Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat.

SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA
PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN
ETAWAH
Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas
Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat

SKRIPSI
DEWI IRMAWATI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

1

RINGKASAN
DEWI IRMAWATI. D14080236. 2013. Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha
Peternakan Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak
Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat. Skripsi.
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Asnath M Fuah, MS
Pembimbing Anggota : Ir. Dwi Joko Setyono, MS (Alm.)
Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan didaerah yang cocok dan lahan
yang produktif. Namun, di daerah Sumedang terdapat daerah marjinal dengan
kondisi lahan bekas galian pasir, yang dimanfaatkan oleh seorang petani dengan cara
menanam tanaman gamal dan memelihara ternak kambing. Orientasi awal dan tujuan
memelihara kambing PE adalah untuk menghasilkan daging dan sejalan dengan
perkembangannya, ternak kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil susu.
Pemeliharaan kambing PE memberikan manfaat lebih dalam program reklamasi
lahan karena kotoran kambing dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga semakin
banyak tanaman gamal dan kemudian dikembangkan buah naga. Penelitian tentang
sistem produksi dan kelayakan usaha peternakan Kambing Peranakan Etawah di
Sumedang, Jawa Barat ini bertujuan untuk menjelaskan sistem produksi peternakan
kambing pada kelompok ternak dan menganalisis kelayakan usaha peternakan
kambing perah di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang.
Lokasi penelitian adalah di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan
Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat. Penelitian ini
melibatkan 17 peternak kambing dari kelompok peternak Simpay Tampomas dan 19
peternak dari Tampomas Sejahtera sebagai responden. Peternak diwawancara

menggunakan kuisioner, data yang dikumpulkan meliputi: kondisi lokasi,
karakteristik responden, jumlah ternak, jenis dan sumber pakan, biaya usaha, data
reproduksi, data produksi susu yang meliputi jumlah susu per laktasi, dan harga susu.
Usaha ternak kambing kelompok Simpay Tampomas dan kelompok
Tampomas Sejahtera dilaksanakan secara semi tradisional, ternak di kandangkan
dengan sistem pemberian pakan yang tidak terbatas dan manajemen sederhana. Jenis
pakan yang diberikan adalah konsentrat dan hijauan berupa gamal dan kaliandra.
Penanganan penyakit seperti diare menggunakan bahan lokal yakni daun nangka dan
daun bambu. Hasil analisis kelayakan finansial untuk kelompok peternak Simpay
Tampomas menunjukkan bahwa semakin besar skala usahanya, semakin tinggi
keuntungan ditandai dengan nilai NPV, B/C rasio, dan IRR yang tinggi. Pada skala
usaha kurang dari 10 ekor nilai NPV Rp -24.575.425, B/C rasio 0,439, dan IRR -10%.
Pada skala usaha lebih dari 20 ekor nilai NPV Rp 22.292.034, B/C rasio 1,710, dan
IRR 23%. Peternak dari dua kelompok belum melakukan pencatatan secara teratur
terhadap unsur-unsur biaya usaha baik pengeluaran maupun pendapatan, sehingga
informasi dan gambaran yang pasti tentang skala usaha yang layak sangat terbatas.
Oleh karena itu peternak disarankan melakukan pencatatan dalam usaha ternak
kambing PE, dan dengan skala usaha yang lebih menguntungkan.
Kata-kata kunci : Kambing PE, kelayakan usaha, Simpay Tampomas


i

ABSTRACT
Production Systems and Feasibility Analysis of PE Goats (Case Study in Simpay
Tampomas dan Tampomas Sejahtera Group in Sumedang, West Java)
Irmawati, D., A. M. Fuah, and D. J. Setyono
Etawah goat was resulted from the crossing of native Indonesian Kacang goat and
Etawah (Jamnapari) Goat from India. The characteristics of PE goats were the
combination between the 2 breeds including easy to maintain, well adapted to the
local environment of which less favorable, and also were efficient in converting feed
into meat and milk production. The study was conducted in the village of Cibeureum
Wetan of Cimalaka District and Paseh Kaler of Paseh District, Sumedang-West Java.
The study involved 17 farmers who were the members of Simpay Tampomas and 19
goats farmers of Tampomas Sejahtera. Both enterprises were managed semi
traditionally, goats were kept by farmers in small number. The animals were placed
in cages and the feed were given unlimited. Simple management was applied without
good and regular recording. Diseases control done by farmers without consulting
animal health officests, for example diarrhea was treated using local mediciens such
as jack fruit leaves and bamboo leaves. The result of financial analysis showed that
the larger the scale of goat enterprise, the higher the profit received by farmers

indicated by NPV value, B/C ratio, IRR value. For those with the number of goats
owned were less than 10 animals, the NPV value was Rp – 24,575, B/C ratio was
0.439 and the IRR value was 10%. Whereas, the scale of ownership more than 20
goats, the NPV was Rp 22,292,034, B/C ratio was 1.710 and IRR was 23%. This
figures indicates that farmers group of Simpay Tampomas organization received high
income from goat farming because the number of goats raised were more than
enough to warrant a significant income. Data recording on the economic variables of
the whole enterprise including buying, sales, income, and production cost of the
goats business need to be done in detail and regular. The improvement of
management and business scale up to 40 heads of goat was suggested in order to
improve income of farmers.
Keywords: PE Goats, Feasibility, Simpay Tampomas.

ii

SISTEM PRODUKSI DAN KELAYAKAN USAHA
PETERNAKAN KAMBING PERANAKAN
ETAWAH
Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas dan Tampomas
Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat


DEWI IRMAWATI
D14080236

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

iii

Judul : Sistem Produksi Dan Kelayakan Usaha Peternakan
Kambing
Peranakan Etawah, Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay
Tampomas dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat

