Agama dan Perubahan Iklim

KOMPAS cetak - Agama dan Perubahan Iklim

1 of 3

KOMPAS.com

Bola

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/26/02542373/agama.dan.peru...

Entertainment

Tekno

Otomotif

Forum

Images

Mobile


Cetak

ePaper

Pemilu

PasangIklan

GramediaShop

Sabtu, 26 Desember 2009

Berit a Ut am a Bisnis & Keuangan Hum aniora
Perist iw a Nusant ara Met ropolit an Olahraga

I nt ernat ional Opini Polit ik & Hukum Sosok Nam a &
Sum at era Bagian Selat an Sum at era Bagian Ut ara Fot o Lepas

Nat al & Tahun Baru


Agama dan Perubahan Iklim
Sabtu, 26 Desember 2009 | 02:54 WIB
Fachruddin Mangunjaya
Sudah banyak tokoh agama di seluruh dunia kini bergiat untuk terjun ke lapangan dan ikut
melestarikan lingkungan, termasuk memberikan dukungan sekaligus tekanan kepada pengambil
keputusan dalam mengambil sikap dalam aksi menanggulangi perubahan iklim. Di Kopenhagen,
Denmark, tokoh spiritual Tibet, Dalai Lama, juga datang ke arena konferensi, bergabung dengan
tokoh agama-agama yang lain untuk mengikuti Pertemuan Para Pihak Ke-15 Konferensi
Perubahan Iklim PBB tersebut.
Mengapa agama menjadi penting dalam percaturan perubahan iklim? Ternyata sains dan
perundang-undangan tidak cukup untuk mencegah berlanjutnya kerusakan. Sains memang
diperlukan sebagai sebuah landasan dan justifikasi ilmiah tentang interaksi sebab dan akibat,
undang-undang mengatur segala kegiatan yang paralel dengan aturan main yang terkadang juga
tidak dilandasi dasar sains yang absah. Adapun agama adalah soal keyakinan yang sangat
membantu seseorang menemukan jati diri, berperilaku mulia dan menjunjung nilai-nilai kehidupan,
kesakralan, ibadah, kejujuran, dan pengabdian atas dasar spiritualitas yang dianutnya.
INDEX LALU
Sains diusung akademia, pelaku riset, dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, sedangkan
pemerintah dan rakyat (melalui lembaga legislasi) membuat peraturan dan perundang-undangan.

Namun, semuanya itu ternyata tidak cukup, manusia memerlukan etika yang landasannya
merujuk kepada agama. Kita juga melihat, agamalah yang mewariskan kepada manusia berbagai
bentuk budaya dan tradisi yang dipelihara dengan baik sehingga manusia mampu hidup selaras
dan berdampingan.
Manusia di Bumi harus berterima kasih karena etika agama telah mengembangkan nilai-nilai
positif mempertahankan eksistensi manusia di Bumi dengan adanya larangan untuk saling
membunuh antarsesama manusia (homicide), membunuh diri sendiri (suicide), atau pembunuhan
suku atau bangsa lain (genocide). Namun, lebih dari itu, peradaban modern manusia pada abad
ini menghendaki pula rumusan agama yang mendapatkan tantangan baru berupa: pembunuhan
makhluk hidup (biocide) dan penghancuran lingkungan dan ekologi (ecocide) oleh tangan
manusia.

Tanggal: 26

Desem ber

2009

TERPOPULER
Sistemik...!

Buku-buku Ini Dilarang!
Paus Ditarik Seorang Wanita hingga Jatuh
Ekonomika Bank Century
Sediakan Waktu untuk Tuhan
Video Penangkapan Tentara AS Dirilis
Agama dan Perubahan Iklim

Melibatkan agama dalam mengurus lingkungan merupakan harapan besar bagi para aktivis
lingkungan karena para pemimpin agama dapat memberikan arahan menggerakkan pengikutnya
karena agama memiliki modal yang tidak dimiliki oleh lembaga dan institusi biasa.

Merenungkan Hak Hidup

Lebih dari itu, konstituen pemeluk agama adalah nyata. Di Indonesia seluruh penduduk memeluk
enam agama: Islam, Kristiani (Katolik dan Protestan), Hindu, Buddha, dan Konghucu, dengan
total pemeluk 240 juta. Di Asia saja ada 3 miliar manusia memeluk tiga mayoritas agama: Hindu
dan Buddha di India, Konghucu di China, serta Islam di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Misa Natal di Gereja HKBP Diprotes Warga


Sebanyak 85% dari 6,79 miliar penduduk dunia ialah penganut berbagai agama dan aliran
kepercayaan: 2,1 miliar pemeluk Kristen, 1,34 miliar pemeluk Islam, lebih dari 950 juta pemeluk
Hindu, 50 juta-70 juta penganut Daoisme, 24 juta penganut Sikh, 13 juta pemeluk Yahudi (Atlas of
Religion, Earthscan, 2007).

