Analisis Kelembagaan dan Peranannya Terhadap Pendapatan Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP
PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY
TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG
PROPINSI JAWA BARAT
Studi Kasus di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas
Kecamatan Cimalaka Sumedang

SKRIPSI
HENDRO SISWOYO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

RINGKASAN
Hendro Siswoyo. D14080299. 2013. Analisis Kelembagaan dan Peranannya
Terhadap Pendapatan Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten
Sumedang Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MS (Alm.)

Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS
Peternakan merupakan subsektor pertanian yang sangat berpotensi untuk
dikembangkan, untuk mencapainya diperlukan adanya saling kerjasama diantara
berbagai pihak atau stakeholder antara lain, pemerintah, swasta, akademik, maupun
dengan peternak pada level yang sama. Salah satu bentuk kerjasama dalam bidang
peternakan pada level petani adalah dengan membentuk organisasi atau kelompok yang
dapat memfasilitasi para anggotanya untuk lebih mengoptimalkan kinerja mereka untuk
kemajuan usaha peternakan yang dibangun. Banyak diantara kelompok tani yang cukup
berhasil mengembangkan usahatani mereka dengan menerapkan strategi-strategi sukses
sesuai potensi yang dimiliki. Salah satu kelompok tani di Jawa Barat yang berhasil
mendapat penghargaan karena sukses menerapkan sistem integrasi tani-ternak dengan
kelembagaannya yang cukup kuat adalah kelompok tani Simpay Tampomas.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2011
di Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis pendapatan usaha dari anggota kelompok tani ternak, menganalisis
kelembagaan dan mempelajari peran kelompok dalam peningkatan pendapatan anggota
kelompok tani ternak kambing perah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kinerja kelompok tani menggunakan skala Likert, analisis
pendapatan dan korelasi Rank Spearman. Variabel yang dikorelasikan adalah variabel
pendapatan dengan pengalaman organisasi, pengalaman usaha dan skala usaha.

Jumlah Responden yang diamati 17 orang, terdiri atas anggota aktif yang
tergabung dalam kelompok tani Simpay Tampomas. Hasil penelitian yang diperoleh
kelompok tani dinilai cukup efektif oleh peternak dengan nilai keefektifan 390.
Koefisien korelasi yang dihasilkan antara pendapatan dengan skala usaha sangat nyata
dibuktikan dengan nilai koefisien korelasinya (0,722**). Korelasi antara pendapatan
dengan pengalaman organisasi adalah (-0,151) yang berarti tidak ada korelasi antara
pendapatan dengan pengalaman organsasi. Hubungan antara pendapatan dengan
pengalaman usaha menunjukkan nilai koefisien korelasi (-0,137), hal ini menunjukkan
tidak adanya korelasi antara pendapatan dengan pengalaman usaha.
Kata-kata kunci : Kelembagaan, Pendapatan, Simpay Tampomas, Peternak

ABSTRACT
Analysis of Institutional Capacity of The Simpay Tampomas Group and Its Roles
on Farmer Income In Cimalaka of Sumedang District West Java
Siswoyo, H., D. J. Setyono, and A. M. Fuah
A survey study had been carried out in Cimalaka of Sumedang district, West Java. The
objectives of the study were to analyze the institutional capacity of the Simpay
Tampomas dairy goat farmers group and to understand the group roles increasing
farmers income from dairy goat enterprises. The method used in this study included
work performance analysis by using Likert scale, income analysis, and Rank Spearman

correlation. Intercorrelated variables in this study included farmers income with
organizational experience, business experience, and business scale. Seventeen farmers
of Simpay Tampomas group were interviewed using questionnaires that has been
provided. The results showed that farmer group was effective with the effectiveness
value of 390. The Correlation between income with business scale was very strong
indicated by the value of correlation coefficient of 0.722, while the correlation between
income and organizational experience was -0.151. The results suggested that there was
no correlation between farmers income and organizational experiences as well as
between income and business experiences. The condition was relatively due to the
difficulties of farmers in adopting new technology and implementating effective
management in goat farming.
Keywords: Income, Correlation, Farmers Group

3

ANALISIS KELEMBAGAAN DAN PERANANNYA TERHADAP
PENDAPATAN PETERNAK DI KELOMPOK TANI SIMPAY
TAMPOMAS KABUPATEN SUMEDANG
PROPINSI JAWA BARAT
Studi Kasus di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas

Kecamatan Cimalaka Sumedang

HENDRO SISWOYO
D14080299

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

i

Judul :

Analisis Kelembagaan dan Peranannya Terhadap Pendapatan

Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten
Sumedang Propinsi Jawa Barat

Nama :

Hendro Siswoyo

NIM :

D14080299

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Ir. Dwi Joko Setyono, M.S)(Alm)
NIP. 19601123 198903 1 001

(Dr. Ir. Asnath Maria Fuah, MS)

NIP : 19541015 197903 2 001

Mengetahui:
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr. Sc)
NIP. 19591212 198603 1 004

Tanggal Ujian : 22 Maret 2013

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Mei 1990 di Jakarta, merupakan anak
ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kasdi dan Ibu Endang
Setyaningsih.
Pendidikan dasar ditempuh di SD Negeri RRI Cisalak dan diselesaikan pada
tahun 2002. Pendidikan menengah tingkat pertama diselesaikan pada tahun 2005 di
SMP Negeri 7 Depok, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 98 Jakarta

pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada program studi Ilmu Produksi dan
Teknologi Peternakan pada tahun 2008.
Selama menjalani proses perkuliahan, penulis aktif dalam Badan Kerohanian
Islam Mahasiswa IPB (BKIM IPB) tahun 2008-2009, FAMM AL-AN’AM periode
2009-2012 dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Himaproter) pada tahun 2010 (Staf Peduli Pangan Peternakan) dan 2011 (Kadiv
Peduli Pangan Peternakan). Penulis terlibat sebagai peserta dalam Program
Mahasiswa Wirausaha (PMW) CDA IPB dan peserta Young On Top pojok BNI serta
menjadi finalis wilayah program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) pada tahun
2012. Penulis juga pernah aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah
Teknologi Hasil Ikutan Ternak tahun 2012.

