1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Alasan Pemilihan Judul
Penulis memilih judul: “Conversion Sebagai Perbuatan Melawan Hukum dalam Transaksi Perdagangan Internasional
”, mengingat, sifat keaslian atau orisinalitas dari tulisan ini. Adapun Penulis maksudkan dengan asli
orisinil adalah bahwa dari hasil pengamatan Penulis, topik seperti ini belum pernah ditulis dalam skripsi-skripsi yang pernah dibuat di Fakultas Hukum
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Alasan berikutnya mengapa Penulis tertarik memilih judul sebagaimana
telah dikemukakan di atas; mengingat, dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan Register Perkara Perdata No. 1887 KPDT1986
1
antara PT. Perusahan Pelayaran Indonesia
2
melawan PT. Sejahtera Bank Umum
3
dan PT. Gespamindo tersebut, para hakim yang mengadili dan memutus kasus itu tampak telah mencoba membuat suatu penemuan hukum. Namun usaha oleh para
hakim dalam putusan itu masih perlu dikaji dari sudut prinsip hukum perdagangan Internasional, dalam hal ini prinsip tersebut yaitu konversi conversion.
1
Untuk mempermudah, selanjutnya Penulis singkat dengan Putusan 1887.
2
Selanjutnya Penulis sebut PT. Samudera Indonesia.
3
Selanjutnya Penulis sebut PT. Sejahtera Bank.
2
Dengan kata lain, Penulis berpendapat bahwa konversi conversion dapat dipergunakan oleh para hakim memutus perkara itu untuk lebih memberi dimensi
hukum perdagangan internasional terhadap Putusan 1887. Usaha seperti itu, juga apabila dilakukan oleh para hakim yang menerima, memeriksa dan mengadili dan
memutus Putusan 1887 maka akan memperkuat hukum positif Indonesia yaitu KUHPerdata yang tidak mengabaikan karakteristik perdagangan internasional.
Sebab apabila diidentifikasi transaksi yang terjadi dalam Putusan 1887, menurut Penulis, Putusan 1887 tersebut merupakan suatu transaksi yang berkharakteristik
atau memiliki ciri-ciri atau sifat khas dariperdagangan internasional. Mengingat transaksi dimaksud adalah memiliki ciri-ciri transaksi perdagangan internasional
maka adalah lebih tepat jika hukum yang dipakai untuk menuntut penyelesaian timbul dari transaksi tersebut adalah hukum yang mengatur perdagangan
internasional. Suatu transaksi dikatakan sebagai suatu transaksi yang berciri khas
perdagangan internasional adalah mengingat ada perpindahan barang dari suatu negara ke negara lain; mengingat ada tempat kedudukan yang berbeda negara dari
para pihak dalam suatu transaksi; dan ada unsur gabungan antara kriteria pertama dengan kriteria yang kedua hibrida
4
. Berikut dibawah ini gambaran karakteristik perdagangan Internasional pada Putusan 1887.
4
Ada tiga cara dalam mengidentifikasi suatu transaksi merupakan “transaksi Perdagangan
internasional”; disitir Penulis dari Buku Jeferson Kameo SH.,LL.M.,Ph.D Pembiayaan dalam Perdagangan Internasional Suatu Kapita Selekta Untuk Hukum Transaksi Perdagangan
Internasional Fakultas Hukum Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
3
Pertama, dengan menggunakan standard atau alat pengukur yardstick
berupa melihat apakah dalam transaksi yang diadakan tersebut melibatkan pergerakan barang atau pun pergerakan jasa yang berpindah dari satu negara ke
negara yang lain
5
, ternyata Putusan 1887 berkarakteristik perdagangan internasional. Penjelasan lebih jauh mengenai dimensi yang pertama itu adalah
sebagai berikut: Pada akhir 1982 awal tahun 1983, PT. Gespamindo yang berkedudukan
domisili di Jakarta Indonesia mengimpor 3000 metric ton pupuk seharga US. 195.000,- dari Phosphate Mining Company of Christmas Island Limited,
Canberra, Australia
6
selaku eksportir. Impor pupuk itu dilakukan PT. Gespamindo atas pesanan PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas, dan PT. Sinar Mulia Buana,
masing-masing 1000 metric ton. Dari sini terlihat jelas dalam Putusan 1887, bahwa ada suatu perpindahan barang pupuk secara internasional; dimana barang
pupuk bergerak dari Australia ke Indonesia. Maka hal itu berarti bahwa orang sedang berurusan dengan suatu transaksi atau perdagangan yang berkarateristik
internasional. Idealnya, kaedah hukum yang dipakai untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dari transaksi seperti itu adalah kaedah atau prinsip hukum
perdagangan internasional. Kedua,
apabila mempertimbangkan bukan lagi dari perspektif pergerakan barang, tetapi memerhatikan tempat berusaha the places of business yang
5
Ibid. hlm., 2.
