Pengaruh pemberian asam fulvat dalam ransum terhadap bobot karkas, organ dalam dan kolesterol daging ayam broiler.
RINGKASAN
MAHA WULANDARI. D24080352. 2012. Pengaruh Pemberian Asam Fulvat dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Organ Dalam dan Kolesterol Daging Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.
Asam fulvat (AF) merupakan senyawa yang dihasilkan dari penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Humat terbagi dalam tiga kategori yaitu asam fulvat, asam humat dan humin. AF bersifat sangat reaktif sebagai chelator dalam penyerapan dan transfer zat-zat makanan. Bobot molekulnya yang sangat ringan dan kecil menyebabkan AF mudah terserap ke dalam jaringan dan sel. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian AF pada ransum terhadap karkas, organ dalam, serta kolesterol daging ayam broiler.
Penelitian ini menggunakan 375 ekor ayam broiler CP 707 yang dipelihara selama lima minggu. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan lima ulangan. Ransum penelitian yang digunakan terdiri dari ransum starter dan ransum finisher. Ransum perlakuan yang diberikan adalah R0 (ransum basal tanpa AF), R1 (R0 + 0,25% AF), R2 (R0 + 0,50% AF), R3 (R0 + 0,75% AF), dan R4 (R0 + 1,00% AF). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dan dilakukan uji jarak Duncan terhadap data yang berbeda nyata. Peubah yang diamati adalah bobot hidup, persentase bobot karkas, persentase bobot organ dalam (hati, jantung, limpa, dan bursa fabricius), saluran pencernaan (proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar, dan sekum), panjang relatif saluran pencernaan (usus halus, usus besar, dan sekum), lemak abdomen serta kadar kolesterol total daging ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi bobot hidup, persentase bobot karkas, hati, jantung, limpa, bursa fabricius, lemak abdomen, proventrikulus, gizzard, ileum, sekum, panjang relatif duodenum, ileum, sekum, dan kolon. Penambahan 0,50% AF nyata (P<0,05) meningkatkan panjang jejunum, sedangkan penambahan sebesar 1,00% AF dalam ransum nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot duodenum dan kolon dibandingkan dengan kontrol. Penambahan 0,75% dan 1,00% AF juga nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot jejunum dibandingkan penambahan 0,25% asam fulvat. Penambahan AF nyata (P<0,05) meningkatkan kolesterol total daging ayam dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan AF sampai taraf 1,00% pada ransum secara keseluruhan tidak memberikan efek negatif terhadap bobot hidup, karkas, dan organ dalam ayam. Penambahan 0,50% AF dalam ransum mempunyai potensi sebagai bahan tambahan pakan organik yang dapat meningkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan pada saluran pencernaan ayam broiler, serta dapat menekan kondisi stress nonspesifik pada ayam.
(2)
ABSTRACT
Effects of Fulvic Acid Suplementation on Carcass, Giblets, and Meat Total Cholesterol of Broiler Chickens
Wulandari, M., I. G. Permana, and Sumiati
Fulvic Acid (FA), a class of compounds resulting from decomposition of organic matter, is a part of the humic structure. FA has ability to chelate trace minerals to enable of nutrients uptake. The objective of this study was to evaluate the effect of FA into the diets on body weight, carcass, giblets, and meat cholesterol of broiler chickens. Three hundred and seventy five broilers were allocated into five treatments : R0 (basal diet without FA), R1 (R0 + 0.25% FA), R2 (R0 + 0.50% FA), R3 (R0 + 0.75% FA), and R4 (R0 + 1.00% FA). The treatments were carried out for 5 weeks. Each group consisted of 5 replications with 15 broiler chickens for each replication. Feed and drinking water were served ad libitum. Parameters observed were body weight, percentage of carcass, giblets, digestive tract, abdominal fat, and meat total cholesterol. Data from Completely Randomized Design were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and any significant different was further tested using Duncan multiple range test. The results showed that there was no significant difference in body weight, percentage of carcass, heart, liver, spleen, bursa fabricius, abdominal fat, proventriculus, gizzard, ileum, secum, length of duodenum, ileum, and secum due to the treatments. Jejunum length was increased by supplementation 0.50% FA (P<0.05). However, supplementation 1.00% FA decreased (P<0.05) percentage of duodenum and colon compared to the control. Supplementation 0.75% FA and 1.00% FA also decreased (P<0.05) percentage of jejunum compared to supplementation 0.25% FA. All the treatments increased meat total cholesterol compared to the control. It can be concluded that supplementation up to 1.00% FA in diets didn’t give negative effects in body weight, carcass, and organ in the chicken. Supplementation 0.50% FA in the diets was potential as organic feed additive that could improve the efficiency of nutrient absorption in the digestive tract, and eliminated the nonspecifically stress of the broiler chickens.
(3)
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Badan Pusat Statistik (2011) mencatat populasi ayam broiler di Indonesia meningkat dari 902.052 ekor pada tahun 2008, menjadi 1.249.952 ekor pada tahun 2010. Ayam broiler banyak dibudidaya karena pertumbuhannya yang relatif cepat. Selain harganya lebih murah, daging ayam broiler lebih mudah didapat dan diolah serta memiliki kualitas daging yang baik. Potensi ini dapat menjadikan ayam broiler sebagai penyuplai sumber protein hewani yang utama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Berbagai penelitian banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas daging ayam broiler sehingga nilai jualnya pun dapat meningkat. Perbaikan pakan dan suplementasi merupakan salah satu cara yang banyak digunakan. Imbuhan pakan atau feed additives berupa prebiotik, probiotik, ataupun enzim telah banyak digunakan pada pakan ayam untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan untuk membantu dalam proses pencernaan dan metabolisme yang diperlukan agar ransum yang dikonsumsi menjadi efisien digunakan oleh tubuh ayam (Adams, 2000). Prebiotik adalah substrat yang mampu merubah mikro ekologi usus, sehingga mikroba yang menguntungkan dapat berkembang dengan baik (Gibson et al., 1986). Prebiotik alami dapat diperoleh dari ekstrak tanaman maupun bahan organik yang terdekomposisi, antara lain asam fulvat.
Asam fulvat merupakan asam organik yang terbentuk secara alamiah saat terjadi penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Bobot molekulnya yang sangat ringan dan kecil menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan sel (Islam et al., 2005). Stevenson (1994) membagi humat dalam tiga kategori yaitu asam fulvat, asam humat dan humin. Asam humat ini memiliki sifat sangat reaktif sebagai chelator (Kocabagli et al., 2002). Asam fulvat dapat membantu sejumlah aktivitas kimia seperti produksi enzim, struktur hormon, dan kebutuhan dalam penggunaan vitamin. Asam fulvat juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, memperbaiki kesuburan tanah, dapat menyerap logam berat dan racun polutan, serta dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan sel (Tan, 1982). Cusack (2008) melaporkan bahwa penambahan asam humat dan asam fulvat dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan efisensi konversi pakan pada sapi potong.
(4)
2 Penggunaan humat, sebagai pakan tambahan, telah diteliti pada ayam pedaging. Kompiang dan Supriyati (2007) melaporkan bahwa pemberian asam humat mempunyai potensi sebagai bahan pakan tambahan yang dapat meningkatkan performa ayam pedaging.
Melihat potensi dan manfaat yang diperoleh dari asam fulvat, diperlukan penelitian lebih dalam mengenai pemberian asam fulvat pada pakan unggas khususnya ayam broiler. Penggunaan asam fulvat pada ransum ayam broiler diharapkan memiliki pengaruh positif terhadap performa dan sistem imun ayam broiler sehingga dapat meningkatkan kualitas daging ayam.
Tujuan
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian asam fulvat pada ransum terhadap bobot karkas, organ dalam, serta kolesterol daging ayam broiler.
(5)
3
TINJAUAN PUSTAKA Asam Fulvat
Asam fulvat adalah asam organik yang timbul secara alamiah saat terjadi penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Asam fulvat merupakan bagian dari asam humat yang dapat larut dalam alkali dan dalam asam pada kondisi netral. Stevenson (1994) membagi humat dalam tiga kategori yaitu asam fulvat, asam humat dan humin. Asam humat ini bersifat sangat reaktif sebagai chelator (Kocabagli et al., 2002). Asam fulvat memiliki kadar oksigen 44%-54% dan kadar nitrogen sebesar 0,7%-2,6%. Kadar karboksil asam fulvat dua sampai tiga kali lebih tinggi daripada asam humat (Tan, 1982). Menurut Lehninger (1982), air melarutkan berbagai senyawa organik yang mempunyai gugus karboksil. Kelarutannya terjadi karena adanya kecenderungan molekul air yang membentuk ikatan hidrogen. Proses pemisahan senyawa humat dapat dilihat dalam Gambar 1.
Gambar 1. Diagram Pemisahan Senyawa Humat Sumber: Tan (1982)
Bahan Organik
Bahan Humat (Larut) Humin (Tidak Larut)
Asam Fulvat (Larut) Asam Humat (Tidak Larut) Ekstraksi dengan Alkali
Ekstraksi dengan Alkali
Asam Fulvat (Larut) Humus β (Tidak Larut) Disesuaikan ke pH 4,8
(6)
4 Asam fulvat adalah fraksi dari senyawa humat dengan bobot molekul yang kecil, senyawa rantai pendek, berwarna kuning, larut dalam larutan asam, basa, dan netral. Bobot molekulnya yang sangat ringan dan kecil yaitu sekitar 2000 Dalton menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan sel (Islam et al., 2005). Asam humat dan asam fulvat dapat diekstraksi dengan berbagai reagen seperti NaOH, Na4P2O7, Na2B4O7, HCl, HF, dan H3BO3. Reagen yang paling banyak
digunakan dalam ekstraksi adalah NaOH dan Na4P2O7 (Tan, 1982). Struktur kimia
asam fulvat dapat dilihat dalam Gambar 2.
Gambar 2. Model Struktur Asam Fulvat Sumber : Buffle (1977)
Asam fulvat dapat membantu sejumlah aktivitas kimia seperti produksi enzim, struktur hormon, dan kebutuhan dalam penggunaan vitamin. Asam fulvat juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, memperbaiki kesuburan tanah, dapat menyerap logam berat dan racun polutan, serta dapat membantu memperbaiki ketidakseimbangan sel (Tan, 1982). Selain itu, terjadi perubahan pada keseimbangan elektrolit dan perbaikan potensi imunitas di unggas pada respon suplementasi humat (Yörük et al., 2004). Di Eropa, humat juga digunakan sebagai agen growth promotor. Penelitian sebelumnya, humat sudah digunakan sebagai terapi penggantian untuk gangguan sistem pencernaan seperti malnutrisi, diare, dan peningkatan efisiensi konversi pakan pada anak sapi, anjing dan kucing (Islam et al., 2005).
