berdaya makanan musim
diduga merupakan utama yang
terjadinya ledakan populasi
S .
exigua
Pemungutan kelompok telur secara
seperti yang oleh
kelompok tani di Brebes,
sebagai kunci keberhasilan pengendalian S .
exigua
pada musim kemarau; oleh
perlu lebih dimasyarakatkan pada petani bawang merah di wilayah
kunci: merah,
populasi, populasi,
ulat
bawang,
Spodoptera exigua.
Di antara delapan spesies dari genus Spodoptera yang diketahui, ulat grayak Spodoptera exigua
Hiibner Lepidoptera: adalah yang
sifat paling kosmopolit, yang persebarannya liputi hampir
belahan bumi kecuali Selatan Brown
1975. Di Indonesia,
S. exigua merupakan salah satu
yang menyebabkan kegagalan
pada bawang merah di
di Jawa Franssen
dan pada tertentu
juga pada bawang daun di yang
pada bawang, maka dalam
nya S. exigua
disebut sebagai ulat yak bawang UGB.
Selama lebih dari 20 tahun ini, UGB
lalu menjadi sasaran pengendalian
Petani di Brebes dan wilayah melakukan aplikasi pestisida secara berjadwal
ngan selang 2-3 hari sekali Koster 1990.
Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan dalian
ini adalah dari
biaya produksi
1992. Penggunaan sida yang berlebihan, selain secara ekonomis tidak
juga dapat berdampak terhadap
dan kesehatan. 1995
bahwa 21 dari petani bawang merah di bes mengidap
pernafasan dan sebagai
terdedah pestisida. Pengembangan PHT pada pertanaman bawang
merah biologi dan
ekologi dari sasaran. Hingga saat ini,
litian UGB yang paling
kap adalah yang pernah dilaksanakan lebih dari 65 yang lalu oleh Franssen 1930. Dari
diungkapkan bahwa telur UGB diletakkan dalam bentuk kelompok dengan
yang setiap kelompoknya dari 20 hingga 100
butir. Lama stadium telur berlangsung 2 hari di di
tinggi 3 hari.
dari
telur, larva segera menggerek ke dalam daun dan tinggal dalam rongga daun.
Larva terdiri dari
dengan sta-
dium larva berlangsung 9-14 hari. UGB
kepompong dalam dengan stadium pupa
langsung 8
hari. Pada kondisi di
UGB berlangsung rata 23 hari. Ngengat betina
selama 3-10
hari
dan
mampu meletakkan telur sejumlah 300-1500 Dari segi
ekologi, kajian Franssen 1930 lebih bersifat
yang didasarkan pada hasil
di daerah dan
gerang pada saat itu. Oleh karena itu, perlu
untuk melakukan kajian secara lebih
dan kuantitatif, khususnya di daerah yang
menjadi produksi
wang merah di Indonesia. Tulisan melaporkan
hasil penelitian populasi UGB,
dengan pada pengungkapan
populasi dan serangan khususnya pada saat epidemi, fenomena polimorfisme larva dan
parasitoid.
DAN
Penelitian dilaksanakan di Desa Bojongnegara, Kecamatan Ciledug,
Cirebon, langsung sejak
1995 sampai dengan 1996.
lahan yang digunakan untuk penelitian adalah 1,600
lahan itu dibuat bedengan- bedengan yang
panjang 7 m dan
m, dan bedengan
oleh air selebar 0,4 m. Jumlah bedengan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah 112 dengan. Dalam penelitian ini digunakan bawang
merah Filipina, yang merupakan
yang umum ditanam selama
kemarau oleh petani setempat.
yang digunakan adalah 19 cm
x
23 cm, pada tiap bedengan terdapat
196 dan
mengikuti kebiasaan petani setempat, kecuali aplikasi insektisida tidak
kan.
HPT,
V
OL
.
1
1, N
O
.
2,
1999 S
PO
D
O PTERA
41
Pengamatan Perkembangan Populasi dan Serangan
Perkembangan populasi telur dilaksanakan pada 10 bedengan,
dan pada setiap bedengan dipilih 20 contoh yang saling berdekatan.
pun contoh yang sama dilalcukan juga dan
terserang UGB. ngamatan populasi kelompok telur
dimulai sejak berumur 7 hari
telah hingga 65 hst, dengan selang
3-4 hari. Pengamatan perkembangan populasi larva dilak-
sanakan pada 36 bedengan. Sebanyak 2 unit contoh dipilih pada tiap bedengan, dan tiap unit contoh
20 yang kompetitif. Pengamatan
dilakukan setiap minggu, mulai 7 hst hingga
menjelang Pada setiap
pengamatan gunakan 6 unit contoh. Pengamatan meliputi
lah dan
terserang UGB. Daun yang terserang pada setiap
contoh dipetik, ke dalam kantong plastik, dan kemudian
diberi label. Di laboratoriurn, jumlah ulat yang terdapat dalam
terserang dicatat.
