pertama dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak Bustam dan Ibu Yanti,S.Pd. Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri Banjar Baru, kecamatan Baradatu, kabupaten Way Kanan, diselesaikan pada tahun 2005. Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 3 Baradatu, kecamatan Baradatu kabupaten Way Kanan, diselesaikan pada tahun 2008, dan menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Baradatu, kabupaten Way Kanan, diselesaikan pada tahun 2011.

Pada Tahun 2011, Penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi S1-Pg Paud melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Jurusan Ilmu Pendidikan , Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata Dan Terintegrasi (KKN-KT) Pada Tanggal 02 Juni- 15 September 2014 di Pekon Rata Agung, Kecamatan Lemong, Kabupaten Pesisir Barat.


(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia dini memiliki potensi yang masih perlu dikembangkan. Pada rentang usia dini

anak mengalami masa keemasan (the golden age), yang merupakan masa

dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai rangsangan. Dengan demikian masa anak-anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang. Karena pada masa ini, anak mengalami proses pertumbuhan dan pekembangan yang sangat pesat, untuk itu perlu diberi rangsangan agar potensi anak berkembang secara optimal. Salah satunya melalui pendidikan anak usia dini.

Adapun tujuan pendidikan anak usia dini sebagaimana yang terkandung didalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk


(16)

2

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Selanjutnya pasal 28, dinyatakan bahwa (1) pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal : KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal : pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Dengan demikian, pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Adapun aspek-aspek perkembangan anak usia dini sesuai yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permen) Nomor 58 tentang standar pendidikan anak usia dini meliputi nilai moral dan agama, fisik


(17)

3

motorik, kognitif, bahasa, dan sosialemosional. Dari lima aspek perkembangan tersebut, perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan karena perkembangan kognitif mempunyai tujuan mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai

kemampuan mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan

kemampuan berfikir teliti.

Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak usia dini, perkembangan kognitif meliputi 3 hal yaitu : (1) pengetahuan umum dan sains, (2) konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, dan (3) konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf.

Untuk mengembangkan aspek kognitif guru perlu menciptakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak melalui pengalaman nyata yang dapat memungkinkan mereka menunjukkan aktivitas dan rasa ingin tahu secara optimal dan menempatkan posisi guru sebagai pendamping, pembimbing, dan fasilitator bagi anak. Melalui proses kegiatan pembelajaran seperti ini dapat menghindari pembelajaran yang hanya berorientasi pada kehendak dan dominasi guru sehingga menjadikan anak pasif.

Adapun bentuk kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini yang tercantum dalam Permen 58


(18)

4

yang meliputi pembelajaran dilaksanakan melalui bermain, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara bertahap, berkesinambungan dan bersifat pembiasaan, proses pembelajaran bersifat aktif, kreatif, interaktif, efektif, dan menyenangkan, dan proses pembelajaran berpusat pada anak. Salah satu cara menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan menggunakan media, karena pada anak usia dini masih berada pada masa berfikir konkrit, yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (secara nyata). Piaget dalam Sudono (2010:3) mengemukakan bahwa pada tahap pra-operasional, panca indera berperan sangat besar. Anak memahami pengertian dan konsep-konsepnya lewat benda konkret. Dengan bermain menggunakan benda konkret, anak mendapatkan masukan-masukan untuk diproses bersama pengetahuan yang dimiliki (asimilasi, akomodasi dan konservasi).

Dengan demikian, pembelajaran anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak belajar secara konkrit. Dengan menggunakan media, anak mendapatkan pengalaman langsung untuk mengetahui dan memahami informasi yang diperolehnya dengan cara mengamati, meniru, atau bereksperimen langsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak termasuk aspek kognitif anak dapat berkembang secara optimal.

Pada kenyataannya, berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung, masih banyak anak yang belum bisa mengenal konsep ukuran. Hal ini terlihat dari 16 anak yang ada


(19)

5

dikelas B2, terdapat 68,75% anak yang belum bisa membedakan ukuran panjang-pendek, besar-kecil, dan tinggi-rendah.

Kondisi tersebut diduga karena metode pembelajaran yang digunakan masih bersifat konvensional, yatu pembelajaran masih berpusat pada guru. Dalam kegiatan pembelajaran, guru jarang menggunakan media, namun dalam penggunaannya media dipegang oleh guru bukan oleh anak. Bahkan anak jarang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berdampak terhadap konsep yang dipelajari. Mengingat anak usia dini masih berada pada masa berfikir konkrit, yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (secara nyata). Dengan melalui pengalaman langsung akan dapat membantu dan mempermudah anak dalam memahami informasi yang diperolehnya dengan cara mengamati, memegang, membuat dan menggunakan secara langsung, sehingga potensi dan kecerdasan anak bisa berkembang secara optimal.

Oleh sebab itu, penggunaan media sangat penting dalam pembelajaran anak usia dini. Salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan anak usia dini adalah alat permainan edukatif (APE). APE merupakan alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.

Oleh karena itu, peneliti tertarik mengangkat masalah tentang aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif dalam mengembangkan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini.


(20)

6

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat permasalahan yang terjadi antara lain:

1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru masih menggunakan metode

konvensional.

2. Anak belum dilibatkan dalam menggunakan media pada saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

3. Kemampuan anak dalam mengenal konsep ukuran masih belum

berkembang.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pengembangan masalah yang terlalu luas, maka penelitian ini dibatasi permasalahannya yaitu :

1. Aktivitas penggunaan alat permainan edukatif (APE) dengan kemampuan

mengenal konsep ukuran pada anak usia dini

2. Penelitian ini dilaksanakan di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar

lampung

3. Penelitian ini dibatasi pada anak TK kelas B2 usia 5-6 tahun.

D. Perumusan Masalah dan Permasalahan

Ditinjau dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang peneliti kemukakan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak masih belum berkembang.


(21)

7

Adapun permasalahan dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan alat permainan edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas penggunaan Alat permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan data informasi empirik dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya sumber daya manusia guru serta dapat menentukan komponen penting yang berhubungan dengan Alat Permainan Edukatif (APE) terhadap perkembangan kognitif anak.

