DINAMIKA POPULASI NYAMUK Aedes aegypti dan Mesocyclops aspericornis PADA MEDIA AIR SUMUR DAN AIR KANGKUNG SEMI LAPANGAN DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK
DINAMIKA POPULASI NYAMUK Aedes aegypti dan Mesocyclops
aspericornis PADA MEDIA AIR SUMUR DAN AIR KANGKUNG
SEMI LAPANGAN DI BANDAR LAMPUNG
OLEH
SITI NURJANAH

Demam berdarah merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat meningkat
sejalan dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan meluasnya vektor penyakit.
Penyakit ini ditularkan oleh vektor berupa nyamuk Ae. aegypti. Berbagai upaya
telah dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan vektor penyakit DBD ini,
namun hasilnya belum optimal. Cara yang saat ini banyak dikembangkan adalah
dengan pengendalian hayati. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha
untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi
serangga tersebut, salah satu musuh alami dari larva nyamuk Aedes aegypti adalah
Mesocyclops aspericornis.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dinamika populasi nyamuk Ae.
aegypti mulai dari larva, pupa dan nyamuk dewasa serta M. aspericornis sebagai
predator larva Ae. aegypti pada media air kangkung dan air sumur skala semi
lapangan di Bandar Lampung.
Penelitian ini telah dilakukan di Kelurahan Way Dadi dan Kampung Baru Bandar

Lampung pada bulan Maret Mei 2010. Percobaan dirancang dengan
menggunakan 2 perlakuan yaitu media air kangkung dan air sumur dengan
pengulangan sebanyak 16 kali. Hasil pengamatan berupa populasi dari larva,
pupa dan nyamuk Ae. aegypti beserta populasi M. aspericornis pada air sumur dan
air kangkung dianalisis dengan uji t pada taraf nyata 5 %. Analisis juga dilakukan
untuk perbandingan rata-rata populasi M. aspericornis dengan jumlah M.
aspericornis pada inokulasi pertama kali yaitu 5 ekor dengan uji t pada taraf nyata
5 %.
Hasil penelitian menujukkan rata-rata populasi nyamuk Ae. aegypti (jumlah dari
populasi larva, pupa dan nyamuk dewasa Ae. aegypti) cenderung lebih tinggi pada
media air kangkung dari pada media air sumur baik di Kelurahan Way Dadi
maupun di Kelurahan Kampung Baru. Rata-rata kepadatan populasi M.
aspericornis juga cenderung lebih tinggi pada media air kangkung dari pada
media air sumur baik di Kelurahan Way Dadi maupun di Kelurahan Kampung
Baru. Hasil analisis untuk perbandingan populasi rata-rata M. aspericornis dari

hari ke-1 sampai hari ke-22 dengan jumlah M. aspericornis pada inokulasi hari
pertama (5 ekor) menunjukan bahwa di kedua Kelurahan populasi M. aspericornis
semakin bertambah dari 5 ekor.
Keyword : Pengendalian hayati , Dinamika Populasi, Ae. aegypti, M. aspericornis


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Dinamika populasi nyamuk Ae. aegypti pada media air kangkung
cenderung lebih tinggi daripada media air sumur baik di Kelurahan
Way Dadi maupun di Kelurahan Kampung Baru
2. Dinamika populasi M. aspericornis pada media air kangkung
cenderung lebih tinggi daripada media air sumur baik di Kelurahan
Way Dadi maupun di Kelurahan Kampung Baru.

B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan predatisme M.
aspericornis terhadap larva Ae. aegypti semi lapangan di Bandar lampung.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dewasa ini penyakit demam berdarah dengue yang ditularkan nyamuk
merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit tersebut
terus meningkat dengan semakin meningkatnya mobilitas dan kepadatan
penduduk serta meluasnya penyebaran vektor penyakit tersebut ke pelosok
tanah air (Achmad, 1997). Di Propinsi Lampung, jumlah angka penderita
penyakit demam berdarah setiap tahunnya tidak mengalami penurunan.
Menurut Setyaningrum dkk. (2008), pada tahun 2007 di Bandar Lampung
karena jumlah penderita demam
berdarah dengue telah menyebabkan angka kematian yang tinggi.

Penanggulangan penyakit demam berdarah merupakan masalah yang cukup
kompleks, karena penyakit ini belum ditemukan obat yang efektif dan efisien.
Namun melalui pemberantasan jentik nyamuk penularnya atau dikenal dengan
istilah pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD)
diharapkan akan dapat mengurangi penyebaran nyamuk vektornya (Arifah,
2008). Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah perkembangbiakan
jentik nyamuk penyebab penyakit DBD ini, namun hasilnya belum optimal.
Cara yang saat ini banyak dikembangkan adalah dengan pengendalian hayati.


