Critical Review Jurnal Transportasi

TUGAS GEOGRAFI TRANSPORTASI
CRITICAL REVIEW JURNAL
“Sistem Informasi Geografi untuk Lokasi Shelter Bus Trans Semarang”

Disusun oleh :
Nama

: Eline Kensari

NIM

: 14/365329/GE/07827

Program Studi

: Geografi dan Ilmu Lingkungan

FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016


Critical Review Jurnal

Judul : Sistem Informasi Geografi untuk Lokasi Shelter Bus Trans
Semarang
Penulis

: Dhanisa Rifky Firmanda, Noorhadi Rahardjo

Bus Rapid Trans (BRT) atau yang biasa disebut Bus Trans Semarang
merupakan transportasi umum di Semarang yang masih baru, beroperasi
pada tahun 2009. Akibat pertumbuhan penduduk di Semarang yang
semakin pesat sehingga diikuti dengan aktivitas pergerakan yang tinggi
pula. Bus Trans ini sebagai salah satu alternatif transportasi yang
harganya murah serta memiliki fasilitas yang bagus. Namun, Bus Trans ini
memiliki permasalahan dalam hal penempatan lokasi shelter yang tidak
efektif sehingga calon penumpang memilih transportasi umum lainya
karena lokasi shelter yang disediakan oleh Bus Trans tempatnya jauh baik
dari


asal

maupun

dari

tujuan

calom

penumpang.

Berdasarkan

permasalahan-permasalahan tersebut sehingga dirumuskan tujuan dari
penelitian ini, antara lain memetakan sebaran Shelter Bus Trans
Semarang, menganalisa hubungan antara lokasi shelter dengan potensi
bangkitan dan tarikan serta mengevaluasi penempatan Shelter Trans
Semarang berdasarkan potensi bangkitan dan tarikan penumpang dengan
menggunakan kajian Sistem Informasi Geografi.

Metode yang digunakan dalam jurnal penelitian ini yaitu pendekatan
populasi

sampling

dan

untuk

pengolahan

data

digunakan

anaisis

kuantitatif dan kualitatif. Sampling dilakukan dengan survei lapangan
untuk mendapatkan ploting lokasi shelter satu persatu sebagai bahan
dalam pembuatan peta. Ploting lokasi ini menggunakan alat GPS.

Pembuatan peta sebaran lokasi shelter Bus Trans Semarang dilakukan
karena penting untuk dilakukan analisis sementara itu dinas terkait tidak
memiliki

peta

sebaran

yang

dimaksudkan

penulis.

Kemudian

menginterpretasi sebaran penggunaan lahan, penggunaan lahan dalam

konteks ini dibagi menjadi dua yaitu penggunaan lahan permukiman
sebagai nilai bangkitan dan penggunaan lahan non permukiman sebagai

nilai tarikan. Setelah itu melakukan analisis nilai bangkitan dan tarikan
untuk melakukan evaluasi lokasi Sheler Bus Trans Semarang.
Klasifikasi nilai bangkitan dan tarikan penumpang ini adalah dengan
melihat

nilai

hasil

pengharkatan

dari

masing-masing

tarikan

dan

bangkitan penumpang. Penentuan kelas dalam klasifikasi ini dibagi

menjadi lima agar masing-masing kelas tidak ada yang kosong atau agar
nilainya merata. Dari hasil perhitungan menggunakan rumus untuk kelas
bangkitan diperoleh nilai dari 0 sampai 24 kemudian dari nilai tersebut
diklasifikasikan menjadi lima kelas antara lain kelas sangat rendah,
rendah,

sedang,

tinggi

dan

sangat

tinggi.

Sementara

itu


untuk

perhitungan nilai tarikan dengan menggunakan rumus yang sama
diperoleh rentang nilai antara 0 sampai dengan 15, sama seperti nilai
bangkitan diklasifikasikan menjadi lima kelas.
Mengevaluasi penempatan shelter Bus Trans tidak hanya dengan
melihat pada salah satu nilai saja tetapi harus melihat dari kedua nilai
antara nilai bangkitan dan nilai tarikan. Dalam perencanaan lokasi shelter
terdapat tiga macam jenis shelter, yaitu shelter yang menampung
bangkitan saja, kemudian shelter yang menampung tarikan saja, dan
shelter yang menampung keduanya, baik bangkitan maupun tarikan.
Untuk mengevaluasi shelter tersebut efektif atau tidak, maka digunakan
asumsi yang diilustrasikan sebagai berikut :

Sumber : Jurnal Sistem Informasi Geografi untuk Lokasi Shelter Bus Trans
Semarang
Shelter yang efektif adalah shelter yang memiliki nilai tarikan dan
bangkitan yang sedang sampai sangat tinggi baik keduanya maupun
hanya salah satu nilai saja. Apabila shelter memiliki nilai keduanya rendah
atau sangat rendah maka shelter tersebut tidak efektif.

