Blood Metabolic of UP3-Jonggol and Garut Rams Fed Ration Containing Indigofera zollingeriana and Waste Bean Sprouts

PROFIL METABOLIT DARAH DOMBA JONGGOL DAN
GARUT JANTAN DEWASA YANG DIBERI RANSUM
MENGANDUNG Indigofera zollingeriana DAN
LIMBAH TAUGE

SKRIPSI
RIDO PANDE PARDEDE

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012

RINGKASAN
Rido Pande Pardede. D24080186. 2012. Profil Metabolit Darah Domba Jonggol
dan Garut Jantan Dewasa yang Diberi Ransum Mengandung Indigofera
zollingeriana dan Limbah Tauge. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Dewi Apri Astuti, M.S.
Pembimbing Anggota : Ir. Lilis Khotijah, M.Si.
Usaha ternak domba merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi

kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Salah satu upaya peningkatan
produktivitas ternak adalah dengan meningkatkan mutu pakan dan memperhatikan
kecukupan nutrisi pakan tersebut. Secara umum domba mengkonsumsi hijauan.
Hijauan yang biasa dimakan oleh domba yaitu rumput-rumputan dan termasuk di
dalamnya limbah pertanian. Domba lokal yang dipelihara dengan pakan rumput saja
mengalami pertumbuhan yang lambat dikarenakan kebutuhan zat makanan domba
tersebut tidak dapat dipenuhi dari rumput saja sehingga diperlukan hijauan dalam hal
ini legum dan limbah pertanian yang memiliki kandungan zat makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan domba lokal. Metabolit yang terdapat dalam darah merupakan
indikator dari jumlah nutrien yang di serap dalam tubuh.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsumsi zat makanan dan profil
metabolit darah yaitu, kadar glukosa darah, urea darah (BUN), dan kolesterol darah
pada domba garut dan domba UP3 jonggol dewasa yang diberikan dua jenis pakan
yang mengandung Indigofera zollingeriana dan limbah tauge. Penelitian ini disusun
dalam rancangan acak lengkap faktorial (2 x 2) dengan 3 ulangan. Faktor pertama
adalah ransum, P1 adalah ransum yang mengandung 30% Indigofera zoolingeriana
dan P2 adalah ransum yang mengandung 30% limbah tauge. Faktor kedua adalah
jenis domba yaitu garut dan UP3 jonggol.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis ransum, jenis domba, maupun
interaksi kedua faktor tidak memberikan pengaruh nyata terhadap glukosa darah

(71,3 ± 13,9 mg/dl), kolesterol darah (70,8 ± 14 mg/dl), urea darah (28,5 ± 4,6
mg/dl), tetapi konsentrasinya masih dalam kisaran domba normal. Konsumsi bahan
kering (BK), serat kasar (SK) dan lemak kasar (LK) pada penelitan ini nyata
dipengaruhi oleh jenis ransum tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan tidak
ada interaksi antara kedua faktor. Konsumsi bahan kering (BK), serat kasar (SK), dan
lemak kasar (LK) tertinggi pada pakan yang mengandung 30% limbah tauge.
Konsumsi protein kasar (PK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) tidak
dipengaruhi oleh jenis pakan maupun jenis domba dan tidak ada interaksi antara
kedua faktor. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan 30%
limbah tauge mengakibatkan peningkatan konsumsi bahan kasar (BK), serat kasar
(SK) dan lemak kasar (LK) tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap konsumsi
protein kasar (PK) dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Pakan yang
mengandung 30% limbah tauge atau 30% Indigofera zoolingeriana menghasilkan
status metabolit darah yang tidak berbeda pada domba garut dan domba UP3 jonggol
jantan dewasa.
Kata-kata kunci : Indigofera zoolingeriana, limbah tauge, domba garut, domba
Jonggol, metabolit darah

ABSTRACT
Blood Metabolic of UP3-Jonggol and Garut Rams Fed Ration Containing

Indigofera zollingeriana and Waste Bean Sprouts
R. P. Pardede, D. A. Astuti, L. Khotijah
This study was done to evaluate blood metabolic profiles (blood glucose, blood
cholesterol and blood urea nitrogen) of UP3 jonggol and garut rams fed ration
containing 30% Indigofera zollingeriana and 30% waste bean sprouts. Investigations
were carried out on 12 local rams, six garut and six UP3 jonggol breed, 7 months
ages, 14.93 ± 1.38 kg BW. The rams fed two rations with the ratio of the forage and
concentrates 30:70 ration. P1 contained 30% Indigofera zollingeriana and P2
contained 30% waste bean sprouts as pellet. Design of this experiment was
completely randomized design with factorial (2x2). First factor was feed (30%
Indigofera zollingeriana and 30% waste bean sprouts) and second factor was breed
(UP3 jonggol and garut rams). Variables measured were feed consumption, plasma
glucose, plasma cholesterol and plasma urea nitrogen. The results showed that
nutrient intakes (dry matter, crude fiber and extract ether) of 30% waste bean sprouts
were the highest but there were no significant different of crude protein and nitrogen
free extract consumption. There were no significant different of plasma glucose (71.3
± 13.9 mg/dl), plasma cholesterol (70.8 ± 14 mg/dl) and plasma urea nitrogen (28.5 ±
4.6 mg/dl ) among the treatments. The concentrations were at normal values. There
were no interaction between both main factors. It was concluded that 30% of bean
sprouts waste or 30% Indigofera zollingeriana could maintain the same blood

metabolite status of local rams.
Keywords : Indigofera zollingeriana, waste bean sprouts, UP3-Jonggol rams, Garut
rams, blood metabolic

PROFIL METABOLIT DARAH DOMBA JONGGOL DAN
GARUT JANTAN DEWASA YANG DIBERI RANSUM
MENGANDUNG Indigofera zollingeriana DAN
LIMBAH TAUGE

RIDO PANDE PARDEDE
D24080186

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi Jawa Barat
pada tanggal 7 Februari 1991 dari pasangan Bapak J.
Hot Torang Pardede dan Ibu Mindo Lumbantoruan.
Penulis

merupakan

anak

kedua

dari

empat

bersaudara.
Pendidikan dasar dimulai dari Sekolah Dasar

Negeri Leuwi Lisung Kecamatan Baros Sukabumi,
yang diselesaikan pada tahun 2002. Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama dilakukan di (SLTP) Kristen BPK
PENABUR Sukabumi, yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus
Sekolah Menengah Atas Kristen BPK PENABUR Sukabumi. Selama bersekolah di
SLTP maupun SMA, penulis aktif organisasi yaitu OSIS dan Ekstra Kulikuler
Basket. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur undangan seleksi
masuk IPB (USMI) di Fakultas Peternakan tahun 2008. Penulis memasuki masa
perkuliahan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor tahun 2009
Kegiatan – kegiatan yang diikuti penulis selama masa perkuliahan antara lain
Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MPKMB) tahun 2008, Masa Perkenalan Fakultas
Peternakan (MPF-D) tahun 2009, Fapet Show Time 2011, anggota divisi paduan
suara Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) 2011.

