STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL ADOPSI P

(1)

TEORI AKUNTANSI DAN KEUANGAN

“STANDAR AKUNTANS

I INTERNASIONAL;

ADOPSI PENUH DAN HARMONISASI

Mutiara Madelia

P2C315018

DOSEN PENGAMPU

Dr. Sri Rahayu, SE., Ak., MA

MAGISTER ILMU AKUNTANSI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS JAMBI


(2)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya perusahaan yang melakukan operasi bisnis di luar batas negaranya, menunjukkan arah perkembangan operasi bisnis yang bersifat global. Globalisasi juga nampak dengan semakin banyaknya kerjasama komunitas internasional yang dilakukan oleh beberapa negara termasuk Indonesia. Kerjasama tersebut diantaranya North American Free Trade Agreement (NAFTA), ASEAN Federation of Accountants (AFA), Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), World Trade Organization (WTO), dan

International Organization of Securities Commissions (IOSOC) (Sadjiarto,1999). Globalisasi membawa implikasi bahwa hal-hal yang dahulunya merupakan kewenagan dan tanggungjawab tiap negara, akan dipengaruhi oleh dunia internasional. Demikian pula dengan pelaporan keuangan dan standar akuntansi suatu negara (Sadjiarto, 1999). Standar akuntansi memberikan gambaran yang jelas dan konsisten kepada pemegang saham, membuat laporan perusahaan lebih dapat dimengerti dan dapat diperbandingkan.

Standar akuntansi yang dapat diperbandingkan sangat diperlukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional, juga oleh para pengguna laporan keuangan yang ingin mengevaluasi kinerja perusahaan skala global dan untuk membantu pengambilan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan sekuritas. Operasi bisnis dan pasar modal yang berkembang mengarah ke internasional, tidak didukung oleh akuntansi dan pelaporannya, karena akuntansi dan pelaporannya masih berorientasi lokal (Immanuella, 2004).

Adanya operasi bisnis dan pasar modal yang bersifat global tersebut tentu menuntut adanya standar yang bersifat global atau bersifat internasional, karena aturan-aturan akuntansi yang bersifat lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan bisnis dan keuangan internasional. Oleh karena itu, beberapa kelompok profesi berusaha membuat standar akuntansi internasional (Immanuela, 2004).

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting


(3)

2

Standars/IAS) disusun oleh empat organisasi utama di dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC) (Scott, 2009).

Badan Standar Akuntansi Indonesia (IASB), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan. Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan Internatiional Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Commitee (IASC) (Scott, 2009). Pada bulan April 2001 IASB mengadopsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.

Perkembangan di area standard setting mengarah kepada penerapan satu perangkat standar akuntansi yang berlaku secara internasional, yaitu IFRS. Isu mengenai adopsi IFRS, diawali sejak keluarnya Statement of Membership Obligation (SMO) di tahun 2004 dari IFAC (International Federation of Accountant) sebagai organisasi federasi akuntan internasional, bahwa setiap asosiasi profesi masing-masing negara anggotanya wajib melakukan upaya terbaiknya dalam mewujudkan konvergensi IFRS. Setelah itu European Union

(EU) mewajibkan negara anggotanya mengadopsi IFRS secara penuh di tahun 2005, yang kemudian diikuti oleh adopsi IFRS secara penuh di tahun 2005, yang kemudian diikuti oleh adpsi IFRS di beberapa negara, seperti Amerika Serikat

untuk MNC’s yang listed di SEC, Australia, Kanada dan negara-negara maju lainnya.

Sejak tahun 2008, proses konvergensi PSAK ke IFRS telah dilakukan di Indonesia melalui tahapan awal yang berkahir per 1 Januari 2012, dengan hasil yang telah dikonvergensikannya seluruh standar IFRS ke PSAK kecuali IFRS 1

First Time Adoption of International Financial Reporting Standards, IAS 41

Agriculture dan IFRIC 15 Agreements for the Construction of Real Estate. Demikian pula per 1 Desember 2012, DSAK IAI telah menerbitkan 40 standar (PSAK), 20 interpretasi (ISAK) dan 11 Pencabutan PSAK (PPSAK).

Beberapa isu yang sedang didiskusikan terkait konvergensi adalah yang menyangkut Akuntansi Tanah dan Akuntansi untuk Menara Telekomunikasi. Kedua isu tersebut telah dibawa ke pembahasan di tingkat IFRIC dan IASB.


(4)

3 IFRIC telah memutuskan bahwa akuntansi tanah tidak akan dimasukkan ke dalam agenda pembahasan, karena permasalahan ini dianggap isu yang yurisdiksional, dan berbasis pada fakta tertentu bahwa hak atas tanah memiliki karakteristik dari sewa (IAS 17). Untuk isu mengenai menara telekomunikasi, IFRIC sedang mencari jalan untuk melakukan amandemen atas ruang lingkup IAS 40 Investment Properties, untuk memasukkan property di luar tanah dan bangunan sebagai property investasi. Dengan dilakukannya amandemen tersebut, aset seperti menara telekomunikasi dan aset lain yang memiliki karakteritik yang mirip dengannya dapat dicakup dalam standar tersebut.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan pembaca tentang bagaimana standar akuntansi keuangan internasional, proses penentuan standar, adopsi penuh versus harmonisasi, standar akuntansi di negara maju, dan standar akuntansi di Indonesia


(5)

4

BABII PEMBAHASAN

2.1 Standar Akuntansi Keuangan Internasional

Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia. Organisasi tersebut yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan (Choi, 1999).