1

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan karunia serta
nikmat sehat, rizki dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi,
penelitian, seminar, dan skripsi ini. Shalawat dan Salam kepada Rosululloh
Muhammad SAW atas keteladanan dan bimbingan beliau yang telah membawa

cahaya islam bagi ummatnya.
Skripsi yang berjudul Analisis Kelembagaan dan Peranannya Terhadap
Pendapatan Peternak di Kelompok Tani Simpay Tampomas Kabupaten
Sumedang Propinsi Jawa Barat ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan
skripsi ini merupakan wujud peran aktif serta kontribusi penulis dalam bidang
Pertanian khususnya peternakan. Hasil dari skripsi ini diharapkan dapat memberikan
informasi tentang gambaran umum kelembagaan di tingkat petani dan peranannya
terhadap pendapatan yang berdampak terhadap kesejahteraan peternak di kelompok
tani ternak Simpay Tampomas, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Penyusunan
skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan solusi aktif dalam memperbaiki
kelemahan dari kelembagaan tani yang ada kelompok tani Simpay Tampomas, dan
Indonesia pada umumnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan agar skripsi
ini dapat diperbaiki dan disempurnakan dengan baik. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kelompok tani Simpay Tampomas dan dunia peternakan.
Bogor, Mei 2013
Penulis


2

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT ................................................................................................

ii

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................

iii

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

iv


RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

v

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vi

DAFTAR ISI ................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL..........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

x


DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................

xi

PENDAHULUAN .........................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ................................................................................................

1
2

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................

3

Kambing Peranakan Etawah ..............................................................
Kelompok Tani ..................................................................................
Partisipasi Petani dalam Kelembagaan Tani ..........................
Pembinaan Himpunan Tani dan Kelompok Tani ...................
Peran Kelompok Tani ............................................................
Gabungan Kelompok Tani ................................................................
Skala Usaha Tani ...............................................................................

3
3
5
5
6
7
8

MATERI DAN METODE .............................................................................

10

Lokasi dan Waktu ..............................................................................
Prosedur .............................................................................................
Rancangan dan Analisis Data ............................................................
Analisis Deskriptif .................................................................
Analisis Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani ....................
Analisis Pendapatan Usaha Tani............................................
Analisis Data .........................................................................
Analisis R/C Rasio .................................................................
Analisis Korelasi ....................................................................

10
10
10
10
11
12
12
12
13

HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................

14

Keadaan Umum Lokasi Penelitian ....................................................
Potensi Alam ..........................................................................
Penduduk Cibeureum Wetan dan Mata Pencahariannnya .....
Karakteristik Peternak ............................................................

14
15
15
16

3

Kriteria Usaha Ternak Kambing ........................................................
Komposisi Ternak Tujuan Produksi Daging ..........................
Komposisi Ternak Tujuan Produksi Susu dan Daging .........
Sejarah Berdirinya Kelompok ................................................
Analisis Pendapatan Peternak ............................................................
Pendapatan Usahatani Tujuan Produksi Susu dan Daging ...
Pendapatan Usahatani Tujuan Produksi Daging ....................
Perubahan Ternak...................................................................
Analisis R/C Rasio .............................................................................
Sistem Kelembagaan Kelompok Ternak Simpay Tampomas...........
Anggota Kelompok ................................................................
Syarat Anggota .......................................................................
Struktur Organisasi.................................................................
Tugas dan Peran Pengurus .....................................................
Maksud dan Tujuan Kelompok ..............................................
Maksud Kelompok ......................................................
Tujuan Kelompok........................................................
Peran Kelompok .................................................................................
Program Kerja Kelompok Tani Simpay Tampomas ..............
Analisis Efektivitas Kelembagaan .........................................
Pinjaman dan Bantuan Permodalan Ternak ...........................
Pemasaran Produk Ternak......................................................
Partisipasi Anggota Kelompok ..............................................
Penyediaan Sapronak dan Hijauan Makanan Ternak .............
Pembinaan Kelompok Ternak Simpay Tampomas ................
Gabungan Kelompok Tani Tampomas Mekar ...................................
Hasil Analisis Korelasi ......................................................................
Korelasi antara Pendapatan dengan Skala Usaha Ternak ......
Korelasi antara Pendapatan dengan Pengalamaan
Organisasi ...............................................................................
Korelasi antara Pendapatan dengan Pengalaman Usaha ........
Korelasi antara Pengalaman Usaha dengan Skala Usaha ......
Korelasi antara Pengalaman Uaha dengan Pengalaman
Organisasi ...............................................................................
Korelasi antara Skala Usaha dengan Pengalaman
Organisasi ...............................................................................

18
18
19
20
20
21
22
24
25
26
26
26
27
27
29
29
29
30
30
31
31
33
34
35
35
36
37
37

KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................

42

Kesimpulan ........................................................................................
Saran ................................................................................................

42
42

UCAPAN TERIMAKASIH ..........................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

45

LAMPIRAN ................................................................................................

47

38
39
39
40
41

viii
4

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kelembagaan …………………..

12

2. Presentase Penduduk Cibeureum Wetan Menurut Jenis Mata
Pencaharian ……………….............................................................

16

3. Karakteristik Peternak Kelompok Ternak Simpay Tampomas ......

17

4. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
untuk Tujuan Produksi Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011)
..........................................................................................................

18

5. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
untuk Tujuan Produksi Susu dan Daging pada Akhir Tahun (Juli
2011) …………………………………………………………....

19

6. Rata-Rata Pendapatan Kelompok Peternak Kambing dengan Pola
I (Tujuan Produksi Susu dan Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011
……………………………………………………………………..

21

7. Rata-Rata Pendapatan Peternak Kambing dengan Pola II (Tujuan
Produksi Daging) dari Agustus 2010-Juli 2011 .............................

23

8. Rata-rata Perubahan Ternak Kambing Kelompok Peternak
Simpay Tampomas Selama Setahun Terakhir (Agustus 2010-Juli
2011 ………………………………................................................

25

9. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Simpay Tampomas
Sejak Tahun 2006-Tahun 2010 .......................................................

