Hubungan Tingkat Stres Ibu dan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan Konsep Diri Remaja pada Keluarga Bercerai

HUBUNGAN TINGKAT STRES IBU DAN PENGASUHAN
PENERIMAAN-PENOLAKAN DENGAN KONSEP DIRI
REMAJA PADA KELUARGA BERCERAI

ASILAH

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Hubungan Tingkat Stres Ibu
dan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan dengan Konsep Diri Remaja pada
Keluarga Bercerai adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Asilah
NIM I2409005

RINGKASAN
ASILAH. Hubungan Tingkat Stres Ibu dan Pengasuhan Penerimaan-Penolakan
dengan Konsep Diri Remaja pada Keluarga Bercerai. Dibimbing oleh DWI
HASTUTI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres ibu dan
pengasuhan penerimaan-penolakan dengan konsep diri remaja pada keluarga
bercerai. Tujuan khusus penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi karakteristik
keluarga dan karakteristik remaja pada keluarga bercerai; (2) mengidentifikasi
tingkat stres ibu pada keluarga bercerai; (3) menjelaskan pengasuhan penerimaanpenolakan pada keluarga bercerai; (4) menjelaskan konsep diri remaja pada
keluarga bercerai; dan (5) menganalisis hubungan karakteristik keluarga,
karakteristik remaja, tingkat stres ibu, dan pengasuhan penerimaan penolakan
dengan konsep diri remaja pada keluarga bercerai.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian
dilakukan di Kecamatan Tanah Sareal dan Bogor Barat, Kota Bogor yang dipilih

secara purposive. Contoh dalam penelitian ini adalah keluarga bercerai yang
memiliki anak usia remaja dan ibunya yang dipilih menggunakan metode non
probability sampling dengan teknik convenience. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Pengambilan data primer
diperoleh melalui wawancara dan laporan diri (self report), sedangkan data
sekunder diperoleh dari kantor pengadilan agama. Tingkat stres ibu diukur dengan
menggunakan gejala stres yang digunakan dalam penelitian Arianti (2002).
Pengasuhan penerimaan-penolakan diukur dengan menggunakan Parental
Acceptance-Rejection Questionnaire (PARQ) (Rohner 1986). Sementara itu,
instrumen konsep diri remaja merupakan adaptasi dan modifikasi dari Hadley et
al. (2008). Analisis data yang digunakan merupakan analisis deskriptif dan
inferensia, yaitu uji korleasi Pearson dan Spearman.
Penelitian ini melibatkan 50 anak usia remaja yang terdiri dari 40 persen
laki-laki dan 60 persen perempuan beserta ibunya. Rata-rata usia remaja adalah
13,6 tahun dengan rentang usia 12 hingga 18 tahun. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa lebih dari separuh ibu (52%) berada pada kategori usia dewasa madya (4560 tahun). Persentase tertinggi pendidikan terakhir ibu adalah tamat
SMA/sederajat, yaitu sebesar 44 persen. Sebagian besar ibu (92%) bekerja dan
sebanyak 34 persen memiliki pendapatan keluarga berkisar kurang dari sama
dengan Rp1 000 000 per bulan. Hampir seluruh remaja (90%) dalam penelitian ini
berasal dari keluarga kecil (≤ 4 orang). Persentase terbesar (46%) lama perceraian

pada penelitian ini berada pada rentang 1 sampai dengan 5 tahun dengan sebagian
besar ibu (98%) memiliki riwayat pernikahan pertama. Sementara itu, sebanyak
64 persen ibu menikah pada usia dewasa awal (21-40 tahun).
Tingkat stres seseorang dapat diketahui melalui gejala stres yang
ditunjukkan, baik gejala fisik maupun emosional. Tingkat stres dalam penelitian
ini dikategorikan berdasarkan interval kelas yang dibagi ke dalam tiga kategori,
yaitu ringan, sedang, dan berat. Sebanyak 80 persen ibu memiliki skor gejala stres
yang berada pada kategori ringan dan 20 persen kategori sedang. Hasil uji
menunjukkan bahwa pendapatan keluarga (p