Komisi Masyarakat Eropa (EC) menekankan negara-negara anggota untuk menggunakan standar akuntansi internasional guna memasuki pasar modal pada banyak negara, sehingga mengurangi masalah operasional perusahaan multinasional dalam skala internasional. Penerapan standar akuntansi internasional di Eropa lebih bermotif untuk mempermudah jalan masuk ke pasar modal di banyak negara, khususnya Amerika Serikat dan negara-negara lokasi anak perusahaan. Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC) bertujuan untuk mengembangkan konsensus internasional, pertukaran informasi penyusunan standar baku untuk melindungi investor, dan pengawasan yang memadai dalam pasar modal. Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC) bertujuan untuk pengembangan profesi dan harmonisasi standar akuntan di seluruh dunia guna memberikan jasa yang konsisten dan memiliki kualitas yang tinggi guna kepentingan masyarakat (Choi, 1999). Standar Akuntansi Internasional oleh beberapa organisasi tersebut diharapkan dapat mengatur praktik-praktik akuntansi secara internasional.

Pada tahun 1971, standar akuntansi internasional menghadapi kritikan dari berbagai negara di dunia. Kritikan yang dilontarkan yaitu: 1) berkaitan dengan fleksibilitas standar akuntansi internasional, 2) dianggap sebagai takti dari Kantor Akuntan Publik (KAP) besar untuk melakukan ekspansi pasar, 3) memungkinkan terjadinya kelebihan standar akuntansi (Choi, 1999). Standar akuntansi internasional tidak fleksibel, karena memaksimalkan standarisasi dari


(6)

5 standar akuntansi internasional di berbagai negara untuk memperoleh keseragaman standar akuntansi, sehingga menghapus perbedaan-perbedaan standar akuntansi di berbagai negara. Pada kenyataanya tiap negara memiliki standar akuntansi yang berbeda satu sama lainnya, karena perbedaan latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis, serta adanya perbedaan kebutuhan dari pemakai laporan keuangan.

Kebutuhan dari pemakai laporan keuangan berbeda-beda sebagai contoh, kebutuhan dari negara-negara common law yaitu Amerika Serikat dan negara-negara persemakmuran Inggris yang berbeda dengan kebutuhan dari negara-negara code law seperti Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda (Choi, et al., 1999), dan Akuntansi Perkoperasian di Indonesia yang belum tentu dibutuhkan di Amerika Serikat (Sadjiarto, 1999).

Meskipun banyak kritik terhadap standar akuntansi internasional, banyak pula dukungan terhadap standar akuntansi internasional. Hal ini karena beberapa organisasi peminjam internasional mendorong digunakannya standar akuntansi yang diterima secara internasional dan badan-badan pengawas pasar modal internasional semakin menuntut penggunan standar akuntansi internasional. Seperti halnya tekanan dunia internasional untuk mengadopsi standar akuntansi internasional, sebagai contoh tuntutan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang mengharuskan standar akuntansi keuangan yang sejalan dengan standar akuntansi internasional (Asian Development Bank Report, 2003).

Menurut Twedie, standar akuntansi dihasilkan dari lima interaksi, yaitu: 1. Peristiwa ekonomi

2. Kepentingan pribadi 3. Penyebaran ide-ide 4. Perjalanan sejarah 5. Pengaruh internasional

Sedangkan menurut Nobes dan Parker (2010) mengatakan faktor budaya, sosial dan politik merupakan faktor dominan yang memperngaruhi regulasi akuntansi di berbagai negara. Dengan demikian jelas bahwa penentuan standar akuntansi tidak hanya menyangkut masalah teknis.

Standar akuntansi dapat dikatakan sebagai pedoman umum penyusunan laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi


(7)

6 tertentu yang dikeluarkan oleh badan berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu. Standar akuntansi biasanya terdiri dari:

1. Deskripsi tentang masalah yang dihadapi 2. Diskusi logis atau cara memecahkan masalah 3. Terkait dengan keputusan/teori diajukan suatu solusi

Kriteria pengaturan standar menurut Scott (2003) adalah sebagai berikut: 1. Keputusan penggunaan

Kriteria keputusan kegunaan mendasari informasi dan perspektif pengukuran pada pelaporan keuangan, dan penelitian pasar modal empiris. Ingat bahwa lebih informatif, yaitu, kurang bising adalah sistem informasi yang kuat akan reaksi investor terhadap informasi yang dihasilkan oleh sistem lain yang sama. Dengan demikian bukti empiris bahwa respon harga sekuritas untuk informasi akuntansi menunjukkan bahwa investor menemukan bahwa harga sekuritas menanggapi informasi akuntansi menunjukkan bahwa investor mencari informasi yang berguna.

2. Penurunan asimetri informasi

Kekuatan pasar beroperasi untuk memotivasi manajemen dan investor untuk menghasilkan informasi. Setter standar harus menyadari kekuatan ini dan mengambil keuntungan dari mereka, sejauh mungkin, untuk mengurangi kebutuhan untuk standar. Sayangnya kekuatan pasar saja tidak dapat memastikan bahwa jumlah yang tepat dari informasi yang dihasilkan

Akibatnya seperti yang disarankan oleh Lev (1988), pembuat standar harus menggunakan pengurangan asimetri informasi di ibukota dan manajerial pasar sebagai kriteria untuk standar baru. Melampaui kegunaan keputusan yang standar baru seperti memiliki, pengurangan asimetri informasi, meningkatkan operasi pasar, karena investor akan mempersepsikan investasi sebagai lebih dari tingkat “lapangan bermain”.

3. Konsekuensi Ekonomi dan Standar Baru

Pertimbangan ini menunjukkan bahwa pembuat standar harus menimbang konsekuensi ekonomi yang mungkin dari standar baru sebagai sumber penting dari biaya yang akan mempengaruhi kebutuhan standar dan kesediaan konstituen untuk menerimanya. Tentu saja, mungkin bahwa konsekuensi ekonomi dari standar baru akan dilebih-lebihkan selama debat yang mengarah ke standar. Misalnya, bank akan benar-benar menghentikan pinjaman jangka panjang jika investasi jangka panjang mereka harus pasar ke-


(8)

7 sepenuhnya ketergangguannya? Mungkin tidak, tapi biaya untuk pinjaman bank jangka panjang akan meningkat dan, sebagai hasilnya, biaya untuk peminjam kemungkinan akan meningkat.