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
juga dari dukungan orang tua yang terus berdoa dan memberikan semangat, penulis
dapat menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.
Usaha ternak domba merupakan salah satu alternatif dalam memenuhi

kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia. Salah satu upaya peningkatan
produktivitas ternak adalah dengan meningkatkan mutu pakan dan memperhatikan
kecukupan nutrisi pakan tersebut. Metabolit yang terdapat dalam darah merupakan
indikator dari jumlah zat makanan yang diserap dalam tubuh. Glukosa darah, BUN
(blood urea nitrogen) dan kolesterol darah adalah nutrien yang dibutuhkan oleh
ternak untuk tumbuh dan berkembang. Skripsi berjudul "Profil Metabolit Darah
Domba Jonggol dan Garut Jantan Dewasa yang Diberi Ransum Mengandung
Indigofera zollingeriana. dan Limbah Tauge" diharapkan mampu memberikan
informasi pada pembaca mengenai pengaruh pemberian Indigofera zollingeriana dan
limbah tauge terhadap metabolit darah domba UP3 jonggol dan garut.
Informasi dalam karya tulis ini masih jauh dari sempurna, namun demikian
skripsi ini bermanfaat dan semoga penelitian mengenai domba lokal dapat terus
dikembangkan melalui penelitian-penelitian yang akan datang, untuk memajukan
peternakan Indonesia.

Bogor, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN……………….……………………………………………......

i

ABSTRACT…………………………………………………………………..

iii

LEMBAR PERNYATAAN……………………....…………………………..

iv

LEMBAR PENGESAHAN…..……………….....…………………………...

v

RIWAYAT HIDUP….………………………….………………………….....

vi


KATA PENGANTAR.………………………….……………...……….........

vii

DAFTAR ISI……………………………………..……………...…………....

viii

DAFTAR TABEL………………………………..…………………………...

ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..

x

PENDAHULUAN……………………………………………….……...… ...

1


Latar Belakang…………………………………………………….….
Tujuan…………………………………….....………………………..

1
2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………...

3

Domba Lokal……………………………………………….………...
Domba Garut………………..………………………………………..
Domba UP3 Jongol ……..………………..……………………….....
Potensi Indigofera zollingeriana …………………………………….
Potensi Limbah Tauge…………...…………………………………. .
Metabolisme Zat Makan.…………………………………………… .
Nitrogen Urea Darah …………..………………………………….....
GlukosaDarah……..……………………………………………….....
KolesterolDarah..…………………………………………………….


3
3
4
5
6
7
10
11
12

MATERI DAN METODE…….……………………………………………..

14

Lokasi dan Waktu…………………………………………………….
Materi………………………………………………………….……..
Ternak………………………………………..……………….
Kandang dan Peralatan………………………..…………… ..
Ransum………………………………………………….. …..
Prosedur...…….………………………..…………………….……….
Persiapan Ternak…………………………..………………....
Adaptasi Kandang dan Pakan……………..…………….……
Pemeliharaan…………………………………..……….……..
Pengambilansampel………………………..…………….…...
Peubah yang diamati…………………………………….…....………
Analisis Plasma Darah………………………………………………..
Rancangan percobaan…………………………………………….......
Model…………………………………………………………
Analisis Data…………………………….……………...….…

14
14
14
14
14
15
16
16
16
16
17
17
19
19
19

HASIL DAN PEMBAHASAN.……………….……………………………..
Konsumsi Zat Makanan.………………....…………………….……..
Metabolit Darah………………………….………………….…….…..
Glukosa Darah..…….………………………………………....
Urea Darah………………………….….…………….……….
Kolesterol Darah…………………...……..…..……………….

20
20
22
22
24
25

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………....

28

Kesimpulan….………………………………………………………..
Saran..…………………………………………………………………

28
28

UCAPAN TERIMA KASIH………………………………………………....

29

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….…..

30

LAMPIRAN…………………………………………………………………..

33

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Kandungan Zat Makanan Tepung Indigofera Kering…………..............

6

2.

Kandungan Zat Makanan Tepung Limbah Tauge Kering……………....

7

3.

Komposisi Bahan Makanan Ransum Penelitian………………………..

15

4.

Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian…………………...…….. .

15

5.

Konsumsi Zat Makanan………………………………….…………..….

20

6.

Rataan Konsentrasi Metabolit Darah…..………………………………..

23

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1.

Sumber dan Hasil Metabolisme Pada Ruminansia…….………….…….

9

2.

Perbandingan Metabolit Darah Antar Pakan.…..………………………..

27

3.

Perbandingan Metabolit Darah Antar Domba …………………………..

27

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Hasil Sidik Ragam Konsumsi BK (g/e/h)…………………………….…

34

2.

Hasil Sidik Ragam Konsumsi PK (g/e/h)……………………..…….......

34

3.

Hasil Sidik Ragam Konsumsi LK (g/e/h)………………………….........

34

4.

Hasil Sidik Ragam Konsumsi SK (g/e/h)………………………………..

35

5.

Hasil Sidik Ragam Konsumsi BETN (g/e/h))……………..…………….

35

6.

Hasil Sidik Ragam Glukosa Darah (mg %)..………………………........

35

7.

Hasil Sidik Ragam Urea Darah (mg %)….……………………………...

36

8.

Hasil Sidik Ragam Kolesterol Darah (mg %)…………………………...

36

9.

Kandungan Penyusun Ransum Berdasarkan 100% BK………….….…..

