PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD N 2 NOTOHARJO

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD N 2 NOTOHARJO

Oleh

ISNAINI FITRAH SARI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD N 2 Notoharjo pada pembelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi dan tes hasil belajar, sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) pada pembelajaran IPA dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD N 2 Notoharjo. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan persentase aktivitas dan hasil belajar siswa di siklus I, II, dan III. Persentase aktivitas siswa pada siklus I sebesar 63,16 % (Aktif), siklus II 68,42% (Aktif) meningkat 5,26%, siklus III 89,47% (Sangat Aktif) meningkat 21,05%. Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa siklus I sebesar 59,61, siklus II 65,66 meningkat 6,05, siklus III 70,66 meningkat 5. Persentase hasil belajar kognitif siswa pada siklus I adalah 57,89% (Sedang), siklus II 73,68% (Tinggi) meningkat 15,79%, siklus III 84,21% (Sangat Tinggi) meningkat 10,53%. Persentase hasil belajar afektif siswa siklus I sebesar 47,37% (Cukup Baik), siklus II 73,68% (Baik) meningkat 26,31%, siklus III 84,21% (Sangat Baik) meningkat 10,53%. Persentase hasil belajar psikomotor siswa siklus I sebesar 52,63% (Cukup Terampil), siklus II 57,89% (Cukup Terampil) meningkat 5,26%, siklus III 78,95% (Terampil) meningkat 21,06%.


(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD N 2 NOTOHARJO

Oleh

ISNAINI FITRAH SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Isnaini Fitrah Sari. Peneliti dilahirkan di Taman Cari, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, pada tanggal 30 Maret 1993. Peneliti adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Wasikin dan Ibu Sri Wulandari. Peneliti menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Ma’arif Taman Cari, Kecamatan Purbolinggo, lulus tahun 1999, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 4 Raman Fajar, Kecamatan Raman Utara, lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur lulus pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur lulus pada tahun 2011. Selanjutnya, pada tahun 2011 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa S-1 PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).


(7)

i

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim…

Kupersembahkan karya ilmiah ini, sebagai rasa syukur kepada Allah dan untuk:

Ayah dan Ibu tercinta, Bapak Wasikin dan Ibu Sri Wulandari

yang selalu memanjatkan doa untuk putri tercinta dalam setiap sujudnya

Kakakku tercinta Sigit Wahyudi

Yang selalu memberikan motivasi dalam setiap senyuman dan semangat untuk terus

berjuang dalam menggapai cita-cita

Yang tercinta Kakak Iparku Yuni Lukfiati

Yang selalu memberikan senyum, dukungan dan motivasi untuk terus berjuang

dalam menyelesaikan skripsi ini

Keponakanku tercinta Putri Nigita Wahyudi yang selalu memberi keceriaan

Arwendra Fajri

Yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini


(8)

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah: 6)

”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka

mengubah diri mereka sendiri”


(9)

ii

SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 2 Notoharjo”.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan mungkin terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hi. Sugeng P. Hariyanto, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung yang telah banyak berjasa dalam kemajuan Universitas Lampung dan membawa nama Universitas Lampung terus menjadi yang terbaik di lingkup nasional.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., Dekan FKIP Unila yang telah memberikan dukungan yang teramat besar terhadap perkembangan program studi PGSD dan membantu peneliti dalam menyelesaikan surat menyurat guna syarat skripsi.

3. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah membantu sumbangsih untuk kemajuan kampus PGSD tercinta.


(10)

iii

PGSD tercinta.

5. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

6. Ibu Dra. Sulistiasih, M.Pd., Pembimbing Utama, sekaligus Pembimbing Akademik, atas jasanya baik tenaga dan pikiran yang tercurahkan untuk bimbingan, masukan, kritik dan saran yang diberikan dengan sabar dan ikhlas di sela kesibukannya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Hi. A. Sudirman, M.H., Pembimbing Kedua, yang telah senantiasa meluangkan waktu dalam kesibukannya untuk membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

8. Ibu Dra. Hj. Yulina. H, M.Pd.I., Pembahas yang telah memberikan saran-saran dan masukan guna perbaikan dalam penyusunan dan kelancaran skripsi ini.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10. Bapak Sukapdi. A. Ma. Pd., Kepala Sekolah SD N 2 Notoharjo yang telah memberikan izin dan dukungan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

11. Ibu Sukesi, S.Pd., Wali Kelas dan Guru kelas V SD N 2 Notoharjo yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam pelaksanaan penelitian.


(11)

iv

12. Dewan guru dan Staf Tata Usaha SD N 2 Notoharjo yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

13. Siswa-siswi kelas V SD N 2 Notoharjo yang ikut andil pada pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini.

14. Sahabat seperjuangan Dianty Eprilian, Dessy Ayu Purwandari, Rani Rahmawati, Riyani Cahyanti, Dwi Septi Anggraini, Nanda Pratiwi, terimakasih untuk kebersamaannya melewati sukaduka selama hampir empat tahun ini.

15. Sahabat-sahabatku dan adik-adik kosan Astri, Erlis, Yuyun, Lita, Rosdiana, Maya, Dina, Heni, Yusrifa, Yusina, Yopita yang senantiasa memberikan motivasi dan kebersamaan dalam keadaan apa pun.

16. Teman-teman KKN Norma, Yuyut, Ratna, Septi, Ruru, Ana, Fauzan, Lukman, Dhanu, pengalaman tak terlupakan selama tiga bulan bersama kalian.

17. Seluruh rekan-rekan mahasiswa PGSD angkatan 2011 kelas B yang telah bersama-sama berusaha dari awal hingga akhir.

Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua, dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Metro, 21 Juni 2015 Peneliti,


(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ... 8

1. Model Pembelajaran ... 8

2. Macam-macam Model Pembelajaran ... 9

3. Pengertian Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) .. 10

4. Karakteristik Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ... 11

5. Langkah-langkah Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ... 13

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ... 14

B.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 15

1. Pembelajaran IPA di SD ... 15

2. Tujuan IPA di SD ... 17

C.Pembelajaran ... 18

1. Pengertian Belajar ... 18

2. Pengertian Pembelajaran ... 19

3. Aktivitas Belajar ... 20

4. Hasil Belajar ... 22

D.Kinerja Guru ... 23

E. Penelitian yang Relevan ... 24

F. Kerangka Pikir ... 25


(13)

vi BAB III METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian ... 27

B.Setting Penelitian ... 29

1. Tempat Penelitian... 29

2. Waktu Penelitian ... 29

3. Subjek Penelitian ... 29

C.Teknik Pengumpulan Data ... 29

1. Teknik Nontes ... 29

2. Teknik Tes ... 29

D.Alat Pengumpul Data ... 30

1. Lembar Observasi ... 30

2. Tes Hasil Belajar ... 30

E. Teknik Analisis Data ... 30

1. Teknik Analisis Data Kualitatif ... 30

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif ... 34

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ... 35

G.Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 36

Siklus I ... 36

Siklus II ... 39

Siklus III ... 40

H.Indikator Keberhasilan ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Sekolah ... 48