4. Aspek politik pengaturan standar

Scott (2003) menyimpulkan bahwa proses penetapan standar tampaknya paling konsisten dengan teori kelompok kepentingan regulasi. Tentu saja, teknis, dan bahkan teoritis, kebenaran tidak cukup untuk memastikan keberhasilan standar. Seperti kegagalan untuk merekam hamparan untuk Esos melebih-lebihkan laba bersih dan mengurangi komparabilitas laba yang dilaporkan di seluruh perusahaan. Namun FASB paparan rancangan mengusulkan nilai wajar akuntansi untuk Esos bertemu dengan perlawanan seperti itu harus ditarik. Sementara perhatian terhadap proses karena mungkin memakan waktu, seperti perhatian tampaknya penting jika retraksi mahal dan memalukan harus diminimalkan. Terlalu banyak dari ini akan mengancam keberadaan badan penguatur standar itu sendiri.

Penentuan standar merupakan pilihan sosial sehingga suatu standar mungkin bermanfaat bagi pihak tertentu dan merugikan pihak lain. Kebanyakan isu-isu yang berkaitan dengan akuntansi secara politik bersifat sensitif yang disebabkan:

1. Kebutuhan terhadap standar akuntansi muncul bila terdapat pertentangan 2. Informasi akuntansi dapat mempengaruhi tingkat kemakmuran

penggunaannya

Dalam mementukan standar ada dua pendekatan (Talaga, 1986) yaitu:

1. Representative Faithfulness, pendekatan ini menghendaki pelaporan yang bersifat netral dan menyajikan wajar laporan keuangan melalui proses penentuan dimana peta harus dibuat akurat dengan menggambarkan keadaan keuangan perusahaan secara wajar.

2. Economic Consequences, pendekatan ini menghendaki adopsi standar yang memiliki konsekuensi ekonomi menguntungkan. Pendekatan ini cenderung mengarah penentuan standar yang memiliki pengaruh positif.

2.2 Proses Penentuan Standar Akuntansi Keuangan

Proses penentuan standar dilakukan melalui proses terbuka (due-procees), FASB sebagai contoh dalam proses ini mengikuti prosedur sebagai berikut:


(9)

8

 Identifikasi masalah dari masalah yang muncul dicatat dalam agendanya

 Penunjukkan grup yang aggotanya terdiri dari masyarakat akuntansi dan bisnis

Discussion Memrorandum (DM) disebarkan ke publik untuk dievaluasi selama satu periode paling lambat 60 hari

 Pendapat dilakukan untuk membahas keunggulan dan kelemahan sebagai alternatif yang dilakukan FASB

 Atas berbagai komentar yang diterima, FASB mengeluarkan “exposure

draft” (ED) mengenai standar akuntansi yang diajukan. ED menentukan

posisi yang pasti dari FASB tentang masalah yang dibahas

 ED disebarkan ke masyarakat untuk dievaluasi paling lambat 30 hari Atas dasar berbagai komentar yang diterima, maka FASB mengambil langkah sebagai berikut:

 Mengadopsi standar tersebut sebagai pernyataan resmi

 Mengajukan revisi terhadap standar yang diusulkan melalui prosedur “due process

 Menunda pengeluaran standar dan menyimpan masalah dalam agenda

 Tidak mengeluarkan standar dan menghapus isu dari agenda

 Pendekatan penentuan standar

Dua pendekatan yang dapat digunakan dalam penentuan standar akuntansi adalah:

1. Pendekatan Pasar Bebas

Pendekatan ini dilandasi asumsi bahwa informasi akuntansi merupakan komoditi ekonomi serupa dengan barang atau jasa yang lain. Sehingga informasi akuntansi akan dipengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran. Pasar dipandang sebagai mekanisme yang ideal untuk menentukan jenis informasi yang ahrus diungkapkan dan kelompok penerima informasi. Dengan demikian standar akuntansi menentukan informasi yang dihasilkan dan siapa akan menerima informasi.

2. Pendekatan Regulasi

Pendekatan ini bahwa kegagalan pasar atau informasi yang asimetris dalam kaitannya dengan kuantitas dan kualitas


(10)

9

2.3 Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi 2.3.1 Adopsi Penuh Standar Akuntansi Internasional

Adopsi penuh standar akuntansi internasional adalah mengadopsi standar akuntansi internasional secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan untuk diterapkan di suatu negara. Adopsi dan implementasi standar akuntansi internasional (IAS) yang sekarang menjadi International Financial Reporting Standard (IFRS) bukanlah suatu yang mudah, beberapa permasalahan akan dihadapi oleh tiap negara.

Permasalahan yang dihadapi di antaranya adalah (Media Akuntansi, 2005):

1) masalah penerjemahan standar itu sendiri, IFRS yang diterbitkan dalam bahasa Inggris perlu diterjemahkan, sedangkan penerjemahan itu sendiri akan mengalami kesulitan di antaranya adanya ketidakkonsistenan dalam penggunaan kalimat bahasa Inggris, penggunaan istilah yang sama untuk menerangkan konsep yang berbeda, dan penggunaan istilah yang tidak terdapat padanannya dalam penerjemahan,

2) ketidaksesuaian antara IFRS dengan hukum nasional, karena pada beberapa negara standar akuntansi termasuk sebagai bagian dalam hukum nasional, sehingga standar akuntansinya ditulis dalam bahasa hukum, dan di sisi lain IFRS tidak ditulis dalam bahasa hukum, sehingga harus diubah oleh Dewan Standar Akuntansi masing-masing negara,

3) struktur dan kompleksitas standar internasional, dengan adanya IFRS menimbulkan kekhawatiran bahwa standar akan semakin tebal dan kompleks. Banyaknya permasalahan yang dihadapi dalam mengadopsi IFRS bukan berarti mengadopsi IFRS tidak memiliki manfaat bagi negara yang mengadopsinya.