Bus Trans Semarang beroperasi dalam dua koridor yaitu koridor
pertama yang melayani penumpang dari Terminal Terboyo ke Terminal
Sisemut, dan koridor kedua yang

melayani penumpang dari Terminal

Mangkang sampai ke Terminal Penggaron. Jalur yang dilewatinya hanya
merupakan sebuah garis lurus dengan pertemuan antar koridor di shelter
SMA 5 – Balaikota. Jumlah shelter bus Trans Semarang sebanyak 33
pasang shelter pada koridor 1. Sedangkan koridor 2 memiliki 36 pasang
shelter. Sehingga keseluruhan dari jumlah shelter adalah 69 pasang
shelter (shelter naik dan shelter turun) disepanjang jalur Bus Trans
Semarang.
Pemetaan

Shelter

Bus

Trans


Semarang

ini

dilakukan

untuk

mengetahui sebaran dari lokasi Shelter Bus Trans Semarang. Shelter Bus
Trans Semarang pada peta disimbolkan dengan simbol titik pictorial dan
bersifat nominal karena seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa jenis

shelter tidak mempengaruhi simbolisasi peta. Simbol dibuat sama
dikarenakan fungsi dari Shelter Bus Trans Semarang ini semua sama,
walaupun ukuran dan jenis shelternya berbeda-beda. Hal ini dikarenakan
fungsi shelter hanya digunakan sebagai tempat

menunggu Bus Trans


Semarang saja. Berikut peta sebaran shelter Bus Trans Semarang :
PETA SEBARAN SHELTER BUS TRANS SEMARANG

Sumber : Jurnal Sistem Informasi Geografi untuk Lokasi Shelter Bus Trans
Semarang
Pemodelan penumpang kawasan Perkotaan Semarang berdasarkan
bangkitan dan tarikan penumpang adalah dengan melihat kondisi
penggunaan

lahan

yang

terdiri

dari

bangunan

pemukiman


untuk

bangkitan dan bangunan kawasan pusat aktifitas non pemukiman sebagai
tarikan. Untuk penentuan nilai bangkitan dilihat dari kondisi fisik
bangunan dengan pendekatan ekonomi. Apabila kemampuan ekonomi
masyarakat rendah tercermin dari kondisi fisik bangunan dengan kualitas
sedang sampai rendah. Masyarakat dengan ekonomi rendah akan lebih
banyak menggunakan transportasi umum Bus Trans Semarang karena
tidak memiliki kendaraan pribadi. Bangkitan adalah suatu area yang
memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata
guna lahan. Daerah asal penumpang ini biasanya berupa pemukiman
ataupun apartement. Beberapa contoh Shelter yang mempunyai nilai

bangkitan tinggi adalah terdapat pada Shelter Texmaco. Shelter Pasar
Bulu, dan Shelter Pandanaran. Kawasan pemukiman di sekitar area ini
memiliki

kualitas

pemukiman

yang

cukup

rendah,

sehingga

memungkinkan banyaknya penumpang yang berangkat dari Shelter
tersebut.
Shelter yang dapat menampung banyak kawasan yang sering
dikunjungi oleh penumpang adalah Shelter yang memiliki nilai Tarikan
besar. Shelter yang memiliki Potensi untuk menarik penumpang adalah
pada Shelter layur dan shelter SMA 5. Shelter layur mempunyai nilai
tarikan yang sangat besar dikarenakan dalam shelter tersebut tercakup
kawasan pasar Johar yang merupakan pasar tradisional terbesar di Kota
Semarang. sedang pada Shelter SMA 5 Semarang mempunyai nilai trikan
besar dikarenakan shelter tersebut mencakup banyak kawasan pendidikan
seperti SMA 3, SD, SMP Theresiana, dan SMA 5 itu sendiri. Selain itu juga
di Shelter SMA 5 ini adalah merupakan Shelter Transit.
Evaluasi lokasi shelter dilihat dari nilai bangkitan dan nilai tarikanya
sehingga dapat mengetahui potensi penumpangnya. Potensi penumpang
terbesar ada di shelter Alun-alun Ungaran. Pada area ini memiliki nilai
bangkitan yang tinggi karena banyak terdapat permukiman dan juga
memiliki nilai tarikan yang tinggi pula karena area ini terdapat banyak
perkantoran, area perdagangan, SMK, dan taman rekreasi. Selain itu juga
di Alun-Alun Ungaran ini merupakan gerbang bagi penumpang dari Kota
Semarang