B.Deskripsi Awal ... 49

C.Hasil Penelitian ... 50

1. Hasil Pembelajaran Siklus I ... 50

2. Temuan Hasil Penelitian Siklus I ... 57

3. Hasil Pembelajaran Siklus II ... 65

4. Temuan Hasil Penelitian Siklus II ... 72

5. Hasil Pembelajaran Siklus III ... 79

6. Temuan Hasil Penelitian Siklus III ... 84

D.Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 91

1. Rekapitulasi Kinerja Guru Siklus I, II, dan III ... 91

2. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I, II, dan III ... 92

3. Rekapitulasi Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I, II, dan III ... 93

4. Rekapitulasi Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I, II, dan III ... 95

5. Rekapitulasi Hasil Belajar Psikomotor Siswa Siklus I, II, dan III ... 96

E. Pembahasan ... 97

1. Kinerja Guru... 97

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 97

3. Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 98

4. Hasil Belajar Afektif Siswa ... 99


(14)

vii DAFTAR PUSTAKA


(15)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Katagori penilaian kinerja guru. ... 31

3.2 Katagori aktivitas belajar siswa ... 31

3.3 Rubrik penilaian hasil belajar afektif siswa ... 32

3.4 Katagori nilai hasil belajar afektif siswa ... 33

3.5 Rubrik penilaian hasil belajar psikomotor siswa ... 33

3.6 Katagori hasil belajar belajar psikomotor siswa ... 34

3.7 Kriteria ketuntasan hasil belajar kognitif siswa ... 35

4.1 Keadaan guru dan karyawan SD N 2 Notoharjo ... 49

4.2 Jadwal kegiatan PTK tiap siklus ... 50

4.3 Kinerja guru siklus I ... 58

4.4 Aktivitas belajar siswa siklus I ... 59

4.5 Hasil belajar kognitif siswa siklus I ... 60

4.6 Hasil belajar afektif siswa siklus I ... 61

4.7 Hasil belajar psikomotor siswa siklus I ... 62

4.8 Kinerja guru siklus II ... 73

4.9 Aktivitas belajar siswa siklus II ... 74

4.10 Hasil belajar kognitif siswa siklus II ... 75

4.11 Hasil belajar afektif siswa siklus II ... 76

4.12 Hasil belajar psikomotor siswa siklus II ... 77

4.13 Kinerja guru siklus III ... 85

4.14 Aktivitas belajar siswa siklus III ... 86

4.15 Hasil belajar kognitif siswa siklus III... 87

4.16 Hasil belajar afektif siswa siklus III ... 88

4.17 Hasil belajar psikomotor siswa siklus III ... 89

4.18 Rekapitulasi kinerja guru siklus I, II, dan III ... 91

4.19 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I, II, dan III ... 92

4.20 Rekapitulasi hasil belajar kognitif siswa siklus I, II, dan III ... 93

4.21 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I, II, dan III ... 95


(16)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka pikir ... 26 3.1 Alur penelitian tindakan kelas ... 28


(17)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Rekapitulasi kinerja guru siklus I, II, dan III ... 92

4.2 Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I, II, dan II ... 93

4.3 Nilai rata-rata hasil belajar kognitif siswa siklus I, II, dan III ... 94

4.4 Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa siklus I, II, dan III ... 94

4.5 Rekapitulasi hasil belajar afektif siswa siklus I, II, dan III ... 95


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan suatu kondisi menjadi lebih baik. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal I menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Undang-undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi siswa dengan mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Mulyasa (2013: 17) menyatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk menyiapkan sumber daya manusia generasi masa kini dan sekaligus masa depan. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan yang dilakukan pada saat ini bukan semata-mata untuk hari ini, melainkan untuk masa depan.


(19)

2

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 pasal 19 ayat (1) Tentang Standar Nasional Pendidikan mengemukakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pengembangan potensi peserta didik harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan perkembangan psikologi peserta didik, mulai dari tahapan jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Terkait pelaksanaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar Suharjo (2006: 1) mengungkapkan bahwa pada pendidikan di SD dimaksudkan sebagai upaya pembekalan kemampuan dasar siswa berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat bagi dirinya sesuai tingkat perkembangannya, serta mempersiapkan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Pelaksanaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar (SD) mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang memuat beberapa mata pelajaran, salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran. Menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) dapat dihasilkan kesimpulan yang betul (truth) (Sutrisno, dkk. 2007: 1.19).

Bruner dalam Nasution (2005: 6) menyatakan bahwa IPA atau yang sering disebut Sains memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan


(20)

atau mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. pembelajaran IPA harus senantiasa dapat melibatkan siswa, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran serta dapat merangsang siswa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif.

Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk pada lingkungan. Pembelajaran IPA dilakukan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2007: 484).

Rustaman dalam Zubaedi (2012: 293) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran IPA ditujukan untuk: 1) meningkatkan kesadaran dan kelestarian lingkungan, kebanggaan nasional, dan kebesaran serta kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa; 2) mengembangkan daya penalaran untuk memecahkan masalah sehari-hari; 3) mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah; 4) menerapkan konsep dan prinsip IPA untuk menghasilkan karya teknologi sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia. Berdasarkan tujuan tersebut maka tugas seorang pendidik adalah bagaimana menerapkan beberapa keterampilan mengajar agar seluruh tujuan tersebut dapat tercapai dalam mata pelajaran IPA. Pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak hanya sekadar menyerap informasi dari guru, tetapi juga melibatkan berbagai kegiatan atau tindakan yang harus dilakukan terutama jika menginginkan hasil belajar yang lebih baik.

Mulyasa (2013: 131) menyatakan bahwa proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila secara klasikal mencapai 75%. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD N 2 Notoharjo pada 20 Desember 2014, diketahui perolehan hasil belajar IPA kelas V masih rendah, yakni dari 19 siswa dengan KKM 65, hanya 7 siswa atau 36,8% yang sudah mencapai standar keberhasilan, sedangkan sisanya 12 siswa atau 63,2% belum mencapai standar keberhasilan. Penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 2


(21)

4

Notoharjo adalah siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Cara penyampaian materi masih mengacu pada buku ajar, siswa kurang diberi kesempatan untuk mengalami dan memperoleh sendiri pengetahuan yang didapat. Suasana pembelajaran yang membosankan sehingga menjadikan pembelajaran tidak menarik. Guru belum menerapkan model yang bervariasi dalam pembelajaran khususnya model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).

Pada kegiatan belajar khususnya IPA di SD, diharapkan guru dapat menggunakan cara atau model pembelajaran yang tepat agar konsep-konsep yang akan disampaikan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Siswa aktif mencari pengetahuan baru dan fasilitator atau mediator dalam pembelajaran. Guru harus terampil merancang aktivitas yang beragam dan memungkinkan siswa terlibat secara penuh dalam pembelajaran. Guru dengan teliti memilih model pembelajaran sebagai kerangka dasar pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai.