Manfaat dari adopsi penuh antara lain (Media Akuntansi, 2005):

1) penghematan waktu dan uang, dengan adanya IFRS perusahaan dapat melakukan konsolidasi informasi keuangan dari negara yang berbeda, tanpa memerlukan dua pegawai yaitu yang mengerti standar akuntansi Indonesia dan standar akuntansi negara lain,

2) dapat melindungi kepentingan masyarakat, karena dengan standar yang berbeda maka masyarakat yang mengharapkan keuntungan bisa jadi mengalami kerugian akibat perbedaan perlakuan akuntansi,

3) ekspansi ekonomi berlangsung dengan cepat, dengan standar yang sama maka laporan keuangan di semua negara akan sama, sehingga tidak perlu


(11)

10 penyesuaian lagi dan proses analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cepat dan pengambilan keputusan juga lebih cepat, yang pada akhirnya proses ekspansi pun menjadi cepat.

2.3.2 Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional

Berbeda dengan adopsi penuh, harmonisasi standar akuntansi internasional memiliki sifat lebih fleksibel dan terbuka. Harmonisasi standar akuntansi internasional pertama kali dikenalkan oleh European Commision (EC). Pada tahun 1995 EC mengadopsi pendekatan baru bagi harmonisasi akuntansi yang memperbolehkan penggunaan standar akuntansi internasional untuk perusahaan yang terdaftar di pasar modal internasional (Immanuela, 2004).

Lembaga-lembaga yang aktif dalam usaha harmonisasi standar akuntnasi internasional antara lain adalah IASC (International Accountig Standard Commitee) dan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi tersebut adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta International Organization of Securities Commissions

(IOSCO) (Sadjiarto, 1999).

Harmonisasi standar akuntansi internasional berarti proses meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi melalui penyusunan batasan berbagai macam perbedaan (Choi, 1999). Harmonisasi berarti dapat juga berarti sebagai sekelompok negara yang menyepkati suatu standar akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak mengikuti standar harus diungkapkan dan direkonsiliasi dengan standar yang disepakati bersama (Sadjiarto, 1999).

Dengan demikian harmonisasi dapat mengakomodasi perbedaan nasional dan meningkatkan komparabilitas informasi keuangan dari berbagai negara. Harmonisasi membuat standar akuntansi keuangan sejalan dengan standar akuntansi internasional.

2.4 Sistem Akuntansi di Beberapa Negara Maju

1. Jepang

Akuntansi dan pelaporan keuangan di Jepang mencerminkan gabungan berbagai pengaruh domestik dan internasional, untuk memahami akuntansi Jepang, seseorang harus memahami budaya, prkatik usaha dan sejarah Jepang.


(12)

11 Perusahaan-perusahaan Jepang saling memiliki akuitas saham satu sama lain, dan sering kali bersama-sama memiliki perusahaan lain. Investasi yang saling bertautan ini menghasilkan konglomerasi industri yang meraksasa yang disebut sebagai keiretsu.

Modal usaha keiretsu, ini sedang dalam perubahan seiring dengan reformasi struktural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi stagnasi ekonomi yang berawal pada tahun 1990-an. Krisis keuangan yang mengikuti pecahnya ekonomi gelembung Jepang juga mendorong dilakukannya evaluasi menyeluruh atas standar pelaporan keuang Jepang.

a. Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi

Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi didasarkan pada tiga undang-undang pasar modal dan Undang-Undang pajak penghasilan perusahaan. Hukum komersial diatur oleh Kementerian Kehakiman (MOJ), hukum tersebut merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan paling memiliki pengaruh besar.

Perusahaan milik publik harus memenuhi ketentuan lebih lanjut dalam undang-undang pasar modal yang diatur oleh kementerian keuangan dibuat berdasarkan undang-undang pasar modal AS dan diberlakukan terhadap Jepang oleh Amerika Serikat selama masa pendudukan AS setelah perang dunia II. Tujuan utma SEL adalah untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan.

b. Pelaporan Keuangan

Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan untuk menyusun laporan wajib yang harus mendapat persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham, yang berisi hal-hal sebagai berikut:

a. Neraca

b. Laporan laba rugi c. Laporan usaha

d. Proposal atas penentuan penggunaan (apropriasi) laba ditahan e. Skedul pendukung

Perusahaan yang mencatatkan sahamnya juga harus menyusun laporan keuangan sesuai dengan undang-undang pasar modal yang secara umum mewajibkan laporan keuangan dasar yang sama dengan Hukum Komersial ditambah dengan laporan arus kas.


(13)

12 c. Pengukuran Akuntansi

Hukum komersial mewajibkan perusahaan besar untuk menyusun laporan konsolidasi, perusahaan yang mencatat saham harus menyusun laporang konsolidasi sesuai dengan SEL. Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan konsolidasi dan umumnya prinsip akuntansi yang sama digunakan untuk keduanya. Anak perusahaan dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara langsung dan tidak langsung mengendalikan kebijakan keuangan dan operasionalnya.

Meskipun metode penyatuan kepemilikan diperbolehkan, metode pembelian untuk penggabungan usaha umumnya digunakan. Goodwill diukur menurut dasar nilai wajar aktiva bersih yang diakuisisi dan diamortisasi selama maksimum 20 tahun, metode ekuitas digunakan untuk mencatan usaha patungan.

2. Amerika Serikat

Akuntansi di Amerika Serikat diatur oleh Badan Sektor Swasta (Badan Standar Akuntansi Keuangan /FASB), hingga tahun 2002 institut Amerika untuk Akuntan Publik Bersertifikat.

a. Regulasi dan Penegakan aturan Akuntansi

Prinsip-prinsip akuntansi yang dietrima secara umum (GAAP) terdiri dari seluruh standar, aturan dan regulasi keuangan yang harus diperhatikan ketika menyusun laporan keuangan, laporan keuangan seharusnya menyajikan secara wajar posisi keuangan suatu perusahaan dan hasil operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara umum.

b. Pelaporan Keuangan

Laporan tahunan yang semestinya dibuat sebuah perusahaan AS yang besar meliputi:

a. Laporan manajemen

b. Laporan auditor independen

c. Laporan keuangan utama (laporan laba rugi, arus kas, laba komprehensif, ekuitas pemegang saham)

d. Diskusi manajemen dan analisis atas hasil operasi dan kondisi keuangan e. Pengungkapan atas kebijakan akuntansi dengan pengaruh paling penting


