Landasan Budaya yang Melandasi dan Mewarnai Pencak Silat Falsafah Pencak Silat

15 kamus bahasa Indonesia, pencak silat diartikan permainan keahlian dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang dan membela diri dengan atau tanpa senjata. Pencak silat juga merupakan seni beladiri, sehingga di dalamnya terdapat unsur keindahan dan tindakan. Pencak silat merupakan hasil budi dan akal manusia, lahir dari sebuah proses perenungan, pembelajaran dan pengamatan.

1. Landasan Budaya yang Melandasi dan Mewarnai Pencak Silat

Pencak silat merupakan salah satu hasil masyarakat Indonesia dan termasuk budaya masyarakat rumpun Melayu. Masyarakat rumpun Melayu pada dasarnya adalah masyarakat agraris dan masyarakat paguyuban, maka budaya yang melandasi ataupun yang dihasilkan adalah budaya paguyuban. Budaya paguyuban adalah budaya kegotongroyongan, kekeluargaan, kekerabatan, kebersamaan, kesetiakawanan, kerukunan, dan toleransi sosial. Budaya gotong royong tentunya dalam kebaikan dan perbaikan, setiap perguruan dalam pencak silat tidak ada ada yan g menyarankan gotong royong dalam keburukan. Sikap gotong royong adalah bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dan secara bersama- sama menikmati hasil pekerjaan tersebut secara adil. Atau suatu usaha atau pekerjaan yang dilakukan tanpa pamrih dan secara sukarela oleh semua warga menurut batas kemampuannya masing-masing. 17 yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok- kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Belajar pencak silat sesungguhnya adalah belajar tentang kehidupan. Belajar bertanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa.

2. Falsafah Pencak Silat

Falsafah pencak silat adalah falsafah budi pekerti luhur, yakni falsafah yang memandang budi pekerti luhur sebagai sumber dari keluhuran sikap, perilaku, dan perbuatan manusia yang diperlukan untuk mewujudkan cita-cita agama dan moral masyarakat. Falsafah berbudi pekerti luhur dapat pula dikatakan pengendalian diri, dengan budi pekerti luhur atau pengendalian diri yang tinggi manusia akan dapat memenuhi kewajiban luhurnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk pribadi, mahluk sosial dan mahluk alam semesta yakni Taqwa kepada Tuhannya, meningkatkan kualitas dirinya, menempatkan kepentingan masyarakat di atas kepentingan sendiri dan mencintai alam lingkungan hidupnya. Budi adalah aspek kejiwaan yang mempunyai unsur cipta, rasa, dan karsa. Pekerti artinya watak atau akhlak, sedang luhur artinya mulia atau terpuji. Dengan demikian, falsafah budi pekerti luhur mengajarkan manusia sebagai makhluk Tuhan, makhluk pribadi, makhluk sosial, dan makhluk alam semesta yang selalu mengamalkan pada bidang masing-masing sesuai dengan cipta, rasa, dan karsa yang mulia. 19 c. Tangguh, adalah keuletan, pantang menyerah, dan sanggup mengembangkan kemampuannya dalam menjawab tantangan dalam menang gulangi kesulitan demi menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan. d. Tanggon, adalah tahan uji dalam menghadapi godaan dan cobaan, disiplin, tanggung jawab serta mentaati norma-norma hukum, sosial, dan agama, serta konsisten dan konsekuen memegang prinsip e. Trengginas, adalah kelincahan, kegesitan, dan keterampilan yang dinamis, enerjik, korektif, efisien, dan efektif untuk mengejar kemajuan.

B. Kaidah Pencak Silat