PERAN KESBANGPOL DAN LINMAS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN DALAM RESOLUSI KONFLIK ANTAR SUKU BALI DAN LAMPUNG DI SIDOMULYO PADA BULAN JANUARI TAHUN 2012

(1)

ABSTRAK

Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dan Resolusi Konflik di Kecamatan Sidomulyo pada Bulan Januari Tahun 2012

Oleh Habrianda Bukit

Pada bulan Februari awal pada tahun 2012 terjadi kasus konflik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Dari Informan yang memang dapat dipercaya, bahwa kasus yang terjadi di Desa Napal adalah kasus yang berawal dari kasus social, bagaimana soal kecil yang menyangkut dari lahan parkir yang akhirnya menyinggung ke soal Sukuisme atau Etnisitas.

Berdasarkan tinjauan diatas masalah yang rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik antar Suku Lampung dan Suku Bali di Kecamatan Sidomulyo pada bulan Februari tahun 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, menganalisis, dan mendapatkan gambar obyektif tentang Peran dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik Etnik yang terjadi di Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.

Menurut Soleman B. Taneko (1986:23), yang dimaksud dengan peran adalah kegiatan organisasi yang berkaitan dengan menjalankan tujuan untuk mencapai


(2)

hasil yang diharapakan. Peran ditujukan pada hal yang bersifat kolektif dalam masyarakat seperti himpunan atau organisasi, berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan dalam sebuah masyarakat. Resolusi terhadap konflik-konflik yang besar tidak akan dapat terjadi sampai suatu organisasi/kelompok telah berkembang mencapai suatu titik dimana terdapat kesepakatan yang mendasar di dalam organisasi/kelompok terjadi dengan pasti. Tentunya dalam hal ini setiap konflik yang terjadi membutuhkan suatu model resolusi atau kesepakatan bersama dalam pemecahan konflik tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan tipe eksplorasi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap responden responden yang tekah ditentukan sebelumnya. Teknik analisis data yang digunakan adalah mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Berdasarkan pengujian secara wawancara, simpulan yang diperoleh adalah bahwa Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan melakukan Resolusi Konflik dengan Kompromi (Compromise) tidak sampai dengan Integrasi (Integration)


(3)

ABSTRACT

KESBANGPOL and LINMAS SOUTH LAMPUNG REGENCY and CONFLICT RESOLUTION in SIDOMULYO January 2012

By

Habrianda Bukit

At the beginning of February in the year 2012 in case of conflicts in the village district Napal Sidomulyo South Lampung regency. From informants who are to be believed, that the cases which occurred in the village of marl is a case that originated from the social case, how about the concerns of the small parking lot to the offensive end about tribalism or ethnicity.

Based on a survey on the problems of problem formulation in this study is how the role of Linmas Kesbangpol and South Lampung District in Conflict Resolution Quarterly between Lampung and Bali in District Sidomulyo Quarter in February of 2012. The purpose of this research is to discover, analyze, and get a picture of the role of objective and Linmas Kesbangpol South Lampung District in Ethnic Conflict Resolution occurred in South Lampung District Sidomulyo.

According Soleman B. Taneko (1986:23), whose role is meant by organizational activities related to carrying out the purpose of the hoped for results. Intended role


(4)

in the case of the collective nature of society as a compilation or organization, meaning that the expected device behavior owned by an organization located in a community. Resolution of major conflicts will not occur until an organization / group has grown to a point where there is a fundamental agreement on the organization / group occurs with certainty. Of course in this case all conflicts need a resolution or consensus models together in solving the conflict. The method used in this study is a qualitative method with type exploration. Data collection techniques in-depth interviews conducted with respondents respondent has confidently determined previously. Data analysis techniques used are organizing the data, sort milahnya be ones that can be managed, mensintesisnya, search and find patterns, discovering what is important and what is learned, and deciding what can be told to others.

Based on the interview test, the conclusion obtained is that the Community Protection Agency Kesbangpol and South Lampung regency perform Conflict Resolution with no compromise to the Integration.


(5)

PERAN KESBANGPOL DAN LINMAS DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN DALAM RESOLUSI KONFLIK ANTAR SUKU BALI DAN LAMPUNG

DI SIDOMULYO PADA BULAN JANUARI TAHUN 2012

Oleh

HABRIANDA BUKIT

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, pada tanggal 5 Oktober 1990, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Monti Bukit dan Ibu Sumarnida.

Jenjang akademis penulis dimulai dengan mengawali pendidikan pada Taman Kanak-Kanak pada TK Aisyah Kalianda yang diselesaikan pada tahun 1996. Kemudian melanjutkan pendidikan pada Sekolah Dasar (SD) Negri Bumi Agung Kalianda yang diselesaikan pada tahun 2002. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP) Negeri 1 Kalianda dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2008 penulis berhasil menyelesaikan pendidikan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Kalianda.

Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Lampung memalui jalur PKAB.

Tahun 2006 dan 2007 Penulis mengikuti Kejuaraan Nasional di Tangerang dan Palembang, namun masih gagal dalam mendapatkan prestasi di Tingkat Nasional. Tahun 2007 mendapatkan 1 medali Emas, dan 1 Perak Kejuaraan Daerah di


(11)

Kabupaten Lampung Selatan, 2 Medali Perak di Kejuaraan Daerah Tingkat Provinsi, 2008 mendapatkan Medali Perunggu di Kejuaraan Tingkat Nasional di Senayan, tahun 2009 mendapatkan kesempatan untuk seleksi Kejuaraan Dunia di Bali. Pada Tahun 2010 Mendapatkan Medali Perunggu di Event PORPROV di Tulang Bawang. Saat ini Penulis sedang mengikuti Training Centre untuk mengikuti 2 Event Kejuaraan Daerah di Provinsi Lampung dan Seleksi Sea Games dan Kejuaraan Dunia di Jepang, semua prestasi tersebut di lalui di cabang Olah Raga Shorinji Kempo.


(12)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahhirabbil’alamin...

Kupersembahkan hasil karya yang sederhana ini Untuk orang-orang yang luar biasa dalam hidupku:

Ayah dan Bunda

tercinta”

yang telah mempersembahkan

arti kehidupan melalui jerih payah, peluh keringat, rintihan, petuah dalam proses hidup yang cukup panjang..

serta selalu memberikan curatan kasih sayang, dukungan, dan doa’anya serta restu yang tiada hentinya hingga sekarang dan sampai nanti .

Abang dan Adik

Syahteria Bukit, Habriandi Bukit

Terima kasih atas curahan, motivasi dan bantuan yang telah kalian berikan..

“Anak 26, De’ Kuplek”

Seluruh

keluarga besarku

dan sahabat terbaik yang

selalu memberi warna dan pelajaran padaku, dari yang mengajarkan kepada abang arti hidup sampai membantu

dalam proses penyusunan karya yang sederhana ini .

“ALMAMATER KU UNIVERSITAS LAMPUNG

TERCINTA”


(13)

MOTO

A Theacher Is Never A Giver Of Truth, He Is Guide, A Pointer To The Truth That Each Student Must Find For

HimSelf (Bruce Lee)

Don’t Pray For An Easy Life, Pray For The Steangth To Endure A Difficult One

(Bruce Lee)

Knowing Is Not Enough We Must Apply, Willing Is No Enough We Must Do


(14)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin...

Segala Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berbagai nikmat, karunia, rakhmat, petunjuk dan kasih sayangNya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik di Kecamatan Sidomulyo pada bulan Januari tahun 2012)” yang merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan, arahan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan FISIP Universitas Lampung dan juga selaku Pembahas Skripsi, yang telah membantu penulis dalam proses perkuliahan dan selalu memberikan motivasi bagi penulis untuk terus berjuang menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Drs. Denden Kurnia D, M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(15)

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan dan Pebimbing Akademik, yang telah banyak memberikan wawasan ilmu kehidupan, motivasi, nasehat dan semua yang berharga untuk bekal ke depan kelak.

4. Bapak Dr. Pitojo Budiono, M.Si. selaku Pembimbing I Mahasiswa, penulis berterima kasih atas kesediannya yang dengan sabar memberikan bimbingan, saran, kritik serta motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Syafarudin, S. Sos. M.A. selaku Pembimbing II Mahasiswa yang telah banyak memberikan arahan dan masukan berharganya untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi ini;

6. Seluruh Dosen Fisip Unila yang telah membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa perkuliahan;

7. Seluruh Staf Administrasi dan Karyawan Tata Usaha FISIP Unila khususnya kepada Mbak Iin yang telah membantu dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan Mbak Nurmalena, A.Md. selaku Staf Ruang Baca Fisip, terima kasih atas pinjaman buku-buku selama ini.;

8. Kantor Kesatuan, Kebangsaan dan Politik, dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpol dan Linmas) Kabupaten Lampung Selatan, penulis berterima kasih atas bantuannya yang telah memberikan informasi dan data sehingga skripsi ini dapat terselesaikan;

9. Masyarakat Napal dan Desa Kota Dalam selaku informan dan responden yang telah memberikan informasi dan bantuan;


(16)

10.Motivatorku dan yang teristimewa kepada kedua Orang Tuaku (Ayah , Bunda), yang telah membesarkan, mendidik dan membimbingku dengan penuh kesabaran serta penuh kasih sayang dan takkan terbalaskan oleh apapun. Terima kasih Ayah dan Bunda.