(14)

13 f. Catatan atas laporan keuangan; perbandingan data keuangan tertentu

selama lima atau sepuluh tahun g. Data kuartal terpilih

Laporan keuangan konsolidasi bersifat wajib dan laporan keuangan AS yang diterbitkan biasanya tidak memuat hanya laporan induk perusahaan saja. Aturan konsolidasi mengharuskan seluruh anak perusahaan yang dikendalikan (yaitu, dengan kepemilikan yang melebihi 50 persen dari saham dengan hak suara) harus dikonsolidasikan secara penuh, walaupun operasi anak perusahaan tersebut tidak homogen. Laporan keuangan interim (kuartalan) diwajibkan untuk perusahaan yang sahamnya tercatat pada bursa efek utama. Laporan ini biasanya hanya berisi laporan keuangan ringkas yang tidak diaudit dan komentar manajemen secara singkat.

c. Peraturan Akuntansi

Aturan pengukuran akuntansi di Amerika Serikat mengasumsikan bahwa suatu entitas usaha akan terus melangsungkan usahanya. Pengukuran dengan dasar akrual sangat luas dan pengakuan transaksi dan peristiwa sangat tergantung pada konsep penanding.

2.5. Perbedaan dan Persamaan Akuntansi di Negara Maju

Aturan dan sistem akuntansi di negara-negara maju memiliki perbedaan dan juga persamaan sistem, dimana dalam setiap standar yang digunakan oleh negara tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam penerapan sistem akuntansi di negaranya. Standar dan aturan sekuntansi yang ditetapkan di negara tertentu tentunya tidak sepenuhnya sama dengan negara lain.Peran profesi akuntan dalam menentukan standar dan aturan akuntansi lebih banyak ditemukan di negara-negara yang telah memasukkan aturan-aturan profesional dalam aturan-aturan perusahaan, seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Nobes dan Parker (2010) menjelaskan adanya tujuh faktor yang menyebabkan perbedaan penting yang berskala internasional dalam perkembangan sistem dan praktik akuntansi. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

a. Sitem Hukum

Peraturan perusahaan, termasuk dalam hal ini adalah sistem dan prosedur akuntansi, banyak dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku di


(15)

14 suatu negara. Beberapa negara seperti Perancis, Italia, Jerman, Spanyol, Belanda menganut sistem hukum yang digolongkan dalam codifed Roman law. Dalam codifed law, aturan-aturan dikaitkan dengan ide dasar moral dan keadilan, yang cederung menjaadi suatu doktrin. Sementara itu negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat, dan negara-negara persemakmuran Inggris menganut sistem common law. Dalam common law, dicoba adanya suatu jawaban untuk kasus-kasus yang spesifik dan tidak membuat suatu formulasi umum.

b. Pemilik Dana

Berdasarkan sumber pendanaan, perusahaan dapat dikelompokkan menjadi dua. Kelompok yang pertama adalah perusahaan yang mendapatkan sebagian besar dananya dari para pemegang saham di pasar modal (shareholder). Kelompok kedua adalah perusahaan yang mendapatkan sebgian besar dananya dari Bank, negara atau dana keluarga. Umumnya di negara-negara dengan sebagian besar perusahaan yang dimiliki oleh shareholders namun para shareholders ini tidak mempunyai akses atas informasi intternal, lebih banyak tuntutan atas informasi internal, lebih banyak tuntutan atas adanya pengungkapan (disclosure), pemeriksaan (audit) dan informasi yang tidak bias (fair information).

c. Pengaruh Sistem Perpajakan

Sejauh mana sistem perpajakan dapat mempengaruhi sistem akuntansi adalah dengan meilhat sejauh mana peraturan perpajakan menentukan pengukuran akuntansi (accounting measurement). Di Jerman, pembukuan menurut pajak harus sama dengan pembukuan komersial. Sedangkan di banyak negara lain seperti Inggris, Amerika Serika dan juga termasuk Indonesia, terdapat aturan-aturan yang berbeda antara perpajakan dan komersial perusahaan. Contoh yang paling jelas mengenai hal ini adalah depresiasi.

d. Kemantapan Profesi Akuntan

Badan-badan yang dibentuk sebagai wadah profesi ternyata berbeda-beda di setipa negara, dan hasil yang berupa aturan-aturan atau standar dipengaruhi oleh bentuk, wewenang dan anggota dari badan tersebut. Di beberapa negara ditemui adanya pemisahan profesi akuntan, sebagai ahli perpajakan atau hanya sebagai akuntan perusahaan. Anggota suatu badan yang mengatur standar akuntansi bisa terdiri hanya dari kalangan akuntan publik atau mengikutsertakan pihak-pihak dari kalagan dunia usaha, industri, pemerintah dan kalangan pendidik. Tingkat pendidikan dan pengalaman dalam dunia praktis


(16)

15 sebagai syarat seseorang untuk bisa menjadi anggota badan tersebut juga akan menentukan kualitas standar dan aturan akuntansi sebagai keluaran yang dihasilkan.

e. Inflasi

Inflasi mengaburkan biaya historis akuntansi melalui penurunan berlebihan terhadap nilai-nilai aset dan beban-beban terkait, sementara di sisi lain melakukan peningkatan berlebihan terhadap pendapatan. Negara-negara dengan inflasi tinggi seringkali menuntut perusahaan-perusahaan melakukan berbagai perubahan harga ke dalam penghitungan keuangan mereka. Meksiko dan beberapa negara Amerika Selatan menggunakan akuntansi tingkat umum karena pengaaman mereka dengan hiperinflasi. Pada akhir tahun 1970-an sehubungan dengan tingkat inflasi yang tidak biasanya tnggi, AS dan Inggris melakukan eksperimen dengan pelaporan pengaruh perubahan harga.

