fisik dengan aktivitas intelektual, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, serta memaksimalkan ketajaman
konsentrasi siswa melalui pembelajaran secara Somatis Auditori Visual dan Intelektual SAVI. Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan
kelas ini adalah:
Gambar 2.1 Kerangka pikir
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka di atas, dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual SAVI dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat, maka aktivitas dan hasil belajar IPA
siswa kelas V SD N 2 Notoharjo dapat meningkat”.
Input
Model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual SAVI dengan langkah-langkah sebagai
berikut. 1. Persiapan.
2. Penyampaian. 3. Pelatihan.
4. Penampilan hasil.
Proses
1. Aktivitas belajar siswa secara klasikal meningkat hingga mencapai
≥75. 2. Hasil belajar siswa secara
klasikal ≥75 pada kelas yang diteliti dari 19 siswa yang mencapai
KKM 65. 1. Siswa masih pasif dalam pembelajaran.
2. Hasil belajar siswa rendah.
Output
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas Classroom Action Research. Suyadi 2013: 18 menyatakan Penelitian Tindakan Kelas
PTK adalah pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.
Menurut Arikunto S. 2011: 58 Penelitian Tindakan Kelas PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu
pembelajaran di kelas. Wardhani 2007: 1.4 menyatakan bahwa melalui penelitian tindakan kelas Classroom Action Research penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar
menjadi meningkat. Dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan meningkatkan
aktivitas siswa dan kinerja guru selama kegiatan pembelajaran. Arikunto S. 2011: 16 menjelaskan bahwa secara garis besar terdapat empat
tahapan yang dilalui, yaitu: 1 perencanaan, 2 pelaksanaan, 3 pengamatan, dan 4 refleksi. Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali pembelajaran, tetapi