11.Untuk Abang dan Kembaranku: Bang Syahteria Bukit, Habriandi Bukit. Kak Vita, dan Bukit Jr Alvaro Bukit. Terima kasih untuk doa dan semangatnya. Kalian tempat berbagi dalam suka dan dukaku;

12.Kuplek : Andrianto S. Ip teman yang selalu memberi semangat dan selalu mengerti bagaimana posisi teman dan banyak memberikan masukan dalam melakukan banyak hal, sukses ya bro buat lo yang lagi berjuang di Jakarta. Ardi Okta S. S. Ip yang sedang berjuang di Jawa Timur.. semoga kisah percintaan lo membaik dan ga salah pilih lagi.. hahahaha Dwi Agung Novrian. CS. Ip semangat ya bro buat nyusun nya, jgn banyak-banyak tebar jaring, takut jadi boomerang hahahaha.. mksh buat lo yang selalu bsa bantu dan selalu ada buat gw. Aditya Fermanda CS. Ip kalau buat lo gw dukung banget deh supaya lo bisa selingkuh dan bisa cari cewek lain.. dari pada gw banyak sakit hati sama cwek lo yang skrg hahahaha Andri Rifkiyansyah CS. Ip semoga lo bsa jadi cwo yang bertanggung jawab atas apa yang lo jalanin skrg, gw yakin lo bisa jadi sukses asal semua lo lakuin dengan ikhlas.. semnagat buat nyusun ya broo... buat Andri Marta S. IP CM.Ip semoga lo menemukan cinta sejati lo di 2010, 2011 dan selanjutnya hahaha percaya aja sama diri lo kalau lo itu cwo tampan.. Alvindra S. IP CM. IP semangat buat mengejar cinta sejati di S2. Semoga lo ga kalah dengan anak Jendral hahaha Puput Adi Kusuma CS. Ip jgn semua hal di anggap gampang dan di anggap mudah, karena kita ga tau


(17)

apa yang bakal terjadi di depan.. cobalah bersikap serius bukan menganggap semua hal itu mudah..

13.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2008 : Eks Sekum HMJ Ilmu Pemerintahan M. Ikhsan Hakiki S. Ip yang sekarang lanjutin karir di Pesisir Barat, semoga lo jadi pemimpin buat diri lo dan berguna untuk orang banyak.. amiiin... Stella S. Ip semoga lo bisa menjadi diri yang mandiri dan sukses kdpannya ya sista.. Shelly S. Ip lupain tmn gw ya sista.. semoga lo bisa cari cwo yang lebih baik hahaha Hendra S. Ip Tomi S. Ip Hurry S. Ip Arinza Justistio yang sedang melanjut kan gelar sarjana nya sampe 5 gelar hahaha dan tmn2 yang lain yang ga bisa di sebutin satu persatu.. buat tmn spesial Letda Suhendri selamat brtugas ya my bro

14.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2009 : Gustyari, bangun, Melly, Dian, Keny, Refeni, defta, Yul, Yussi. Mahayu, ramadan, Lian, Yoga dan teman2 2009 yang lain yang mngkin ga bisa di sebutin satu-satu.. semoga kalian menjadi orang yang lebih baik dan berguna untuk orang banyak dan keluarga kalian.

15.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2010 : Thanks for Iin Tajudin, Tiffany my Beb, Eki, Monica, Dwi, Deo, anggesti dan mbiw mbiw yang lain.. semangat dalam berproses.. jgn pernah menganggap semua hal itu mudah dan gampang, karena kesulitan bakal kalian dpatkan, brproses ga hanya di kampus dan pergaulan kalian aja, banyak lah belajar dalam banyak hal.

16.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2011 : Mksh buat Natessya Septiani Rahmanda yang pernah kasih dkungan dan nemenin gw untuk beberpa waktu, semoga bsa smengat dalam melakukan banyak hal, kdewasaan


(18)

ga hanya di dapet dari 1 orang, semoga bsa belajar dari kehidupan orang lain, buat Indah, restia, miranti dan temn2 yang lain yang ga bisa di sebutin semua nya.. semoga kaliann bsa berlajar dan berproses dalam kampus dan selalu dapet banyak hal yang bsa jdi pertimbangan kalian dalam membimbing kalian di masa dpan.

17.Teman-teman Ilmu Pemerintahan Angkatan 2012, dan 2013

18.Villa Saba 26 : semangat buat kalian semua Andre F S. TP semoga lo bsa jadi pribadi dewasa dan menjadi kan diri lo semakin jadi pribadi yang mandiri, Iwan P CS. T jgn banyak berharap dapet cwe dokter, tapi ya gw mah dukung-dukung aja ahahahaha, Ridhal M S. Ip yang ga suka muhhamad nya di pake sama orang lain hahahaha semoga karir lo dan kisah hidup lo bsa menjadikan diri lo yang bijak dan dewasa dan bsa bimbing lo ke masa depan yang lebih baik. Hadi Shafrudin CS. Ip semoga lo di berikan kemudahan dalam perjalanan skripsi ya bro dan semoga lo bsa jadi laki yang semakin bertanggung jwab dan jadi cwo yang selalu di andelin buat orang banyak, 19.Harry Yuhanda ( Ary Joanda/Upe) : lo adek gw yang ga akan gw lupain dalam

hidup gw, bljr dari banyak hal yang udah pernah lo laluin buat gw semkin jdi pribadi dwsa, banyak hal yang gw lewatin tanpa lo, disaat gw lewatin banyak keberhasilan dan kebahagian, tapi semua tanpa lo, banyak hal yang buat gw sedih kalau inget lo, tapi gw bakal ceritain lo dan banggain lo ke semua orang ttg diri lo bro.. We Love you my Bro Ary Joanda, Semoga lo tenang dan bahagia di sana yaaa...

20.KBB Vacation : Buat Raden Raizky Rienaldy Pramasha CS. E semoga lo bsa semangtin diri lo untuk brubah, bukan orang lain, tapi diri sendiri, orang lain


(19)

sebagai motivator, masa dpan kita tergantung kita hehe. Buat Akbar “Rodek”

Milian ga usah banyak yg terlalu fikirin, fikirin aja orang yang lo syang, lo mau buat bangga atau kecewain mereka, semua tergantung lo bro.. hehehe

buat Putra Ersandy “acong” kejer cita-cita lo yang selama ini lo impiin, jgn terpaku dngn orang orang, kdewasaan bakal buat jdi pribadi yang bijaksana.. Ayu Dwiny Octary saran gw lo bisa turunin berat badan hahaha *kidding semngat buat jalanin proses kuliah dan kehidupan ya nduut, jgn terlalu banyak yang di fkirin, lakuian apa yang terbaik buat diri lo, masukan orang lain jadiin pertimbangan buat lo. Lancar buat kuliah sama karir kedpan nya yaaa, Dewi Huntari 1111021029 Jurusan Ilmu Ekonomi Study Pembangunan orang yang pertama request kalau dia mau di tulis NPM+Jurusan.. promo banget!! Cepet-cepet move on dari R ya dew.. Putri Rizki Indah Larasati calon sepupu ipar dari Hadi, semoga langgeng ya sama Ijudin nya, lancar kuliah nya dan buat karir nya..

21.Teman-teman seperjuangan KKN di desa Rejo Basuki, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis


(20)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan dan Manfaat Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Peran ... 7

B. Tinjauan Mengenai Pemerintah Daerah ... 8

1. Pengertian Pemerintah Daerah ... 8

2. Wewenang Pemerintah Kabupaten ... 10

C. Tinjauan Tentang Konflik ... 11

1. Pengertian Konflik ... 11

2. Tahap Konflik ... 14

3. Sumber Konflik ... 15

4. Manajemen Konflik ... 17

D. Tentang Resolusi Konflik……….……. 18

1. Model Resolusi………...………...…….. 20

E. Tinjauan Tentang Kebiasaan……….. 22

F. Tinjauan Tentang Budaya……….. 22

G. Tinjauan Tentang Komunikasi………... 24

H. Tinjauan Tentang Masyarakat Bali dan Lampung ……….... 24

I. Tinjauan Tentang Kesbangpol dan Linmas……… 28

J. Kerangka Pikir……….... 29

III. METODE PENELITIAN A. Penentuan Subjek ... 30


(21)

C. Fokus Penelitian ... 32

D. Jenis Data Penelitian ... 35

1. Data Primer……….. 35

2. Data Sekunder………. 36

E. Tahap Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Teknik Pengolahan Data ... 38

H. Teknik Analisa Data ………. 39

IV. GAMBARAN UMUM A. Badan Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan ………. 43

B. Tentang Masyarakat suku Lampung dan Suku Bali ………. 45

1. Masyarakat Bali ……….. 45

2. Mayarakat Lampung ………... 47

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sebelum Terjadi Konflik ……… 53

2. Setelah Terjadi Konflik ….………. 56

3. Tupoksi Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan ....………. 60

1. Inventarisir Permasalahan, mengelola Informasi Tentang Konflik 60 2. Penanganan Potensi Konflik ……….. 61

3. Melaksanakan Monitoring, Pengendalian dan Evaluasi Kegiatan 61 A. Analisis Tupoksi Kesbangpol dan Linmas Kabupaten ………... 63

1. Sebelum Terjadi Konflik ………. 63

2. Saat terjadi Konflik ………. 66

3. Sesudah Terjadi Konflik ………. 68

B. Resolusi Konflik ………. 72

1. Compromise ……… 72

2. Integration ………... 73 VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……… 79

B. Saran ……….…….. 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

A. Bagan Kerangka Fikir ... 30 B. Struktur Organisasi ... 45 C. Gambar 1 Penjagaan Polisi Sebelum Konflik ……… 64 D. Gambar 2 Masa dari Suku Lampung dari Kecamatan Kalianda ……….... 66 E. Gambar 3 Masa dari suku Lampung ……….. 67 F. Gambar 4 Masa dari suku Lampung saat terjadi konflik ………... 68 G. Gambar 5 Penjagaan di Pasar Sidomulyo ……….. 70 H. Gambar 6 Puing-puing rumah yang dibakar masa suku Lampung ……… 70 I. Gambar 7 Penjagaan memasuki tempat terjadi konflik ………. 72 J. Gambar 8 Bentuk Dukungan Damai dari masyarakat Kota Bandar Lampung …. 73


(23)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di masa lalu, banyak masalah terjadi di daerah yang tidak tertangani secara baik karena keterbatasan kewenangan pemerintah daerah. Oleh karenanya paradigma baru pemerintahan yang lebih menekankan pada pemberdayaan masyarakat, desentralisasi dan transparansi lebih membuka kesadaran tentang peluang dan pentingnya pemerintahan daerah (local government) yang semakin otonom dibandingkan dengan masa sebelumnya.