Nama : Dewi Irmawati
NIM : D14080236

Menyetujui,
Pembimbing Utama,

Pembimbing Anggota,

(Dr. Ir. Asnath M Fuah, M.S)
NIP. 19541015 197903 2 001

(Ir. Dwi Joko Setyono, MS) (Alm.)
NIP. 19601123 198903 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc
NIP. 19591212 198603 1 004


Tanggal Ujian : 22 Maret 2013

Tanggal Lulus:

iv

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 September 1989 di Boyolali, Jawa Tengah,
sebagai adalah anak kedua dari dua bersaudara dari Bapak Sukimin dan Ibu Sriyani.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1996 di Sekolah Dasar
Negeri Kiringan 4 Boyolali dan diselesaikan pada tahun 2002. Pendidikan lanjutan
menengah pertama dimulai pada tahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005 di
SMPN 1 Boyolali. Setelah tamat, penulis mengikuti pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Boyolali dari tahun 2005 sampai 2008. Pada tahun 2008
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) penulis diterima di Institut
Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif dalam berbagai kegiatan yaitu
organisasi Ikatan Keluarga Muslim TPB periode 2008-2009 sebagai staff divisi

Pengembangan Potensi Sumberdaya Mahasiswa. Dalam organisasi Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Peternakan periode 2009-2010, penulis menjabat sebagai
bendahara Departemen Politik dan Kajian Strategi dan sebagai Sekretaris Komisi III
Advokasi pada organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Peternakan
periode 2010-2011. Organisasi lain yang pernah diikuti adalah Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Kabinet Berkarya periode 2011-2012 sebagai
Sekretaris Kementerian Lingkungan Hidup. Penulis juga aktif dalam kegiatan
Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) yaitu Forum Komunikasi Mahasiswa
Boyolali (FKMB) dan terlibat pada beberapa acara sebagai panitia. Penulis
berkesempatan menjadi penerima beasiswa Eka Tjipta Foundation selama 4 tahun
dari tahun 2008 sampai tahun 2012.

v

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.

Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam
kehidupan masyarakat mulai dari hulu sampai hilir meliputi pangan, sandang, dan
juga industri. Ternak dapat menghasilkan pangan sebagai sumber protein hewani
berupa daging, telur, dan susu. Salah satu ternak penghasil susu adalah Kambing
Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara
kambing Kacang asli Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal India,
sehingga memiliki sifat dari kedua jenis. Susu kambing dipercaya oleh masyarakat
dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat, penyakit
kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi. Susu kambing juga menjadi salah satu bahan
utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
sabun, shampo, dan beberapa krim untuk kulit. Keistimewaan yang dimiliki
menyebabkan susu kambing memiliki manfaat dan nilai ekonomi yang tinggi.
Skripsi dengan judul “Sistem Produksi dan Kelayakan Usaha Peternakan
Kambing Peranakan Etawah Studi Kasus di Kelompok Peternak Simpay Tampomas
dan Tampomas Sejahtera, Sumedang, Jawa Barat” di susun dengan tujuan untuk
menjelaskan sistem produksi peternakan kambing pada kelompok ternak di
Kabupaten Sumedang serta menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah
di lokasi pasca tambang pasir di Kabupaten Sumedang.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi ini. Semoga

seluruh hasil yang tertuang dalam skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua
pihak yang membutuhkan.

Bogor, April 2013
Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................

i

ABSTRACT .................................................................................................. .

ii

LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................


iii

LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

iv

RIWAYAT HIDUP .......................................................................................

v

KATA PENGANTAR ...................................................................................

vi

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL .........................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xi

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ....................................................................................
Tujuan .................................................................................................

1
3

TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................

4

Potensi Ternak Kambing di Indonesia ................................................
Produksi dan Reproduksi Kambing Perah...........................................
Budidaya Kambing Peranakan Etawah ............................................. ..
Pakan dan Cara Pemberian ......................................................
Sistem Pemeliharaan ................................................................
Tenaga Kerja ........................................................................................
Prospek Ekonomi Usaha Kambing ......................................................
Analisis Kelayakan Finansial ..............................................................
Net Present Value (NPV) ........................................................
Internal Rate of Return (IRR) ..................................................
B/C rasio ..................................................................................

4
6
7
7
8
8
9
10
11
11
11

MATERI DAN METODE ...............................................................................

13

Lokasi dan Waktu ................................................................................
Materi ...................................................................................................
Rancangan dan Analisis Data ..............................................................
Peubah yang Diamati ...............................................................
Analisis Data ............................................................................
Net Present Value (NPV) .........................................................
Internal Rate of Return .............................................................
Rasio Manfaat – Biaya (Benefit Cost Ratio) ............................

13
13
13
13
14
14
15
16

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

18

Keadaan Umum Lokasi Penelitian .....................................................

18

vii

Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka .......................
Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh ......................................
Profil Kelompok .................................................................................
Kelompok Peternak Simpay Tampomas .................................
Kelompok Peternak Tampomas Sejahtera ..............................
Sistem Produksi Peternakan Kambing Pernakan Etawah ...................
Karakteristik Input ..................................................................
Kelompok Simpay Tampomas ....................................
Kelompok Tampomas Sejahtera .................................
Organisasi dan SDM Kelompok Simpay
Tampomas ...................................................................
Organisasi dan SDM Kelompok Tampomas
Sejahtera ......................................................................
Karakteristik Proses .................................................................
Manajemen Pakan Kelompok Simpay
Tampomas ....................................................................
Manajemen Pakan Kelompok Tampomas
Sejahtera .......................................................................
Manajemen Perkandangan Kelompok Simpay
Tampomas ....................................................................
Manajemen Perkandangan Kelompok Tampomas
Sejahtera .......................................................................
Manajemen Perkawinan Kelompok Simpay
Tampomas .....................................................................
Manajemen Perkawinan Kelompok Tampomas
Sejahtera .......................................................................
Manajemen Penanganan Penyakit Kelompok
Simpay Tampomas .......................................................
Manajemen Penanganan Penyakit Kelompok
Tampomas Sejahtera .....................................................
Karakteristik Output .................................................................
Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas ............................
Analisis Kelayakan Finansial Kelompok Simpay Tampomas ..............