Perbandingan Populasi
UGB
pada Kemarau dan Hujan
populasi UGB musim kemarau dan hujan
data an pengendalian
pemungutan kelompok telur dan larva.
percobaan ini pemungutan kelompok telur dan larva dilak-
sanakan selang dua hari. Percobaan musim hujan dilaksanakan pada Desember 1995 hingga
1996, dan musim kemarau pada April hingga 1996. Pada kedua musim tersebut, pemungutan
telur dan larva dilakukan masing-masing terhadap bedengan.
Pengamatan Lawa
Selama penelitian berlangsung bahwa
larva S. exigua memperlihatkan pola pewarnaan
tubuh yang Pada saat populasi
endemi larva berwarna hijau terang,
sedangkan pada saat terjadi ledakan populasi kebanyakan larva berwarna gelap. Untuk
memperoleh gambaran yang lebih kuantitatif tang polimorfisme larva, dalam penelitian ini
pengumpulan larva pada dua Pengumpulan
dilalcukan pada bulan September 1995 yang mewakili fase epidemi,
dan yang kedua pada bulan Desember 1995 yang mewakili fase
Larva yang terkumpul tung
dan kecil, sedang, besar
warna tubuh hijau rang
gelap.
Pengamatan Parasitoid
Pengamatan parasitoid dilaksanakan pada an bawang
yang diaplikasi insektisida.
Parasitisasi telur ditentukan melalui pengumpulan kelompok telur yang dilakukan setiap
minggu.
Masing-masing kelompok telur tabung filem, dan kemudian dipelihara di
parasitoid yang muncul dan jumlah lompok telur yang terparasit dicatat.
larva didasarkan pada pengumpulan ulat S. exigua,
yang dilakukan setiap minggu. Larva yang pul dipelihara secara
dalam petri,
dan dilengkapi potongan daun bawang sebagai dan
parasitoid yang muncul dicatat.
Perkembangan Populasi dan Serangan UGB
pengamatan menunjukkan bahwa
kelompok telur mulai ditemukan di sejak pengamatan
7 hst dengan kerapatan 1,8 kelompok telur per 20
kemudian ningkat
mencapai kelompok telur per 20
pada 15 hst bar 1.
populasi telur dan telur
ditemukan selama 23-29 hst.
Populasi telur generasi ke-2 mulai di
pada 31 hst, dan mencapai nya yaitu
kelompok telur per 20 pada
37 hst. populasi telur generasi ke-3
pada 65 hst, dengan kerapatan 9,4 kelompok telur per 20
Pengamatan populasi larva pada 15 hst.
Pada saat itu, kerapatan larva mencapai 58 ekor per 4
contoh, dengan setiap terserang
40-an larva S. exigua. tingginya
populasi larva, sebagian besar pada
dengan contoh ini mengalami pada 23 hst.
Oleh pengamatan populasi larva
ke bedengan lain, dan dengan selang yang lebih
setiap 3 hari. Populasi
larva generasi ke-2 pada bedengan puncakuya
terjadi pada 37 hst dengan kerapatan ulat per 4
dan ke-3 pada 67 hst dengan
larva per4 Gambar
Perkembangan kerusakan sejalan
ngan perkembangan populasi larva UGB. Gejala serangan mulai
pada saat tanarnan 11 hst, atau
telur menjadi larva.
saat persentase
terserang adalah 29 dan daun
Gambar 2. kemudian 15 hst, persentase
rang mencapai 93 dengan persentase daun Pada 19 hst
terserang UGB dengan persentase kerusakan daun
daun
pada saat berumur 27 hst.
persentase kerusakan
daun
yang menyebabkan
besar rata dengan
40 membentuk
tunas
lagi, semacam
yang bawang gojod, sebutan
bawang yang dan
sayur.
kelompok telur I
20
larval4
Umur
Gambar
1
telur larva UGB
bawang
merah
Ciledug,
terserang
11 19 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 67
Gambar
2
UGB pada bawang
Ciledug,
1995
11, N
O
. D
ESEMBER
1999 P
OPULASI
S
P O
D
OPTERA
Perbandingan Populasi
UGB
pada Musim
hujan. Walaupun tidak dalam
Kemarau dan Hujan
perbedaan infestasi UGB antara kedua mu- Perbandingan populasi UGB pada musim ke-
sim juga dari data hasil
kelom- marau
musim hujan terlihat dari jumlah larva pok telur. Pada musim kemarau, banyaknya telur
yang berhasil dikumpulkan pada kegiatan yang berhasil dikumpulkan mencapai 100 kelom-
pulan larva pengendalian Gambar 3.
