StrukturOrganisasi Pemerintahan Desa KAJIAN PUSTAKA
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
oleh daerah dan pemerintah serta tugas pembantuan dari pemerintah propinsi,kabkota .
2. Syarat dan Kualifikasi pencalonan Kepala desa Setiap organisasi menetapkan berbagai persyaratan bagi calon
pemimpin organisasi. Hal ini dapat dimaklumi karena untuk memimpin suatu organisasi, diperlukan orang orang yang mempunyai berbagai
kelebihan fisik, intelektual maupun mental rohaniah agar dapat membawa setiap unsur organisasi ke pencapaian tujuan. Apalagi bagi organisasi
pemerintahan dimana keputusan seorang pemimpin mempunyai konsekuensi yang besar dan mengandung resiko yang berdampak luas
terutama jika pemimpin tersebut gagal dalam mengatur dan mengurus organisasi. Dengan demikian, sangat diperlukan pemimpin dan
kepemimpinan yang memiliki kualitas yang memadai. Sebagai pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal,
memelopori, mengarahkan pikiran dan pendapat anggota organisasi, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya,
menetapkan tujuan organisasi, memotivasi anggota organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi dan harus dapat mempengaruhi sekaligus
melakukan pengawasan atas pikiran, perasaan, dan tingkah laku anggota kelompok yang dipimpinnya.
Untuk mewujudkan dan melaksanakan perannya sebagai seorang pemimpin, dipersyaratkan
memiliki sikap dasar dan sifat-sifat kepemimpinan, teknik kepemimpinan dan gaya kepemimpinan sesuai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kondisi lingkungan organisasi, pengikut serta situasi dan kondisi yang melingkupi organisasi yang dipimpinnya serta ditopang oleh kekuasaan
power yang tepat. Sikap dasar yang dimaksud dalam melaksanakan perannya sebagai
pemimpin diantaranya: Pertama, seorang pemimpin harus memiliki sikap yang tidak bisa
ditawar tawar lagi yaitu, 1 Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; 2 setiandan taat kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945; 3 setia
dan taat kepada Negara dan Pemerintah. Sikap dasar ini cenderung pada kreteria moral dan mental ideologi yang menjadi landasan yang menjadi
landasan bagi setiap pemimpin pemerintahan dalam memimpin organisasi pemerintahan.
Kedua, seorang pemimpin harus mempunyai sifat sifat tertentu yang dijabarkan dalam persyaratan, yaitu, 1 rasa pengabdian terhadap
Nusa dan Bangsa; 2 berwibawa; 3 jujur; 4 adil. Ketiga, seorang pemimpin harus memiliki latar belakang
individual, yaitu faktor faktor yang dijabarkan dalam: 1 sehat jasmani; 2 umur sekurang-kurangnya 30 tahun; 3 berpendidikan; 4 mempunyai
pengalaman yang cukup di bidang pemerintahan; 5 tidak terlibat langsung maupun tidak langsung dalam setiap kegiatan yang
mengkhianati Negara Keasatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 seperti Gerakan G30.S PKI danatau organisasi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
terlarang lainnya; 6 tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan Pengadilan yang mempunyai kekuatan pasti.
Keempat, seorang pemimpin memiliki kualitas yang dijabarkan dalam persyaratan: 1 mempunyai kepribadian dan kepemimpinan; 2
cerdas, berkemampuan, dan terampil.