26

10. Sumber Modal yang Dihimpun Anggota Kelompok Selama Bulan
Agustus 2010-Juli 2011 ..................................................................

32

11. Alokasi Penggunaan Modal yang Dihimpun Kelompok Selama
Bulan Agustus-Juli 2011 ................................................................

33

12. Korelasi Antara Pendapatan, Pengalaman Usaha, Pengalaman
Organisasi, dan Skala Usaha Ternak Kelompok Tani Simpay
Tampomas ……………..................................................................

37

5

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Peta Desa Cibeureum Wetan dan Lokasi Penelitian ……………..

14

2. Lokasi Kebun Buah Naga dan Galian Pasir ...................................

15

3. Struktur Organisasi Kelompok Tani Simpay Tampomas ...............

29

4. Suasana Rapat Kelompok Tani Simpay Tampomas .......................

35

6

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1.

Kuesioner Penelitian ......... .............................................................

48

2.

Perhitungan Skor Efektivitas Kelembagaan ......... .........................

59

3.

Hasil Output SPSS 18 Korelasi antara Pendapatan, Skala Usaha
Pengalaman Organisasi dan Pengalaman Usaha .......................... .

61

Perhitungan R/C Rasio Produksi Susu dan Daging .......................

61

4.

7

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peternakan merupakan suatu bidang

yang memiliki potensi untuk

dikembangkan, namun dalam usaha mengembangkan salah satu subsektor pertanian
ini perlu adanya saling kerjasama di antara berbagai pihak atau stakeholder, seperti
bekerjasama dengan institusi akademik, pemerintahan, swasta maupun dengan
sesama peternak atau golongan yang sederajat. Pembangunan pada subsektor
peternakan berperan

meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara

berkelanjutan melalui perbaikan gizi, mewujudkan keluarga mandiri gizi,
peningkatan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat peternak, kesempatan kerja,
pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan devisa negara (Direktorat Jenderal
Bina Produksi Peternakan, 2003).
Pembangunan pertanian bukan saja diarahkan pada pemenuhan kebutuhan
pokok yang sifatnya melayani masyarakat, melainkan juga mengikutsertakan
masyarakat dan kelompok sasaran dalam penentuan apa yang mereka butuhkan dan
partisipasinya dalam proses implementasi pembangunan. Ketertinggalan dalam
pembangunan yang dialami oleh masyarakat di pedesaan merupakan salah satu
penyebab terjadinya kemiskinan di pedesaan. Daerah pedesaan memiliki persediaan
sumber daya alam yang sangat melimpah, namun karena sumber daya manusia yang
ada tidak memiliki kemampuan untuk mengelola, maka kekayaan alam yang ada
tidak dapat menjadikan kemakmuran bagi masyarakat di pedesaan. Salah satu cara
untuk mengembangkan potensi pedesaan adalah dengan membentuk sumber daya
manusia yang tangguh, sehingga masyarakat pedesaan dapat memiliki mindset dalam
pengembangan perekonomian mereka secara sustainable, yakni salah satu caranya
adalah dengan mengembangkan kelompok tani yang ada di pedesaan dalam rangka
mengakomodir usaha masyarakat pedesaan.
Fungsi kelompok tani adalah memotivasi para anggotanya untuk lebih
mengoptimalkan kinerja dalam rangka kemajuan usaha peternakan yang mereka
bangun. Kelompok tani merupakan kelembagaan di tingkat petani yang secara
langsung berperan sebagai wadah para petani atau peternak dalam kegiatannya
mengembangkan unit usaha secara bersama. Analisis mengenai kelembagaan tani
sangat diperlukan untuk mengetahui bagaimana fungsi-fungsi di setiap bagian dari
1

suatu kelompok berjalan sesuai tugas dan perannya masing-masing. Salah satu
kelompok tani yang berhasil menjadi pelopor nasional adalah kelompok tani Simpay
Tampomas. Kelompok tani ini telah mendapat penghargaan dari pemerintah karena
prestasinya dalam hal reklamasi lahan bekas galian pasir dengan membangun usaha
peternakan kambing secara terpadu dengan tanaman hortikultura termasuk buah naga
dan nanas. Petani ternak berhasil mengembangkan ternak kambing perah dan
membentuk kelompok dengan jumlah anggota saat ini 25 orang, namun pada saat ini
jumlah anggota yang benar-benar aktif berjumlah 17 orang karena banyak yang
beralih pekerjaan menjadi tukang galian pasir maupun menjadi TKI. Populasi ternak
kambing yang ada di kelompok tani telah berjumlah 343 ekor, dengan tingkat
kepemilikan 20,18 ekor per peternak. Peternakan kambing menjadi bagian penting
dari sistem pertanian terpadu di lahan kritis yang terdapat di desa Cibeureum Wetan.
Tujuan
Penelitian bertujuan menganalisis pendapatan usaha dari anggota kelompok
tani ternak Simpay Tampomas, menganalisis kelembagaan dan mempelajari peran
kelompok dalam peningkatan pendapatan anggota kelompok tani ternak kambing
Simpay Tampomas di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Kambing Peranakan Etawah
Peternak kambing PE sudah banyak berkembang di Indonesia terutama di
Pulau Jawa yang pemeliharaannya dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan
produksi susu. Hal ini disebabkan karena susu kambing dipercaya mempunyai
khasiat dalam penyembuhan berbagai macam penyakit. Peternakan kambing
dwiguna ini akan meningkatkan status gizi masyrakat pedesaan melalui konsumsi
susu dan daging kambing hasil dari produksi petani, dengan demikian secara
nasional pengembangan ternak kambing dwiguna di Indonesia akan membantu
program pembangunan dibidang kesehatan disamping sebagai sumber pendapatan
baru subsektor peternakan (Mardalena, 2008).
Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara
kambing Etawah (asal India) dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip
Etawah tetapi lebih kecil. Kambing PE tipe dwiguna adalah ternak penghasil daging
dan susu (perah). Peranakan yang penampilannya mirip Kacang disebut Bligon atau
Jawa Randu, yang merupakan tipe pedaging. Ciri khas kambing PE antara lain;
bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah
leher yang tumbuh berawal dari sudut janggut, telinga panjang, lembek menggantung
dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih,
bentuk garis punggung mengombak ke belakang, bulu tumbuh panjang di bagian
leher, pundak, punggung dan paha, bulu paha panjang dan tebal. Warna bulu ada
yang tunggal; putih, hitam dan coklat, tetapi jarang ditemukan. Kebanyakan terdiri
dari dua atau tiga pola warna, yaitu belang hitam, belang coklat, dan putih bertotol
hitam (Batubara et al., 2005).
Kelompok Tani
Menurut Hermanto dan Swastika (2011), kelompok tani merupakan
kelembagaan di tingkat petani yang dibentuk untuk secara langsung mengorganisir
para petani dalam berusaha tani. Kelompok tani dibentuk oleh dan untuk petani, guna
mengatasi masalah bersama dalam usahatani serta menguatkan posisi tawar petani,
baik dalam pasar sarana maupun pasar produk pertanian. Menurut Wahyuni (2003),
kelompok tani dibentuk berdasarkan suara keputusan dan dimaksudkan sebagai