Suplementasi asam humat hingga 10% pada pakan babi secara signifikan dapat meningkatkan pertumbuhan, konsentrasi limfosit, dan kualitas daging pada babi (Wang et al., 2008). Kocabagli et al. (2002) menggunakan 2,5 g/kg Farmagülatör DRYTM Humate (Farmavet International) yang sebagian besar terdiri
(7)
5 dari asam humat pada ayam broiler memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan konversi pakan pada periode grower (22-42 hari). Penelitian Cusack (2008) menunjukkan bahwa penambahan asam humat dan asam fulvat dapat meningkatkan laju pertumbuhan dan efisensi konversi pakan pada sapi potong. Asam fulvat juga dapat menurunkan deposit cadmium pada organ ginjal, hati dan otot pada ayam broiler (Herzig, 2007). Asam fulvat juga mempunyai fungsi meningkatkan ketersediaan nutrien dan membuat nutrien mudah diserap, mentransfer nutrien, mengkatalis enzim pereaksi dan vitamin dalam sel, merangsang metabolisme atau sintesis, serta meningkatkan daya serap air dan gas sel membran (Supriyati, 2007). Kompiang dan Supriyati (2007) juga melaporkan bahwa pemberian asam humat mempunyai potensi sebagai bahan pakan tambahan yang dapat meningkatkan performa ayam pedaging.
Ayam Broiler
Ayam broiler termasuk kedalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan spesies Gallus domesticus (Scott et al., 1982). Broiler merupakan galur ayam hasil rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomi dan ciri khas pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging, konversi ransum rendah, siap potong dalam usia relatif muda dan menghasilkan daging yang memiliki serat yang lunak (Bell dan Weaver, 2002). Menurut Amrullah (2004), ayam broiler merupakan ayam tipe berat pedaging yang lebih muda dan berukuran lebih kecil, dapat tumbuh sangat cepat sehingga dapat dipanen pada umur empat minggu yang ditujukan untuk menghasilkan daging dan menguntungkan secara ekonomis jika dibesarkan.
Sifat istimewa unggas antara lain adalah termasuk hewan homeoterm (homeotermic) dalam arti bahwa temperatur bagian organ dalam seperti otak, jantung, usus dan lainnya tetap konstan antara 40-4l°C (Leeson dan Summers, 2005). Menurut Wahju (2004), faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler adalah bangsa, tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolis, kandungan protein dan suhu lingkungan. Persyaratan mutu bibit ayam broiler atau DOC yaitu beratnya per ekor minimal 37 gram dengan kondisi fisik sehat, kaki normal, dapat berdiri tegak, tampak segar dan aktif, tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak ada cacat fisik, sekitar pusar dan dubur kering (SNI, 2005 dan SNI, 2008).
(8)
6
Ransum Ayam Broiler
Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang secara khusus mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan sesuai dengan jenis ternaknya (SNI, 2006a dan SNI, 2006b). Kebutuhan protein untuk ayam broiler umur 0-18 hari, 19-30 hari dan 31-41 hari masing-masing 22,0%, 20,0% dan 18,0% (Leeson dan Summers, 2005). Kadar protein untuk ayam broiler periode starter (1-21 hari) minimal 19% (SNI, 2006a) dan untuk periode finisher (3 minggu-dipanen) yaitu minimal 18% (SNI, 2006b). Kebutuhan zat makanan ayam broiler menurut Leeson dan Summers (2005) disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Zat Makanan Ayam Broiler
Umur
Zat Makanan EM
(kkal/kg)
Protein (%)
Ca (%)
Pavl (%)
Lys (%)
Meth (%)
0 - 18 hari 3050 22,00 0,95 0,45 1,30 0,50
19 - 30 hari 3100 20,00 0,92 0,41 1,15 0,44
Sumber: Leeson dan Summers (2005)
Menurut Wahju (2004), ransum ayam broiler harus mengandung energi yang cukup untuk membantu reaksi-reaksi metabolik, mendukung pertumbuhan dan mempertahankan suhu tubuh. Amrullah (2004) mengatakan bahwa ransum ayam broiler harus memiliki imbangan energi dengan protein yang cukup, kandungan protein tinggi untuk menopang pertumbuhan ayam broiler yang cepat, serta mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup mengandung lemak. National Research Council (1994) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah bobot tubuh ayam, jenis kelamin, aktivitas, suhu lingkungan, kualitas, dan kuantitas ransum.
Karkas Ayam Broiler
Karkas adalah potongan ayam tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki, cakar dan organ dalam. Bobot karkas ayam umur lima minggu berkisar antara 60,52%- 69,91% dari bobot hidup (Pesti dan Bakalli, 1997). Menurut Amrullah (2004), bobot
(9)
7 karkas ayam broiler jantan dan betina umur 6 minggu berturut-turut adalah 1596 gram dan 1376 gram. Persentase karkas ayam broiler yang mendapat ransum dengan kandungan protein 23% akan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam yang mendapat ransum dengan protein yang lebih rendah (Thamrin, 1984). Standar Nasional Indonesia (2009) menyatakan ukuran karkas berdasarkan bobotnya yaitu: (1) ukuran kecil: <1,0 kg, (2) ukuran sedang : 1,0-1,3 kg, (3) ukuran besar: >1,3 kg.
Merkley et al.(1980), membagi karkas menjadi lima bagian besar potongan komersial yaitu dada, sayap, punggung, pangkal paha dan paha. Faktor yang menentukan nilai karkas meliputi bobot karkas, jumlah daging yang dihasilkan, dan kualitas daging dari karkas yang bersangkutan (Abubakar dan Wahyudi, 1994). Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum pemotongan antara lain genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur dan pakan serta proses setelah pemotongan, diantaranya adalah metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon, antibiotik, lemak intramuskular, metode penyimpanan serta macam otot daging (Abubakar et al., 1991). Persentase bobot karkas juga dipengaruhi oleh jumlah dan kualitas ransum selain bobot hidup, perlemakan, jenis kelamin, umur dan aktivitas (Dwiyanto et al., 1979).
Organ Dalam Hati
Hati sangat penting di dalam tubuh karena mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai sekresi empedu, detoksifikasi komponen berbahaya, metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid, menyimpan vitamin dan glukosa, destruksi sel darah merah, formasi dari protein plasma, serta berperan hormonal (Scanes et al., 2004). Grist (2006) menambahkan bahwa hati dapat membantu dalam menjaga suhu tubuh. Cairan empedu merupakan cairan garam berwarna kuning kehijauan yang mengandung garam-garam empedu, kolesterol, lesitin, lemak, pigmen empedu, dan beragam garam anorganik. Garam-garam empedu (garam natrium dan kalium dari asam glikokolat dan taurokolat) adalah unsur terpenting dalam cairan empedu karena berperan dalam pencernaan dan penyerapan lemak (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).
(10)
8 Menurut Putnam (1991), persentase bobot hati ayam broiler berkisar antara 1,7%-2,8% dari berat hidup. Menurut McLelland (1990), warna hati tergantung pada status nutrisi unggas, hati yang normal berwarna coklat kemerahan atau coklat terang. Sturkie (2000) menyatakan bahwa bobot hati akan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, spesies dan jenis kelamin. Bobot hati juga dipengaruhi oleh bakteri patogen yang biasanya mengakibatkan pembengkakan hati.
Jantung
North dan Bell (1990) menyatakan jantung unggas mempunyai empat ruang seperti pada mamalia yaitu dua atrium dan dua ventrikel. Menurut Grist (2006), jantung adalah organ yang memegang peranan penting di dalam sistem peredaran darah. Jantung ayam berdetak dengan laju 350-450 denyut per menit. Laju jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran tubuh, umur dan temperatur lingkungan. Unggas yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil mempunyai laju yang lebih tinggi dibandingkan dengan unggas yang mempunyai ukuran tubuh besar (North dan Bell, 1990). Menurut Putnam (1991), ukuran berat jantung bervariasi pada setiap jenis unggas. Ukuran jantung broiler sekitar 0,42%-0,75% dari berat hidupnya. Pembesaran ukuran jantung biasanya disebabkan adanya penambahan jaringan otot jantung. Dinding jantung mengalami penebalan, sedangkan ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan (Ressang, 1984).
Limpa
Menurut Frandson (1992), limpa merupakan salah satu organ yang berperan dalam sirkulasi darah yaitu sebagai daerah penampung darah. Limpa terletak di sebelah kanan abdomen yang merupakan penghubung antara proventrikulus. Ressang (1984) menyatakan bahwa selain menyimpan darah, limpa bersama hati dan sumsum tulang berperan dalarn perombakan eritrosit tua, ikut serta dalarn metabolisme nitrogen terutama dalam pembentukan asam urat dan membentuk sel limfosit yang berhubungan dengan pembentukan antibodi. Putnam (1991) menyatakan bahwa persentase bobot limpa berkisar antara 0,18%-0,23% dari bobot hidupnya. Menurut Hermana et al. (2008), persentase bobot limpa ayam broiler umur lima minggu berkisar antara 0,09%-0,14% dari bobot hidup.
(11)
9
Bursa Fabricius
Bursa fabrisius merupakan salah satu organ limfoid primer yang fungsinya sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentukan antibodi (Scanes et al., 2004). Bursa fabrisius terdiri dari sel-sel limfoid yang tersusun atas kelompok-kelompok yang disebut folikel limfoid. Pada bagian dalam ditemukan lumen, yang dibatasi oleh deretan epitel yang membungkus folikel limfoid. Setiap folikel limfoid terdiri dari korteks yang berisi sel-sel limfosit, sel plasma, dan makrofag, sedangkan bagian medula hanya terdiri dari sel-sel limfosit. Bursa fabrisius mempunyai tugas untuk memproduksi dan mendewasakan sel limfosit B. Selanjutnya sel B dipindahkan ke dalam sirkulasi dan siap untuk menerima dan memberikan reaksi terhadap benda asing yang masuk kedalam tubuh (Tizzard, 1988). Wirapati (2008) melaporkan bahwa persentase bobot bursa fabrisius ayam broiler umur lima minggu yaitu sekitar 0,04%-0,12% dari bobot hidup. Unggas yang mempunyai bobot relatif bursa fabricius lebih besar akan lebih tahan terhadap berbagai penyakit (Heckert et al., 2002).
Saluran Pencernaan Proventrikulus
Proventrikulus merupakan suatu pelebaran dari esophagus sebelum berhubungan dengan gizzard (Suprijatna et al., 2005). Proventrikulus berukuran lebih kecil, jauh lebih tebal dibandingkan dengan esophagus, serta tempat terjadinya pencernaan enzimatis (Amrullah, 2004). Menurut Scanes et al. (2004), di dalam proventrikulus terjadi sekresi cairan lambung, asam seperti HCl dan mucus. Di dalam proventrikulus juga terdapat enzim seperti pepsin, lipase dan amilase. Makanan yang masuk ke dalam proventrikulus akan dicerna secara cepat dan terbatas. Piliang dan Djojosoebagio (2006) menyatakan bahwa kondisi pH yang ideal untuk aktivitas sekresi cairan lambung adalah 0,91 (asam). Menurut Kirkpinar et al. (2011), persentase bobot proventrikulus ayam broiler umur enam minggu adalah sekitar 0,37% dari bobot hidup.