18
19
20
20
20
21
22
22
22

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

38

Kesimpulan ............................................................................................
Saran ......................................................................................................

38
38

UCAPAN TERIMAKASIH ..............................................................................

39

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

40

LAMPIRAN .......................................................................................................

42

23
24
26
26
27
28
30
32
33
33
34
34
34
36

viii

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Populasi Ternak (000 ekor) Tahun 2005 – 2010 .................................

5

2. Perkembangan Ternak Kambing Kelompok Simpay
Tampomas ............................................................................................

22

3. Jumlah Kambing pada Kelompok Tampomas Sejahtera Berdasarkan
Struktur Umur ......................................................................................

23

4. Karakteristik Peternak Kelompok Simpay Tampomas .........................

24

5. Karakteristik Peternak Kelompok Tampomas Sejahtera ......................

25

6. Sistem Pemberian Pakan pada Kelompok Simpay Tampomas ............

27

7. Cara Pemberian Pakan pada Ternak Kelompok Tampomas Sejahtera..

28

8. Karakteristik Perkandangan pada Kelompok Simpay Tampomas ........

29

9. Karakteristik Perkandangan pada Kelompok Tampomas
Sejahtera ................................................................................................

31

10. Sistem Reproduksi pada Kelompok Simpay Tampomas ......................

32

11. Rata-rata Pendapatan Peternak Simpay Tampomas Berdasarkan
Kepemilikan Ternak ..............................................................................

35

12. Kelayakan Finansial Usaha Ternak Kambing di Kelompok Simpay
Tampomas ..............................................................................................

37

ix

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Lokasi Tambang Pasir .......................................................................

18

2. Sistem Produksi Peternakan Kambing Peranakan Etawah
Kelompok Simpay Tampomas dan Tampomas Sejahtera .................

21

3. (a) Kandang Kelompok Simpay Tampomas, (b) Kandang
Kelompok Tampomas Sejahtera..........................................................

30

4. Proyeksi Rata-rata Pendapatan Peternak Kelompok Peternak
Simpay Tampomas .............................................................................

36

x

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Kuisioner Penelitian ...........................................................................

43

2. Hasil Proyeksi Ternak Kelompok Simpay Tampomas (ekor) ...........

55

3. Hasil Analisis Kelayakan Usaha Kelompok Simpay
Tampomas ..........................................................................................

57

4. Hasil Analisis Pendapatan Kelompok Simpay Tampomas
(Rupiah) .............................................................................................

58

xi

PENDAHULUAN
Latar belakang
Peternakan merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam
kehidupan masyarakat mulai dari hulu sampai hilir meliputi pangan, sandang, dan
juga industri. Ternak dapat menghasilkan pangan sebagai sumber protein hewani
berupa daging, telur, dan susu. Salah satu ternak penghasil susu adalah Kambing
Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara
kambing Kacang asli Indonesia dengan kambing Etawah (Jamnapari) asal India,
sehingga kambing PE memiliki sifat dari kedua jenis keduanya tersebut yakni mudah
pemeliharaannya,

mampu

beradaptasi

terhadap

lingkungan

yang

ekstrim

menguntungkan dan efisien dalam mengkonversi pakan menjadi susu. Kelebihan
yang dimiliki oleh kambing PE adalah dapat dipelihara di lahan kering dan juga pada
tanah berpasir (bekas galian pasir). Selain untuk mengembalikan produktivitas lahan
tersebut juga dapat memberikan pendapatan kepada masyarakat dan melestarikan
lingkungan.
Susu kambing memiliki banyak manfaat yakni kandungan protein yang tinggi
dan kalori yang cukup nyata. Energi total yang terkandung dalam susu kambing
sebanyak 50% berasal dari lemak, dan dari laktose serta protein masing-masing 25%.
Susu kambing merupakan sumber kalsium dan fosfor yang sangat baik (Devendra
dan Burns, 1994). Komposisi susu kambing adalah lemak 4,25%, protein 3,52%,
laktosa 4,27%, dan abu 0,86% (FAO, 2012). Susu kambing dipercaya oleh
masyarakat dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti TBC, asma, asam urat,
penyakit kuning, penyakit kulit, dan darah tinggi. Susu kambing juga menjadi salah
satu bahan utama dalam industri kosmetik yang digunakan sebagai bahan baku
pembuatan sabun, shampo, dan beberapa krim untuk kulit. Keistimewaan yang
dimiliki susu kambing menyebabkan produk ini memiliki nilai ekonomi yang tinggi
dan permintaannya terus meningkat.
Produksi susu di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan
namun masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara lain, karena baru
mencapai sekitar 26% dari kebutuhan nasional. Tingkat konsumsi susu masyarakat
Indonesia baru mencapai 11,9 liter/kapita/tahun, masih lebih rendah dibandingkan
dengan Thailand yang mencapai 33,7 liter/kapita/tahun (Dirjen Peternakan, 2010).
1