3

wadah komunikasi antar petani, serta antara petani dengan kelembagaan. Surat
keputusan tersebut dilengkapi dengan ketentuan-ketentuan atau tolak ukur untuk
memonitor dan mengevaluasi kinerjaya. Kinerja tersebut yang merupakan indikator
menentukan tingkat kemampuan kelompok.
Aspek kelembagaan menurut Soekartawi (2002) dapat berupa kelembagaan
pemerintah maupun non-pemerintah, tergantung dari segi kepentingannya. Aspek
kelembagaan sangat penting bukan saja dilihat dari segi ekonomi pertanian secara
keseluruhan, tetapi juga ekonomi pedesaan. Pentingnya aspek kelembagaan sudah
lama dikembangkan di Indonesia. Pembangunan pertanian sering dikenal dengan
istilah “Wilayah Unit Desa” atau WILUD. Menurut Soekartawi (2002), dalam
WILUD beberapa aspek kelembagaan yang dapat melayani petani, yaitu :
a.

Adanya Bank. Kelembagaan keuangan seperti bank akan sangat besar
manfaatnya bagi petani untuk memperoleh kredit, disamping juga sebagai
tempat menabung.

b.

Adanya penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan ini dilengkapi dengan
petugasnya yang lebih dikenal dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL),
baik itu PPL monovalent (khusus mendalami masalah satu komoditi tertentu)
atau PPL polyvalent (lebih dari satu komoditi).

c.

Adanya lembaga penyaluran sarana produksi. Penyaluran faktor produksi
seperti bibit, pupuk dan obat-obatan yang dilakukan oleh penyalur hanya
sampai di lini IV, yaitu KUD. Hal ini berarti KUD bertugas untuk
menyalurkan ke kelompok tani atau petani.

d.

Adanya lembaga yang mampu membeli hasil pertanian yang diproduksi
petani. KUD memegang peranan dalam hal ini, misalkan untuk pengadaan
pangan dengan cara membeli produksi petani.
Empat program yang berfungsi saling melengkapi itu yang disebut
Soekartawi (2002) dengan istilah “catur sarana usaha pertanian”.
Kinerja kelembagaan pembangunan sektor pertanian masa depan akan

berhasil baik bila didukung oleh kebijakan pemihakan (affirmative policy) yang
merupakan komitmen pembangunan pihak pemerintah, memiliki strategi dan teknik
implementasi kebijakan yang jelas dan terstruktur, serta memiliki tolok ukur kinerja

4

yang jelas untuk kepentingan penyempurnaan strategi pembangunan pertanian
nasional (Suradisastra et al., 2007).
Partisipasi Petani dalam Kelembagaan Tani
Partisipasi petani dalam pembangunan sektor hendaknya dipahami secara
mendalam, terutama peran dan dampaknya dalam proses pembangunan. Partisipasi
aktif dan bersifat interaktif akan lebih memperkuat eksistensi, posisi, dan peran
kelembagaan dalam proses pembangunan sektor. Partisipasi interaktif juga
mendorong berkembangnya manajemen aspiratif yang bersifat horisontal. Tingkat
partisipasi petani dalam proses pembangunan pertanian, melalui kelembagaan tempat
mereka bergabung, merupakan tolak ukur kuantitatif akan kinerja kelembagaan
dalam menyalurkan aspirasi petani dan mencapai tujuan pembangunan sektor
peternakan (Suradisastra et al., 2007).
Komponen yang mampu memperlancar proses interaksi kontak tani
dibebankan kepada stakeholder itu sendiri, misalnya sikap (attitude) terhadap
lembaga tata peraturan baru, pengetahuan dan keterampilan, serta kesediaan
bekerjasama. Selain itu, dijumpai pula komponen diluar stakeholder yang
mempengaruhi sikap dan kesediaan berinteraksi, seperti infrastruktur lembaga
organisasi formal dan nonformal, pengaruh local leaders, situasi politik lokal, dan
lain-lain. Kemampuan suatu kelembagaan pembangunan dalam memanfaatkan
komponen pendukung merupakan tolok ukur kualitatif terhadap kinerja kelembagaan
tersebut dalam mengikuti irama pembangunan dalam sistem yang sedang berjalan
(Suradisastra et al., 2007).
Pembinaan Himpunan Tani dan Kelompok Tani
Pembinaan himpunan tani dan kelompok tani pada dasarnya adalah
meningkatkan efektivitas interaksi antara anggota-anggota kelompok, sehingga
merupakan organisasi penyuluhan yang semakin mantap. Hakikatnya penyuluhan
pertanian yang dilakukan melalui kontak tani, kelompok tani dan himpunan tani dan
usaha-usahanya berhasil mengubah cara berfikir, sikap, dan tindakan, baik peteni
perseorangan maupun peteni-petani anggota kelompok secara keseluruhan, untuk
mencapai hal tersebut harus terus menerus dilakukan usaha meningkatkan :