Gizzard
Gizzard terletak antara proventrikulus dengan bagian atas usus halus. Gizzard mempunyai dua pasang otot yang kuat dan sebuah mukosa (North dan Bell, 1990).
(12)
10 Kontraksi otot rempela baru akan terjadi apabila makanan masuk kedalamnya. Gizzard biasanya mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang, atau batu kerikil (Suprijatna et al., 2005). Menurut Scanes et al. (2004), di dalam gizzard partikel makanan akan dicampur dan dihancurkan menjadi lebih kecil (pencernaan secara mekanik). Menurut Putnam (1991), persentase bobot gizzard ayam broiler yaitu sekitar 1,60%-2,30% dari bobot hidupnya.
Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum (Scanes et al., 2004). Di dalam usus halus akan disekresikan cairan-cairan yang berperan penting didalam proses pencernaan makanan. Bagian yang membentuk U adalah duodenum dengan kelenjar pankreas didalamnya. Kelenjar ini mensekresi enzim-enzim pemecah polimer pati, lemak, dan protein yaitu amilase, lipase dan tripsin. Cairan pankreas dan empedu masuk ke dalam usus halus sehingga masing-masing dicerna dan dapat diserap sebagian besar di jejunum (Amrullah, 2004).
Enzim amilase dan lipase dihasilkan oleh dinding usus halus yang membantu pencernaan karbohidrat dan lemak (North dan Bell, 1990). Dinding duodenum akan mensekresikan enzim yang mampu meningkatkan pH zat makanan yang masuk, sehingga kelarutan dan penyerapan di jejunum dan ileum akan lebih meningkat. Sedangkan jejunum merupakan tempat penyerapan zat makanan terbesar. Ileum merupakan tempat pertumbuhan bakteri saluran pencernaan (Anggorodi, 1995). Usus halus pada ternak adalah organ penting dalam pencernaan yang berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi bahan pakan. Usus halus mempunyai jutaan benjolan kecil yang disebut vili dan melalui vili tersebut bahan pakan diserap dan masuk ke dalam sel darah (Gillespie, 2004).
Amrullah (2004) menyatakan bahwa ukuran panjang, tebal dan bobot berbagai saluran pencernaan unggas bukan besaran yang statis. Perubahan dapat terjadi selama proses perkembangan karena dapat dipengaruhi oleh jenis ransum yang diberikan dan makanan yang diperolehnya dari alam jika diumbar. Perubahan ini juga diikuti dengan jumlah vili usus atau jonjot usus dan kemampuan sekresi enzim-enzim pencernaan. Kirkpinar et al. (2011) melaporkan persentase bobot usus halus ayam broiler umur enam minggu yaitu duodenum 0,78%, jejunum 2,51%, serta ileum 0,29%.
(13)
11
Sekum
Sekum terletak diantara usus halus dan usus besar (kolon). Di dalam sekum terdapat sedikit penyerapan air dan aktivitas bakteri sehingga dapat berlangsung pencernaan serat kasar dan protein, serta sintesis vitamin (Amrullah, 2004). Menurut Scanes (2004), aktivitas mikroba yang terjadi di sekum akan menghasilkan produk akhir berupa Volatille Fatty Acids, protein mikroba, vitamin B dan K. Grist (2006) menyatakan bahwa di sekum akan terjadi pemecahan selulosa dan sekresi hormon. Kirkpinar et al. (2011) melaporkan bahwa persentase bobot sekum ayam broiler umur enam minggu adalah 0,4% dari bobot hidup.
Kolon
Kolon berfungsi untuk menyalurkan sisa makanan dari usus halus ke kloaka. Usus besar juga merupakan tempat fermentasi serat kasar pada unggas selain di sekum (Grist, 2006). Menurut Amrullah (2004), air asal urin diserap kembali di kolon untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan keseimbangan air. Diameter kolon dua kali lebih besar dibandingkan dengan usus halus. Kirkpinar et al. (2011) melaporkan bahwa persentase bobot kolon ayam broiler umur enam minggu adalah 0,16% dari bobot hidup.
Lemak dan Kolesterol Daging Lemak Abdomen
Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2002), salah satu tempat penyimpanan lemak adalah rongga perut (abdomen) dimana jaringan adipose berperan dalam proses penyimpanan lemak tersebut. Lemak abdominal adalah lemak yang berada di sekeliling gizzard, organ reproduksi, otot abdominal, usus dan sekitar kloaka. Leeson dan Summers (1980) menyatakan bahwa persentase lemak abdomen ayam broiler umur lima minggu berkisar antara 1,5%-3,1% bobot hidup. Menurut Fontana et al. (1993), lemak abdomen akan meningkat pada ayam yang diberi ransum dengan protein rendah dan energi tinggi. Energi yang berlebih akan disimpan dalam bentuk lemak dalam jaringan-jaringan. Salah satu bagian tubuh yang digunakan untuk menyimpan lemak oleh ayam adalah bagian sekitar perut (abdomen). Bell dan Weaver (2002) menyatakan bahwa persentase lemak abdomen akan meningkat dengan bobot hidup yang semakin meningkat.
(14)
12
Kolesterol Daging
Lehninger (1982) menyatakan bahwa kolesterol adalah steroid alkohol (sterol) yang merupakan jenis lipida yang tidak dapat disabunkan karena tidak disusun dari asam lemak. Dalam keadaan normal kolesterol merupakan senyawa essensial yang diperlukan tubuh untuk membentuk membran sel, struktur myelin otak, sistem syaraf pusat dan vitamin D. Menurut Wirahadikusumah (1985) kolesterol di dalam tubuh berfungsi sebagai prekursor untuk sintesis hormon steroid dan asain empedu.
Biosintesis kolesterol menurut Mayes et al. (1983) meliputi lima tahap. Tahap pertama Asetil HMG-KoA (β-hidroksi-β-methilglutaril-KoA) akan membentuk Mevalonat. Mevalonat kemudian akan membentuk unit isoprenoid yang aktif. Enam unit isoprenoid lalu membentuk skualena. Skualena tersebut diubah menjadi Lanosterol. Tahap terakhir yaitu Lanosterol diubah menjadi kolesterol. Proses biosintesis kolesterol dapat dilihat pada Gambar 3. Kolesterol yang tidak diperlukan akan dikeluarkan bersama-sama dengan feses, setengahnya dalam bentuk garam-garam empedu, serta sisanya dalam bentuk hormon-hormon steroid netral (Piliang dan Djojosoebagio, 2006).
Gambar 3. Biosintesis Kolesterol Sumber : Marks et al. (2000)
(15)
13 Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), kolesterol disintesa oleh tubuh, terutama oleh sel-sel hati, usus halus, dan kelenjar adrenal. Kolesterol di dalam tubuh berasal dari dua sumber yaitu dari makanan (eksogen) dan hasil biosintesis (endogen). Kolesterol eksogen yang masuk ke dalam tubuh berasal dari makanan dan sebaliknya, kolesterol endogenus dibentuk sendiri oleh sel-sel tubuh, terutama di dalam hati. Didalam tubuh tidak dapat dibedakan antara kolestserol yang berasal dari sintesis dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari makanan. Dinding usus halus akan menyerap kolesterol tersebut. Dalam sel mukosa usus halus, ester kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid disintesis kembali dan dibungkus dengan protein untuk selanjutnya disekresikan di dalam bentuk kilomikron.
(16)
14
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2012. Pemeliharaan ayam broiler dilakukan di Laboratorium Lapang (Kandang C), Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pengukuran organ dalam dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Unggas, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis kolesterol total daging ayam dilakukan di Laboraturium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi Ternak Percobaan
Penelitian ini menggunakan 375 ekor ayam broiler Strain Cobb CP 707 yang dipelihara dalam kandang sistem litter dan diberi ransum penelitian selama lima minggu. Ternak dibagi ke dalam lima perlakuan dan lima ulangan yang masing-masing ulangan terdiri dari 15 ekor ayam broiler. Pada minggu ke lima, dua ekor ayam diambil dari setiap ulangan diambil sebagai sampel untuk dilakukan pengukuran dan penimbangan bobot karkas, organ dalam, serta empat ekor dari setiap perlakuan untuk dilakukan pengukuran terhadap kolesterol total daging ayam.
Pakan
Ransum penelitian yang diberikan terdiri dari ransum starter untuk 0-18 hari dan ransum finisher untuk 19 hari-panen. Ransum yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan lima jenis penambahan level asam fulvat yaitu 0%, 0,25%, 0,50%, 0,75% dan 1,00%. Ransum penelitian disusun berdasarkan rekomendasi kebutuhan zat makanan menurut Leeson dan Summers (2005). Formulasi ransum dibuat dengan menggunakan software Brill. Susunan dan kandungan zat makanan ransum penelitian untuk ayam broiler periode starter dan periode finisher dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis asam fulvat yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.
(17)
15 Tabel 2. Komposisi dan Kandungan Zat Makanan Ransum Penelitian Ayam Broiler
Periode Starter (0-18 hari) dan Periode Finisher (19 hari-dipanen)
Keterangan: 1) Berdasarkan perhitungan software Brill.
2) Hasil Analisis GE di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, IPB (2012).
3) Hasil Analisis Proksimat di Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU), IPB (2012).
4) Hasil Analisis Ca dan P di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Fakultas Peternakan, IPB (2012).
Bahan Pakan Starter Finisher
Jagung (%) 49,66 49,65
Bungkil Kedelai (%) 25,18 22,04
Bungkil Kelapa (%) 5,00 7,00
Pollard (%) 3,00 4,00
CGM (%) 5,71 9,00
MBM (%) 5,50 0,00
Minyak (%) 3,50 4,00
DCP (%) 0,70 1,58
CaCO3 (%) 0.54 1.27
Garam (%) 0,42 0,49
Premix (%) 0,25 0,25
DL-Meth (%) 0,28 0,25
L-Lysin (%) 0,26 0,47
Total (%) 100 100
Kandungan Nutrien :
Energi Metabolis (kkal/kg)1) 3050 3100
Energi Bruto (kkal/kg)2) 4113 4413
Kadar Air (%)3) 11,94 6,67
Protein Kasar (%)3) 21,57 19,99
Serat Kasar (%)3) 2,44 2,41
Lemak Kasar (%)3) 6,12 7,44
Ca (%)4) 0,61 0,98
P Total (%)4) 0,46 0,57
P tersedia (%)1) 0,45 0,41
Metionin (%)1) 0,63 0,59
Lysin (%)1) 1,20 1,19
Na (%)1) 0,22 0,21
(18)
16 Tabel 3. Kandungan Asam Fulvat Penelitian
Keterangan : Hasil Analisis di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB (2011)
Kandang dan Peralatan
Kandang yang digunakan adalah kandang berukuran 1 m × 1,5 m dengan sistem litter yang beralaskan sekam padi dengan ketebalan 5 cm dari lantai kandang. Sekat dibuat dari bilah bambu yang telah dipotong dan dibersihkan. Setiap petak kandang dilengkapi dengan tempat pakan, air minum dan lampu pijar 60 watt. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan, plastik ransum dan termometer, ember, sikat untuk tempat minum dan kandang, stiker dan alat tulis.