Produksi susu nasional pada tahun 2000 sebesar 495.600 ton, sedangkan pada tahun
2009 sebesar 827.200 ton dengan presentase produksi rata-rata 5,07% per tahun
(Direktorat Jenderal Peternakan, 2012).
Ternak kambing banyak dipelihara oleh masyarakat karena sebagai ternak
ruminasia kecil tidak terlalu membutuhkan tempat yang relatif luas dan biasanya
digunakan untuk tabungan. Populasi ternak kambing secara nasional meningkat pada
tahun 2010 sebesar 16,62 juta ekor (peningkatan 5,08%) dibandingkan dengan
populasi tahun 2009. Provinsi di Indonesia yang memiliki persebaran kambing
terbanyak pada tahun 2010 adalah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat yaitu
sebesar 3.691.096 ekor, 2.822.912 ekor, dan 1.801.320 ekor (Badan Pusat Statistik,
2011). Namun, bila dilihat dari tingkat konsumsi daging dan susu dari ketiga provinsi
tersebut, Jawa Barat berada diposisi pertama. Tingkat konsumsi daging di Jawa Barat
pada tahun 2010 yaitu sebanyak 344.267 ton dan untuk konsumsi susu adalah
715.350 ton. Hal ini berarti Jawa Barat memiliki peluang yang baik untuk
mengembangkan usaha peternakan kambing, karena memiliki akses yang mudah ke
ibu kota Jakarta yang memiliki penduduk yang padat dengan tingkat konsumen yang
tinggi dan kebutuhan akan pangan juga tinggi. Bertambahnya penduduk juga akan
meningkatkan permintaan akan daging dan susu kambing, terutama pada hari raya
kurban saat terjadi peningkatan permintaan terhadap daging kambing. Susu kambing
memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga susu sapi. Harga susu
kambing ditingkat konsumen di luar Jakarta sudah mencapai Rp 20.000 – Rp
40.000/liter sedangkan harga susu sapi hanya berkisar Rp 4.000 - Rp 5.000/liter
(Sodiq dan Abidin, 2008).
Pemeliharaan ternak umumnya dilakukan didaerah yang cocok dan lahan
yang produktif. Namun di daerah Sumedang terdapat daerah marjinal dengan kondisi
lahan bekas galian pasir, yang dimanfaatkan oleh seorang petani dengan cara
menanam tanaman gamal dan memelihara ternak kambing. Orientasi awal dan tujuan
memelihara kambing PE adalah untuk mennghasilkan daging dan sejalan dengan
perkembangannya dimanfaatkan sebagai penghasil susu. Pemeliharaan kambing PE
memberikan manfaat lebih dalam program reklamasi lahan karena kotoran kambing
dimanfaatkan sebagai pupuk sehingga semakin banyak tanaman gamal dan kemudian
dikembangkan buah naga. Penelitian tentang sistem produksi dan kelayakan usaha

2

peternakan Kambing Peranakan Etawah di Sumedang Jawa Barat ini dapat memberi
informasi tentang kondisi dan potensi dalam beternak kambing di daerah marjinal.
Tujuan
1.

Memperoleh informasi tentang sistem produksi peternakan kambing PE pada
lahan pasca lambang pasir di Kabupaten Sumedang.

2.

Menganalisis kelayakan usaha peternakan kambing perah di lokasi pasca
tambang pasir di Kabupaten Sumedang.

.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Potensi Ternak Kambing di Indonesia
Domestikasi ternak kambing paling awal dilakukan umat manusia, setelah
domestikasi anjing. Jenis yang ada saat ini berasal dari kambing liar yang hidup di
pegunungan yang ada di Asia Barat, Persia, dan sekitarnya. Sebagian ahli menduga,
bahwa ternak yang banyak dibudidayakan saat ini berasal dari keturunan kambing
hias dari spesies Capra aegagrus yang hidup di Asia Kecil dan daratan Persia, Capra
falconeri dari sekitar Pegunungan Himalaya, dan Capra prisca yang hidup di sekitar
Pantai Mediterania (Sodiq dan Abidin, 2008).
Kambing banyak dipelihara untuk produksi daging, susu, kulit, dan serat.
Jenis asli dari Asia telah tersebar di semua benua dan merintangi hampir semua zona
iklim di Lingkaran Kutub sampai Katulistiwa. Ternak ini mampu berkembang
dihampir semua kondisi cuaca. Ada kecenderungan yang jelas bahwa berkonsentrasi
yang tinggi pada daerah kering dan juga sangat baik beradaptasi terhadap kondisi
panas dengan kondisi kering, pada umumnya tidak menyukai hujan (Gall, 1981).
Kambing memiliki kemampuan memilih jenis atau bagian tanaman sebagai upaya
untuk mendapatkan pakan yang lebih bergizi, tetapi apabila ketersediaan hijauan
sangat terbatas sifat tersebut menjadi berkurang atau hilang sama sekali (Novita et al.,
2006). Secara taksonomi, kambing termasuk Suku Caprini, Family Bovidae, Subordo
Ruminantia, Ordo Artiodactyla. Anggota lain dari Caprini adalah domba (Ovis).
Morfologis kambing berbeda dari domba pada ekor dan jenggot terdapat kelenjar
untuk jantan, dan tidak adanya kelenjar pada wajah dan lubang kelenjar air mata
dalam tengkorak dan kaki, setidaknya di kaki belakang. Cara termudah untuk
membedakan dua spesies untuk bawaan normal pada ekor menggantung ke atas pada
kambing dan ke bawah pada domba (Mason, 1981).
Kambing Peranakan Etawah (PE) adalah hasil persilangan antara Kambing
Etawah dengan Kambing Kacang yang bentuk fisiknya lebih mirip Kambing Etawah.
Jika bentuk fisiknya lebih mirip Kambing Kacang dan ukuran badannya lebih dari
Kambing PE, maka disebut Kambing Bligon, Gumbolo, atau Jawa Randu.
Keberadaan Kambing PE sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia, diternakkan
terutama untuk menghasilkan daging dan susu. Bobot kambing jantan dewasa ratarata 35 – 50 kg untuk jantan dan betina 30 – 35 kg (Sarwono, 2009). Kambing PE
4