5

1. Kesadaran akan arti pentingnya berkelompok
2. Kepercayaan kepada kekuatan kelompok
3. Swadaya dan kegotong-royongan
4. Keinginan untuk mencapai usaha produksi yang lebih baik, berusaha tani
yang lebih menguntungkan dan hidup yang lebih layak.
Tujuan dari pembinaan kelompok tani ini adalah mengembangkan
kemampuan dan keterampilan berusaha dan berorganisasi, memupuk hubungan
antara penyuluh dengan kontak tani dan kelompoknya, serta mendorong tumbuhnya
kontak tani dan kelompok tani baru (Departemen Pertanian, 1971).
Peran Kelompok Tani
Kelompok tani sebagai bagian integral dari pembangunan pertanian memiliki
peran dan fungsi penting dalam menggerakkan pembangunan pertanian dipedesaan.
Kelompok tani inilah pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di
pedesaan. Keberadaan kelompok tani dapat memainkan peran tunggal atau ganda,
seperti penyediaan input usaha tani (misalnya pupuk), penyedia modal (misalnya
simpan pinjam), penyedia air irigasi, penyedia informasi (penyuluh/dinas peternakan
melalui kelompok tani), serta pemasaran hasil secara kolektif (Hermanto dan
Swastika, 2011).
Peranan kelompok tani secara konseptual lebih merupakan suatu gambaran
tentang kegiatan-kegiatan kelompok tani yang dikelola berdasarkan kesepakatan
anggotanya. Kegiatan tersebut dapat berdasarkan jenis usaha, atau unsur-unsur
subsistem agribisnis, seperti pengadaan sarana produksi, pemasaran pengolahan hasil
pasca panen, dan sebagainya. Kesaman kegiatan kelompok tani sangat tergantung
pada kesamaan kepentingan, sumberdaya alam, sosial ekonomi, keakraban, saling
percaya dan keserasian hubungan antara peternak, sehingga dapat merupakan faktor
pengikat untuk kelestarian kehidupan berkelompok diamana anggota merasakan
manfaat dari adanya kelompok tani (Hermanto dan Swastika, 2011).
Meningkatnya partisipasi anggota kelompok akan meningkatkan kedinamisan
kelompok. Kedinamisan tersebut akan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada
anggota untuk bekerjasama dan berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, sehingga
tujuan bersama dapat dicapai. Sebuah kelompok tani yang dinamis ditandai oleh
selalu adanya kegiatan ataupun interaksi (Hermanto dan Swastika, 2011).

6

Kendala peningkatan peranan kelompok tani dalam mengembangkan
usaha anggotanya dalam bidang agribisnis menurut Pambudy (2006) adalah :
1. Pada subsistem usaha tani sering terdapat permasalahan teknis dalam usaha
budidaya yaitu pengetahuan dan kemampuan manajemen petani masih relatif
rendah
2. Ketersediaan faktor produksi seperti ; pengadaan bibit, obat-obatan, dan
pakan ternak yang tidak terjamin waktunya serta harganya yang masih
cenderung tinggi
3. Kurangnya pengetahuan petani mengenai informasi pasar, yang berdampak
pada posisi tawar petani menjadi rendah
4. Kurangnya akses petani dalam mendapatkan bantuan kredit dari bank, serta
kurangnya kesadaran petani akan fungsi dan peran kelompok tani dalam
peningkatan posisi tawar petani yang akan bermasalah pada pengembangan
usaha petani
5. Kualitas produk dari petani yang masih relatif rendah dikarenakan
penanganan pasca panen belum optimal yang disebabkan keterbatasan dan
mahalnya peralatan yang digunakan.
Gabungan Kelompok Tani
Gapoktan adalah gabungan dari beberapa kelompok tani yang melakukan
usaha agribisnis diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan, sehingga mencapai
peningkatan produksi dan pendapatan usaha tani bagi anggotanya dan petani lainnya,
maka dari itu untuk meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah
komersial. Tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk
memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada
petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Lembaga pendamping utama
Gapoktan adalah Dinas Pertanian setempat, dimana para penyuluh merupakan ujung
tombak di lapangan. Penguat dari sisi lain adalah melalui implementasi berbagai
kegiatan pemerintah yang di distribusikan ke desa, dimana Gapoktan selalu
dilibatkan dalam setiap kegiatan yang memungkinkan (Syahyuti, 2007).
Kelompok tani dapat dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok
dalam membentuk Gapoktan. Pengembangan Gapoktan saat ini dilatarbelakangi oleh
kenyataan kelemahan aksesbilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan
7

usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga pemasaran,
lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap sumber informasi.
Gapoktan diarahkan sebagai sebuah kelembagaan ekonomi selain itu diharapkan
juga mampu dalam menjalankan fungsi-fungsi lainnya (Syahyuti, 2007).
Menurut Syahyuti (2007), Strategi yang diperlukan untuk pengembangan Gapoktan
ada lima, yaitu ;
1. Kelembagaan adalah sebuah opsi, bukan keharusan, kelembagaan yang di
introduksikan dikelembagaan harus terlebih dulu merumuskan kegiatan yang
akan dijalankan untuk kemudian tentukan wadah yang dibutuhkan.
2. Sediakan waktu yang cukup untuk mengembangkan kelembagaan. Pihak
pelaksana

seharusnya

menyediakan

waktu

yang

cukup

untuk

mengembangkan sampai cukup mandiri
3. Perlunya dibangun social network atau relasi dengan Gapoktan lain dalam
membangun sistem usaha tata niaga yang baik.
4. Gapoktan lebih banyak berperan diluar aktivitas produksi atau usaha tani,
karena kegiatan tersebut telah dijalankan oleh kelompok-kelompok tani serta
peteni secara individual.
5. Gapoktan hanya salah satu komponen dalam pengembangan kelembagaan
masyarakat perdesaan, jadi Gapoktan harus berada didalam kerangka strategi
yang lebih besar.
Skala Usaha Tani
Usaha pertanian di Indonesia dicirikan oleh dua hal yaitu usaha pertanian
skala besar yang lazimnya dikelola oleh negara atau swasta, sedangkan skala kecil
yang lazimnya disebut usaha pertanian rakyat. Kedua macam jenis usaha ini
mempunyai ciri khas, sehingga keduanya relatif lebih mudah dibedakan. Umumnya
skala usaha tani kecil memerlukan bantuan modal, teknologi, dan bantuan
pemasaran, sementara skala usaha besar memerlukan bahan baku. Skala usaha kecil
dan besar sama-sama memiliki kontribusi dalam pembangunan pertanian Indonesia
(Soekartawi, 1994). Dewasa ini skala usaha tani baik besar maupun kecil mendapat
ancaman dari adanya era globalisasi jika petani tidak tanggap perubahan dalam segi
teknologi dan informasi. Menurut Soekartawi (1994) hal-hal yang perlu diantisipasi