6
Selanjutnya eksportir tersebut, Penulis sebut singkat dengan istilah Phosphate Mining Co.
4
berbeda dari masing-masing pihak the parties to contract yang ada dalam transaksi yang ada
7
maka transaksi sebagaimana termuat di dalam Putusan 1887 di atas dilakukan oleh pihakpenjual pupuk yang berada di Australia mitra
asing yaitu Phosphate Mining Co. Ltd. yang bertindak sebagai eksportir dan PT.
Gespamindo yang tidak lain adalah pihak pembeli importir yang berkebangsaan Indonesia badan hukum Indonesia berkedudukan di Jakarta. Sehingga pada titik
ini Penulis berpendapat bahwa transaksi yang ada dalam Putusan 1887 itu dapat disebut sebagai transaksi perdagangan Internasional penuh karena terdapatnya
unsur asing foreign element di dalam kontrak transaksi. Oleh sebab itu, sekali lagi, seyogyanya, kaedah atau prinsip hukum yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan yang timbul dari transaksi seperti itu adalah prinsip hukum perdagangan internasional.
Sudah merupakan suatu anggapan yang berlaku umum bahwa cara menentukan karakter internasional dari suatu transaksi perdagangan yang kedua,
sebagaimana baru saja dikemukakan oleh Penulis di atas adalah cara yang paling banyak diterima masyarakat internasional
8
. Adapun bukti penerimaan yang
7
Sifat kedua dari transaksi perdagangan Inernasional tersebut dapat dilihat juga dari pengertian hukum pedata internasional private international law. Dr. Sudargo Gautama SH, Pengantar
Hukum Perdata Internasional Indonesia, Alumni, Bandung,1987, hlm., 3, 21 dan 26. Lihat juga
Dr. Sunaryati Hartono SH, Pokok-pokok Hukum Perdata Internasional, Binacipta, Jakarta, 1989, hlm.,12. juga Sudargo Gutama, Kontrak Dagang Internasional, Alumni, Bandung, 1976, hlm.,7.
8
Jeferson Kameo, SH., LL.M., Ph.D , Op.Cit.,hlm.,4.
5
demikian oleh masyarakat internasional tersebut dapat dilihat dalam beberapa Konvensi Internasional
9
. Cara ketiga, apabila diperhatikan jual-beli eksport exsport sales
10
maka Putusan 1887 jelas memerlihatkan bahwa transaksi itu berkharakteristik sebagai
transaksi internasional sebab jual-beli tersebut melibatkan pihak yaitu Phosphate Mining Co Ltd. sebagai Penjual pupuk berkebangsaan Australia dan
berkedudukan di Australiadan PT. Gespamindo bertindak sebagai Pembeli berkebangsaan Indonesia yang berkedudukan di Jakarta, Indonesia dan
melibatkan pergerakan barang dan jasa dari Australia ke Indonesia dimana pembeli melaksanakan usahanya. Transaksi yang demikian itu seperti telah
dikemukakan di atas adalah suatu transaksi yang berkarakter internasional penuh. Itu sebabnya semestinya prinsip hukum yang dipergunakan dalam mengadili
sengketa dalam Putusan 1887 tersebut adalah prinsip dalam hukum perdagangan internasional.
Dalam kaitan dengan alasan Penulis bahwa penting bagi hakim yang mengadili seuatu perkara yang berkharateristik internasional memerhatikan asas
atau kaedah dalam perdagangan internasional dalam menerima, memeriksa, dan mengadili atau memutus suatu perkara maka berikut di bawah ini Penulis perlu
9
Lihat, misalnya dalam the United Nations Convention on Contracts for the International Sale of Good,
yang rumusannya dapat ditemukan dalam Pasal 1 Article 1.
10
Jeferson Kameo,SH., LL.M., Ph.D, Op.Cit.,hlm.,5.