36

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha untuk mewujudkan swasembada daging pada tahun 2014 dapat terlihat
dari peningkatan populasi ternak domba dari 10.199.000 ekor pada tahun 2009
menjadi 11.371.630 ekor pada tahun 2010 (BPS, 2011). Peningkatan populasi domba
tersebut perlu didukung dengan upaya peningkatan produktivitas ternak salah
satunya dengan meningkatkan kecukupan zat makanan pada pakan yang diberikan
pada ternak.
Peternak tradisional umumnya hanya memberikan hijauan sebagai pakan
domba. Domba lokal yang dipelihara dengan pakan rumput saja mengalami
pertumbuhan yang lambat karena kebutuhan nutrien domba belum dapat dipenuhi
dari rumput saja. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan hijauan legum dan limbah
pertanian yang memiliki kandungan zat makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
domba lokal.
Indigofera zollingeriana dan limbah tauge memiliki potensi sebagai pakan
domba karena jumlahnya banyak dan memiliki kandungan zat makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan domba. Indigofera sp. dapat dikembangkan di daerah tropis
dengan produksi daunnya mencapai 4.096 kg BK/ha dan tanaman ini dapat dijadikan
pakan sumber protein karena mempunyai kandungan protein sekitar 27% (Abdullah,
2010). Hasil survei menunjukkan bahwa potensi ketersediaan limbah tauge sekitar
1,5 ton/hari di Kotamadya Bogor. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa limbah
tauge memiliki kandungan protein kasar (PK) sebesar ± 13-14%, serat kasar 49,44%
dan TDN sebesar 64,65% (Rahayu et al., 2010).
Metabolisme berperan mengubah zat-zat makanan seperti glukosa, asam
amino, dan asam lemak menjadi senyawa-senyawa yang diperlukan untuk proses
kehidupan ternak. Glukosa dan asam lemak akan diubah menjadi energi yang
berguna untuk aktivitas otot, sekresi kelenjar, memelihara membran potensial sel dan
sintesis substansi sel. Zat-zat lain yang berasal dari protein berguna untuk
pertumbuhan dan reparasi jaringan tubuh. Hasil metabolisme dapat terlihat dari kadar
metabolit darah yang kemudian dimanfaatkan oleh tubuh untuk sumber energi,
mengganti jaringan yang rusak, dan pertumbuhan.

1

Daya guna zat makanan dapat diuji dengan nilai kecernaan zat makanan
tersebut, namun potensi yang dapat diserap dan digunakan oleh tubuh perlu uji lebih
lanjut yaitu dengan melihat nilai metabolit darah. Diperlukan pengkajian tentang
glukosa darah, urea darah (BUN), dan kolesterol darah pada domba UP3 jonggol dan
garut untuk melihat seberapa besar nutrien yang diserap ke dalam darah dan
selanjutnya dimetabolisme.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan kadar
metabolit darah, yaitu: kadar glukosa darah, urea darah dan kolesterol darah pada
domba garut dan domba UP3 jonggol dewasa dengan pemberian dua jenis ransum
yang mengandung Indigofera zollingeriana dan limbah tauge.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Domba Lokal
Domba merupakan ternak yang cukup selektif dalam memilih makanan
seperti dalam memilih jenis rumput yang baik, dan jenis legum yang cocok. Menurut
Blakely dan Bade (1991) domba diklasifikasikan dalam kingdom Animalia (hewan),
filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mammalia (hewan menyusui),
ordo Artiodactyla (hewan berkuku genap), family Bovidae (memamah biak), genus
Ovis (domba) dan spesies Ovis aries (domba yang telah didomestikasi).
Budidaya domba lokal sangat diminati masyarakat Indonesia karena memiliki
fungsi ekonomis, sosial dan budaya. Terdapat tiga jenis domba lokal di Indonesia
terutama di daerah Jawa yaitu : domba lokal ekor tipis (Javanese thin-tailed), domba
priangan dan domba lokal ekor gemuk (East Java fat-tailed) (Einstiana, 2006).
Domba lokal merupakan domba asli Indonesia yang mempunyai daya adaptasi yang
baik pada iklim tropis dan dapat beranak dua atau lebih dalam satu kebuntingan.
Domba lokal mempunyai warna bulu beragam serta memiliki wool atau bulu yang
tidak tebal, tubuh yang relatif kecil, memiliki ekor kecil dan tidak terlalu panjang
serta memiliki perdagingan sedikit dan sering disebut juga sebagai domba kampung
(Einstiana, 2006).
Bangsa-bangsa ternak lokal penting untuk dilindungi karena mempunyai
keunggulan antara lain mampu bertahan hidup pada tekanan iklim dan pakan yang
berkualitas rendah, penyakit, dan gangguan caplak, sumber gen yang khas, produktif
dipelihara dengan biaya rendah, dan mendukung keragaman pangan (FAO, 2004).
Domba Garut
Domba garut merupakan bangsa domba yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia karena produksinya yang baik dan memiliki fungsi adat dan
budaya bagi masyarakat Jawa Barat. Domba garut memiliki bentuk tubuh yang besar,
bergaris punggung cekung, pundak lebih tinggi dari kelangkang dengan bagian dada
relatif besar, dahi konveks, tanduk yang jantan besar dan kuat melingkar seperti
spiral sedangkan betina sering ditemukan bertanduk kecil seperti benjolan (Einstiana,
2006). Domba ini diduga merupakan hasil persilangan antara Domba Merino dan
Domba Kaapstad dengan domba lokal sekitar tahun 1864 (Einstiana, 2006). Domba
3

garut jantan bersifat agresif dan kuat, selain itu juga merupakan domba yang
diternakkan dengan sangat selektif karena umumnya tujuan khusus pemeliharaan
domba garut ialah untuk penggemukan dan memperoleh domba yang tangkas.
Hasil penelitian Gunawan dan Noor (2006) menunjukkan bobot sapih domba
garut jantan dapat mencapai 14,12 ± 3,11 kg. Domba garut memiliki bobot badan
yang besar dibandingkan dengan bobot badan domba lokal lain. Suswati (2010)
menyatakan bahwa rataan bobot badan domba keturunan garut pada grade yang
berbeda memiliki rataan bobot badan sebesar 30,28±3,40 kg lebih besar
dibandingkan dengan domba lokal ekor tipis yang memiliki bobot badan sebesar
29,60±2,88 kg.
Domba Jonggol
Domba UP3 jonggol dapat dikatagorikan kedalam salah satu jenis domba
lokal karena sudah dibudidayakan di lingkungan UP3 jonggol (Unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan Jonggol) sejak tahun 1980. Domba jonggol merupakan domba
ekor tipis hasil persilangan dengan domba garut secara acak, domba ini telah
dipelihara dengan sistem penggembalaan sejak tahun 1980 di Unit Pendidikan dan
Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
dan terseleksi secara alami untuk lingkungan panas dan kering (Sumantri et al.,
2007). Pemeliharaan domba UP3J umumnya secara tradisional yaitu digembalakan
pagi hari dan dikandangkan pada malam hari. Rumput segar merupakan pakan utama
yang biasa diberikan pada domba jonggol, walaupun dalam jumlah dan kualitas yang
terbatas. Kondisi lingkungan di daerah Jonggol mempengaruhi performa domba
secara keseluruhan (Sumantri et al., 2007).
Sumantri et al. (2007) melaporkan bahwa domba UP3J mempunyai bobot
tubuh dewasa sebesar 34,9 kg untuk jantan dan26,1 kg untuk betina. Bobot tubuh
dewasa domba UP3 Jonggol tersebut lebih tinggi bila dibandingkan dengan bobot
tubuh dewasa sejumlah domba lokal lainnya, seperti : domba Donggala (25,3 dan
24,0 kg), domba Kisar (25,8 dan 18,9kg), dan domba Rote (27,9 dan 20,3 kg). Bobot
tubuh tersebut hampir sama dengan bobot dewasa domba Sumbawa (33,8 dan 26,9
kg) masing-masing untuk jantan dan betina.