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat bagi siswa

Membantu memberi masukan dalam upaya meningkatkan pemahaman anak tentang konsep ukuran.


(22)

8

2. Manfaat bagi guru

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pendidik untuk mengembangkan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini. selain itu, meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kreativitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih efektif dengan menggunakan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran, dalam meningkatkan kemampuan anak mengenal konsep ukuran.

3. Manfaat bagi sekolah

Member masukan bagi sekolah sebagai upaya meningkatkan kualitas sekolah dengan menerapkan pembelajaran yang lebih efektif dengan menggunakan alat permainan edukatif dalam proses pembelajaran sehingga dapat mengembangkan pemahaman anak tentang konsep ukuran.


(23)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini 1. Kemampuan Kognitif

Istilah kognitif yang sering dikemukakan meliputi aspek struktur kognitif yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Pengertian kognitif yang dikemukan Gagne (Jamaris,2006:18) adalah proses yang terjadi secara internal didalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berfikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berda di pusat susunan syaraf.

Selanjutnya, Piaget (Sujiono,2007:154-155) mengemukakan bahwa

perkembangan kognitif adalah interaksi dari hasil kematangan manusia dan pengaruh lingkungan. Manusia aktif mengadakan hubungan dengan lingkungan, menyesuaikan diri terhadap objek-objek yang ada disekitarnya merupakan proses interaksi untuk mengembangkan aspek kognitif.

Dengan demikian maka kemampuan kognitif adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui dirinya sendiri dengan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu pendidik perlu mengatur kegiatan pembelajaran yang berpusat pada anak dalam mengembangkan dan memproses kemampuan berpikir yang spesifik.


(24)

10

Untuk mengembangkan kognitif anak terdapat beberapa program yang dapat diberikan kepada anak. Guna mengembangkan kemampuan kognitif anak perlu diberi berbagai kegiatan untuk bermain dengan menjelajah lingkungan, lebih banyak merespons pada rangsangan dalm lingkungan dengan cara yang sangat konstruktif/membangun yaitu ketika ia mengorganisasi informasi dalam otaknya dalam pola yang dapat diprediksi sejak usia sangat dini. Aisyah (2008:5.32-5.33)

Selanjutnya dikatakan Beaty dalam Aisyah (2008:5.33) mengemukakan bahwa ada 5 program pengembangan kognitif pada anak usia dini, yakni :

a. Bentuk

Bentuk adalah salah satu konsep dari konsep paling awal yang harus dikuasai. Anak dapat membedakan benda berdasarkan bentuk lebih dulu sebelum berdasarkan ciri-ciri lainnya.

b. Warna

Konsep warna paling baik dikembangkan dengan cara memperkenalkan warna satu-persatu kepada anak dan menawarkan beragam permainan dan kegiatan menarik yang berhubungan dengan warna.

c. Ukuran

Ukuran adalah salah satu yang diperhatikan anak secara khusus. Sering kali hubungan ukuran ini diajarkan dalam konteks kebalikan, seperti besar dan kecil, panjang dan pendek, dan sebagainya.

d. Pengelompokan

Ketika anak memilih benda, orang, kejadian, atau ide dalam kelompok dengan dasar beberapa karakteristik umum, seperti warna, ukuran atau bentuk, kita dapat mengatakan anak sedang belajar mengelompokkan.

e. Pengurutan

Pengurutan adalah kemampuan meletakkan benda dalm urutan menurut urutan tertentu.

Dari beberapa program tersebut, maka pengembangan konsep akan muncul secara sistematis melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh anak. Jika anak diberi kesempatan untuk melakukan berbagai kegiatan, maka akan mempermudah anak dalam memahami konsep yang dipelajarinya (Aisyah,2008:5.33)


(25)

11

2. Tahap Perkembangan Kognitif

Piaget dalam Sujiono (2007:155) mengemukakan bahwa terdapat empat fase perkembangan kognitif. Ada empat tahap perkembangan yaitu: a. tahap sensorimotor (kelahiran hingga usia sekitar 2 tahun), b. tahap praoperasional (usia 2 tahun hingga usia sekitar 7 tahun), c. tahap operasional konkret (usia 7 tahun hingga 12 tahun) dan d. tahap operasional formal (usia 12 tahun hingga dewasa).

a. Tahap Sensorimotor

Tahap sensorimotor yaitu antara rentang usia 0-2 tahun. Pada rentang usia tersebut anak berinteraksi dengan dunia sekitar melalui panca indera. Yang dimulai dari gerakan reflek yang dimiliki sejak lahir, menghisap, menggenggam, melihat, melempar, hingga pada akhir usia 2 tahun anak sudah dapat menggunakan satu benda dengan tujuan berbeda. Kemampuan ini merupakan awal berpikir secara simbolik yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empirik.

b. Tahap Praoperasional

Tahap praoperasional berada pada rentang usia 2 hingga 6-7 tahun. Pada tahap ini merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh karena itu, cara berfikir anak belum stabil dan belum terorganisir dengan baik.


(26)

12

Tahap ini dibagi menjadi 3 sub fase berfikir:

1) Berpikir secara simbolik (usia 2-4 tahun)

Berpikir secara simbolik yaitu kemampuan berpikir tentang objek dan pristiwa secara abstrak. Anak sudah dapat menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya, kemampuan berpikir simbolik, ditambah dengan perkembangan kemampuan bahasa dan fantasi sehingga anak mempunyai dimensi baru dalam bermain. Anak dapat menggunakan kata-katanya untuk menandai suatu objek dan embuat substitusi dari objek tersebut.

(2) Berpikir secara egosentris (usia 2-4 tahun)

Berpikir secara egosentris yaitu Anak melihat dunia dengan perspektifnya sendiri, menilai benar/tidak berdasarkan sudut pandang sendiri. Sehingga anak belum dapat meletakkan cara pandangnya dari sudut pandang orang lain.