menuju

ke

Kabupaten

Semarang

atau

dari

Kabupaten

Semarang menuju ke Kota Semarang. Potensi penumpang yang rendah,
salah satunya terdapat pada shelter Sriratu. Shelter ini tidak mencakup
bangkitan yang tinggi, dan juga tarikan yang tinggi.
Dari 69 pasang shelter Bus Trans Semarang, Sebanyak 35 shelter
yang dianggap tidak efektif, karena tidak berada pada kawasan yang
berpotensi sebagai bangkitan dan tarikan yang tinggi. Sedangkan sisanya
yaitu sebanyak 34 shelter merupakan shelter efektif dan potensial. Ada
beberapa shelter yang sebenarnya tidak efektif, namun dianggap efektif
yaitu shelter yang berada di Terminal. Shelter yang berada di terminal ini

dianggap efektif karena asal dari Bus tersebut dan akhir dari bus berada
di Terminal.
PETA TINGKAT KEEFEKTIFAN LOKASI SHELTER BUS TRANS SEMARANG

Sumber : Jurnal Sistem Informasi Geografi untuk Lokasi Shelter Bus Trans
Semarang
Kritik :
Jurnal Sistem Informasi Geografi untuk Lokasi Shelter Bus Trans
Semarang memiliki tema yang aktual karena Bus Trans Semarang ini baru
saja beroperasi sehingga menarik untuk di analisis secara geografi. Dari
adanya penelitian ini membantu dinas terkait dalam memilih lokasi shelter
Bus

Trans

Semarang

yang

efektif

sehingga

mempermudah

calon

penumpang yang akan menggunakan transportasi umum ini. Penelitian ini
juga dilakukan menggunakan metode survei lapangan untuk pembuatan
peta

sebaran

shelter

Bus

Trans

Semarang

dengan

memploting

menggunakan GPS sehingga hasil yang diperoleh akurat. Evaluasi lokasi
shelter Bus Trans Semarang menggunakan klasifikasi bangkitan dan
tarikan sangat sesuai dalam menentukan efektif atau tidaknya lokasi

suatu shelter. Selain itu literatur yang digunakan dalam jurnal ini banyak
dan sesuai dengan tujuan dari jurnal. Jurnal ini menggunakan bahasa yang
ringan sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Terdapat beberapa kelemahan dalam jurnal ini, antara lain dalam
penelitian ini tidak memberikan alternatif atau solusi lokasi shelter yang
efektif sebagai pengganti shelter yang tidak efektif. Dengan adanya
alternatif ini sehingga akan lebih memudahkan instansi terkait dalam
memperbaiki sistemnya. Sebaiknya terdapat solusi terhadap lokasi shelter
yang tidak efektif, apakah shelter tersebut dihilangkan saja atau dipindah
ke tempat yang lebih efektif.
Selain itu dalam metode penelitian dengan menggunakan nilai bangkitan
dan nilai tarikan, dalam klasifikasi kelasnya tidak dijelaskan perhitungan
rumus yang digunakan dalam menentukan rentang kelas sehingga
menimbulkan pertanyaan mengenai kebenaran dari hasil perhitungan.
Sebaiknya perhitungan rumus juga dilampirkan ke dalam jurnal agar
pembaca

mengerti proses

adanya

kelas

klasifikasi

tersebut.

Hasil

penelitian berupa peta sebaran Shelter Bus Trans Semarang dan peta
Tingkat Keefektifan Lokasi Shelter Bus Trans Semarang kurang sesuai
dengan kaidah kartografi karena tidak terdapat judul, pembuat, instansi
terkait dan informasi dari nama shelter. Sebaiknya peta hasil penelitian
diperbaiki sesuai kaidah kartografi agar peta menjadi lebih informatif.