4

Potensi Indigofera zollingeriana
Indigofera zollingeriana merupakan tanaman leguminosa dengan genus
Indigofera yang memiliki 700 spesies yang tersebar mulai dari benua Afrika, Asia,
Australia, dan Amerika Utara. Pertumbuhan Indigofera sangat cepat, adaptif terhadap
tingkat kesuburan rendah, mudah dan murah pemeliharaannya. Menurut Hassen et al.
(2007) produksi bahan kering (BK) total Indigofera sp. adalah 21 ton/ha/tahun dan
produksi bahan kering daun 5 ton/ha/tahun.
Tepung daun Indigofera zollingeriana mengandung protein kasar (PK)
22,30%-31,10%, NDF 18,90%-50,40%, kandungan serat kasar sekitar 15,25% dan
kecernaan in vitro bahan organik berkisar 55,80%-71,70% (Abdullah, 2010). Legum
ini memiliki kandungan mineral yaitu Ca 0,97%-4,52%, P 0,19%-0,33%, Mg 0,21%1,07%, Cu 9 ppm-15,30 ppm, Zn 27,20 ppm-50,20 ppm, dan Mn 137,40 ppm-281,30
ppm (Hassen et al., 2007) serta memiliki kandungan tanin sebanyak 9,35%
(Ologhobo, 2009).
Indigofera zollingeriana sangat baik dimanfaatkan sebagai hijauan pakan
ternak karena memiliki kecernaan bahan organik yang tinggi, kandungan bahan
organik hijauan ini dapat meningkat dengan adanya pemberian pupuk organik
sehingga nilai kecernaan juga dapat meningkat (Abdullah, 2010). Hasil penelitian
Abdullah dan Suharlina (2010) menunjukkan bahwa umur panen yang tepat untuk
menghasilkan kualitas Indigofera zollingeriana terbaik adalah pada defoliasi umur
60 hari.
Fluktuasi ketersediaan hijauan baik kuantitatif maupun kualitatif merupakan
masalah dalam peningkatan produktifitas ternak ruminansia didaerah tropis termasuk
Indonesia. Indigofera zollingeriana memiliki potensi yang menjanjikan dalam hal
pemenuhan kebutuhan ternak ruminansia terhadap penyediaan hijauan pakan karena
produksinya tinggi dan memiliki kandungan protein yang tinggi, akan tetapi perlu
diperhatikan jumlah pemberiannya karena legum ini memiliki anti nutrisi yaitu tanin
yang cukup tinggi. Tabel 1 menampilkan kandungan zat makanan tepung Indigofera
sp. berdasarkan 100% BK.

5

Tabel 1. Kandungan Zat Makanan Tepung Indigofera zollingeriana Berdasarkan
100% BK
Zat makanan

Kandungan (%)

Bahan Kering

93,21

Abu

12,51

Protein Kasar

27,88

Serat Kasar

32,73

Lemak Kasar

1,48

Beta-N

25,39

Ca

0,06

P

0,54

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2011)

Potensi Limbah Tauge
Limbah tauge adalah bagian dari tauge yang tidak dikonsumsi oleh manusia,
yaitu berupa kulit tauge atau tudung atau lebih dikenal dengan angkup tauge yang
berwarna hijau. Limbah tauge merupakan bagian dari limbah pasar sehingga
penggunaan limbah tauge sebagai pakan ternak tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia (Rahayu et al., 2010).
Hasil survei potensi ketersediaan limbah tauge di Kotamadya Bogor yang
telah dilakukan oleh Rahayu et al. (2010) menunjukkan potensi limbah tauge di Kota
Bogor sebesar 1,5 ton/hari. Berdasarkan data tersebut, limbah tauge ini sangat
berpotensi untuk dipakai sebagai pakan ternak, terutama pada peternakan-peternakan
di wilayah urban (di pinggir kota). Permasalahan peternakan di wilayah urban adalah
hijauan yang terbatas karena keterbatasan ketersediaan lahan, dan harga konsentrat
mahal. Berdasarkan uji laboratorium limbah tauge memiliki kandungan nutrien yang
cukup baik, yaitu mengandung protein kasar (PK) sebesar ± 13-14 %, serat kasar
(SK) 49,44% dan TDN sebesar 64,65% (Rahayu et al., 2010).
Penelitian yang telah dilakukan pada peternakan penggemukan domba ekor
gemuk di wilayah Bogor yang memanfaatkan limbah tauge dalam ransumnya,
menunjukkan bahwa penggunaan limbah tauge hingga 50% dalam ransum
menghasilkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) yang cukup tinggi, yaitu
sebesar 145 g/e/h. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan hanya diberi ransum
6

konsentrat yaitu sebesar 96 g/e/h (Rahayu et al., 2010). Tabel 2 menampilkan
kandungan zat makanan tepung limbah tauge berdasarkan 100% BK.
Tabel 2. Kandungan Zat Makanan Tepung Limbah Tauge Berdasarkan 100% BK
Zat makanan

Kandungan (%)

Bahan Kering

87,94

Abu

3,00

Protein Kasar

16,40

Serat Kasar

43,78

Lemak Kasar

0,24

Beta-N

36,58

Ca

0,86

P

0,41

Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan (2011)