Pada bulan Januari awal pada tahun 2012 terjadi kasus konflik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan. Dari Informan yang memang dapat dipercaya, bahwa kasus yang terjadi di Desa Napal adalah kasus yang berawal dari kasus social, bagaimana soal kecil yang menyangkut dari lahan parkir yang akhirnya menyinggung ke soal Sukuisme atau Etnisitas.


(24)

2

Kasus yang terjadi di Desa Napal adalah murni kasus Etnis atau Suku, tidak pernah kasus yang terjadi di Desa Napal menyangkut soal Agama. Memang harus ada penjelesan tentang kasus yang sebenarnya tentang awal mula kasus yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo. Sebelum terjadi konflik yang terjadi, adalah konflik antar pemuda yang berawal karena lahan parker.

Setelah kasus antar pemuda yang terjadi di Pasar Sidomulyo, akhirnya berlanjut kasus konflik tersebut menjadi kasus konflik yang besar dengan menyangkut tentang Etnis, dimana antar Suku Lampung dan Suku Bali yang terjadi di Desa Napal. Harus ada ketegasan tentang kejelasan tentang kasus yang terjadi sebenarnya, bahwa kasus konflik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Januari pada tahun 2012 adalah murni kasus Konflik Etnis.

Kecamatan Sidomulyo sendiri dalam masyarakatnya memang banyak terbagi dari dua suku yang paling banyak penduduknya yaitu Suku Lampung yang asli pribumi dari Lampung Pesisir, dan Suku Bali yang ada di Kecamatan Sidomulyo. Dari pengelompokan yang terjadi karena Suku Bali yang bisa dikatakan bahwa Suku yang mengelompok dan membuat masyarakat dengan peraturan adat sendiri.

Salah satu faktor lain yang mempengaruhi adalah mungkin karena sedikitnya komunikasi yang terjadi antara kedua Suku, karena


(25)

3

pengelompokan tempat tinggal. Beberapa faktor tadi bisa mempengaruhi kenapa awal mula dari kasus konflik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo tersebut bisa terjadi.

Kasus konflik Etnik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan tersebut adalah menjadi tanggung jawab dari Pemerintah Daerah sendiri, karena Pemerintah Daerah memiliki Badan yang jelas dan bersangkutan dengan kasus Konflik yang ada di Wilayah Kabupaten Lampung Selatan sendiri. Kasus yang sudah terjadi kurang lebih 4 bulan lalu ini adalah kasus yang masih menjadi perbincangan karena bagaimana dan seperti apa Peran Pemerintah Daerah itu sendiri dalam Resolusi Konflik Etnik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo.

Karena masih belum jelasnya bagaimana dan seperti apa peran Pemerintah Daerah yang bersangkutan adalah Badan Kesatuan Kebangsaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan (Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan) dalam masuk dan ikut dalam Resolusi Konflik Etnik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo. Maka itulah yang menjadi dasar peneliti dalam menjadikan judul Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konlik Etnik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo.


(26)

4

Masyarakat sendiri apakah memang merasakan dan melihat apakah memang ada peran dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan sendiri yang diwakilkan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam me-Resolusi Konflik Etnik yang terjadi di Desa Napal. Karena hal itu pula yang akhirnya membuat peneliti tertarik mengangkat judul ini untuk menjadi bahan penelitian, karena masyarakat sendirilah yang memang merasakan dan melihat langsung apakah memang ada peran dari dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan.

Melihat peran Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik yang terjadi di Desa Napal tidak bisa hanya mendapatkan informasi dari Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan sendiri, tetapi harus ada pebanding dari pihak luar yang memang apakah merasakan dan melihat langsung seperti apakah peran dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam meresolusi konflik etnik yang terjadi di Desa Napal, karena Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan adalah wakil dari Pemerintah Daerah yang memiliki Tugas dan Fungsi dalam Penanganan Konflik yang ada di daerah Kabupaten Lampung Selatan.


(27)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah bagaimana Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik antar Suku Lampung dan Suku Bali di Kecamatan Sidomulyo pada bulan Februari tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui, menganalisis, dan mendapatkan gambar obyektif tentang Peran dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik Etnik yang terjadi di Kecamatan Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan.

D. Kegunaan dan Manfaat Penelitian

1. Kegunanaan teoritis penelitian ini meliputi:

Sebagai pengembangan keilmuan, khususnya Ilmu Politik dalam penanganan konflik dan sebagai bahan referensi bagi para teoritisi dan pengambil kebijakan dalam menambah khasanah pengetahuan tentang Konflik di masyarakat.

2. Kegunaan secara praktis dari penelitian ini meliputi :

Secara praktis sebagai bahan yang dapat di pertimbangkan bagi pemerintah daerah dalam menyikapi kasus konflik yang ada di daerahnya.


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Mengenai Peran

Peran adalah kata kerja yang merupakan kata dasar dari kata

“peranan”. Dalam terminology Ilmu Sosial kata ini diartikan sebagai

seperangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat atau dengan kata lain dapat disebut sebagai bentuk operasional dari kedudukan didalam masyarakat. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:751)

Menurut Soleman B. Taneko (1986:23), yang dimaksud dengan peran adalah kegiatan organisasi yang berkaitan dengan menjalankan tujuan untuk mencapai hasil yang diharapakan. Peran ditujukan pada hal yang bersifat kolektif dalam masyarakat seperti himpunan atau organisasi, berarti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan dalam sebuah masyarakat.

Menurut Sugiyono (2002:72), peranan lembaga mencakup sumber daya berupa pengadaan dan pengelolaan masukan-masukan keuangan yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan lembaga.


(29)

7

Sedangkan menurut John Stuart Mill (David. E. Apter, 1996:143), bahwa peranan lembaga meliputi 2 hal yaitu :

1. Kekuasaan yang bersifat swasta, digunakan bersama-sama dan karenanya saling menguntungkan bagi penguasa maupun rakyat. Oleh karenanya ada kerjasama antar pihak-pihak guna mencapai tujuan.

2. Lembaga mempunyai tujuan, bersifat membantu menangani dan membantu sesuatau menjadi moderat, dalam hal ini melalui perencanaan lembaga agar tepat sasaran.

Kusnadi dkk (2002:180-181) menjelaskan bahwa tujuan adalah hal yang diharapkan terjadi di masa yang akan datang dengan melaksanakan kegiatan program yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Penentuan tersebut dituangkan dalam program yang sesuai dengan prosedur dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini visi dan misi serta pedoman umum organisasi yang diterapkan dalam program kegiatan organisasi.

B. Tinjauan Tentang Pemerintah Daerah 1. Pengetian Pemerintah Daerah

Pengertian Pemerintah adalah Badan Eksekutif mulai dari Kepala Pemerintahan (Presiden atau Perdana Menteri) beserta pembantunya, Menteri-menteri dan seterusnya. Pengertian di atas merupakan pengertian pemerintahan dalam arti sempit. Dalam pelaksanaannya pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, melainkan membutuhkan pihak-pihak lain terutama dalam pelaksanaan pemerintah di daerah. Atas dasar inilah pemerintah membentuk suatu perwakilannya di daerah


(30)

8

yang lebih kita kenal dengan Pemerintah Daerah. Dalam UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah

“penyelenggaraan pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) menurut asas otonomi dan tugas Pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam system dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Pemerintah disini diartikan sebagai Pemerintah Daerah yang terdiri dari Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya. Seperti diketahui, dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi pemerintah membagi daerah menjadi tiga bagian, yakni daerah Provinsi, daerah Kabupaten, dan daerah Kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyrakat. Ketiga daerah tersebut masing-masing berdiri sediri dan tidak mempunyai hubungan hirarki satu sama lain.

Dalam melaksanakan kegiatannya Pemerintah Daerah dibantu oleh Badan Legislatif Daerah yang kita kenal dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) yang merupakan wahana untuk melaksanakan Demokrasi berdasarkan Pancasila dan mempunyai kedudukan sejajar menjadi mitra dari Pemerintah Daerah.


(31)

9

2. Wewenang Pemerintah Kabupaten

Dalam Undang-undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 21 dijelaskan bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah memiliki hal :

1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; 2. Memilih Pemimpin Daerah;

3. Mengelola Aparatur Daerah; 4. Mengelola kekayaan Daerah;

5. Memungut Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

6. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumberdaya lainnya yang berada di daerah;

7. Mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah;

8. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.

Daerah mempunyai kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan kecuali kewenangan dalam bidang politik Luar Negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, meneter dan fiscal nasional dan agama (pasal 9 ayat 1).