Prosedur Pembuatan Ransum
Bahan baku dipersiapkan sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Bahan baku tersebut dicampurkan dengan asam fulvat sesuai dengan level perlakuan. Gambar asam fulvat penelitian dapat dilihat pada Gambar 4. Ransum yang sudah dicampur dimasukkan ke dalam mesin pelet untuk pencetakan pelet. Pelet kemudian dipecah hingga menjadi menjadi bentuk crumble. Ransum yang telah dibuat juga dianalisis kandungan nutrisinya dengan analisis proksimat, analisis Energi Bruto, analisis Ca dan P.
Komponen Jumlah
Asam Fulvat (%) 74,26
Bahan Organik (%) 22,29
Asam Humat (%) 0,55
C (%) 12,90
N (%) 0,51
P (%) 0,04
Na (%) 22,19
K (ppm) 109,00
Ca (ppm) 8,23
Mg (ppm) 4,08
Fe (ppm) 44,85
Zn (ppm) 4,05
(19)
17 Gambar 4. Asam Fulvat penelitian
Persiapan Kandang
Sebelum digunakan kandang dibersihkan dengan sapu dan disiram dengan air detergen sampai bersih, lalu dikapur, dan disemprot dengan desinfektan. Sekam ditaburkan sebagai litter dengan ketebalan 5-7 cm dan disemprot menggunakan desinfektan ke seluruh bagian ruangan. Setiap kandang akan dilengkapi dengan satu tempat pakan, satu tempat air minum dan satu buah lampu 60 watt, serta pemasangan tirai di sekeliling kandang. Pengacakan kandang dilakukan sebelum penempatan ayam broiler dengan menyusun nomor perlakuan dan ulangan terlebih dahulu pada setiap kandang yang telah disiapkan, kemudian dipilih secara acak. Kandang diistirahatkan selama 14 hari sebelum ayam masuk.
Pemeliharaan Ayam
Ayam sebanyak 375 ekor dibagi ke dalam lima perlakuan dan lima ulangan. Masing-masing ulangan terdiri dari 15 ekor ayam broiler. Ayam broiler yang baru datang diberi larutan air gula untuk mengembalikan kondisi tubuh ayam selama perjalanan ke kandang. Pakan dan air minum diberikan ad libitum selama pemeliharaan. Penimbangan bobot badan dilakukan satu minggu sekali, bersamaan dengan penimbangan sisa ransum.
Pengambilan Sampel
Penimbangan bobot akhir ayam broiler (gram/ekor) dilakukan pada akhir minggu ke lima. Selanjutnya dua ekor ayam dari setiap ulangan percobaan diambil secara acak untuk dilakukan pengukuran dan penimbangan karkas serta organ dalam. Ayam akan disembelih lalu diambil bulu, kepala, leher, ceker dan jeroan untuk
(20)
18 mengetahui bobot karkas. Hati, jantung, limpa, gizzard, dan bursa fabricius akan ditimbang untuk menghitung persentase berdasarkan bobot hidup. Usus halus (yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum), sekum, serta kolon ditimbang untuk menghitung persentasenya berdasarkan bobot hidup dan diukur panjangnya. Sampel paha dan dada ayam dari empat ekor untuk setiap perlakuan akan diambil sampel untuk mengukur kolesterol daging ayam dengan metode Lieberman Burchard Colour Reactions (Kleiner dan Dotti, 1962).
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari lima perlakuan dan lima ulangan. Setiap ulangan terdiri dari dua ekor ayam. Model matematik dari rancangan tersebut adalah sebagai berikut :
Xij= μ + τi+ εij Keterangan :
Xij = Perlakuan pengolahan ke-i dan ulangan ke-j
= Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
εij = Eror (galat) perlakuan ke-i ulangan ke-j
Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis menggunakan analisa ragam (Analyses of Variance, ANOVA) dan dilakukan uji jarak Duncan terhadap data yang berbeda nyata. Analisis data menggunakan software komputer yaitu IBM SPSS Statistics 20.
Perlakuan
Penelitian ini menggunakan ransum yang terdiri dari ransum starter dan ransum finisher. Ransum perlakuan yang diberikan yaitu :
R0 = Ransum basal tanpa asam fulvat R1 = R0 + 0,25% asam fulvat
R2 = R0 + 0,50% asam fulvat R3 = R0 + 0,75% asam fulvat R4 = R0 + 1,00% asam fulvat
(21)
19
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bobot hidup (gram/ekor)
Diperoleh dari penimbangan bobot badan pada minggu terakhir penelitian.
2. Bobot Karkas (gram/ekor)
Diperoleh dari penimbangan bobot tubuh ternak tanpa bulu, kepala, leher, kaki dan jeroan.
3. Persentase Bobot Karkas (%)
Karkas adalah tubuh ternak tanpa bulu, kepala, leher, kaki dan jeroan. Persentase diperoleh dengan membagi bobot karkas dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
4. Persentase Bobot Hati (%)
Diperoleh dengan membagi bobot hati dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
5. Persentase Bobot Jantung (%)
Diperoleh dengan membagi bobot jantung dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
6. Persentase Bobot Limpa (%)
Persentase bobot limpa diperoleh dengan membagi bobot limpa dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
7. Persentase Bobot Bursa Fabricius (%)
Diperoleh dengan membagi bobot Bursa Fabricius dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
8. Persentase Bobot Proventrikulus (%)
Persentase bobot proventrikulus diperoleh dengan membagi bobot proventrikulus dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
9. Persentase Bobot Gizzard (%)
Persentase bobot gizzard diperoleh dengan membagi bobot gizzard dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
(22)
20
10. Panjang Relatif dan Persentase Usus Halus a. Persentase Bobot Duodenum (%)
Persentase bobot duodenum diperoleh dengan membagi bobot duodenum dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
b. Panjang Relatif Duodenum (cm/gram)
Panjang relatif duodenum diperoleh dengan membagi panjang duodenum (cm) dengan bobot hidup ayam (gram).
c. Persentase Bobot Jejunum (%)
Persentase bobot jejunum diperoleh dengan membagi bobot jejunum dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
d. Panjang Relatif Jejunum (cm/gram)
Panjang relatif jejunum diperoleh dengan membagi panjang jejunum (cm) dengan bobot hidup ayam (gram).
e. Persentase Bobot Ileum (%)
Persentase bobot ileum diperoleh dengan membagi bobot ileum dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
f. Panjang Relatif Ileum (cm/gram)
Panjang relatif ileum diperoleh dengan membagi panjang ileum (cm) dengan bobot hidup ayam (gram).
11. Panjang Relatif dan Persentase Bobot Sekum a. Persentase Bobot Sekum (%)
Persentase bobot sekum diperoleh dengan membagi bobot sekum dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
b. Panjang Relatif Sekum (cm/gram)
Panjang relatif sekum diperoleh dengan membagi panjang sekum (cm) dengan bobot hidup ayam (gram).
12. Panjang Relatif dan Persentase Bobot Kolon a. Persentase Bobot Kolon (%)
Persentase bobot kolon diperoleh dengan membagi bobot kolon dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
(23)
21
b. Panjang Relatif Kolon (cm/gram)
Panjang relatif kolon diperoleh dengan membagi panjang kolon (cm) dengan bobot hidup ayam (gram).
13. Persentase Bobot Lemak Abdomen (%)
Persentase bobot lemak abdomen diperoleh dengan membagi bobot lemak abdomen dengan bobot hidup kemudian dikalikan 100%.
14. Kadar Kolesterol Total Daging (%)
Kadar kolesterol total daging diperoleh dengan mengambil sampel paha dan dada ayam dari empat ekor untuk setiap perlakuan. Kolesterol karkas diukur dengan metode Lieberman Burchard Colour Reactions. Sebanyak ± 0,1 g sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian ditambahkan campuran alkohol:heksan 3:1 sebanyak 8 ml, dan diaduk hingga bercampur dengan baik. Pengaduk dibilas dengan alkohol:heksan 3:1 sebanyak 2 ml lalu disentrifuge dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan ke dalam gelas baker 100 ml dan diuapkan pada penangas air sampai kering. Residu diuapkan dengan kloroform (sedikit demi sedikit) sambil dituangkan kedalam tabung berskala (sampai volume 5 ml), ditambahkan 2 ml acetic anhidrida dan 0,2 ml H2SO4 pekat (pa) sebanyak 2 tetes. Selanjutnya
divortex dan disimpan selama 15 menit didalam ruang gelap selama 25 menit. Lalu dilakukan pembacaan absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang ( ) 420 nm dengan standar yang digunakan = 0,4 mg/ml. Nilai kolesterol diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Absorbans sampel 100
Kolesterol (mg/100g) = x 0,4 (konsentrasi standar) x
(24)
22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas
Rataan bobot hidup dan karkas ayam broiler umur lima minggu hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Bobot Hidup dan Karkas Ayam Broiler
Peubah Ransum Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
Bobot Hidup (g)
1535 ± 47,07 1600 ± 147,45 1534 ± 57,95 1575 ± 71,27 1528 ± 65,06 Karkas
- (g) 1059 ± 31,19 1053 ± 77,69 1015 ± 48,21 1060 ± 66,85 1054 ± 44,28 - (%) 69,01 ± 1,99 66,13 ± 1,97 66,13 ± 1,61 67,70 ± 3,19 68,94 ± 0,84 Keterangan : R0 (Ransum basal tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% asam fulvat), R2 (R0 + 0,50%
asam fulvat), R3 (R0 + 0,75% asam fulvat), R4 (R0 + 1,00% asam fulvat).
Bobot Hidup
Bobot hidup akhir ayam penelitian berkisar antara 1534-1600 g. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penambahan asam fulvat hingga 1,00% dalam ransum tidak mempengaruhi bobot hidup ayam broiler. Laporan yang sama disampaikan oleh Karaoglu et al. (2004) yaitu tidak ada pengaruh suplementasi asam humat hingga 0,30% terhadap bobot badan akhir. Rataan bobot hidup akhir ayam penelitian yang diperoleh lebih rendah dari standar yang dihasilkan Charoen Pokphand (2006) yaitu 1765 g/ekor. Bobot hidup akhir ayam ini dipengaruhi oleh konsumsi ransum. Konsumsi ransum ayam broiler penelitian ini yaitu berkisar antara 2605-2719 g/ekor selama lima minggu. Konsumsi ransum standar ayam broiler sampai umur lima minggu yang dihasilkan Charoen Pokphand (2006) sebesar 2920 g/ekor.
Konsumsi pakan yang rendah pada ayam penelitian ini menyebabkan bobot hidup akhir ayam menjadi rendah. Konsumsi pakan yang rendah ini diduga karena ayam mengalami cekaman panas. Berdasarkan data pengamatan, suhu kandang selama pemeliharaan ayam berkisar antara 26,3-31,54ºC. Menurut Amrullah (2004), suhu nyaman untuk pemeliharaan ayam broiler yaitu antara 19-27ºC. Kondisi ini akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pokok dan untuk pemenuhan produksi termasuk pembentukan daging. Menurut Wahju (2004), konsumsi ayam
(25)
23 pedaging tergantung pada pakan, strain, umur, jenis kelamin, aktivitas, cekaman, penyakit, serta manajemen pemeliharaannya.