Joice & Weil dalam Trianto (2012: 133) menyatakan model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Dengan menggunakan model pembelajaran diharapkan siswa terlibat aktif serta memiliki kecakapan yang menuntut siswa agar dapat menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang masih sering ditemukan adalah pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan dan siswa dibiarkan pasif. Keaktifan siswa akan muncul jika guru memberikan kesempatan kepada siswa


(22)

agar mau mengembangkan pola pikirnya, dan mau mengembangkan ide-ide. Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) merupakan model pembelajaran yang melibatkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indranya dalam proses pembelajaran. Artinya dalam pembelajaran siswa tidak hanya duduk diam, tetapi dengan aktivitas yang menggerakkan seluruh indranya.

Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada aktivitas dan hasil belajar dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD N 2 Notoharjo”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu sebagai berikut.

1. Siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran. 2. Penyampaian materi masih mengacu pada buku ajar.

3. Suasana pembelajaran yang membosankan sehingga menjadikan pembelajaran tidak menarik.

4. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengalami dan memperoleh sendiri pengetahuan yang didapat.

5. Guru belum menerapkan model yang bervariasi dalam pembelajaran khususnya model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).


(23)

6

kelas V SD N 2 Notoharjo, yaitu dari 19 siswa dengan KKM 65, hanya 7 siswa atau 36,8% yang sudah mencapai standar keberhasilan, sedangkan sisanya 12 siswa atau 63,2% belum mencapai standar keberhasilan.

C.Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD N 2 Notoharjo Kecamatan Trimurjo?

2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD N 2 Notoharjo Kecamatan Trimurjo?

D.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD N 2 Notoharjo dengan penerapan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas V SD N 2 Notoharjo dengan penerapan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).


(24)

E.Manfaat Penelitian

Berdasarkan masalah penelitian dan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas, hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Siswa

Berguna untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep IPA sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya kelas V SD N 2 Notoharjo.

2. Guru

Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, serta memperluas wawasan dan pengetahuan guru dalam menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran agar dapat meningkatkan kemampuan profesional guru.

3. Sekolah

Merupakan bahan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sehingga memiliki output yang berkualitas dan berkompetitif. 4. Peneliti

Dapat menambah pengetahuan, pengalaman serta wawasan tentang penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).


(25)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) 1. Model Pembelajaran

Pemilihan model pembelajaran yang tepat merupakan salah satu faktor tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru dalam penyampaian materi. Menurut Hanafiah & Suhana (2010: 41) model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Menurut Joyce & Weill dalam Huda (2013: 73) model pembelajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau setting yang berbeda.

Model pembelajaran menurut Amri (2013: 4) yaitu sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan perkembangan pada diri siswa. Joyce dalam Trianto (2010: 74) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perncanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran.


(26)

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa model pembelajaran merupakan rencana atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Di dalamnya terdapat tujuan-tujuan pembelajaran dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran untuk menyiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

2. Macam-macam Model Pembelajaran

Ada beberapa macam model pembelajaran. Dalam pemilihan model pembelajaran guru harus memperhatikan model yang cocok agar dapat meningkatkan hasil pembelajaran.

Menurut Huda (2013: 271) model-model pembelajaran sangat bermacam-macam di antaranya:

a. Problem Based Learning adalah strategi yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.

b. Problem Solving Learning adalah aktivitas yang berhubungan dengan pemilihan jalan keluar atau cara yang cocok bagi tindakan dan pengubahan kondisi sekarang menuju kondisi yang diharapkan. c. Open-Ended-Learning (pembelajaran terbuka) adalah proses pembelajaran yang di dalamnya tujuan dan keinginan individu/peserta didik dibangun dan dicapai secara terbuka.

d. Probing-Prompting-Learning adalah pembelajaran dengan menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa sehingga dapat melejitkan proses berpikir yang mampu mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

e. Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) adalah model pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dengan penggunaan semua indra dapat berpengaruh besar dalam pembelajaran.

Berdasarkan model-model pembelajaran yang telah dijelaskan di atas, peneliti memilih model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual


(27)

10

(SAVI). Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang menciptakan keterbukaan dalam pembelajaran, fleksibel, menyeluruh atau melibatkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dengan penggunaan semua indra sehingga pembelajaran ini membuat peserta didik tidak jenuh.

3. Pengertian Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) De Porter (2011: 13) dalam bukunya Quantum Learning mengemukakan tiga modalitas belajar yang dimiliki seseorang. Ketiga modalitas tersebut adalah modalitas visual, modalitas auditorial, dan modalitas kinestik (somatic).

Meier dalam Rusman (2012: 373) menyajikan sistem lengkap untuk melibatkan kelima indra dan emosi dalam proses belajar yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model SAVI, yaitu Somatis Auditori Visual dan Intelektual. Menurut Ngalimun (2012: 166) pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa.

Ngalimun (2012: 166) juga mengemukakan bahwa istilah SAVI merupakan kependekan dari Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-out), aktivitas fisik di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media, dan alat peraga; dan Intellectually yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

Meier (2003: 91) mengemukakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dengan penggunaan semua indra dapat


(28)

berpengaruh besar dalam pembelajaran. Unsur-unsur dalam model pembelajaran ini yaitu :

a. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat. b. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar.

c. Visual : Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. d. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Teori yang mendukung model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ini adalah Accelerated Learning. Teori otak kanan/kiri, teori otak three in one, pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinestik). Model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) menganut aliran kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, dan semua indra.

Dari kajian di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) merupakan suatu model pembelajaran yang menggabungkan gerak fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indranya dalam proses pembelajaran.

4. Karakteristik Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) Setiap model memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Meier (2003: 92), sesuai dengan singkatan dari SAVI itu sendiri yaitu Somatis Auditori Visual dan Intelektual, maka karakteristiknya ada empat bagian. Belajar dapat optimal jika keempat karakteristik SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran.

a. Somatis

“Somatis” berasal dari bahasa Yunani “soma” yang berarti tubuh. Jadi belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestis, praktis, melibatkan fisik dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar.

Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan sebagai belajar dengan berbuat. Dengan demikian pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indra


(29)

12

peraba, kinestik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

b. Auditori

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Dalam pembelajaran peserta didik membicarakan apa yang sedang dipelajari, berdiskusi, menceritakan pengalaman, dan mengumpulkan informasi.

c. Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Peserta didik lebih memahami materi pembelajaran jika dalam pembelajaran tersebut dapat melihat contoh nyata atau guru menggunakan media sebagai penyampaian materi terhadap peserta didik.

d. Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Hal ini dapat diartikan peserta didik terlibat aktif dalam aktivitas seperti memecahkan masalah, merumuskan pertanyaan, melahirkan gagasan kreatif, mencari dan menyaring informasi yang diperoleh.

Dalam setiap pembelajaran hendaknya tercipta beberapa jenis kegiatan, baik itu mendengar, melihat sampai pada tahap mengkreasi sendiri sebuah karya dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Karakteristik dalam model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) sudah mewakili semua aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran, karena peserta didik tidak hanya mendapatkan pengetahuan semata melainkan dapat benar-benar memahami dan mengalami secara langsung apa yang dipelajari. Di sini guru dituntut untuk mengembangkan kreativitasnya dalam memfasilitasi siswa dengan ragam alat peraga atau media yang menarik dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Misalnya alat peraga yang akan digunakan dalam pembelajaran ini adalah dengan menggunakan media gambar. Di mana media gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.