Selanjutnya dalam pasal 14 ayat 1 dijelaskan bahwa urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi :

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan;

2. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;


(32)

10

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum; 5. Penanganan bidang kesehatan;

6. Penyelenggaraan pendidikan; 7. Penanggulangan masalah social; 8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan;

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; 10.Pengendalian lingkungan hidup;

11.Pelayanan pertanahan;

12.Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; 13.Pelayaan administrasi umum pemrintahan; 14.Pelayanan administrasi penanaman modal; 15.Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

16.Urusan wajib lainnya diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

C. Tinjauan tentang Konflik

1. Pengertian Konflik

Istilah konflik dalam ilmu politik sering kali dikaitkan dengan kekerasan, seperti kerusuhan, kudeta, terorisme, dan revolusi. Oleh

Ramlan Subakti (1992:149) dikatakan, “konflik mengandung pengertian “benturan”, seperti perbedaan pendapat, persaingan, dan

pertentangan antara individu dan individu, kelompok dan kelomppok, dan antara individu atau kelompok dengan pemerintah.

Teori Paul Conn, “ Conflict an Decision Making : An introduction to Political Science”, yang dikutip oleh Ramlan Surbakti (1992:8), bahwa pada dasarnya politik adalah konflik, karena konflik


(33)

11

merupakan gejala yang selalu hadir dalam masyarakat termasuk dalam setiap proses politik. Menurut pandangan ini, ada diantara pihak yang berupaya mendapatkan nilai-nilai dan mereka yang berusaha keras mempertahankan apa yang selama ini telah mereka dapatkan, antara pihak yang sama-sama juga mempertahankan nilai-nilai yang selama ini mereka kuasai.

Menurut K.W. Thomas yang dikutip oleh Stephen P.Robbins

(1996:124) dalam bukunya “Perilaku Organisasi”, berpendapat bahwa konflik merupakan suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa suatu pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera, sesuatu yang diperhatikan pihak pertama. Sedangkan menurut Arraq Steinberg (1981:71), konflik adalah :

“Suatu proses yang kuat sekali untuk hasil yang diharapkan

maupun hasil yang tidak diharapkan. Hasil yang diharapkan termasuk menciptakan gagasan-gagasan baru dan unggul, yang memaksa orang untuk mencari pendekatan-pendekatan baru dan menguji kemampuannya. Hasil yang tidak diharapkan termasuk mencipatakan jarak antara orang-orang, menumbuhkan rasa curiga, serta membuat mereka terasa dihina

dan dikalahkan”.

Konflik oleh Soerjono Soekanto (1984:63) sering diartikan sebagai suatu proses sosial dimana setiap, individu, atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuan nya dengan jalan menentang pihak lawan yang terkadang disertai ancaman atau kekerasan.


(34)

12

Konflik banyak dipersepsi dan diperlakukan sebagai sebuah sumber bencana. Konflik banyak dipahami sebagai keadaan darurat yang tidak mengenakkan. Sedapat mungkin dihindari dan dicegah. Berbeda dengan pandangan tersebut, pendekatan kritis terhadap konflik lebih menempatkan konflik sebagai suatu relitas sosial dan merupakan bagian yang dibutuhkan dalam proses

perubahan sosial. Konflik secara “anatomis” dipahami tidak hanya

memiliki satu warna atau satu dimensi saja. Konflik memiliki banyak warna atau multidimensi Boedhi Wijardjo dan Herlambang Perdana (2001:6)

Hal ini tentu saja semakin membenarkan dan memperkuat argumentasi bahwa konflik sesungguhnya tidak bisa dilihat dari hanya satu dimensi, melainkan sebagai kenyataan yang berdimensi banyak. Dimensi lain dari konflik yang jarang diperhatikan adalah

“peluang” sekaligus “energi” bagi proses perubahan sosial. Oleh

karena konflik merupakan energi (sumberdaya), maka ia senantiasa ada selama yang disebut masyarakat itu ada. Konflik tidak bisa dihilangkan karena akan bertentangan dengan sifat ilmiahnya. Yang bisa dilakukan terhadap konflik hanya memahami, menghadapi, dan mengelolanya. Untuk menghadapi dan mengelola konflik hanya mungkin dilakukan apabila substansi dan ruang-ruang konflik bisa dicermati secara kritis.


(35)

13

2. Tahap Konflik

Menurut Handayaningrat (1989:118-119) pada hakikatnya koordinasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Konflik Laten/Latent Conflict (tersembunyi) b. Konflik Terasakan/Perceiva Conflict

c. Konflik Diwujudkan/Felt Conflict d. Konflik Teraba/Manifest Conflict

e. Akibat Konflik/Conflict Atfermath (2000:10)

Pada tahap-tahap tersebut diatas dapat diuraikan secara berurutan bahwa pertama, konflik merupakan suatu keadaan yang laten (potensial) karena factor individu, organisasi dan individu, organisasi dan lingkungan yang berbeda sehingga menimbulkan banyak perbedaan. Kedua, atas dasar itu individu atau kelompok mengetahui bahwa konflik dapat dirasakan adanya seperti hal pada konflik internal partai ini yang juga dapat dikategorikan sebagai tahap ini, karena pada tahap ini konflik yang muncul cenderung berpengaruh terhadap mekanisme pada supra dan infrastruktur pada partai itu sendiri. Ketiga, mereka merefleksikan melalui perbedaan opini maupun tujuan dan nilai, dan melakukan aksi-aksi oposisi sehingga kesalahpahaman dan tidak ketidaksetujuan terjadi. Maka selanjutnya yang keempat, konflik mulai bergerak dan berangsur-angsur mulai diwujudkan. Apabila terus berlanjut konflik dimanifestasikan dalam bentuk agresi terbuka antara pihak yang berkonflik. Kelima, akibat dari konflik ada yang


(36)

14

menguntungkan dan merugikan, menguntungkan seperti meningkatkan kreatifitas, pertukaran ide, menemukan hal-hal baru, dan dinamisasi. Sedangkan yang merugikan akan meningkatkan rasa ketidakpuasan, stress, pergantian orang/jabatan secara tidak konstitusi, dan performansi menurun.

3. Sumber Konflik

Berdasarkan konsep konflik tersebut diatas dapatlah dipahami bahwa pengertian konflik lebih banyak kepada perbedaan dan pertentangan kepentingan. Bagaimana konflik-konflik tersebut bisa timbul atau sering terjadi, hal yang menjadi sebuah pertanyaan yang mendasar, karena konflik sudah tentu memiliki sebab kemunculan seperti pepatah mengatakan tidak ada asap tanpa api, pernyataan tersebut yang

kemudian sering dinamakan dengan “sumber konflik”.

Mark dan Snyder sendiri yang dikutip Dennis C. Pirages (1981:75)

dalam bukunya “Stabilitas dan Pengelolaan Konflik”, menyatakan sumber konflik muncul karena kelangkaan posisi dan sumber-sumber (resources).

Menurut Dennis C. Pirages(1981, ), dalam kaitannya dengan partai politik, konflik internal yang terjadi disebabkan persoalan pembatasan posisi yang dapat diisi. Makin minim posisi yang dapat diisi, maka tingkat persaingan dan perebutan untuk mendapatkan semakin tinggi pula. Akibatnya semakin tajam pula konflik diantara individu atau kelompok untuk merebut dan mempertahankan sumber-sumber


(37)

15

tersebut. Maka, setiap kelompok ataupun organisasi harus diperhatikan, artinya apabila sumber-sumber tersebut tidak seimbang dengan kondisi anggota kelompok maka perkembangan suatu konflik sangatlah besar.

Pendekatan Pembangunan Politik (Lucian W. Pye, dalam Yahya A. Muhaimin, 1988:17), ada tiga penyakit partai-partai politik ini yang menyebabkan sering timbulnya konflik. Pertama, mereka terlalu berorientasi pada ideologi, bukan program, yang sangat peka untuk masyarakt majemuk. Kedua, mereka hanya mengutamakan kepentingan kelompok dan menggunakan dukungan rakyat untuk melindungi kepentingan tersebut. Ketiga, cara pengangkatan pemimpin partai, karena melalui pimpinan pusat dan tidak bertanggungjawab pada pemilih, telah menjadikan partai-partai tidak memandang dirinya sebagai bagian dari sebuah sistem yang telah disepakati bersama, tapi lebih cenderung bertindak sendiri sesuai dengan pandangan dan ideology masing-masing yang sempit.

Berbeda dengan sebelum, Maurice Duverger (1988, ) lebih cenderung

melihat “faktor ideologi” sebagai penyebab konflik. Menurutnya “ideologi politik” yang tumbuh dan berkembang dalam suatu organisasi dapat menjadi landasan berfikir dan bergerak suatu organisasi dalam mencapai tujuan tertentu. Oleh karenanya, ideologi politik dapat menjadi penuntun, pendorong, dan pengendali perilaku dan tindakan politik suatu bangsa, partai politik, bahkan individu.


(38)

16

Dapat disimpulkan jika semakin banyak ideologi politik yang mereka anut, semakin tinggi pula peluang untuk berkonflik diantara mereka, bahkan sering terjadinya perbedaan persepsi, ide-ide atau nilai-nilai yang ingin diterapkan kepada pihak lain, yang sering disebut dengan pemaksaan kekuasaan.

4. Manajemen Konflik

Konflik merupakan unsur yang dibutuhkan untuk mengembangkan organisasi, jika organisasi ingin terus hidup dan tumbuh, karena konflik itu sendiri tumbuh dari sebuah kedinamisan manusia dan sulit untuk dihindari dalam proses kehidupannya. Maka seni dari manajemen konflik atau seni memimpin dalam situasi dan kondisi konflik sangatlah penting dan merupakan tugas yang paling berat dan paling sukar bagi mereka terutama bagi para pemimpin.