pok per bedengan per sekali pengumpulan, sedang- Selama percobaan
kemarau, pada saat ta- kan pada musim hujan hanya 7 kelompok telur per
naman 13 hst, 31 hst, dan 49 hst berhasil
bedengan. dikurnpulkan masing-masing sebanyak 684, 2372,
dan 2619 larva dari setiap 10 bedengan per sekali pengurnpulan. Sementara selama musim hujan, de-
ngan susah larva dapat ditemukan di per-
Jumlah terbanyak yang berhasil pulkan pada
hujan adalah 70 larva dari 10 bedengan, yaitu pada saat
43 hst. Jumlah kumulatif dari 15 kali pengumpulan yang
selang dua hari pada musim kemarau dan hujan masing-masing adalah 17,440 dan 223 larva
per 10 bedengan, atau populasi larva pada musim kemarau
78 kali lebih besar
Larva
Pada saat populasi September
yang selama penelitian berlangsung,
larva S.
memperlihatkan keragaman warna Dari 2536 ulat yang dikumpulkan
80 gelap
yang besar
dan sisanya berwarna hijau terang Gambar 4. Pada pertanaman bulan Desember 1995,
kepadatan populasi larva Dari 271
ulat yang berhasil dikumpulkan, lebih dari 90 berwama hijau terang.
musim hujan
Hari Gambar
3
Perbandingan banyaknya larva yang berhasil pada musim hujan
1996 dan musim kemarau 1996
Kecil 88
Endemi Gambar 4 Perbandingan
larva yang berwarna gelap
dan
hijau terang pada saat epidemi
dan
endemi
Parasitoid Telur dan Larva Hasil pengumpulan kelompok telur selama
menunjukkan terdapat jenis parasitoid
dari
Hymenoptera, yaitu Telenomus sp. Scelionidae dan Trichogramma
sp.
Trichogrammatidae. Tingkat parasitisasi oleh dua parasitoid ini
Dari 4392 telur yang terkumpul, tingkat parasitisasinya
dari yang sebagian besar disebabkan
oleh Telenomus 1.
lebih 38 kelompok telur yang
mus menunjukkan bahwa imago
sitoid dan larva UGB yang
per
kelompok telur masing-masing adalah
dan ekor.
pada telur, tingkat parasitisasi pada larva juga
Parasitoid larva yang ditemukan terdiri dari tiga jenis
yaitu sp. Braconidae, Euplectrus sp.
dan
Stenomesius
sp.
Eulophidae, serta satu jenis lalat Peribaea sp.
Parasitoid yang paling
di lokasi penelitian adalah sp. Berdasarkan
dan dengan AT
diketahui bahwa
dan Stenomesius belum dilaporkan
sebagai parasitoid UGB di Indonesia. Keduanya adalah ektoparasitoid pada
larva awal,
dan ditemukan pula memarasit UGB yang
pertanaman bawang merah di Cianjur. Selain keempat jenis parasitoid larva
pada pertanaman bawang daun di ditemukan pula parasitoid
Cameron dan sp.
Hymenoptera:
Pemahaman Ledakan Populasi
UGB
pada Musim Kemarau
Ledakan pada
kemarau telah sejak lama dikenal sebagai fenomena
pada serangga
di di Indo-
nesia Betrem 1953; Kalshoven 1953; van der Vecht 1953. Dari penelitian
dan dari Franssen 1930; Kalshoven 1981 di-
bahwa UGB adalah ke-
Berdasarkan kategori yang oleh
pola ledakan populasi UGB ledakan gradien pulsa pulse gradient out-
breaks. Pola ledakan pulsa merupakan
dari
yang se-
dan
larva
UGB
Ciledug, 1995
Jenis parasitoid Tingkat
Parasitoid telur n
=
4392 kelompok telur
sp. sp.
Parasitoid larva
n
=
4776
sp.
sp.
sp.
musim, dan biasanya berlangsung singkat oleh adanya
eksternal seperti kemarau yang kering
1987. Walaupun musim
ring itu sendiri tidak selalu merupakan faktor untuk terjadinya ledakan
Wolda 1988. dapat berupa perubahan pada
inang, baik kelimpahan maupun nya.
jenis yang
populasinya sejalan dengan perubahan kelimpahan sumberdaya
makanan 1987. Di lokasi penelitian, pola
yang dilaksanakan adalah padi
dian 3 kali penanaman bawang merah.
bawang merah ketiga, yang biasanya mulai bulan
adalah yang paling menderita serangan UGB. Berdasarkan data dari Diperta
bupaten Cirebon areal penanaman bawang
merah yang terluas pada
tus dengan Oktober.
Walaupun dalam penelitian kandungan
amino daun pada musim
hujan kernarau,
penelitian jukkan bahwa
kekeringan dapat kadar
daun Brodbeck Strong
1987. Hasil penelitian Al-Zubaidi
1984 menunjukkan bahwa N
daun menyebabkan keperidian S. lebih
gi dan
hidupnya lebih singkat. Dalam Southwood 1978
bahwa perubahan saja dalam status
nutrisi dapat menyebabkan keseimbangan
populasi Selain sumberdaya makanan yang berlimpah,
faktor yang terkait dengan ledakan
populasi pada
semusim adalah
HPT,
V
O L
.
1 1,
N
O
.
2, 1999
ke dalam French 1969;
1972; Mitchell 198 1. Adanya
S. secara