Karkas Ayam Broiler
Karkas adalah potongan ayam tanpa bulu, darah, kepala, leher, kaki, cakar dan organ dalam. Persentase bobot karkas yang didapatkan masih berada pada kisaran normal menurut Pesti dan Bakalli (1997) yaitu antara 60,52%-69,91% dari bobot hidup. Hakim (2005) mendapatkan bahwa karkas ayam broiler umur 35 hari sebesar 65,3% dari bobot hidup pada perlakuan ransum basal berbasis bahan baku jagung dan bungkil kedelai. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi persentase bobot karkas secara nyata. Hasil analisis ini sesuai dengan hasil penelitian Kompiang dan Supriyati (2007) yang menyatakan bahwa pemberian ransum basal dengan air minum mengandung 300 mg/l asam humat tidak berpengaruh nyata terhadap persentase karkas umur lima minggu.
Berdasarkan data yang diperoleh, ayam yang mendapat suplementasi asam fulvat 0,25% (R1), 0,50% (R2), 0,75% (R3) dan 1,00% (R4) dalam ransum memiliki persentase bobot karkas yang lebih kecil dibandingkan dengan pemberian ransum basal (R0). Hal ini diduga karena asam fulvat dapat mempengaruhi persentase bulu pada ayam broiler. Persentase bulu ayam yang mendapat ransum R0, R1, R2, R3, dan R4 berturut-turut yaitu 2,13%; 2,56%; 2,53%; 1,60%; dan 1,44%. Islam et al. (2005) melaporkan bahwa suplementasi asam humat dapat mengaktifkan albuminous exchange. Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), salah satu komponen dari albuminoid adalah keratin. Keratin ini merupakan bahan penyusun utama dari bulu. Pada R1 dan R2 memiliki persentase bobot bulu yang lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Bulu mempunyai fungsi sebagai isolator yang menjaga panas tubuh, melindungi tubuh dari luka dan infeksi, reseptor terhadap ransangan dari luar, dan juga dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi kesehatan (Suprijatna et al., 2005). Hal ini menunjukkan bahwa ayam pada R1 dan R2 memiliki kondisi yang lebih baik dalam menjaga panas tubuh dari cekaman panas.
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (2009), ukuran karkas penelitian ini termasuk kedalam ukuran sedang yaitu sekitar 1,0-1,3 kg. Bobot karkas yang diperoleh dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa ayam menghasilkan bobot karkas yang lebih rendah dibandingkan dengan standar. Menurut Amrullah (2004),
(26)
24 bobot karkas ayam broiler jantan dan betina umur lima minggu berturut-turut adalah 1237 g dan 1160 g. Konsumsi pakan yang rendah dapat mempengaruhi bobot karkas ayam (Bell dan Weaver, 2002). Anggorodi (1995) menyatakan bahwa konsumsi ransum ayam pedaging tergantung pada pakan, strain, umur, jenis kelamin, aktivitas, cekaman, penyakit, serta manajemen pemeliharaannya.
Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam Ayam
Rataan bobot organ dalam ayam broiler umur lima minggu hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan Bobot Organ Dalam Ayam Broiler
Peubah Ransum Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
Hati
- (g) 35,01 ± 2,83 37,34 ± 5,83 35,94 ± 4,58 35,50 ± 1,32 32,38 ± 1,77 - % 2,28 ± 0,16 2,32 ± 0,16 2,34 ± 0,26 2,26 ± 0,11 2,12 ± 0,09
Jantung
- (g) 7,19 ± 0,39 7,10 ± 0,47 7,65 ± 0,25 7,48 ± 0,43 6,96 ± 0,22 - (%) 0,47 ± 0,03 0,45 ± 0,06 0,50 ± 0,03 0,48 ± 0,03 0,46 ± 0,01
Limpa
- (g) 1,87 ± 0,91 3,31 ± 2,76 2,38 ± 1,07 1,84 ± 0,50 1,57 ± 0,45 - (%) 0,12 ± 0,05 0,20 ± 0,14 0,15 ± 0,06 0,12 ± 0,03 0,10 ± 0,03 Bursa
Fabricius
- (g) 0,74 ± 0,22 0,79 ± 0,08 0,87 ± 0,15 0,74 ± 0,16 0,92 ± 0,08 - (%) 0,05 ± 0,01 0,05 ± 0,01 0,06 ± 0,01 0,05 ± 0,01 0,06 ± 0,01 Keterangan : R0 (Ransum basal tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% asam fulvat), R2 (R0 + 0,50%
asam fulvat), R3 (R0 + 0,75% asam fulvat), R4 (R0 + 1,00% asam fulvat).
Hati
Berdasarkan analisis statistik, penambahan asam fulvat pada ransum tidak memberikan efek yang nyata terhadap rataan bobot hati. Rataan persentase bobot hati broiler hasil penelitian ini masih berada pada kisaran normal yaitu antara 2,12%-2,34% dari bobot hidup. Menurut Putnam (1991), ukuran bobot hati ayam broiler berkisar antara 1,7%-2,8% dari bobot hidupnya. Hati ayam broiler penelitian juga tidak ditemukan adanya kelainan penampakan dan kerusakan secara fisik. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan asam fulvat tidak mengganggu kerja hati dalam
(27)
25 detoksifikasi zat-zat yang berbahaya. Ayam broiler penelitian diduga masih dapat mentolerir penambahan asam fulvat hingga taraf 1,00% pada ransum.
Bobot hati akan dipengaruhi oleh ukuran tubuh, spesies, jenis kelamin serta dipengaruhi oleh bakteri patogen yang biasanya mengakibatkan pembengkakan hati (Sturkie, 2000). Hati sangat penting di dalam tubuh karena mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai sekresi empedu, detoksifikasi komponen berbahaya, metabolisme protein, karbohidrat, dan lipid, menyimpan vitamin dan glukosa, destruksi sel darah merah, formasi dari protein plasma, serta berperan hormonal (Scanes et al., 2004). Menurut McLelland (1990), warna hati tergantung pada status nutrisi unggas, hati yang normal berwarna coklat kemerahan atau coklat terang.
Jantung
Rataan persentase bobot jantung hasil penelitian yang diperoleh masih berada dalam kisaran normal yang dinyatakan oleh Putnam (1991) yaitu 0,42%-0,57% dari bobot hidup. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan ransum tidak menyebabkan perbedaan terhadap persentase bobot jantung. Pada jantung ayam broiler penelitian juga tidak ditemukan adanya kelainan secara fisik, hal ini menunjukkan bahwa asam fulvat tidak bersifat toksik dan berpengaruh negatif yang dapat menyebabkan kontraksi yang berlebihan pada otot jantung, serta tidak menghambat sirkulasi darah. Menurut North dan Bell (1990), laju jantung dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran tubuh, umur dan temperatur lingkungan. Pemberian asam humat sebesar 8,1 ppm per kg bobot hidup ayam broiler pada air minum tidak berpengaruh nyata terhadap konversi pakan, persentase karkas, jantung, rempela, lemak abdomen, dan usus halus (Ozturk dan Coskun, 2006).
Pembesaran ukuran jantung biasanya disebabkan adanya penambahan jaringan otot jantung. Dinding jantung mengalami penebalan, sedangkan ventrikel relatif menyempit apabila otot menyesuaikan diri pada kontraksi yang berlebihan (Ressang, 1984). Pembesaran jantung juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh. Unggas yang mempunyai ukuran tubuh lebih kecil mempunyai laju kerja jantung yang lebih tinggi sehingga menyebabkan peningkatan bobot organ tersebut, sedangkan unggas yang mempunyai ukuran tubuh lebih besar sebaliknya (North dan Bell, 1990).
(28)
26
Limpa
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan asam fulvat hingga 1,00% pada ransum tidak menyebabkan perbedaan persentase bobot limpa. Rataan persentase bobot limpa hasil penelitian yang diperoleh masih berada pada kisaran normal menurut Hermana et al. (2008) yaitu sekitar 0,09%-0,14% dari bobot hidup. Limpa unggas berwarna merah gelap terletak di sebelah kanan penghubung antara proventikulus dengan rempela (McLelland, 1990).
Salah satu fungsi limpa adalah membentuk zat limfosit yang berhubungan dengan antibodi. Bobot limpa juga dapat menunjukkan aktifitas pembentukan pada zat limfosit. Limpa akan membentuk sel limfosit untuk membentuk antibodi apabila ransum toksik, mengandung zat antinutrisi maupun penyakit. Aktivitas limpa yang meningkat atau menurun ini mengakibatkan limpa semakin membesar atau semakin mengecil ukurannya (Ressang, 1984). Menurut Frandson (1992) mekanisme pertahanan melawan zat-zat bersifat racun pada limpa adalah dengan cara menyaring keluar jaringan dan sebagai makrofag yang memakan bakteri, oleh karena itu berarti mengontrol kemungkinan-kemungkinan timbulnya infeksi.
Bursa Fabricius
Rataan persentase bobot bursa fabricius hasil penelitian yang diperoleh masih berada pada kisaran normal menurut Wirapati (2008) yaitu sekitar 0,04%-0,12% dari bobot hidup. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa ayam yang mendapat penambahan asam fulvat hingga 1,00% dalam ransum tidak mempengaruhi persentase bobot bursa fabricius. Berdasarkan data yang diperoleh, ayam yang mendapat suplementasi asam fulvat 0,25% (R1), 0,50% (R2), 0,75% (R3) dan 1,00% (R4) dalam ransum memiliki bursa fabricius yang relatif lebih besar dibandingkan dengan R0. Ayam yang memiliki bursa fabricius yang lebih besar akan lebih tahan terhadap penyakit dan cekaman stres.
Bursa fabrisius merupakan salah satu organ limfoid primer yang fungsinya sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi sel dari sistem pembentukan antibodi (Scanes et al., 2004). limfosit memiliki sifat merespon adanya antigen (benda-benda asing) dengan membentuk antibodi yang bersirkulasi di dalam darah atau dalam pengembangan imunitas (kekebalan seluler). Apabila T-limfosit
(29)
27 mengalami ekspose terhadap antigen, T-limfosit akan dirangsang dengan cepat untuk melawan antigen spesifik (Tizzard, 1988).
Asam humat tidak hanya mengandung C, N, H, dan O tetapi juga terdapat sulfur dan fosfor. Asam humat juga mengandung unit aromatik dengan ikatan asam amino (organik N), peptida, asam alipatik dan bahan campuran lain yang tipe dan jumlahnya akan tergantung bahan organiknya (Orlov, 1985). Asam fulvat yang bersifat sebagai chelator ini diduga dapat meningkatkan ketersediaan protein di dalam tubuh ayam. Protein (asam amino) yang ada pada ransum akan berikatan dengan gugus fenol dan karboksilat benzene yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen (Tan, 1982). Menurut Tizzard (1988), protein merupakan antigen terbaik yang akan membentuk antibodi. Asam fulvat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai indikasi secara nonspesifik dapat menekan terjadinya penyakit, cekaman atau stress yang terjadi selama pemeliharaan ayam. Hal ini dapat ditunjukkan dengan mortalitas yang terjadi selama pemeliharaan. Persentase kematian selama masa penelitian untuk ayam yang mendapat ransum R0, R1, R2, R3, dan R4 berturut-turut yaitu 2,13%; 0,80%; 0,27%; 1,60%; dan 1,90%.