Daftar Pustaka
Giyarsih, S. R. (2010). Pola Spasial Transformasi Wilayah di Koridor YogyakartaSurakarta.
Rum Giyarsih, S. (2011). Gejala Urban Sprawl sebagai Pemicu Proses Densifikasi
Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area) Kasus Pinggiran Kota
Yogyakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 12(1), 39-45.
Giyarsih, S. R. (2010). URBAN SPRAWL OF THE CITY OF YOGYAKARTA, SPECIAL
REFERENCE TO THE STAGEOF SPATIAL TRANSFORMATION (Case Study at Maguwoharjo
Village, Sleman District). Indonesian Journal of Geography, 42(1), 49-60.
Harini, R., Giyarsih, S. R., & Budiani, S. R. (2005). Analisis Sektor Unggulan dalam
Penyerapan Tenaga Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Majalah Geografi Indonesia, 19(2005).
Hidayat, O., & Giyarsih, S. R. (2012). Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Universitas
Gadjah Mada Tentang Bahaya Penyakit AIDS. Jurnal Bumi Indonesia, 1(2).
Giyarsih, S. R. (2016). Koridor Antar Kota Sebagai Penentu Sinergisme Spasial: Kajian
Geografi Yang Semakin Penting. TATALOKA, 14(2), 90-97.
Giyarsih, S. R. (2015). Pemetaan Kelembagaan dalam Kajian Lingkungan Hidup
Strategis DAS Bengawan Solo Hulu. Jurnal Sains&Teknologi Lingkungan, 2(2).
Pristiani, Y. D., & Giyarsih, S. R. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Program Business
Coaching Bagi Pemuda Wirausaha Baru Bank Indonesia Dan Implikasinya Terhadap
Ketahanan Ekonomi Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi di Bank Indonesia Cabang
Yogyakarta) (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Giyarsih, S. R., & Alfana, M. A. F. (2013). The Role of Urban Area as the Determinant
Factor of Population Growth. Indonesian Journal of Geography,45(1).
Giyarsih, S. R. (1999). Mobilitas Penduduk Daerah Pinggiran Kota. Majalah Geografi
Indonesia, 13(1999).
Alfana, M. A. F., Giyarsih, S. R., Aryekti, K., & Rahmaningtias, A. (2016). FERTILITAS DAN
MIGRASI:

KEBIJAKAN

KEPENDUDUKAN

UNTUK

MIGRAN

DI

KABUPATEN

SLEMAN. NATAPRAJA, 3(1).
Setyono, J. S., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2016). THE SPATIAL PATTERN OF
URBANIZATION AND SMALL CITIES DEVELOPMENT IN CENTRAL JAVA: A CASE STUDY OF
SEMARANG-YOGYAKARTA-SURAKARTA REGION. Geoplanning: Journal of Geomatics and
Planning, 3(1), 53-66.
Sriartha, I. P., & Giyarsih, S. R. (2015). Spatial Zonation Model of Local Irrigation System
Sustainability (A Case of Subak System in Bali). The Indonesian Journal of Geography, 47(2),
142.
Sriartha, I. P., Suratman, S., & Giyarsih, S. R. (2015, August). The Effect of Regional
Development on The Sustainability of Local Irrigation System (A Case of Subak System in
Badung Regency, Bali Province). In Forum Geografi (Vol. 29, No. 1).

SUSANTI, S., M Baiquni, M. A., Giyarsih, S. R., & Si, M. (2015). STRATEGI PENGHIDUPAN
MASYARAKAT KORBAN LUMPUR PANAS SIDOARJO SETELAH RELOKASI PERMUKIMAN DI
DESA KEPATIHAN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).
Tajuddin, L., Rijanta, R., Yunus, H. S., & Giyarsih, S. R. (2015). MIGRASI INTERNASIONAL
PERILAKU PEKERJA MIGRAN DI MALAYSIA DAN PEREMPUAN DITINGGAL MIGRASI DI
LOMBOK TIMUR. Jurnal Kawistara,5(3).
Giyarsih, S. R., & Kurniawan, A. (2015). PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN
MASYARAKAT MISKIN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS KELURAHAN 34 ULU KOTA PALEMBANG (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Giyarsih,

S.

R.

(2015). DAMPAK

TRANSMIGRASI

TERHADAP

TINGKAT

KESEJAHTERAAN WARGA TRANSMIGRAN DI DESA TANJUNG KUKUH KECAMATAN
SEMENDAWAI BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR PROVINSI SUMATERA
SELATAN (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
ANGGLENI, A., Rini Rachmawati, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). KINERJA PELAYANAN
PENGURUSAN KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK (KTP-el) DI KECAMATAN RAMBANG
DANGKU KABUPATEN MUARA ENIM(Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
DWIHATMOJO, R., Luthfi Muta'ali, M. T., & Giyarsih, S. R. (2015). Kajian Ruang Terbuka
Hijau di Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah
Mada).
Giyarsih, S. R. (2014). PENGENTASAN KEMISKINAN YANG KOMPREHENSIF DI BAGIAN
WILAYAH TERLUAR INDONESIA-KASUS KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN
UTARA (Comprehensive Poverty Reduction in Indonesian Outermost Regions-Case Study of
Nunukan Regency-North Kalimantan Province). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2), 239-246.