2

Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan
menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi serangga tersebut,
salah satu musuh alami dari larva nyamuk Aedes aegypti adalah Mesocylops
aspericornis (Widyastuti dkk. 1995).

M. aspericornis merupakan salah satu jenis zooplankton yang tersebar luas di
danau air tawar, reservoir, parit, kolam, lubang pohon, sumur, sawah, dan
liang atau lubang kepiting. Hewan ini termasuk dalam kelas Crustacea dan
ordo Cyclopoida yang memiliki panjang tubuh antara 0,5-2,0 mm, memiliki
chephalothorax dan abdomen, serta memiliki bentuk tubuh menyerupai udang
(Brown dan Greenwood, 1991 dalam Insyani, 2009).

Menurut Widiastuti dkk. (1995), M. aspericornis dapat digunakan sebagai
jasad pengendali jentik nyamuk Ae. aegypti yang memiliki daya predasi tinggi
dan juga memiliki kemampuan untuk memakan berbagai macam organisme
seperti ganggang, Rotifera, Copepoda, Oligochaeta, Chironomid, larva ikan
serta Crustacea lainnya.


Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2009) tentang daya predasi

M.

aspericornis terhadap larva Ae. aegypti di Laboratorium diketahui bahwa M.
aspericornis memiliki daya predasi yang lebih tinggi pada media air sumur
(79%) dibandingkan pada media air kangkung (19%). Dari hasil tersebut
maka penelitian ini dilakukan untuk melihat survival perkembagan nyamuk
Ae. aegypti mulai dari larva, pupa sampai dewasa serta M. aspericornis
sebagai predator larva Ae. aegypti pada media kangkung dan air sumur skala

3

semi lapangan di Kelurahan Way Dadi, Kecamatan Sukarame dan di
Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Kedaton Bandar Lampung sebagai
salah satu daerah endemik demam berdarah di Bandar Lampung.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika populasi nyamuk Ae.

aegypti mulai dari larva, pupa dan nyamuk dewasa serta M. aspericornis
sebagai predator larva Ae. aegypti pada media air kangkung dan air sumur
skala semi lapangan di Bandar Lampung.

C. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
informasi ilmiah mengenai upaya pengendalian jentik nyamuk Ae. aegypti
dengan menggunakan M. aspericornis di kota Bandar Lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Demam berdarah merupakan salah satu penyakit berbahaya yang dapat
meningkat sejalan dengan meningkatnya mobilitas penduduk dan meluasnya
vektor penyakit.

Penyakit ini ditularkan oleh vektor berupa nyamuk Ae.

aegypti. Nyamuk ini memiliki siklus hidup yang termasuk ke dalam
metamorfosis sempurna yaitu mengalami perubahan bentuk morfologi tubuh


4

selama hidupnya mulai dari telur, kemudian berubah menjadi larva, pupa dan
menjadi nyamuk dewasa.

Sampai saat ini telah dilakukan banyak usaha penanggulangan penyakit ini.
Salah satu yang sedang dikembangkan adalah pengendalian hayati dengan
menggunakan musuh alami. Adapun musuh alami dari larva Ae. aegypti yang
digunakan adalah M. aspericornis. Hewan ini merupakan jenis zooplankton
yang memiliki daya predasi cukup tinggi terhadap larva nyamuk Ae. aegypti.
Selain itu M. aspericornis juga memiliki kemampuan untuk memakan
berbagai macam organisme perairan yang lain.

Berdasarkan hasil penelitian Yanti (2009) tentang daya predasi

M.

aspericornis terhadap larva Ae. aegypti di Laboratorium diketahui bahwa M.
aspericornis memiliki daya predasi yang lebih tinggi pada media air sumur

(79%) dibandingkan pada media air kangkung (19%).

Dengan kemampuan M. aspericornis tersebut maka penelitian ini dilakukan
untuk melihat dinamika populasi nyamuk Ae. aegypti dan M. aspericornis
pada media air kangkung dan air sumur skala semi lapangan yang dilakukan,
Kecamatan Sukarame dan Kedaton, Bandar Lampung.

E. Hipotesis

5

Hipotesis dari penelitian ini yaitu dinamika populasi nyamuk Ae. aegypti dan
M. aspericornis pada media air kangkung lebih tinggi dibandingkan pada
media air sumur pada semi lapangan.