Dradjad-Hatta Rebut Dukungan

Usia Bukan Penentu
BI Telah Melaporkan

Keluarga Tunggu Kabar
KPK Jangan Ragu Bertindak
Program Studi Bakal Dibenahi

Dalam konteks perubahan iklim, mereka boleh jadi mempunyai peran penting karena kaum
agamawan memiliki 7%-8% lahan bagi habitat di dunia, memiliki jaringan media, penyedia
terbesar lembaga kesehatan dan pendidikan, serta mengendalikan lebih dari 7% investasi
keuangan internasional. Dengan alasan-alasan inilah, para pemuka agama dinilai akan lebih
berpengaruh besar, terutama apabila jaringan mereka dapat diikutsertakan dalam membangun
kesadaran lingkungan.


12/26/2009 9:57 AM

KOMPAS cetak - Agama dan Perubahan Iklim

2 of 3

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/26/02542373/agama.dan.peru...

Memiliki lima landasan
Perubahan iklim memerlukan kesadaran semua pihak dan dapat melibatkan mobilisasi massa
yang sadar lingkungan lebih besar pula. Penganut agama mempunyai kekuatan itu. Agama
mempunyai kekuatan karena memiliki modal kuat yang penting untuk terlibat di dalam gerakan
penyelamatan lingkungan.
Pertama, agama mempunyai referensi, yaitu modal berupa rujukan akan keyakinan yang
diperoleh dari kitab-kitab suci yang mereka miliki. Kitab suci dan ajaran agama memiliki wisdom
kehidupan yang berpotensi untuk diangkat sebagai bekal dalam penyadaran lingkungan.
Kedua, agama terbukti mempunyai modal untuk saling menghormati atau mampu memberikan
penghargaan terhadap segala jenis kehidupan.
Ketiga, agama—selaras dengan gaya hidup yang ramah lingkungan—menganjurkan manusia

untuk berperilaku hemat dan tidak boros serta mampu mengontrol pemanfaatan sesuatu agar
tidak mubazir.
Keempat, agama menganjurkan kita untuk selalu berbagi kemampuan untuk membagikan
kebahagiaan, baik dalam bentuk harta, amal, maupun aksi sosial lannya. Kelima, agama
menganjurkan kita untuk bertanggung jawab dalam merawat kondisi lingkungan dan alam.
Munculnya modernisasi menjadikan orang lupa bahwa agama mempunyai tradisi ”unggulan” yang
sangat jarang dipelajari dalam kearifan lingkungan.
Kembali, kita menoleh kepada agama, justru dengan sebuah perasaan tidak cukup hanya dengan
sains, teknologi, dan kebijakan. Di Indonesia, tahun 2002, telah digagas pertemuan pertama kali
menggalang kesadaran agama dan lingkungan yang kemudian menghasilkan ”Piagam Kebun
Raya” atau ”Kebun Raya Charter”.
Piagam ini, antara lain, berharap agar para pemeluk agama melakukan aktualisasi terhadap
ajaran positif agama atau kearifan budaya yang sudah dimiliki agama.
November lalu, di London dalam acara The Windsor Celebration yang dihadiri Sekretaris
Jenderal PBB Ban Ki-moon, seluruh pemeluk agama-agama dunia mendeklarasikan inisiatif
mereka dengan membuat rencana aksi agama dan perubahan iklim. Semoga saja, aksi agama
dan perubahan iklim ini membawa perubahan yang bermakna.
FACHRUDDIN MANGUNJAYA -Fellow The Climate Project Indonesia - Staf Conservation
International Indonesia untuk Conservation & Religion Initiative
Share on Facebook


- Beri Rating Artikel -

Rate

A A

A

Ada 0 Komentar Untuk Artikel Ini. Posting komentar Anda

Form Komentar
Nama *

Email Address *

Komentar *

160


I si kode diatas *

ReLoad I mage

12/26/2009 9:57 AM

KOMPAS cetak - Agama dan Perubahan Iklim

3 of 3

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/12/26/02542373/agama.dan.peru...

Home

About KOMPAS.com

Back To Top

I nfo I klan


Privacy Policy

Term s of Use

Karir

Cont act Us

Kom pas Accelerat or For I E 8

pow ered by:

(c) 2008 - 2009 KOMPAS.com - All rights reserved

12/26/2009 9:57 AM