(30)

5. Langkah-langkah Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI)

Rusman (2012: 373-374) mengemukakan langkah-langkah model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) sebagai berikut.

a. Persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi peserta didik perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan peserta didik dalam situasi optimal untuk belajar.

b. Penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan panca indra, dan cocok untuk semua gaya belajar.

c. Pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara.

d. Penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru peserta didik dengan pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat.

Adapun Huda (2013: 283) berpendapat bahwa langkah-langkah model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) sebagai berikut.

a. Guru merangsang minat dan rasa ingin tahu siswa.

b. Guru menyampaikan materi dengan cara yang menarik melalui permainan.

c. Siswa berlatih menemukan (melalui sendiri, berpasangan, atau kelompok).

d. Siswa mempraktikan suatu keterampilan. e. Siswa berlatih memecahkan masalah.

f. Siswa diminta merefleksikan apa yang telah dipelajari.

g. Siswa diminta untuk membuat semacam diagram atau yang bisa menggambarkan apa yang telah mereka refleksikan.

h. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan dan siswa diminta untuk berfikir tentang pemecahannya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti menggunakan langkah-langkah yang telah dikemukakan oleh Rusman (2012: 373-374)


(31)

14

sebagai acuan dalam pelaksanaan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Secara garis besar terdapat empat tahapan dalam model pembelajaran ini, yaitu: (a) persiapan, (b) penyampaian, (c) pelatihan, (d) penampilan hasil.

6. Kelebihan dan Kelemahan Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI)

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) menurut Widiarni (http://sweetywhinie.blogspot.com).

a. Kelebihan Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) antara lain:

1. Membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual.

2. Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif.

3. Mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa.

4. Memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara visual, auditori dan intelektual.

5. Pembelajaran lebih menarik dengan adanya permainan belajar. 6. Pendekatan yang ditawarkan tidak kaku tetapi dapat sangat

bervariasi bergantung pada pokok bahasan, dan pembelajaran itu sendiri.

7. Dapat menciptakan lingkungan belajar yang positif. Orang yang dapat belajar paling baik dalam lingkungan fisik, emosi dan sosial yang positif yaitu lingkungan yang tenang sekaligus menggugah semangat, adanya rasa minat dan kegembiraan sangat penting untuk mengoptimalkan pembelajaran.

8. Adanya keterlibatan pembelajaran sepenuhnya. 9. Terciptanya kerja sama di antara pembelajar.

10. Merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar. Orang dapat belajar dengan baik jika mempunyai banyak variasi pilihan belajar yang memungkinkannya untuk memanfaatkan seluruh indranya dan menerapkan gaya belajar yang dikuasainya


(32)

b. Kelemahan Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) antara lain:

1. Menuntut adanya guru yang sempurna sehingga dapat memadukan keempat komponen dalam SAVI secara utuh. 2. Penerapan model ini membutuhkan kelengkapan sarana dan

prasarana pembelajaran yang menyeluruh dan disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga memerlukan biaya pendidikan yang sangat besar.

3. Model yang memang tidak kaku tetapi harus disesuaikan dengan pokok bahasan materi pembelajaran.

4. Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ini masih tergolong baru, banyak pengajar guru sekali pun yang belum menguasai model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) tersebut.

5. Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) ini lebih cenderung kepada keaktifan siswa, sehingga untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan kurang, menjadikan siswa itu minder.

B.Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pembelajaran IPA di SD

Kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris Natural Science secara singkat sering disebut Science. Secara harfiah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dapat disebut sebagai ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut Sutrisno, dkk. (2007: 1.19) IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar, dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul.

IPA diperlukan dalam kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Oleh


(33)

16

karena itu, pembelajaran IPA yang diajarkan di sekolah harus membekali siswa tentang berbagai cara untuk mengetahui dan mengerjakan sesuatu dengan tujuan membantu siswa memahami alam secara mendalam juga memberikan pengetahuan dan pengajaran secara kongkret. Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, mengemukakan bahwa: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Firman (2008: 4) mengatakan bahwa IPA merupakan salah satu cabang ilmu yang fokus pengkajiannya alam dan proses-proses yang ada di dalamnya. BSNP dalam Susanto (2013: 171) mengatakan bahwa hakikat pembelajaran IPA di SD adalah:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan sikap rasa ingin tahu dan sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.


(34)

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk saling menghargai alam dan bertanggung jawab ikut serta menjaga keindahan alam yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa.

7. Memperoleh bekal pengetahuan konsep sebagai dasar mengembangkan potensi yang dimiliki untuk jenjang ke sekolah lanjutan.

Dari beberapa kajian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan alam. Pengetahuan yang mengupas tentang alam sekitar yang berupa fisik serta teori-teori yang berhubungan dengan alam. Selain itu, IPA juga menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap, keterampilan dan nilai ilmiah, serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Sang pencinta. Pembelajaran IPA menekankan pada proses penemuan konsep, bukan sebaliknya menekankan pada penyampaian konsep atau produk IPA.

2. Tujuan IPA di SD

Tujuan IPA di SD yang tersirat dalam Permendiknas No. 22 (2007: 484) tentang standar isi yaitu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.


(35)

18

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan cara mencari tahu melalui praktik yang dapat membantu siswa dalam memahami alam sekitar, dengan menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) yang melibatkan peran aktif siswa. Dengan demikian, pembelajaran menjadi lebih bermakna, tujuan pembelajaran dapat tercapai, serta merangsang siswa berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Oleh karena itu, pada hakikatnya IPA diajarkan dengan cara proses pemerolehan suatu produk IPA itu sendiri dihasilkan, bukan mengajarkan produk IPA itu sendiri.

C.Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan subtansi pokok yang harus dilakukan oleh setiap orang terutama sebagai siswa. Siswa dikatakan telah belajar apabila telah terjadi perubahan dari dirinya yang sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.

Amri (2013: 24) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Menurut Thobroni & Mustofa (2012: 16) belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital


(36)

dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya.

Rusman (2012: 34) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gagne dalam Komalasari (2011: 2) menyatakan belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang meliputi kecenderungan manusia seperti sikap, minat, nilai dan perubahan kemampuannya yakni peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis kinerja (performance).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah proses memperoleh pengetahuan sekaligus perubahan tingkah laku individu yang meliputi perubahan kemampuan, sikap, dan minat. Proses perubahan tingkah laku tersebut sebagai hasil dari pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran perlu direncanakan, dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien (Rusman, 2012: 3).


(37)

20

Menurut Yusufhadi Miarso dalam Yamin (2013: 17) pembelajaran adalah usaha mengelola lingkungan belajar dengan sengaja agar seseorang membentuk diri sendiri secara positif dalam kondisi tertentu. Komalasari (2011: 3) mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Selanjutnya, Trianto (2010: 17) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses interaksi tersebut direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien dapat tercapai.