Perlunya dikembangkan seni mengelola konflik atau biasa sering disebut dengan Manajemen Konflik. Manajemen Konflik ini dilakukan bertujuan agar konflik yang akan, sedang, dan telah terjadi menjadi konflik yang sulit untuk diselesaikan dan merusak keberlangsungan organisasi, melainkan justru organisasi mampu mengambil pelajaran atau menemukan inovasi baru dari adanya konflik tersebut.

Menurut Kartini Kartono (1998:220), Manajemen Konflik dapat dijalankan dengan cara sebagai berikut :

1. Membuat standar-standar penilaian


(39)

17

3. Menganalisa situasi dan mengadakan evaluasi terhadap konflik 4. Memiliki tindakan-tindakan yang tepat untuk melakukan koreksi

terhadap penyimpangan dan kesalahan-kesalahan.

Jika sikap yang berbeda, tujuan atau sasaran individu maupun kelompok yang tidak sama, dan segala macam perbedaanlainnya bisa diperbesar dan diperkuat sehingga menambah semakin kuatnya ketegangan, dan pergesekan atau friksi-friksi dan konflik-konflik dengan sendirinya akan menjadi semakin meruncing. Maka akan menjadi masalah yang cukup penting bagi pemimpin besar maupun kecil untuk menemukan teknik-teknik guna merangsang konflik secara interpersonal atau kelompok, atau bahkan sekaligus mengendalikannya, serta mampu menyelesaikan secara sistematis tanpa menimbulkan banyak korban dan kesusahan terhadap pihak lain.

5. Tentang Resolusi Konflik

Proses perdamaian merupakan serangkaian tindakan, pertemuan, aktivitas yang diambil oleh kelompok yang berkonflik dan orang di wilayah yang terkena imbasnya untuk menuju penyelesaian secara terbuka serta penerimaan secara social, ekonomi, politik dan akar-akar penyebab konflik yang melahirkan pertempuran. Proses perdamaian yang efektif akan memperhitungkan dan menyentuh tujuh elemen: jender, generasi, politik, militer, ekonomi, budaya, social, nasional, batas-batas kewilayahan dan sumber daya alam. ( Y. Tri Subagya, Resolusi Konflik dan Proses Perdamaian 2006 )


(40)

18

Menurut Wikipedia Ensiklopedia Bebas, resolusi adalah sebuah frase untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama antarkelompok atau individu setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan dalam kolektif intelijen untuk pengambilan keputusan. resolusi yang dilakukan dalam gagasan abstrak, tidak mempunyai implikasi terhadap konsensus politik praktis akan tetapi tindak lanjut pelaksanaan agenda akan lebih mudah dilakukan dalam memengaruhi resolusi konflik. Resolusi bisa pula berawal hanya merupakan sebuah pendapat atau gagasan yang kemudian diadopsi oleh sebuah kelompok kepada kelompok yang lebih besar karena bedasarkan kepentingan (seringkali dengan melalui sebuah fasilitasi) hingga dapat mencapai pada tingkat konvergen keputusan yang akan dikembangkan.

Resolusi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kesepakatan/kompromi kata atau permufakatan bersama (mengenai pendapat, pendirian, dan sebagainya) yang dicapai melalui kebulatan suara.

Maurice Duverger (2003:317-318) menyatakan, resolusi pada prinsipnya adalah “membagi kue menjadi dua” dan memberikan separuh kepada setiapnya. Resolusi yang ideal akan membuat keseimbangan antara keuntungan dan pengorbanan dari setiap pihak yang bertikai. Hal ini akan didasarkan pada keadilan pada bentuk (kesamaannya) yang fundamental, yang disimbolkan dalam skala.


(41)

19

Setiap individu, setiap kelompok, setiap kelas, dengan demikian akan terpuaskan, dan alasan-alasannya untuk konflik akan menghilang. Semakin adil syarat-syaratnya, semakin mudah mencari kesepakatan.

Penulis simpulkan bahwa resolusi konflik merupakan suatu cara pengambilan kesepakatan atau kompromi untuk mencari keputusan dari konflik yang didasari prinsip win-win solution, dimana kelompok atau individu yang mengalami konflik dapat menemukan titik terang dalam penyelesaian konflik yang ada. Pada dasar nya dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa resolusi konflik sangat berperan dalam penyelesaian konflik yang ada.

1. Model Resolusi

Upaya untuk memecahkan konflik selalu timbul selama berlangsungnya kehidupan organisasi/kelompo, namun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam sifat dan intensitas konflik pada berbagai tahap perkembangan organisasi/kelompok. Resolusi terhadap konflik-konflik yang besar tidak akan dapat terjadi sampai suatu organisasi/kelompok telah berkembang mencapai suatu titik dimana terdapat kesepakatan yang mendasar di dalam organisasi/kelompok terjadi dengan pasti. Tentunya dalam hal ini setiap konflik yang terjadi membutuhkan suatu model resolusi atau kesepakatan bersama dalam pemecahan konflik tersebut.


(42)

20

Wahyu M.S. (1988:162) dalam bukunya menjelaskan tentang model-model resolusi konflik, adapun model-model-model-model resolusi tersebut adalah :

1. Elimination, yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan :

a. Kami mengalah; b. Kami mendongkol; c. Kami ke luar;

d. Kami membentuk kelompok kami sendiri.

2. Subjugation atau Domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya. Tentu saja cara ini bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihak-pihak yang terlibat.

3. Majority Rule, artimya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan, tanpa mempertimbangkan argumentasi. Pada hakekatnya majority ini merupakan salah satu bentuk dari subjugation.

4. Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan, dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama.

5. Compromise (kompromi), artinya kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik, berusaha mencari dan mendapatkan jalan tengah

6. Integration (integrasi), artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali sampai tercapainya suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. Integrasi merupakan cara pemecahan konflik yang paling dewasa.

Penulis dapat simpulkan bahwa resolusi memiliki model atau cara dalam penyelesaian dan pemecahan konflik yang terjadi, tentunya masing-masing model ini memiliki cara dan tahapan yang berbeda-berbeda, hal ini menentukan bagaimana individu atau kelompok tersebut dalam menyelesaikan konflik tersebut.


(43)

21

D. Tijauan Tentang Kebiasaan

Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (folkways) adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara. Kebiasaan merupakan suatu indicator yang dilakukan seseorang. Misalnya bertutur kata sapa lembut (sopan santun) terhadap orang lain yang lebih tua atau kebiasaan mengucapkan salam setiap bertemu orang lain dan sebagainya (AbdulSyani 56:2008)

E. Tinjauan Tentang Budaya

Untuk lebih jelas dibawah akan dijelaskan tentang Budaya menurut para ahli :

1. Herkskovits dan Malinowsksi memberikan devinisi Budaya adalah sebagai suatu superorganik. Karena budaya yang turun menurun dari generasi ke generasi tetap hidup terus menerus atau berkesinambungan meskipun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan karena irama kematian dan kelahiran.

2. E. B Taylor melihat budaya sebagai kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hokum adat istiadat, dan kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai warga masyarakat.

3. Roucek dan Warren mendefinisikan budaya sebagai satu cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna


(44)

22

memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya.

4. Hassan Shadily budaya berarti keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat kebiasaan dan lainnya. 5. Selo Soemardjan dan soelaiman Soemardi mengemukakan bahwa

budaya itu adalah semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat.

6. C. Kluckhohn Budaya meruapakan seluruh cara hidup suatu masyarakat.

7. Koentjaraningrat mengartikan budaya sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu. F. Tinjauan Tentang Komunikasi

Komunikasi menurut ahli yaitu R. Loose dan De Vito :

1. Communication means that information is passed from one place to another (Komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari suatu tempat ke tempat lain).

2. Komunikasi adalah semua prosedur dimana fikiran seseorang mempengaruhi orang lain.

3. Komunikasi adalah proses atau suatu tindakan menyampaikan pesan dari pengirim kepenerimanya melalui suatau medium yang biasanya mengalami ganguan. Dalam devinisi ini, komunikasi harus bersifat sengaja serta membawa perubahan.


(45)

23

G. Tinjauan Tentang Masyarakat Bali dan Lampung 1. Masyarakat Bali

Pendukung kebudayaan Bali adalah masyarakat Bali, yang dikenal sebagai etnik Bali atau orang Bali. Sebagai sebuah etnik, orang Bali memiliki ciri identitas etnik yang melekat pada diri dan kelompoknya. Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2008: 3) mendefinisikan etnik Bali sebagai sekelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaan, baik kebudayaan lokal Bali maupun kebudayaan nasional. Rasa kesadaran akan kesatuan kebudayaan Bali ini diperkuat oleh adanya kesatuan bahasa, yakni bahasa Bali, agama Hindu, dan kesatuan perjalanan sejarah dan kebudayaanya. Keyakinan terhadap agama Hindu melahirkan berbagai macam tradisi, adat, budaya, kesenian, dan lain sebagainya yang memiliki karakteristik yang khas, yang merupakan perpaduan antara tradisi dan agama. Dalam kehidupan sehari-hari, karakteristik tersebut mewujudkan diri dalam berbagai konsepsi, aktivitas sosial, maupun karya fisik orang Bali (Supatra 2006; Geriya, 2008).