Metabolisme Zat Makanan
Metabolisme adalah perubahan yang dialami bahan makanan dalam
konversinya sampai kepada hasil sisa, mencakup seluruh reaksi biokimiawi yang
terjadi di dalam sel tubuh makhluk hidup (Tillman et al., 1998). Selanjutnya
dijelaskan, metabolisme berperan mengubah zat-zat makanan seperti: glukosa, asam
amino, dan asam lemak menjadi senyawa-senyawa yang diperlukan untuk proses
kehidupan salah satu hasil metabolisme yang sangat penting adalah energi (ATP).
Energi antara lain berguna untuk aktivitas otot, sekresi kelenjar, memelihara
membran potensial sel saraf dan sel otot, dan sintesis substansi sel. Energi berperan
penting dalam terjadinya proses biokimia untuk metabolisme karbohidrat, protein,
dan lipid (McDonald, 2002). Hasil proses metabolisme yang tidak digunakan oleh
tubuh akan mengalami proses transformasi secara kimia dan akan segera dikeluarkan
melalui sistem ekskresi (McDonald, 2002).
Tillman et al. (1998) menjelaskan bahwa, pada ruminansia, karbohidrat
dipecah di dalam rumen menjadi asam asetat, propionate dan butirat. Asam butirat
dalam perjalananya melewati dinding rumen dan diubah menjadi asam β-Hidroksi
butirat langsung ke dalam sistem peredaran darah. Asam asetat dan asam β-Hidroksi
butirat dibawa oleh darah melewati hati dan menuju ke jaringan dan organ target,
7

untuk digunakan sebagai sumber energi dan sintesis asam lemak. Hasil penelitian
Panousis (2011) menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara kadar βHidroksi butirat dengan kadar glukosa darah pada domba. Propionat yang terserap
dapat menyuplai 30% (atau lebih) glukosa untuk ruminansia (Parakkasi, 1999).
Sebagian glukosa akan diubah menjadi glikogen dan disimpan, sebagian lagi
digunakan untuk sintesis asam lemak dan sintesis trigliserida (McDonald, 2002).
Glukosa yang masuk dalam sistem peredaran darah dalam bentuk glukosa darah akan
dibawa menuju jaringan tubuh, glukosa tersebut digunakan untuk sumber energi,
sintesis asam lemak dan sintesis glikogen (McDonald, 2002).
Protein pakan sebagian akan dipecah di dalam rumen oleh mikroba menjadi
peptida dan asam amino dan sebagian protein yang tidak mengalami fermentasi akan
diserap langsung di usus (by pass) (McDonald, 2002). Asam amino yang berlebih
akan dibawa ke hati untuk diubah menjadi amonia. Amonia merupakan hasil
metabolisme protein dan nitrogen bukan protein. Amonia dalam rumen adalah
sumber nitrogen yang akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan
protein mikroba (McDonald et al., 2002). Kelebihan amonia akan menyebabkan
amonia terakumulasi di rumen yang kemudian akan diserap oleh darah dan dibawa
ke hati untuk dikonversi menjadi urea. Beberapa urea akan dikembalikan ke saliva
dan ada yang langsung diekskresikan melalui urin (McDonald., 2002)
Selama pencernaan unsur lemak dalam pakan, sebagian besar trigliserida
dipecah menjadi gliserol dan asam lemak, kemudian sewaktu melalui sel epitel usus,
keduanya disintesis kembali menjadi molekul trigliserida baru yang berkumpul dan
masuk kedalam limfe dalam bentuk droplet kecil yang tersebar yang disebut
kilomikron selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah (McDonald, 2002). Apabila
sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida
menjadi gliserol dan asam lemak serta melepasnya ke dalam pembuluh darah. Oleh
sel-sel yang membutuhkan komponen-komponen tersebut kemudian dioksidasi dan
menghasilkan energi, karbondioksida (CO 2 ), dan air (H 2 O). jika kebutuhan energi
telah tercukupi, asam lemak yang berlebih dalam hati akan mengalami katabolisme
menjadi asam β-Hidroksi butirat dan asetoasetat yang disimpan dalam jaringan
sebagai energi cadangan(McDonald, 2002).

8

Jaringan tubuh dan pakan

Asam
asetat

Asam butirat

Asam
propionat

Glukosa

Asam lemak
bebas

Triasilgliserol

Asam –asam
amino

BHBA
R
u
m
e
n

NADPH
(+H)

Glukosa

Glikogen

Gliserol
Energi

Asam lemak
bebas

Triasilgliserol

Asetoasetat
β-Hidroksi
asam butirat

Asam α keto

Amonia

Urea

Protein

Sistem Peredaran Darah
Asetat β-Hidroksi
asam butirat

Glukosa

Trigliserida

Asetoasetat
β-Hidroksi
asam butirat
Gambar 1. Sumber dan Hasil Proses Metabolisme pada Ruminansia (McDonald, 2002)

Urea

Asam amino

9

N - Urea Darah
Urea dalam darah dipengaruhi oleh pakan karena sebagian besar urea
diperoleh dari penguaraian protein yang berasal dari pakan. Pada ternak yang
mempunyai asupan protein tinggi dan sebagian besar protein tersebut mengalami
fermentasi di rumen, dapat menyebabkan peningkatan kadar urea dalam darah di atas
rentang normal (Riis, 1983). Kadar urea dalam darah mencerminkan keseimbangan
antara produksi dan ekskresi urea (Guyton dan Hall, 1987). Kadar urea dapat
meningkat seiring dengan bertambahnya umur (Riis, 1983).
Senyawa mengandung nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh ternak
ruminansia untuk proses pertumbuhan dan produksinya, yang terdiri atas protein dan
non protein nitrogen (NPN). Sebagian protein (protein by pass) tidak mengalami
fermentasi di dalam rumen akan tetapi langsung diserap di usus untuk digunakan
sebagai protein pembentuk jaringan tubuh, dan sebagian lagi mengalami fermentasi
di dalam rumen (McDonald, 2002).
Protein pakan yang dikonsumsi akan mengalami dua kemungkinan, yaitu
akan terdegradasi atau lolos dari degradasi oleh mikroba rumen. Proses degradasi
protein atau proteolisis adalah proses perubahan protein pakan menjadi peptida dan
asam-asam amino oleh mikroba rumen, selanjutnya asam-asam amino tersebut
mengalami deaminasi menghasilkan asam α keto dan ammonia (McDonald, 2002).
Protein yang terdegradasi di dalam rumen sebagian akan dimanfaatkan oleh mikroba
rumen menjadi protein mikroba (Promkot dan Wanapat, 2005).
Mikroba rumen tidak mempunyai kemampuan untuk memanfaatkan asam
amino secara langsung, karena tidak mempunyai sistem transportasi untuk
mengangkut asam amino ke dalam selnya, oleh karena itu sekitar 82% dari mikroba
rumen memanfaatkan amonia untuk pembentukan asam amino dalam tubuhnya
(Promkot dan Wanapat, 2005). Kadar urea dalam darah dapat dipengaruhi kadar
amonia dalam rumen (McDonald, 2002). Hal ini disebabkan oleh kandungan protein
yang tinggi dalam rumen dan mengalami proses degradasi akan menghasilkan
ammonia yang berlebih, sementara mikroba rumen telah optimal dalam
memanfaatkan amonia untuk pembentukan tubuhnya, selanjutnya amonia di dalam
rumen tersebut diserap oleh dinding rumen dan melalui peredaran darah masuk ke
dalam hati dan mengalami proses perubahan menjadi urea, kemudian melalui
10