(3) Berpikir secara intuitif (usia 4-7 tahun)

Berpikir secara intuitif yaitu kemampuan untuk menciptakan sesuatu (menggambar/menyusun balok) tetapi tidak mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut. Pada usia ini anak sudah dapat mengklasifikasikan objek sesuai dengan kelompoknya.

c. Tahap Operasional Konkret (usia 7 hingga-12 tahun)

Tahap Operasional Konkret yaitu Anak sudah punya kemampuan berpikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi sumber berpikir tersebut hadir secara kongkret. Anak dapat mengklasifikasikan objek, mengurutkan


(27)

13

benda sesuai dengan tata urutnya, memahami cara pandang orang lain dan berpikir secara deduktif.

d. Tahap Operasional Formal (12 tahun hingga dewasa)

Tahap Operasional Formal yaitu Anak dapat berpikir secara abstrak seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi kejadian yang akan terjadi, melakukan proses berpikir ilmiah yaitu mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan kebenaran hipotesis tersebut.

B. Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran

Kemampuan mengenal konsep ukuran merupakan salah satu kemampuan kognitif. Menurut Permen No.58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini perkembangan kognitif meliputi 3 hal yaitu : (1) pengetahuan umum dan sains, (2) konsep bentuk, warna, ukuran dan pola dan (3) konsep bilangan , lambang bilangan dan huruf. dari 3 hal tersebut, kemampuan mengenal konsep ukuran termasuk dalam konsep bentuk, warna, ukuran dan pola.

Jamaris (2006:47) menyatakan bahwa konsep ukuran diperoleh dari pengalaman anak pada waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya, khususnya pengalaman yang berhubungan dengan membandingkan mengklasifikasikan dan menyusun benda-benda. Kegiatan-kegiatan informal yang dapat dilakukan anak dalam mengembangkan kemampuan dasar yang terkait dengan ukuran adalah sebagai berikut anak menyusun benda berdasarkan ukuran paling kecil hingga ukuran paling besar atau sebaliknya,


(28)

14

mengenal perbedaan berdasarkan ukuran lebih dari, kurang dari, atau ter, dan membandingkan mana yang lebih tinggi antara seorang anak dengan temannya, dan sebagainya.

Hal yang agak berbeda dikemukakan oleh Aisyah (2008:5.33) bahwa anak mendapatkan lebih banyak pengalaman didalam lingkungannya maka anak mulai menaruh perhatian khusus kepada hubungan antar benda-benda yang ada disekitarnya. Ukuran adalah salah satu yang diperhatikan anak secara khusus. Hal ini sering diajarkan dalam konteks kebalikan, seperti besar dengan kecil, panjang dengan pendek. Anak dapat memahami satu macam ukuran dengan cara belajar konsep kebalikan, seperti besar dulu baru kecil. Kemudian barulah anak bisa membandingkan keduanya.

Selanjutnya Beaty (2013:284) mengemukakan bahwa saat anak kecil menyusun pengetahuannya sendiri dengan berinteraksi dengan objek dan orang di lingkungannya, otaknya sepertinya memerhatikan lebih seksama pada hubungan antara benda-benda. Ukuran merupakan salah satu hubungan itu. Apa besar, kecil, lebih besar atau lebih kecil dari lainnya. Sifat ukuran, seperti sifat bentuk dan warna, merupakan pemahaman esensial yang anak butuhkan untuk memahami dunianya.

Atas dasar hal tersebut, kemampuan mengenal konsep ukuran merupakan kemampuan yang diperoleh anak saat anak belajar membandingkan objek yang terlihat sama tetapi ukuran berbeda, dengan cara mengamati, memegang, membuat dan menggunakan. sehingga objek yang dipelajari real secara nyata. Berbagai ukuran ini sering kali dipandang sebagai


(29)

15

pertentangan: besar-kecil, tinggi-pendek, lebar-sempit dan lain-lain. Perbandingan langsung objek-objek berdasarkan salah satu perbandingan itu sepertinya merupakan cara terbaik bagi anak kecil untuk belajar ukuran. Dengan demikian maka, kemampuan mengenal konsep ukuran diperoleh jika anak berinteraksi dengan objek yang dipelajari secara langsung.

C. Alat Permainan Edukatif (APE)

1. Pengertian Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat permainan edukatif (APE) merupakan salah satu media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan anak usia dini. Ketersediaanya menunjang kegiatan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan sehingga anak dapat mengembangkan seluruh potensinya secara optimal.

Depdiknas (2003) dalam Zaman (2005) menyatakan bahwa Alat permainan edukatif adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai sarana atau peralatan untuk bermain yang mengandung nilai edukatif (pendidikan) dan dapat mengembangkan seluruh kemampuan anak. Hal yang sama dikemukakan oleh Tedjasaputra (2001:81) bahwa alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan.

Dengan demikian maka, alat permainan edukatif merupakan alat permainan yang sengaja dirancang dengan perencanaan pembuatan yang mendalam dengan mempertimbangkan karakteristik dan mengaitkannya pada aspek


(30)

16

perkembangan anak. Adapun ciri-ciri alat permainan edukatif adalah sebagai berikut :

1) dapat digunakan dalam berbagai cara, maksudnya dapat dimainkan

dengan bermaca-macam tujuan, manfaat dan menjadi bermacam-macam bentuk.

2) Ditujukan terutama untuk anak-anak pra sekolah dan berfungsi

mengembangkan aspek perkembangan kecerdasan serta motorik anak.

3) Segi keamanan sangat diperhatikan baik dari bentuk maupun

penggunaan cat.

4) Membuat anak terlibat secara aktif.

5) Sifatnya konstruktif.

Dari penjelasan diatas, maka dapat kita ketahui bahwa alat permainan edukatif adalah suatu alat permainan yang mengandung nilai edukatif untuk menunjang kegiatan pembelajaran. sehingga membantu dalam upaya mengembangkan potensi yang dimiliki anak.

2. Fungsi Alat Permainan Edukatif (APE)

Alat permainan edukatif yang dikembangkan memiliki fungsi yang mendukung kegiatan pembelajaran anak sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan bermakna serta menyenangkan bagi anak.