menurut Standar Nasional Indonesia merupakan hasil persilangan antara kambing
Etawah dengan kambing lokal yang memiliki ciri-ciri khusus, antara lain telinga
yang panjang, menggantung, dan terkulai, serta bulu rewos yang panjang pada kedua
kaki belakang dan memenuhi persyaratan mutu untuk dibudidayakan sebagai bibit,
memiliki daya produksi dan reproduksi yang tinggi (Badan Standardisasi Nasional,
2008).
Kendala sosial budaya dalam pengembangan usaha ternak kambing adalah
anggapan yang berhubungan dengan perusakan lingkungan, karena dianggap sebagai
hama yang menyebabkan penggundulan hutan dan erosi tanah. Sebaliknya, ternak ini
tidak saja sebagai penyedia daging dan susu bagi masyarakat pedesaan di daerah
tropis, tetapi dapat mengendalikan perluasan semak belukar. Potensi lain ternak ini
diantaranya yaitu untuk investasi, sebagai penyedia pupuk, tanduk, kuku, darah dan
tulang yang kesemuanya bernilai dagang (Devendra dan Burns, 1994). Data populasi
kambing pada tahun 2005 sampai tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Ternak (000 ekor) Tahun 2005 – 2010
Ternak
2005
2006
2007
2008

2009

2010

Sapi Potong

10.569

10.875

11.515

12.257

12.760

13.633

Sapi Perah

361

369

374

458

475

495

Kambing

13.490

13.790

14.470

15,147

15.815

16.821

Domba

8.327

8.980

9.514

9.605

10.199

10.932

Ayam Buras

278.085 291.085 272.251 243.423

249.964 268.957

Ayam Ras Petelur

84.790

99.768

100.202 111.489 107.955

Ayam Ras Pedaging 811.189 797.527 891.659 902.052

103.841

991.281 1.49.952

Sumber : Badan Pusat Statistik (2011).
Lebih dari setengah populasi kambing di Indonesia tersebar di pulau Jawa
sementara di Pulau Sumatera adalah setengah dari populasi di Pulau Jawa, sehingga
total populasi di Pulau Jawa dan Sumatera sekitar 82,7% dari total populasi di
Indonesia. Sisanya, kurang dari 17,3% tersebar di beberapa pulau mulai dari yang
paling banyak, yaitu Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, dan Papua.
(Sodiq dan Abidin, 2008).

5

Produksi dan Reproduksi Kambing Perah
Karakter ternak ini lebih mudah dipelihara dibandingkan sapi perah, dapat
dipelihara dalam skala kecil untuk keperluan rumah tangga bahkan dapat diusahakan
sebagai usaha peternakan skala industri. Jenis yang tersebar di berbagai belahan
dunia dikelompokkan berdasarkan daerah asalnya, sifat-sifat produksinya, dan
karakteristiknya sebagai ternak penghasil susu (Sarwono, 2009).
Susu kambing berpotensi sebagai pengganti susu sapi karena beberapa orang
memiliki alergi terhadap susu sapi, juga dipercaya dapat menyembuhkan berbagai
macam penyakit seperti TBC, asma, asam urat, penyakit kuning, penyakit kulit, dan
darah tinggi, bahkan telah digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Produksi susu
bervariasi antara keturunannya, tapi kebanyakan dari mereka mampu menghasilkan
susu di samping kebutuhan anak-anak mereka. Ukuran produksi susu berlebih
tergantung pada pakan yang tersedia (Gall, 1981). Kandungan protein susu kambing
jauh lebih tinggi daripada susu manusia dalam kaitannya dengan jumlah kalori.
Energi total yang terkandung sebanyak 50% berasal dari lemak dan dari laktose serta
protein masing-masing 25%, selain itu juga sebagai sumber kalsium dan fosfor yang
sangat baik. Hasil susu harian tertinggi kambing baru tercapai antara minggu
kedelapan dan keduabelas setelah melahirkan anak (Devendra dan Burns, 1994).
Rataan bobot sapih kambing PE berbeda-beda tergantung dari perlakuan yang
diberikan. Anak-anak kambing yang dibiarkan bersama induknya sampai berumur 3
bulan sehingga memperoleh susu sesuai dengan kebutuhannya memiliki rataan bobot
sapih 13,63 kg dengan kisaran 10,20 - 17,60 kg. Puncak produksi susu dicapai ratarata pada minggu ke-5 laktasi. Produksi susu selama 3 bulan laktasi tidak
dipengaruhi jenis ransum (Novita et al., 2006). Induk laktasi kambing PE
mengkonsumsi 8,19 kg pakan segar atau 1759 gram bahan kering per ekor per hari,
setara dengan 3,7% dari berat hidup (rataan berat hidup induk laktasi 48 kg). Rataan
berat lahir anak kambing PE adalah 3,84 kg (kisaran 2 – 6 kg). Berat lahir anak
jantan 3,97 kg dan anak betina 3,73 kg. Berat lahir anak tunggal 4,26 kg, kembar dua
4,06 kg, kembar tiga 3,17 kg, dan kembar empat 2,63 kg. Jumlah anak yang lahir
persentasenya lebih banyak jantan yaitu 51,96% dari pada betina yaitu 48,04%.
Angka kelahiran kambing PE 1,89 untuk angka kelahiran setahun dan 1,77 untuk
angka kelahiran seinduk. Produksi susu harian kambing PE adalah 0,99 kg per ekor