Identitas etnik orang Bali juga tampak pada busana tradisional Bali dan identitas ruang serta lingkungan tempat tinggal (Supatra, 2006: 88-89). Dalam pengertian ruang dan tempat tinggal, persamaan-persamaan yang menjadi cirri identitas etnik orang Bali mencakup kesamaan sebagai krama desa (warga desa) dari suatu desa pakramanan (desa adat) dengan berbagai aturan yang


(46)

24

mengikatnya, yang termuat dalam Awig-awig Desa Pakraman (peraturan tertulis desa adat) (Windia dan Sudantra, 2006; Sirtha, 2005). Disamping hidup sebagai krama desa sebuah desa pakraman, seluruh masyarakat Bali juga terikat dalam kelompokkelompok kekerabatan yang disebut dadia, yang jumlah anggotanya bervariasi dan bertempat tinggal menyebar, tidak selalu pada satu teritorial tertentu. Geertz and Geertz (1975) menyebutkan, bahwa dadia merupakan basis atau unit terkecil dari kelompok masyarakat adat di Bali yang terdiri dari beberapa kuren (keluarga), dan merupakan bagian dari desa pakraman. Mereka terikat oleh kesamaan wit (asal) berdasarkan kesamaan leluhur, dan terikat pula oleh suatu tempat persembahyangan bersama, yakni Pura Dadia (Windia dan Sudantra, 2006: 71).

Dalam kehidupan kesehariannya, perilaku masyarakat Bali juga mendasarkan pada nilai-nilai Agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana. Falsafah hidup Tri Hita Karana sangat menekankan adanya keharmonisan dan keseimbangan hidup antara manusia dengan manusia, manusia dengan Sang Pencipta, dan manusia dengan lingkungannya. Prinsip-prinsip ini terinternalisasi dan terinstitusionalisasi dalam struktur sosial masyarakat Bali dan menjadi pandangan hidup masyarakat Bali, baik dalam mengembangkan sistem pengetahuan, pola-pola perilaku, sikap, nilai-nilai, tradisi, seni, dan sebagainya. Pada akhirnya falsafah Tri Hita Karana ini menjadi ideologi dan core values (inti ajaran)


(47)

25

dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Bali. Ideologi dan core values inilah yang kemudian menjadi landasan bagi standar peraturan yang digunakan institusi-institusi utama, seperti kuren dan dadia, sekaa (organisasi tradisional), subak (organisasi pengairan) dan desa pakramanan di Bali, dalam mengevaluasi perilaku anggotanya.

2. Masyarakat Lampung

Sebetulnya, budaya Lampung sejalan dengan agama Islam, sehingga tidak ada alasan untuk membangun image buruk tentang masyarakat Lampung. Kesesuaian dengan nilai-nilai agama itu bisa dilihat dalam hal menerima tamu, yang representasinya para pendatang di Lampung, sehingga Provinsi Lampung lebih dikenal

sebagai “Indonesia Mini”. Artinya, keanekaragaman kultural yang

ada di Lampung terjadi karena penerimaan masyarakat Lampung terhadap para pendatang.

Sebenarnya masyarakat Lampung sudah biasa menerima pendatang yang dianggap sebagai orang Lampung, asalkan mengikuti hukum adat yang berlaku. Dengan hubungan yang baik antara masyarakat pendatang dengan masyarakat asli --termasuk untuk menumpang berladang di dalam salah satu marga Lampung-- membuat wilayah bersangkutan menjadi berkembang, sehingga menjadi kampung atau sukuh (tiuh) baru sebagai bagian dari marga Lampung yang telah ada," (Yoshie Peneliti dari Jepang) Untuk mengenal lebih dekan masyarakat lampung kita harus mengerti sifat-sifat atau


(48)

26

filsafat masyarakat Ulun lampung, sehingga tidak ada image negatif yang timbul. Kita harus sadar bahwa hidup di lampung, berpenghasilan di lampung, beranak pinak dilampung, adalah menjadi masyarakat lampung yang mempunyai akar kelampungan.

Sifat-sifat Orang Lampung Menurut Kitab Kuntara Raja Niti

1. Pi'il Pesenggikhi Malu melakukan pekerjaan hina menurut agama serta memiliki harga diri. Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, prilaku dan sikap hidup yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok yang senantiasa dipertahan.

2. Sakai Sambaian

Gotong Royong, Tolong-menolong, bahu membahu, dan saling memberi sesuatu yang diperlukan bagi pihak lain. 3. Nemui Nyimah

Saling mengunjungi untuk bersilaturahmi serta ramah menerima tamu. Bermurah hati dan ramah tamah terhadap semua pihak baik terhadap orang dalam kelompoknya maupun terhadap siapa saja yang berhubungan dengan dengan masyarakat lampung.

4. Nengah Nyampukh

Tata pergaulan masyarakat Lampung dengan kesediaan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan pengetahuan luas.


(49)

27

5. Bejuluk Adok

Tata ketentuan pokok yang selalu diikuti dan diwariskan turun temurun dari zaman dahulu. Mempunyai kepribadian sesuai dengan gelar adat yang disandangnya.

Ungkapan Prinsip Orang Lampung dalam Adi-adi (Pantun Lampung)

Tandani hulun Lampung, wat piil-pusanggiri Mulia hina sehitung, wat malu rega diri Juluk-adok ram pegung, nemui-nyimah muwari Nengah-nyampur mak ngungkung, sakai-sambaian gawi

Dengan senantiasa dilandasi dengan semangat hidup atau dikenal dengan 5 (lima) filosofi/prinsip hidup yaitu : Pi'il Pesenggiri, Bejuluk Beadek, Nemuy Nyimah, Nengah Nyappur dan Sakay Sembayan, yang merupakan tekad masyarakat Lampung dengan kesadaran bersama sehingga tetap terpelihara kerukunan antar sesama masyarakat yang saling asah, saling asih dan saling asuh.


(50)

28

H. Tinjauan Tentang Kesbangpol dan Linmas

Menurut Perbup Nomor 31 tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan

Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. Pasal 3 yaitu “Badan

kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat mempunya tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat dan tugas-tugas lainnya yang diberikan berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan oleh Bupati”.

Tugasnya Kesbangpol dan Linmas juga dijelaskan di Perbup No. 31 tahun 2010 yaitu :

1. Mengumpulkan dan mengolah data dan menginformasikan dalam rangka pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman, keselamatan dan ketertiban;

2. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman, keselamatan dan ketertiban ; 3. Mengkaji dan mengevaluasi data dan informasi dalam rangka

pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman, keselamatan dan ketertiban;

4. Menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan fasilitas dan komunikasi pelaksanaan peningkatan sumber daya manusia satuan perlindungan masyarakat.

5. Menganalisa data dan informasi dalam rangka perumusan kebijaksanaan fasilitas dan komunikasi pelaksanaan peningkatan sumber daya manusia satuan perlindungan masyarakat;

6. Menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan penaggulangan bencana dan rehabilitas;

7. Koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penanggulangan bencana;

8. Melaksanakan tanggap darurat dalam penanggulangan bencana; 9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai


(51)

29

I. Kerangka Pikir

Tugas dan Fungsi dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satunya memiliki tugas untuk penanganan konflik yang ada di Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Hal yang mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi pokom dari Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam melaksanakan Peran Badan yang merupakan wakil dari kepala daerah dalam kasus Konflik yang terjadi di dalam pemerintahan daerah.


(52)

30 Konflik Desa Napal Kec. Sidomulo 2012

Kemampuan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung

Selatan dalam mengatasi masalah atau Resolusi Konflik

di Desa Napal tahun 2012. Tupoksi :

Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan Tupoksi Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan (Perbup No. 31 Tahun 2010) :

1. Inventarisir permasalahan, mengelola informasi tentang Konflik.

2. Penanganan Potensi Konflik.

3. Melaksanakan Monitoring, pengendalian, dan evaluasi kegiatan.

Proses :

1. Mengumpulkan data. 2. Melakukan

Koordinasi kepada Pihak yang terlibat 3. Mengikuti semua

pelaksanaan sampai dengan tercapainya Keamanan,

ketertiban, dan kenyamanan.

Resolusi Konflik :

Integration

Resolusi Konflik :


(53)

31

Dari Kerangka Pikir diatas maka dijelaskan bahwa bagaimana Peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan menyelesaikan atau Resolusi Konflik dari konflik yang terjadi di Desa Napal Kecamatan Sidomulyo. Sebagaimana yang sudah di jelaskan dari Tupoksi Ksbangpol dan Linmas Perbup No. 31 tahun 2010 tentang Tupoksi dari Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan.

Beberapa cara yang di gunakan dalam Resolusi Konflik yaitu Compromise dan Integration dapat kita lihat seberapa besar Peran dari Kesbangpol dan Linmas dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Desa Napal.

Hal yang dilakukan oleh Kesbangpol dan Linmas sebagai pihak yang mewakili pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik yang ada di daerah Kabupaten Lampung Selatan.

Sehingga tercapainya keamanan, kenyamanan dan ketertiban yang ada di daerah Lampung Selatan umumnya dan Desa Napal khususnya.


(54)

III. METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, bab ini juga mencakup penetapan tempat penelitian, fokus penelitian, jenis data penelitian yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Selanjutnya membahas mengenai tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, dan teknik analisis data.

A. Penentuan Subjek

Menurut David Williams dalam Lexy J. Maleong (2006) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai:

“Pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode

alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.”

Sedangkan menurut Devine dalam Lisa Harisson (2007) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif memiliki peluang yang lebih besar untuk mengeksplorasi

keyakinan dan sikap dan dapat menjelaskan “mengapa” dan “bagaimana”, bukan sekedar “apa”. Selain itu, penelitian ini lebih mengandalkan pada

tindakan atau pikiran responden. Penelitian kualitatif cenderung punya banyak kualitas yang personable. Artinya, penelitian ini dapat mengenal


(55)

33

orang/kelompok yang diriset, sering kali tingkat pengenalan peneliti melebihi dari yang semestinya dibutuhkan untuk proyek riset. Misalnya, peneliti mungkin menjadi akrab dengan keluarga seseorang dan latar belakang sosialnya, perhatian mereka, dan aspirasi mereka untuk masa depan. Bahkan peneliti bisa melihat dunia politik melihat dunia politik dari perspektif mereka.