(31)

17

Adapun fungsi alat permaianan edukatif (APE) menurut Tedjasaputra (2001) adalah sebagai berikut:

a. Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak

dalam proses pemberian perangsangan indikator kemampuan anak.

b. Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang

positif. Dalam suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin merekaketahui. Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam mengembangkan rasa percaya diri mereka dalam melakukan kegiatan.

c. Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan pengembangan

kemampuan dasar. Pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar merupakan fokus pengembangan pada anak usia dini. Alat permainan edukatif dirancang dan dikembangkan untuk memfasilitasi kedua aspek pengembangan tersebut.

d. Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan

teman sebaya. Alat permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar misalnya dengan teman temannya.

Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa fungsi dari alat permainan edukatif selain sebagai media pembelajaran yang menyenangkan juga dapat memberikan rangsangan pada anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan temannya.

3. Jenis –Jenis Alat Permainan Edukatif (APE)

Pada umumnya APE untuk anak usia dini dirancang dan dikembangkan berakar dari jenis permainan yang telah dikembangkan lebih dulu oleh pakar pendidikan anak dari negara maju, walaupun ada juga beberapa jenis APE yang dirancang dan dibuat oleh guru sendiri disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan setempat.


(32)

18

Zaman (2005:6.9-6.12) mengemukakan bahwa ada beberapa jenis-jenis Alat permainan edukatif (APE) yang dikembangkan oleh bebrapa para ahli, yaitu Dr.Maria Montessori, George Cruissenaire, Peabody, dan Froebel.

a. Alat Permainan Edukatif (APE)untuk Kemampuan Berbahasa

Alat Permainan Edukatif (APE) yang dikembangkan oleh Elizabeth Peabody terdiri dari dua boneka tangan yang berfungsi sebagaitokoh mediator, yaitu tokoh P.Mooney dan Joey. Boneka tadi dilengkapi papan magnet, gambar-gambar, piringan hitam berisi lagu, dan tema cerita serta kantong pintar sebagai pelengkap.

Alat Permainan Edukatif (APE) karya Peabody ini memberikan program pengetahuan dasar yang mengacu pada aspek pengembangan bahasa, yaitu kosa kata yang dekat dengan anak. Oleh karena itu, tema-tema yang dipilih dan diramu harus harus relevan dengan pengetahuan dan budaya anak setempat.

b. Alat Permainan Edukatif (APE) Ciptaan Montessori

Dr.Maria Montessori menciptakan alat permainan edukatif yang memudahkan anak mengingat konsep-konsep yang akan dipelajari tanpa perlu bimbingan sehingga memungkinkan anak bekerja secara menadiri. APE ciptaannya telah dirancang sedemikian rupa sehingga anak mudah memeriksa sendiri bila salah dan segera menyadarinya.

Beberapa contoh APE ciptaan Montessori yaitu : 1) Puzzle berbentuk geometri.

2) silinder dengan ukuran serial.

3) berbagai bentuk geometri.

4) papan bidang I.

5) papan bidang II.


(33)

19

c. Balok Cruissenaire

George Cruissenaire menciptakan balok Cruissenaire untuk

mengembangkan kemampuan berhitung pada anak, pengenalan bilangan dan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam bernalar.

Balok tersebut terdiri dari balok yang berukuran:

1) 1 x 1 x 1 cm dengan warna kayu asli

2) 2 x 1 x 1 cm berwarna merah

3) 3 x 1 x 1 cm berwarna hujau muda

4) 4 x 1 x 1 cm berwarna merah muda

5) 5 x 1 x 1 cm berwarna kuning

6) 6 x 1 x 1 cm berwarna hijau tua

7) 7 x 1 x 1 cm berwarna hitam

8) 8 x 1 x 1 cm berwarna coklat

9) 9 x 1 x 1 cm berwarna biru tua

10) 10 x 1 x 1 cm berwarna jingga

d. APE Ciptaan Froebel

Froebel memiliki alat khusus yang dikenal dengan balok Blookdoss. APE ini berupa balok bangunan, yaitu suatu kotak besar berukuran 20 x 20 cm yang terdiri dari balok-balok kecil berbagai ukuran yang merupakan kelipatannya.

Balok Blookdoss dikenal dengan istilah kotak kubus dalam program pendidikan TK di Indonesia. Kotak kubus inipun banyak digunakan sebagai salah satu jenis APE untuk melatih motorik dan daya nalar anak.

Selain beberapa contoh jenis APE diatas, ada beberapa contoh APE lainnya seperti boneka jari, puzzle besar, kotak alphabet, kartu lambing bilangan, kartu pasangan, puzzle jam, lotto warna, dan lotto warna dan bentuk,


(34)

20

4. Pembuatan Rancangan Alat Permainan Edukatif (APE)

Menurut Zaman (2005: 6.22) ada beberapa syarat pembuatan APE, yaitu :

a. Syarat Edukatif

1) Pembuatan APE disesuaikan dan dengan memperhatikan program

kegiatan pembelajaran

2) Pembuatan APE disesuaikan dengan didaktik-metodik. Artinya, APE

dapat membantu keberhasilan prses pembelajaran, mendorong aktivitas dan kreativitas anak, dan sesuai dengan kemampuan 9tahap perkembangan anak)

b. Syarat Teknis

1) APE dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan

kesalahan konsep). Misalnya, dalam membuat balok bangunan, ketepatan bentuk, dan ukuran mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.

2) APE hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu

tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.

3) APE dibuat denganmenggunakan bahan yang mudah didapat

dilingkungan sekitar, murah, atau dari bahan bekas/sisa.

4) Aman (tidak mengandung unsure yang membahayakan anak, misalnya

tajam, beracun, dan lain-lain).

5) APE hendaknya awet, kuat dan tahan lama.

6) APE hendaknya mudah digunakan, menambah kesenangan anak untuk


(35)

21

7) APE hendaknya digunakan secara individual, kelompok atau klasikal.

c. Syarat Estetika

1) Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak)

2) Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil)

3) Warna (kombinasi warna) serasi dan menarik

Prosedur pembuatan APE dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1) Guru mempelajari dan menguasai rencana program pembelajaran

terutama mengenai kemampuan-kemampuan yang harus dicapai oleh anak.