3. Aktivitas Belajar

Aktivitas merupakan suatu kegiatan yang selalu dilakukan oleh setiap makhluk hidup. Aktivitas belajar adalah semua kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Hanafiah & Suhana (2010: 23) proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat,


(38)

tepat, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Selanjutnya, Mulyasa dalam Susanto (2013: 50) mengemukakan pendapatnya bahwa proses penyampaian materi dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.

Menurut Dierich yang dikutip Hamalik dalam Hanafiah & Suhana (2010: 24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, antara lain:

1) kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain,

2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi,

3) kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,

mendengarkan suatu permainan atau mendengarkan radio,

4) kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket,

5) kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola,

6) kegiatan-kegiatan metrik, yang termasuk di dalamnya antara lain melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan pemainan, serta menari dan berkebun,

7) kegiatan-kegiatan mental, yang termasuk di dalamnya antara lain merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan, dan

8) kegiatan-kegiatan emosional, yang termasuk di dalamnya antara lain minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik harus terlibat secara aktif, baik mental,


(39)

22

fisik maupun sosialnya, agar materi dapat disampaikan secara efektif.

4. Hasil Belajar

Setiap kegiatan pembelajaran pada hakikatnya tentu menginginkan sebuah perubahan yang memuaskan sebagai hasil dari belajar. Pada kegiatan akhir dalam proses pembelajaran adalah proses evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa. Sudjana (2013: 22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah menerima pengalaman belajarnya.

Pengertian hasil belajar menurut Hamalik dalam Ekawarna (2013: 70) adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hasil belajar itu biasanya dinyatakan dalam bentuk angka, huruf, dan sebagainya.

Bloom dalam Sudjana (2013: 22) merumuskan hasil belajar sebagai perubahan tingkah laku yang mengikuti domain (ranah) kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, ranah afektif berkenaan dengan sikap dan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan keterampilan bertindak. Perubahan dapat diartikan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya.

Ranah afektif menurut Bloom dalam Sunarti & Rahmawati (2013: 45) menggradasikan ranah afektif menjadi lima tingkatan yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup. Mulyasa (2013: 146-147) menyatakan penilaian karakter dimaksudkan untuk mendeteksi karakter yang terbentuk dalam diri siswa melalui pembelajaran yang telah diikutinya, jenis karakter siswa itu antara lain bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, bersikap santun, kompetitif dan jujur.


(40)

Ranah psikomotor menurut Sunarti & Rahmawati (2013: 59) terdiri dari meniru (perception), menyusun (manipulating), melakukan prosedur (precision), melakukan dengan baik dan tepat (articulation) serta melakukan tindakan secara alami (naturalization). Trianto (2010: 144-146) mengemukakan kemampuan yang dikembangkan dalam keterampilan proses IPA yaitu keterampilan mengamati, merumuskan hipotesis, merencanakan penelitian atau percobaan, melakukan penelitian atau percobaan, meramalkan atau memprediksi, dan mengomunikasikan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil dari proses interaksi belajar dan mengajar yang berupa peningkatan keterampilan, pengetahuan, sikap serta nilai yang berada pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Adapun indikator yang ingin dicapai pada ranah afektif meliputi percaya diri dan tanggung jawab. Selanjutnya indikator untuk menilai hasil belajar psikomotor menggunakan keterampilan proses siswa yaitu indikator keterampilan mengamati dan keterampilan mengomunikasikan.

D.Kinerja Guru

Kinerja dan kompetensi guru memikul tanggung jawab utama dalam transformasi orientasi peserta didik dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil. Rusman (2012: 50) menyatakan kinerja guru adalah wujud perilaku guru dengan prestasi, yang mana wujud perilaku itu meliputi kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil.


(41)

24

Menurut Mulyasa (2013: 103) bahwa kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan guru dalam merencanakan melaksanakan dan menilai pembelajaran, baik yang berkaitan dengan proses maupun hasil. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa kinerja guru adalah kemampuan yang dicapai oleh guru dalam melaksanakan tugas pendidikan. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

E.Penelitian yang Relevan

Berikut ini hasil penelitian yang relevan dengan penelitian tindakan kelas skripsi ini.

1. Nita Anggraeni (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar IPA melalui Model Pembelajaran SAVI pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Anggaswangi Grobogan Tahun Ajaran 2012/2013”. 2. Ety Setyani Hartantur (2013) dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan

Model Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet dalam Pembelajaran IPA”.

Berdasarkan dua penelitian yang telah diuraikan di atas, persamaan yang terdapat pada penelitian Nita Anggraeni yaitu untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA. Adapun persamaan yang terdapat pada penelitian Ety Setyani Hartantur yaitu untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa pada


(42)

pembelajaran IPA. Perbedaannya yaitu terletak pada waktu dan tempat penelitian, jenjang kelas yang diteliti, serta tidak menilai hasil belajar afektif dan psikomotor siswa.

F. Kerangka Pikir

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam proses pembelajaran baik guru maupun siswa dituntut aktif dalam proses pembelajaran, begitu pula dalam pembelajaran IPA.

Sebagai salah satu program pendidikan nasional sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 17 ayat (2) bahwa “pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah”. Cakupan materi pada mata pelajaran IPA di SD dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir dan berprilaku ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri.

Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran sebagai sarana untuk mendorong keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. Salah satu di antaranya adalah menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).

Model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) merupakan model pembelajaran yang dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indra. Model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) memunculkan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif melalui penggabungan gerakan


(43)

26

fisik dengan aktivitas intelektual, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, serta memaksimalkan ketajaman konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:

Gambar 2.1 Kerangka pikir

G.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD N 2 Notoharjo dapat meningkat”.

Input

Model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Persiapan. 2. Penyampaian. 3. Pelatihan.

4. Penampilan hasil. Proses

1. Aktivitas belajar siswa secara klasikal meningkat hingga mencapai ≥75%.

2. Hasil belajar siswa secara klasikal ≥75% pada kelas yang diteliti dari 19 siswa yang mencapai KKM 65.

1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran. 2. Hasil belajar siswa rendah.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Suyadi (2013: 18) menyatakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

Menurut Arikunto S. (2011: 58) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu pembelajaran di kelas. Wardhani (2007: 1.4) menyatakan bahwa melalui penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar menjadi meningkat. Dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan meningkatkan aktivitas siswa dan kinerja guru selama kegiatan pembelajaran.

Arikunto S. (2011: 16) menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat empat tahapan yang dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali pembelajaran, tetapi


(45)

28

dapat dilaksanakan beberapa kali sampai tujuan pembelajaran tercapai. Alur tindakan dalam penelitian kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.1 Alur penelitian tindakan kelas Adopsi dari Arikunto. S (2011: 16)

Pelaksanaan

Refleksi Siklus I

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan Perencanaan

Perencanaan

Siklus III

Pengamatan


(46)

B.Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD N 2 Notoharjo jalan Metro Wates Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 selama 5 bulan (bulan Januari sampai dengan bulan Mei). 3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V SD N 2 Notoharjo. Jumlah siswa dalam kelas tersebut adalah 19 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan.