6

per hari dengan rataan lama laktasi 170,07 hari. Persistensi (penurunan) produksi
susu adalah 56,07%, terjadi secara perlahan (Atabany et al., 2001).
Kemampuan pejantan mengawini betina sampai menjadi bunting merupakan
salah satu kriteria kesuburan pejantan. Pejantan kambing PE mempunyai rataan
kemampuan mengawini betina sampai menjadi bunting rata-rata 1,95 kali, dengan
rataan lama bunting 148,87 hari. Umur saat pertama kali kawin adalah 403,32 hari
(13,44 bulan) dan beranak pertama 643,24 hari (21,44 bulan), dengan alasan pada
umur tersebut alat reproduksi kambing telah berkembang dan berfungsi sempurna.
Selang dari beranak sampai berahi pertama sangat beragam dari satu sampai tiga
bulan atau bahkan lebih. Selang beranak kambing PE adalah 250, 36 hari (Atabany et
al., 2001).
Siklus birahi kambing betina adalah sekitar 18–21 hari dan lama birahi antara
24–36 jam (Devendra dan Burns, 1994). Kambing PE jantan di Peternakan Sahid
mulai dikawinkan umur 18 bulan sedangkan kambing PE betina pada umur 10 bulan
dikawinkan dengan harapan dapat beranak pada umur 15 bulan dengan masa
kebuntingan 5 bulan. Siklus birahi kambing PE betina di Peternakan Sahid adalah 21
hari dengan lama birahi 16–20 jam. Kambing PE betina di Peternakan Sahid akan
dikawinkan lagi pada 3-4 bulan setelah beranak tergantung dari produksi susu. Tiga
bulan pertama setelah kebuntingan susu masih dapat diperah. Memasuki umur
kebuntingan tiga bulan pemerahan dihentikan. Dengan metode seperti ini, maka jarak
beranak pertama ke beranak berikutnya (selang beranak) di Peternakan Sahid adalah
8 bulan (240 hari). Rata-rata jumlah anak yang lahir per induk (litter size) pada
kambing PE di Peternakan Sahid adalah 2 ekor (Prihatini, 2008).
Budidaya Kambing Peranakan Etawah
Pakan dan Cara Pemberian
Pakan merupakan salah satu unsur yang penting dalam usaha peternakan.
Kambing mau memakan berbagai macam pakan, bertentangan dengan anggapan
orang, mereka mempunyai kebiasaan makan yang pemilih. Kambing biasanya
menolak makanan yang telah dikotori hewan lain. Kambing lebih suka pakan
campuran seperti rerumputan dengan tanaman semak belukar atau daun pepohonan.
Kambing mampu merumput rumput yang sangat pendek, dan merenggut dedaunan

7

yang biasanya tidak dimakan ternak lainnya (Devendra dan Burns, 1994). Kambing
yang sedang laktasi membutuhkan pakan yang mengandung protein lebih tinggi,
karena proses pembentukan susu membutuhkan suplai protein yang tinggi (Sodiq dan
Abidin, 2008). Persentase pakan untuk kambing laktasi adalah 60,9 % konsentrat dan
39,1 % rumput (Atabany, 2001).
Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa anak kambing yang baru
lahir perlu diberikan kolostrum. Anak kambing minum susu sampai 35 hari sebanyak
1,2 liter/hari, setelah itu sampai dengan berumur 70 hari, anak kambing yang
menyusu pada induknya minum 1,6 liter/hari dan yang dibesarkan dengan susu
pengganti sebanyak 2 liter/hari. Anak kambing mulai mencicipi makanan padat
ketika berumur sekitar 2–3 minggu.
Sistem Pemeliharaan
Kambing dipelihara dengan cara dikandangkan secara kelompok, dua tipe
kandang yang umum dipakai di daerah tropis yaitu kandang tanpa alas yang sering
menempel pada bangunan lain dan tipe kandang panggung yang sangat umum
digunakan di Malaysia dan Indonesia. Kandang tipe ini sangat praktis untuk daerah
yang sangat lembab dan memiliki curah hujan yang tinggi agar kambing dapat
terlindungi dari hujan. Kandang panggung, lantainya kurang lebih 1-1,5 m dari tanah.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam membersihkan dan mengumpulkan
kotoran serta air kencing. Kandang harus mendapatkan cukup sinar matahari dengan
ventilasi serta drainase yang baik dan gampang dibersihkan. Lantai kandang harus
kuat dan tahan lama. Selain itu, bahan atapnya harus dapat memberikan perlindungan
yang efektif terhadap radiasi matahari. Bahan atap yang biasa digunakan adalah
rumbia, bambu, genting, dan asbes (Devendra dan Burns, 1994). Ukuran kandang
untuk anak kambing adalah 1,8 m x 1,8 m x 1,2 m sedangkan untuk kambing dewasa
adalah 2,4 m x 1,8 m (Williamson dan Payne, 1993). Suatu bentuk modifikasi tipe
kandang penggung telah dipakai untuk mengandangkan kambing secara intensif
dalam kandang individual dengan ukuran 0,75 m x 4,5 m x 4,8 m (Devendra dan
Burns, 1994).
Tenaga Kerja
Tenaga kerja (manpower) menurut Simanjuntak (1985) adalah kelompok
penduduk dalam usia kerja (working age populaion). Secara fisik, kemampuan

8

bekerja diukur dengan usia. Artinya, orang dalam usia kerja dianggap mampu
bekerja. Secara praktis, pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan
hanya oleh batas umur.
Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti membutuhkan tenaga
kerja. Oleh sebab itu dalam analisis ketenagakerjaan dibidang pertanian, penggunaan
tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja
yang dipakai yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Dalam
analisa ketenagakerjaan juga dibutuhkan pembedaan tenaga kerja pria, wanita, anakanak dan ternak. Pembedaan ini terjadi karena setiap jenis tahapan pekerjaan dalam
suatu usaha pertanian adalah berbeda dan faktor kebiasaan juga menentukan
(Soekartawi, 1993).
Umumnya pemakaian jam kerja dianggap dapat memenuhi keperluan, tanpa
memperhatikan kebiasaan kerja yaitu delapan jam kerja dalam satu hari kerja.
Kelemahan pada ukuran ini antara lain pekerja yang mempunyai keahlian, kekuatan
dan pengalaman kerja yang berbeda, dinilai sama padahal pekerjaan dalam usahatani
relatif beragam. Oleh sebab itu dalam prakteknya digunakan ukuran setara jam kerja
pria dengan menggunakan faktor konversi sebagai berikut : 1) 8 jam tenaga kerja pria
dewasa = 1 HKP; 2) 8 jam tenaga kerja wanita dewasa = 0.8 HKP dan 3) 8 jam
tenaga kerja anak-anak = 0.5 HKP (Soekartawi et al ., 1986).
Prospek Ekonomi Usaha Kambing
Kambing Peranakan Etawah merupakan bangsa ternak yang biasanya
diusahakan untuk dimanfaatkan susunya. Keuntungan lain adalah dapat juga
dimanfaatkan sebagai penghasil daging. Produksi susu harian pada kambing PE
adalah sekitar 1,5–3,5 kg dengan lama masa laktasi 170–200 hari (Devendra dan
Burn, 1994). Potensi yang dimiliki kambing PE ini memiliki prospek ekonomi yang
potensial. Komponen biaya dan total pendapatan merupakan hal perlu diperhatikan
dalam suatu usaha.
Biaya adalah tiap barang dan jasa yang digunakan dalam suatu proyek yang
akan mengurangi tujuan yang harus ditempuh tergantung dari segi mana analisa
dilakukan (Gittinger, 1986). Biaya produksi berdasarkan sifatnya dapat digolongkan
menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya
tetap adalah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi

9

sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas usahanya
berubah. Penentuan apakah suatu biaya tergolong pada biaya tetap atau biaya
variabel tergantung sebagian kepada sifat dan waktu pengambilan keputusan itu
dipertimbangkan (Soekartawi et al., 1986).
Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan
kotor usahatani didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka
waktu tertentu baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Pendapatan kotor
usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam
usahatani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan pengeluaran total usahatani
disebut pendapatan bersih usahatani. Pendapatan bersih merupakan suatu ukuran
keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk membandingkan penampilan
beberapa usahatani (Soekartawi et al., 1986).
Hasil penelitian Ardia (2000) dipeternakan Barokah dengan biaya produksi
yang dikeluarkan terdiri dari biaya tetap (27,07%) dan biaya variabel (72,93%).
Struktur biaya yang paling tinggi adalah biaya pakan yang diikuti oleh gaji pegawai.
Besarnya biaya yang dikeluarkan, sangat mempengaruhi besarnya pendapatan.
Analisis Kelayakan Finansial
Analisa kelayakan finansial adalah suatu analisis yang membandingkan
antara biaya dengan manfaat untuk menentukan apakah suatu proyek akan
menguntungkan selama umur proyek atau tidak ditinjau dari sudut pandang pelaku
proyek. Tujuan utama analisa finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk
menentukan berapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan
mereka kepada usaha pertanian tersebut (Gittinger, 1986). Umumnya, kriteria
penilaian kelayakan investasi menggunakan beberapa metode, yaitu metode Net
Present Value (NPV), metode Net B/C Ratio dan metode Internak Rate of Return
(IRR) (Kadariah et al., 1999).
Net Present Value (NPV)
Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total
present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value
dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh
perhitungan NPV adalah dalam satua mata uang (Rp) (Nurmalina et al., 2010).

10

Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :


NPV ≥ 0 berarti secara finansial layak usaha layak untuk dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.



NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari
biaya/tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.



NPV = 0 berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat
yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Internal Rate of Return (IRR)
IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan
nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat
diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak
layak untuk dilaksanakan (Kadariah et al., 1999).
Kerangka keputusan :


Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan
maupun kerugian.



Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan.



Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.

B/C rasio
B/C rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai
sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan
manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. B/C rasio merupakan
ukuran kemanfaatan proyek berdiskonto, karena arus-arus manfaat dan biaya terlebih
dahulu telah didiskontonkan (Gittinger, 1986).
Kerangka keputusan :


Jika B/C rasio > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari
pengeluaran tersebut.

11



Jika B/C rasio = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran
tersebut (impas).



Jika B/C rasio < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran
tersebut.

12

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan
di Desa Paseh Kaler Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat. Pengumpulan data
dilakukan dalam 2 bulan yaitu bulan Juli sampai dengan Agustus 2011.
Materi
Penelitian ini melibatkan peternak kambing yang tergabung dalam kelompok
peternak Simpay Tampomas sebanyak 17 orang dan kelompok peternak Tampomas
Sejahtera sebanyak 19 orang, yang diwawancara menggunakan kuisioner (Lampiran
1). Penelitian ini diawali dengan pemilihan lokasi penelitian yaitu Kecamatan
Cimalaka dan Kecamatan Paseh, Sumedang, Jawa Barat karena kedua kecamatan
tersebut terdapat kelompok ternak kambing. Pemilihan responden dilakukan secara
purposif yaitu peternak kambing PE yang memiliki kambing minimal 3 ekor.
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang meliputi: kondisi lokasi,
karakteristik responden, jumlah ternak, jenis dan sumber pakan, biaya usaha,
reproduksi, produksi susu per laktasi, dan harga susu. Data sekunder diperoleh dari
dinas peternakan Kabupaten Sumedang dan statistik peternakan.
Rancangan dan Analisis Data
Peubah yang diamati
Peubah yang dikumpulkan meliputi:
1.

Karakteristik lokasi usaha dan peternak

2.

Jumlah ternak yang dimiliki peternak

3.

Produksi per tahun meliputi: produksi susu, jumlah ternak kambing yang
dijual, dan jumlah kotoran yang dihasilkan

4.

Tata laksana pemeliharaan ternak kambing perah meliputi: tujuan produksi,
sistem

pemeliharaan,

sistem

reproduksi,

perkandangan,

penanganan

kesehatan, pakan serta sistem pemasaran.
5.

Karakteristik produksi ternak terdiri dari pertambahan ternak, kematian anak
dan induk, kesehatan dan kondisi ternak.

13

6.

Pendapatan peternak yakni jumlah penerimaan dari penjualan ternak, kotoran
ternak dan usaha lainnya.