8

pada era globalisasi dalam kaitannya dengan mekanisme pembangunan pertanian
adalah aspek-aspek berikut :
a. Pendekatan teknologi, perubahan teknologi akan semakin cepat dengan
digantikannya teknologi lama dengan teknologi yang baru.
b. Perubahan harga, majunya pertanian di berbagai negara berakibat pada
perubahan pasar dan perubahan harga produk pertanian yang lebih cepat.
c. Meningkatnya jumlah produsen, kemajuan suatu negara menyebabkan
pengaruh majunya teknologi dan akses informasi menyebabkan jumlah
produsen semakin bertambah.
d. Menurunnya harga, produsen bertambah, akses informasi semakin cepat
diperoleh, teknologi yang modern menyebabkan efisiensi produksi dan harga
produk pertanian semakin menurun.
e. Menurunnya lahan pertanian, industri yang kian meningkat akan mengurangi
areal atau lahan subur yang tersedia.
f. Meningkatnya kesadaran kesehatan, meningkatnya kesehatan berkorelasi
dengan kebutuhan akan produk pertanian organik (non pestisida) yang selama
ini masih menggunakan pestisida
g. Perubahan iklim, saat ini iklim sulit diramalkan yang berakibat sulit memulai
dan menentukan waktu panen.
h. Pembiayaan usahatani, perlu adanya efisiensi jika terjadi pengurangan subsidi
pertanian yang berakibat biaya produksi akan tinggi.
i. Perubahan pola hidup, meningkatnya tingkat hidup masyarakat akan
mengakibatkan semakin tinggi kualitas produk yang dikonsumsi yang
berpengaruh pada proses produksi pertanian.

9

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Juni hingga Agustus
2011 dengan tahap persiapan selama satu bulan dan pengumpulan data selama satu
bulan berikutnya. Penelitian ini bertempat di desa Cibeureum Wetan Kecamatan
Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat.
Data dan Prosedur
Data diperoleh dari 17 orang petani ternak sebagai responden yang ditentukan
dengan sengaja (purposive sampling) yakni yang terhimpun sebagai anggota aktif
kelompok tani Simpay Tampomas. Petani memiliki ternak kambing PE dan
Jawarandu yang dijadikan sebagai materi dalam penelitian ini. Bahan dan peralatan
yang digunakan untuk pengumpulan data adalah alat tulis, laptop, daftar kuesioner,
alat perekam suara dan kamera digital. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama yaitu penjajagan lokasi, penentuan responden dan pengumpulan data.
Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung ke lokasi dan wawancara menggunakan
kuesioner. Data sekunder diperoleh dari studi literatur, laporan dan statistik
peternakan Jawa Barat. Tahap kedua data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis
secara deskriptif, analisis kinerja kelembagaan, analisis pendapatan, analisis R/C
rasio, dan analisis korelasi menggunakan alat analisis yang sesuai.
Rancangan dan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kasus. Tujuan dari studi
kasus ini adalah memperoleh gambaran yang luas dan lengkap serta mengetahui
keadaaan kelembagaan tani dan kondisi secara umum di lokasi penelitian yaitu
kelompok tani ternak Simpay Tampomas.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui atau menggambarkan
keadaan umum dari kelompok berupa karakteristik peternak, seperti tingkat
pendidikan dan jenis usaha yang dilakukan peternak serta sistem pemeliharaan
kambing yang ada di kelompok tani Simpay Tampomas.

10

Analisis Kinerja Kelembagaan Kelompok Tani
Efektivitas dari kelembagaan dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian
skor penilaian kefektifan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan
skala tersebut menggunakan skala Likert.

Pengukurannya dilakukan dengan

memberikan beberapa pertanyaan pada responden, kemudian responden tersebut
diminta untuk memberikan jawaban atau tanggapan yang terdiri atas tiga tingkatan
dalam skala tersebut. Jawaban-jawaban tersebut diberikan skor 1 sampai 3 dengan
pertimbangan skor terbesar adalah 3 untuk jawaban yang paling mendukung dan skor
terendah adalah 1 untuk jawaban yang tidak mendukung.
Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan rentang
skala atau selang untuk menentukan efektivitas keberadaan kelembagaan. Selang
diperoleh dari selisih skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang
mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).
Selang =

-1

Setelah diperoleh nilai selang, kemudian ditentukan skor efektivitas
kelembagaan dengan membaginya ke dalam tiga selang efektivitas dari nilai minimal
sampai nilai maksimal. Penilaian responden terhadap kelembagaan dibagi ke dalam
tiga kategori, yaitu efektif, cukup efektif dan tidak efektif. Nilai skor yang diperoleh
adalah antara 170 sampai 510.
Nilai skor 170 didapat dari hasil pengalian skor terendah 1 dengan jumlah
parameter yang digunakan yaitu sepuluh dengan jumlah responden yang telah
ditentukan jumlahnya yaitu 17 responden, atau dapat ditulis (1x10x17=170),
sedangkan nilai skor 510 didapat dari hasil pengalian skor tertinggi 3 dengan jumlah
parameter yang digunakan sepuluh dan dengan jumlah responden 17, atau dapat
ditulis (3x10x17= 510).