f. Teori Akuntansi

Teori akuntansi sangat mempengaruhi pelaksanaan praktik-praktik akuntansi seperti halnya yang terjadi di Belanda. Di negara ini para ahli teori akuntansi mengatakan bahwa pengguna laporan keuangan akan mendapatkan penilaian atas kinerja yang wajar dari sebuah perusahaan jika akuntan diperbolehkan untuk menggunakan judgment untuk memilih dan menampilkan angka-angka tertentu. Dalam hal ini disarankan penggunaan replacement cost information. Salah satu contoh pengaruh teori akuntansi terhadap praktik akuntansi adalah dengan disusunnya conceptual framework.

g. Accidents of History

Sistem dan praktik akuntansi tidak bisa lepas dari kondisi politik dan ekonomi di negara bersangkutan. Kejadian-kejadian tertentu biasanya memberikan pengaruh yang langsung terasa dalam penerapan metode tertentu. Krisis ekonomi di Amerika Serikat di akhir tahun 1920-an memunculkan standar akuntansi yang mengharuskan adanya pengungkapan data keuangan. Untuk Indonesia, krisis nilai tukar di pertengahan tahun 1977 menyebabkan munculnya pernyataan atau interpretasi yang berkaitan dengan penggunaan mata uang asing dalam pelaporan keuangan serta perlakuan atas selisih kurs.

h. Kolonialisasi

Kolonialisasi juga mneyebabkan negara yang diduduki dengan sendirinya mengikuti sistem dan praktik akuntansi negara yang mendudukinya. Standar akuntansi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dan kondisi hukum,


(17)

16 sosial dan ekonomi suatu negara tertentu. Hal-hal tersebut menyebabkan suatu standar akuntansi di suatu negara berbeda dengan negara lain. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan antar negara serta munculnya perusahaan multinasional mengakibatkan timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia.

Sedangkan Radebaugh dan Gray (1997) menyebutkan sedikitnya ada empat belas faktor yang mempengaruhi sistem akuntansi perusahaan. Faktor-faktor tersebut adalah sifat kepemilikan perusahaan, aktivitas usaha, sumber pendanaan dan pasar modal, sistem perpajakan, eksistensi dan pentingnya profesi akuntan, pendidikan dan riset akuntansi, sistem politik, iklim sosial, tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, tingkat inflasi, sistem perundang-undangan, dan aturan-aturan akuntansi.

Lebih rinci, Radebaugh dan Gray (1997) menjelaskan hubungan antara faktor-faktor tersebut di atas dengan sistem akuntansi perusahaan sebagai berikut.

a. Sifat kepemilikan perusahaan

Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada publik lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang dimiliki publik dibandingkan dengan pada perusahaan keluarga.

b. Aktivitas usaha

Sistem akuntansi dipengaruhi oleh jenis aktivitas usaha, misalnya agribisnis yang berbeda dengan manufaktur, atau perusahaan kecil yang berbeda dengan perusahaan multinasional.

c. Sumber pendanaan

Kebutuhan akan pengungkapan informasi dan pertanggungjawaban kepada publik lebih besar ditemui pada perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari para pemegang saham eksternal dibandingkan dengan pada perusahaan dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.

d. Sistem perpajakan

Negara-negara seperti Perancis dan Jerman menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara-negara seperti Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai


(18)

17 dasar penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.

e. Eksistensi dan pentingnya profesi akuntan

Profesi akuntan yang lebih maju di negara-negara maju juga membuat sistem akuntansi yang dipakai lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara yang masih menerapkan sistem akuntansi yang sentralistik dan seragam.

f. Pendidikan dan riset akuntansi

Pendidikan dan riset akuntansi yang baik kurang dijalankan di negara-negara yang sedang berkembang. Pengembangan profesi juga dipengaruhi oleh pendidikan dan riset akuntansi yang bermutu.

g. Sistem politik

Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada sistem akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik di negara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (central planning) atau swastanisasi (private enterprises).

h. Iklim sosial

Iklim sosial diartikan sebagai sikap atas penghargaan terhadap hak-hak pekerja dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut pada umumnya dipengaruhi atas sistem sosial tersebut. i. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi lain dari sistem akuntansi, antara lain dengan mulai diperhitungkannya depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merek, goodwill dan sumber daya manusia.

j. Tingkat inflasi

Timbulnya hyperinflation di beberapa negara di kawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari pendekatan historical cost.

k. Sistem perundang-undangan

Di negara-negara seperti Perancis dan Jerman yang menggunakan civil codes, aturan-aturan akuntansi yang dipakai cenderung rinci dan komprehensif, berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris yang menggunakan common law.


(19)

18

2.6 Adopsi dan Harmonisasi AIS/IFRS di Indonesia

Melakukan adopsi, harmonisasi, bahkan convergence (tidak harus serupa penuh tetapi kualitasnya di atas harmonisasi) ke IFRS merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari bagi negara-negara di dunia, serta menjadi perhatian pula bagi lembaga-lembaga di dunia seperti Bank Dunia, WTO dan lembaga lainnya. Termasuk Indonesia yang merupakan full member dari IFAC dan juga anggota dari WTO. Tanggapan Indonesia terhadap IFRS di bidang standar profesi, IAI mendukung harmonisasi standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi AIS (Soedarjono, 1998).