Penelitian deskriptif itu sendiri dilakukan untuk memberikan gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Hasil akhir dari penelitian ini biasanya berupa tipologi atau pola-pola mengenai fenomena yang sedang dibahas. Penelitian ini bisa juga dikatakan sebagai kelanjutan dari penelitian eksploratif. Penelitian eksploratif telah menyediakan gagasan dasar sehingga penelitian ini mengungkapkan secara lebih detail. Penelitian ini diidentikkan

dengan penelitian yang menggunakan pertanyaan “Bagaimana” dalam

mengembangkan informasi yang ada. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menggambarkan mekanisme sebuah proses dan menciptakan seperangkat kategori atau pola. (Bambang Prasetyo dan Lina M. Jannah, 2005: 42-43).


(56)

34

B. Pemilihan Setting

Dalam melakukan penelitiannya penulis menetapkan tempat penelitian pada Kantor Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan, karena Badan ini adalah Badan yang memiliki Tugas dan Fungsi dalam Penanganan Konflik dan Perlindungan Masyarakat, selain itu Badan ini yang menjadi wakil dari Pemerintah Daerah dalam Penanganan Konflik yang ada di Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

Selain Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan, Desa Napal di kecamatan Sidomulyo juga menjadi tempat sebagai pemilihan setting , alasan penulis memilih Desa Napal di kecamatan Sidomulyo antara lain karena didesa inilah kasus konflik antara suku Lampung dan Suku Bali terjadi, di daerah ini menyebabkan penulis tertarik ingin melihat Bagaimana peran Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam menyelesaikan Konflik Etnik antar Suku Lampung dan Suku Bali yang terjadi di desa Napal, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan tahun 2012.

C. Fokus Penelitian

Menemukan fokus adalah langkah pertama dalam analisis. Proses tersebut dilakukan pada awal memulai penelitian. Untuk memberikan arah dalam upaya menemukan fokus, peneliti dapat menggunakan pertanyaan seperti jenis data apakah yang dianalisis, bagaimana peneliti dapat memberikan ciri pada data itu, apa yang menjadi tujuan analisis peneliti, mengapa peneliti peneliti memilih data itu, bagaimana data itu mewakili atau merupakan perkecualian, siapa yang ingin mengetahui dan apa yang mereka ingin ketahui. Jadi peneliti


(57)

35

bebas menggunakannya dan didasarkan pada perhatiannya yang diprioritaskan. Selain itu, peneliti dapat pula memanfaatkan sumber-sumber seperti pengalaman pribadi, budaya umum, kepustakaan akademis untuk membantu mencari dan menemukan fokus. (Lexy J. Moleong, 2006: 291)

Fokus penelitian merupakan hal yang penting apabila kita melakukan sebuah penelitian. Melalui fokus penelitian, kita dapat membatasi studi untuk memandu dan mengarahkan jalannya penelitian, karena adanya fokus penelitian seorang peneliti akan mudah terjebak oleh melimpahnya volume data yang diperoleh di lapangan. Selain itu, antara masalah dan fokus penelitian akan saling terkait, karena permasalahan penelitian dijadikan acuan bagi fokus penelitian meskipun fokus dapat berubah dan berkurang berdasarkan data yang ditemukan di lapangan.

Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatannya sebagai reduksi data yang diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variabel-varibel dan yang memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan, akan menghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah. (Mathew B. Miles dan Huberman, 1992 : 30).

Dalam penelitian ini yang dijadikan fokus oleh penulis adalah Bagaimana peran pemerintah daerah dalam resolusi konflik antar suku lampung dan suku bali yang terjadi di kecamatan sidomulyo pada bulan februari tahun 2012. Kegiatan apa saja yang dilakukan pemerintah daerah yang di wakili oleh


(58)

36

Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam resolusi konflik yang ini di capai yaitu Keamanan, ketertiban dan kenyamanan.

Selain itu juga, focus penelitian yang dilakukan oleh peneliti adaalah mengetahui bagaimana pula upaya-upaya yang dilakukan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan, dalam me resolusi konflik yang terjadi di Desa Napal, Kecamatan Sidomulyo pada bulan Februari 2012 kemarin. Informasi yang didapatkan juga tidak hanya di dapat dari Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan saja, namun juga informasi dapat didapatkan dari masyarakat yang berkonflik yaitu suku Lampung dan Suku Bali yang terjadi di Kecamatan Sidomulyo umumnya dan Desa Napal khususnya.

Informasi yang didapatkan dari masyarakat merupakan bentuk dari cross chek upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam meresolusi konflik yang terjadi di Kecamatan Sidomulyo.

Fokus Penelitian dari kasus Peran Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik yang terjadi di Kecamatan Sidomulyo :

1. Melihat adanya peran dari Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan dalam resolusi konflik yang terjadi di Kab. Lampung Selatan di kecamatan Sidomulyo dalam bentuk penyelesaian konflik.


(59)

37

2. Melihat adanya peran kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan dalam resolusi konflik yang terjadi di Kec. Sidomulyo Kab. Lampung Selatan dalam bentuk pengumpulan data tentang konflik tersebut.

E. Jenis Data Penelitian 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber informasi (informan) dan dari catatan di lapangan yang relevan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, informan-informan dipilih dengan mendasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data serta bersedia memberikan informasi data.

Dalam hal ini data primer dapat diperoleh dari orang yang memenuhi kriteria yaitu:

1. Erwin Bakar, BSC (Kepala Sub Bagian Pelindungan Masyarakat dan Penanganan Konflik)

Kalianda Kabupaten Lampung Selatan

2. Nyoman Negro (Tokoh Masyarakat Suku Bali)

Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

3. Wayan Tantre (Tokoh Masyarakat Suku Bali)

Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

4. Nyoman Gunawan (Tokoh Masyarakat Suku Bali)


(60)

38

5. Asli Jauhari atau Ratu Permata (Tokoh Masyarakat Lampung)

Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

6. H. Abu Bakri, S. Pd, M. M atau Suntan Pembina Marga (Tokoh Masyarakat Lampung)

Sidomulyo Kabupaten Lampung Selatan

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung dan mencari fakta yang sebenarnya hasil dari wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebut bersumber dari dokumentasi berupa surat kabar, buku, situs internet, serta arsip – arsip dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. Arsip-arsip Desa Napal, Kecamatan Sidomulyo, Kabupaten Lampung Selatan.

F. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian berupa:

1. Orientasi

Orientasi dilakukan melalui studi pustaka dan pengamatan awal dengan tujuan mencari berbagai informasi yang mendukung.


(61)

39

Dalam hal ini, peneliti secara terfokus mencari data di lapangan dengan menggunakan wawancara serta dilengkapi oleh dokumentasi

3. Member Check

Dilakukan setelah seluruh hasil wawancara dan pengamatan diperoleh, yang kemudian dianalisis dan dituangkan dalam bentuk laporan serta disinkronkan lagi dengan informasi yang didapat dari informan tertentu.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi dan data yang valid dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan:

1. Wawancara mendalam (indepth interview)

Yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan keterangan pribadi dan untuk memperoleh informasi lengkap dengan informan dengan lisan maupun tulisan secara langsung dengan bertatap muka dengan informan. Hal ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan dari sumber-sumber data dokumentasi yang belum dipahami oleh peneliti, serta untuk memperoleh pengertian maupun penjelasan yang lebih mendalam tentang realita dan obyek yang akan diteliti tersebut.

Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Kepala desa napal, tokoh agama dari kedua suku, tokoh masyarakat dari kedua suku, dan


(62)

40

masyarakat dari suku lain yang menjadi saksi dari kasua konflik dan masyarakat setempat.

2. Dokumentasi

Dokumentasi diartikan sebagai pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.

H. Teknik Pengolahan Data

Setelah data diperoleh dari lapangan terkumpul maka tahap berikutnya ialah mengolah data tersebut. Adapun teknik yang digunakan dalam pengolahan data sebagaimana yang disebutkan (Lexy J. Moleong, 2006:151) meliputi :

1. Editing

Editing yaitu teknik mengolah data dengan cara meneliti kembali data yang berhasil diperoleh dalam rangka menjamin validitasnya serta dapat segera diproses lebih lanjut. Tahap editing yang telah dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini menyajikan hasil wawancara dan observasi berupa kalimat-kalimat yang kurang baku disajikan dengan menggunakan kalimat baku dan bahasa yang mudah dipaham.

2. Interpretasi

Interpretasi merupakan upaya untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil penelitian yang sedang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi akurat yang diperoleh di lapangan.


(63)

41

H. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biglen (yang dikutip Lexy J. Moleong, 2006) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesisnya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Analisis data merupakan cara seorang peneliti dalam mengelola data yang telah terkumpul sehingga mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitiannya, karena data yang diperoleh dari suatu penelitian tidak dapat digunakan begitu saja, analisis data menjadi bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan analisis data tersebut dapat lebih berarti dan bermakna dalam memecahkan masalah penelitian.

Menurut Mathew B. Miles dan Huberman (1992 : 16-19), analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, meliputi:

1. Reduksi Data

Yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan -catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang


(64)

42

tidak perlu serta mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Yaitu usaha menampilkan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data maka akan dapat dipahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

3. Verifikasi dan Kesimpulan

Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisa kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keterangan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat dan proporsi. Hasil verifikasi data tersebut kemudian ditarik kesimpulan sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. (Miles dan Huberman, 1992: 15-21)


(65)

43

IV. GAMBARAN UMUM

A. Badan Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan

Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan, atau Badan Kesatuan, Politik dan Perlindungan Masyarakat Lampung Selatan adalah badan yang memiliki struktur dan bidang-bidangnya masing-masing dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya di pemerintah daerah Lampung Selatan.