Pengaruh Perlakuan terhadap Saluran Pencernaan Ayam Broiler
Rataan bobot dan persentase saluran pencernaan ayam broiler umur lima minggu hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Proventrikulus
Proventrikulus merupakan suatu pelebaran dari esophagus sebelum berhubungan dengan gizzard (Suprijatna et al., 2005). Menurut Scanes et al. (2004), di dalam proventrikulus, pakan akan dicerna secara cepat dan terbatas. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa presentase bobot proventrikulus tidak berbeda secara nyata. Persentase proventrikulus yang didapatkan dari penelitian ini yaitu 0,43%-0,50% dari bobot hidup.
Pemberian asam fulvat cenderung meningkatkan bobot proventrikulus dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena asam fulvat yang digunakan memiliki pH sekitar 9,4 (basa). Menurut Scanes et al. (2004), di dalam proventrikulus terjadi sekresi cairan lambung. Kondisi pH yang ideal untuk aktivitas sekresi cairan lambung yang baik adalah dalam kondisi yang asam (Piliang dan
(30)
28 Djojosoebagio, 2006). Kondisi yang kurang mendukung aktivitas pencernaan ini akan menyebabkan organ bekerja lebih keras. Otot yang semakin meningkat aktivitasnya, akan menyebabkan penebalan urat daging sehingga ukuran berat dari proventrikulus menjadi meningkat.
Tabel 6. Rataan Bobot dan Persentase Saluran Pencernaan Ayam
Peubah R0 R1 Ransum PerlakuanR2 R3 R4
Proventrikulus
- (g) 6,66 ± 0,80 6,81 ± 0,42 7,48 ± 1,02 7,88 ± 0,62 7,46 ± 0,95 -(%) 0,43 ± 0,05 0,43 ± 0,05 0,49 ± 0,05 0,50 ± 0,05 0,49 ± 0,05 Gizzard
- (g) 23,98 ± 5,77 24,61 ± 4,08 27,91 ± 1,99 24,72 ± 3,50 25,86 ± 4,70 -(%) 1,57 ± 0,40 1,57 ± 0,37 1,82 ± 0,11 1,56 ± 0,18 1,70 ± 0,33 Duodenum
-(g) 10,42 ± 1,31 11,48 ± 1,20 9,71 ± 1,76 10,05 ± 0,48 8,78 ± 0,70 - (%) 0,68 ± 0,07a 0,72 ± 0,07a 0,63 ± 0,10ab 0,64 ± 0,05ab 0,57 ± 0,03b - (cm/g) 0,02 ± 0,00 0,02 ± 0,00 0,02 ± 0,00 0,02 ± 0,00 0,02 ± 0,00 Jejunum
- (g) 20,40 ± 2,75 22,05 ± 3,47 20,28 ± 2,46 17,82 ± 1,54 17,08 ± 3,38 - (%) 1,33 ± 0,18ab 1,38 ± 0,13a 1,32 ± 0,16ab 1,13 ± 0,08b 1,12 ± 0,22b - (cm/g) 0,05 ± 0,01b 0,06 ± 0,00ab 0,06 ± 0,01a 0,06 ± 0,00ab 0,05 ± 0,01b Ileum
- (g) 16,97 ± 2,05 16,50 ± 1,61 15,77 ± 1,66 15,04 ± 2,15 16,07 ± 2,27 - (%) 1,10 ± 0,11 1,03 ± 0,07 1,03 ± 0,10 0,96 ± 0,12 1,05 ± 0,16 - (cm/g) 0,06 ± 0,01 0,06 ± 0,01 0,06 ± 0,00 0,06± 0,00 0,06 ± 0,00 Sekum
- (g) 5,31 ± 0,58 5,91 ± 1,26 6,07 ± 0,53 5,35 ± 0,81 5,79 ± 0,83 - (%) 0,35 ± 0,04 0,38 ± 0,10 0,40 ± 0,03 0,34 ± 0,04 0,38 ± 0,05 - (cm/g) 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 Kolon
- (g) 2,70 ± 0,26 2,50 ± 0,34 2,56 ± 0,44 2,32 ± 0,45 2,16 ± 0,25 - (%) 0,18 ± 0,02a 0,16 ± 0,02ab 0,17 ± 0,03ab 0,15 ± 0,03ab 0,14 ± 0,01b - (cm/g) 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 0,01 ± 0,00 Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). R0
(Ransum basal tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% asam fulvat), R2 (R0 + 0,50% asam fulvat), R3 (R0 + 0,75% asam fulvat), R4 (R0 + 1,00% asam fulvat).
Gizzard
Rataan bobot gizzard ayam penelitian masih berada kisaran normal menurut Putnam (1991) yaitu 1,60%-2,30% dari bobot hidupnya. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa bobot gizzard tidak berbeda secara nyata terhadap suplementasi asam fulvat dalam ransum. Hal ini menunjukkan bahwa asam fulvat tidak
(31)
29 mengganggu proses pencernaan yang terjadi di gizzard. Gizzard akan mulai bekerja ketika makanan sudah masuk ke dalam gizzard, biasanya di dalam gizzard mengandung material yang bersifat menggiling, seperti grit, karang, atau batu kerikil yang memiliki fungsi untuk membantu memperkecil ukuran partikel makanan yang dikonsumsi (Suprijatna et al., 2005). Menurut Scanes et al. (2004), di dalam gizzard partikel makanan akan dicampur dan dihancurkan menjadi lebih kecil (pencernaan secara mekanik).
Usus Halus
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa R2 nyata (P<0,05) menaikkan panjang relatif jejunum dibandingkan dengan kontrol. Pada R4 menunjukkan penurunan yang nyata (P<0,05) pada persentase bobot duodenum dibandingkan dengan kontrol. R3 dan R4 juga nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot jejunum dibandingkan dengan R1. Suplementasi asam fulvat tidak berpengaruh terhadap persentase bobot ileum, panjang relatif duodenum, serta panjang relatif ileum. Ukuran saluran pencernaan unggas bukanlah besaran yang statis. Menurut Scanes et al. (2004), panjang saluran pencernaan tergantung dari kebiasaan makan ternak. Ransum yang banyak mengandung serat akan menimbulkan perubahan ukuran bagian-bagian saluran pencernaan, sehingga menjadi lebih bobot, lebih panjang dan lebih tebal. Perubahan ini juga diikuti dengan jumlah vili usus atau jonjot usus dan kemampuan sekresi enzim-enzim pencernaan (Amrullah, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan R4 terjadi penurunan persentase bobot duodenum dibandingkan dengan R0. Asam fulvat yang bersifat sebagai chelator ini diduga dapat meningkatkan ketersediaan nutrien di dalam tubuh ayam. Nutrien yang ada pada ransum akan berikatan dengan gugus fenol dan karboksilat benzene yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen (Tan, 1982). Menurut Lehninger (1982), air akan melarutkan berbagai senyawa organik yang mempunyai gugus karboksil. Kelarutannya terjadi karena adanya kecenderungan molekul air yang membentuk ikatan hidrogen. Air dan molekul lipid yang kecil akan langsung diserap oleh usus dan dapat melewati membran secara bebas (Piliang dan Djojosoebagio, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa asam fulvat yang terkandung di dalam ransum diduga dapat membantu proses pencernaan dan penyerapan yang
(32)
30 terjadi di usus halus. Aktifitas yang optimal yang terjadi di duodenum akan membantu mengurangi aktifitas pencernaan dan penyerapan makanan di organ selanjutnya yaitu jejunum dan ileum.
Sekum
Amrullah (2004) menyatakan bahwa di dalam sekum terdapat sedikit penyerapan air dan aktifitas bakteria sehingga dapat berlangsung pencernaan serat kasar dan protein serta sintesis vitamin. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa penambahan asam fulvat tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap persentase bobot sekum dan panjang relatif sekum. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase sekum ayam penelitian ini yaitu 0,34%-0,40% dari bobot hidup, sedangkan panjang relatif sekum ayam penelitian yaitu 0,01 cm/g. Hasil ini masih menunjukkan pada kisaran normal menurut Kirkpinar et al. (2011) yang melaporkan bahwa persentase bobot sekum ayam broiler umur enam minggu adalah 0,4% dari bobot hidup.
Hasil penelitian ini berbeda dengan laporan Kocabagli (2002) yang mengatakan bahwa senyawa humat dapat mempengaruhi mikroflora di saluran pencernaan khususnya sekum. Hal ini menunjukkan bahwa asam fulvat yang digunakan dalam penelitian ini belum dapat mempengaruhi penyerapan air serta meningkatkan populasi mikroba yang terjadi di sekum. Pengaruh ini diduga karena sumber asam fulvat yaitu asam organik yang digunakan pada penelitian ini berbeda. Asam fulvat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki pH yang basa (9,4). Arsiati (2002) melaporkan bahwa karakteristik asam humat hasil ekstraksi dari bahan yang berbeda akan memiliki sifat kemasaman yang berbeda seperti pada gugus karboksil, gugus fenol, kandungan karbon, hidrogen, nitrogen, dan sulfur.
Asam organik (dalam keadaan asam) dapat menstabilkan mikroflora pada saluran pencernaan dan meningkatkan performan secara umum pada unggas (Merryana, 2007). Asam organik meliputi seluruh senyawa asam yang terdiri atas rantai karbon sebagai rantai cabang utama (R-COH) atau yang dikenal sebagai golongan asam karboksilat. Asam organik dalam saluran pencernaan dapat melakukan proses ionisasi dengan mudah yaitu dengan cara melepaskan ion hidrogen. Peningkatan jumlah ion hidrogen tersebut akan menurunkan pH saluran pencernaan sehingga mikroorganisme yang tidak tahan terhadap kondisi asam akan
(33)
31 terhambat pertumbuhannya. Pada bakteri yang sensitif terhadap perubahan pH, asam organik menembus dinding sel bakteri sehingga asam organik akan terurai (H+ dan RCOO-), mengakibatkan pH dalam sel akan turun. Pada kondisi tersebut bakteri berusaha melepaskan H+ dari dalam sel agar pH dalam sel menjadi normal, namun proses ini membutuhkan energi yang besar sehingga mengakibatkan bakteri akan berhenti tumbuh dan mati (Gauthier, 2002).
Kolon
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa R4 berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot kolon dibandingkan dengan kontrol, tetapi tidak berpengaruh terhadap panjang relatif kolon. Pemberian asam fulvat yang meningkat menghasilkan persentase kolon yang menurun. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase kolon ayam penelitian ini yaitu 0,14%-0,18% dari bobot hidup, sedangkan panjang relatif kolon ayam penelitian yaitu 0,01 cm/g.