Pelaksanaan adopsi ke IFRS bagi tiap negara di dunia bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu, pelaksanaan adopsi dapat melalui beberapa tingkatan. Tingkat/tahapan adopsi IFRS dapat dilakukan melalui lima tahap yaitu (Media Akuntansi, 2005), yaitu:

1) full adoption, yaitu mengadopsi seluruh produk IFRS dan menerjemahkannya kata demi kata,

2) adapted, yaitu mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi di suatu negara,

3) piecemeal, yaitu mengadopsi sebagian nomor IFRS, nomor-nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja,

4) referenced, yaitu sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar,

5) not adoption at all, berarti suatu negara tidak mengadopsi IFRS sama sekali. Pada 8 Januari 2004 badan penyusun standar akuntansi di Indonesia yaitu Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) memutuskan membentuk dua tim untuk mengantisipasi penerapan secara penuh IFRS. Dua tim tersebut adalah Satuan Tugas untuk Full Adoption dan Satuan Tugas untuk Reformat PSAK. Satuan Tugas untuk Full Adoption melakukan penelitian atas seluruh Standar Laporan Keuangan Internasional (IFRS) guna tercapainya konvergensi, melakukan penelitian apakah seluruh paragraf aturan standard dalam IFRS harus diadopsi secara penuh mengingat adanya perbedaan lingkungan bisnis, sehingga belum tentu standar tersebut harmonis dengan kondisi lingkungan bisnis di Indonesia, dan mencari masukan dari negara-negara anggota IFAC lainnya tentang sejauh mana pengadopsiannya terhadap IFRS. Satuan Tugas untuk Reformat PSAK melakukan tugas untuk penyempurnaan penyusunan


(20)

19 PSAK serta penataan ulang terhadap penerbitan produk-produk PSAK pada waktu mendatang (Media Akuntansi, 2005).

Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengacu pada IFRS yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, sedangkan pada format akan berubah tetapi tidak sampai mengubah substansi standar akuntansi keuangan. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama, yaitu komparabilitas (dapat diperbandingkan) dan relevansi. Kualitas tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk pengambilan keputusan.


(21)

20

BABIII PENUTUP

3.1 Simpulan

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB), Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standar/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standan Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).

Operasi bisnis dan pasar modal yang bersifat global menuntut adanya standar yang bersifat global pula. Oleh karenanya beberapa organisasi di dunia sepakat membentuk Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/AIS) yang kini menjadi International Financial Reporting Standard (IFRS) untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan keuangan yang bersifat internasional. Adanya IFRS banyak mendapat penolakan yang disebabkan karena latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis tiap negara, dan perbedaan kebutuhan dari pemakai laporan keuangan. Meskipun banyak penolakan tetapi banyak pula tekanan untuk mengadopsi IFRS, dengan demikian perlu ada yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan relevansi. Kualitas tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk pengambilan keputusan.


(22)

21

DAFTAR PUSTAKA

Asian Development Bank Report. 2003. Diagnostic Study of Accounting and Auditing Practices (Private Sector) Republik of Indonesia. www.adb.org, diakses 5 Januari 2004

Barth, W.R Landsman and M. Lang. 2005. International Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research 46; 467-498 Chamisa, E. 2000. The Relevance and Observance of the IASC Standards in

Developing Countries and the Particular Case of Zimbabwe. The International Journal of Accounting 35: 267-286

Chen, Ding Xu. 2009. Convergence of Accounting Standards and Foreign Direct Investment. Working paper

Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek. 1999. International Accounting. 3th edition. United Stated: Prentice Hall International. Gyazi, A.k. 2010. Adoption of International Financial Reporting Standards in

Developing Countries- The Case of Ghana. Working paper

Immanuela, Intan. 2004. Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional. Jurnal Akuntansi Keuangan.

Media Akuntansi, 2005. Jalan Panjang Menuju Standar Akutansi. edisi 46/tahun XII/Juni, 10-11.

Nobes, Christoper dan Robert Parker. (2010). Comparative International Accounting, Edisi keempat. London: Prentice Hall International (UK) Limited

Radebaugh, Lee H., dan Sidney J. Gray. 1997. International Accounting and Multinational Enterprises, Edisi keempat. Toronto, Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Sadjiarto, Arja. 1999. Akuntansi Internasional: Standarisasi Versus Harmonisasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2): 144-161.


(23)

22 Scott, William. 2009. Financial Accounting Theory Fifth edition. Prentive Hall:

Canada.

Soedarjono, 23-24 September 1998. Konggres VIII Ikatan Akuntansi Indonesia, Introspeksi dan Transformasi Profesi Akuntan Memasuki Milenium Baru. 167-169.

Street, D. 2002. GAAP Convergence 2002; A Survey of National Efforts to Promote and Achieve Convergence with International Financial Reporting Standards

Talaga, J dan Ndubizu, G (1986). Accounting and Economic Development: Relationships Among Paradigms. International Journal of Accounting Education and Research. 21: 55-68

http://www.referenceforbusiness.com/management/Em-Exp

www.wikipedia.com


(1)

17 dasar penentuan utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan untuk pemegang saham.

e. Eksistensi dan pentingnya profesi akuntan

Profesi akuntan yang lebih maju di negara-negara maju juga membuat sistem akuntansi yang dipakai lebih maju dibandingkan dengan di negara-negara yang masih menerapkan sistem akuntansi yang sentralistik dan seragam.

f. Pendidikan dan riset akuntansi

Pendidikan dan riset akuntansi yang baik kurang dijalankan di negara-negara yang sedang berkembang. Pengembangan profesi juga dipengaruhi oleh pendidikan dan riset akuntansi yang bermutu.

g. Sistem politik

Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada sistem akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan politik di negara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan terpusat (central planning) atau swastanisasi (private enterprises).

h. Iklim sosial

Iklim sosial diartikan sebagai sikap atas penghargaan terhadap hak-hak pekerja dan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Informasi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut pada umumnya dipengaruhi atas sistem sosial tersebut. i. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan

Perubahan struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan menampilkan sisi lain dari sistem akuntansi, antara lain dengan mulai diperhitungkannya depresiasi mesin. Industri jasa juga memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud seperti merek, goodwill dan sumber daya manusia.

j. Tingkat inflasi

Timbulnya hyperinflation di beberapa negara di kawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari pendekatan historical cost.

k. Sistem perundang-undangan

Di negara-negara seperti Perancis dan Jerman yang menggunakan civil codes, aturan-aturan akuntansi yang dipakai cenderung rinci dan komprehensif, berbeda dengan Amerika Serikat dan Inggris yang menggunakan common law.