Analisis Data
Analisis deskriptif digunakan unuk menggambarkan kondisi umum daerah
penelitian, karakteristik peternak, sistem budidaya ternak kambing, menggunakan
data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung, wawancara (kuisioner), dan
data sekunder. Data yang telah dikumpulkan ditabulasi, dihitung rataan dan disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar.
Berdasarkan data yang diperoleh dihitung pendapatan dan manfaat dari usaha
menggunkan NPV, IRR, dan B/C rasio. Keuntungan diperoleh dari perhitungan biaya
produksi dan selisih antara penerimaan total dengan biaya produksi sesuai dengan
tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada penggunaannya yang terbaik
(Suparmoko, 1992). Keuntungan usaha ternak dianalisis menggunakan persamaan
matematis:
= TR – TC
TC = TFC + TVC
TR = Q x P
Keterangan :
= Keuntungan Usaha Ternak
TR

= Total penerimaan usaha ternak

TC

= Total biaya

TFC

= Total biaya tetap

TVC

= Total biaya variabel

Q

= Jumlah output/produk yang dihasilkan

P

= Harga jual

Net Present Value (NPV)
Net Present Value atau nilai kini manfaat bersih adalah selisih antara total
present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value
dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh
perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). Secara matematis dapat
dirumuskan sebagai berikut (Nurmalina et al., 2010) :
14







Keterangan:
Bt

= Manfaat pada tahun t

Ct

= Biaya pada tahun t

t

= Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, 3,..........., n)

i

= Tingkat DR (%)

Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu :


NPV ≥ 0 berarti secara finansial layak usaha layak untuk dilaksanakan karena
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.



NPV ≤ 0 berarti secara finansial usaha tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari
biaya/tidak cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.



NPV = 0 berarti secara finansial proyek sulit dilaksanakan karean manfaat
yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan.

Namun, pada penelitiaan ini perhitungan NPV tidak dilakukan secara manual.
Perhitungan NPV dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada
software Microsoft Excel 2007.
Internal Rate of Return
IRR adalah nilai discount rate yang membuat NPV dari proyek sama dengan
nol. Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan
dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh dari IRR lebih besar dari tingkat
diskonto yang berlaku, maka proyek layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai
IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak
layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan dalam menghitung IRR adalah
sebagai berikut (Kadariah et al., 1999) :

IRR = i1 + (i2 – i1)

15

Keterangan :
NPV1

= NPV yang bernilai positif

NPV2

= NPV yang bernilai negatif

i1

= Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif

i2

= Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif

Kerangka keputusan :


Jika IRR = tingkat diskonto, maka usaha tidak mendapatkan keuntungan
maupun kerugian.



Jika IRR < tingkat diskonto, maka usaha tidak layak untuk dijalankan.



Jika IRR > tingkat diskonto, maka usaha layak dijalankan.

Namun, pada penelitiaan ini perhitungan IRR tidak dilakukan secara manual.
Perhitungan IRR dilakukan dengan menggunakan formula yang telah tersedia pada
software Microsoft Excel 2007.
Rasio Manfaat – Biaya (Benefit Cost Ratio)
B/C rasio ini diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi dengan nilai
sekarang arus biaya. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya tambahan
manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang. B/C rasio merupakan
ukuran kemanfaatan proyek berdiskonto, karena arus-arus manfaat dan biaya terlebih
dahulu telah didiskontonkan (Gittinger, 1986).

B/C Ratio

=



t



t

Keterangan:
Bt

= Penerimaan yang diperoleh tiap tahun

Ct

= Biaya yang dikeluarkan tiap tahun

n

= Jumlah tahun

i

= Tingkat suku bunga (%)

t

= Tahun ke-1, 2, .... n

16

Kerangka keputusan :


Jika B/C rasio > 1, maka proyek layak untuk dilakukan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari
pengeluaran tersebut.



Jika B/C rasio = 1, maka proyek layak untuk diteruskan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan yang sama dengan pengeluaran
tersebut (impas).



Jika B/C rasio < 1, maka proyek tidak layak untuk diteruskan karena setiap
pengeluaran akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari pengeluaran
tersebut.

Pada penelitiaan ini perhitungan B/C rasio tidak dilakukan dengan menggunakan
formula yang telah tersedia pada software Microsoft Excel 2007.

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka dan Desa Paseh Kaler
Kecamatan Paseh. Kedua lokasi ini merupakan daerah pasca tambang pasir yang
dimanfaatkan sebagai lahan peternakan dan pertanian (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Tambang Pasir
Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka
Luas wilayah Desa Cibeureum Wetan 394 ha/m2 dengan batas wilayah:
sebelah utara Kehutanan Kecamatan Conggeang, sebelah selatan Desa Ciuyah
Kecamatan Cisarua, sebelah timur Desa Legok Kaler dan Legok Kidul Kecamtan
Paseh, dan sebelah barat Desa Cibeureum Kulon Kecamatan Cimalaka. Curah hujan
di Desa Cibeureum Wetan sebesar 2000–2500 mm dengan suhu rata - rata hariannya
adalah 23–310C. Desa ini berada pada ketinggian 500–600 mdl. Jarak dari
Kecamatan Cimalaka ke Desa Cibeureum Wetan sekitar 3 km dan apabila ditempuh
dengan kendaraan bermotor kira-kira memerlukan waktu 0,2 jam. Jarak ke Ibu Kota
Kabupaten Sumedang yaitu sekitar 8 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan
bermotor kira-kira memerlukan waktu 0,5 jam. Sedangkan jarak ke Ibu kota Provinsi
Jawa Barat yaitu Bandung sekitar 33 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan
bermotor kira-kira memerlukan waktu 3 jam.
Pemanfaatan tanah di Desa Cibeureum Wetan Kabupaten Sumedang adalah
sebagai berikut:


Luas pemukiman: 52,31 ha/m2



Luas persawahan: 96,25 ha/m2

18



Luas