C.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nontes (observasi) dan tes.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes merupakan cara pengumpulan data dengan observasi. Menurut Kerlinger dalam Annurrahman, dkk. (2009: 8-9) observasi diartikan sebagai prosedur sistematis dan baku untuk memperoleh data. Observasi digunakan untuk mengetahui kinerja guru, aktivitas belajar siswa, hasil belajar afektif siswa, dan hasil belajar psikomotor siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Teknik Tes

Teknik tes yaitu dengan cara memberikan soal-soal tes hasil belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Teknik tes dilakukan untuk


(47)

30

mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model somatis auditori visual dan intelektual (SAVI).

D.Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Lembar Observasi

Instrumen ini dirancang oleh peneliti yang berkolaborasi dengan guru mitra. Lembar observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas belajar siswa, hasil belajar afektif siswa, hasil belajar psikomotor siswa, dan kinerja guru selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas. 2. Tes Hasil Belajar

Tes ini digunakan untuk menjaring data siswa mengenai hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan terhadap materi pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI).

E.Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data kinerja guru, aktivitas belajar siswa, hasil belajar afektif siswa, dan hasil belajar psikomotor siswa dengan mengadakan pengamatan secara langsung menggunakan lembar observasi.

a. Penilaian Kinerja Guru

Nilai kinerja guru dapat diperoleh dengan rumus:


(48)

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari

R = Skor yang diperoleh guru SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102) Tabel 3.1 Katagori penilian kinerja guru

Rentang Nilai Katagori

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup Baik

21-40 Kurang Baik

0-20 Sangat Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Poerwanti, 2008: 7.8)

b. Aktivitas Belajar Siswa

1) Pemerolehan nilai individu aktivitas belajar siswa N = R

SM

x

100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari

R = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102)

2) Pemerolehan nilai aktivitas belajar siswa secara klasikal

p =∑ siswa aktif∑ siswa x %

(Sumber: Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41) Tabel 3.2 Katagori aktivitas belajar siswa

Siswa Aktif Katagori

76-100% Sangat Aktif

51-75% Aktif

26-50% Cukup Aktif

0-25% Pasif


(49)

32

c. Hasil Belajar Afektif Siswa

1) Indikator hasil belajar afektif siswa. a) Percaya diri

A = Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. B = Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan. b) Tanggung jawab

A = Melaksanakan tugas individu maupun kelompok.

B = Melaksanakan apa yang pernah dikatakan oleh guru tanpa diminta.

2) Rubrik penilaian afektif siswa

Tabel 3.3 Rubrik penilaian hasil belajar afektif siswa

Skor Rubrik

5 Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sempurna.

4 Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa melakukannya tanpa kesalahan.

3 Dilaksanakan cukup baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan bimbingan guru.

2 Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa meskipun siswa melakukannya dengan bimbingan guru.

1 Tidak dilaksanakan oleh siswa.

(Sumber: Adaptasi dari Andayani, dkk., 2009: 73) 3) Pemerolehan nilai afektif individu

N = R

SM

x

100

Keterangan:

N = Nilai yang dicari

R = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102) 4) Pemerolehan nilai afektif siswa secara klasikal

p =∑ siswa yang tuntas belajar∑ siswa x %


(50)

Tabel 3.4 Katagori nilai hasil belajar afektif siswa

Skor Tingkat Keberhasilan Katagori

5 81-100% Sangat Baik

4 61-80% Baik

3 41-60% Cukup Baik

2 21-40% Kurang Baik

1 20% Sangat Kurang

(Sumber: Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

d. Hasil Belajar Psikomotor Siswa

1) Indikator hasil belajar psikomotor siswa. a) Keterampilan Proses

A = Melaksanakan percobaan dengan langkah-langkah sesuai petunjuk.

B = Mengidentifikasi perubahan pada objek percobaan. b) Keterampilan Mengomunikasikan

A = Mempresentasikan hasil percobaan dengan sikap tenang. B = Mempresentasikan hasil percobaan dengan kalimat yang jelas.

2) Rubrik penilaian psikomotor siswa

Tabel 3.5 Rubrik penilaian hasil belajar psikomotor siswa

Skor Rubrik

5 Dilaksanakan dengan sangat baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan sempurna.

4 Dilaksanakan dengan baik oleh siswa, siswa melakukannya tanpa kesalahan.

3 Dilaksanakan cukup baik oleh siswa, siswa melakukannya dengan bimbingan guru.

2 Dilaksanakan dengan kurang baik oleh siswa meskipun siswa melakukannya dengan bimbingan guru.

1 Tidak dilaksanakan oleh siswa.

(Sumber: Adaptasi dari Andayani, dkk., 2009: 73) 3) Pemerolehan nilai psikomotor siswa secara individu

N = R


(51)

34

Keterangan:

N = Nilai yang dicari

R = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102) 4) Pemerolehan nilai psikomotor siswa secara klasikal

p =∑ siswa yang tuntas belajar∑ siswa x %

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.6 Katagori hasil belajar psikomotor siswa

Skor Tingkat Keberhasilan Katagori

5 81-100% Sangat Terampil

4 61-80% Terampil

3 41-60% Cukup Terampil

2 21-40% Kurang Terampil

1 0-20% Sangat Kurang Terampil

(Sumber: Modifikasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka. Dalam penelitian ini, yang termasuk analisis data kuantitatif adalah hasil belajar kognitif siswa.

a. Hasil Belajar Kognitif Siswa

Menghitung hasil belajar kognitif siswa secara individual.

NP = SM x R

Keterangan:

NP = Nilai yang dicari

R = Skor yang diperoleh siswa SM = Skor maksimum

100 = Bilangan tetap

(Sumber: Modifikasi dari Purwanto, 2008: 102) b. Perhitungan nilai rata-rata tes tertulis siswa

=

Keterangan:


(52)

∑x = Jumlah nilai N = Jumlah siswa

(Sumber: Adopsi dari Sudjana, 2011: 109)

c. Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara klasikal

p =∑ siswa yang tuntas belajar∑ siswa x %

(Sumber: Adaptasi dari Aqib, dkk., 2009: 41)

Tabel 3.7 Kriteria ketuntasan hasil belajar kognitif siswa

Tingkat Keberhasilan Katagori

8 − %

61 – 80 % 41 – 60 % 21 – 40 %

−20 %

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah (Sumber: Modifikasi dari Aqib, 2009: 41)

F. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.

1. Perencanaan adalah merencanakan program tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

2. Pelaksanaan adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

3. Observasi adalah pengamatan siswa selama pembelajaran berlangsung. 4. Refleksi adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang

diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi terhadap proses belajar selanjutnya.