(2)

18 2.6 Adopsi dan Harmonisasi AIS/IFRS di Indonesia

Melakukan adopsi, harmonisasi, bahkan convergence (tidak harus serupa penuh tetapi kualitasnya di atas harmonisasi) ke IFRS merupakan tuntutan yang tidak dapat dihindari bagi negara-negara di dunia, serta menjadi perhatian pula bagi lembaga-lembaga di dunia seperti Bank Dunia, WTO dan lembaga lainnya. Termasuk Indonesia yang merupakan full member dari IFAC dan juga anggota dari WTO. Tanggapan Indonesia terhadap IFRS di bidang standar profesi, IAI mendukung harmonisasi standar akuntansi melalui adopsi dan adaptasi AIS (Soedarjono, 1998).

Pelaksanaan adopsi ke IFRS bagi tiap negara di dunia bukanlah sesuatu yang mudah. Oleh karena itu, pelaksanaan adopsi dapat melalui beberapa tingkatan. Tingkat/tahapan adopsi IFRS dapat dilakukan melalui lima tahap yaitu (Media Akuntansi, 2005), yaitu:

1) full adoption, yaitu mengadopsi seluruh produk IFRS dan menerjemahkannya kata demi kata,

2) adapted, yaitu mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi di suatu negara,

3) piecemeal, yaitu mengadopsi sebagian nomor IFRS, nomor-nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja,

4) referenced, yaitu sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar,

5) not adoption at all, berarti suatu negara tidak mengadopsi IFRS sama sekali. Pada 8 Januari 2004 badan penyusun standar akuntansi di Indonesia yaitu Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) memutuskan membentuk dua tim untuk mengantisipasi penerapan secara penuh IFRS. Dua tim tersebut adalah Satuan Tugas untuk Full Adoption dan Satuan Tugas untuk Reformat PSAK. Satuan Tugas untuk Full Adoption melakukan penelitian atas seluruh Standar Laporan Keuangan Internasional (IFRS) guna tercapainya konvergensi, melakukan penelitian apakah seluruh paragraf aturan standard dalam IFRS harus diadopsi secara penuh mengingat adanya perbedaan lingkungan bisnis, sehingga belum tentu standar tersebut harmonis dengan kondisi lingkungan bisnis di Indonesia, dan mencari masukan dari negara-negara anggota IFAC lainnya tentang sejauh mana pengadopsiannya terhadap IFRS. Satuan Tugas untuk Reformat PSAK melakukan tugas untuk penyempurnaan penyusunan


(3)

19 PSAK serta penataan ulang terhadap penerbitan produk-produk PSAK pada waktu mendatang (Media Akuntansi, 2005).

Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengacu pada IFRS yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia, sedangkan pada format akan berubah tetapi tidak sampai mengubah substansi standar akuntansi keuangan. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama, yaitu komparabilitas (dapat diperbandingkan) dan relevansi. Kualitas tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk pengambilan keputusan.


(4)

20 BABIII

PENUTUP

3.1 Simpulan

International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB), Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standar/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standan Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).

Operasi bisnis dan pasar modal yang bersifat global menuntut adanya standar yang bersifat global pula. Oleh karenanya beberapa organisasi di dunia sepakat membentuk Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/AIS) yang kini menjadi International Financial Reporting Standard (IFRS) untuk memenuhi kebutuhan bisnis dan keuangan yang bersifat internasional. Adanya IFRS banyak mendapat penolakan yang disebabkan karena latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis tiap negara, dan perbedaan kebutuhan dari pemakai laporan keuangan. Meskipun banyak penolakan tetapi banyak pula tekanan untuk mengadopsi IFRS, dengan demikian perlu ada yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan sejalan dengan IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS. Adanya harmonisasi bahkan konvergensi terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama yaitu komparabilitas dan relevansi. Kualitas tersebut sangat diperlukan untuk memudahkan perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk pengambilan keputusan.


(5)

21

DAFTAR PUSTAKA

Asian Development Bank Report. 2003. Diagnostic Study of Accounting and Auditing Practices (Private Sector) Republik of Indonesia. www.adb.org, diakses 5 Januari 2004

Barth, W.R Landsman and M. Lang. 2005. International Accounting Standards and Accounting Quality. Journal of Accounting Research 46; 467-498

Chamisa, E. 2000. The Relevance and Observance of the IASC Standards in Developing Countries and the Particular Case of Zimbabwe. The International Journal of Accounting 35: 267-286

Chen, Ding Xu. 2009. Convergence of Accounting Standards and Foreign Direct Investment. Working paper

Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek. 1999. International Accounting. 3th edition. United Stated: Prentice Hall International.

Gyazi, A.k. 2010. Adoption of International Financial Reporting Standards in Developing Countries- The Case of Ghana. Working paper

Immanuela, Intan. 2004. Adopsi Penuh dan Harmonisasi Standar Akuntansi Internasional. Jurnal Akuntansi Keuangan.

Media Akuntansi, 2005.

Jalan Panjang Menuju Standar Akutansi

. edisi 46/tahun

XII/Juni, 10-11.

Nobes, Christoper dan Robert Parker. (2010). Comparative International Accounting, Edisi keempat. London: Prentice Hall International (UK) Limited

Radebaugh, Lee H., dan Sidney J. Gray. 1997. International Accounting and Multinational Enterprises, Edisi keempat. Toronto, Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Sadjiarto, Arja. 1999. Akuntansi Internasional: Standarisasi Versus Harmonisasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1 (2): 144-161.


(6)

22 Scott, William. 2009. Financial Accounting Theory Fifth edition. Prentive Hall:

Canada.

Soedarjono, 23-24 September 1998. Konggres VIII Ikatan Akuntansi Indonesia, Introspeksi dan Transformasi Profesi Akuntan Memasuki Milenium Baru. 167-169.

Street, D. 2002. GAAP Convergence 2002; A Survey of National Efforts to Promote and Achieve Convergence with International Financial Reporting Standards

Talaga, J dan Ndubizu, G (1986). Accounting and Economic Development: Relationships Among Paradigms. International Journal of Accounting Education and Research. 21: 55-68

http://www.referenceforbusiness.com/management/Em-Exp

www.wikipedia.com