peredaran darah sebagian urea kembali menuju saliva dan sebagian lain yang tidak
terpakai menuju ginjal untuk dikeluarkan bersama urin (Tillman et al., 1998).
Kadar urea darah juga dipengaruhi adanya kelebihan asam amino hasil
pencernaan dalam usus yang tidak digunakan dalam sel, sehingga terjadi proses
deaminasi asam amino dalam hati menghasilkan rantai karbon yang akan disimpan
berupa glikogen atau lemak, dan urea yang akan dikeluarkan bersama urin
(Prawirokusumo, 1993). Hasil penelitian Antunovic et al. (2011) menunjukkan kadar
urea darah domba bunting lebih rendah dibandingkan kadar urea darah domba tidak
bunting, hal ini berarti bahwa urea darah pada domba dipengaruhi oleh status
fisiologis domba tersebut. Terdapat hubungan yang positif antara urea darah dan
protein pakan yang dikonsumsi oleh ternak (Promkot dan Wanapat, 2005). Tingginya
protein pakandapat menyebabkan meningkatnya kandungan urea dalam darah. Moss
dan Murray (1992) menyatakan bahwa ruminansia yang mendapatkan tambahan
protein pada pakannya ditemukan memiliki konsentrasi urea darah yang tinggi.
Kadar urea darah normal pada domba adalah 13 - 28 mg/dl (Swenson, 1977).
Glukosa darah
Glukosa darah berasal dari berbagai sumber, antara lain: karbohidrat,
senyawa glikogenik yang mengalami glukoneogenesis dan glikogen hati oleh proses
glukogenolisis. Glukosa darah dan glukosa pada beberapa cairan jaringan atau dalam
sel-sel tubuh dimanfaatkan untuk memproduksi energi (McDonald, 2002). Kadar
glukosa darah ditentukan oleh keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk ke
dalam darah dan jumlah yang meninggalkan darah (Ganong, 1995). Lebih lanjut
dijelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi glukosa darah adalah konsumsi pakan,
kecepatan masuknya glukosa ke dalam sel-sel otot, jaringan lemak dan organ-organ
lain. Glukosa dalam darah umumnya secara terus menerus dikeluarkan untuk
memberi makan berbagai jaringan tubuh. Glikogen di dalam hati, urat daging serta
jaringan tertentu lainnya secara bertahap akan dirubah menjadi glukosa (Benerjee,
1978).
Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa pada darah salah satunya adalah
produk VFA (Volatyle Fatty Acid) salah satunya adalah asam propionat yang
memiliki proporsi 21% dari total VFA (McDonald, 2002). VFA merupakan hasil
fermentasi karbohidrat yang terjadi didalam rumen pada ruminansia (Arifin, 1995).
11

Pembentukan glukosa darah dari asam propionat diawali dengan propionat diaktifkan
dengan ATP dan KoA oleh enzim asetil-KoA sintetase, produknya propionil KoA.
Propionil KoA menjalani reaksi fiksasi CO 2 untuk membentuk D-metil malonil KoA
dan reaksi ini dikatalis oleh enzim propionil KoA karboksilase dan proses
selanjutnya menjadi suksinil KoA dengan enzim metal malonil KoA isomerase yang
memerlukan vitamin B12 sebagai koenzim. Suksinil KoA masuk ke siklus Krebs.
Dalam siklis Krebs, suksinil KoA diubah menjadi fumarat. Fumarat diubah menjadi
malat, selanjutnya malat diubah menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat diubah menjadi
fosfoenol piruvat dengan enzim fosfoenolpiruvat karboksilase, selanjutnya diubah
menjadi fruktosa 1-6 bifosfat dan diubah menjadi glukosa-6-fosfat dan glukosa darah
(Ngili, 2009)
Glukosa diabsorbsi dari saluran pencernaan ruminansia dalam jumlah kecil
dan kadarnya di dalam darah dipertahankan melalui sintesa endogenous untuk
keperluan fungsi-fungsi esensial jaringan tubuh (Arora, 1995). Glukosa dibutuhkan
oleh lima jaringan ternak ruminansia, yaitu jaringan otot, jaringan syaraf, jaringan
lemak, organ reproduksi dan proses metabolisme pada kelenjar susu (Prakkasi,
1999). Ternak ruminansia dewasa sangat tergantung pada proses glukoneogenesis
untuk memenuhi kebutuhannya akan glukosa (Riis, 1983). Ruminansia memiliki
kandungan glukosa lebih rendah dibanding ternak lain, karena pada proses
pencernaannya ruminansia akan memfermentasikan semua karbohidrat dalam
pakannya menjadi asam lemak yang mudah menguap dan unsur ini dapat
menggantikan sebagian besar glukosa sebagai bahan bakar utama metabolik jaringan
(McDonald, 2002). Kadar glukosa darah normal pada domba adalah 59 mg/100 ml
(Riis, 1983). Hasil penelitian Astuti (2005) menunjukkan bahwa, domba yang
diberikan pakan rambanan menghasilkan kadar glukosa darah yang berkisar 37-59
mg/dl. Ruminansia yang baru lahir, konsentrasi glukosanya menyerupai hewan
monogastrik dan secara gradual menurun dengan meningkatnya umur. Kebutuhan
energi tidak dapat dipenuhi semata-mata hanya oleh asam lemak (Riis, 1983).
Kolesterol Darah
Kolesterol adalah metabolit yang mengandung lemak sterol yang ditemukan
pada membran sel dan disirkulasikan dalam plasma darah (Mayes, 1995). Kolesterol
merupakan komponen struktural dari membran sel serta merupakan senyawa induk
12