Amrullah (2004) menyatakan bahwa air asal urin diserap kembali di usus besar untuk ikut mengatur kandungan air sel-sel tubuh dan keseimbangan air. Kolon berfungsi untuk menyalurkan sisa makanan dari usus halus ke kloaka dan tempat terjadinya penyerapan kembali air. Kolon juga dapat berfungsi sebagai tempat fermentasi serat kasar pada unggas selain di sekum (Grist, 2006). Asam fulvat yang terkandung di dalam ransum diduga dapat membantu proses penyerapan kembali air yang terjadi di kolon. Air akan terikat dengan struktur asam fenolat dan asam karboksilat benzene yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen pada asam fulvat. Bobot molekul sangat ringan dan kecil menyebabkan asam fulvat mudah terserap ke dalam jaringan dan sel (Islam et al., 2005). Dengan aktifitas kolon yang lebih rendah ini, menyebabkan rendahnya bobot organ dan panjang relatif organ tersebut.
Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak dan kolesterol Total Daging Ayam
Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2002), salah satu tempat penyimpanan lemak adalah rongga perut (abdomen) dimana jaringan adipose berperan dalam proses penyimpanan lemak tersebut. Leeson dan Summers (1980) menyatakan bahwa persentase lemak abdomen ayam broiler umur lima minggu berkisar antara 1,5%-3,1% bobot hidup. Penambahan asam fulvat hingga 1,00% dalam ransum nyata (P<0,05) meningkatkan kadar kolesterol total daging ayam broiler, tetapi tidak
(34)
32 mempengaruhi persentase lemak abdomen. Lemak abdomen dan kolesterol total daging ayam pada perlakuan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Rataan bobot dan persentase lemak abdomen serta kolesterol total ayam broiler umur lima minggu hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan Bobot dan Persentase Lemak Abdomen dan Kolesterol Total Daging Peubah
Ransum Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4
Lemak Abdomen
- (g) 20,64 ± 5,32 22,09 ± 3,07 20,56 ± 6,54 25,62 ± 7,50 24,41 ± 5,05 - (%) 1,34 ± 0,31 1,38 ± 0,15 1,34 ± 0,43 1,63 ± 0,47 1,60 ± 0,29 Kolesterol
Total (mg/ 100g)
37,69 ± 2,67c 52,91 ± 6,52a 44,54 ± 1,10b 45,21 ± 1,82b 47,15 ± 6,15ab
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05). R0 (Ransum basal tanpa asam fulvat), R1 (R0 + 0,25% asam fulvat), R2 (R0 + 0,50% asam fulvat), R3 (R0 + 0,75% asam fulvat), R4 (R0 + 1,00% asam fulvat).
Kecernaan lemak yang meningkat ini diakibatkan dari meningkatnya intensitas metabolisme lemak. Kandungan lemak dan kolesterol dalam daging ayam diduga diakibatkan oleh absorpsi yang meningkat pada saluran pencernaan. Peningkatan intensitas ini dikarenakan sifat asam fulvat dalam mentransfer nutrien yaitu sebagai chelator (Kocabagli et al., 2002). Fraksi asam fulvat menurut Supriyati (2007) mempunyai potensi sebagai bahan imbuhan pakan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam daging ayam.
Asam humat tidak hanya mengandung C, N, H, O, S, dan P, akan tetapi juga mengandung unit aromatik dengan ikatan asam, peptida, asam alipatik dan bahan campuran lain yang tipe dan jumlahnya akan tergantung bahan organiknya (Orlov, 1985). Asam fulvat memiliki struktur asam fenolat dan asam karboksilat benzene yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Struktur dari asam fulvat ini diduga akan meningkatkan pengikatan asam lemak di dalam saluran pencernaan ayam. Asam lemak ini kemudian akan dirubah menjadi asetil-KoA di hati. Menurut Wirahadikusumah (1985), 3 molekul asetil-KoA ini akan dirubah menjadi HMG koA. HMG koA kemudian akan menjadi mevalonat dengan bantuan HMG koA reduktase. Mevalonat akan membentuk unit isoprenoid yang aktif. Enam unit isoprenoid lalu akan membentuk skualena. Skualena tersebut diubah menjadi
(35)
33 lanosterol dengan bantuan skualin monooksigenase dan skualin epoksida lanosterol siklase. Perubahan lanosterol menjadi kolesterol berlangsung dengan pelepasan tiga gugus metil, reduksi ikatan rangkap dari rantai samping kolesterol, dan perpindahan ikatan rangkap dari posisi 8,9 ke posisi 5,6 dalam cincin B.
Menurut Piliang dan Djojosoebagio (2006), kolesterol di dalam tubuh berasal dari dua sumber yaitu dari makanan (eksogen) dan hasil biosintesis (endogen). Kolesterol eksogen yang masuk ke dalam tubuh berasal dari makanan dan sebaliknya, kolesterol endogenus dibentuk sendiri oleh sel-sel tubuh, terutama di dalam hati. Didalam tubuh tidak dapat dibedakan antara kolestserol yang berasal dari sintesis dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari makanan. Dinding usus halus akan menyerap kolesterol tersebut. Kompiang dan Supriyati (2007) melaporkan bahwa fraksi asam humat dapat meningkatkan permiabilitas dari dinding sel sehingga transfer nutrien akan lebih besar. Kolesterol di dalam tubuh terutama dari hasil sintesis di dalam hati. Jumlah yang disintesis tergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan.
(36)
34
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Penambahan asam fulvat sampai taraf 1,00% pada ransum secara keseluruhan tidak memberikan efek negatif terhadap bobot hidup, karkas, dan organ dalam ayam. Penambahan 0,50% asam fulvat dalam ransum mempunyai potensi sebagai bahan tambahan pakan yang dapat meningkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan pada saluran pencernaan ayam broiler, serta dapat menekan kondisi stres nonspesifik pada ayam. Penambahan asam fulvat juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam daging ayam.
Saran
Perlu adanya cara untuk menetralisir basa dari asam fulvat tersebut, serta cara pemberian asam fulvat pada ayam broiler selain melalui pakan. Selain itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sistem imun ayam, kualitas karkas dari segi pembentukan daging yang dihasilkan, mikroba saluran pencernaan ayam, serta penerapan pada ternak lain seperti pada ayam petelur.
(37)
PENGARUH PEMBERIAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM
TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM DAN
KOLESTEROL DAGING AYAM BROILER
SKRIPSI
MAHA WULANDARI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
(38)
PENGARUH PEMBERIAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM
TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM DAN
KOLESTEROL DAGING AYAM BROILER
SKRIPSI
MAHA WULANDARI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
(39)
RINGKASAN
MAHA WULANDARI. D24080352. 2012. Pengaruh Pemberian Asam Fulvat dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Organ Dalam dan Kolesterol Daging Ayam Broiler. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Sumiati, M.Sc.
Asam fulvat (AF) merupakan senyawa yang dihasilkan dari penguraian zat organik yang disebut humus atau senyawa humat. Humat terbagi dalam tiga kategori yaitu asam fulvat, asam humat dan humin. AF bersifat sangat reaktif sebagai chelator dalam penyerapan dan transfer zat-zat makanan. Bobot molekulnya yang sangat ringan dan kecil menyebabkan AF mudah terserap ke dalam jaringan dan sel. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian AF pada ransum terhadap karkas, organ dalam, serta kolesterol daging ayam broiler.
Penelitian ini menggunakan 375 ekor ayam broiler CP 707 yang dipelihara selama lima minggu. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan lima ulangan. Ransum penelitian yang digunakan terdiri dari ransum starter dan ransum finisher. Ransum perlakuan yang diberikan adalah R0 (ransum basal tanpa AF), R1 (R0 + 0,25% AF), R2 (R0 + 0,50% AF), R3 (R0 + 0,75% AF), dan R4 (R0 + 1,00% AF). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis ragam (Anova) dan dilakukan uji jarak Duncan terhadap data yang berbeda nyata. Peubah yang diamati adalah bobot hidup, persentase bobot karkas, persentase bobot organ dalam (hati, jantung, limpa, dan bursa fabricius), saluran pencernaan (proventrikulus, gizzard, usus halus, usus besar, dan sekum), panjang relatif saluran pencernaan (usus halus, usus besar, dan sekum), lemak abdomen serta kadar kolesterol total daging ayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi bobot hidup, persentase bobot karkas, hati, jantung, limpa, bursa fabricius, lemak abdomen, proventrikulus, gizzard, ileum, sekum, panjang relatif duodenum, ileum, sekum, dan kolon. Penambahan 0,50% AF nyata (P<0,05) meningkatkan panjang jejunum, sedangkan penambahan sebesar 1,00% AF dalam ransum nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot duodenum dan kolon dibandingkan dengan kontrol. Penambahan 0,75% dan 1,00% AF juga nyata (P<0,05) menurunkan persentase bobot jejunum dibandingkan penambahan 0,25% asam fulvat. Penambahan AF nyata (P<0,05) meningkatkan kolesterol total daging ayam dibandingkan dengan kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan AF sampai taraf 1,00% pada ransum secara keseluruhan tidak memberikan efek negatif terhadap bobot hidup, karkas, dan organ dalam ayam. Penambahan 0,50% AF dalam ransum mempunyai potensi sebagai bahan tambahan pakan organik yang dapat meningkatkan efisiensi penyerapan zat-zat makanan pada saluran pencernaan ayam broiler, serta dapat menekan kondisi stress nonspesifik pada ayam.
(40)
ABSTRACT
Effects of Fulvic Acid Suplementation on Carcass, Giblets, and Meat Total Cholesterol of Broiler Chickens
Wulandari, M., I. G. Permana, and Sumiati
Fulvic Acid (FA), a class of compounds resulting from decomposition of organic matter, is a part of the humic structure. FA has ability to chelate trace minerals to enable of nutrients uptake. The objective of this study was to evaluate the effect of FA into the diets on body weight, carcass, giblets, and meat cholesterol of broiler chickens. Three hundred and seventy five broilers were allocated into five treatments : R0 (basal diet without FA), R1 (R0 + 0.25% FA), R2 (R0 + 0.50% FA), R3 (R0 + 0.75% FA), and R4 (R0 + 1.00% FA). The treatments were carried out for 5 weeks. Each group consisted of 5 replications with 15 broiler chickens for each replication. Feed and drinking water were served ad libitum. Parameters observed were body weight, percentage of carcass, giblets, digestive tract, abdominal fat, and meat total cholesterol. Data from Completely Randomized Design were analyzed using Analysis of Variance (ANOVA) and any significant different was further tested using Duncan multiple range test. The results showed that there was no significant difference in body weight, percentage of carcass, heart, liver, spleen, bursa fabricius, abdominal fat, proventriculus, gizzard, ileum, secum, length of duodenum, ileum, and secum due to the treatments. Jejunum length was increased by supplementation 0.50% FA (P<0.05). However, supplementation 1.00% FA decreased (P<0.05) percentage of duodenum and colon compared to the control. Supplementation 0.75% FA and 1.00% FA also decreased (P<0.05) percentage of jejunum compared to supplementation 0.25% FA. All the treatments increased meat total cholesterol compared to the control. It can be concluded that supplementation up to 1.00% FA in diets didn’t give negative effects in body weight, carcass, and organ in the chicken. Supplementation 0.50% FA in the diets was potential as organic feed additive that could improve the efficiency of nutrient absorption in the digestive tract, and eliminated the nonspecifically stress of the broiler chickens.