2) Guru melakukan analisis program pembelajaran dengan maksud

mengetahui hubungan antara kemampuan yang akan dicapai anak dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan serta sarana yang diperlukan.

3) Menginventariskan sarana (alat permainan ) yang ada.

4) Memeriksa kelngkapan alat menyangkut kelangkapan setiap jenis dan

jumlah yang diperlukan.

5) Memeriksa fungsi alat yang ada, apakah masih berfungsi dengan baik

atau tidak.

6) Mengidentifikasi kebutuhan sarana yang diperlukan untuk

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

7) Merencanakan pembuatan APE


(36)

22

5. Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE)

Arrousal Modulation Theory, dikembangkan oleh Berlyne (1960) dan

dimodifikasi oleh Ellis (1973) dalam Tedjasaputra (2001:13)

mengemukakan bahwa bermain disebabkan adanya kebutuhan atau dorongan agar system syaraf pusat tetap berada dalam keadaan terjaga. Bila

terlalu banyak stimulasi, arrousal akan meningkat sampai batas yang kurang

sesuai dan menyebabkan seseorang akan mengurangi aktivitas. Ellis juga

menganggap bermain sebagai aktivitas mencari rangsang (stimulus) yang

meningkatkan arrousal (minat) secara optimal.

Selanjutnya Piaget (Tedjasaputra,2001:8) mengemukakan bahwa bermain bukan saja mencerminkan tahap perkembangan kognisi anak, tetapi juga memberikan sumbangan terhadap perkembangan kognisi itu sendiri. Saat bermain anak tidak anak tidak belajar sesuatu yang baru, tetapi mereka belajar mempraktekkan dan mengkonsolidasi keterampilan yang baru diperoleh. Piaget menyadari bahwa peranan praktek dan konsolidasi melalui bermain sangat penting karena keterampilan yang baru diperoleh akan segera hilang kalau tidak dipraktekkan dan dikonsolidas.

Selanjutnya Ligart (Sujiono,2007:66) mengemukakan bahwa anak-anak diberikan benda-benda yang yang nyata dalam kegiatan pembelajaran. anak dirangsang untuk berfikir dengan metode pembelajaran yang menggunakan benda nyata sebagai contoh materi pembelajaran. Dengan demikian, terciptanya pengalaman melalui benda nyata diharapkan anak dapat mengerti maksud dari materi yang diajarkan guru. Anak juga lebih


(37)

23

mengingat suatu benda yang dilihat, dipegang, lebih membekas dan diterima

oleh otak dalam sensasi dan memory (long term memory dalam bentuk

symbol-simbol). Anak juga diharapkan dapat berfikir melalui media (benda-benda konkret) atau yang terdekat dengan anak secara langsung. Anak juga dapat menyerap pengalaman penuh dengan mudah melalui benda-benda yang bersifat konkret (nyata).

Menurut Piaget (dalam Isjoni, 2011:77) proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equalibrasi. Asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. Akomodasi adalah proses penyusunan struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equalibrasi adalah penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat dan berjalan tidak teratur.

Piaget juga menyatakan bahwa anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya (dalam Jamaris, 2006:19). Hasil dari interaksi ini adalah terbentuknya struktur kognitif atau schemata (dalam bentuk tunggal adalah skema) yang dimulai dari terbentuknya struktur berpikir secara logis, kemudian berkembang menjadi suatu generalisasi( kesimpulan umum).

Seiring dengan aktivitas dan interaksi dengan orang lain, anak-anak terus menerus mengorganisir, menyusun dan menyusun kembali pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan skema yang telah ada, atau gambaran


(38)

24

dalam pikiran dan pemikiran. Akhirnya, anak-anak membangun kecerdasan mereka sendiri (Morisson, 2012:72).

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa melalui bermain anak mendapat stimulus dengan melakukan aktivitas yang dapat mengembangkan kognisi anak. Adapun aktivitas yang dilakukan anak meliputi mengamati, memegang, membuat dan menggunakan. Dapat disimpulkan bahwa aktivitas penggunaan APE merupakan aktivitas dalam menggunakan APE meliputi mengamati, memegang, membuat dan menggunakan APE.

D. Hubungan Antara Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran pada Anak Usia Dini Anak usia dini berada pada masa konkret, dimana panca indera berperan sangat besar. Anak memahami pengertian dan konsep-konsep lewat benda konkret. Oleh karena itu, salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kekonkretan artinya bahwa anak diharapkan mempelajari sesuatu secara nyata. Dengan demikian, pembelajaran di TK harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkret. Prinsip kekonkretan tersebut mengisyaratkan perlunya digunakan media sebagai sarana penyampai pesan oleh guru kepada anak sehingga pesan/informasi tersebut dapat diterima dengan baik (Zaman,2005:4.3-4.4)

Salah satu prinsip pembelajaran di TK adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui bermain dan menyenangkan bagi anak. Salah satu cara menyelenggarakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan adalah dengan


(39)

25

menggunakan media, karena pada anak usia dini masih berada pada masa berfikir konkret, yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (secara nyata). Dengan bermain menggunakan benda konkret, anak mendapatkan masukan-masukan untuk diproses bersama pengetahuan yang dimiliki (asimilasi, akomodasi dan konservasi). Salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah alat permainan edukatif (APE).

Piaget dalam Sudono (2010:3) mengemukakan bahwa pada tahap pra-operasional panca indera berperan sangat besar. Anak memahami pengertian dan konsep-konsepnya lewat benda konkret. Dengan bermain menggunakan benda konkret, anak mendapatkan masukan-masukan untuk diproses bersama pengetahuan yang dimiliki (asimilasi, akomodasi dan konservasi).

Menurut Piaget (dalam Isjoni,2011:77) proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equalibrasi. Asimilasi adalah proses penyatuan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. Akomodasi adalah proses penyusunan struktur kognitif kedalam situasi yang baru. Equalibrasi adalah penyesuaian antara asimilasi dan akomodasi. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat dan berjalan tidak teratur.