yang menurunkan hormon-hormon steroid, vitamin D, dan garam empedu. Kolesterol
disintesis dalam hati dan sel epitel usus dan juga berasal dari lipid makanan. Sintesis
kolesterol diregulasi oleh jumlah kolesterol dan trigliserida dalam lipid makanan
(Ngili, 2009).
Kolesterol total sebenarnya merupakan susunan dari banyak zat, termasuk
trigliserida, LDL kolesterol, dan HDL kolesterol (Boyer, 2002). Trigliserida adalah
salah satu bentuk lemak yang diserap oleh usus setelah mengalami hidrolisis.
Trigliserida kemudian masuk ke dalam plasma dalam dua bentuk, yaitu sebagai
kilomikron yang berasal dari penyerapan usus setelah makan lemak dan sebagai
VLDL (very low density lipoprotein) yang dibentuk oleh hepar dengan bantuan
insulin (Boyer, 2002). Trigliserida tersebut di dalam jaringan di luar hepar
(pembuluh darah, otot, jaringan lemak) akan dihidrolisis oleh enzim lipoprotein
lipase. Sisa hidrolisis kemudian oleh hepar dimetabolisasi menjadi LDL. Kolesterol
yang terdapat pada LDL kemudian ditangkap oleh suatu reseptor khusus di jaringan
perifer sehingga LDL sering disebut sebagai kolesterol jahat (Cheng dan Hardy,
2004). Kelebihan kolesterol dalam jaringan perifer akan diangkut oleh HDL (high
density lipoprotein) ke hepar untuk kemudian dikeluarkan melalui saluran empedu
sebagai asam empedu sehingga HDL sering disebut sebagai kolesterol baik. Soraya
(2006) menyatakan bahwa kadar kolesterol darah normal pada domba adalah
108,41±32,42 mg/dl. Hasil penelitian Astuti (2005) menunjukkan bahwa domba yang
diberikan 100% rumput lapang menghasilkan kadar kolesterol darah sebesar 60,86
mg/dl. Hal tersebut menunjukkan bahwa serat kasar pada pakan mempengaruhi kadar
kolesterol darah sesuai dengan yang dinyatakan Djojosoebagio dan Piliang (2006)
bahwa serat kasar pakan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam serum dengan
cara meningkatkan ekskresi asam empedu, yang merupakan produk metabolisme
kolesterol.
Kolesterol dalam tubuh dikeluarkan melalui dua cara, yaitu diubah menjadi
empedu sebagai garam-garam kolesterol dan sterol netral yang dibuang melalui
feses. Asam empedu disintesa dalam hati dengan bahan dasar kolesterol. Asam
empedu ini digunakan dalam proses pencernaan, khususnya lemak dengan cara
pembentukan kilomikron (Mcdonald, 2002).

13

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Pemeliharaan ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak
Ruminansia Kecil Blok B dan analisis plasma di Laboratorium Nutrisi Ternak Kerja
dan Olahraga Unit Fisiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Juli sampai Oktober 2011.
Materi
Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 ekor domba yang
terdiri atas 6 ekor domba garut dewasa berumur 7 bulan dengan rataan bobot badan
(BB) 14,93±1,38 kg. Domba jonggol berasal dari UP3 Jonggol dan domba garut
berasal dari MT Farm dan Indocement. Domba tersebut dimasukkan ke dalam
kandang secara individu yang telah dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum.
Kandang dan Peralatan
Kandang individu disiapkan berukuran panjang 1,5 m dan lebar 0,75 m yang
dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan yang digunakan adalah
timbangan ternak, timbangan pakan, pita ukur, gunting. Pada pengambilan sampel,
alat yang digunakan adalah spoit dengan volume 10 ml, tabung efendorf, label,
sentrifuge, spektrofotometer.
Ransum
Ransum yang diberikan pada domba adalah ransum komplit dalam bentuk
pellet dengan rasio hijauan dan konsentrat 30:70. Sumber hijauan berasal dari legum
Indigofera zollingeriana dan limbah tauge yang masing-masing diberikan sebanyak
30%. Konsentrat terdiri atas onggok, jagung kuning, dan bungkil kelapa. Kadar zat
makanan ransum disesuaikan dengan kebutuhan domba masa pertumbuhan
(NRC,2006). Pakan diberikan ad libitum, tapi terukur. Komposisi bahan makanan
dan kandungan zat makanan pada ransum disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

14

Tabel 3. Komposisi Bahan Makanan Ransum Penelitian
Bahan Pakan (%)

Perlakuan
P1

P2

Indigofera sp.

30

0

Limbah Tauge

0

30

Onggok

12

10

Jagung

10

10

Bungkil kelapa

32

32

Bungkil kedelai

8

10

molases

5

5

CaCO3

2,5

2,5

NaCl

0,3

0,3

Premix

0,2

0,2

Jumlah

100

100

Keterangan: P1: Ransum Indigofera sp. P2: Ransum Limbah Tauge.

Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Ransum Berdasarkan 100% BK
Zat Makanan

Perlakuan(Ransum Komplit Mengandung- )
P1

P2

Bahan Kering (%)

87,32

87,65

Abu (%)

9,43

7,43

Protein Kasar (%)

18,00

18,00

Serat Kasar (%)

12,07

22,60

Lemak Kasar (%)

5,44

5,70

Beta-N (%)

54,43

53,73

Ca (%)

1,75

1,39

P (%)

0,26

0,23

Keterangan :Hasil Analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, IPB (2011).