6
menyinggung secara singkat duduk perkara putusan Kasasi yang dibahas tersebut di atas Putusan 1887. Kurang lebih sebagai berikut
11
: Pada akhir tahun 1982 atau pada permulaan tahun 1983, PT. Gespamindo
mengimpor membeli pupuk dari Phosphate Mining Co. sebanyak 3000 metric ton
, dengan nilai uang dibalik angka 3000 metric ton pupuk tersebut adalah seharga seluruhnya US. 195.000-,. Pupuk tersebut sebetulnya adalah pesanan
tiga subjek hukum parties to a contract seperti sudah dijelaskan diatas, yaitu: PT. Patra Buana, PT. Kapuas Dua Belas dan PT. Sinar Mulia Buana. Masing-
masing dari pihak-pihak tersebut memesan 1000 metric ton pupuk. Untuk membayar harga 3000 metric ton pupuk impor kepada penjualnya
di Australia tersebut, PT. Gespamindo kemudian membuka 3 buah Letter of Credit
12
di PT. Sejahtera Bank the issuing bank melalui the Chartered Bank Corresponding Bank di Jakarta. Ketiga buah LC untuk dibayarkan kepada
penjual pupuk dalam hal ini dibayarkan kepada Phosphate Mining Co. tersebut, keseluruhannya berjumlah US. 195.000,- suatu jumlah dana yang besar saat ini
13
. Pupuk impor yang dibeli dari Phosphate Mining Co. tersebut telah dikirim
dan diangkut oleh PT. Samudera Indonesia, sesuai bill of lading
11
Uraian lebih lanjut tentang Putusan 1887 dapat dilihat dalam BAB III hal., 71 sd73 infra.
12
Selanjutnyaletter of credit Penulis sebut singkat LC.
13
Perlu Penulis kemukakan di sini bahwa nilai kurs Dolar AS terhadap Rupiah sebelum tahun 1997 ketika krisis ekonomi dan politik di Indonesia terjadi adalah 1 Dolar AS bernilai sekitar 2000
Rupiah. Saat ini 1 Dolar AS bernilai sekitar 9000; bahkan bisa mencapai lebih dari angka itu. Saat ini, transaksi seperti ini berlangsung hampir setiap hari seperti orang membeli beras atau
kebutuhan sehari-hari. Sehingga penguasaan yang baik atas kaedah-kaedah dan asas-asas hukum perdagangan internasional seperti ini tentu sangatlah penting bagi ahli hukum.
7
BLKonosemen
14
yang diterbitkan oleh PT. Samudera Indonesia sebagai pengangkut. Pengiriman dilakukan dari Melbourne tertanggal 24 Maret 1983
menuju pelabuhan port tujuannya, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. PT. Sejahtera Bank yang telah membayar harga pupuk impor tersebut
kepada Phosphate Mining Co. di Australia sebagai beneficiary melalui the Chartered Bank di Jakarta, dengan demikian otomatis menguasai documentary
credit . Termasuk di dalam paket documentary credit tersebut adalah
dokumenkontrakakta bukti pengangkutan, dalam hal ini BL yang diterbitkan oleh pengangkut.
Ternyata, seluruh pupuk impor yang dibeli oleh PT. Gespamindo dan dibayar oleh PT. Sajahtera Bank melalui the Chartered Bank itu telah diserahkan
kepada ketiga pemesan yang telah disebutkan di atas. Penyerahan dilakukan pengangkut, atas permintaan PT. Gespamindo. Diduga
– dan hal ini merupakan pernyataan yang direkam dalam Putusan 1887
– penyerahan barang-barang pupuk itu dilakukan tanpa BL. Padahal, LC tersebut di atas belum dilunasi PT.
Gespamindo kepada PT. Sejahtera Bank yang telah membeli dari the Chartered Bank di Jakarta. Adapun nilai total sisa pinjaman yang harus dilunasi PT.
Gespamindo seluruhnya sebesar US. 169.000,-. Berhubung PT. Gespamindo, dalam pandangan para pengacara penggugat
dalam Putusan 1887, terbukti tidak melakukan pembayaran atas sisa kewajibannya, maka dalam pandangan PT. Sejahtera Bankthe issuing Bank,
14
Selanjutnya biil of lading Penulis sebut BL saja.