Menurut Piaget (dalam Morisson, 2012:69) proses konstruktivis didefinisikan sebagai pengalaman individu dalam mengorganisir, menyusun, dan menyusun ulang-proses seumur hidup dan berkelanjutan yang sesuai dengan skema yang


(40)

26

ada dalam pikiran. Selanjutnya, skema tersebut dimodifikasi dan diperkaya seiring dengan dunia dan keadaan social.

Selanjutnya, Jamaris (2006:47) menyatakan bahwa konsep ukuran diperoleh dari pengalaman anak pada waktu ia berinteraksi dengan lingkungannya,

khususnya pengalaman yang berhubungan dengan membandingkan

mengklasifikasikan dan menyusun benda-benda.

Dengan menggunakan alat permainan edukatif (APE) dalam kegiatan pembelajaran, anak dapat mempelajari dan memahami konsep-konsep dengan secara otomatis melalui pengalaman langsung dengan benda yang dipelajarinya. Anak diberi kesempatan untuk melakukan interaksi langsung dengan menggunakan alat permainan edukatif (APE) pada saat kegiatan pembelajran. Melalui pengalaman langsung tersebut, anak dapat memahami konsep-konsep terutama konsep ukuran secara realita (nyata) dengan menggunakan alat permainan eduktaif (APE).

E. Kerangka Berpikir

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini memiliki potensi yang masih perlu dikembangkan. Karena pada masa ini, anak mengalami proses pertumbuhan dan pekembangan yang sangat pesat, untuk itu perlu diberi rangsangan agar potensi anak berkembang secara optimal.


(41)

27

Ada lima aspek perkembangan dalam pendidikan anak usia dini. Salah satu aspek yang perlu dikembangkan adalah aspek kognitif. Kemampuan mengenal konsep ukuran merupakan salah satu yang dikembangkan dalam aspek kognitif.

Piaget (Sujiono,2007:153) mengemukakan bahwa intelegensi anak

berkembang melalui suatu proses active learning. Selanjutnya Piaget

mengemukakan bahwa anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksinya dengan dunia di sekitarnya (Jamaris,2006:19). Kemampuan mengenal konsep ukuran merupakan salah satu kemampuan dalam aspek kognitif yang diperoleh melalui pengalaman dalam mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran, membandingkan benda berdasarkan ukuran, dan mengurutkan benda berdasarkan ukuran. dan aktivitas penggunaan APE adalah suatu kegiatan pembelajaran yang menggunakan media APE dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

Dalam pengembangan aspek kognitif pendidik perlu mengatur kegiatan pembelajaran yang berpusat pada anak dengan melibatkan anak secara langsung dalam kegiatan pembelaran sehingga anak dapat menemukan pengetahuannya sendiri melalui pangalaman nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Piaget (Sujiono,2007:153) yang mengemukan bahwa intelegensi

anak berkembang melalui suatu proses active learning. Para pendidik

hendaknya mengimplementasikan active learning dengan cara memberikan

kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan yang dapat mengoptimalkan penggunaan seluruh panca indera anak.


(42)

28

Untuk mengembangkan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak, maka perlu didukung kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dengan cara menggunakan media salah satunya APE, karena pada anak usia dini masih berada pada masa berfikir konkrit, yaitu anak mempelajari sesuatu berdasarkan realita (secara nyata). Dengan menggunakan APE, anak mendapatkan pengalaman langsung untuk mengetahui dan memahami informasi yang diperolehnya dengan cara mengamati, meniru, atau bereksperimen langsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak termasuk aspek kognitif anak dapat berkembang secara optimal.

Gambaran kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada bagan berikut.

Gambar.2.1 Kerangka Pikir Penelitian Aktivitas penggunaan

APE

Variabel (X)

Kemampuan mengenal konsep ukuran

Variabel (y)

 Mengamati

 Memegang

 Membuat APE

 Menggunakan APE

 Mengklasifikasikan

benda berdasarkan ukuran

 Mengurutkan benda


(43)

29

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian yang diajukan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

Ha :

Ada Hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia usia dini.

Ho :

Tidak Ada Hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia usia dini.


(44)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah korelasional yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya (Syaodih,2007:56). Dalam penelitian ini metode penyelesaian masalah yang digunakan adalah metode kuantitatif non eksperimen.

B. Tempat dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di sekolah di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung. Penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.

C. Populasi dan Sampel

Menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.


(45)

31

Populasi dalam peneltian ini adalah anak-anak TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar lampung pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 60 anak, yang terdiri dari kelompok A usia 4-5 tahun dan kelompok B usia 5-6 tahun.

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun dikelas B2 yang terdiri dari 16 anak di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu dengan purposive random

sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Alasan peneliti mengambil sampel di kelas B2, karena subejek penelitian yang dituju adalah anak usia 5-6 tahun, dan berdasarkan pengamatan peneliti di kelas B2, anak banyak yang bermasalah dalam mengenal konsep ukuran.

D. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu : 1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Penelitian ini menggunakan Observasi

partisipatif (Participant Observation), dimana peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian (Sugiyono,2012:310).

Melalui observasi partisipatif peneliti ingin mengetahui secara langsung kemampuan mengenal konsep ukuran melalui aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE). Peneliti terlibat dalam kegiatan yang


(46)

32

dilakukan anak dalam kegiatan pembelajaran. Observasi juga dilakukan dengan cara Tersturuktur yaitu peneliti menggunakan instrument penelitian yang menjadi pedoman observasi dalam bentuk ceklist, dimana pedoman observasi tersebut telah diuji validitas dan realibilitasnya.

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik mengumpulkan data dengan mengumpulkan berbagai dokumen-dokumen untuk memperkuat data yang diperoleh malalui observasi, data tersebut berupa dokumen tertulis, dan dokumen berupa gambar/photo.

3. Tes Kinerja

Tes kinerja merupakan suatu bentuk penilaian untuk mendemonstrasikan atau mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh oleh siswa dan menggambarkan kemampuan siswa melalui suatu kegiatan atau unjuk kerja. Tes kinerja digunakan untuk menilai kemampuan anak dalam mengenal konsep ukuran. Anak diminta untuk melakukan aktivitas yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai (indikator) kemampuan mengenal konsep ukuran melalui aktivitas penggunaan APE. Tes kinerja juga berfungsi sebagai penguat data hasil observasi.