41
Dalam hal pemilihan Kepala desa pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 Pasal 41 ayat 1 berbunyi bahwa : Pemilihan
Kepala desa dilaksanakan melalui tahapan: a persiapan, b pencalonan, c pemungutan suara, dan d penetapan. Dalam Peratuan Peemerintah
tersebut prosedur dan tahapan tersebut harus dilaksnakam. Adapun persyaratan seorang calon kepala desa Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 33 secara jelas telah dijabarkan yang berbunyi:
“Calon Kepala desa wajib memenuhi persyaratan: a. Warga negara Republik Indonesia;
b. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; c. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan
Undang-undnag Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan Bhineka Tunggal Ika; d. Berpendidikan paling rendah tamat sekolah menengah pertama
atau sederajat;
41
Jusuf kalah, Kepemimpinan Kepala Daerah, Pola Kegiatan, kekuasaan, dan Perilaku Kepala Daerah Dalam Pelaksanaa Otonomi Daerah Jakarta: Sinar Grafika, 2009, 43-44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
e. Berusia paling rendah 25 dua puluh lima tahun pada saat mendaftar;
f. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala desa;
g. Terdaftar sebagai penduduk dan bertempa tinggal di Desa setempat paling kurang 1 satu tahun sebelum pendaftaran;
h. Tidak sedang menjalani hukuman pidana penjara; i.
Tidak pernah dijatuhi pidanan penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 lima tahun atau lebih, kecuali 5
lima tahun setelah selesai menjalani pidana penjara dan mengumumkan cesara jujur dan ternuka kepada publik bahwa
yang bersangkutan pernah dipidana serta bukan sebagai pelaku kejahatan berulang-ulang;
j. Tidak sedang dicabut hak pilihnya sesuai dengan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; k. Berbadan sehat;
l. Tidak pernah sebagai Kepala desa selama 3 tiga kali masa
jabatan; m. Syarat lain yang diatur dalam Peraturan Daerah.
42
Hal yang menarik juga untuk kita kaji motivasi dan potensi apa yang mendorong seorang calon Kepala desa sehingga ia menerjunkan diri menjadi
42
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kontestan dan berkompitisi pemilihan kepala desa. Padahal untuk keperluan itu Calon Kepala desa dituntut berkorban waktu, tenaga, dan terutama curahan dana
yang relatif besar, khususnya ketika calon Kepala desa harus terjun berkampanye untuk menggalang sebanyak mungkin dukungan massa pemilih.
Sebaliknya, juga menarik untuk ditelaah apa sebenarnya yang mendorong kelompok-kelompok warga desa sehingga mereka tertarik dan seringkali dengan
semangat menggebu ikut terlibat ‘menyemarakkan’ pesta demokrasi desa tersebut, khususnya dalam meperjuangkan pencalonan seorang figur. Kedua hal tersebut
sebagaimana kenyataannya bersifat tarik menarik, dan pada gilirannya melalui proses ini warga akan mengenal lebih jauh perihal ‘otentisitas moral’ pribadi
calon Kepala desa yang bersangkutan. Dimaksudkan dengan hal terakhir ini adalah, sejauhmana praktek-praktek kehidupan sehari hari seorang calon Kepala
desa dinilai warga mencerminkan norma moral sosial yang ada.
43
Untuk menggaris bawahi pentingnya dalam proses rekrutmen kepemimpinan desa atau peristiwa Pilkades, mengutip pendapat Kartodirdjo yang
mengatakan bahwa: Dalam hampir setiap perbincangan tentang perkembangan masyarakat atau
komunitas isue kepemimpinan senantiasa diketengahkan, tidak lain karena perannya sebagai faktor penting dalam proses mendinamisasi komunitas
amat menonjol. Bahwasannya tradisi ini masih berlaku terbukti dari jalannya pemilu pemilu sejak tahun 1955, lebih lebih berlangsungnya
proyek proyek pembangunan di pedesaan yang seperti diketahui umum kebanyakan bertumpu pada kepala desa berserta otoritasnya.