(53)

36

G.Urutan Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas ini telah dilakukan melalui tiga siklus. Materi siklus I adalah pesawat sederhana, materi siklus II adalah sifat-sifat cahaya dan siklus III adalah pembuatan suatu model/karya yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya. Masing-masing siklus memiliki empat tahapan kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Adapun siklus tersebut antara lain:

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti membuat rencana pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang diinginkan. Peneliti mempersiapkan sebaik-baiknya proses pembelajaran melalui model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Berikut langkah-langkah dalam tahap perencanaan.

1) Wawancara dengan guru kelas dan melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan diajarkan dengan menggunakan model somatis auditori visual dan intelektual (SAVI).

2) Menyiapkan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

3) Membuat perangkat pembelajaran berupa pemetaan, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta skenario pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru dengan Standar Kompetensi “Memahami hubungan gaya, gerak, dan energi


(54)

serta fungsinya”, dan Kompetensi Dasar “Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan menjadi lebih mudah”. 4) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama

proses pembelajaran.

5) Menyusun dan menyiapkan lembar kerja siswa (LKS).

6) Menyiapkan instrumen penelitian yang terdiri dari lembar observasi yang terdiri dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan kinerja guru.

7) Menyusun alat evaluasi hasil belajar siswa berupa pemahaman konsep dan pedoman penyekoran, untuk mengukur pengetahuan siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan yang dilakukan merujuk pada skenario pembelajaran yang telah dirancang yaitu melalui pembelajaran menggunakan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Kegiatan Awal Tahap 1: Persiapan

a) Mengondisikan siswa agar siap belajar (menata tempat duduk, menertibkan siswa, berdoa dan mengecek kehadiran siswa).

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari yaitu tentang “Pesawat Sederhana”.

c) Guru memberikan motivasi agar siswa dapat berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.


(55)

38

2) Kegiatan Inti

Tahap 2: Penyampaian

a) Guru menunjukkan beberapa gambar pesawat sederhana.

b) Guru bertanya kepada siswa apa yang dilihat dari gambar tersebut. c) Siswa memahami gambar tersebut.

d) Guru menciptakan kondisi yang memungkinkan timbulnya suatu permasalahan atau siswa diberi permasalahan dari ilustrasi gambar tersebut.

e) Guru menjelaskan kepada siswa tentang pesawat sederhana. Tahap 3: Pelatihan

a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan cara undian yang terdiri dari 4-5 siswa.

b) Setiap kelompok diberi nomor kepala, sesuai dengan nomor absen misalnya 1, 2 dan seterusnya.

c) Guru membagikan bahan-bahan untuk melakukan eksperimen. d) Siswa melakukan kegiatan untuk mengetahui cara kerja pengungkit

golongan pertama, kedua, ketiga, bidang miring, dan roda berporos. e) Guru membagikan LKS kepada siswa, berisi langkah-langkah

percobaan dan pertanyaan yang berkaitan dengan percobaan. f) Siswa melakukan diskusi dengan teman satu kelompoknya untuk

menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan menyajikannya dalam bentuk laporan sederhana.


(56)

Tahap 4: Penampilan hasil

a) Siswa membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. b) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. 3) Kegiatan Akhir

a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan penjelasan solusi terbaik dari permasalahan yang diberikan.

b) Guru melakukan refleksi dengan kegiatan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui hasil ketercapaian materi.

c) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal tes individu kepada siswa.

d) Menyampaikan rencana pembelajaran pada materi berikutnya. e) Mengajak siswa berdoa menurut agama masing-masing.

c. Tahap Pengamatan

Tahap pelaksanaan pengamatan dilaksanakan pada saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Peneliti mengamati kinerja siswa selama pembelajaran berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan, keantusiasan siswa dan kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung, serta mengidentifikasi kelemahan-kelemahan untuk memperbaiki proses pembelajaran pada siklus berikutnya.


(57)

40

d. Tahap Refleksi

Peneliti bersama guru melakukan refleksi untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis yang dilakukan yaitu aktivitas belajar siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung, serta hasil belajar siswa. Analisis dilakukan sebagai acuan guna memperbaiki kinerja guru dan digunakan sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut dalam rangka mencapai tujuan PTK. Hasil analisis juga digunakan sebagai bahan perencanaan pada siklus berikutnya yaitu siklus II dengan membuat rencana tindakan baru agar menjadi lebih baik lagi.

Siklus II

Pada siklus I telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus II. Siklus II dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Hasil siklus ini diharapkan lebih baik dari siklus I.

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus I. Pada siklus II, secara umum perencanaannya sama dengan siklus I. Siklus II dengan Standar Kompetensi “Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model”, dan Kompetensi Dasar “Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya”. Materi yang akan dipelajari adalah sifat-sifat cahaya.


(58)

b. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus II, tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan yang dilakukan sama seperti yang dilakukan pada siklus I, namun dengan materi berbeda. Pada siklus II materi yang akan dipelajari adalah “Sifat-sifat Cahaya”.

1) Kegiatan Awal Tahap 1: Persiapan

a) Mengondisikan siswa agar siap belajar (menata tempat duduk, menertibkan siswa, berdoa dan mengecek kehadiran siswa). b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan

dipelajari yaitu tentang “Sifat-sifat Cahaya”.

c) Guru memberikan motivasi agar siswa dapat berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Tahap 2: Penyampaian

a) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat cahaya.

b) Siswa memperhatikan peta konsep tentang sifat-sifat cahaya. c) Guru menjelaskan sifat-sifat cahaya.

Tahap 3: Pelatihan

a) Siswa dibagi menjadi 4 kelompok dengan cara undian yang terdiri dari 4-5 siswa.

b) Setiap kelompok diberi nomor kepala, sesuai dengan nomor absen misalnya 1, 2 dan seterusnya.


(59)

42

c) Guru membagikan bahan-bahan untuk melakukan eksperimen. d) Guru membagikan LKS yang berisi langkah-langkah percobaan

dan pertanyaan yang berkaitan dengan percobaan

e) Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sifat-sifat cahaya.

f) Siswa melakukan diskusi dengan teman satu kelompoknya untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan menyajikannya dalam bentuk laporan sederhana.

Tahap 4: Penampilan hasil

a) Siswa membuat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. b) Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas. c) Siswa melakukan permainan yang berkaitan dengan materi. 3) Kegiatan Akhir

a) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan penjelasan solusi terbaik dari permasalahan yang diberikan.

b) Guru melakukan refleksi dengan kegiatan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui hasil ketercapaian materi.

c) Guru melakukan evaluasi dengan memberikan soal tes individu kepada siswa.

d) Menyampaikan rencana pembelajaran pada materi berikutnya. e) Mengajak siswa berdoa menurut agama masing-masing.