(47)

33

E. Kisi-Kisi Instrumen

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrument Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran

Variabel Indikator Aspek yang dinilai

Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran

Mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran

Menyebutkan benda berdasarkan ukuran (panjang-pendek, besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi rendah)

Menunjuk benda berdasarkan ukuran (panjang-pendek, besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi rendah)

Mengelompokkan benda berdasarkan ukuran(panjang-pendek, besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi rendah) Mengurutkan benda

berdasarkan ukuran

Menyebutkan urutan benda

berdasarkan ukuran (panjang-pendek, besar-kecil, banyak-sedikit,

tinggirendah)

mengurutkan benda dari yang terkecil hingga yang terbesar atau sebaliknya

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE)

Variabel Indikator Aspek yang dinilai

Aktivitas Penggunaan

Alat Permainan

Edukatif (APE)

Mengamati terlibat dalam memperhatikan

APE yang digunakan

terlibat dalam memperhatikan cara penggunaan APE

Memegang terlibat dalam memegang APE


(48)

34

terlibat dalam memindahkan APE sesuai kebutuhan

Membuat APE terlibat dalam membuat APE

sesuai intruksi

terlibat dalam membuat APE sesuai keinginan anak

Menggunakan APE

terlibat dalam menggunakan

APE dalam proses

pembelajaran

F. Definisi Konsetual dan Operasional Variabel 1. Definisi Konseptual

Difinisi Konseptual merupakan penjelasan mengenai arti konsep. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel X (Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif)

Aktivitas penggunaan APE merupakan aktivitas dalam menggunakan APE meliputi mengamati, memegang, membuat dan menggunakan APE.

b. Variabel Y (Kemampuan mengenal Konsep ukuran)

Kemampuan mengenal konsep ukuran merupakan kemampuan yang diperoleh jika anak berinteraksi dengan objek yang dipelajari secara langsung.


(49)

35

2. Definisi Operasional

Dari definisi konseptual diatas, maka diturunkan ke definisi operasional variabel, yaitu :

a. Variabel X (Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif)

Aktivitas Penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dalam penelitian ini yaitu :

1. keterlibatan anak dalam mengamati .

2. keterlibatan anak dalam memegang.

3. keterlibatan anak dalam membuat APE

4. keterlibatan anak dalam menggunakan APE

b. Variabel Y (Kemampuan Mengenal Konsep Ukuran)

Kemampuan mengenal konsep ukuran adalah :

1. mengklasifikasikan benda berdasarkan ukuran (panjang-pendek,

besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi rendah).

2. mengurutkan benda berdasarkan ukuran (panjang-pendek,

besar-kecil, banyak-sedikit, tinggi rendah)

G. Teknik analisis data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik kuantitatif dengan uji statistik yaitu dengan menggunakan rumus korelasi Spearman Rank, yang digunakan untuk mengakaji hubungan atau pengaruh variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y).


(50)

36

Penggunaan teknik korelasi seperti ini berdasarkan atas sumber data yang diperoleh penulis serta adanya data interval atau rasio. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji analisis tabel.

1. Analisis Tabel

Data yang diperoleh dibuat menjadi 2 kategori untuk aktivitas penggunaan alat permainan edukatif (variabel X) dan 4 kategori untuk kemampuan mengenal konsep ukuran (variabel Y). Selanjutnya dari hasil yang diperoleh tersebut dihitung menggunakan rumus pencapaian hasil belajar menurut Sudjana (2006:69) yaitu :

Nilai = �

� � � �

x

100 Gambar. 3.1 Rumus pencapaian hasil belajar

Untuk penyajian data aktivitas penggunaan alat permaianan edukatif, maka hasil perhitungan digolongkan menjadi 4 kategori yaitu sangat aktif (SA), aktif (A), kurang aktif (KA), tidak aktif (TA) yang ditafsirkan menggunakan rumus interval (Hadi, 2006:178) yaitu:

i =

(��−��) �

Gambar. 3.2 Rumus interval Keterangan

i = Interval

NT = Nilai Tertinggi NR = Nilai Terendah


(51)

37

K = Kategori

Sedangkan untuk menyajikan data kemampuan mengenal konsep ukuran, maka hasil perhitungan data ditafsirkan menggunakan Kriteria tingkat kemampuan sebagai berikut.

Tabel 3.3 Tabel Ukur Kriteria Tingkat Kemampuan

Interval Persentasi Tingkat kemampuan Keterangan

76,00 – 100,00 Berkembang Sangat Baik 51,00 – 75,00 Berkembang Sesuai Harapan 26,00 – 50,00 Mulai Berkembang

0,00 – 25, 00 Belum berkembang Sumber : Dimyati (2013:103)

Anak dikatakan berkembang sangat baik, apabila dapat menyebutkan lebih dari 3 ukuran benda, anak dikatakan berkembang sesuai harapan apabila dapat menyebutkan 3 ukuran benda, anak dikatakan mulai berkembang apabila menyebutkan minimal 1 ukuran benda, dan anak dikatakan belum berkembang apabila belum bisa menyebutkan ukuran benda.

2. Analisis Uji Hipotesis

Teknik Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menguji

hipotesis asosiatif dengan menggunakan Spearman Rank. Spearman

Rank ini digunakan untuk mengetahui hubungan bila datanya ordinal

(Sugiyono,2012:244). Adapun rumus korelasi spearman rank adalah


(52)

38

�= 1− 6 �

2

( 2−1)

Sumber :Sugiyono (2009:45)

Gambar 3.3 Rumus korelasi spearman rank Keterangan

� = koefisien korelasi spearman rank

� = selisih peringkat setiap data

n = jumlah data

Setelah itu memberi interpretasi terhadap �, interpretasi sederhana

dengan cara membandingkan dengan tabel rHo. Dari tabel dapat dilihat bahwa n pada taraf kesalahan 5% .Jika rHo hitung lebih besar dari rHo tabel baik pada taraf 5%, maka hal ini berarti terdapat kesesuaian yang nyata atau signifikan.

Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilihat keertannya. menggunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Koefisian Korelasi

Kategori Tingkat keeratan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 rendah

0,40 – 0,599 sedang

0,60 – 0,799 kuat

0,80 – 0,1000 Sangat kuat


(53)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini telah dibuktikan dalam pengujian hipotesis penelitian dengan

menggunakan uji korelasi spearman rank yang menyatakan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung tahun ajaran 2014-2015.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Didalam proses kegiatan pembelajaran hendaknya anak difasilitasi dengan

berbagai macam APE yang bervariasi guna mengembangkan kemampuan anak.

2. Sebaiknya guru merancang kegiatan pembelajaran untuk anak dalam bentuk

bermain dan juga kreatif dalam meraancang APE sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.


(54)

53

3. Kepala Sekolah hendaknya dalam proses belajar mengajar memfasilitasi guru


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak

Usia Dini. Universitas Terbuka. Jakarta.

Beaty, Janice J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini.(Terjemahan

Observing Development of The Young Child: seventh edition). Kencana. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UU RI No.20 Tahun 2003). Sinar Grafika. Jakarta.

Dimyati, John. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 2006. Metodelogi Penelitian. Andi Offset. Jogjakarta.

Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Alfabeta. Bandung.

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman

Kanak-Kanak. PT Grasindo. Jakarta.

Morisson, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini

(PAUD).(Terjemahan fundamentals of early childhood education, 5th edition). PT Indeks. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Sudono, Anggani. 2010. Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Anak Usia

Dini). PT Grasindo. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda

Karya. Bandung.


(56)

---. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Syaodih, Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya.

Bandung.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, Dan Permainan. Grasindo.

Jakarta.

Zaman, Badru dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Universitas Terbuka.


(1)

K = Kategori

Sedangkan untuk menyajikan data kemampuan mengenal konsep ukuran, maka hasil perhitungan data ditafsirkan menggunakan Kriteria tingkat kemampuan sebagai berikut.

Tabel 3.3 Tabel Ukur Kriteria Tingkat Kemampuan Interval Persentasi Tingkat kemampuan Keterangan

76,00 – 100,00 Berkembang Sangat Baik 51,00 – 75,00 Berkembang Sesuai Harapan 26,00 – 50,00 Mulai Berkembang

0,00 – 25, 00 Belum berkembang Sumber : Dimyati (2013:103)

Anak dikatakan berkembang sangat baik, apabila dapat menyebutkan lebih dari 3 ukuran benda, anak dikatakan berkembang sesuai harapan apabila dapat menyebutkan 3 ukuran benda, anak dikatakan mulai berkembang apabila menyebutkan minimal 1 ukuran benda, dan anak dikatakan belum berkembang apabila belum bisa menyebutkan ukuran benda.

2. Analisis Uji Hipotesis

Teknik Analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis asosiatif dengan menggunakan Spearman Rank. Spearman Rank ini digunakan untuk mengetahui hubungan bila datanya ordinal (Sugiyono,2012:244). Adapun rumus korelasi spearman rank adalah sebagai berikut.


(2)

38

�= 1− 6 � 2

( 2−1)

Sumber :Sugiyono (2009:45)

Gambar 3.3 Rumus korelasi spearman rank Keterangan

� = koefisien korelasi spearman rank � = selisih peringkat setiap data n = jumlah data

Setelah itu memberi interpretasi terhadap �, interpretasi sederhana dengan cara membandingkan dengan tabel rHo. Dari tabel dapat dilihat bahwa n pada taraf kesalahan 5% .Jika rHo hitung lebih besar dari rHo tabel baik pada taraf 5%, maka hal ini berarti terdapat kesesuaian yang nyata atau signifikan.

Selanjutnya dari hasil perhitungan tersebut kemudian dilihat keertannya. menggunakan pedoman interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut.

Tabel 3.4 Pedoman Interpretasi Koefisian Korelasi

Kategori Tingkat keeratan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 rendah

0,40 – 0,599 sedang

0,60 – 0,799 kuat

0,80 – 0,1000 Sangat kuat


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini telah dibuktikan dalam pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan uji korelasi spearman rank yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas penggunaan Alat Permainan Edukatif (APE) dengan kemampuan mengenal konsep ukuran pada anak usia dini di TK Melati Puspa Tanjung Senang Bandar Lampung tahun ajaran 2014-2015.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Didalam proses kegiatan pembelajaran hendaknya anak difasilitasi dengan berbagai macam APE yang bervariasi guna mengembangkan kemampuan anak.

2. Sebaiknya guru merancang kegiatan pembelajaran untuk anak dalam bentuk bermain dan juga kreatif dalam meraancang APE sebagai penunjang kegiatan pembelajaran.


(4)

53

3. Kepala Sekolah hendaknya dalam proses belajar mengajar memfasilitasi guru dalam penyediaan APE yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, Siti dkk. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Universitas Terbuka. Jakarta.

Beaty, Janice J. 2013. Observasi Perkembangan Anak Usia Dini.(Terjemahan Observing Development of The Young Child: seventh edition). Kencana. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2013. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun 2003). Sinar Grafika. Jakarta.

Dimyati, John. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Kencana. Jakarta.

Hadi, Sutrisno. 2006. Metodelogi Penelitian. Andi Offset. Jogjakarta. Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Alfabeta. Bandung. Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman

Kanak-Kanak. PT Grasindo. Jakarta.

Morisson, George S. 2012. Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).(Terjemahan fundamentals of early childhood education, 5th edition). PT Indeks. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

Sudono, Anggani. 2010. Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Anak Usia Dini). PT Grasindo. Jakarta.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosda Karya. Bandung.


(6)

---. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2007. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.

Syaodih, Nana. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tedjasaputra, Mayke S. 2001. Bermain, Mainan, Dan Permainan. Grasindo. Jakarta.

Zaman, Badru dkk. 2005. Media dan Sumber Belajar TK. Universitas Terbuka. Jakarta.