11

Tabel 1. Skala Skor Penilaian Efektivitas Kelembagaan
Kategori Penilaian

Rentang Skala

Belum Efektif

170 – 283

Cukup Efektif

284 – 397

Efektif

398 – 510

Analisis Pendapatan Usaha Tani
Menurut Soekartawi et al. (1986) analisis pendapatan usahatani bertujuan
untuk mengetahui besar keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan.
Perhitungan pendapatan usahatani dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
Pendapatan () = TR – TC
Keterangan :
TR = Total Revenue (Total penerimaan)
TC = Biaya tunai + biaya yang diperhitungkan
Analisis pendapatan usahatani kelompok dibagi menjadi dua, yaitu analisis
pendapatan peternak tujuan produksi susu dan daging (Pola I) dan analisis
pendapatan peternak dengan tujuan produksi daging (Pola II).
Analisis Data
Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk
melihat tingkat efektifitas dari kelompok tani. Analisis data kuantitatif dilakukan
menggunakan analisis pendapatan usaha tani. Perhitungan data kuantitatif dilakukan
menggunakan kalkulator, laptop dan program software MS Excel 2007 dan SPSS
18.0 for windows.
Analisis R/C Rasio
R/C Rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya
penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi
usaha ternak. Rasio R/C dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif
kegiatan usaha ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui apakah suatu
usaha ternak menguntungkan atau tidak (Kadarsan, 1995).

12

Rumus yang digunakan : R/C Rasio =
Kriteria penilaian :
Rasio R/C > 1 : maka usaha menguntungkan
Rasio R/C = 1 : maka usaha impas
Rasio R/C < 1 : maka usaha rugi
Analisis Korelasi
Hubungan yang diamati dalam penelitian ini adalah antara pendapatan
dengan skala usaha, pengalaman organisasi, dan pengalaman usaha. Menurut Nazir
(2005), koefisien korelasi ini mengukur keeratan hubungan antara dua jenis variabel.
Program komputer yang digunakan adalah SPSS 18.0 for windows menggunakan
model uji korelasi Rank Spearman.

Adapun koefisien Rank Spearman adalah

sebagai berikut :
Statistik Uji :

rs

=

Keterangan :
rs = Koefisien Korelasi Rank Spearman
di = Selisih antara peringkat X dan Y
n

= Jumlah sampel
Variabel yang digunakan untuk melakukan analisis korelasi adalah

pendapatan, pengalaman usaha, pengalaman organisasi, dan skala usaha ternak.
Variabel-variabel tersebut kemudian dikorelasikan satu sama lain, yaitu ;
a.

Pendapatan dengan pengalaman usaha.

b.

Pendapatan dengan pengalaman organisasi.

c.

Pendapatan dengan skala usaha.

d.

Pengalaman usaha dengan pengalaman organisasi.

e.

Pengalaman usaha dengan skala usaha.

f.

Pengalaman organisasi dengan skala usaha.

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Cibeureum Wetan di Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang
memiliki curah hujan rata-rata antara 2000 mm/ tahun, dengan jumlah bulan basah
selama 6 bulan. Suhu rata – rata hariannya adalah 21- 30 oC dengan ketinggian antara
500-700 m dpl. Kemiringan lereng di desa ini sangat bervariasi mulai dari 0-45o,
dengan topografi mulai dari datar, agak datar, bergelombang dan curam. Jenis
tanahnya terdiri dari tanah regosol dan litosol keduanya meruapakan tanah hasil
pengendapan mineral vulkanik yang cukup subur untuk berbagai jenis tanaman
pertanian. Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang
memiliki batas-batas wilayah seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1. Sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Kehutanan Kecamatan Conggeang, sebelah Selatan
berbatasan dengan Desa Ciuyah Kecamatan Cisarua, sebelah Timur berbatasan
dengan Desa Legokkaler atau kidul Kecamatan Paseh sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka.

Gambar 1. Peta Desa Cibeureum Wetan dan Lokasi Penelitian

14

Potensi Alam
Lokasi pemukiman kelompok peternak Simpay Tampomas berada di lereng
gunung Tampomas dengan ketinggian ± 700 m dpl. Kawasan ini sangat kaya akan
pasir tambang berkualitas, sehingga banyak lokasi galian pasir tipe C. Penggalian
pasir yang kurang terkontrol, menyebabkan meluasnya lahan kritis di daerah
tersebut. Kelompok peternak kambing PE Simpay Tampomas didirikan tahun 1998.
Awal mula berdirinya kelompok tani ini sampai sekarang, kelompok ini diketuai oleh
Bapak Uha Jauhari. Kelompok ini turut berjasa dalam reklamasi lahan memanfaatkan
lahan kritis bekas galian pasir untuk ditanami leguminosa sebagai pakan ternak.
Mayoritas leguminosa yang ditanam adalah Gamal (Gliricidia sepium) merupakan
mayoritas leguminosa yang ditanam kelompok peternak selain Lamtoro (Leucaena
leucocepala), Kaliandra (Calliandra haematocephala hassk), nangka (Artocarpus
Heterophyllus), dan Suren (Toona sureni Merr). Penanaman lahan kritis bekas galian
pasir oleh kelompok peternak dapat membantu mempercepat proses reklamasi
kawasan, sehingga akibat dari kerusakan lingkungan dapat diminimalisasi. Lokasi
kebun buah naga dan galian pasir dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Kebun Buah Naga (kiri) dan Galian Pasir (kanan)
Penduduk Desa Cibeureum Wetan dan Mata Pencahariannya
Kondisi sosial kependudukan desa Cibeureum Wetan, jumlah penduduknya
mencapai 3.903 jiwa yang terdiri dari 1.973 (50,6%) jiwa jumlah penduduk laki –
laki dan 1.930 (49,4%) jiwa perempuan dengan jumlah kepala keluarga 1.279 KK.
Jumlah tersebut sekitar 68% jumlah penduduk berada pada usia produktif, dan dapat

15

menjadi potensi sumber daya manusia. Mata pencaharian penduduk terbanyak adalah
sebagai petani, yaitu 59,62%, sedangkan yang menjadi peternak hanya 2,5%.
Tabel 2. Presentase Penduduk Cibeureum Wetan Menurut Jenis Mata Pencaharian
No

Mata Pencaharian

1

Petani

2

Buruh tani

3

PNS

4

Pegawai swasta

5

Jumlah Penduduk (orang)

Persentase (%)