(60)

c. Tahap Pengamatan

Pada tahap ini peneliti mengamati dan mencatat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Data yang diperoleh akan diolah, digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari semua kekurangan dan kelebihan siklus yang telah dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan untuk siklus berikutnya.

d. Tahap Refleksi

Dalam kegiatan refleksi tentunya membahas segala sesuatu yang terjadi dalam pembelajaran, baik itu kelebihan atau kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung. Jika pada siklus kedua pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan telah terjadi peningkatan dibanding dengan siklus-siklus sebelumnya, maka penelitian dianggap cukup. Namun apabila masih terdapat kekurangan, penelitian akan dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

Siklus III

Pada siklus II telah dilakukan refleksi untuk mengkaji proses pembelajaran yang dilakukan guru sebagai acuan dalam pelaksanaan siklus III. Siklus III dilakukan sebagai usaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Hasil siklus ini diharapkan lebih baik dari siklus sebelumnya.


(61)

44

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini, peneliti membuat perencanaan perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil analisis pada siklus II. Pada siklus III, secara umum perencanaannya sama dengan siklus II namun submateri yang berbeda.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada siklus III, tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan yang dilakukan sama seperti yang dilakukan pada siklus II, namun dengan submateri yang berbeda.

1) Kegiatan Awal Tahap 1: Persiapan

a) Mengondisikan siswa agar siap belajar (menata tempat duduk, menertibkan siswa, berdoa dan mengecek kehadiran siswa).

b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dipelajari yaitu tentang “Penerapan Sifat-sifat Cahaya Melalui Kegiatan Membuat Suatu Karya”.

c) Guru memberikan motivasi agar siswa dapat berpartisipasi dengan baik dalam kegiatan pembelajaran.

2) Kegiatan Inti

Tahap 2: Penyampaian

a) Guru memberikan masalah yang berkaitan dengan materi.

b) Siswa dengan bimbingan guru mencari informasi dan menggali pengetahuan tentang masalah yang disajikan oleh guru melalui tanya jawab.


(1)

pada siklus II menjadi 65,66 dengan peningkatan 6,05. Pada siklus III meningkat menjadi 70,66 dengan peningkatan 5. Persentase hasil belajar kognitif siswa pada siklus I adalah 57,89% (Sedang), meningkat pada siklus II menjadi 73,68% (Tinggi) dengan peningkatan 15,79%. Pada siklus III meningkat menjadi 84,21% (Sangat Tinggi) dengan peningkatan 10,53%.

b) Persentase hasil belajar afektif siswa siklus I adalah 47,37% dengan katagori “Cukup Baik”. Siklus II sebesar 73,68% dengan katagori “Baik”. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 26,31%. Persentase hasil belajar afektif siswa pada siklus III adalah 84,21% dengan katagori “Sangat Baik”. Peningkatan siklus II ke siklus III sebesar 10,53%.

c) Persentase hasil belajar psikomotor siklus I adalah 52,63% dengan katagori “Cukup Terampil”. Siklus II sebesar 57,89% dengan katagori “Cukup Terampil”. Peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 5,26%. Pada siklus III diperoleh persentase hasil belajar psikomotor siswa sebesar 78,95% dengan katagori “Terampil”. Peningkatan siklus II ke siklus III sebesar 21,06%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran sebagai berikut.


(2)

Diharapkan dapat selalu aktif dan menunjukkan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat menghasilkan pengetahuan yang bersifat komprehensif baik afektif, psikomotor, dan kognitif serta mempersiapkan materi yang akan dipelajari terlebih dahulu.

2. Bagi Guru

Diharapkan dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPA menggunakan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) untuk memahami materi yang disampaikan. Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) merupakan model pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dengan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar dalam pembelajaran. Diharapkan pada penerapan model ini lebih mengoptimalkan partisipasi aktif siswa dalam belajar baik secara individu maupun kelompok.

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memfasilitasi kebutuhan guru dalam pembelajaran agar proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan memberikan arahan bahwa banyak model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) adalah salah satu model pembelajaran inovatif dan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dilakukan melalui penerapan model Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI) pada mata pelajaran IPA. Diharapkan peneliti


(3)

berikutnya dapat mengembangkan dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran sejenis pada jenjang kelas atau materi yang berbeda.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Andayani. 2009. Pemantapan Kemampuan Profesional. Universitas Terbuka. Jakarta. Annurahman, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas SD. Depdiknas. Jakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan TK. Yrama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta. De Porter, Bobbi. 2011. Quantum Learning. Kaifa. Bandung.

Depdiknas. 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Jakarta:

Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Referensi. Jakarta.

Firman, Harry & Ari Widodo. 2008. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Upi. Press. Bandung.

Hanafiah, Nanang & Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Pustaka Pelajar. Jakarta.

Husamah & Yanur Setianingrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Pencapaian Kompetensi (Panduan Merancang Pembelajaran untuk Mendukung Implementasi Kurikulum 2013). Prestasi Pustaka Raya. Jakarta.


(5)

Komalasari, Kokom. 2011. Pembelajaran Kontekstual, Konsep dan Aplikasi. Reflika Aditama. Bandung.

_______.2013. Penilaian Autentik: Penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Meier, Dave. 2003. The Accelerated Learning Hand Book. Kaifa. Bandung.

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Nasution, S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Aswaja Pressindo. Yogyakarta. Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Dediknas.

Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sunarti & Selly Rahmawati. 2014. Penilaian dalam Kurikulum 2013. Ar-ruzz Media Yogyakarta.

Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Suharjo. 2006. Mengenal Pendidikan Dasar Teori dan Praktek. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Pembelajaran di SD. Kencana Prenada. Media Group. Jakarta.

Sutrisno, Leo, dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Depdiknas Dirjen Dikti: Jakarta.

Suyadi. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. DIVA Press. Yogyakarta.

Thobroni, M & Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Ar-ruzz Media. Yogyakarta.


(6)

Permendiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

. 2006. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Mendiknas. Jakarta.

BNSP. 2009. UU Sisdiknas (UU RI No. 20 Th. 2003). Sinar Grafika. Jakarta.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta. Widiarni, Wini. 2013. Model Pembelajaran SAVI. 1 Maret 2013.

http://sweetywhinie.blogspot.com/2013/03/model-savi.html (Diakses pada tanggal 28 November 2014 @ 20: 35)

Wardani, IGAK, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka: Jakarta. Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Referensi (GP

Press Group). Jakarta.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 2 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Ne

0 4 19

PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Negeri 1 Lebengjumuk Tahun 2015/ 2016.

0 2 4

METODE PENELITIAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Negeri 1 Lebengjumuk Tahun 2015/ 2016.

0 3 16

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penerapan Model Pembelajaran Savi (Somatis Auditori Visual Intelektual) Untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa Kelas Iii Sd Negeri 1 Lebengjumuk Tahun 2015/ 2016.

0 4 38

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 14

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, Penerapan Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VIIA Pada Materi Kepadatan Populasi Dan Pencemaran Lingkungan MTs Al-Falah Margo

0 1 11

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL) Peningkatan Hasil IPA Melalui Pendekatan Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) Pada Siswa Kelas V SD Muhammadiyah 2 Ka

0 1 16

PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA DALAM PEMBELAJARAN IPA.

0 0 4

PENERAPAN METODE SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Jubaedah SD Negeri Cibentar 1 Kec. Jatiwangi Kab. Majalengka ABSTRAK - PENERAPAN METODE SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

0 0 12