Menurut Perbup Nomor 31 tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan. Pasal 3 yaitu “Badan kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat mempunya tugas membantu Bupati dalam menyelenggarakan pemerintah daerah di bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat dan tugas-tugas lainnya yang diberikan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati”.

Tugasnya Kesbangpol dan Linmas juga dijelaskan di Perbup No. 31 tahun 2010 yaitu :

1. Mengumpulkan dan mengolah data dan menginformasikan dalam rangka pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman, keselamatan dan ketertiban;


(66)

44

2. Menyiapkan bahan dalam rangka pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman, keselamatan dan ketertiban ; 3. Mengkaji dan mengevaluasi data dan informasi dalam rangka

pelaksanaan perlindungan masyarakat agar tercipta ketentraman, keselamatan dan ketertiban;

4. Menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan fasilitas dan komunikasi pelaksanaan peningkatan sumber daya manusia satuan perlindungan masyarakat.

5. Menganalisa data dan informasi dalam rangka perumusan kebijaksanaan fasilitas dan komunikasi pelaksanaan peningkatan sumber daya manusia satuan perlindungan masyarakat;

6. Menyiapkan bahan perumusan kebijaksanaan penaggulangan bencana dan rehabilitas;

7. Koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka penanggulangan bencana;

8. Melaksanakan tanggap darurat dalam penanggulangan bencana; 9. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai


(67)

43

Kepala Badan

Kelompok Jabatan Profesional

Sekretariat

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Perencanaan Sub Bagian Keuangan Bidang Kesatuan Bangsa

Bidang Kajian Masalah Sosial dan Politik

Bidang Linmas dan Penanganan Konflik

Sub Bidang Wawasan Kebangsaan dan Pembauran Bangsa

Sub Bidang Pengkajian Ideologi, Politik dan

Sosial Budaya

Sub Bidang Sumber Daya Manusia

Sub Bidang Ketahanan Bangsa,

Demokratisasi dan

Sub Bidang Pemilu dan Hub Antar Lembaga

Sub Bidang Analisis Potensi dan Penanganan Konflik


(1)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan dalam penelitian ini berasal dari teknik analisis data, simpulan yang dapat diajukan adalah :

1. Adanya keinginan dari Pihak yang berkonflik, yaitu Suku Bali dan Suku Lampung untuk berdamai dan bisa melakukan kegiatan seperti biasa (Integration). Konflik yang terjadi hanya membuat masyarakat antar suku menjadi takut untuk bersosialisasi keluar.

2. Adanya tindak lanjut yang dilakukan Pemerintah daerah, Bupati maupun Satuan Kerja daerah Kabupaten Lampung Selatan yang terkait dengan masalah yang terjadi. Masyarakat sendiri hanya merasakan cukup sampai dengan surat perdamaian tanpa sampai melakukan hal yang benar-benar selesai masalah yang terjadi di Desa Napal, kalau pun selesai, kenapa harus terjadi konflik yang sama di Bulan November di Desa Balinuraga.

3. Pihak Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan sendiri pun belum maksimal dalam melakukan Tupoksinya sesuai dengan Perbup No. 31 Tahun 2010 tentang Tupokasi dari Badan Kesbangpol dan Linmas Kab. Lampung Selatan


(2)

81

4. Kurangnya tindakan yang dilakukan Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam menyelesaikan atau Resolusi Konflik yang di lakukan di Desa Napal pada khususnya dan di Kabupaten Lampung Selatan pada Umumnya dalam menggunakan Integration, kalau pun ada tindakan yang dilakukan oleh Pihak Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan, hanya sebatas

Compromise yaitu dengan melakukan pertemuan dan musyawarah

untuk membuat perjanjian perdamaian. B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, saran-saran yang dapat disusun adalah sebagai berikut:

1. Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan melakukan Integration dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan pada umumnya, dan di Desa Napal pada khususnya. Integration merupakan cara yang lebih baik dari pada Compromise dalam menyelesaikan konflik yang terjadi di masyarakat. 2. Adanya tindak lanjut yang dilakukan oleh Badan Kesbangpol dan

Linmas Kabupaten Lampung Selatan dalam Resolusi Konflik yang terjadi di Desa Napal pada khususnya dan di Kabuaten Lampung Selatan pada umumnya. Saat ini, yang terjadi hanya sampai dengan perjanjian perdamaian, hal itu merupakan hal yang paling sederhana dalam menyelesaikan konflik, karena hanya selesai dengan cara hokum perjanjian, tidak dapat menyelesaikan masalah dalam nilai-nilai yang lainnya.


(3)

3. Masyarakat dari Suku Bali dan Suku Lampung sendiri harus memiliki niatan untuk benar-benar menjalin hubungan yang lebih harmonis dari yang sebelumnya, karena apabila masih adanya Ego dari suku atau Etnisitas, maka tidak akan pernah selesai konflik yang terjadi di Desa Napal atau Kabupaten Lampung Selatan pada umumnya.

4. Penulis sendiri memiliki masukan atau saran yang ditujukan kepada Badan yang terkait, yaitu Badan Kesbangpol dan Linmas Kabupaten Lampung Selatan. Badan Kesbangpol dan Linmas yang memiliki tugas dan peran yang penting dari kasus yang terjadi di Desa Napal harus benar-benar melakukan Resolusi Konflik sampai dengan tidak ada rasa takut lagi dari masyarakat suku yang berkonflik, karena masih adanya rasa takut dan trauma yang dialami oleh masyarakat yang berkonflik, terkadang masyarakat sendiri masih merasa takut untuk keluar sendiri. Badan Kesbangpol dan Linmas harus bisa menyelesaikan masalah konflik yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan, jangan sampai terjadi untuk ketiga kalinya, karena sampai akhir tahun 2012 kemarin, sudah terjadi 2 konflik antar suku Bali dan suku Lampung yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan di 2 Desa yang berbeda. Badan Kesbangpol dan Linmas sendiri harus memiliki cara atau metode dalam melakukan Resolusi Konflik antar suku yang terjadi di Desa Napal, Kabupaten Lampung Selatan, turun mayarakat dan memhami apa yang dirasakan dan apa yang terjadi di masyarakat, sehingga menjadi faktor kenapa bisa terjadi konflik. misalkan saja karena faktor social, dimana masyarakat suku Bali memang memiliki


(4)

83

watak yang sedikit keras, pun halnya sama dengan suku Lampung, karena kuat dengan memegang prinsipnya yaitu Piil Pesenggiri. Hal budaya atau kebiasaan yang dilakukan masyarakat suku Bali dan suku Lampung yang sangat berbeda dan sangat bertolak belakang, kebiasaan suku Bali dengan mayoritas agama Hindu dan Masyarakat Lampung yang mayoritas agama Islam merupakan menjadi faktor. Kebiasaannya yang dialakukan oleh 2 perbedaan tadi merupakan bukan karena agama, melainkan karena kurang memahaminya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat suku Bali yang memang dari dulu sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-harinya. Toleransi yang harus dilakukan oleh masyarakat suku Bali dan suku Lampung atau dengan suku lain memamg merupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupan agar tercapai keselarasan dalam bermasyarakat. Perbedaan yang terjadi di masyarakat merupakan bukan hal yang harus menjadi masalah atau dipermasalahkan, namun harus menjadi semangat Nasionalisme karena perbedaan kita bisa saling menghormati dan toleransi sehingga tercapai keselarasan dalam bermasyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2001. Metodolodi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologi kearah ragam varian kontemporer. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Chandra, Robby I. 1992. Konflik : Dalam Hidup Sehari-hari. Kanisius. Yogyakarta. Chadwick, Bruce A, dkk. 1991. Metode Penelitian Ilmu Sosial. IKIP Semarang. Semarang.

Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Ed.2. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Handayaningrat. 1989. Manajemen Konflik. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Harahap, Abdul. 2005. Manajemen Dan Resolusi Konflik Pilkada. Pustaka Cidesindo. Jakarta

Harahap, Abdul. 2005. Manajemen Dan Resolusi Konflik. Pustaka Cidesindo. Jakarta

Mufid, Muhamad. 2005. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Prenada Media. Jakarta Nurhasi, Moch. 2002. Konflik dan Dinamika Politik Lokal: Kelas Pemodal Negara Versus

Masyarakat. Jakarta. P2p-LIPI


(6)

Susanto, Haryono. 2003. Otonomi dan kompetensi Lokal.I Millenium Publihser. Jakarta Syahyuti. 2006. Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian. Bina Rena

Pariwara. Jakarta

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2005. Manajemen punlik. PT. Grasindo. Jakarta

Thoha, Miftah. 1993. Pembinaan Organisasi, Proses Diagnosa dan Interview. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Dokumen :

Undang-Undang No. 32 tahun 2004 Tentang pemerintah Daerah PP No. 38 tahun 2007 turunan dari UU No. 32 tahun 2004

Peraturan Bupati No. 31 tahun 2010 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Badan Kesatuan, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Lampung Selatan.

Sumber Lain :

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1997

Website :

http://www.google.co.id/url?url=http://repository.upi.edu/operator/upload/d_ips_0707205_chapter1.p df&rct=j&sa=U&ei=fxyuUOSMLoPkrAfy64HQBw&ved=0CCEQFjAF&q=prinsip+hidup+masyarakat+bali&u sg=AFQjCNF6aySR2q4OQPRYqGnASzVCnJQN-w