(41)
PENGARUH PEMBERIAN ASAM FULVAT DALAM RANSUM
TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN DALAM DAN
KOLESTEROL DAGING AYAM BROILER
MAHA WULANDARI D24080352
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
(42)
Judul : Pengaruh Pemberian Asam Fulvat dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Organ Dalam dan Kolesterol Daging Ayam Broiler.
Nama : Maha Wulandari NIM : D24080352
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) (Dr. Ir. Sumiati, M.Sc) NIP. 19670506 199103 1 001 NIP. 19611017 198603 2 001
Mengetahui, Ketua Departemen
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc. Agr.) NIP. 19670506 199103 1 001
(43)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 April 1991 di Jakarta. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Bambang Budi Santoso dan Ibu Sri Mulyati. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Jatimakmur V pada tahun 2002, kemudian melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 128 Jakarta hingga tahun 2005, dan menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2008 di SMA Negeri 67 Jakarta.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan. Penulis pernah menjadi juara dua Taekwondo Wilayah Jakarta Selatan (2006), juara satu Mading Asrama Putri A3 TPB IPB (2009), juara dua (2009) dan juara satu (2011) Basket Dekan Cup Fapet IPB, juara satu Lomba Cerpen Fapet IPB (2010), Juara satu Lomba Fotografi Fapet IPB (2011), serta mengikuti PKM bidang Penelitian yang didanai DIKTI dengan judul Kajian Sari Buah Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) pada Air Minum Ayam Pedaging untuk Menghasilkan Sumber Protein Hewani yang Sehat (2010) dan Efektifitas Penggunaan Limbah Kulit Buah Naga (Hylocereus undatus) dalam Ransum sebagai Alternatif Suplemen Alami untuk Meningkatkan Kualitas Telur Ayam Komersil (2011).
Penulis aktif dalam organisasi BEM Fakultas Peternakan dan menjabat sebagai anggota Departemen Informasi dan Komunikasi (2009-2010), kemudian menjabat sebagai Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi, BEM Fakultas Peternakan (2010-2011). Penulis juga mengikuti kegiatan magang di Balai Penelitian Ternak (2011), serta Teater Kandang. Penulis berkesempatan menerima beasiswa Jamsostek (2010 dan 2012), serta beasiswa BBM (2010-2012). Penulis juga menjadi asisten praktikum dalam mata kuliah Teknik Formulasi Ransum dan Sistem Informasi Pakan pada tahun 2012.
Bogor, Juli 2012 Maha Wulandari D24080352
(44)
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirraahiin. Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Puji dan syukur yang tiada habisnya Penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia, rizki dan nikmat yang telah diberikan sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Asam Fulvat
dalam Ransum terhadap Bobot Karkas, Organ Dalam, dan Kolesterol Daging
Ayam Broiler”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulis berharap skripsi ini dapat memberi informasi mengenai potensi asam fulvat dalam pakan ayam broiler dan dapat dijadikan referensi yang baik dalam pengembangan ternak unggas khususnya ayam broiler di Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak sekali terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Penulis memohon maaf bilamana masih terdapat kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang peternakan.
Bogor, Juli 2012
(45)
DAFTAR ISI
Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... ii LEMBAR PERNYATAAN ... iii LEMBAR PENGESAHAN ... iv RIWAYAT HIDUP ... v KATA PENGANTAR ... vi DAFTAR ISI ... vii DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Asam Fulvat ... 3 Ayam Broiler ... 5 Ransum Ayam Broiler ... 6 Karkas Ayam Broiler ... 6 Organ Dalam ... 7 Hati ... 7 Jantung ... 8 Limpa ... 8 Bursa Fabricius ... 9 Saluran Pencernaan Ayam ... 9 Proventrikulus ... 9 Gizzard ... 9 Usus Halus ... 10 Sekum ... 11 Kolon ... 11 Lemak dan Kolesterol Daging ... 11 Lemak Abdomen ... 11 Kolesterol Daging ... 12 MATERI DAN METODE ... 14 Lokasi dan Waktu ... 14 Materi ... 14 Ternak Percobaan ... 14 Pakan ... 14
(46)
Kandang dan Peralatan ... 16 Prosedur ... 16 Pembuatan Ransum ... 16 Persiapan Kandang ... 17 Pemeliharaan Ayam ... 17 Pengambilan Sampel ... 17 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 18 Perlakuan ... 18 Peubah yang Diamati ... 19 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22 Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Hidup dan Karkas ... 22 Bobot Hidup ... 22 Karkas ... 23 Pengaruh Perlakuan terhadap Organ Dalam Ayam ... 24 Hati ... 24 Jantung ... 25 Limpa ... 26 Bursa Fabricius ... 26 Pengaruh Perlakuan terhadap Saluran Pencernaan Ayam ... 27 Proventrikulus ... 27 Gizzard ... 28 Usus Halus ... 29 Sekum ... 30 Kolon ... 31 Pengaruh Perlakuan terhadap Lemak dan Kolesterol Daging ... 31 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34 Kesimpulan ... 34 Saran ... 34 UCAPAN TERIMA KASIH ... 35 DAFTAR PUSTAKA ... 36 LAMPIRAN ... 40
(1)
41 Lampiran 1. Sidik Ragam Bobot Hidup Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK Db KT F Sig.
Perlakuan 19661,66 4 4915,42 0,67 0,62
Galat 146513,80 20 7325,69
Total 166175,46 24
Lampiran 2. Sidik Ragam Bobot Karkas Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 7140,74 4 1785,18 0,57 0,69
Galat 63052,10 20 3152,60
Total 70192,84 24
Lampiran 3. Sidik Ragam Rataan Persentase Karkas Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 40,69 4 10,17 2,38 0,09
Galat 85,35 20 4,27
Total 126,03 24
Lampiran 4. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Hati Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,02 4 0,00 1,45 0,25
Galat 0,06 20 0,00
Total 0,07 24
Lampiran 5. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Jantung Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,00 4 0,00 1,59 0,22
Galat 0,01 20 0,00
(2)
42 Lampiran 6. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Limpa Ayam Broiler Umur
5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,03 4 0,01 1,29 0,31
Galat 0,14 20 0,01
Total 0,17 24
Lampiran 7. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Bursa Fabricius Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,00 4 0,00 2,05 0,13
Galat 0,01 20 0,00
Total 0,01 24
Lampiran 8. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Proventrikulus Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,01 4 0,00 2,28 0,10
Galat 0,03 20 0,00
Total 0,04 24
Lampiran 9. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Gizzard Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,04 4 0,01 0,72 0,59
Galat 0,31 20 0,02
(3)
43 Lampiran 10. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Duodenum, Jejunum, dan
Ileum Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Persentase Duodenum
Perlakuan 0,02 4 0,01 3,47 0,03*
Galat 0,04 20 0,00
Total 0,06 24
Persentase Jejunum
Perlakuan 0,06 4 0,01 2,86 0,05*
Galat 0,11 20 0,00
Total 0,17 24
Persentase Ileum
Perlakuan 0,02 4 0,00 1,17 0,35
Galat 0,07 20 0,00
Total 0,08 24
Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)
Lampiran 11. Uji Jarak Duncan Persentase Duodenum dan Jejunum Ayam Broiler Umur 5 Minggu
Perlakuan N alfa = 0,05
1 4
Duncana,b Persentase Duodenum
4,00 5 0,75
2,00 5 0,79 0,79
3,00 5 0,80 0,80
0,00 5 0,82
1,00 5 0,85
Sig. 0,15 0,07
Duncana,b Persentase
Jejunum
4,00 5 1,05
3,00 5 1,06
2,00 5 1,15 1,15
0,00 5 1,15 1,15
1,00 5 1,17
(4)
44 Lampiran 12. Sidik Ragam Rataan Panjang Relatif Duodenum, Jejunum, dan Ileum
Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Panjang Relatif Duodenum
Perlakuan 0,00 4 0,00 1,000 0,43
Galat 0,00 20 0,00
Total 0,00 24
Panjang Relatif Jejunum
Perlakuan 0,00 4 0,00 2,17 0,11*
Galat 0,00 20 0,00
Total 0,00 24
Panjang Relatif Ileum
Perlakuan 0,00 4 0,00 1,12 0,37
Galat 0,00 20 0,00
Total 0,00 24
Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)
Lampiran 13. Uji Jarak Duncan Rataan Panjang Relatif Jejunum Ayam Broiler Umur 5 Minggu
Perlakuan N alfa = 0,05
1 2
4,00 5 0,05
0,00 5 0,05
1,00 5 0,06 0,06
3,00 5 0,06 0,06
2,00 5 0,06
(5)
45 Lampiran 14. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase dan Panjang Relatif
Sekum Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Persentase Sekum
Perlakuan 0,01 4 0,00 1,08 0,39
Galat 0,04 20 0,00
Total 0,05 24
Panjang Relatif Sekum
Perlakuan 0,00 4 0,00 0,75 0,57
Galat 0,00 20 0,00
Total 0,00 24
Lampiran 15. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase dan Panjang Relatif Kolon Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Persentase Kolon
Perlakuan 0,01 4 0,00 1,98 0,14*
Galat 0,01 20 0,00
Total 0,02 24
Panjang Relatif Kolon
Perlakuan 0,00 4 0,00 0,00 1,00
Galat 0,00 20 0,00
Total 0,00 24
Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)
Lampiran 16. Uji Jarak Duncan Rataan (Transformasi) Persentase Kolon Ayam Broiler Umur 5 Minggu
Perlakuan N alfa = 0,05
1 2
4,00 5 0,38
3,00 5 0,38 0,38
1,00 5 0,40 0,40
2,00 5 0,41 0,41
0,00 5 0,42
(6)
46 Lampiran 17. Sidik Ragam Rataan (Transformasi) Persentase Lemak Abdomen Ayam
Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 0,07 4 0,02 0,86 0,50
Galat 0,39 20 0,02
Total 0,46 24
Lampiran 18. Sidik Ragam Rataan Kolesterol Total Daging Ayam Broiler Umur 5 Minggu
SK JK db KT F Sig.
Perlakuan 478,20 4 119,55 6,50 0,00*
Galat 276,04 15 18,40
Total 754,24 19
Keterangan : * = berbeda nyata (p<0,05)
Lampiran 19. Uji Jarak Duncan Rataan Kolesterol Total Daging Ayam Broiler Umur 5 Minggu
Perlakuan N alfa = 0,05
1 2 3
0,00 4 37,69
2,00 4 44,54
3,00 4 45,21
4,00 4 47,15 47,15
1,00 4 52,91