43
Endriatmo, Elite Versus Rakyat, Dialog Kritis Dalam Keputusan Politik di Desa Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama, 2006, 102.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dalam konteks yang lebih spesifik kajian terhadap peristiwa Pilkades selama ini memiliki arti penting lain yaitu mengungkap sampai mana figur figur
calon Kepala desa memiliki otentisitas moral, khususnya dalam pandangan warga desa yang bersangkutan. Artinya, apakah seorang kandidat sungguh-sungguh
mencerminkan pribadi yang ‘sesuai’ dengan ciri ciri kepemimpinan ideal seperti yang dikehendaki warga dari ajaran tradisi atau adat istiadat mereka. Gagasan
tersebut secara umum mengidealisasikan kepemimpinan sebagai kemampuan memberikan pengayoman pada kehidupan warga dan ikut memelihara dan
menguatkan ikatan guyub tali solidaritas antar warga dan mempertahankan kelangsungan hidup berkelompok warga yang menjadi pengikutnya.
Maksud kajian tersebut sejajar dengan kenyataan bahwasannya kedudukan Kepala desa secara tradisional sesungguhnya berakar pada ikatan-ikatan
pengelompokkan sosial. Implikasinya pilihan warga atas seseorang untuk mencalonkan menjadi Kepala desa senantiasa perlu kita lihat dan rasakan sebagai
perwujudan upaya warga memilih penyalur dan pembela aspirasi mereka. Dalam hubungan inilah menjadi penting bagi kita untuk juga menelaah gambaran
mengenai bagaimana wujud sesungguhnya ikatan-ikatan komunal dan ikatan ikatan adat yang hidup di komunitas setempat.
44
3. Tugas dan Tanggung Jawab Pemimpin Dalam Islam Secara universal, manusia adalah makhluk Allah yang memiliki potensi
kemakhlukan yang paling bagus, mulia, pandai, dan cerdas. Mereka mendapatkan
44
Ibid., 100.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
kepercayaan untuk menjalankan dan mengembankan titah-titah amanat-Nya serta memperoleh kasih sayang-Nya yang sempurna.
45
Sebagai wujud kesempurnaannya, manusia diciptakan oleh Allah setidaknya memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai
seorang hamba abdullah.
46
yang berkewajiban untuk memperbanyak ibadah kepada-Nya sebagai bentuk tanggung jawab ubudiyyah terhadap Tuhan yang
telah menciptakannya.
47
Kedua, sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah dalam mengurus seluruh alam.
48
Pemimpin dalam segala aspek, mulai dari yang paling bawah sampai yang paling tinggi, di dalam hadis di atas dikenal dengan istilah
atau penggembala. Karena memang tugas dasar atau tanggung jawab seorang
pemimpin tidak jauh berbeda dengan tugas penggembala, yaitu memelihara, mengawasi, dan melindungi gembalaannya.
Oleh karena itu, seorang pemimpin harus betul-betul memperhatikan dan berbuat sesuatu sesuai dengan aspirasi rakyatnya. Sebagaimana diperintahkan oleh
Allah swt.
45
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership Yogyakarta: DIVA Press, 2008, 21.
46
QS. Al-Zariyat [51] : 56.
47
Ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhannya, bukanlah semata- mata sebagai wujud penghambaan diri kepada-Nya, tetapi juga sebagai bentuk
terima kasih dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Tuhan berikan kepadanya.
48
QS. Al-Baqarah [2] : 30.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
49
Sebagaimana dalam Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abdullah ibn Umar:
…… Abdullah bin Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw telah bersabda, “Ketahuilah: kalian semua adalah pemimpin pemelihara dan bertanggung jawab
terhadap rakyatnya. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya tentang rakyat yang dipimmpinnya”.
Tugas dan fungsi pemimpin tidaklah mudah bahkan hal tersebut adalah sesuatu yang sangat berat. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab
kepemimpinannya, seorang pemimpin harus dapat memahami, menghayati, dan
49
QS. Al-Nah [16] : 90.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
menyelami kondisi jiwa gembalaannya yang berbeda-beda. Rakyatgembalaan memiliki kapasitas dan kapabilitas tersendiri, sehingga pemimpin harus terus
menggali dan mengembangkan kualitas pemahaman terhadap rakyatnya yang beragam tersebut dengan perspektif psikologi Islam atau psikologi kenabian.
50