8
dalam hal ini kemungkinan pandangan itu adalah pandangan para pengacara dari PT. Sejahtera Bank, PT. Gespamindo telah melakukan perbuatan melawan
hukum. Pengacara PT. Sejahtera Bank juga menyeret pengangkut, dalam hal ini PT. Samudera Indonesia, ke dalam sengketa. Tuduhan PT. Sajahtera Bank adalah
bahwa PT. Samudera Indonesia sebagai pengangkut terikat dalam perikatan tanggung-menanggung dengan PT. Gespamindo untuk memenuhi pelunasan
kewajiban mereka kepada PT. Sejahtera Bank the issuing Bank Hakim yang berhasil diyakinkan oleh penggugat, kemudian menghukum
untuk tergugat bertanggungjawab secara renteng PT. Gespamindo dan PT. Samudera Indonesia, membayar kepada PT. Sejahtera Bank secara tunai dan
sekaligus, masing-masing setengah bagian dari US. 169.000,- + bunga sebesar US. 36.378,72,-.
Menurut h akim, sebagaimana terekam dalam putusan 1887, “adil” apabila
resiko atas gagal bayar PT. Gespamindo itu dipikul oleh PT. Gespamindo dan PT. Samudera Indonesia secara bersama-sama karena perbuatan melawan hukum.
Kedua pihak itu oleh hakim, masing-masing dihukum untuk membayar kepada PT. Sejahtera Bank uang sejumlah US. 84.500,-. Dalam Putusan 1887 tersebut,
dasar hukum yang dijadikan pegangan oleh para hakim mengadili perkara tersebut adalah perbuatan melawan hukum onrechtmatigedaad sebagaimana ada dalam
Pasal 1365 KUHPerdata. Penulis berpendapat bahwa, pegangan para hakim tersebut akan terlihat lebih ideal apabila asas atau kaedah hukum perdagangan
internasional conversion diperhatikan. Sebab seperti telah beberapa kali dikemukakan di atas bahwa mengingat transaksi dalam putusan 1887 itu memiliki
9
ciri-ciri perdagangan internasional, maka idealnya asas atau kaedah hukum yang dipergunakan untuk mengadili kasus itu adalah kaedah atau asas hukum dalam
perdagangan internasional
15
. Namun, bagaimanakah penggunaan asas atau kaedah hukum perdagangan internasional dalam Putusan 1887 itu? Hal inilah, yang telah
menjadi alasan Penulis memilih Judul sebagaimana dikemukakan di atas. Dalam gambaran singkat Putusan 1887 di atas, menarik, bahwa Derry
Firmansyah
16
dalam skripsi berjudul “Tanggung-Menanggung Importir dan
Pengangkut dalam Transaksi Perdagangan Internasional” menggemukkan bahwa dasar hakim dalam Putusan 1887 memutus karena Tergugat tidak
menunjukan BL adalah suatu perbuatan melawan hukum. Padahal hal itu bukan perbuatan melawan hukum, seharusnya dilihat sebagai perbuatan wanprestasi
17
. Menurut Penulis, berbeda dengan kesimpulan Derry Firmansyah, hakim
dalam Putusan 1887 tidak serta merta keliru. Hanya saja perbuatan melawan hukum dari PT. Samudera Indonesia selaku pengangkut yang menyerahkan
seluruh pupuk kepada pemesannya melalui PT. Gespamindo, mendasarkan pada asas dan kaedah-kaedah hukum perdagangan internasional sebagaimana alasan
yang telah dikemukakan oleh Penulis di atas. Asas dan kaedah dalam hukum perdagangan internasional yang dimaksud oleh Penulis yaitu, kaedah atau asas
15
Lihat dalam Bab II hal., 49 supra.
16
Skripsi tersebut, sekarang dijadikan koleksi oleh Perpustakaan Umum Universitas Kriten Satya Wacana dapat diakses dari seluruh dunia melalui media elektronik.
17
Derry Firmansyah, dalam sebuah skripsi dengan Judul “Tanggung-Menanggung Importir dan Pengangkut Dalam Transaksi Perda
gangan Internasional”, Fakultas Hukum-UKSW Salatiga, 2012, hlm., 10-11.
10
yang disebut Conversion
18
. Bagaimanakah hakim menerapkan asas atau kaedah hukuman dalam perdagangan internasional tersebut? Hal itulah yang telah
menjadi alasan Penulis memilih Judul Penelitian dan Penulisan karya tulis kesarjanaan sebagaimana dikemukakan di atas.
1.2. Latar Belakang Masalah