2.053

59,62

587

17,04

45

1,30

370

10,74

Wiraswasta

82

2,40

6

Peternak

86

2,50

7

Pedagang

103

3,00

8

Jasa
Total

117
3.443

3,40
100,00

Sumber : Pemerintah Desa Cibeureum Wetan (2010)

Hasil yang ditunjukkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk desa Cibeureum Wetan bermata pencaharian sebagai petani, yaitu petani
padi, dan beberapa macam tanaman palawija seperti cengkeh, vanilla, kopi, dan lain
sebagainya, serta buah-buahan seperti nanas, salak, dan buah naga. Penduduk yang
bermata pencaharian sebagai peternak berjumlah 86 orang, dengan jumlah peternak
yang hanya 86 orang, maka prospek usaha peternakan cukup besar karena belum
banyak terjadi kompetisi usaha di desa Cibeureum Wetan.
Karakteristik Peternak
Sebagian besar peternak di kelompok tani Simpay Tampomas merupakan
kelompok usia produktif yaitu yang umurnya berkisar antara 21-65 tahun yaitu
berjumlah (70,6%,) sedangkan peternak yang berusia diatas 65 tahun (tidak
produktif) yaitu (29,4%). Hal ini menunjukkan bahwa transfer informasi yang
dilakukan oleh penyuluh maupun dinas saat pembinaan cukup mampu diserap. Hal
ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1993), bahwa petani-petani yang lebih muda
lebih miskin pengalaman dan keterampilan dari petani-petani tua, namun memiliki
sikap yang lebih progresif terhadap inovasi baru. Sikap progresif terhadap inovasi
baru akan lebih membentuk perilaku petani muda usia produktif untuk lebih berani

16

mengambil keputusan dalam berusahatani, sehingga perkembangan dalam kelompok
tani dapat berjalan optimal.
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang mendukung
perkembangan suatu negara, karena dengan pendidikan formal ataupun non formal
yang didapatkan dari seseorang, diharapkan dapat meningkatkan sumber daya
manusia yang berkompeten, sehingga mampu bersaing dalam era ekonomi global
saat ini. Mayoritas anggota kelompok tani Simpay Tampomas yang mengenyam
pendidikan hingga tamat Sekolah Rakyat (SR) atau SD yaitu (58,8%), sedangkan
tamatan SMP (11,8%), dan tamat SMA (29,4%). Hasil ini menunjukkan sebagian
besar peternak masih berpendidikan rendah, hal ini berpengaruh terhadap daya
tangkap informasi tentang cara beternak yang baik, serta akan berpengaruh pada
adopsi inovasi teknologi peternakan yang sedang berkembang.
Tabel 3. Karakteristik Peternak Kelompok Ternak Simpay Tampomas
Kriteria
Golongan Umur
0-20

Jumlah Responden (orang)

Presentase (%)

0

0

21-65
>65

12
5

70,6
29,4

Tingkat Pendidikan
Tamat SD /Sederajat
Tamat SMP /Sederajat

10
2

58,8
11,8

Tamat SMA/Sederajat

5

29,4

Status Usaha Tani
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan

11
6

64,7
35,3

Jumlah Anggota Keluarga
0-3
4-6

5
10

29,4
58,8

>6

2

11,8

Lama tergabung dalam
kelompok
1 – 5 tahun

3

17,6

3
11

17,6
64,8

6 – 10 tahun
11 - 13 Tahun

17

Peternak yang menjadikan beternak menjadi pekerjaan utama terdapat
(64,7%), sedangkan yang menjadikan pekerjaan sampingan adalah (35,3%). Peternak
di kelompok tani Simpay Tampomas tidak hanya melakukan kegiatan beternak,
namun juga terdapat pekerjaan lain yaitu berladang dan menggarap sawah, hal ini
dikarenakan jika peternak hanya mengandalkan pendapatan dari hasil beternak saja,
maka peternak akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, selain
itu lahan yang digunakan peternak untuk bercocok tanam memiliki tingkat kesuburan
yang cukup tinggi. Tanaman-tanaman yang biasa ditanam diantaranya adalah buah
naga, vanilla, nanas, kopi dan tanaman palawija lainnya, sehingga kelompok tani ini
juga dapat disebut sebagai kelompok tani yang menganut sistem peternakan terpadu
dalam usahanya.
Kriteria Usaha Ternak Kambing
Komposisi Ternak Tujuan Produksi Daging
Ternak yang dipelihara dengan tujuan produksi daging adalah kambing
Peranakan Etawah dan kambing Jawarandu. Jenis kambing yang dijual antara lain
jantan dan betina dewasa, jantan dan betina muda, serta jantan dan betina anak
(cempe). Kambing PE yang dijual berjenis kelamin jantan atau betina yang sudah
afkir. Kriteria kambing anak (jantan dan betina) berumur kurang dari enam bulan,
kambing (jantan dan betina) muda berumur antara enam sampai dengan satu tahun,
sedangkan kambing (jantan dan betina) dewasa berumur diatas satu tahun. Jumlah
dan kriteria ternak kambing dengan tujuan produksi daging disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Ternak Kambing Berdasarkan Komposisi Umur dan Jenis Kelamin
untuk Tujuan Produksi Daging pada Akhir Tahun (Juli 2011).
Kategori

Jumlah (ekor)

ST (Satuan Ternak)

%

Jantan dewasa

16

2,24

20,32

Betina dewasa

31

4,34

39,36

Jantan muda

16

1,12

10,16

Betina muda

20

1,40

12,71

Jantan anak

30

1,05

9,52

Betina anak
Jumlah
Rata-rata/peternak

25
138

0,87
11,02
0,918

7,93
100,00

18

Jumlah ternak yang paling banyak dimiliki oleh peternak adalah betina
dewasa dengan 4,34 Satuan Ternak. Rata-rata ternak kambing peternak yang
memelihara ternaknya dengan tujuan produksi daging adalah 0,918 ST. Tujuan dari
peternak menjual ternaknya untuk tujuan produksi daging adalah karena peternak
pada pola ini tidak memiliki kambing kualitas unggul untuk menghasilkan susu
seperti kambing PE, sehingga hasil pendapatan yang diperoleh ha