15

Prosedur
Persiapan Ternak
Domba yang digunakan berumur kurang dari satu tahun dan memiliki bobot
badan seragam 14,93±1,38 kg. Domba yang dipilih adalah domba yang sehat dan
tidak cacat. Perawatan yang diberikan terhadap domba sebelum penelitian
berlangsung antara lain pencukuran bulu, pemberian obat cacing dan pemberian
identitas (kalung).
Adaptasi Kandang dan Pakan
Adaptasi kandang dilakukan dengan pemindahan domba dari kandang
kelompok ke kandang individu. Tujuan adaptasi kandang adalah untuk menghindari
stress pada domba yang ditimbulkan karena kondisi kandang yang berbeda. Adaptasi
kandang dilakukan selama dua minggu bersama dengan adaptasi pakan.
Adaptasi pakan merupakan proses penyesuaian ternak terhadap jenis pakan
baru yang akan diberikan pada waktu penelitian, adaptasi dilakukan selama 2
minggu. Tujuan dilakukan adaptasi pakan adalah mengkondisikan sistem pencernaan
agar tidak terjadi gangguan karena pakan baru yang diberikan.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan selama 3 bulan setelah fase adaptasi kandang dan
pakan. Pemberian pakan dan minum dilakukan secara ad libitum. Pengontrolan
konsumsi dilakukan intensif setiap tiga jam sekali. Ransum yang telah habis
ditambahkan ad libitum dan dicatat jumlah penambahannya. Sisa pakan ditimbang
dan dicatat sebelum pemberian pakan baru saat pagi hari.
Pengambilan Sampel Darah
Pengambilan sampel darah dilakukan setelah pemeliharaan. Masing-masing
domba diambil darahnya sebanyak 5 ml melalui vena jugularis dengan menggunakan
spoit 10 ml. Darah kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi
antikoagulan EDTA. Sampel darah dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
sentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan sampel
plasma. Sampel plasma dimasukkan ke dalam tabung efendorf. Sampel dalam bentuk
plasma darah dianalisis menggunakan kit glukosa merk Rajawali Nusindo

No.

Katalog : 112191, kit urea merk Rajawali Nusindo No. Katalog : 110491 dan kit
16

kolesterol merk Rajawali Nusindo No. Katalog : 101592. Kit yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan alat bantu tes enzimatik untuk penentuan kadar glukosa,
urea dan kolesterol plasma hewan, kit tersebut diperoleh dari PT. Rajawali Nusindo.
Peubah yang Diamati Adalah :
1. Konsumsi Zat Makanan
Konsumsi zat makanan diperoleh dengan mengukur jumlah pakan yang
dikonsumsi oleh domba lalu dikalikan dengan kadar zat makanan pada pakan
tersebut. Zat makanan yang diukur adalah bahan kering (BK), lemak, protein kasar
(PK), Beta-N, dan serat kasar (SK).
2. Urea Plasma
Kadar urea plasma dianalisis menggunakan kit blood urea nitrogen (BUN)
merk Rajawali Nusindo No. Katalog : 110491 dan spektrofotometer dengan panjang
gelombang 570 nm.
3. Glukosa Plasma
Kadar glukosa plasma dianalisis menggunakan kit blood glucose merk
Rajawali Nusindo

No. Katalog : 112191dan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 570 nm.
4. Kolesterol Plasma
Kadar kolesterol plasma dianalisis menggunakan kit blood cholesterol merk
Rajawali Nusindo

No. Katalog : 101592 dan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 570 nm.
Analisis Sampel
Analisis Urea
Pengukuran urea darah dilakukan dengan menggunakan teknik enzimatik
yang menggunakan kit dari Rajawali Nusindo dengan nomor katalog : 110491.
Prosedur pengukuran meliputi persiapan tabung yang telah diberi label untuk blanko,
standar dan sampel. Prosedur persiapan sebelum melakukan pencampuran, meliputi
pencampuran R1 (kombinasi Phosphate buffer, sodium salicylate, sodium
nitroprusside, dan EDTA) dengan R3 (urease). Perbandingan campuran R1 dan R3
adalah 100 : 1, campuran tersebut dinamakan R1a. Tabung berlabel standar diisi
17

dengan 10 μl larutan standar dan 1000 μl R1a. Tabung berlabel blanko diisi dengan
campuran R1a dan R2. Tabung sampel diisi dengan 10 μl sampel, 1000 μl R1a dan
1000 μl R2. Seluruh tabung yang sudah terisi diinkubasi selama 5 menit, dan diamati
pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 570 nm. Menggunakan rumus
perhitungan :
Absorbansi sampel
BUN =

x 37.8 mg/dl
Absorbansi standar

Analisis Glukosa
Pengukuran glukosa darah dilakukan dengan menggunakan teknik enzimatik
yang menggunakan kit dari Rajawali Nusindo dengan nomor katalog : 112191.
Prosedur pengukuran meliputi persiapan tabung yang telah diberi label untuk blanko,
standard dan sampel. Tabung berlabel standar diisi dengan 10 μl larutan standar.
Tabung berlabel blanko diisi dengan campuran 1000 μl R1 (tersedia dalam kemasan
KIT). Tabung sampel diisi dengan 10 μl sampel dan 1000 μl R1. Seluruh tabung
yang sudah terisi diinkubasi selama 5 menit, dan diamati pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang 570 nm. Menggunakan rumus perhitungan :
Absorbansi sampel
Konsentrasi Glukosa =

x 100 mg/dl
Absorbansi standar

Analisis Kolesterol
Pengukuran kolesterol darah dilakukan dengan menggunakan teknik
enzimatik yang menggunakan kit dari Rajawali Nusindo dengan nomor katalog :
112191. Prosedur pengukuran meliputi persiapan tabung yang telah diberi label
untuk blanko, standard dan sampel. Tabung berlabel standar diisi dengan 10 μl
larutan standar. Tabung berlabel blanko diisi dengan campuran 1000 μl R1 (tersedia
dalam kemasan kit). Tabung sampel diisi dengan 10 μl sampel dan 1000 μl R1.
Seluruh tabung yang sudah terisi diinkubasi selama 5 menit, dan diamati pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 570 nm. Menggunakan rumus
perhitungan :
Absorbansi sampel
Konsentrasi Kolesterol =

x 80 mg/dl
Absorbansi standar
18

Rancangan Percobaan
Model
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x2
dengan faktor pertama adalah jenis ransum (P1 = Indigofera zollingeriana dan P2 =
limbah tauge), faktor kedua yaitu jenis domba (UP3 Jonggol dan Garut). Model yang
digunakan adalah sebagai berikut :
Y ijk = µ + A i + B j + (AB) ij + ɛ ijk
Keterangan:
Y ijk

: nilai pengamatan perlakuan ke-I dan ke-j

µ

: nilai tengah

Ai

: pengaruh perlakuan ransum (mengandung Indigofera zollingeriana dan
limbah tauge) ke-i

Bj

: pengaruh perlakuan jenis domba (UP3 Jonggol dan Garut) ke-j

(AB) ij

: interaksi antara jenis domba dan pakan yang diberikan pada domba

ɛijk

: pengaruh galat percobaan

Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (Analysis of Variance)
untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati (Mattjik dan
Sumertajaya, 2006).

19

HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsumsi Zat Makanan
Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh
jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua
faktor. Konsumsi bahan kering ransum yang mengandung limbah tauge lebih tinggi
(P